2 Februari Bacaan Alkitab : Keluaran 1:1- Keluaran 4:17 (Kurun waktu : diperkirakan 1.876 - 1.486 S.M.) “Kepemimpinan Yang Lahir Dari Suatu Kebutuhan” Mengapa tidak ada seseorang yang membenahi hal ini? Kebanyakan dari kita mungkin pernah menanyakan seperti ini. Apa sebenarnya yang sedang kita katakan? Kita sedang mencetuskan perasaan frustrasi atas suatu persoalan yang harus diatasi, dan kita perlu seorang pemimpin yang kita tidak tahu berada dimana, yang mau mengambil langkah untuk mengatasi persoalan tersebut. Inilah yang dinamakan kepemimpinan yang lahir dari suatu kebutuhan. Kitab Keluaran dimulai saat berakhirnya pembacaan kitab Kejadian. Di dalam kitab Kejadian, kita meninggalkan Yusuf dan saudarasaudara serta seluruh keluarga mereka di Mesir di wilayah Goshen. Ketika Yakub, ayah mereka wafat, anak Yakub yang bernama Yusuf kemudian umurnya mencapai 110 tahun, dan ia masih dapat menyaksikan cucu buyutnya. Pada saat itu kemudian Yusuf mengucapkan kata-kata nubuatan tentang keturunan-keturunan Israel, yang menggambarkan imannya. Allah akan menjadi penolong bagi keturunan Yakub; selain itu ia berpesan bahwa ketikan mereka akan meninggalkan Mesir, mereka harus membawa serta tulangbelulangnya untuk dimakamkan di tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah bagi mereka (Kej. 50 : 24-25). Sementara itu, sesuatu yang buruk akan terjadi atas keluarga besar keturunan Yakub; hal menyedihkan itu adalah penindasan dan perbudakan. Keturunan Israel (atau keturunan bapa leluhur kaum beriman, Yakub) menjadi budak bagi orang Mesir saat kepemimpinan raja Mesir yang baru, yang tidak mengenal Yusuf dan hal-hal yang telah dilakukannya bagi rakyat Mesir. Kaum keturunan Israel bertumbuh besar berlipat ganda, dan orang Mesir melihat jumlah kaum Israel yang terus bertambah ini sebagai suatu ancaman bagi mereka; lalu agar ummat Israel ini tidak menjadi lebih besar lagi sehingga ditakutkan akan dapat mengalahkan orang Mesir, maka mereka memperhamba keturunan Israel ini. Kemudian kita akan melihat bahwa Allah mengijinkan hal tersebut terjadi, sehingga Ia dapat menunjukkan kuasaNya dengan membebaskan ummat Israel secara perkasa. Mereka perlu melihat keperkasaan pertolongan Tuhan, sehingga mereka akan hidup takut akan Allah dan memiliki keberanian untuk meninggalkan Mesir dan menempuh perjalanan melalui padang gurun untuk menuju ke Tanah Perjanjian. Jika ummat Israel merasa nyaman untuk tetap tinggal di Mesir, mungkin mereka tetap akan menetap di Mesir dan dengan demikian tidak akan dapat mewarisi janji-janji yang diberikan Allah atas Tanah Perjanjian. Mungkin seperti itu juga alasannya mengapa beberapa dari kita harus mengalami kesulitan-kesulitan hidup; karena Allah memiliki rencana-rencana yang lebih indah yang telah dirancangkannya atas hidup kita. Kita harus belajar untuk percaya kepadaNya, bahkan di masa terkelam dalam kehidupan kita. Kaum Israel tentulah berada dalam kesulitan besar. Mereka diperlakukan dengan kejam dan harus bekerja-paksa. Tentunya mereka telah seringkali menanyakan Tuhan sepanjang 400 tahun masa penindasan di Mesir tersebut dengan pertanyaan : “ Apakah Allah mempedulikan kita?” Dan bahkan sekarang keadaan menjadi lebih buruk lagi: bayi-bayi kaum Israel dibunuh karena orang Mesir merasa terancam oleh populasi kaum Israel yang bertambah dengan sangat pesat (karena pertumbuhan jumlah penduduk Israel yang mengalahkan angka kelahiran orang Mesir tersebut dianggap akan menjadi ancaman bagi tuan-tuan mereka, orang Mesir). Mungkin saat ini kitapun mempertanyakan hal yang sama tentang bayi-bayi yang dibunuh melalui aborsi: apakah Allah melihat semuanya? Tolonglah ya Tuhan! Tentu saja Allah peduli terhadap bayi-bayi. Khususnya Allah peduli terhadap bayi-bayi Ibrani, karena Ia telah berjanji untuk memberkati keturunan-keturunan Abraham yang terpilih. Musa telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Bahkan ketika ia masih bayipun, ia dianggap sebagai seorang anak yang istimewa (Ibrani 11 : 23). Ibunya berusaha menyembunyikannya, tetapi saat ibunya merasa sudah tidak dapat lagi menyembunyikannya, kemudian ia mempercayakan bayi Musa kepada Allahnya kaum Israel untuk dapat memelihara hidupnya. Lalu ia dipimpin Tuhan untuk menyembunyikan bayi Musa tersebut kedalam keranjang tahan air, dan membiarkan bayi Musa mengapung di antara tanaman alangalang di tepi sungai Nil, agar dapat ditemukan seseorang yang akan merawat bayi tersebut. Lalu bayi Musa ditemukan oleh anak perempuan Firaun. Miryam, kakak Musa, melihat hal tersebut dan menanyakan putri raja Firaun tersebut tentang apakah ia berkeinginan agar Miryam mencarikan ibu pengasuh seorang Ibrani untuk menyusui dan merawat bayi Musa tersebut. Tentu saja kemudian Miryam meminta tolong kepada ibunya. Maka kemudian Ibu Musa memiliki keuntungan untuk dapat menyusui bayi laki-laki yang dikandungnya, Musa, secara sah. (11:24) Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, (11:25) karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. (11:26) Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah (Ibr. 11 : 24-26). Musa belajar memahami campur tangan kuasa Tuhan bagi dirinya untuk menjadi seorang pemimpin, tetapi saat ia mencoba untuk mengendalikan hal-hal di dalam hidupnya dengan kekuatannya sendiri, kemudian ia terjatuh ketika tindakannya tersebut menimbulkan tanda-tanda perlawanan terhadap dirinya, lalu ia menjadi takut, lari dari Mesir dan pergi bersembunyi. “Ketika Musa mencoba untuk mempercepat jalannya rencana Allah atas dirinya, maka kemudian ia kehilangan keberanian maupun kemampuannya untuk memimpin orang-orang Israel yang seharusnya dapat diarahkannya.” Apakah hal seperti ini juga pernah terjadi pada kita? Ya kepemimpinan terlahir dari adanya suatu kebutuhan, dan meskipun mungkin kita merasa bahwa kita adalah pemimpin yang cocok untuk memenuhi kebutuhan yang ada, namun melakukannya pada waktu yang tepat, adalah hal yang paling penting untuk diingat. Kita harus peka terhadap kehendak Allah dan pimpinanNya dalam hidup kita. Empat puluh tahun kemudian, saat Musa telah memahami tugas sebagai seorang gembala yang rendah hati, kemudian Allah menampakkan diriNya kepada Musa dan menugaskannya untuk membebaskan ummatNya dari perbudakan di Mesir. Kadang-kadang meskipun pemimpin-pemimpin telah dipilih dan diberi kuasa untuk memimpin, ada kalanya mereka enggan untuk melakukan tugas kepemimpinan. Sekarang Musa telah mendapatkan kuasa surgawi, tetapi ia masih segan untuk menjalankan tugas kepemimpinan dari Tuhan. Mungkin saja hal itu disebabkan karena kini ia merasa sudah tua, ataupun karena merasa pernah gagal dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Mungkin hal itu disebabkan karena ia merasa bahwa tugas dari Allah tersebut merupakan tantangan berat yang tidak dapat diatasinya. Mungkin juga Musa merasa bahwa akan lebih mudah baginya untuk tetap menjadi seorang gembala dan mengurus urusan rumah tangganya. Maka ia menggunakan alasan bahwa ia tidak fasih berbicara. Apakah alasan –alasan yang sering kita gunakan untuk tidak mematuhi kehendak Allah? Tuhan menjadi marah dan kemudian memilih kakaknya, Harun, untuk menjadi juru bicara bagi Musa. Apakah kita ingin agar Allah berkenan menggunakan hidup kita untuk kemuliaanNya? Maka kita harus percaya kepadaNya dan tidak bersandar kepada kemampuan diri sendiri untuk menjawab kebutuhan yang ada tersebut. Kita perlu mematuhi panggilan Tuhan bagi hidup kita. Untuk Direnungkan dan Dilakukan : Apakah Anda merasa tertekan secara rohani? Allah hendak memberi hidup yang baru dan kedamaian bagi jiwa Anda ; Kadang-kadang tampaknya Allah tidak peduli kepada kita, tetapi ia melihat segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita dan Ia peduli kepada kita. Mungkin kadang kala masih belum tiba saatnya bagi Allah untuk membebaskan kita dari kesulitan yang ada, tetapi Allah selalu setia kepada anak-anakNya. Ia selalu menepati janjijanjiNya, dan Ia melakukan segala sesuatu dalam hidup kita untuk mendatangkan kemuliaan bagi namaNya dan juga untuk kebaikan bagi hidup kita ; Salah satu alasan mengapa beberapa dari kita harus melalui kesulitan-kesulitan hidup, adalah untuk menunjukkan bahwa Allah memiliki rencana-rencana yang lebih indah bagi hidup kita. Kita harus belajar untuk percaya kepadaNya, sekalipun di saat terkelam dalam hidup kita ; Allah memilih orang-orang yang dapat dijadikanNya sebagai pemimpin, jika orang tersebut memiliki kesabaran untuk menantikan saat terbaik dari Tuhan. Mungkin Anda dilahirkan untuk disiapkan Allah sebagai pemimpin pada waktuNya ; Allah menghendaki seorang hamba yang rendah hati, taat dan mau melakukan perintah-perintahNya. Ia akan memampukan kita untuk mencapai jauh lebih banyak hal dibandingkan dengan apa yang dapat kita capai dengan kekuatan sendiri. Pertanyaan Untuk Diskusi : Didalam kitab Kel. 1 ; 12 kita melihat hal yang indah tentang perlindungan dan penyertaan Tuhan dibalik segala jenis tekanan dan aniaya : “..Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. Apakah Anda melihat bagaimana Allah dengan kuasaNya justru melipatgandakan dan menguatkan ummatNya di saat berbagai tekanan dan penganiayaan terjadi kepada gerejaNya? Apakah kebenaran ini memberikan penghiburan bagi Anda di saat sedang mengalami berbagai kesulitan hidup? Di dalam kitab Kel.3, untuk menarik perhatian Musa agar datang menghadap kepadaNya, Allah mencoba berbicara kepada Musa melalui semak duri yang menyala oleh api; ketika kemudian Musa mencoba menyimpang dari Allah, kemudian Allah memanggil namanya (Kel. 3 : 4). Apakah Anda pernah merasa/ mempunyai pengalaman ini: bahwa Allah mencoba untuk menarik perhatian Anda kepadaNya melaluji berbagai cara? Ceritakanlah bagaimana cara Allah mencoba menarik perhatian Anda untuk menyatakan hal-hal penting bagi hidup Anda? Lalu apakah Anda pernah tidak mempedulikannya, dan kemudian kehilangan kesempatan yang indah di dalam Tuhan, saat Allah mencoba menarik perhatian Anda? Ayat Hafalan Hari ini : Efesus 2 : 10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”