31 Januari Bacaan Alkitab : Kej. 46:5-9; 1Taw. 5:1-6; Kej. 46:10-12; 1 Taw. 2:18-55; 1 Taw. 4:1-23; Kej. 46:13; 1 Taw. 7:1-5; Kej. 46:14-18; 1 Taw. 7:30-40; Kej. 46:19-25; 1 Taw. 7:6-12; 1 Taw. 7:13; Kej. 46:26- 47:12 (Kurun waktu : diperkirakan 2.119 - 1.983 S.M.) “Menjaga Warisan Keluarga” Bagaimana cara Anda mengukur berkat-berkat Tuhan? Banyak orang yang mengukur besarnya berkat-berkat Tuhan melalui jumlah anak yang dimilikinya. Di dalam budaya suku Israel, berkat-berkat Ilahi sering diukur dari berapa jumlah anak yang mereka miliki, dan khususnya anak laki-laki. Tentu saja anak-anak perempuan juga diperhitungkan sebagai berkat Tuhan, tetapi anak laki-laki lah yang akan membawa nama keluarga mereka dan juga mewarisi tradisi keluarga mereka. Bagaimana cara kita melindungi warisan keluarga? Seperti yang dapat Anda ketahui dari bacaan hari ini, janji-janji Allah kepada Abraham untuk memberkati keturunannya (diukur dari jumlah keturunannya), telah dipenuhi (Kej.17 : 1-7). Yakub memulai dengan hanya dirinya sendiri, dan saat ia telah lanjut usianya, jumlah keluarganya yang terdiri dari dirinya, anak-anaknya, cucu dan cicit nya telah bertambah-tambah menjadi suatu suku bangsa (I Taw. 2, 4, 5 dan 7). Melalui pohon silsilah keluarganya, kita dapat melihat adanya berkat Tuhan dan anggota keluarganya yang terus bertumbuh menjadi suku-suku yang besar. Keturunan Yehuda merupakan suku yang paling besar. Suku Yehuda kemudian berkembang merpisah dari yang kemudian terpisah dari suku bangsa yang mendiami bagian utara Israel. Catatan genealogis tentang penyebaran suku Israel ini mungkin tidak berarti banyak bagi kita, tetapi bagi orang Yahudi, hal tersebut sangat berguna untuk mengenali siapa saja yang menjadi keturunan asli Yakub (Israel). Bagi ahli-ahli taurat dan imam-iman Yahudi, catatan garis keturunan ini sangat penting, sehingga mereka tidak akan kehilangan identitas ataupun hak warisan keluarga, serta hak kewarga-negaraannya. Ketika Yakub menyatakan jumlah seluruh keturunannya di hadapan Firaun, tanpa bermaksud untuk menyerang nya dengan jumlah keturunan yang sangat banyak, Yakub menunjukkan bahwa keturunannya langsung saja sudah berjumlah 70 orang. Apakah dengan mempunyai banyak keturunan sudah cukup untuk menjaga garis keturunan keluarga? Bagaimana cara kita mempertahankan warisan keluarga yang hidupnya takut akan Allah? Kita akan dapat menemukan salah satu jawabannya di dalam Renungan Harian hari ini. Di dalam Renungan Harian yang lalu (Tanggal 27 – 29 Januari), kita mengetahui bahwa Allah menyertai Yusuf dan menolongnya untuk dapat mengartikan mimpi Firaun, dan oleh karena Yusuf memiliki rencana yang bijak untuk mengatasi bahaya kelaparan yang akan melanda Mesir, lalu Yusuf ditugasi untuk mengatur persediaan makanan di seluruh negri, selama tahun-tahun kelimpahan dan juga pada saat terjadi bencana kekeringan. Pada tahun ke dua setelah terjadinya bencana kelaparan, saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk membeli biji gandum, tetapi Yusuf bersikap kasar kepada mereka dan mencoba menguji sifat mereka. Tampaknya Yusuf ingin mengetahui apakah saudara-saudaranya tersebut telah sungguhsungguh bertobat dari tindakan jahat yang pernah dilakukan mereka terhadapnya. Ternyata mereka kini sudah insyaf akan kejahatan mereka, dan terlebih lagi, kini mereka sangat memperhatikan kondisi ayah dan adik terkecil mereka, Benyamin. Mengetahui bahwa kini mereka telah bertobat, kemudian Yusuf menghentikan samarannya dan menunjukkan identitasnya yang sebenarnya kepada saudarasaudaranya tersebut. Lalu ia menghibur dan menguatkan hati mereka dan meminta mereka untuk membawa ayah mereka Yakub beserta seluruh anggota keluarganya yang lain untuk pindah ke Mesir, karena bencana kelaparan yang diperkirakan akan berlangsung cukup lama. Dalam Renungan Harian hari ini, ayah Yusuf, Yakub, pindah ke Mesir bersama seluruh anggota keluarganya. Namun demikian terjadi masalah pada saat hendak memindahkan seluruh anggota keluarga Yusuf ke Mesir; keluarga Yusuf adalah peternak domba, dan pekerjaan yang dianggap rendah, kotor serta menimbulkan bau tak sedap ini rupanya menjadi hal yang dibenci orang Mesir. Atas dasar sikap ingin menghormati penduduk Mesir, kemudian Yusuf meminta kepada Firaun agar keluarganya diijinkan untuk menetap secara terpisah di Goshen, jauh dari kediaman orang Mesir. Permohonan tersebut dikabulkan Firaun. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Yusuf, lalu keluarganya diberikan daerah yang terbaik di tanah Mesir, di sebelah timur di wilayah Ramses, untuk menetap dan menggembalakan ternak mereka. Anggota keluarga Yusuf tidak hanya menerima hadiah tersebut, namun mereka juga ditugasi untuk menggembalakan ternak milik Firaun. Entah disadari atau tidak, tindakan Yusuf untuk memisahkan tempat tinggal anggota keluarganya dari orang-orang Mesir, telah membantu menjaga keluarganya agar tidak bercampur dengan orang Mesir. Dengan hidup terpisah dari orang Mesir, akan berkurang kemungkinannya bagi anggota keluarganya untuk kawin dan mengawinkan serta menyembah dewa-dewa Mesir. Tetapi sayangnya, seperti yang nanti akan kita pelajari, ternyata keturunan Yusuf tersebut mengikuti pola hidup orang Mesir dengan menyembah dewa-dewa mereka, saat hidup mereka di padang gurun menjadi keras dan susah; tetapi tentang ini akan dibahas di pelajaran berikutnya. Apakah yang hendak kita lakukan untuk mempertahankan warisan keluarga yang takut akan Allah? Allah tidak menghendaki agar kita hidup terpisah dari dunia sekitar kita (Yoh.17 : 15-17), karena itu berarti kita harus diambil keluar dari dunia ini. Akan tetapi Allah menghendaki agar kita memisahkan diri dari segala jenis kejahatan, dan kadang kala pun harus memisahkan diri dari orang-orang yang berlaku jahat dan juga lingkungan yang buruk. Perintah Tuhan bagi kita mengenai hal ini terdapat di dalam surat 2 Kor.6 : 14-18. “(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (6:15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersamasama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. (6:17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. (6:18) Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anakanak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa." Untuk Direnungkan dan Dilakukan : Bersyukurlah untuk berkat keturunan di dalam keluarga ; Pertahankanlah dan lindungilah hubungan yang indah antara Anda ataupun anggota keluarga Anda dengan Tuhan ; Pertanyaan Untuk Diskusi : Jelaskanlah : bagaimana hubungan janji-janji Allah kepada Abraham dan keturunannya, dengan kondisi yang dialami Yakub dan keturunannya, seperti yang terdapat dalam kitab Kej. 47 :11 – 12 : “Yusuf menunjukkan kepada ayahnya dan saudarasaudaranya tempat untuk menetap dan memberikan kepada mereka tanah milik di tanah Mesir, di tempat yang terbaik di negeri itu, di tanah Rameses, seperti yang diperintahkan Firaun. (47:12) Dan Yusuf memelihara ayahnya, saudara-saudaranya dan seisi rumah ayahnya dengan makanan, menurut jumlah anak-anak mereka. Pelajaran apakah yang dapat kita petik tentang cara Tuhan menepati janji-janjiNya bagi hidup kita dan cara Ia memisahkan kita dari hal-hal dan lingkungan yang jahat? Apakah selalu mudah bagi kita untuk memahami cara Allah melindungi dan menolong kita agar selalu memiliki sikap hidup yang takut akan Tuhan, ketika Ia melakukan ‘pemisahan- pemisahan’ di dalam hidup kita? Ayat hafalan hari ini : 3 Yohanes 1 : 4 “Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.”