PERTEMUAN KEEMPAT

advertisement
KELUARAN: SEJARAH PEMBEBASAN ISRAEL
Allah pun memilih Abram, dan mengadakan ‟kovenan‟ dengannya
(Kejadian 15 & 17). Kovenan dengan Abram itu adalah inisiatif Allah. Allah
kemudian menetapkan „tanda sunat‟ untuk menjadi tanda perjanjian dari pihak
Abram (Kej. 17). Melalui „tanda sunat‟ yang ada pada tubuhnya sendiri, Abram
(yang kemudian namanya menjadi Abraham), akan mengingat perjanjian yang
telah diikat antara Allah dengan dirinya & keturunannya.
Ketika Allah menegakkan kovenan dengan Abram, Allah menubuatkan
tentang apa yang akan terjadi pada keturunan Abram di masa depan, “Ketahuilah
dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam
suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan
diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan
memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar
dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau akan pergi kepada
nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah
putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab
sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap” (Kejadian 15:13 – 16).
Abraham pun beranak cucu dan menghasilkan garis keturunan sebagai
berikut:
ABRAHAM
usia 75 – Ke
Kanaan
usia 100
ISHAK lahir
40
–
Ishak
menikah
usia 160
60
YAKUB & Esau
lahir
usia 175 – wafat 75
15
151
91
YUSUF lahir
157
97 Yakub ke 6
Kanaan
168
108
17 di Mesir
180 – wafat
120
29
121
30 jadi pejabat
Firaun
130 Yakub ke 39
Mesir
147 – wafat
56
110 – wafat
Demikian, nubuatan Allah tentang keturunan Abram, tergenapi dalam
kehidupan Yakub dan anak-anaknya. Ketika berusia 130 tahun, Yakub (yang
9
juga dinamai „Israel‟) dan kesebelas anak laki-lakinya, menyusul Yusuf yang
kini menjadi „orang nomor dua‟ di Negara Mesir. Di Mesir, jumlah orang Ibrani
ini berkembang sangat cepat. Namun menurut Kejadian 15:13, mereka
“diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya” (lebih tepatnya lagi ±
430 tahun).
Kemudian lahirlah seorang tokoh pembebas bernama Musa. Musa
adalah seorang keturunan Lewi. Tentang siapa Lewi bisa kita lihat dari struktur
berikut:
Abraham
Ishak
Yakub
Ismael
Esau
Ruben
Simeon
Lewi
Yehuda
Ishakar
Zebulon
Gad
Asyer
Dan
Naftali
Yusuf
Efraim
Manasye
Benyamin
Di kemudian hari, Suku Lewi dikhususkan untuk melayani Tuhan dalam
tugas-tugas keimaman (Bil.3:1 – 4, 49) dan tidak mendapatkan warisan „wilayah
tertentu‟ di Tanah Perjanjian, melainkan disebar keberadaannya di 48 kota di
seluruh Israel (Yosua 21:1 – 45). Dengan dikecualikannya Suku Lewi, kini
jumlah suku Israel menjadi 11 saja. Namun kemudian nama „Yusuf‟ tidak
disebutkan sebagai satu suku Israel, melainkan nama kedua anaknya, yaitu
Efraim dan Manasye. Kini jumlah suku Israel genap 12 jumlahnya.
Melalui Musa, Allah melakukan „pertempuran rohani‟ (spiritual battle)
melawan ilah-ilah Mesir. Beberapa ayat berikut ini menunjukkannya, yaitu
Bil.33:4 – TUHAN telah menjatuhkan hukuman-hukuman kepada para allah;
10
Kel.12:12 – kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah,
TUHAN; Kel.10:2 – Aku mempermain-mainkan orang Mesir.
Demikianlah, ketika Tuhan mengirimkan tulah-tulah ke atas bangsa
Mesir, Tuhan sedang menyatakan kepada bangsa Mesir bahwa dewa-dewa Mesir
tidak ada apa-apanya di hadapan Allah yang sejati.
1. Tulah pertama: Air menjadi darah. Allah hendak menunjukkan
perlawanannya terhadap Sungai Nil, yang digambarkan dengan Dewa Hapi.
2. Tulah kedua: Wabah Katak. Allah hendak menunjukkan perlawanannya
terhadap Hekhet, sang bidan ilahi, yang digambarkan sebagai perempuan
berkepala katak.
3. Tulah ketiga dan…
4. Tulah keempat: Wabah nyamuk dan lalat. Allah hendak menunjukkan
perlawanannya terhadap dewa kebangkitan yang dapat memulihkan diri
sendiri, yaitu Kheper, yang disimbolkan dengan kumbang terbang.
5. Tulah kelima: Penyakit sampar pada ternak. Allah hendak menunjukkan
bahwa dewa-dewa Ternak Mesir, tidak punya kuasa apa-apa untuk
melindungi ternak-ternak.
6. Tulah keenam: Penyakit Barah pada kulit. Allah hendak menunjukkan
bahwa Dewi Wabah berkepala Singa, yaitu Sekhmet, tidak berkutik
menghadapi Allah yang sejati.
7. Tulah ketujuh: Hujan batu dan es. Allah hendak mencemooh dewa-dewa
langit Mesir, diantaranya Dewi Nut (menggambarkan langit sebagai
perempuan dan menggambarkan kubah langit), Dewi Shu (pendukung
sorgawi yang menopang langit), dan Dewi Tefnut (Dewi Kelembaban).
8. Tulah kedelapan: Wabah Belalang. Allah menunjukkan bahwa Senehem,
yang merupakan pelindung Ilahi atas pengrusakan dan hama, tidak berkutik
melawan Allah yang sejati. Dan ilah-ilah pada umumnya yang juga
berfungsi untuk melindungi dari serangan belalang, juga tidak berkutik.
9. Tulah kesembilan: Kegelapan. Allah hendak menunjukkan bahwa AmonRa (yang menggambarkan Dewa Matahari) yang merupakan dewa utama
Mesir, tidak berkuasa menghadapi Allah.
10. Tulah kesepuluh: Anak Sulung Mesir mati. Allah hendak menunjukkan
bahwa Firaun yang dipandang juga sebagai Dewa Mesir, serta penerusnya
(anak sulungnya) yang juga akan dianggap sebagai dewa, tidak berkutik
menghadapi Allah yang sejati.
11
Rangkaian tulah-tulah di atas membentuk struktur berikut:
Mujizat pertama: Ular-ular
(Keluaran 7:8 – 13)
Serangkaian mujizat dan penghakiman (7:14 – 10:29)
Rangkaian Pertama
Rangkaian Kedua
Rangkaian Ketiga
(7:14 – 8:19)
(8:20 – 9:12)
(9:13 – 10:29)
Peringatan di Sungai
Peringatan di Sungai Nil
Peringatan di Sungai
Nil
(8:20 – 9:12)
Nil
(7:14 – 18)
(9:13 – 19)
I. Lalat pikat (8:20 –
I. Hujan batu, es, api
I. Air menjadi
darah (7:14 – 24)
32)
(9:13 – 35).
II. Katak (7:25 –
II. Sampar pada
II. Belalang (10:1 – 20)
8:15)
ternak (9:1 – 7)
III. Barah pada tubuh III. Kegelapan (9:26;
III. Agas/nyamuk
(7:22; 8:7; 8:18 –
(8:23-23; 9:4, 7;
10:15, 23).
19)
9:9).
Para ahli sihir
Pembedaan
Pembedaan
(7:22; 8:7; 8:18 – 19)
(8:22 – 23; 9:4, 7; 9:9)
(9:26; 10:15, 23)
Mujizat terakhir: Tulah Kesepuluh
(Keluaran 11:1 – 13:16)
Tulah kesepuluh yang ditimpakan Tuhan kepada orang-orang Mesir
adalah “tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun
yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung budak perempuan yang
menghadapi batu kilangan, juga segala anak sulung hewan” (Keluaran 11:5).
“Ia (TUHAN) melepaskan kepada mereka (bangsa Mesir) murka-Nya yang
menyala-nyala, kegemasan, kegeraman dan kesesakan, suatu pasukan malaikat
yang membawa malapetaka” (Mazmur 78:49). Malapetaka itu tidak akan
menimpa keluarga-keluarga Israel yang “kedua tiang pintu dan pada ambang
atas” dari rumahnya dioleskan darah anak domba jantan (Keluaran 12:7).
Peristiwa dimana “Allah melewati” rumah-rumah bangsa Israel ini,
dirayakan sebagai „Paskah‟ (Pass-over = melewati). Bulan Abib/Nisan (sekitar
Maret – April di kalender kita) pun ditetapkan sebagai awal bulan dalam
kalender Israel, dan hal itu memberi makna bahwa “hidup Israel sebagai umat,
didasarkan atas karya penebusan Allah.”
Peristiwa ini sebenarnya menunjuk kepada peristiwa puncaknya, yaitu
pada peristiwa dimana Allah tidak menjatuhkan murkaNya ke atas kita yang
telah dibasuh oleh darah Yesus Kristus (Anak Domba Paskah – 1 Kor.5:7).
12
Roma 5:9 mencatat, “karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya
(Kristus), kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.”
Jadi kita bukan ditebus dari tangan iblis! Kematian Kristus bukan
bermakna bahwa Allah membeli kita dari tangan iblis! Maksud „menebus‟ disini
adalah bahwa kita “diselamatkan dari murka Allah”. Peristiwa pencurahan darah
Yesus Kristus di atas kayu salib serta kebangkitanNya dari kematian ini pun, kini
dirayakan pula oleh orang Kristen sebagai Paskah.
Setelah merayakan Paskah, bangsa Israel kemudian dipimpin Tuhan
dengan penuh keperkasaan (dengan membelah Laut Merah) untuk keluar dari
Mesir. Peristiwa Keluaran (Exodus) orang Israel dari Mesir adalah peristiwa
utama sejarah keselamatan dalam Kitab Perjanjian Lama. Melalui peristiwa itu,
Tuhan menggenapi janjiNya kepada Abram, yang tercatat dalam Kejadian 15:14,
16, “Tetapi bangsa (Mesir) yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum,
dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang
banyak….Tetapi keturunan (Israel) yang keempat akan kembali ke sini (ke Tanah
Kanaan), sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.”
Jadi ketika bangsa Israel dipimpin Allah keluar dari Mesir menuju
Tanah Kanaan, pada saat itu kejahatan orang-orang Amori yang mendiami Tanah
Kanaan mencapai puncak-puncaknya! Bagian Alkitab lain menggambarkan
bagaimana suku-suku di Kanaan bahkan sampai membakar anak-anaknya sendiri
untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa mereka. Jadi masuknya Israel ke
Tanah Kanaan adalah bagian rencana Allah, dimana Allah hendak memakai
Israel untuk menghukum suku-suku yang jahat di Kanaan. Karena pada zaman
itu belum ada lembaga seperti Perserikatan Bangsa-bangsa, maka Allah memakai
satu bangsa untuk menghukum bangsa lainnya. Dan prinsip ini tentu tidak bisa
diterapkan begitu saja pada zaman ini!
Selepasnya dari Mesir, bangsa Israel kemudian menuju Tanah Kanaan,
dengan lebih dahulu menjumpai Allah di Sinai! Disana Allah mengikatkan
diriNya dengan bangsa Israel melalui ikatan „Kovenan Sinai‟. Allah memberikan
HukumNya, dan hari Sabat menjadi tanda khusus dari kovenan antara Allah
dengan Israel (Kel. 31:12-17). Isi Kitab-kitab “Perjanjian Lama” selanjutnya
menggambarkan, bahwa Allah tetap setia pada kovenanNya; terus-menerus Ia
berfirman dan bertindak untuk menyelamatkan umatNya, sekalipun “bangsa
Israel” itu selalu saja melanggar syarat-syarat KovenanNya (tentang ini akan kita
pelajari lebih detil dalam pelajaran selanjutnya).
13
Download