KELUARAN: SEJARAH PEMBEBASAN ISRAEL Allah pun memilih Abram, dan mengadakan ‟kovenan‟ dengannya (Kejadian 15 & 17). Kovenan dengan Abram itu adalah inisiatif Allah. Allah kemudian menetapkan „tanda sunat‟ untuk menjadi tanda perjanjian dari pihak Abram (Kej. 17). Melalui „tanda sunat‟ yang ada pada tubuhnya sendiri, Abram (yang kemudian namanya menjadi Abraham), akan mengingat perjanjian yang telah diikat antara Allah dengan dirinya & keturunannya. Ketika Allah menegakkan kovenan dengan Abram, Allah menubuatkan tentang apa yang akan terjadi pada keturunan Abram di masa depan, “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap” (Kejadian 15:13 – 16). Abraham pun beranak cucu dan menghasilkan garis keturunan sebagai berikut: ABRAHAM usia 75 – Ke Kanaan usia 100 ISHAK lahir 40 – Ishak menikah usia 160 60 YAKUB & Esau lahir usia 175 – wafat 75 15 151 91 YUSUF lahir 157 97 Yakub ke 6 Kanaan 168 108 17 di Mesir 180 – wafat 120 29 121 30 jadi pejabat Firaun 130 Yakub ke 39 Mesir 147 – wafat 56 110 – wafat Demikian, nubuatan Allah tentang keturunan Abram, tergenapi dalam kehidupan Yakub dan anak-anaknya. Ketika berusia 130 tahun, Yakub (yang 9 juga dinamai „Israel‟) dan kesebelas anak laki-lakinya, menyusul Yusuf yang kini menjadi „orang nomor dua‟ di Negara Mesir. Di Mesir, jumlah orang Ibrani ini berkembang sangat cepat. Namun menurut Kejadian 15:13, mereka “diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya” (lebih tepatnya lagi ± 430 tahun). Kemudian lahirlah seorang tokoh pembebas bernama Musa. Musa adalah seorang keturunan Lewi. Tentang siapa Lewi bisa kita lihat dari struktur berikut: Abraham Ishak Yakub Ismael Esau Ruben Simeon Lewi Yehuda Ishakar Zebulon Gad Asyer Dan Naftali Yusuf Efraim Manasye Benyamin Di kemudian hari, Suku Lewi dikhususkan untuk melayani Tuhan dalam tugas-tugas keimaman (Bil.3:1 – 4, 49) dan tidak mendapatkan warisan „wilayah tertentu‟ di Tanah Perjanjian, melainkan disebar keberadaannya di 48 kota di seluruh Israel (Yosua 21:1 – 45). Dengan dikecualikannya Suku Lewi, kini jumlah suku Israel menjadi 11 saja. Namun kemudian nama „Yusuf‟ tidak disebutkan sebagai satu suku Israel, melainkan nama kedua anaknya, yaitu Efraim dan Manasye. Kini jumlah suku Israel genap 12 jumlahnya. Melalui Musa, Allah melakukan „pertempuran rohani‟ (spiritual battle) melawan ilah-ilah Mesir. Beberapa ayat berikut ini menunjukkannya, yaitu Bil.33:4 – TUHAN telah menjatuhkan hukuman-hukuman kepada para allah; 10 Kel.12:12 – kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN; Kel.10:2 – Aku mempermain-mainkan orang Mesir. Demikianlah, ketika Tuhan mengirimkan tulah-tulah ke atas bangsa Mesir, Tuhan sedang menyatakan kepada bangsa Mesir bahwa dewa-dewa Mesir tidak ada apa-apanya di hadapan Allah yang sejati. 1. Tulah pertama: Air menjadi darah. Allah hendak menunjukkan perlawanannya terhadap Sungai Nil, yang digambarkan dengan Dewa Hapi. 2. Tulah kedua: Wabah Katak. Allah hendak menunjukkan perlawanannya terhadap Hekhet, sang bidan ilahi, yang digambarkan sebagai perempuan berkepala katak. 3. Tulah ketiga dan… 4. Tulah keempat: Wabah nyamuk dan lalat. Allah hendak menunjukkan perlawanannya terhadap dewa kebangkitan yang dapat memulihkan diri sendiri, yaitu Kheper, yang disimbolkan dengan kumbang terbang. 5. Tulah kelima: Penyakit sampar pada ternak. Allah hendak menunjukkan bahwa dewa-dewa Ternak Mesir, tidak punya kuasa apa-apa untuk melindungi ternak-ternak. 6. Tulah keenam: Penyakit Barah pada kulit. Allah hendak menunjukkan bahwa Dewi Wabah berkepala Singa, yaitu Sekhmet, tidak berkutik menghadapi Allah yang sejati. 7. Tulah ketujuh: Hujan batu dan es. Allah hendak mencemooh dewa-dewa langit Mesir, diantaranya Dewi Nut (menggambarkan langit sebagai perempuan dan menggambarkan kubah langit), Dewi Shu (pendukung sorgawi yang menopang langit), dan Dewi Tefnut (Dewi Kelembaban). 8. Tulah kedelapan: Wabah Belalang. Allah menunjukkan bahwa Senehem, yang merupakan pelindung Ilahi atas pengrusakan dan hama, tidak berkutik melawan Allah yang sejati. Dan ilah-ilah pada umumnya yang juga berfungsi untuk melindungi dari serangan belalang, juga tidak berkutik. 9. Tulah kesembilan: Kegelapan. Allah hendak menunjukkan bahwa AmonRa (yang menggambarkan Dewa Matahari) yang merupakan dewa utama Mesir, tidak berkuasa menghadapi Allah. 10. Tulah kesepuluh: Anak Sulung Mesir mati. Allah hendak menunjukkan bahwa Firaun yang dipandang juga sebagai Dewa Mesir, serta penerusnya (anak sulungnya) yang juga akan dianggap sebagai dewa, tidak berkutik menghadapi Allah yang sejati. 11 Rangkaian tulah-tulah di atas membentuk struktur berikut: Mujizat pertama: Ular-ular (Keluaran 7:8 – 13) Serangkaian mujizat dan penghakiman (7:14 – 10:29) Rangkaian Pertama Rangkaian Kedua Rangkaian Ketiga (7:14 – 8:19) (8:20 – 9:12) (9:13 – 10:29) Peringatan di Sungai Peringatan di Sungai Nil Peringatan di Sungai Nil (8:20 – 9:12) Nil (7:14 – 18) (9:13 – 19) I. Lalat pikat (8:20 – I. Hujan batu, es, api I. Air menjadi darah (7:14 – 24) 32) (9:13 – 35). II. Katak (7:25 – II. Sampar pada II. Belalang (10:1 – 20) 8:15) ternak (9:1 – 7) III. Barah pada tubuh III. Kegelapan (9:26; III. Agas/nyamuk (7:22; 8:7; 8:18 – (8:23-23; 9:4, 7; 10:15, 23). 19) 9:9). Para ahli sihir Pembedaan Pembedaan (7:22; 8:7; 8:18 – 19) (8:22 – 23; 9:4, 7; 9:9) (9:26; 10:15, 23) Mujizat terakhir: Tulah Kesepuluh (Keluaran 11:1 – 13:16) Tulah kesepuluh yang ditimpakan Tuhan kepada orang-orang Mesir adalah “tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung budak perempuan yang menghadapi batu kilangan, juga segala anak sulung hewan” (Keluaran 11:5). “Ia (TUHAN) melepaskan kepada mereka (bangsa Mesir) murka-Nya yang menyala-nyala, kegemasan, kegeraman dan kesesakan, suatu pasukan malaikat yang membawa malapetaka” (Mazmur 78:49). Malapetaka itu tidak akan menimpa keluarga-keluarga Israel yang “kedua tiang pintu dan pada ambang atas” dari rumahnya dioleskan darah anak domba jantan (Keluaran 12:7). Peristiwa dimana “Allah melewati” rumah-rumah bangsa Israel ini, dirayakan sebagai „Paskah‟ (Pass-over = melewati). Bulan Abib/Nisan (sekitar Maret – April di kalender kita) pun ditetapkan sebagai awal bulan dalam kalender Israel, dan hal itu memberi makna bahwa “hidup Israel sebagai umat, didasarkan atas karya penebusan Allah.” Peristiwa ini sebenarnya menunjuk kepada peristiwa puncaknya, yaitu pada peristiwa dimana Allah tidak menjatuhkan murkaNya ke atas kita yang telah dibasuh oleh darah Yesus Kristus (Anak Domba Paskah – 1 Kor.5:7). 12 Roma 5:9 mencatat, “karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya (Kristus), kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.” Jadi kita bukan ditebus dari tangan iblis! Kematian Kristus bukan bermakna bahwa Allah membeli kita dari tangan iblis! Maksud „menebus‟ disini adalah bahwa kita “diselamatkan dari murka Allah”. Peristiwa pencurahan darah Yesus Kristus di atas kayu salib serta kebangkitanNya dari kematian ini pun, kini dirayakan pula oleh orang Kristen sebagai Paskah. Setelah merayakan Paskah, bangsa Israel kemudian dipimpin Tuhan dengan penuh keperkasaan (dengan membelah Laut Merah) untuk keluar dari Mesir. Peristiwa Keluaran (Exodus) orang Israel dari Mesir adalah peristiwa utama sejarah keselamatan dalam Kitab Perjanjian Lama. Melalui peristiwa itu, Tuhan menggenapi janjiNya kepada Abram, yang tercatat dalam Kejadian 15:14, 16, “Tetapi bangsa (Mesir) yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak….Tetapi keturunan (Israel) yang keempat akan kembali ke sini (ke Tanah Kanaan), sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.” Jadi ketika bangsa Israel dipimpin Allah keluar dari Mesir menuju Tanah Kanaan, pada saat itu kejahatan orang-orang Amori yang mendiami Tanah Kanaan mencapai puncak-puncaknya! Bagian Alkitab lain menggambarkan bagaimana suku-suku di Kanaan bahkan sampai membakar anak-anaknya sendiri untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa mereka. Jadi masuknya Israel ke Tanah Kanaan adalah bagian rencana Allah, dimana Allah hendak memakai Israel untuk menghukum suku-suku yang jahat di Kanaan. Karena pada zaman itu belum ada lembaga seperti Perserikatan Bangsa-bangsa, maka Allah memakai satu bangsa untuk menghukum bangsa lainnya. Dan prinsip ini tentu tidak bisa diterapkan begitu saja pada zaman ini! Selepasnya dari Mesir, bangsa Israel kemudian menuju Tanah Kanaan, dengan lebih dahulu menjumpai Allah di Sinai! Disana Allah mengikatkan diriNya dengan bangsa Israel melalui ikatan „Kovenan Sinai‟. Allah memberikan HukumNya, dan hari Sabat menjadi tanda khusus dari kovenan antara Allah dengan Israel (Kel. 31:12-17). Isi Kitab-kitab “Perjanjian Lama” selanjutnya menggambarkan, bahwa Allah tetap setia pada kovenanNya; terus-menerus Ia berfirman dan bertindak untuk menyelamatkan umatNya, sekalipun “bangsa Israel” itu selalu saja melanggar syarat-syarat KovenanNya (tentang ini akan kita pelajari lebih detil dalam pelajaran selanjutnya). 13