SUBTANCE-RELATED DISORDER Overview Bab ini akan memaparkan gangguan yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat pada setiap kelas mayor. Topic yang dipilih berdasarkan pengkategorian yang ada dalam DSM IV TR, seperti alcohol, amfetamin, kafein, ganja, kokain, halusinogen, inhalant, nikotin, opioid, phencyclidine, dan sedative hypnotics, History Of Subtance Abuse Kebanyakan obat yang dislahgunakan merupakan obat yang sudah dikenal manusia selama beribu-ribu tahun, misalnya opium yang digunakan sedikitnya selama 3500 tahun, pemakaian marijuana sebagai obat Herbal di Cina, hingga pemakaian wine yang disebutkan dalam bible. a. Early & Mid 19th Century Perspective: The Medicalization Of Drug Use Pada tahun 1810 Benjamin Rush yang dikenal sebagai dokter Amerika pertama yang mengemukakan bahwa penggunaan berlebihan dari alcohol merupakan suatu gangguan (disorder) bukan suatu kerusakan moral, sehingga didirikan sebuah sober house. Selanjutnya pada tahun 1835 Samuel Woodward menjadi pionir dibangunnya asylum atau rumah sakit jiwa untuk orang gila (insane), juga membangun asylum yang khusus menangani para pemabuk. Warga Washington juga mulai menyadari dampak dari alcohol, sehingga mengembangkan prinsip self-help yang kemudian juga diajukan oleh Alcoholocs Anonymous (AA) hampir seabad setelahnya. Namun ide tentang voluntarism dan self help ini gagal menyelesaikan masalah alkoholisme, sehingga para dokter mulai berdebat mengenai treatment dalam rumah sakit jiwa untuk pemabuk tersebut. Amerika sendiri memiliki badan yaitu AACI (America Association for the Cure of Inebrates) yang focus terhadap penanganan para pemabuk. Badan ini kemudia semakin berkembang sehingga menangani juga pasien penyalahgunaan intoxicant atau narkotik. b. Late 19th century attidudes - Penghujung abad 19 mulai ada perhatian besar terhadap pemakaian berlebih dan penyelahgunaan obat, termasuk alcohol dan tobacco, opiates & kokain. - Ddiketahui bahwa kokain dapat menginduksi psikosis intoksis, seperti penggunaan yang kompulsif dan sindroma dependen lain. - Penggunaan opiate dalam jangka waktu panjang memberikan afek ketergantungan, namun di Amerika sendiri hingga awal abad 20 opium alkaloid dan kokain masih ditemukan sebagai obat paten yang dijual bebast tanpa resep dokter. Baru setelahnya diketahui bahwa pemakaian opium ini berkaitan dengan moral deficit yang mengancam stabilitas Negara, sehingga penggunaannya mulai diawasi. c. 19th and early 20th century control effort Pada tahun 1890an, public dan komunitas medis di Amerika mulai dapat membedakan penggunaan obat dan habituasi. Lalu pada tahun 1893 didirikan Anti Saloon League yang menyuarakan larangan keras terhadap alcohol. Buku-buku medis di Inggris dan Eropa serta Amerika mulai mencantumkan deskripsi tentang morfinisme, teori yang kausalitasnya, dan memberikan rekomendasi untuk kemungkinan treatment terhadap withdrawal dan postwithdrawal. Sekain itu, hukum mulai mengatur pembatasan penjualan opates dan kokain, sehingga pada tahun 1903 produk coca Cola pun mengganti kandungan kokainnya dengan kafein. d. Early 20th Century Attitudes - Tahun 1920 Amerika mulai melarang penjualan alcohol dan ada hokum yang mengaturnya, sehingga perilaku meminum alcohol berubah secara drastic. Satu tahun setelahnya, 14 negara bagian juga mengeluarkan hokum mengenai rokok. - Ditemukan bahwa heroin yang dikenal sebagai treatment untuk masalah pernafasan seperti batuk, juga menyebabkan efek lain yang mirip dengan morfin, sehingga menimbulkan masalah kenakalan remaja dan aktivitas criminal lain. - Akhirnya pada tahun 1923 muncul hokum yang mengatakan bahwa penggunaan opiate dan kokain untuk kepentingan treatment meski dalam jumlah kecil dilarang atau illegal. e. The Mid 20th Century: New (and Old) Drug Problem - Barbiturate sedative dan barbital mulai dikenal dalam bidang medis klinis tahun 1903. Satu tahun kemudian, kasus pertama dilaporkan berkenaan dengan penyalahgunaan (misuse) subtansi ini, dependensi, dan withdrawal. - Amfetamin yang disintesa pada tahun 1807 digunakan secara klinis pada tahun 1932 sebagai obat untuk menyusutkan membrane mucus. Namun pada 1930 ditemukan bahwa amfetamin juga memerikan efek samping lain yang berbehaya seperti euphoria. Definisi Subtance Dependence Substance dependence merupakan suatu sindroma dengan penggunaaan problematic dengan berbagai cirri-ciri dalam satu set criteria diagnostic. Istilah dependensi juga digunakan untuk mengindikasikan adaptasi fisik yan dilakukan tubuh berupa ketergantungan fisik, biasanya disebabkan penggunaan yang kronis terhadap suatu subtansi tertentu. Namun seseorang bias saja memiliki ketergantungan secara fisik tanpa memiliki problematic use, seperti pasien kanker yang harus terus menerus minum obat namun tidak memiliki gangguan tingkah laku; dan seseorang bias saja memiliki problematic use tanpa dependensi fisik (misalnya orang yang menjadi alkoholik setiap kali weekend). DSM-IV, DSMS-IV TR, dan ICD 10 memformulasi istilah substance dependence berdasarkan terminology yang dikenalkan oleh International Working Group yang disponsori oleh WHO dan US Alcohol, Drug Abuse & Mental Health Administration (ADAMHA) yang mendefinisikan substance dependence sebagai: “suatu sindroma yang dimanifestasikan oleh pola perilaku dimana perilaku penggunaan obat psikoaktif atau class of drugs lebih diprioritaskan disbanding perilaku lain yang lebih bernilai. Sindroma dependence ini tidak absolute, namun merupakan fenomena kuatitatif yang ada dalam derajat yang berbeda. Intensitas sindroma diukur dengan tingkah laku yang muncul dalam relasi terhadap penggunaan obat dengan tingkah laku lain yang sekunder terhadap penggunaan obat” DSM-IV dan DSM-IV TR mendefinisikan substance dependence sebagai “cirri esensial dari dependensi oleh sejumlah symptom yang bersifat kognitif, behavioral, dan fisiologis yang mengindikasikan bahwa individu melanjutkan penggunaan obat meskipun muncul masalah yang menyertai penggunaan obat tersebut”. Sedangkan ICD-10 memformulasikan substance dependence sebagai “sejumlah fenomena fisiologis, kognitif, dan behavioral yang berkembang setelah penggunaan obat secara berulang dan dicirikian dengan (1) keinginan yang kuat untuk mengonsumsi obat, (2) kesulitan mengontrol penggunaan obat tersebut, (3) bersikeras untuk menggunakan obat tersebut meski ada konsekuensi yang membahayakan, (4) prioritas yang lebih tinggi untuk menggunakan obat dibanding aktivitas lain, (5) toleransi yang meningkat, dan terkadang (6) keadaan fisik withdrawal. Pengklasifikasian Bahan Psikoaktif 1. Menurut PPDGJ III, yang termasuk ke dalam bahan psikoaktif adalah Alkohol, Amfetamin, Barbiturat, Hipnotika, Kanabis, Opioida, Sedativa, Simpatomimetika. 2. Menurut Oltsman (2012), berikut adalah daftar zat-zat kimia yang dapat membuat seseorang ketergantungan dalam waktu yang panjang: Class Examples Brand Names and Street Names CNS Depressants Alcohol Beer, wine, liquor Barbiturates Barbs, Benzodiazepines Seconal Methaqualone Roofies, tanks, Xanax, Valium, Amytal, Nembutal, Halcion Quaalude, ludes CNS Stimultants Amphetamine Black beauties, crosses, hearts Cocaine Blow, coke, crack, flake, rocks, Methamphetamnie snow Nicotine Crank, crystal, glass, ice, speed Caffeine Cigars, cigarettess, smkeless tobbaco Coffe, tea, soft drink Opiates Heroin Hores, smack, H, junk, skag Opium Laudanum, Morphine powder Methadone Raxanol, Duramorph Codeine Amidone, Dolophine, Methadose paregoric, dover’s Tylenol w/Codeine, Robitussin A-C Cannabinoids Marijuana Grass, herb, pot, reefer, smoke, Hashish weed Hash Hallucinogens LSD Acid, microdot Mescaline Buttons, cactus, mesc, peyote Psilocybin Magic, Phencyclidine passion MDMA PCP, angel dust, boat, hog, love mushroom, purple boat Ecstasy, XTC, Adam Penjelasan : Depressant of the central nervous system (CNS) meliputi alkohol sebagai salah satu jenis pengobatan yang digunakan untuk membantu seseorang tertidur, disebut dengan hypnosis, dan untuk relieving kecemasan, dikenal sebagai sedatives/anxiolytics. Simultan CNS mencakup obat terlarang seperti; amphetamine, cocain, seperti nicotin dan caffein. Opiates merupakan narcotics analgesics, digunakan secara klinis untuk mengurangi kesakitan. The cannabis seperti marijuana dapat membuat seseorang euphoria dan perasaan yang berubah-ubah sepanjang waktu, bahkan dapat menyebabkan halusinasi. Seseorang dengan substance use disorder seringkali menyalahgunakan beberapa tipe obat, hal seperti ini disebut polysubstance abuse. Istilah dalam Penyalahgunaan Obat a. Tolerance : proses yang terjadi dalam sistem saraf yang menjadi kurang sensitif sebagai efek dari alkohol atau penyalahgunaan obat lainnya. Sebagai contoh, orang yang minum alkohol sehari-hari harus meningkatkan jumlah alkohol yang diminumnya untuk mencapai efek subjektif seperti buzz, high, nge-fly. Metabolic tolerance berkembang ketika penggunaan obat yang terus-menerus menyebabkan hati seseorang memproduksi lebih banyak enzim yang digunakan untuk memetabolisme obat. Pharmacodynamic tolerance muncul ketika reseptor di otak beradaptasi untuk meneruskan kehadiran dari obat-obatan yang dikonsumsi. Neuron dapat beradaptasi dengan cara mengurangi jumlah reseptor atau mengurangi sensitivitas terhadap obat-obatan, hal ini disebut dengan down regulation. b. Withdrawl (lepas zat) : simptom yang dialami oleh seseorang yang berhenti menggunakan obat-obatan. Simptom ini dapat menghilang beberapa waktu namun biasanya akan muncul kembali. Sebagai contoh, ketika orang yang berhenti minum alkohol, sistem dalam tubuhnya akan ‘memantul’ dalam beberapa jam, memproduksi efek yang kurang menyenangkan seperti tangan tremor, berkeringat, muak, cemas, dan insomnia. Bentuk serius dari withdrawl diantaranya halusinasi convulsions dan visual, tactile atau pendengaran. c. Ketergantungan (addiction) : Kumpulan perilaku dan gejala-gejala fisiologik yang timbul setelah pemakaian zat psikoaktif jangka panjang. Keadaan ini ditandai dengan adanya gejala toleransi, lepas zat, dorongan kuat untuk memakai zat tersebut & tidak mampu mengontrolnya. Berikut adalah beberapa contoh obat beserta dampaknya : Substance Can Produce Can Produce Associated Can Dependence Produce Intoxication Withdrawl Dementia Alcohol Yes Yes Yes Yes Amphetamines Yes Yes Yes No Caffeine No Yes No No Marijuana/hashish Yes Yes No No Cocaine Yes Yes Yes No Hallucinogens Yes Yes No No Inhalants Yes Yes No Yes Nicotine Yes No Yes No Opiates Yes Yes Yes No Phencyclidine (PCP) Yes Yes No No Sedatives, hypnotics, Yes Yes Yes Yes and anxiolytics Diagnosis Gangguan Mental & Perilaku Akibat Zat Psikoaktif Pada pembahasan kali ini, kami menggunakan 2 sumber dalam mendiagnosa gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif, yaitu dari DSM-IV TR dan PPDGJ III. Pada multiaksial pada DSM-IV TR, gangguan mental & perilaku akibat zat psikoaktif ada pada aksis 1 dalam F10-F19, sedangkan pada klasifikasi dan urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ-III termsuk dalam F.1. yaitu gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya, lebih rinci disebutkan bahwa: Hierarki Blok Jenis Gangguan F.10. Gangguan mental dan perilaku akibat Penggunaan alkhohol F.11, F.12, F.14. Gangguan mental & perilaku akibat Penggunaan Opioida /kanabinoida/kokain F.13, F.15, F.16. Gangguan mental & perilaku akibat penggunaanSedativa atau Hipnotika/stimulansia lain/Hallusinogenika F.17, F.18, F.19. Gangguan Mental & perilaku akibat penggunaanTembakau/pelarut yang mudah menguap/ zatMultiple & Zat psikoaktif lainnya A. Diagnosis berdasarkan DSM-IV TR 1. Diagnostic Criteria for Substance Abuse Sebuah pola maladaptif dari penggunaan zat yang menyebabkan adanya penurunan atau tekanan klinis yang signifikan,sebagai manifestasi dengan satu (atau lebih ) gejala yang mengikuti dan terjadi dalam jangka waktu 12 bulan: a. Penggunaan zat yang berulang mengakibatkan kegagalan dalammemenuhi kewajiban peran utamadi tempat kerja, sekolah, atau rumah. b. Penggunaan zat yang berulang akanmembahayakan fisiknya. c. Pengguanaanzat yang berulangberhubungandapatbermasalahsecarahukum legal. d. Melanjutkanpenggunaan zat walaupun memiliki masalah sosial atau interpersonal yang disebabkan atau diperburukoleh efek dari zat. 2. Diagnostic Criteria for Substance Dependence Sebuah pola maladaptif daripenggunaanzatyangmenyebabkan penurunan atau tekanan klinis yang signifikan,sebagaimanifestasidengantiga (ataulebih ) gejala yang mengikutidanterjadidalamjangkawaktu 12 bulan: a. Toleransi b. Penarikan (withdrawl) c. Zat yang digunakansering dikonsumsi dalam jumlah yang lebihbesar atau penggunaan yang lebih lamadari apa yang dimaksudkan. d. Adanya keinginan pengkonsumsianterus-menerus atau gagalnyaupaya untuk mengurangi ataumengontrol penggunaan zat e. Banyak waktu yang dihabiskan dalam upaya untuk mendapatkanzattersebut. f. Adanyapenurunanpadakegiatan sosial, pekerjaan, atau kegiatanrekreasi. g. Penggunaan zat terusdilanjutkanmeskipun mengetahuiadanyamasalah fisik atau psikologis yangmungkin disebabkan atau diperburuk oleh zat tersebut. B. Diagnosis berdasarkanPPDGJ-III Diagnosis berdasarkan PPDGJ-III diagnosis ketergantungan zat jika ditemukan tiga atau lebih gejala di bawah ini dialami dalam waktu setahun (12 bulan), yaitu: 1. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa(kompulsi) untukmenggunakan zat 2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat sejak awal, usaha penghentian atau tingkat penggunaannya 3. Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti orang tersebut menggunakan zat atau golongan yang sejenisdengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat 4. Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan gunamemperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah(contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan alkohol danopiat yang secara rutin setiap hari menggunakan zat tersebutsecukupnya untuk mengendalikan keinginannya). 5. Secara progresif mengabaikan alternatif menikmati kesenangan kerana penggunaanzat psikoaktif yang lain, meningkatkan jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau pulih dari akibatnya 6. Terus menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikankesehatannya, seperti gangguan fungsi hati kerana minum alkohol berlebihan,keadaandepresi sebagai akibat penggunaan yang berat atau hendaya fungsi kognitif akibatmenggunakan zat, upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat bersungguh-sungguh atau diharapkan untuk menyadari akan hakikat dan besarnya bahaya. Faktor Pemicu Penyalahgunaan Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lain (NAPZA) Penyalahgunaan NAPZA akan berpengaruh pada tubuh juga mental-emosional para pemakainya. Semakin sering seseorang mengonsumsi zat tersebut, apalagi dalam jumlah yang berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan, dan juga fungsi sosial di dalam masyarakat. Pengaruhnya terhadap remaja bahkan dapat berakibat fatal karena akan menghambat perkembangan kepribadiannya. Narkoba dapat merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang ‘wakar’ bagi seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup seharihari. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suat pola penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian berbagai pihak. Meskipun sudah banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan, namun hal ini belum mampu mengurangi angka penyalahgunaan NAPZA secara signifikan. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang (NAPZA) ini akan dapat menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan. Penyalahgunaan obat-obatan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, di antaranya: 1. Faktor kepribadian Faktor di dalam kepribadian yang menjadi pemicu seseorang dalam penyalahgunaan Napza adalah persoalan genetika, biologis, personal, kesehatan, dan juga life style. Itu semua akan memiliki pengaruh dalam menentukan seseorang apakah akan terjerumus ke dalam penyalahgunaan Napza atau tidak. - Kurangnya pengendalian diri Seseorang yang mencoba untuk menyalahgunakan narkoba biasanya memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai narkoba itu sendiri, apa bahaya yang ditimbulkannya, serta bagaimana hukum mengatur larangan mengenai penyalahgunaan narkoba itu sendiri. - Konflik individu yang belum stabil Seseorang yang mengalami konflik akan mengalami frustasi. Bagi individu yang tidak biasa berada dalam situasi yang menuntutnya untuk melakukan penyelesaian masalah bisa juga menyebabkan seseorang menggunakan narkoba. Hal ini disebabkan karena pemikiran yang keliru bahwa cemas yang ditimbulkan oleh konflik individu dapat dikurangi dengan mengonsumsi narkoba. - Terbiasa hidup mewah Orang yang terbiasa hidup mewah, acap kali berupaya untuk mengindar dari permasalahan yang lebih rumit. Biasanya mereka lebih menyukai penyelesaian masalah secara instan, praktis, atau membutuhkan waktu yang singkat sehingga mereka akan lebih memilih cara-cara penyelesaian masalah yang simple yang sekiranya dapat memberikan kesenangan, salah satunya adalah dengan penyalahgunaan narkoba karena dinilai dapat memberikan rasa euphoria secara berlebihan. - Keingintahuan yang besar untuk mencoba hal baru, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai akibatnya - Keinginan untuk bersenang-senang - Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup masa kini - Keinginan untuk diterima oleh suatu lingkungan atau kelompok Adanya kebutuhan akan pergaulan teman sebaya dapat mendorong remaja untuk dapat diterima sepenuhnya dalam kelompoknya. Ada kalanya menggunakan NAPZA menjadi salah satu hal yang penting di kelompok tersebut sehingga remaja juga ikut menggunakannya demi kebutuhannya akan pengakuan dari kelompok tersebut. - Lari dari kebosanan atau masalah hidup - Pengertian yang salah mengenai penggunaan narkoba sekali-sekali tidak akan menimbulkan ketagihan - Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan - Tidak dapat berkata tidak pada NAPZA - Workaholic, ingin terus beraktivitas maka ia menggunakan stimulant atau perangsang - Menderita kecemasan berlebih - Kecanduan merokok dan minuman keras - Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan 2. Faktor keluarga - Kurangnya kontrol keluarga Orang tua yang terlalu sibuk dapat membuat waktu yang dimiliki untuk mengontrol anggota keluarganya menjadi sangat minim. Anak-anak yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung mencari perhatian di luar rumah, seperti mencari kesibukan bersama dengan teman-temannya. - Hubungan orang tua yang retak Komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dengan anak dan kurangnya rasa hormat di antara anggota keluarga juga bisa menjadi salah satu faktor yang ikut mendorong seseorang mengginakan narkoba. - Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung jawab Tidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja dimulai dari keluarga yang broken home, semua anak memiliki potensi yang sama untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Penerapan disiplin dan tanggung jawab yang orang tua berikan kepada anak akan dapat mengurangi resiko anak terjebak ke dalam penyalahgunaan narkoba. Anak yang memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat akan memertimbangkan berbagai hal sebelum mencoba menggunakan narkoba. 3. Faktor lingkungan - Masyarakat yang individualis Lingkungan yang individualis dalam kehidupan di kota besar membuat individu menjadi cenderung kurang peduli dengan orang lain, sehingga individu hanya akan memikirkan permasalahannya sendiri tanpa memerdulikan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, banyak individu di dalam masyarakat yang kurang peduli dengan penyalahgunaan narkoba yang semakin meluas di kalangan remaja dan anak-anak. - Pengaruh teman sebaya Pengaruh pertemanan atau kelompok juga dapat berperan penting terhadap penyalahgunaan narkoba. Hal ini bisa disebabkan karena menjadi syarat untuk dapat diterima oleh anggota kelompok, misalnya. Suatu kelompok biasanya memiliki kebiasaan berperilaku yang sama antar sesame anggotanya. Sehingga tidak aneh bila kebiasaan berkumpul juga dapat mengarahkan perilaku yang sama, yaitu mengonsumsi narkoba. 4. Faktor sekolah/pendidikan - Pendidikan mengenai NAPZA Pendidikan akan bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba di sekolahsekolah merupakan salah satu bentuk kampanye anti penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki dapat memberikan andil terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. - Disiplin di sekolah Sekolah yang kurang disiplin, berada di dekat tempat hiburan, kurang memberikan kesempatan pada siswanya untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, serta adanya siswa yang menggunakan NAPZA dapat menjadi faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan NAPZA. 5. Faktor masyarakat dan komunitas sosial Faktor yang termasuk dan dapat memengaruhi kondisi sosial seseorang remaja, antara lain hilangnya nilai-nilai di dalam sebuah keluarga dan di dalam sebuah hubungan, hilangnya perhatian dengan komunitas, dan juga kesulitan dalam beradaptasi dengan baik. 6. Faktor populasi yang rentan Remaja masa kini hidup dalam sebuah lingkaran besar, dimana sebagian remaja berada dalam lingkungan yang memiliki resiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba. Kini, banyak remaja yang mulai mencoba-coba menggunakan narkoba, seperti amphetaminetype stimulants (termasuk di dalamnya alcohol, tembakau, dan juga obat-obatan yang diminum tanpa resepa atau petunjuk dari dokter, serta obat psikoaktif) hingga akhirnya dapat menimbulkan berbagai macam masalah. 7. Faktor ketersediaan NAPZA itu sendiri NAPZA itu sendiri terkadang menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk mengonsumsinya karena: - NAPZA tersebut mudah dijangkau dan dibeli oleh khalayak ramai - Harganya yang semakin murang dan dijangkau oleh daya beli masyarakat - Jenisnya yang semakin beragam jenis, cara pemakaian, dan bentuk kemasannya - Modus operandi tindak pidana NAPZA semakin sulit diungkap oleh aparat hukum - Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum terungkap - Sulit terungkapnya kejahatan computer dan pencucian uang yang dapat membantu bisnis perdagangan gelap narkoba - Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan narkoba - Bisnis narkoba menjanjikan keuntungan yang besar - Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yang kuat dan profesional. Bahan dasar narkoba beredar bebas di masyarakat. Dampak Penggunaan NAPZA 1) Dampak Fisik : Adanya gangguan pada sistem syaraf (neurologis) seperti; kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi dan sebagainya. Terjadinya gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) sepert; infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah dan sebagainya. Terjadinya gangguan pada kulit (dermatologis) seperti; penanahan (abses), alergi, eksim dan sebagainya. Terjadinya gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti; penekanan fungsi pernapasan, kesulitan bernafas, pengerasan jaringan paru-paru dan sebagainya. Mengalami sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu badan meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur. Gangguan terhadap kesehatan reproduksi berupa gangguan pada endokrin seperti; penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogin, progesteron, testosteron) serta gangguan fungsi seksual. Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada wanita usia subur seperti; perubahan siklus menstruasi/haid, menstruasi/haid yang tidak teratur dan aminorhoe (tidak terjadi haid). Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik dengan cara bergantian akan beresiko tertular penyakit seperti; hepatitis B, C dan HIV/AIDS yang sampai saat ini belum ada obatnya. Bila terjadi melebihi dosis penggunaan narkoba maka akan berakibat fatal, yaitu terjadinya kematian. Terjadinya gangguan kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi dan penyakit kelamin. Sindroma otak organik meliputi kebingungan, disorientasi dan penurunan fungsi kognisi, bila tidak ada gejala putus zat biasanya tanda vital cukup stabil. Diperlukan uji laboratorium untuk memilah diagnosis dari diagnosis banding dengan gejala kebingungan seperti fungsi ginjal, fungsi hati, keseimbangan elektrolit. Periksa apakah ada proses di dalam otak lainnya seperti pendarahan, tumor, infeksi. 2) Dampak Psikis : Adanya perubahan pada kehidupan mental emosional berupa gangguan perilaku yang tidak wajar. Pecandu berat dan lamanya menggunakan narkoba akan menimbulkan sindrom amoyfasional. Bila putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi hingga bunuh diri. Terhadap fungsi mental akan terjadi gangguan persepsi, daya pikir, kreasi dan emosi. Bekerja lamban, ceroboh, syaraf tegang dan gelisah. Kepercayaan diri hilang, apatis, pengkhayal dan penuh curiga. Agitatif, bertindak ganas dan brutal diluar kesadaran. Kurang konsentrasi, perasaan tertekan dan kesal. Cenderung menyakiti diri, merasa tidak aman dan sebagainya. Gejala panik Gejala sedih, gelisah sangat sering terjadi terutama bila personaliti dan situasi pasien memang demikian sebelumnya. Tanda munculnya anxietas biasanya gelisah, insomnia sampai gejala serangan panik (tiba-tiba berdebar, rasa tercekik mau mati, takut gila atau takut mati). Episode depresi sementara dapat terjadi pada putus zat stimulan dan intoksikasi depresan. Pasien mengeluh suka tidur (insomnia), sukar konsentrasi, tidak nafsu makan. 3) Dampak Sosial : Terjadinya gangguan mental emosional akan mengganggu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja, sekolah maupun fungsi/tugas kemasyarakatan lainnya Bertindak keliru, kemampuan prestasi menurun, dipecat/dikeluarkan dari pekerjaan, Hubungan dengan keluarga, kawan dekat menjadi renggang. Terjadinya anti sosial, asusila dan dikucilkan oleh lingkungan. Prosentase kriminalitas yang terjadi lebih besar di timbulkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif yang dapat meningkatkan perilaku agresif seseorang Dampak Penggunaan Narkoba dan Penyalahgunaan Narkoba secara fisik, psikis dan sosial akan berpotensi menimbulkan penyakit/rasa sakit yang luar biasa dan ketagihan kalau tidak dapat mengkonsumsinya (narkoba), karena ada dorongan kuat (secara psikologis) untuk mendapatkannya, walaupun dengan berbagai cara (menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya) dengan melanggar norma-norma sosial yang berlaku. Symptoms umum 1) Pola patologis pengkonsumsian, termasuk ketergantungan psikologis dan fisiologis. 2) konsekuensi yang mengikuti pola penyalahgunaan, termasuk diantaranya kegagalan sosial dan pekerjaan (prestasi kerja atau akademik turun, sosialisasi kurang, tanggung jawab kurang dan menyendiri di tempat tertentu), kesulitan finansial (hingga akhirnya mencuri ataupun menipu), serta kondisi medis yang buruk. Jenis-jenis NAPZA, Efek pemakaiannya, intoksikasi, dan Abstinensi 1. Alkohol Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Alkohol juga bisa sebagai pengawet hewan. Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain. Alkohol adalah zat pengalih suasana hati. Zat tersebut ,merupakan sebuah depresan yang mengurangi aktivitas otak dan sistem saraf. Minuman beralkohol mengandung zat etanol dan mempunyai warna dan rasa yang berbeda-beda, tergantung bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatannya. Alkohol tersaji dalam banyak variasi termasuk bir, anggur, brandy, arak, whisky, dan lain-lain. Dampak dari alkohol pada penggunanya beragam pada setiap orang, dan tergantung pada: Seberapa banyak dan seberapa cepat alkohol yang dikonsumsi. Berat dan ukuran tubuh. Kondisi kesehatan – khususnya seberapa baik kerja hati pada tubuh. Ketika alkohol dikonsumsi – pada perut yang kenyang atau kosong. Usia dan jenis kelamin – Anak muda dan wanita biasanya lebih banyak terpengaruh oleh alkohol. Apakah alkohol dikonsumsi bersama dengan obat-obatan lain atau tidak. Pemakaian: Badan terasa santai. Kehilangan pengendalian diri. Pergerakan badan yang tidak terkendali. Pandangan kabur. Bicara tidak jelas. Mual dan muntah-muntah. Kehilangan kesadaran. Dampak pemakaian jangka panjangnya: Perut terasa terbakar. Kerusakan hati. Kerusakan otak. Kehilangan daya ingat. Kebingungan. Ketidakstabilan jantung dan darah. Depresi. Masalah sosial (kecanduan alkohol, kriminalitas, masalah keluarga, dsb). Siapapun yang meminum alkohol dengan jumlah banyak secara rutin, dalam jangka waktu tertentu, akan mengalami masalah fisik, emosional atau sosial. . Intoksikasi: Gelisah, tingkah laku kacau, kendali diri menurun, mengantuk, banyak bicara, dan tidak jelas. Abstinensi: Mual, muntah-muntah, darah tinggi, sukar tidur, murung, jantung berdebar-debar, cemas. 2. Amfetamin Ada 2 jenis amfetamin yaitu MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ectacy. Nama lain fantacy pils, inex. Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS, ice. Cara penggunaan dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung, atau dibakar dengan memakai botol kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh darah (intravena). Pemakaian: Merasa sangat bergembira (euforia). Menimbulkan hasutan (agitasi). Banyak bicara (talkativeness). Menjadi lebih berani/agresif. Kehilangan nafsu makan. Mulut kering dan merasa haus. Berkeringat. Tekanan darah meningkat. Mual dan merasa sakit. Sakit kepala, pusing, tremor/gemetar. Timbul rasa letih, takut dan depresi dalam beberapa hari. Gigi rapuh, gusi menyusut karena kekurangan kalsium. lntoksikasi :: a. Takikandia atau bradikardia b. Perubahan perilaku maladaptif yang bermakna secara klinis c. Dilatasi pupil d. Peninggian atau penurunan tekanan darah e. Berkeringat atau menggigil f. Mual atau muntah g. Tanda-tanda penurunan berat badan h. Agitasi atau retardasi psikomotor i. Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, atau aritmia jantung j. Konvulsi, kejang, diskinesia, distonia, atau koma Abstinensi: atau agitasi psikomotor 3. Kokain Adalah kristal tropane alkaloid yang didapat dari daun tumbuhan coca. Efeknya adalah stimultan yang menekan sistem saraf utama menimbulkan sensasi yang disebut euphoric sense dan kegembiraan juga dipercaya meningkatkan energi efek-efek inilah yang menyebabkan zat ini cukup populer dan banyak digunakan. kokain adalah zat yang ampuh untuk mempengaruhi sistem saraf, efeknya bisa terasa dari 20 menit sampai berjam-jam, tergantung dosis dan cara penggunaannya. Pemakaian: Hiperaktif tidak tenang tekanan darah meningkat denyut nadi meningkat Euforia Gairah seksual bisa meningkat Penggunaan dalam jangka panjang akan mengakibatkan paranoia, impotensi dan hal buruk lainnya, detak jantung jadi cepat, Bercakap berlebih-lebihan. Dengan dosis yang tinggi menyebabkan percakapan tidak difahami oleh orang lain Intoksikasi: Agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia Hipertensi Midriasis . Abstinensi: a. Kecemasan b. Gemetar c. Mood disforik d. Letargi e. Fatigue f. Mimpi yang menakutkan g. Nyeri kepala h. Berkeringat banyak i. Kram otot dan lambung 4. Halusinogen Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam. Pemakaian: Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya. Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama kelamaan membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid). Denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Diafragma mata melebar dan demam. Disorientasi. Depresi. Pusing Panik dan rasa takut berlebihan. Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan kemudian. Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan. Gejala Intoksikasi a. Perilaku maladaptif (kecemasan, paranoid, gangguan dalam pertimbangan, dsb) b. Perubahan persepsi ( depersonalisasi, ilusi, direalisasi, halusinasi,dsb ) c. Dilatasi pupil d. Takikardi e. Berkeringat f. Palpitasi g. Pandangan kabur h. Tremor i. Inkoordinasi 5. Heroin atau Putau Heroin adalah zat depresan. Obat-obatan depresan tidak langsung membuat Anda merasa tertekan. Zat-zat tersebut memperlambat pesan dari otak ke tubuh dan sebaliknya.Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap. Pemakaian: Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60 detik) diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan atau ketenangan hati (euforia). Ingin selalu menyendiri untuk menikmatinya. Denyut nadi melambat. Tekanan darah menurun. Otot-otot menjadi lemas/relaks. Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point). Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri. Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat. Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal. Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari. Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar hidung, timbul gangguan kebiasaan tidur. Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek euforia semakin ringan atau singkat Intoksikasi: Pupil mengecil, mengantuk, tensi menurun, nafas lambat, nadi cepat, koma, pingsan, kemudian mati. Abstinensi: Gelisah, mual-mual, muntah-muntah, diare, sakit sendi, nyeri otot, menggil, insomnia, mudah marah, agresif, demam, dan nyeri kepala. Prognosis Bagi sebagian besar orang yang memiliki masalah dengan ketergantungan obat, akan mengalami efek racun dari obat itu sendiri atau kondisi di mana obat itu digunakan secara substansial hingga meningkatkan peluang timbulnya penyakit yang serius, kecacatan hingga kematian. Bahkan bagi orang-orang yang memiliki ketergantung pada obat yang legal secara hukum, seperti tembakau dan alkohol juga akan memiliki hidup yang lebih singkat jika ketergantungan tersebut berlanjut dalam waktu yang lama. Tingginya tingkat konsumsi alkohol dapat menyebabkan penyakit hati, kerusakan sistem saraf dan risiko yang lebih tinggi untuk terjangkit beberapa jenis kanker, kemudian dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan mobil dan cedera. Lalu pada aktivitas merokok, dapat menyebabkan kanker paru-paru dan kanker lainnya , serta penyakit jantung dan penyakit paru-paru tanpa kanker . Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan heroin juga berkaitan dengan risiko yang bahkan lebih tinggi untuk kematian dini, paling sering disebabkan karena overdosis, serta dari efek terinfeksinya virus AIDS ( HIV ) atau virus hepatitis yang dihasilkan dari penggunaan jarum suntik atau terlibatnya hubungan free sex Banyak faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya pemulihan yang sukses dari ketergantungan obat ini. Faktor yang paling terlibat adalah dari obat-obatan itu sendiri, keadaan yang meliputi dan karakteristik dari individunya. Banyak orang yang memiliki ketergantungan alkohol telah menemukan dukungan seperti self-help group sebagai Alcoholics Anonymous. Beberapa orang yang berhenti dengan cara ini dapat bertahan tanpa obat untuk waktu yang sangat lama. Namun sering terjadinya kecerobohan dan kambuh lagi. Bagi banyak orang, bagaimanapun juga, peluang keberhasilan dalam jangka panjang akan meningkat dengan adanya upaya berulang-ulang untuk mengakhiri ketergantungan obat ini. Setelah beberapa tahun pantang terus menerus dari obat, kemungkinan untuk kambuh menjadi relatif rendah. Meskipun begitu seseorang telah berhenti mengkonsumsi obat, banyak efek racun dari ketergantungan obat sebagian besar disembuhkan, namun ada beberapa, seperti kerusakan hati yang parah akibat dari penggunaan alkohol atau kerusakan paru-paru akibat merokok, mungkin tidak dapat disembuhkan untuk selamanya. Tidak ada solusi cepat ataupun obat yang dapat digunakan untuk mengatasi orang dengan ketergantungan obat. Pada akhirnya hasil dari penyalahgunaan obat-obatan adalah, seperti yang telah dijelaskan, tergantung pada interaksi antara obat, individu dan masyarakat termasuk bagaimana intervensi pengobatannya. Begitu ketergantungan pada obat telah meningkat, umumnya akan terjadi kondisi kronis kambuh dan remisi yang berlangsung selama bertahuntahun daripada terjadi dalam kurun waktu berbulan-bulan dan menjadi salah satu hal yang sulit tetapi tidak mustahil untuk diatasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa pecandu yang kurang kronis cenderung akan berpuasa dalam waktu jangka pendek, dan perbaikan pada jangka pendek atau perbaikan awal akan lebih cenderung mengarah pada perbaikan dalam jangka panjang. Sebagian besar studi melihat kematian orang dengan masalah kecanduan melaporkan bahwa 23% dari pecandu yang mati dalam satu tahun melakukan kontak dengan klinik atau helping agency. Beberapa faktor menentukan prognosis untuk setiap individu. Ini termasuk: •Substansi dari penyalahgunaan itu sendiri. Zat yang memiliki kecenderungan tinggi untuk akhirnya menjadi ketergantungan dan memiliki tingkat kesulitan untuk withdrawal akan menghasilkan prognosis yang lebih buruk . •Alasan untuk melakukan penyalahgunaan zat. Remanja yang menyatakan karena ingin bereksperimen atau melakukannya di saat krisis kehidupan yang efek penggunaannya masih bisa ditangani akan menghasilkan prognosis yang baik . •Kerentanan pribadi. latar belakang keluarga yang menyedihkan, catatan buruk pada sekolah, sering bolos, pencari sensasi, impulsif dan gangguan kepribadian akan menghasilkan prognosis yang lebih buruk. •Terkait dengan gangguan kejiwaan. Orang dengan gangguan kejiwaan terkait, seperti misalnya orang yang depresi, skizofrenia dan gangguan kepribadian cenderung memiliki prognosis yang lebih buruk •Penyalahgunaan lebih dari satu zat atau alkohol dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk •Lingkungan sosial yang buruk, misalnya tunawisma dan pengangguran dikaitkan dengan prognosis yang buruk. •Lamanya penyalahgunaan zat. Sebuah prognosis yang lebih buruk dikaitkan dengan durasi yang lebih lama pada penyalahgunaan zat. •Motivasi untuk berubah. Kurangnya motivasi dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk. •Dukungan yang tersedia untuk orang tersebut. Kurangnya ketersediaan layanan dukungan yang terkait akan menghasilkan prognosis yang lebih buruk. Prognosis untuk masing-masing zat tertentu akan digambarkan secara singkat dibawah ini : Amphetamines Penggunaan Amphetamine lebih bersifat rekreatif dibandingkan pada penggunaan opioid. Prognosis yang baik muncul ketika orang sudah tidak menggunakan obat-obatan lagi setelah gangguan psikiatrik muncul. Prognosis lebih buruk pada orang dengan kesulitan pribadi atau sosial yang terkait atau gangguan kejiwaan termasuk gangguan kepribadian. Benzodiazepines Tingkat kesukesan pada withdrawal yang masih berada dalam pengawasan bernilai tinggi. Pengguna yang mengikuti program ini, setengahnya sembuh total dan setengah dari dua per tiga bersih dari benzodiazepite setelah 1 hingga 3 tahun. Sebagian kecil orang masih mengalami gejala-gejala withdrawal selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun tahun. Ada sejumlah proporsi orang yang masih menggunakan benzodiazepines lagi dan beberapa membutuhkan medikasi psikotropik Cannabis Sebagian besar pengguna tidak menjadi ketergantunggan pada obat ini. Tingkat penyalahggunaan cannabis pada populasi secara umum berada di 0.7% dan 6% dari pengguna cannabis di tahun sebelumnya memiliki ketergantungan. Hanya sedikit orang yang mencari bantuan kepada professional. Tingkat pengobatan yang dilakukan setelah sembuh adalah rendah. Cocaine Tingkat keberhasilan dalam menangani penyalahgunaan kokain berada di tingkat tinggi hingga 75% sembuh pada 5 tahun setelah pengobatan. prognosis butuk terjadi pada orang yang memiliki kesulitan baik pada diri maupun sosialnya, serta pada gangguan psikiatrik seperti gangguan kepribadian. prognosis yang baik muncul pada pengobatan yang berlangsung lebih lama dan pada wanita Ecstasy Prognosis yang baik akan muncul ketika orang ini menjauhkan diri dari penggunaan obat, dan muncul prognosis yang buruk pada orang yang memiliki gangguan kepribadian. Heroin and other opioids Terdapat kematian yang signifikan (10 sampai 15%) selama 10 tahun pada pelaku opioid. Penyebab umum kematian termasuk overdosis, bunuh diri, HIV dan hepatitis. Tingkat penarikan diri dari obat setelah menjalani pengobatan bervariasi, tetapi di antara 10-40% berhenti selama 6 bulan setelah pengobatan dan mayoritas orang kambuh untuk melakukannya lagi pada 3 sampai 4 bulan setelah keluar dari pengobatan Prognosis yang baik berkaitan dengan semakin besarnya rentang layanan pengobatan (perawatan kesehatan, terapi keluarga, terapi perilaku kognitif dll) yang tersedia. Prognosis yang lebih buruk dikaitkan dengan kondisi psikopatologi yang buruk dan tingkat ketergantungan sebelum pengobatan. Penarikan diri dari obat ini seringkali berhubungan dengan kehidupan yang dialami saat itu. Telah ditunjukkan bahwa akhirnya penghentian penggunaan opiat adalah proses yang sangat lambat dan menjadi semakin tidak mungkin semakin lama seseorang sudah menggunakan obat ini Ketamine Sebagian besar orang berhenti menggunakan ketamine tanpa bantuan treatment seiring efek psychedelic mulai memudar ketika meningkatnya kadar toleransi seseorang Lysergic acid diathylemide (LSD) Prognosis jangka panjang pada penyalahgunaan LSD adalah baik ketika orang tersebut berhenti menggunakan obat ini. Efek dari Hallucinogen yang membuat persepsinya terganggu mungkin baru bisa terobati ketika sudah melewati waktu berbulan-bulan bahkan bertahun tahun setelah berhenti menggunakan obat sekitar 50%. Episode psikotik yang berkepanjangan memiliki prognosis yang relative buruk dan adanya kecenderungan tinggi untuk bunuh diri. Nitrites (Poppers) Prognosis tidak diketahui karena tidak tersedianya percobaan treatment atau penelitian terhadap kasus ini yang berjangka panjang Phencyclidine (angel dust) Sebagian besar orang berhenti menggunakan ketika mereka telah melewati masa muda awal. Prognosis untuk phencyclidine psychosis kronis bersifat buruk Psilocybe mushrooms Pengguna seringkali tidak menganggap bahwa dirinya bermasalah dan hampir tidak pernah mencari bantuan untuk melepas dirinya dari ketergantungan atau memberhentikannya. Treatment Perawatan dari alkoholism dan tipe lain dari substansi use disorder merupakan tugas yang cukup sulit. Banyak orang yang mengalaminya, tidak memiliki pengetahuan mengenai kesulitan mereka, dan hanya sebagian kecil saja yang mencari bantuan tenaga profesional. Detoxification Alkoholism dan hal lain yang berelasi dengan penyalahgunaan narkoba merupakan kondisi yang kronis. Perawatan yang biasanya dilakukan dalam rangkaian stage, berawal dari periode detoxification – pembersihan narkoba dari orang yang menjadi dependen – dalam waktu tiga hingga enam minggu (Coombs, Howatt, & Coombs, 2005). Proses ini cukup sulit bagi orang yang memiliki pengalaman terhadap symptoms dari gejala penarikan dan secara bertahap menyesuaikan atas ketidak beradaan penggunaan narkoba. Orang yang menjalani detoksifikasi alkohol juga diberikan beberapa tipe pengobatan, termasuk diantaranya adalah benzoadiazepines dan anticonvulsants, merupakan cara untuk meminimalisir symptoms wihdrawal.(O’Brien & McKay, 2007) Medications During Remission Ketika mengikuti proses detoxifikasi, upaya pembebasan individu yang menggunakan narkoba juga dilakukan. Hasil yang paling baik diasosiasikan dengan kestabilan diri dan meninggalkan minuman keras dalam jangka panjang. Disulfiram (Antabuse) merupakan obat yang dapat memblokir proses kerusakan kimia dari alkohol. Apabila ada orang yang menggunakan disulfiram ini mengkonsumsi alkohol meski dalam jumlah kecil, maka dia akan merasakan sakit. Selain itu juga digunakan Naltrexone (Revia), dan acamprosate (Campral). Psikatris juga menggunakan SSRIs, seperti fluoxetine, untuk perawatan pasien alkoholism dalam waktu jangka panjang. Self-Help Groups: Alcoholics Anonymous Salah satu cara perawatan yang diterima untuk alkoholism adalah Alcoholics Anonymous (AA). Didirikan tahun 1935, merupakan self-help dari orang lain yang pernah menggunakan alkohol dan telah berhenti mengkonsumsinya. Karena diresmikan dan aktif dalam banyak komunitas di Amerika Utara dan Eropa, AA telah menjadi jalur pertama yang melawan alkoholism (Nathan, 1993). Sudut pandang yang dilakukan AA dalam pendekatan spiritual di alam (Kaskutas et al., 2003). Pada dasarnya terdapat 12 langkah program yang dilakukan. Proses yang dilakukan selama 12 langkah untuk menyembuhkan difasilitasi dalam pertemuan reguler AA. Terkadang sampai 90 hari setelah seseorang berhenti minum. Sekitar 80 persen dari member AA dapat terlepas dari ketergantungan antara dua hingga empat tahun (Tonigan, Connors, & Miller, 2003). Cognitive Behavior Therapy Cognitive behavior theraphy mengajarkan orang untuk mengidentifikasi dan merespon dengan lebih tepat untuk keadaan yang teratur memicu penyalahgunaan narkoba (Finney & Moos, 2002). Cara-cara yang termasuk ke dalam cognitive behavior theraphy diantaranya adalah: 1. Coping Skills Training 2. Relapse Prevention 3. Short term motivational Theraphy Outcome Result and General Conclusion Studi juga dilakukan untuk mengevaluasi tiga bentuk treatment psikologis: cognitive behavior theraphy, 12 langkah terapi memfasilitasi, dan motivational enhancement theraphy. Hasil penghitungan dapat dikumpulkan selama tiga tahun setelah proses perawatan berakhir. Hasilnya mengindikasikan bahwa ketika bentuk perawatan tesebut dapat memperbaiki jumlah dari minuman beralkohol, sama juga seperti fungsi area kehidupan yang lainnya (Miller & Longabaugh, 2003). Komprehensif review dari studi tersebut dan hasil dari penelitian lainnya mengenai perawatan mengenai alkoholism dan penyalahangunaan narkoba mengacu pada beberapa kesimpulan (Amato et al., 2011; Glasner-Edward & Rawson, 2010): Orang yang melakukan perawatan untuk berbagai jenis penyalahgunaan narkoba biasanya menunjukkan peningkatan dalam berkurangnya penggunaan narkoba yang cenderung bertahan selama beberapa bulan setelah akhir pengobatan. Sayangnya, penggunaan kembali juga relative biasa terjadi. Ada sediki tbukti yang menunjukkan bahwa salah satu bentuk pengobatan yang lebih efektif daripada yang lain Hanya ada dukungan yang terbatas untuk asumsi bahwa perawatan jenis memiliki hasil yang lebih baik dari perawatan jenis lain. Meningkatnya jumlah perawatan dan meningkatnya frekuensi dalam pertemuan self-help dan konseling perawatan sesudahnya diasosiasikan dengan hasil yang lebih baik. Beberapa orang yang dapat menurunkan konsumsi dari narkoba, atau perbaikan selama perawatan biasanya tidak dibatasi oleh penggunaan narkoba semata tapi juga dengan kesehatan individu atau fungsi okupasi sosialnya. REFERENSI: BNN. 2009. Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Petugas Lapas/Rutan. Indonesia: Pusat Pencegahan Lakhar, BNN. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1993), Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa ,Jakarta Kaplan & Sadock. 2009. Comprehensive Textbook of Psychiatry 9th edition. Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Oltmans, Thomas. F & Robert E.Emery. 2012. Abnormal Psychology 7th editon. United State of America: Pearson Education, Inc. Revision(Copyright 2000). American Psychiatric Association.Diakses: selasa, 8 Oktober 2013. Jam : 17.15 WIB http://www.scribd.com/doc/128239226/Penyalahgunaan-Zat-Psikoaktif, diunduh pada tanggal 08 Oktober 2013, pukul 17.51 WIB. wps.prenhall.com/.../diag_crit_substance_abuse_...Source: Reprinted with permission from the Diagnostic andStatistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text http://www.unik.ws/2012/12/10-jenis-narkoba-dan-efek-sampingnya.html Copyright © Unik.ws (diunduh pada Selasa, 08 Oktober 2013 pukul 22.09) http://delintahayan.blogspot.com/2012/06/intoksikasi-zat-psikoaktif.html (diunduh pada Rabu, 09 Oktober 2013 pukul 06.01) http://al-atsariyyah.com/mengenal-narkoba-jenis-jenisnya-dan-dampaknya.html (diunduh pada Rabu, 09 Oktober 2013 pukul 06.35) http://www.dana.org/news/brainhealth/detail.aspx?id=9884 ditulis oleh Jerome H. Jaffe dan George F. Koob, Ph.D. pada Maret 2007, berjudul Substance Abuse and Addiction -The Dana Guide. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2013 pukul 10.00 PM http://www.dwp.gov.uk/publications/specialist-guides/medical-conditions/a-z-of-medicalconditions/substance-abuse/prognosis-and-duration/ dipublikasikan oleh DWP (Department for Work & Pensions) pada Juni 2013, berjudul How long will the needs last?. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2013 sekitar pukul 10 malam Muryanta, Andang., ( ), Narkoba dan Dampaknya terhadap Pengguna, available [online] at http://www.kulonprogokab.go.id/v21/getfile.php?file=NARKOBA-DANDAMPAKNYA-TERHADAP-PENGGUNA.pdf diunduh pada 8 Oktober 2013, pukul 23:41. http://bnn-dki.com/index.php/aksi/berita-dari-kuningan/pencegahan/511-berbagai-dampak-yangterjadi-akibat-penyalahgunaan-narkoba diunduh pada 8 Oktober 2013, pukul 23:17. http://indrakyubi.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_135.pdf diunduh pada 8 Oktober 2013, pukul 23:01. http://www.k4health.org/sites/default/files/NAFZA%20LENGKAP.pdf diunduh pada 8 Oktober 2013, pukul 23:21. http://bnnkgarut.wordpress.com/2012/08/02/faktor-penyebab-penyalahgunaan-narkoba/, diakses pada 8 Oktober 2013, pukul 19.17 WIB http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2013/07/23/704/faktor-penyebabpenyalahgunaan-narkotika, diakses pada 8 Oktober 2013, pukul 19.22 WIB http://www.psychologymania.com/2013/08/sebab-penyalahgunaan-narkoba.html, diakses pada 8 Oktober 2013, pukul 19.29 WIB. Kuis 1 Berikut adalah faktor yang menentukan prognosis untuk setiap individu, kecuali : A. Lamanya penyalahgunaan zat. B. Alasan untuk melakukan penyalahgunaan zat. C. Terkait dengan gangguan kejiwaan. D. Kerentanan Pribadi E. Terkait dengan status social 2 Salah satu penggunaan Morphine adalah untuk hal berikut ini : a. Membuat seseorang euphoria/merasa senang b. Mengurangi kecemasan c. Membantu seseorang tertidur d. Mengurangi rasa sakit Kasus: untuk soal nomor 3 dan 4 Lia adalah salah satu mahasiswa psikologi yang mengkonsumsi narkotika selama 1 tahun, ia memiliki keinginan yang kuat untuk selalu mengkonsumsi narkoba tersebut, ia juga mengaku bahwa dosisnya selalu bertambah dalam setiap pemakaiannya. Laura merupakan salah satu model ternama yang memiliki karir cemerlang. Akan tetapi, dalam 5 bulan terakhir dia mengkonsumsi narkoba sehingga membuat karirnya turun drastis dikarenakan ia cenderung menarik diri, menjadi tidak disiplin, dan kurang memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya sebagai model. Maf merupakan siswa SMA yang mengkonsumsi narkoba selama 2 tahun. Ketika hasrat untuk mengkonsumsi narkoba tersebut, dia tidak mampu untuk menahannya. Dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan obat. Selain itu, dia juga mengalami penurunan dalam prestasi akademik dan kurang berbaur dengan temannya. Saat ini, setiap mengkonsumsi narkoba, dosis yang digunakan menjadi 3 kali lipat dari pemakaian pertama. 3 Siapakah dari kasus diatas dapat didiagnosa sebagai subtance abuse berdasarkan DSM-IV TR? a. Lia b. Laura c. Maf d. Lia, Laura, dan Maf 4. Siapakah dari kasus diatas dapat didiagnosa sebagai subtance abuse berdasarkan PPDGJ-III? a. Lia b. Laura c. Maf d. Lia, Laura, dan Maf 5. Berikut merupakan dampak sosial yang ditimbulkan bila terjadi penyalahgunaan narkotika dan sejenisnya, kecuali… a. Kemampuan prestasi menurun b. Gangguan pada syaraf c. Dikucilkan oleh lingkungan d. Prosentase kriminalitas yang meningkat 6. Dibawah ini adalah macam-macam alkohol, kecuali: a. Bir b. Wisky c. Brandy d. Amfetamin 7. Seseorang yang telah menggunakan zat psikoaktif dalam jangka waktu yang panjang akan mengalami keadaan : a. withdrawl b. tolerance c. addiction d. abuse 8. Manakah faktor di bawah ini yang bukan merupakan pemicu seseorang dalam penyalahgunaan NAPZA? A. Keinginan untuk hidup mewah B. Konflik individu yang belum stabil C. Workaholic D. Masyarakat yang individualis 9. ICD-10 mendefinisikan subtance dependence sebagai sejumlah fenomena fisiologis, kognitif, dan tingkah laku yang berkembang setelah penggunaan obat secara berulang dan dicirikan dengan 6 hal, antara lain, kecuali: a. keinginan yang kuat untuk mengonsumsi obat b. kesulitan dalam mengontol penggunan obat c. prioritas yang lebih tinggi untuk menggunakan obat dibanding aktivitas lain d. Ketiadaan toleransi e. Keadaan withdrawal secara fisik 10. Orang yang menjalani detoksifikasi alkohol juga diberikan beberapa tipe pengobatan, termasuk diantaranya adalah benzoadiazepines dan anticonvulsants, merupakan cara untuk meminimalisir symptoms… a. tolerance b. withdrawl c. addiction d. abuse