Treatment

advertisement
SUBTANCE-RELATED DISORDER
Overview
Bab ini akan memaparkan gangguan yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat pada
setiap kelas mayor. Topic yang dipilih berdasarkan pengkategorian yang ada dalam DSM IV TR,
seperti alcohol, amfetamin, kafein, ganja, kokain, halusinogen, inhalant, nikotin, opioid,
phencyclidine, dan sedative hypnotics,
History Of Subtance Abuse
Kebanyakan obat yang dislahgunakan merupakan obat yang sudah dikenal manusia selama
beribu-ribu tahun, misalnya opium yang digunakan sedikitnya selama 3500 tahun, pemakaian
marijuana sebagai obat Herbal di Cina, hingga pemakaian wine yang disebutkan dalam bible.
a. Early & Mid 19th Century Perspective: The Medicalization Of Drug Use
Pada tahun 1810 Benjamin Rush yang dikenal sebagai dokter Amerika pertama
yang mengemukakan bahwa penggunaan berlebihan dari alcohol merupakan suatu
gangguan (disorder) bukan suatu kerusakan moral, sehingga didirikan sebuah sober
house. Selanjutnya pada tahun 1835 Samuel Woodward menjadi pionir dibangunnya
asylum atau rumah sakit jiwa untuk orang gila (insane), juga membangun asylum yang
khusus menangani para pemabuk.
Warga Washington juga mulai menyadari dampak dari alcohol, sehingga
mengembangkan prinsip self-help yang kemudian juga diajukan oleh Alcoholocs
Anonymous (AA) hampir seabad setelahnya. Namun ide tentang voluntarism dan self
help ini gagal menyelesaikan masalah alkoholisme, sehingga para dokter mulai berdebat
mengenai treatment dalam rumah sakit jiwa untuk pemabuk tersebut.
Amerika sendiri memiliki badan yaitu AACI (America Association for the Cure
of Inebrates) yang focus terhadap penanganan para pemabuk. Badan ini kemudia semakin
berkembang sehingga menangani juga pasien penyalahgunaan intoxicant atau narkotik.
b. Late 19th century attidudes
-
Penghujung abad 19 mulai ada perhatian besar terhadap pemakaian berlebih dan
penyelahgunaan obat, termasuk alcohol dan tobacco, opiates & kokain.
-
Ddiketahui bahwa kokain dapat menginduksi psikosis intoksis, seperti penggunaan
yang kompulsif dan sindroma dependen lain.
-
Penggunaan opiate dalam jangka waktu panjang memberikan afek ketergantungan,
namun di Amerika sendiri hingga awal abad 20 opium alkaloid dan kokain masih
ditemukan sebagai obat paten yang dijual bebast tanpa resep dokter. Baru setelahnya
diketahui bahwa pemakaian opium ini berkaitan dengan moral deficit yang
mengancam stabilitas Negara, sehingga penggunaannya mulai diawasi.
c. 19th and early 20th century control effort
Pada tahun 1890an, public dan komunitas medis di Amerika mulai dapat
membedakan penggunaan obat dan habituasi. Lalu pada tahun 1893 didirikan Anti
Saloon League yang menyuarakan larangan keras terhadap alcohol. Buku-buku medis di
Inggris dan Eropa serta Amerika mulai mencantumkan deskripsi tentang morfinisme,
teori yang kausalitasnya, dan memberikan rekomendasi untuk kemungkinan treatment
terhadap withdrawal dan postwithdrawal. Sekain itu, hukum mulai mengatur pembatasan
penjualan opates dan kokain, sehingga pada tahun 1903 produk coca Cola pun mengganti
kandungan kokainnya dengan kafein.
d. Early 20th Century Attitudes
-
Tahun 1920 Amerika mulai melarang penjualan alcohol dan ada hokum yang
mengaturnya, sehingga perilaku meminum alcohol berubah secara drastic. Satu tahun
setelahnya, 14 negara bagian juga mengeluarkan hokum mengenai rokok.
-
Ditemukan bahwa heroin yang dikenal sebagai treatment untuk masalah pernafasan
seperti batuk, juga menyebabkan efek lain yang mirip dengan morfin, sehingga
menimbulkan masalah kenakalan remaja dan aktivitas criminal lain.
-
Akhirnya pada tahun 1923 muncul hokum yang mengatakan bahwa penggunaan
opiate dan kokain untuk kepentingan treatment meski dalam jumlah kecil dilarang
atau illegal.
e. The Mid 20th Century: New (and Old) Drug Problem
-
Barbiturate sedative dan barbital mulai dikenal dalam bidang medis klinis tahun 1903.
Satu tahun kemudian, kasus pertama dilaporkan berkenaan dengan penyalahgunaan
(misuse) subtansi ini, dependensi, dan withdrawal.
-
Amfetamin yang disintesa pada tahun 1807 digunakan secara klinis pada tahun 1932
sebagai obat untuk menyusutkan membrane mucus. Namun pada 1930 ditemukan
bahwa amfetamin juga memerikan efek samping lain yang berbehaya seperti
euphoria.
Definisi Subtance Dependence
Substance dependence merupakan suatu sindroma dengan penggunaaan problematic
dengan berbagai cirri-ciri dalam satu set criteria diagnostic. Istilah dependensi juga digunakan
untuk mengindikasikan adaptasi fisik yan dilakukan tubuh berupa ketergantungan fisik, biasanya
disebabkan penggunaan yang kronis terhadap suatu subtansi tertentu. Namun seseorang bias saja
memiliki ketergantungan secara fisik tanpa memiliki problematic use, seperti pasien kanker yang
harus terus menerus minum obat namun tidak memiliki gangguan tingkah laku; dan seseorang
bias saja memiliki problematic use tanpa dependensi fisik (misalnya orang yang menjadi
alkoholik setiap kali weekend).
DSM-IV, DSMS-IV TR, dan ICD 10 memformulasi istilah substance dependence berdasarkan
terminology yang dikenalkan oleh International Working Group yang disponsori oleh WHO dan
US Alcohol, Drug Abuse & Mental Health Administration (ADAMHA) yang mendefinisikan
substance dependence sebagai:
“suatu sindroma yang dimanifestasikan oleh pola perilaku dimana perilaku
penggunaan obat psikoaktif atau class of drugs lebih diprioritaskan disbanding
perilaku lain yang lebih bernilai. Sindroma dependence ini tidak absolute, namun
merupakan fenomena kuatitatif yang ada dalam derajat yang berbeda. Intensitas
sindroma
diukur dengan tingkah laku yang muncul dalam relasi terhadap
penggunaan obat dengan tingkah laku lain yang sekunder terhadap penggunaan obat”
DSM-IV dan DSM-IV TR mendefinisikan substance dependence sebagai “cirri esensial dari
dependensi oleh sejumlah symptom yang bersifat kognitif, behavioral, dan fisiologis yang
mengindikasikan bahwa individu melanjutkan penggunaan obat meskipun muncul masalah yang
menyertai penggunaan obat tersebut”. Sedangkan ICD-10
memformulasikan substance
dependence sebagai “sejumlah fenomena fisiologis, kognitif, dan behavioral yang berkembang
setelah penggunaan obat secara berulang dan dicirikian dengan (1) keinginan yang kuat untuk
mengonsumsi obat, (2) kesulitan mengontrol penggunaan obat tersebut, (3) bersikeras untuk
menggunakan obat tersebut meski ada konsekuensi yang membahayakan, (4) prioritas yang lebih
tinggi untuk menggunakan obat dibanding aktivitas lain, (5) toleransi yang meningkat, dan
terkadang (6) keadaan fisik withdrawal.
Pengklasifikasian Bahan Psikoaktif
1. Menurut PPDGJ III, yang termasuk ke dalam bahan psikoaktif adalah Alkohol,
Amfetamin, Barbiturat, Hipnotika, Kanabis, Opioida, Sedativa, Simpatomimetika.
2. Menurut Oltsman (2012), berikut adalah daftar zat-zat kimia yang dapat membuat
seseorang ketergantungan dalam waktu yang panjang:
Class
Examples
Brand Names and Street Names
CNS Depressants
Alcohol
Beer, wine, liquor
Barbiturates
Barbs,
Benzodiazepines
Seconal
Methaqualone
Roofies, tanks, Xanax, Valium,
Amytal,
Nembutal,
Halcion
Quaalude, ludes
CNS Stimultants
Amphetamine
Black beauties, crosses, hearts
Cocaine
Blow, coke, crack, flake, rocks,
Methamphetamnie
snow
Nicotine
Crank, crystal, glass, ice, speed
Caffeine
Cigars,
cigarettess,
smkeless
tobbaco
Coffe, tea, soft drink
Opiates
Heroin
Hores, smack, H, junk, skag
Opium
Laudanum,
Morphine
powder
Methadone
Raxanol, Duramorph
Codeine
Amidone, Dolophine, Methadose
paregoric,
dover’s
Tylenol w/Codeine, Robitussin
A-C
Cannabinoids
Marijuana
Grass, herb, pot, reefer, smoke,
Hashish
weed
Hash
Hallucinogens
LSD
Acid, microdot
Mescaline
Buttons, cactus, mesc, peyote
Psilocybin
Magic,
Phencyclidine
passion
MDMA
PCP, angel dust, boat, hog, love
mushroom,
purple
boat
Ecstasy, XTC, Adam
Penjelasan :
Depressant of the central nervous system (CNS) meliputi alkohol sebagai salah
satu jenis pengobatan yang digunakan untuk membantu seseorang tertidur, disebut
dengan hypnosis, dan untuk relieving kecemasan, dikenal sebagai sedatives/anxiolytics.
Simultan CNS mencakup obat terlarang seperti; amphetamine, cocain, seperti nicotin dan
caffein.
Opiates merupakan narcotics analgesics, digunakan secara klinis untuk
mengurangi kesakitan. The cannabis seperti marijuana dapat membuat seseorang
euphoria dan perasaan yang berubah-ubah sepanjang waktu, bahkan dapat menyebabkan
halusinasi. Seseorang dengan substance use disorder seringkali menyalahgunakan
beberapa tipe obat, hal seperti ini disebut polysubstance abuse.
Istilah dalam Penyalahgunaan Obat
a. Tolerance : proses yang terjadi dalam sistem saraf yang menjadi kurang sensitif sebagai
efek dari alkohol atau penyalahgunaan obat lainnya. Sebagai contoh, orang yang minum
alkohol sehari-hari harus meningkatkan jumlah alkohol yang diminumnya untuk
mencapai efek subjektif seperti buzz, high, nge-fly.

Metabolic tolerance berkembang ketika penggunaan obat yang terus-menerus
menyebabkan hati seseorang memproduksi lebih banyak enzim yang digunakan
untuk memetabolisme obat.

Pharmacodynamic tolerance muncul ketika reseptor di otak beradaptasi untuk
meneruskan kehadiran dari obat-obatan yang dikonsumsi. Neuron dapat
beradaptasi dengan cara mengurangi jumlah reseptor atau mengurangi sensitivitas
terhadap obat-obatan, hal ini disebut dengan down regulation.
b. Withdrawl (lepas zat) : simptom yang dialami oleh seseorang yang berhenti
menggunakan obat-obatan. Simptom ini dapat menghilang beberapa waktu namun
biasanya akan muncul kembali. Sebagai contoh, ketika orang yang berhenti minum
alkohol, sistem dalam tubuhnya akan ‘memantul’ dalam beberapa jam, memproduksi
efek yang kurang menyenangkan seperti tangan tremor, berkeringat, muak, cemas, dan
insomnia. Bentuk serius dari withdrawl diantaranya halusinasi convulsions dan visual,
tactile atau pendengaran.
c. Ketergantungan (addiction) : Kumpulan perilaku dan gejala-gejala fisiologik yang timbul
setelah pemakaian zat psikoaktif jangka panjang. Keadaan ini ditandai dengan adanya
gejala toleransi, lepas zat, dorongan kuat untuk memakai zat tersebut & tidak mampu
mengontrolnya.
Berikut adalah beberapa contoh obat beserta dampaknya :
Substance
Can Produce Can Produce Associated
Can
Dependence
Produce
Intoxication
Withdrawl
Dementia
Alcohol
Yes
Yes
Yes
Yes
Amphetamines
Yes
Yes
Yes
No
Caffeine
No
Yes
No
No
Marijuana/hashish
Yes
Yes
No
No
Cocaine
Yes
Yes
Yes
No
Hallucinogens
Yes
Yes
No
No
Inhalants
Yes
Yes
No
Yes
Nicotine
Yes
No
Yes
No
Opiates
Yes
Yes
Yes
No
Phencyclidine (PCP)
Yes
Yes
No
No
Sedatives, hypnotics, Yes
Yes
Yes
Yes
and anxiolytics
Diagnosis Gangguan Mental & Perilaku Akibat Zat Psikoaktif
Pada pembahasan kali ini, kami menggunakan 2 sumber dalam mendiagnosa gangguan
mental dan perilaku akibat zat psikoaktif, yaitu dari DSM-IV TR dan PPDGJ III. Pada
multiaksial pada DSM-IV TR, gangguan mental & perilaku akibat zat psikoaktif ada pada aksis 1
dalam F10-F19, sedangkan pada klasifikasi dan urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa
berdasarkan PPDGJ-III termsuk dalam F.1. yaitu gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya, lebih rinci disebutkan bahwa:
Hierarki Blok
Jenis Gangguan
F.10.
Gangguan mental dan perilaku akibat Penggunaan alkhohol
F.11, F.12, F.14.
Gangguan
mental
&
perilaku
akibat
Penggunaan
Opioida
/kanabinoida/kokain
F.13, F.15, F.16.
Gangguan mental & perilaku akibat penggunaanSedativa atau
Hipnotika/stimulansia lain/Hallusinogenika
F.17, F.18, F.19.
Gangguan Mental & perilaku akibat penggunaanTembakau/pelarut
yang mudah menguap/ zatMultiple & Zat psikoaktif lainnya
A. Diagnosis berdasarkan DSM-IV TR
1. Diagnostic Criteria for Substance Abuse
Sebuah pola maladaptif dari penggunaan zat yang menyebabkan adanya
penurunan atau tekanan klinis yang signifikan,sebagai manifestasi dengan satu (atau lebih
) gejala yang mengikuti dan terjadi dalam jangka waktu 12 bulan:
a. Penggunaan zat yang berulang mengakibatkan kegagalan dalammemenuhi kewajiban
peran utamadi tempat kerja, sekolah, atau rumah.
b. Penggunaan zat yang berulang akanmembahayakan fisiknya.
c. Pengguanaanzat yang berulangberhubungandapatbermasalahsecarahukum legal.
d. Melanjutkanpenggunaan zat walaupun memiliki masalah sosial atau interpersonal
yang disebabkan atau diperburukoleh efek dari zat.
2. Diagnostic Criteria for Substance Dependence
Sebuah pola maladaptif daripenggunaanzatyangmenyebabkan penurunan atau
tekanan klinis yang signifikan,sebagaimanifestasidengantiga (ataulebih ) gejala yang
mengikutidanterjadidalamjangkawaktu 12 bulan:
a. Toleransi
b. Penarikan (withdrawl)
c. Zat yang digunakansering dikonsumsi dalam jumlah yang lebihbesar atau
penggunaan yang lebih lamadari apa yang dimaksudkan.
d. Adanya keinginan pengkonsumsianterus-menerus atau gagalnyaupaya untuk
mengurangi ataumengontrol penggunaan zat
e. Banyak waktu yang dihabiskan dalam upaya untuk mendapatkanzattersebut.
f. Adanyapenurunanpadakegiatan sosial, pekerjaan, atau kegiatanrekreasi.
g. Penggunaan zat
terusdilanjutkanmeskipun mengetahuiadanyamasalah fisik atau
psikologis yangmungkin disebabkan atau diperburuk oleh zat tersebut.
B. Diagnosis berdasarkanPPDGJ-III
Diagnosis berdasarkan PPDGJ-III diagnosis ketergantungan zat jika ditemukan
tiga atau lebih gejala di bawah ini dialami dalam waktu setahun (12 bulan), yaitu:
1. Adanya
keinginan
yang
kuat
atau
dorongan
yang
memaksa(kompulsi)
untukmenggunakan zat
2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat sejak awal, usaha
penghentian atau tingkat penggunaannya
3. Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau
pengurangan, terbukti orang tersebut menggunakan zat atau golongan yang
sejenisdengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus
zat
4. Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan
gunamemperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih
rendah(contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan
alkohol danopiat yang secara rutin setiap hari menggunakan zat tersebutsecukupnya
untuk mengendalikan keinginannya).
5. Secara
progresif
mengabaikan
alternatif
menikmati
kesenangan
kerana
penggunaanzat psikoaktif yang lain, meningkatkan jumlah waktu yang diperlukan
untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau pulih dari akibatnya
6. Terus
menggunakan
zat
meskipun
ia
menyadari
adanya
akibat
yang
merugikankesehatannya, seperti gangguan fungsi hati kerana minum alkohol
berlebihan,keadaandepresi sebagai akibat penggunaan yang berat atau hendaya fungsi
kognitif akibatmenggunakan zat, upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa
pengguna zat bersungguh-sungguh atau diharapkan untuk menyadari akan hakikat
dan besarnya bahaya.
Faktor Pemicu Penyalahgunaan Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lain
(NAPZA)
Penyalahgunaan NAPZA akan berpengaruh pada tubuh juga mental-emosional para
pemakainya. Semakin sering seseorang mengonsumsi zat tersebut, apalagi dalam jumlah yang
berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan, dan juga fungsi sosial di dalam
masyarakat. Pengaruhnya terhadap remaja bahkan dapat berakibat fatal karena akan menghambat
perkembangan kepribadiannya. Narkoba dapat merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara
yang ‘wakar’ bagi seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup seharihari.
Penyalahgunaan NAPZA merupakan suat pola penggunaan yang bersifat patologik dan
harus menjadi perhatian berbagai pihak. Meskipun sudah banyak informasi yang menyatakan
dampak negatif yang ditimbulkan, namun hal ini belum mampu mengurangi angka
penyalahgunaan NAPZA secara signifikan.
Penyalahgunaan obat-obatan terlarang (NAPZA) ini akan dapat menyebabkan seseorang
menjadi ketergantungan. Penyalahgunaan obat-obatan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai
faktor, di antaranya:
1. Faktor kepribadian
Faktor di dalam kepribadian yang menjadi pemicu seseorang dalam penyalahgunaan
Napza adalah persoalan genetika, biologis, personal, kesehatan, dan juga life style. Itu
semua akan memiliki pengaruh dalam menentukan seseorang apakah akan terjerumus ke
dalam penyalahgunaan Napza atau tidak.
-
Kurangnya pengendalian diri
Seseorang yang mencoba untuk menyalahgunakan narkoba biasanya memiliki
pengetahuan yang sedikit mengenai narkoba itu sendiri, apa bahaya yang
ditimbulkannya,
serta
bagaimana
hukum
mengatur
larangan
mengenai
penyalahgunaan narkoba itu sendiri.
-
Konflik individu yang belum stabil
Seseorang yang mengalami konflik akan mengalami frustasi. Bagi individu yang
tidak biasa berada dalam situasi yang menuntutnya untuk melakukan penyelesaian
masalah bisa juga menyebabkan seseorang menggunakan narkoba. Hal ini disebabkan
karena pemikiran yang keliru bahwa cemas yang ditimbulkan oleh konflik individu
dapat dikurangi dengan mengonsumsi narkoba.
-
Terbiasa hidup mewah
Orang yang terbiasa hidup mewah, acap kali berupaya untuk mengindar dari
permasalahan yang lebih rumit. Biasanya mereka lebih menyukai penyelesaian
masalah secara instan, praktis, atau membutuhkan waktu yang singkat sehingga
mereka akan lebih memilih cara-cara penyelesaian masalah yang simple yang
sekiranya
dapat
memberikan
kesenangan,
salah
satunya
adalah
dengan
penyalahgunaan narkoba karena dinilai dapat memberikan rasa euphoria secara
berlebihan.
-
Keingintahuan yang besar untuk mencoba hal baru, tanpa sadar atau berpikir panjang
mengenai akibatnya
-
Keinginan untuk bersenang-senang
-
Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup masa kini
-
Keinginan untuk diterima oleh suatu lingkungan atau kelompok
Adanya kebutuhan akan pergaulan teman sebaya dapat mendorong remaja untuk
dapat diterima sepenuhnya dalam kelompoknya. Ada kalanya menggunakan NAPZA
menjadi salah satu hal yang penting di kelompok tersebut sehingga remaja juga ikut
menggunakannya demi kebutuhannya akan pengakuan dari kelompok tersebut.
-
Lari dari kebosanan atau masalah hidup
-
Pengertian yang salah mengenai penggunaan narkoba sekali-sekali tidak akan
menimbulkan ketagihan
-
Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan
-
Tidak dapat berkata tidak pada NAPZA
-
Workaholic, ingin terus beraktivitas maka ia menggunakan stimulant atau perangsang
-
Menderita kecemasan berlebih
-
Kecanduan merokok dan minuman keras
-
Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
2. Faktor keluarga
-
Kurangnya kontrol keluarga
Orang tua yang terlalu sibuk dapat membuat waktu yang dimiliki untuk mengontrol
anggota keluarganya menjadi sangat minim. Anak-anak yang kurang perhatian dari
orang tuanya cenderung mencari perhatian di luar rumah, seperti mencari kesibukan
bersama dengan teman-temannya.
-
Hubungan orang tua yang retak
Komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dengan anak dan kurangnya rasa
hormat di antara anggota keluarga juga bisa menjadi salah satu faktor yang ikut
mendorong seseorang mengginakan narkoba.
-
Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung jawab
Tidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja dimulai dari
keluarga yang broken home, semua anak memiliki potensi yang sama untuk terlibat
dalam penyalahgunaan narkoba. Penerapan disiplin dan tanggung jawab yang orang
tua berikan kepada anak akan dapat mengurangi resiko anak terjebak ke dalam
penyalahgunaan narkoba. Anak yang memiliki tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, orang tua, dan masyarakat akan memertimbangkan berbagai hal sebelum
mencoba menggunakan narkoba.
3. Faktor lingkungan
-
Masyarakat yang individualis
Lingkungan yang individualis dalam kehidupan di kota besar membuat individu
menjadi cenderung kurang peduli dengan orang lain, sehingga individu hanya akan
memikirkan permasalahannya sendiri tanpa memerdulikan orang-orang di sekitarnya.
Akibatnya, banyak individu di dalam masyarakat yang kurang peduli dengan
penyalahgunaan narkoba yang semakin meluas di kalangan remaja dan anak-anak.
-
Pengaruh teman sebaya
Pengaruh pertemanan atau kelompok juga dapat berperan penting terhadap
penyalahgunaan narkoba. Hal ini bisa disebabkan karena menjadi syarat untuk dapat
diterima oleh anggota kelompok, misalnya. Suatu kelompok biasanya memiliki
kebiasaan berperilaku yang sama antar sesame anggotanya. Sehingga tidak aneh bila
kebiasaan berkumpul juga dapat mengarahkan perilaku yang sama, yaitu
mengonsumsi narkoba.
4. Faktor sekolah/pendidikan
-
Pendidikan mengenai NAPZA
Pendidikan akan bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba di sekolahsekolah merupakan salah satu bentuk kampanye anti penyalahgunaan narkoba.
Kurangnya pengetahuan yang dimiliki dapat memberikan andil terhadap meluasnya
penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
-
Disiplin di sekolah
Sekolah yang kurang disiplin, berada di dekat tempat hiburan, kurang memberikan
kesempatan pada siswanya untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif,
serta adanya siswa yang menggunakan NAPZA dapat menjadi faktor kontributif
terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
5. Faktor masyarakat dan komunitas sosial
Faktor yang termasuk dan dapat memengaruhi kondisi sosial seseorang remaja, antara
lain hilangnya nilai-nilai di dalam sebuah keluarga dan di dalam sebuah hubungan,
hilangnya perhatian dengan komunitas, dan juga kesulitan dalam beradaptasi dengan
baik.
6. Faktor populasi yang rentan
Remaja masa kini hidup dalam sebuah lingkaran besar, dimana sebagian remaja berada
dalam lingkungan yang memiliki resiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba. Kini,
banyak remaja yang mulai mencoba-coba menggunakan narkoba, seperti amphetaminetype stimulants (termasuk di dalamnya alcohol, tembakau, dan juga obat-obatan yang
diminum tanpa resepa atau petunjuk dari dokter, serta obat psikoaktif) hingga akhirnya
dapat menimbulkan berbagai macam masalah.
7. Faktor ketersediaan NAPZA itu sendiri
NAPZA itu sendiri terkadang menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk
mengonsumsinya karena:
-
NAPZA tersebut mudah dijangkau dan dibeli oleh khalayak ramai
-
Harganya yang semakin murang dan dijangkau oleh daya beli masyarakat
-
Jenisnya yang semakin beragam jenis, cara pemakaian, dan bentuk kemasannya
-
Modus operandi tindak pidana NAPZA semakin sulit diungkap oleh aparat hukum
-
Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum terungkap
-
Sulit terungkapnya kejahatan computer dan pencucian uang yang dapat membantu
bisnis perdagangan gelap narkoba
-
Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan narkoba
-
Bisnis narkoba menjanjikan keuntungan yang besar
-
Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yang kuat dan profesional. Bahan
dasar narkoba beredar bebas di masyarakat.
Dampak Penggunaan NAPZA
1) Dampak Fisik :

Adanya gangguan pada sistem syaraf (neurologis) seperti; kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi dan sebagainya.

Terjadinya gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) sepert;
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah dan sebagainya.

Terjadinya gangguan pada kulit (dermatologis) seperti; penanahan (abses), alergi,
eksim dan sebagainya.

Terjadinya gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti; penekanan fungsi
pernapasan, kesulitan bernafas, pengerasan jaringan paru-paru dan sebagainya.

Mengalami sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu badan
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.

Gangguan terhadap kesehatan reproduksi berupa gangguan pada endokrin seperti;
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogin, progesteron, testosteron) serta
gangguan fungsi seksual.

Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada wanita usia subur seperti; perubahan
siklus menstruasi/haid, menstruasi/haid yang tidak teratur dan aminorhoe (tidak
terjadi haid).

Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik dengan cara bergantian akan beresiko
tertular penyakit seperti; hepatitis B, C dan HIV/AIDS yang sampai saat ini belum
ada obatnya.

Bila terjadi melebihi dosis penggunaan narkoba maka akan berakibat fatal, yaitu
terjadinya kematian.

Terjadinya gangguan kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi dan penyakit
kelamin.

Sindroma otak organik meliputi kebingungan, disorientasi dan penurunan fungsi
kognisi, bila tidak ada gejala putus zat biasanya tanda vital cukup stabil. Diperlukan
uji laboratorium untuk memilah diagnosis dari diagnosis banding dengan gejala
kebingungan seperti fungsi ginjal, fungsi hati, keseimbangan elektrolit. Periksa
apakah ada proses di dalam otak lainnya seperti pendarahan, tumor, infeksi.
2) Dampak Psikis :

Adanya perubahan pada kehidupan mental emosional berupa gangguan perilaku yang
tidak wajar.

Pecandu berat dan lamanya menggunakan narkoba akan menimbulkan sindrom
amoyfasional. Bila putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi
hingga bunuh diri.

Terhadap fungsi mental akan terjadi gangguan persepsi, daya pikir, kreasi dan emosi.

Bekerja lamban, ceroboh, syaraf tegang dan gelisah.

Kepercayaan diri hilang, apatis, pengkhayal dan penuh curiga.

Agitatif, bertindak ganas dan brutal diluar kesadaran.

Kurang konsentrasi, perasaan tertekan dan kesal.

Cenderung menyakiti diri, merasa tidak aman dan sebagainya.

Gejala panik

Gejala sedih, gelisah sangat sering terjadi terutama bila personaliti dan situasi pasien
memang demikian sebelumnya. Tanda munculnya anxietas biasanya gelisah,
insomnia sampai gejala serangan panik (tiba-tiba berdebar, rasa tercekik mau mati,
takut gila atau takut mati).

Episode depresi sementara dapat terjadi pada putus zat stimulan dan intoksikasi
depresan. Pasien mengeluh suka tidur (insomnia), sukar konsentrasi, tidak nafsu
makan.
3) Dampak Sosial :

Terjadinya gangguan mental emosional akan mengganggu fungsinya sebagai anggota
masyarakat, bekerja, sekolah maupun fungsi/tugas kemasyarakatan lainnya

Bertindak keliru, kemampuan prestasi menurun, dipecat/dikeluarkan dari pekerjaan,

Hubungan dengan keluarga, kawan dekat menjadi renggang.

Terjadinya anti sosial, asusila dan dikucilkan oleh lingkungan.

Prosentase kriminalitas yang terjadi lebih besar di timbulkan oleh penyalahgunaan zat
psikoaktif yang dapat meningkatkan perilaku agresif seseorang
Dampak Penggunaan Narkoba dan Penyalahgunaan Narkoba secara fisik, psikis dan sosial
akan berpotensi menimbulkan penyakit/rasa sakit yang luar biasa dan ketagihan kalau tidak dapat
mengkonsumsinya
(narkoba),
karena
ada
dorongan
kuat
(secara
psikologis)
untuk
mendapatkannya, walaupun dengan berbagai cara (menghalalkan segala cara untuk
mendapatkannya) dengan melanggar norma-norma sosial yang berlaku.
Symptoms umum
1) Pola patologis pengkonsumsian, termasuk ketergantungan psikologis dan fisiologis.
2) konsekuensi yang mengikuti pola penyalahgunaan, termasuk diantaranya kegagalan
sosial dan pekerjaan (prestasi kerja atau akademik turun, sosialisasi kurang, tanggung
jawab kurang dan menyendiri di tempat tertentu), kesulitan finansial (hingga akhirnya
mencuri ataupun menipu), serta kondisi medis yang buruk.
Jenis-jenis NAPZA, Efek pemakaiannya, intoksikasi, dan Abstinensi
1. Alkohol
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan
kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang
etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau
grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi.
Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki
pengertian yang lebih luas lagi. Alkohol juga bisa sebagai pengawet hewan.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa
pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri
terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Alkohol adalah zat pengalih suasana hati. Zat tersebut ,merupakan sebuah depresan
yang mengurangi aktivitas otak dan sistem saraf. Minuman beralkohol mengandung zat
etanol dan mempunyai warna dan rasa yang berbeda-beda, tergantung bahan-bahan yang
dipakai dalam pembuatannya. Alkohol tersaji dalam banyak variasi termasuk bir, anggur,
brandy, arak, whisky, dan lain-lain. Dampak dari alkohol pada penggunanya beragam pada
setiap orang, dan tergantung pada:

Seberapa banyak dan seberapa cepat alkohol yang dikonsumsi.

Berat dan ukuran tubuh.

Kondisi kesehatan – khususnya seberapa baik kerja hati pada tubuh.

Ketika alkohol dikonsumsi – pada perut yang kenyang atau kosong.

Usia dan jenis kelamin – Anak muda dan wanita biasanya lebih banyak terpengaruh oleh
alkohol.

Apakah alkohol dikonsumsi bersama dengan obat-obatan lain atau tidak.
Pemakaian:

Badan terasa santai.

Kehilangan pengendalian diri.

Pergerakan badan yang tidak terkendali.

Pandangan kabur.

Bicara tidak jelas.

Mual dan muntah-muntah.

Kehilangan kesadaran.
Dampak pemakaian jangka panjangnya:

Perut terasa terbakar.

Kerusakan hati.

Kerusakan otak.

Kehilangan daya ingat.

Kebingungan.

Ketidakstabilan jantung dan darah.

Depresi.

Masalah sosial (kecanduan alkohol, kriminalitas, masalah keluarga, dsb).
Siapapun yang meminum alkohol dengan jumlah banyak secara rutin, dalam jangka waktu
tertentu, akan mengalami masalah fisik, emosional atau sosial. .
Intoksikasi:
Gelisah, tingkah laku kacau, kendali diri menurun, mengantuk, banyak bicara, dan tidak jelas.
Abstinensi:
Mual, muntah-muntah, darah tinggi, sukar tidur, murung, jantung berdebar-debar, cemas.
2. Amfetamin
Ada 2 jenis amfetamin yaitu MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan
nama ectacy. Nama lain fantacy pils, inex. Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding
MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS,
ice. Cara penggunaan dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar dengan
menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung, atau dibakar
dengan memakai botol kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam bentuk kristal yang
dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh darah (intravena).
Pemakaian:

Merasa sangat bergembira (euforia).

Menimbulkan hasutan (agitasi).

Banyak bicara (talkativeness).

Menjadi lebih berani/agresif.

Kehilangan nafsu makan.

Mulut kering dan merasa haus.

Berkeringat.

Tekanan darah meningkat.

Mual dan merasa sakit.

Sakit kepala, pusing, tremor/gemetar.

Timbul rasa letih, takut dan depresi dalam beberapa hari.

Gigi rapuh, gusi menyusut karena kekurangan kalsium.
lntoksikasi ::
a. Takikandia atau bradikardia
b. Perubahan perilaku maladaptif yang bermakna secara klinis
c. Dilatasi pupil
d. Peninggian atau penurunan tekanan darah
e. Berkeringat atau menggigil
f. Mual atau muntah
g. Tanda-tanda penurunan berat badan
h. Agitasi atau retardasi psikomotor
i. Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, atau aritmia jantung
j. Konvulsi, kejang, diskinesia, distonia, atau koma
Abstinensi:
atau agitasi psikomotor
3. Kokain
Adalah kristal tropane alkaloid yang didapat dari daun tumbuhan coca. Efeknya
adalah stimultan yang menekan sistem saraf utama menimbulkan sensasi yang disebut
euphoric sense dan kegembiraan juga dipercaya meningkatkan energi efek-efek inilah yang
menyebabkan zat ini cukup populer dan banyak digunakan. kokain adalah zat yang ampuh
untuk mempengaruhi sistem saraf, efeknya bisa terasa dari 20 menit sampai berjam-jam,
tergantung dosis dan cara penggunaannya.
Pemakaian:
 Hiperaktif
 tidak tenang
 tekanan darah meningkat
 denyut nadi meningkat
 Euforia
 Gairah seksual bisa meningkat
 Penggunaan dalam jangka panjang akan mengakibatkan paranoia, impotensi dan hal
buruk lainnya, detak jantung jadi cepat, Bercakap berlebih-lebihan. Dengan dosis yang
tinggi menyebabkan percakapan tidak difahami oleh orang lain
Intoksikasi:
Agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan
kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia Hipertensi
Midriasis .
Abstinensi:
a. Kecemasan
b. Gemetar
c. Mood disforik
d. Letargi
e. Fatigue
f. Mimpi yang menakutkan
g. Nyeri kepala
h. Berkeringat banyak
i. Kram otot dan lambung
4. Halusinogen
Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh
dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan gambar.
Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada
permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.
Pemakaian:

Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna dan waktu.

Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi terhadap yang
dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya.

Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama kelamaan membuat perasaan
khawatir yang berlebihan (paranoid).

Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.

Diafragma mata melebar dan demam.

Disorientasi.

Depresi.

Pusing

Panik dan rasa takut berlebihan.

Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan kemudian.

Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan.
Gejala Intoksikasi
a.
Perilaku maladaptif (kecemasan, paranoid, gangguan dalam pertimbangan, dsb)
b.
Perubahan persepsi ( depersonalisasi, ilusi, direalisasi, halusinasi,dsb )
c.
Dilatasi pupil
d.
Takikardi
e.
Berkeringat
f.
Palpitasi
g.
Pandangan kabur
h.
Tremor
i.
Inkoordinasi
5. Heroin atau Putau
Heroin adalah zat depresan. Obat-obatan depresan tidak langsung membuat Anda merasa
tertekan. Zat-zat tersebut memperlambat pesan dari otak ke tubuh dan sebaliknya.Heroin murni
berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat
ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri.
Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap.
Pemakaian:

Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60 detik) diikuti rasa
menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan atau ketenangan hati
(euforia). Ingin selalu menyendiri untuk menikmatinya.

Denyut nadi melambat.

Tekanan darah menurun.

Otot-otot menjadi lemas/relaks.

Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point).

Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.

Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat.

Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal.

Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari.

Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang hajat besar,
jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar hidung, timbul gangguan
kebiasaan tidur.

Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek euforia semakin
ringan atau singkat
Intoksikasi:
Pupil mengecil, mengantuk, tensi menurun, nafas lambat, nadi cepat, koma, pingsan, kemudian
mati.
Abstinensi:
Gelisah, mual-mual, muntah-muntah, diare, sakit sendi, nyeri otot, menggil, insomnia, mudah
marah, agresif, demam, dan nyeri kepala.
Prognosis
Bagi sebagian besar orang yang memiliki masalah dengan ketergantungan obat, akan
mengalami efek racun dari obat itu sendiri atau kondisi di mana obat itu digunakan secara
substansial hingga meningkatkan peluang timbulnya penyakit yang serius, kecacatan hingga
kematian. Bahkan bagi orang-orang yang memiliki ketergantung pada obat yang legal secara
hukum, seperti tembakau dan alkohol juga akan memiliki hidup yang lebih singkat jika
ketergantungan tersebut berlanjut dalam waktu yang lama. Tingginya tingkat konsumsi alkohol
dapat menyebabkan penyakit hati, kerusakan sistem saraf dan risiko yang lebih tinggi untuk
terjangkit beberapa jenis kanker, kemudian dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan mobil dan
cedera.
Lalu pada aktivitas merokok, dapat menyebabkan kanker paru-paru dan kanker lainnya ,
serta penyakit jantung dan penyakit paru-paru tanpa kanker . Penggunaan obat-obatan terlarang
seperti kokain dan heroin juga berkaitan dengan risiko yang bahkan lebih tinggi untuk kematian
dini, paling sering disebabkan karena overdosis, serta dari efek terinfeksinya virus AIDS ( HIV )
atau virus hepatitis yang dihasilkan dari penggunaan jarum suntik atau terlibatnya hubungan free
sex
Banyak faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya pemulihan yang sukses dari
ketergantungan obat ini. Faktor yang paling terlibat adalah dari obat-obatan itu sendiri, keadaan
yang meliputi dan karakteristik dari individunya. Banyak orang yang memiliki ketergantungan
alkohol telah menemukan dukungan seperti self-help group sebagai Alcoholics Anonymous.
Beberapa orang yang berhenti dengan cara ini dapat bertahan tanpa obat untuk waktu yang
sangat lama. Namun sering terjadinya kecerobohan dan kambuh lagi.
Bagi banyak orang, bagaimanapun juga, peluang keberhasilan dalam jangka panjang akan
meningkat dengan adanya upaya berulang-ulang untuk mengakhiri ketergantungan obat ini.
Setelah beberapa tahun pantang terus menerus dari obat, kemungkinan untuk kambuh menjadi
relatif rendah. Meskipun begitu seseorang telah berhenti mengkonsumsi obat, banyak efek racun
dari ketergantungan obat sebagian besar disembuhkan, namun ada beberapa, seperti kerusakan
hati yang parah akibat dari penggunaan alkohol atau kerusakan paru-paru akibat merokok,
mungkin tidak dapat disembuhkan untuk selamanya.
Tidak ada solusi cepat ataupun obat yang dapat digunakan untuk mengatasi orang dengan
ketergantungan obat. Pada akhirnya hasil dari penyalahgunaan obat-obatan adalah, seperti yang
telah dijelaskan, tergantung pada interaksi antara obat, individu dan masyarakat termasuk
bagaimana intervensi pengobatannya. Begitu ketergantungan pada obat telah meningkat,
umumnya akan terjadi kondisi kronis kambuh dan remisi yang berlangsung selama bertahuntahun daripada terjadi dalam kurun waktu berbulan-bulan dan menjadi salah satu hal yang sulit
tetapi tidak mustahil untuk diatasi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa pecandu yang kurang kronis cenderung akan
berpuasa dalam waktu jangka pendek, dan perbaikan pada jangka pendek atau perbaikan awal
akan lebih cenderung mengarah pada perbaikan dalam jangka panjang.
Sebagian besar studi melihat kematian orang dengan masalah kecanduan melaporkan bahwa 23% dari pecandu yang mati dalam satu tahun melakukan kontak dengan klinik atau helping
agency.
Beberapa faktor menentukan prognosis untuk setiap individu. Ini termasuk:
•Substansi dari penyalahgunaan itu sendiri. Zat yang memiliki kecenderungan tinggi untuk
akhirnya menjadi ketergantungan dan memiliki tingkat kesulitan untuk withdrawal akan
menghasilkan prognosis yang lebih buruk .
•Alasan untuk melakukan penyalahgunaan zat. Remanja yang menyatakan karena ingin
bereksperimen atau melakukannya di saat krisis kehidupan yang efek penggunaannya masih
bisa ditangani akan menghasilkan prognosis yang baik .
•Kerentanan pribadi. latar belakang keluarga yang menyedihkan, catatan buruk pada
sekolah, sering bolos, pencari sensasi, impulsif dan gangguan kepribadian akan menghasilkan
prognosis yang lebih buruk.
•Terkait dengan gangguan kejiwaan. Orang dengan gangguan kejiwaan terkait, seperti
misalnya orang yang depresi, skizofrenia dan gangguan kepribadian cenderung memiliki
prognosis yang lebih buruk
•Penyalahgunaan lebih dari satu zat atau alkohol dikaitkan dengan prognosis yang lebih
buruk
•Lingkungan sosial yang buruk, misalnya tunawisma dan pengangguran dikaitkan dengan
prognosis yang buruk.
•Lamanya penyalahgunaan zat. Sebuah prognosis yang lebih buruk dikaitkan dengan durasi
yang lebih lama pada penyalahgunaan zat.
•Motivasi untuk berubah. Kurangnya motivasi dikaitkan dengan prognosis yang lebih
buruk.
•Dukungan yang tersedia untuk orang tersebut. Kurangnya ketersediaan layanan dukungan
yang terkait akan menghasilkan prognosis yang lebih buruk.
Prognosis untuk masing-masing zat tertentu akan digambarkan secara singkat dibawah ini :
Amphetamines
Penggunaan Amphetamine lebih bersifat rekreatif dibandingkan pada penggunaan opioid.
Prognosis yang baik muncul ketika orang sudah tidak menggunakan obat-obatan lagi
setelah gangguan psikiatrik muncul. Prognosis lebih buruk pada orang dengan kesulitan
pribadi atau sosial yang terkait atau gangguan kejiwaan termasuk gangguan kepribadian.
Benzodiazepines
Tingkat kesukesan pada withdrawal yang masih berada dalam pengawasan bernilai tinggi.
Pengguna yang mengikuti program ini, setengahnya sembuh total dan setengah dari dua per
tiga bersih dari benzodiazepite setelah 1 hingga 3 tahun. Sebagian kecil orang masih
mengalami gejala-gejala withdrawal selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun tahun.
Ada sejumlah proporsi orang yang masih menggunakan benzodiazepines lagi dan beberapa
membutuhkan medikasi psikotropik
Cannabis
Sebagian besar pengguna tidak menjadi ketergantunggan pada obat ini. Tingkat
penyalahggunaan cannabis pada populasi secara umum berada di 0.7% dan 6% dari
pengguna cannabis di tahun sebelumnya memiliki ketergantungan. Hanya sedikit orang
yang mencari bantuan kepada professional. Tingkat pengobatan yang dilakukan setelah
sembuh adalah rendah.
Cocaine
Tingkat keberhasilan dalam menangani penyalahgunaan kokain berada di tingkat tinggi
hingga 75% sembuh pada 5 tahun setelah pengobatan. prognosis butuk terjadi pada orang
yang memiliki kesulitan baik pada diri maupun sosialnya, serta pada gangguan psikiatrik
seperti gangguan kepribadian. prognosis yang baik muncul pada pengobatan yang
berlangsung lebih lama dan pada wanita
Ecstasy
Prognosis yang baik akan muncul ketika orang ini menjauhkan diri dari penggunaan obat,
dan muncul prognosis yang buruk pada orang yang memiliki gangguan kepribadian.
Heroin and other opioids
Terdapat kematian yang signifikan (10 sampai 15%) selama 10 tahun pada pelaku opioid.
Penyebab umum kematian termasuk overdosis, bunuh diri, HIV dan hepatitis.
Tingkat penarikan diri dari obat setelah menjalani pengobatan bervariasi, tetapi di antara
10-40% berhenti selama 6 bulan setelah pengobatan dan mayoritas orang kambuh untuk
melakukannya lagi pada 3 sampai 4 bulan setelah keluar dari pengobatan
Prognosis yang baik berkaitan dengan semakin besarnya rentang layanan pengobatan
(perawatan kesehatan, terapi keluarga, terapi perilaku kognitif dll) yang tersedia. Prognosis
yang lebih buruk dikaitkan dengan kondisi psikopatologi yang buruk dan tingkat
ketergantungan sebelum pengobatan. Penarikan diri dari obat ini seringkali berhubungan
dengan kehidupan yang dialami saat itu.
Telah ditunjukkan bahwa akhirnya penghentian penggunaan opiat adalah proses yang
sangat lambat dan menjadi semakin tidak mungkin semakin lama seseorang sudah
menggunakan obat ini
Ketamine
Sebagian besar orang berhenti menggunakan ketamine tanpa bantuan treatment seiring efek
psychedelic mulai memudar ketika meningkatnya kadar toleransi seseorang
Lysergic acid diathylemide (LSD)
Prognosis jangka panjang pada penyalahgunaan LSD adalah baik ketika orang tersebut
berhenti menggunakan obat ini. Efek dari Hallucinogen yang membuat persepsinya
terganggu mungkin baru bisa terobati ketika sudah melewati waktu berbulan-bulan bahkan
bertahun tahun setelah berhenti menggunakan obat sekitar 50%. Episode psikotik yang
berkepanjangan memiliki prognosis yang relative buruk dan adanya kecenderungan tinggi
untuk bunuh diri.
Nitrites (Poppers)
Prognosis tidak diketahui karena tidak tersedianya percobaan treatment atau penelitian
terhadap kasus ini yang berjangka panjang
Phencyclidine (angel dust)
Sebagian besar orang berhenti menggunakan ketika mereka telah melewati masa muda
awal. Prognosis untuk phencyclidine psychosis kronis bersifat buruk
Psilocybe mushrooms
Pengguna seringkali tidak menganggap bahwa dirinya bermasalah dan hampir tidak pernah
mencari bantuan untuk melepas dirinya dari ketergantungan atau memberhentikannya.
Treatment
Perawatan dari alkoholism dan tipe lain dari substansi use disorder merupakan tugas
yang cukup sulit. Banyak orang yang mengalaminya, tidak memiliki pengetahuan mengenai
kesulitan mereka, dan hanya sebagian kecil saja yang mencari bantuan tenaga profesional.
Detoxification
Alkoholism dan hal lain yang berelasi dengan penyalahgunaan narkoba merupakan
kondisi yang kronis. Perawatan yang biasanya dilakukan dalam rangkaian stage, berawal dari
periode detoxification – pembersihan narkoba dari orang yang menjadi dependen – dalam waktu
tiga hingga enam minggu (Coombs, Howatt, & Coombs, 2005). Proses ini cukup sulit bagi orang
yang memiliki pengalaman terhadap symptoms dari gejala penarikan dan secara bertahap
menyesuaikan atas ketidak beradaan penggunaan narkoba.
Orang yang menjalani detoksifikasi alkohol juga diberikan beberapa tipe pengobatan, termasuk
diantaranya adalah benzoadiazepines dan anticonvulsants, merupakan cara untuk meminimalisir
symptoms wihdrawal.(O’Brien & McKay, 2007)
Medications During Remission
Ketika mengikuti proses detoxifikasi, upaya pembebasan individu yang menggunakan
narkoba juga dilakukan. Hasil yang paling baik diasosiasikan dengan kestabilan diri dan
meninggalkan minuman keras dalam jangka panjang.
Disulfiram (Antabuse) merupakan obat yang dapat memblokir proses kerusakan kimia
dari alkohol. Apabila ada orang yang menggunakan disulfiram ini mengkonsumsi alkohol meski
dalam jumlah kecil, maka dia akan merasakan sakit. Selain itu juga digunakan Naltrexone
(Revia), dan acamprosate (Campral). Psikatris juga menggunakan SSRIs, seperti fluoxetine,
untuk perawatan pasien alkoholism dalam waktu jangka panjang.
Self-Help Groups: Alcoholics Anonymous
Salah satu cara perawatan yang diterima untuk alkoholism adalah Alcoholics Anonymous
(AA). Didirikan tahun 1935, merupakan self-help dari orang lain yang pernah menggunakan
alkohol dan telah berhenti mengkonsumsinya. Karena diresmikan dan aktif dalam banyak
komunitas di Amerika Utara dan Eropa, AA telah menjadi jalur pertama yang melawan
alkoholism (Nathan, 1993). Sudut pandang yang dilakukan AA dalam pendekatan spiritual di
alam (Kaskutas et al., 2003). Pada dasarnya terdapat 12 langkah program yang dilakukan. Proses
yang dilakukan selama 12 langkah untuk menyembuhkan difasilitasi dalam pertemuan reguler
AA. Terkadang sampai 90 hari setelah seseorang berhenti minum. Sekitar 80 persen dari member
AA dapat terlepas dari ketergantungan antara dua hingga empat tahun (Tonigan, Connors, &
Miller, 2003).
Cognitive Behavior Therapy
Cognitive behavior theraphy mengajarkan orang untuk mengidentifikasi dan merespon
dengan lebih tepat untuk keadaan yang teratur memicu penyalahgunaan narkoba (Finney &
Moos, 2002).
Cara-cara yang termasuk ke dalam cognitive behavior theraphy diantaranya adalah:
1. Coping Skills Training
2. Relapse Prevention
3. Short term motivational Theraphy
Outcome Result and General Conclusion
Studi juga dilakukan untuk mengevaluasi tiga bentuk treatment psikologis: cognitive
behavior theraphy, 12 langkah terapi memfasilitasi, dan motivational enhancement theraphy.
Hasil penghitungan dapat dikumpulkan selama tiga tahun setelah proses perawatan berakhir.
Hasilnya mengindikasikan bahwa ketika bentuk perawatan tesebut dapat memperbaiki jumlah
dari minuman beralkohol, sama juga seperti fungsi area kehidupan yang lainnya (Miller &
Longabaugh, 2003).
Komprehensif review dari studi tersebut dan hasil dari penelitian lainnya mengenai
perawatan mengenai alkoholism dan penyalahangunaan narkoba mengacu pada beberapa
kesimpulan (Amato et al., 2011; Glasner-Edward & Rawson, 2010):

Orang yang melakukan perawatan untuk berbagai jenis penyalahgunaan narkoba
biasanya menunjukkan peningkatan dalam berkurangnya penggunaan narkoba yang
cenderung bertahan selama beberapa bulan setelah akhir pengobatan. Sayangnya,
penggunaan kembali juga relative biasa terjadi.

Ada sediki tbukti yang menunjukkan bahwa salah satu bentuk pengobatan yang lebih
efektif daripada yang lain

Hanya ada dukungan yang terbatas untuk asumsi bahwa perawatan jenis memiliki hasil
yang lebih baik dari perawatan jenis lain.

Meningkatnya jumlah perawatan dan meningkatnya frekuensi dalam pertemuan self-help
dan konseling perawatan sesudahnya diasosiasikan dengan hasil yang lebih baik.

Beberapa orang yang dapat menurunkan konsumsi dari narkoba, atau perbaikan selama
perawatan biasanya tidak dibatasi oleh penggunaan narkoba semata tapi juga dengan
kesehatan individu atau fungsi okupasi sosialnya.
REFERENSI:
BNN. 2009. Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Petugas Lapas/Rutan.
Indonesia: Pusat Pencegahan Lakhar, BNN.
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia (1993), Pedoman
Penggolongan
Diagnosis
Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa ,Jakarta
Kaplan & Sadock. 2009. Comprehensive Textbook of Psychiatry 9th edition. Newyork:
Lippincott Williams & Wilkins
Oltmans, Thomas. F & Robert E.Emery. 2012. Abnormal Psychology 7th editon. United State of
America: Pearson Education, Inc.
Revision(Copyright 2000). American Psychiatric Association.Diakses: selasa, 8 Oktober 2013.
Jam : 17.15 WIB
http://www.scribd.com/doc/128239226/Penyalahgunaan-Zat-Psikoaktif, diunduh pada tanggal 08
Oktober 2013, pukul 17.51 WIB.
wps.prenhall.com/.../diag_crit_substance_abuse_...Source: Reprinted with permission from the
Diagnostic andStatistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text
http://www.unik.ws/2012/12/10-jenis-narkoba-dan-efek-sampingnya.html
Copyright © Unik.ws (diunduh pada Selasa, 08 Oktober 2013 pukul 22.09)
http://delintahayan.blogspot.com/2012/06/intoksikasi-zat-psikoaktif.html (diunduh pada Rabu,
09 Oktober 2013 pukul 06.01)
http://al-atsariyyah.com/mengenal-narkoba-jenis-jenisnya-dan-dampaknya.html (diunduh pada
Rabu, 09 Oktober 2013 pukul 06.35)
http://www.dana.org/news/brainhealth/detail.aspx?id=9884
ditulis
oleh
Jerome
H.
Jaffe
dan George F. Koob, Ph.D. pada Maret 2007, berjudul Substance Abuse and Addiction -The Dana Guide. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2013 pukul 10.00 PM
http://www.dwp.gov.uk/publications/specialist-guides/medical-conditions/a-z-of-medicalconditions/substance-abuse/prognosis-and-duration/
dipublikasikan
oleh
DWP
(Department for Work & Pensions) pada Juni 2013, berjudul How long will the needs
last?. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2013 sekitar pukul 10 malam
Muryanta, Andang., ( ), Narkoba dan Dampaknya terhadap Pengguna, available [online] at
http://www.kulonprogokab.go.id/v21/getfile.php?file=NARKOBA-DANDAMPAKNYA-TERHADAP-PENGGUNA.pdf diunduh pada 8 Oktober 2013, pukul
23:41.
http://bnn-dki.com/index.php/aksi/berita-dari-kuningan/pencegahan/511-berbagai-dampak-yangterjadi-akibat-penyalahgunaan-narkoba diunduh pada 8 Oktober 2013, pukul 23:17.
http://indrakyubi.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_135.pdf diunduh pada 8
Oktober 2013, pukul 23:01.
http://www.k4health.org/sites/default/files/NAFZA%20LENGKAP.pdf diunduh pada 8 Oktober
2013, pukul 23:21.
http://bnnkgarut.wordpress.com/2012/08/02/faktor-penyebab-penyalahgunaan-narkoba/, diakses
pada 8 Oktober 2013, pukul 19.17 WIB
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2013/07/23/704/faktor-penyebabpenyalahgunaan-narkotika, diakses pada 8 Oktober 2013, pukul 19.22 WIB
http://www.psychologymania.com/2013/08/sebab-penyalahgunaan-narkoba.html, diakses pada 8
Oktober 2013, pukul 19.29 WIB.
Kuis
1
Berikut adalah faktor yang menentukan prognosis untuk setiap individu, kecuali :
A. Lamanya penyalahgunaan zat.
B. Alasan untuk melakukan penyalahgunaan zat.
C. Terkait dengan gangguan kejiwaan.
D. Kerentanan Pribadi
E. Terkait dengan status social
2
Salah satu penggunaan Morphine adalah untuk hal berikut ini :
a. Membuat seseorang euphoria/merasa senang
b. Mengurangi kecemasan
c. Membantu seseorang tertidur
d. Mengurangi rasa sakit
Kasus: untuk soal nomor 3 dan 4
 Lia adalah salah satu mahasiswa psikologi yang mengkonsumsi narkotika selama 1
tahun, ia memiliki keinginan yang kuat untuk selalu mengkonsumsi narkoba tersebut,
ia juga mengaku bahwa dosisnya selalu bertambah dalam setiap pemakaiannya.

Laura merupakan salah satu model ternama yang memiliki karir cemerlang. Akan
tetapi, dalam 5 bulan terakhir
dia mengkonsumsi narkoba sehingga membuat
karirnya turun drastis dikarenakan ia cenderung menarik diri, menjadi tidak disiplin,
dan kurang memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya sebagai model.
 Maf merupakan siswa SMA yang mengkonsumsi narkoba selama 2 tahun. Ketika
hasrat untuk mengkonsumsi narkoba tersebut, dia tidak mampu untuk menahannya.
Dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan obat. Selain itu, dia juga
mengalami penurunan dalam prestasi akademik dan kurang berbaur dengan
temannya. Saat ini, setiap mengkonsumsi narkoba, dosis yang digunakan menjadi 3
kali lipat dari pemakaian pertama.
3
Siapakah dari kasus diatas dapat didiagnosa sebagai subtance abuse berdasarkan DSM-IV TR?
a. Lia
b. Laura
c. Maf
d. Lia, Laura, dan Maf
4. Siapakah dari kasus diatas dapat didiagnosa sebagai subtance abuse berdasarkan PPDGJ-III?
a. Lia
b. Laura
c. Maf
d. Lia, Laura, dan Maf
5. Berikut merupakan dampak sosial yang ditimbulkan bila terjadi penyalahgunaan narkotika dan
sejenisnya, kecuali…
a. Kemampuan prestasi menurun
b. Gangguan pada syaraf
c. Dikucilkan oleh lingkungan
d. Prosentase kriminalitas yang meningkat
6. Dibawah ini adalah macam-macam alkohol, kecuali:
a. Bir
b. Wisky
c. Brandy
d. Amfetamin
7. Seseorang yang telah menggunakan zat psikoaktif dalam jangka waktu yang panjang akan
mengalami keadaan :
a. withdrawl
b. tolerance
c. addiction
d. abuse
8. Manakah faktor di bawah ini yang bukan merupakan pemicu seseorang dalam penyalahgunaan
NAPZA?
A. Keinginan untuk hidup mewah
B. Konflik individu yang belum stabil
C. Workaholic
D. Masyarakat yang individualis
9. ICD-10 mendefinisikan subtance dependence sebagai sejumlah fenomena fisiologis, kognitif,
dan tingkah laku yang berkembang setelah penggunaan obat secara berulang dan dicirikan
dengan 6 hal, antara lain, kecuali:
a. keinginan yang kuat untuk mengonsumsi obat
b. kesulitan dalam mengontol penggunan obat
c. prioritas yang lebih tinggi untuk menggunakan obat dibanding aktivitas lain
d. Ketiadaan toleransi
e. Keadaan withdrawal secara fisik
10. Orang yang menjalani detoksifikasi alkohol juga diberikan beberapa tipe pengobatan,
termasuk diantaranya adalah benzoadiazepines dan anticonvulsants, merupakan cara untuk
meminimalisir symptoms…
a. tolerance
b. withdrawl
c. addiction
d. abuse
Download