DiskusiPengembangan Kesenian Sunda Di Unpad

advertisement
DiskusiPengembangan Kesenian Sunda Di Unpad
Kesenian Daerah
MasihDihadapkan Pada
Kendala2
BANDUNG, (PR): -
Pengerabangan kesenian-daerah masih dihadapkan pada berbagai macam kendala yang timbul akibat modernisasi dan lajunya
pertumbuhan pem-bangunan. Kendala-kendala ter-sebut berupa persaingan yajig tidak sehat antar seniman yang terlarnpau
mengejar keuntungan material, kurangnya tanggung-jawab para pimpinan dalam mengolah dan mengarahkan segala sesuatu
ke arah kesenian, serta hilangnya peranan Daerah (Kabupaten) sebagai tempat standar mutu kesenian-daerah Sunda.
Demikian antara lain kesim-pulan Diskusi Panel bertema: "Perguruan Tinggi Sebagai Pusat Pengembangan Kebudayaan Dan
Kesenian Sunda", dise-lenggarakan oleh Lingkung Seni Sunda (LISES) Universitas Pad-jadjaran (Unpad), Sabtu siang di
Kampus Unpad Jl.Dipatiukur Bdg, dengan menampilkan pem-bicara terdiri dari; Acil Dar-mawan, S.H. (dari Grup Bimbo),
Drs.Kusnaka' Adimihardja M.A,
Djadja Sargani beserta Dodong Djiwapradja S.H.
Menurut Acil Darmawan yang gemar disebut Acil Bimbo, masa-lah persaingan, khususnya dalam bidang kesenian merupakan
budaya yang akan terus ber-kepanjangan. Budaya persaingan sebagai dampak modernisasi mengakibatkan pertumbuhan
kebudayaan Sunda tidak begitu menggembirakan. "Akibatnya para seniman sulit menampilkan kreasi-kreasi yang mandiri,
karena adanya tuntutan persaingan ini," ujar Acil. Paling tidak untuk mengatasi masalah ini, kata Acil, diperlukan perna?
haman dari pihak Pemerintah itu sendiri untuk mengerti dan memahami fungsi kesenian. Acil memberikan contoh kenyataan
yang ada di Bandung. Pemda di sini tampaknya sedang dihing-gapi "Shopping Centre Minded", sehingga bangunan yang
layak untuk gedung apresiasi kesenian lebih suka dijadikan Tempat-Perbelanjaan. Untuk itu menurut musisi Bimbo ini,
diperlukan akti-fitas dari para seniman agar mampu meyakinkan Pemda setempat bagaimana pentingnya kesenian itu.
Mengenai keberadaan pimpinan, baik pimpinan formal di Pemerintahan maupun pimpinan dalam organisasi kesenian di dalam
negara-negara ber-kembang diperlukan kesadaran terhadap situasi perbenturan budaya yang tengah terjadi dewasa ini. "Kini
budaya tradisi tengah berhadapan dengan budaya modern," ujar Djadja Sargani yang menyampaikan makalah berjudul:
"Model Kepe-mimpinan Antara Tradisi Dan Modernisasi" bersama Dodong Djiwapradja S.H. Menurut jkeduanya,
kepemimpinan dalam hal ini sebaiknya diartikan sebagai seseorang yang memiliki kesadaran budaya, yakni merasa
mempunyai tanggung jawab dalam mengolah dan mengarahkan sesuatu yang ber-sangkutan dengan kegiatan kesenian. AmM1
Alih ,
Sementara itu menurut Drs. Kusnaka Adimihardja M.A., peranan Daerah (dahuluKabupaten) sebagai ukuran standar mutu
kesenian Sunda sangat penting. Seperti misalnya di Jawa Tengah ada Keraton, di Bali ada Agama, dan dahulu di Tatar-Sunda
ada Kabupaten. "Tapi sekarang Kabupaten tidak lagi berperan. Maka kedudukan Kabupaten dalam kaitannya dengan pengembangan kesenian Sunda perlu diambil alih oleh Perguruan Tinggi", ujar Kusnaka staf peng-ajar Jurusan Antropologi
Fisip Unpad.
Jika demikian kata Kusnaka, selanjutnya para mahasiswa yang beritikad ingin mengembangkan kampusnya sebagai pusat
peng-embangan kesenian Sunda, perlu melakukan bimbingan kepada masyarakat maupun kepada civi-tas akademica lainnya
mengenai apresiasi yakni mem-pertunjukkan sebuah bentuk kesenian yang dilanjutkan
Download