Data Mengenai Ruang Fiskal Kota Bima 5 Tahun Terakhir

advertisement
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
1.1
Kondisi Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
Kota Bima berada di bagian timur Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan
posisi geografis terletak antara 118°41’ – 118°48’ Bujur Timur dan 8°30’ – 8°20’ Lintang Selatan.
Batas administratif wilayah Kota Bima terdiri dari:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Wawo Kabupaten Bima
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Bima
Wilayah Kota Bima sebagian besar tanahnya berada pada kemiringan 0–2% yaitu dengan
kemiringan sebesar 18,33% dari luas wilayah, untuk kemiringan tanah antara 3–15% mempunyai
luas 24,28% dari luas wilayah. Sedangkan lahan dengan kemiringan 16–40% seluas 23,76% dan
lahan dengan kemiringan lebih dari 40% sebesar 33,63%.
Berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut, Kecamatan RasanaE Barat memiliki
ketinggian 1-4 meter dpl, dimana wilayah tertinggi berada di kelurahan Sarae dan terendah berada
di Kelurahan Dara dan Tanjung. RasanaE Timur memiliki ketinggian 5-200 meter dpl, dimana
wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Oi Fo’o dan Lelamese (170-200 meter dpl) dan terendah
adalah Kelurahan Kumbe.
Kecamatan Raba memiliki ketinggian wilayah 6-200 meter dpl, dengan wilayah tertinggi di
Kelurahan Nitu dan terendah di Kelurahan Rite dan Penaraga (6 – 8 meter).
Kecamatan Mpunda memiliki ketinggian 10 – 23 meter dpl, wilayah tertinggi terdapat di
Kelurahan Sambinae dan Panggi dan terendah terdapat di Kelurahan Penatoi dan Lewirato.
Kecamatan Asakota, dengan ketinggian wilayah 2-6 meter dpl, wilayah terendah sebagian besar
Kelurahan Melayu.
Wilayah Kota Bima memiliki kedalaman efektif antara 30-60 cm, yakni sebesar 61,77 Ha,
dengan sebaran terbesar di Kecamatan RasanaE Timur, Asakota dan Raba. Sedangkan kedalaman
efektif antara 0-30 cm seluas 4.227,16 Ha atau 19,46% merupakan daerah lembah dan pinggiran
pantai yang tersebar di Kecamatan Asakota sebesar 1.262,23 Ha, RasanaE Barat 84,80 Ha,
Mpunda 296,68 Ha, Kecamatan Raba dengan luas 1.772,45 Ha dan Kecamatan RasanaE Timur
dengan luas 811,00 Ha.
Kondisi Kota Bima adalah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 122,86 mm dan hari
hujan rata-rata 9,58 hari/bulan yang dihitung berdasarkan data 4 (empat) tahun terakhir. Puncak hari
dan curah hujan terjadi sekitar Bulan Desember-Januari dengan temperatur berkisar 27,50 C sampai
dengan 34,50 C. Matahari bersinar terik sepanjang musim dengan rata-rata intensitas penyinaran
tertinggi pada Bulan Juni.
Beberapa lokasi di wilayah pesisir Kota Bima yang memiliki kerawanan terhadap gelombang
pasang surut karena memiliki tingkat ketinggian antara 0-1 meter dari permukaan laut dan tingkat
kemiringan lahan yang sangat landai sehingga menyulitkan dalam pengaturan drainase. Wilayah
1
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
tersebut antara lain: lingkungan Binabaru yang berada di Kelurahan Dara (625 jiwa/155 kk),
lingkungan sarata yang berada di kelurahan Paruga (1.246 jiwa/312 kk), kelurahan Tanjung (6.105
jiwa/1.416 kk), kelurahan Melayu (6.135 jiwa/1130 kk) dan kelurahan Kolo (4.548 jiwa/1.112 kk).
Kota Bima dilalui oleh 7 (tujuh) sungai, 3 (tiga) diantaranya merupakan sungai besar, yaitu:
Sungai Padolo, Sungai Romo, Sungai Jatiwangi/Melayu. Untuk itu dapat dikatakan bahwa Kota
Bima memiliki potensi air permukaan yang cukup baik untuk kegiatan rumah tangga maupun untuk
irigasi. Hampir keseluruhan sungai yang ada mengaliri daerah irigasi dengan luas total 1.054 Ha.
Adapun daerah aliran sungai yang ada di Kota Bima terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) Di Wilayah Kota Bima
1
DAS Lampe (Padolo)
75
-
Luas Daerah
Irigasi
Baku (Ha)
260
2
DAS Dodu
24
-
130
241
No
Nama Daerah Aliran Sungai (DAS)
Luas (Ha)
Debit
(liter /dtk)
3
DAS Nungga
44
40
4
DAS Kendo
22,5
-
50
5
DAS Ntobo
24
-
147
6
DAS Jatiwangi (Melayu)
24
-
225
7
DAS Romo
2,6
-
-
Sumber Data: Kota Bima Dalam Angka 2010
Sumber air bersih di Kota Bima dikelola oleh PDAM dengan sumber air dari Sori Nungga
yang terletak di Kelurahan Nungga, lebih kurang 7,5 km dari Kota Raba–Bima dengan kapasitas
debit sebesar 40 liter/detik. Selain sumber air yang diperoleh dari Sori Nungga, sumber air lainnya
adalah sumber Oi Si’i yang terletak di Selatan Kelurahan Rontu, lebih kurang 5 km dari Kota Bima
dengan kapasitas debit air sebesar 2,5 liter/detik. Sedangkan sumur bor terletak di Jatiwangi dengan
kapasitas 10 liter/detik, Penaraga dengan kapasitas 10 liter /detik dan Sadia dengan kapasitas 10
liter/detik.
Sebagai daerah pesisir, wilayah administratif Kota Bima terdiri atas wilayah perairan
sebesar 188,02 km2 dan wilayah daratan dengan luas sebesar 222,25 km2. Pada awal
pembentukan Kota Bima, secara adminsitratif, wilayah adminsitratif Kota Bima terbagi atas 3 (tiga)
Kecamatan dan 25 (dua puluh lima) Kelurahan. Sejak mengalami pemekaran wilayah kecamatan
dan kelurahan pada tahun 2008 lalu, wilayah Kota Bima terbagi menjadi 5 (lima) Kecamatan dan 38
(tiga puluh delapan) Kelurahan. Nama kecamatan, luas wilayah dan jumlah kelurahan pada tiap
kecamatan di Kota Bima terlihat pada tabel 2.2 dan peta 2.1.
2
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
Tabel 2.2
Nama, Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
No
1
2
3
4
5
Nama Kecamatan
Jumlah Kelurahan
Rasanae Barat
Mpunda
Raba
Asakota
Rasanae Timur
Jumlah
6
10
11
4
7
38
Luas Wilayah
(Ha)
(%) thd Total
1.014
1.528
6.373
6.903
6.407
22.225
4.56
6.88
28.67
31.06
28.83
100
Sumber Data : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2010
3
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
Peta 2.1
Peta administrasi Kota Bima
Sumber : Bappeda Kota Bima
4
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
1.2
Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kota Bima hingga Tahun 2010 tercatat sebesar 142.579 jiwa dengan
pertumbuhan rata-rata 3,85% per tahun yang dihitung dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
Penyebaran penduduk Kota Bima kurang merata dimana konsentrasi penduduk berada di pusatpusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Konsentrasi jumlah penduduk paling banyak berada di
Kecamatan Raba (34.845 jiwa), diikuti Mpunda (32.498 jiwa), Rasanae Barat (31.126 jiwa), Asakota
(27.905 jiwa) dan Rasanae Timur (16.205 jiwa). Jika dilihat dari tingkat kepadatan, terlihat bahwa
posisi ini agak berbeda dimana kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Rasanae Barat (3.070
jiwa/Km2), diikuti Mpunda (2.127 jiwa/Km2), Raba (547 jiwa/Km2), Asakota (404 jiwa/Km2), dan
terakhir Rasanae Timur (253 jiwa/Km2). Proyeksi penduduk Kota Bima hingga tahun 2016 dilakukan
dengan menggunakan metode perhitungan aritmathic (model linear) setelah dihitung terlebih dahulu
rata-rata pertumbuhannya 5 tahun terakhir. Dengan menggunakan model ini diasumsikan bahwa
laju pertumbuhan penduduk tiap tahunnya tetap. Model ini dapat digunakan untuk proyeksi jangka 5
tahun. Jumlah, kepadatan dan proyeksi penduduk Kota Bima 5 (lima) tahun kedepan terlihat pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3
Jumlah dan Kepadatan Penduduk saat ini dan Proyeksinya untuk 5 Tahun
No
Nama Kecamatan
Penduduk Kota Bima
Tahun 2010
Jumlah
(Jiwa)
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
Rata- rata
Pertumbuh
an Tahun
2005-2010
(%)
Proyeksi Penduduk (jiwa)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
1
Rasanae Barat
31.126
3.070
2.91%
32,324
33,569
34,861
36,203
37,597
39,045
2
Mpunda
32.498
2.127
8.84%
33,749
35,049
36,398
37,799
39,254
40,766
3
Raba
34.845
547
1.03%
36,187
37,580
39,027
40,529
42,089
43,710
4
Asakota
27.905
404
5.96%
28,979
30,095
31,254
32,457
33,707
35,004
5
Rasanae Timur
16.205
253
0.46%
16,829
17,477
18,150
18,848
19,574
20,328
Total
142,579
642
3.85%
148,068
153,769
159,689
165,837
172,222
178,852
Sumber : Kota Bima Dalam Angka dan Hasil Perhitungan
1.3
Keuangan dan Perekonomian Daerah
Realisasi pendapatan dalam APBD Kota Bima dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar 55,87% terutama yang bersumber dari lainlain pendapatan yang sah, diikuti dana perimbangan dan terakhir dari PAD. Mengikuti peningkatan
pendapatan tersebut, anggaran belanja daerah juga mengalami peningkatan sebesar 85,65% baik
untuk belanja tidak langsung maupun belanja langsung. Belanja tidak langsung yang merupakan
representasi dari kesejahteraan pegawai dan bantuan langsung kepada masyarakat (bantuan hibah
dan bantuan sosial) mengalami peningkatan sebesar 100% sedangkan belanja langsung yang
diperuntukkan belanja pembangunan mengalami peningkatan sebesar 73,3%.
Realisasi pendapatan dalam APBD Kota Bima dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar 55,87% terutama yang bersumber dari lainlain pendapatan yang sah, diikuti dana perimbangan dan terakhir dari PAD. Mengikuti peningkatan
pendapatan tersebut, anggaran belanja daerah juga mengalami peningkatan sebesar 85,65% baik
5
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
untuk belanja tidak langsung maupun belanja langsung. Belanja tidak langsung yang merupakan
representasi dari kesejahteraan pegawai dan bantuan langsung kepada masyarakat (bantuan hibah
dan bantuan sosial) mengalami peningkatan sebesar 100% sedangkan belanja langsung yang
dipruntukkan belanja pembangunan mengalami peningkatan sebesar 73,3%.
Realisasi APBD antara tahun 2007–2010 mengalami surplus, sedangkan pada tahun 2011
mengalami defisit sebesar Rp.1.896.523.415,00 yang diseimbangkan dengan anggaran yang
bersumber dari SILPA dalam penerimaan pembiayaan.
Jika dilihat lebih rinci mengenai investasi sektor sanitasi dalam APBD Kota Bima untuk
kurun waktu 5 tahun terakhir diketahui bahwa investasi belanja pembangunan pada sektor ini cukup
fluktuatif dari tahun ke tahun baik jumlah maupun proporsinya terhadap total belanja APBD. Pada
Tahun 2008 nilai investasi pada sektor sanitasi sebesar Rp. 7.652.283.510,00 (2,35% dari total
belanja APBD), pada tahun 2009 nilai investasi ini menurun cukup tajam menjadi sebesar Rp.
4.895.337.100,00 (hanya 1,33% dari total belanja APBD), sedikit mengalami peningkatan pada
tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 5.750.269.680,00 (1,47% dari total belanja APBD), sedikit
mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp. 5.858.673.500,00 (akan tetapi
proporsi turun menjadi sebesar 1,27%). Terakhir pada tahun 2012 meningkat cukup pesat menjadi
sebesar Rp. 14.061.578.160,00 (2,95% dari total belanja APBD).
Tabel 2.4
Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir (Juta Rp.)
No
Anggaran
A
Pendapatan
1
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2
3
2007
2008
2009
2010
2011
4.886,732
6.271,131
6.868,003
8.423,778
11.377,528
Dana Perimbangan (Transfer)
264.553,793
307.277,132
300.437,056
306.355,999
323.303,113
Lain-lain Pendapatan yang Sah
12.066,937
16.532,782
41.229,875
74.577,438
103.591,745
281.507,464
330.081,046
348.534,934
389.357,217
438.272,387
Jumlah Pendapatan
B
Belanja
1
Belanja Tidak Langsung
129.455,223
181.809,075
199.269,427
238.494,658
253.183,691
2
Belanja Langsung
107.950,714
129.122,989
127.996,451
126.291,470
186.985,219
237.405,938
310.932,064
327.265,878
364.786,129
440.168,911
44.101,526
19.148,981
21.269,055
24.571,088
(1.896,523)
Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit) Anggaran
Sumber: LKPJ WaliKota Bima Tahun 2007 s/d 2011
Belanja modal sektor sanitasi perkapita tiap tahunnya di Kota Bima jika dibandingkan
dengan standar rata-rata “World Helath Organization” (WHO), yakni Rp. 47.000,00 perkapita per
tahun juga mengikuti mengalami tren yang fluktuatif. Pada tahun 2008 nilai belanja modal sector
sanitasi perkapita pertahun diatas standar WHO yakni sebesar Rp. 58.935,00. Pada kurun waktu
tahun 2009 – 2011 turun hingga dibawah standar WHO menjadi masing-masing sebesar Rp.
37.004,00 pada Tahun 2009, Rp. 40.330,00 pada Tahun 2010 dan Rp.39.567,00 pada Tahun 2011.
6
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
Terakhir mengalami peningkatan sangat tinggi hingga diatas standar WHO, yakni menjadi sebesar
Rp. 91.446,00 pada Tahun 2012.
Tabel 2.5
Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi
per Penduduk 5 Tahun Terakhir
No
Sub Sektor/SKPD
2008
2009
2010
2011
2012
Air Limbah
1. DPU Pengairan
-
-
-
-
-
2.328,700
2.890,294
2.171,541
2.606,981
2.798,170
3. KLH (Juta Rp.)
714,700
300,476
280,090
433,000
344,880
4. Kimtaru (Juta Rp.)
103,528
206,451
300,063
1.491,936
3.851,754
B.
Persampahan (Juta Rp.)
740,625
461,775
903,900
1.118,941
1.353,590
C.
Drainase (Juta Rp.)
3.591,200
935,000
1.950,665
-
5.424,730
173,531
101,342
144,011
207,816
288,454
7.652,284
4.895,337
5.750,270
5.858,674
14.061,578
-
-
-
-
-
325.606,502
368.117,267
389.951,150
462.890,464
476.021,490
2,35%
1,33%
1,47%
1,27%
2,95%
129.843
132.292
142.579
148.068 *
153.769 *
58.935
37.004
40.330
39.567
91.446
A.
D.
E.
F.
2. PU-CK (Juta Rp.)
Aspek PHBS (Pelatihan, Sosialisasi,
Komunikasi, Pendampingan) (Juta Rp.)
Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d D)
(Juta Rp.)
Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD
Murni (Bukan Pendamping) (Juta Rp.)
G.
Total Belanja APBD (Juta Rp.)
H.
Proporsi Belanja Modal Sanitasi
terhadap Belanja Total (9:10 x 100%)
I.
Jumlah Penduduk
J.
Belanja Modal Sanitasi per Penduduk
(E:I)
Sumber: APBD Kota Bima Tahun 2008 s/d 2012 dan hasil perhitungan
Kondisi fiskal Kota Bima dijelaskan melalui indikator kapasitas fiskal dan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bima. Indeks kapasitas fiskal Kota Bima menurut Peraturan
Menteri Keuangan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan. Dimulai
dengan nilai indeks sebesar 1,0375 pada tahun 2007 dan 2008 termasuk dalam kategori tinggi
menjadi 0,5758 pada tahun 2009 dan 0,7293 pada tahun 2010 termasuk dalam kategori sedang.
Indeks ini kemudian menurun menjadi 0,3646 yang memasukkannya dalam kategori rendah. Dalam
peraturan menteri keuangan mengenai peta kapasitas fiskal tersebut tidak disebutkan nilai
komponen penyusun perhitungan kapasitas fiskal. Akan tetapi, dapat diperkirakan penurunan nilai
indeks kapasitas fiskal ini terjadi karena beberapa kemungkinan yang perlu diteliti lebih lanjut, antara
lain:
a. Jumlah Penduduk Miskin yang meningkat.
b. Jumlah pendapatan yang tidak meningkat secara signifikan dimana Kota Bima masih sangat
bergantung secara fiskal kepada pusat sedangkan pertambahan Dana Alokasi Umum tiap
tahunnya terbatas.
7
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
c. Adanya pergeseran pada proporsi struktur belanja pegawai dibandingkan belanja lainnya
dimana proporsi belanja pegawai mengalami peningkatan secara signifikan.
Tabel 2.6
Data Mengenai Ruang Fiskal Kota Bima 5 Tahun Terakhir
No
Tahun
Indeks Kapasitas Fiskal
Kategori
1
2
3
4
5
2007
2008
2009
2010
2011
1,0375
1,0375
0,5758
0,7293
0,3646
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Sumber:
Bappeda Kota Bima - Peraturan Menteri Keuangan
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan fiskal Kota Bima sangat terbatas
khususnya untuk melaksanakan investasi dibidang infrastruktur. Dengan demikian peran serta
pendanaan dari pemerintah pusat dan propinsi serta sektor swasta dan bantuan dari donor sangat
diharapkan pada masa yang akan datang.
Besaran PDRB Kota Bima pada Tahun 2010 dihitung atas dasar harga konstan (constant
price) tahun dasar 2000 adalah sebesar Rp. 460,826 milyar pada Tahun 2010, mengalami
peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu masing-masing Rp. 435,911 milyar pada
Tahun 2009, Rp. 409,786 milyar Tahun 2008, Rp. 392,259,42 milyar Tahun 2007, dan Rp.
370,172,3 milyar Tahun 2006. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Kota Bima pada tahun 2006
sampai dengan 2010 mengalami kenaikan dan penurunan yang fluktuatif antara 4 – 6,5 persen.
Tabel 2.7
Data Perekonomian Umum Daerah 5 Tahun Terakhir
No
Deskripsi
1
PDRB Harga Konstan (Juta Rp.)
2
3
Pendapatan Perkapita Kota Bima
(Rp.)
Upah Minimum Regional Kota
Bima (Rp.)
2006
2007
2008
2009
2010
370.172,30 392.259,42 409.786,16 435.911,17 460.826,40
2.937.060
3.079.612
3.156.013
3.295.068
3.232.078
-
-
-
-
890.775*
4
Inflasi (%)
6,74
7,62
9,16
7,97
6,67
5
Pertumbuhan Ekonomi (%)
4,74
5,97
4,47
6,38
5,72
Sumber Data : Kota Bima Dalam Angka
* merupakan Nilai Upah Minimum Regional (UMR) Provinsi NTB
Menarik untuk diperhatikan bahwa pada Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kota Bima
berada pada titik terendah sedangkan tingkat inflasi berada pada titik tertinggi dalam kurun 5 tahun
terakhir. Hal ini dapat menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bima pada Tahun 2008 yang
8
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
cukup rendah dipengaruhi oleh tingginya angka inflasi yang merupakan dampak langsung dari
kenaikan BBM pada 24 Mei 2008.
PDRB per kapita atas dasar harga konstan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2006 sebesar Rp. 2.937.060,00 mengalami peningkatan sebesar 4,83% menjadi Rp.
3.079.612,00 pada tahun 2007, 2,5% menjadi Rp. 3.156.013,00 pada tahun 2008 dan 4,4% menjadi
Rp. 3.295.068,00 pada tahun 2009, akan tetapi mengalami penurunan 1,91% menjadi Rp.
3.232.078,00 pada Tahun 2010. Hal ini kemungkinan disebabkan menurunnya tingkat pertumbuhan
ekonomi di saat pertumbuhan penduduk terus mengalami peningkatan pada Tahun 2010.
Perekonomian Kota Bima hingga Tahun 2010 masih didominasi oleh kelompok tersier
(kelompok sektor jasa) serperti, Sektor jasa-jasa; Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Sektor
Angkutan dan Komunikasi; dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan
kontribusi pada tahun 2010 sebesar 72,41 persen. Sementara sektor primer yang terdiri dari Sektor
Pertanian dan Sektor Pertambangan & Penggalian mempunyai peranan sebesar 17,14 persen, dan
sektor sekunder yang terdiri dari Sektor Industri; Sektor Listrik dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi
pada tahun 2010 hanya berperan sebesar 10,45 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa arah pertumbuhan dan kegiatan ekonomi di Kota Bima telah
menunjukkan pada ciri perkotaan dimana serktor non pertanian, utamanya sektor perdagangan dan
jasa telah mendominasi.
1.4
Tata Ruang Wilayah
Tujuan penataan ruang wilayah Kota Bima adalah untuk mewujudkan ruang wilayah kota
yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam rangka mendorong perkembangan wilayah
kota sebagai kawasan pengembangan perdagangan dan jasa, serta pendidikan.
Disamping tujuan umum tersebut, penataan ruang wilayah Kota Bima juga memiliki
beberapa tujuan khusus yaitu : a) Mendorong pertumbuhan Kota Bima sebagai pusat kegiatan
wilayah di bagian timur Pulau Sumbawa melalui pengalokasian ruang secara efektif dan efisien
bagi kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata dan industri; b) Menciptakan
keseimbangan alokasi pola ruang untuk peningkatan pelayanan perkotaan melalui penyediaan
sarana dan prasarana wilayah yang baik dan berwawasan lingkungan; c) Menetapkan pengelolaan
kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya yang dapat menjamin keberlanjutan
lingkungan perkotaan yang sehat dan pemanfaatan sumber daya alam perkotaan yang terkendali; d)
Menetapkan kawasan-kawasan strategis kota yang mampu menjamin berlangsungnya fungsi
lindung terhadap lingkungan maupun kawasan yang dapat menjadi mesin penggerak laju
pertumbuhan ekonomi wilayah; dan d) Merumuskan arahan pemanfaatan ruang maupun ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh stakeholder
pembangunan di Kota Bima dalam memanfaatkan potensi ruang dan lahan yang ada.
Dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang, kebijakan penataan ruang wilayah kota
meliputi:
a. Penetapan dan pengembangan pusat-pusat pelayanan kota secara merata sesuai dengan
hirarki pelayanannya.
9
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
b. Pengembangan sistem jaringan dan infrastruktur lintas wilayah dalam sistem perkotaan wilayah
kota, wilayah provinsi, dan nasional.
c. Peningkatan kualitas pelayanan sistem jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas
wilayah serta fungsi dan keterkaitan antar pusat pelayanan secara optimal.
d. Pengembangan kualitas dan jangkuan pelayanan sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem
jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem prasarana penyediaan air
minum kota, sistem pengelolaan air limbah kota, sistem persampahan kota, sistem drainase
kota, penyediaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, dan jalur evakuasi bencana.
e. Pelestarian fungsi lingkungan hidup secara berkesinambungan dan mendukung perkembangan
wilayah kota.
f. Pencegahan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup akibat dari
pemanfaatan ruang.
g. Penetapan kawasan ruang terbuka hijau minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah kota.
h. Perlindungan kawasan cagar budaya dan aktivitas yang memiliki nilai histroris dan spiritual.
i. Pengembangan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana.
j. pengembangan kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran,
kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan ruang dan
jalur evakuasi bencana, kawasan sektor informal, kawasan pendidikan, kawasan kesehatan,
kawasan peribadatan, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan pertanian, kawasan
perikanan, dan kawasan pertambangan.
k. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
l. Pengembangan keterpaduan pengelolaan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis
provinsi di wilayah kota.
Berdasarkan kebijakan penataan ruang yang diuraikan diatas, berbagai permasalahan yang
menjadi perhatian khusus untuk mewujudkan kebijakan dimaksud, antara lain daerah rawan
bencana.
Daerah yang berpotensi banjir di wilayah Kota Bima teridentifikasi pada daerah-daerah di
sepanjang aliran sungai. Bencana banjir di Kota Bima selalu terjadi setiap tahunnya pada musim
hujan. Banjir bandang pernah terjadi pada musim penghujan Tahun 2006 tepatnya 5 April 2006
yang meliputi seluruh kecamatan di Kota Bima. Bencana banjir selain disebabkan oleh curah hujan
yang tinggi, juga disebabkan oleh gundulnya kawasan hutan yang mengintari wilayah Kota Bima.
Disamping itu juga diakibatkan oleh adanya banjir kiriman dari wilayah Kabupaten Bima terutama di
sebelah timur dan sebelah utara. Bencana banjir juga disebabkan oleh masih kurang baiknya sistem
drainase perkotaan. Daerah-daerah di wilayah Kota Bima yang berpotensi terjadi banjir yaitu : a)
Kecamatan Rasanae Barat meliputi Kelurahan Tanjung, Paruga, Sarae, Nae, dan Dara. b)
Kecamatan Mpunda meliputi Kelurahan Monggonao, Penatoi, Lewirato, Sadia, dan Santi. c)
Kecamatan Raba meliputi Keluarahan Penaraga, dan Rontu. d) Kecamatan Asakota meliputi
Kelurahan Melayu, Jatiwangi, Jatibaru, dan Kolo. f) Kecamatan Rasanae Timur meliputi Kelurahan
Kumbe, Lampe, Kodo, dan Dodu.
Mengingat wilayah Kota Bima juga memiliki kawasan perairan laut, maka kawasan pesisir
pantai yang berada di kecamatan Rasanae Barat dan Kecamatan Asakota berpotensi dilanda
10
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
gelombang pasang. Gelombang pasang yang melanda wilayah pesisir Kota Bima, lebih banyak
dikarenakan pasang surut dan terjadinya angin topan/angin badai yang melanda perairan Kota
Bima. Wilayah pesisir pantai bagian barat (kecamatan Asakota dan kecamatan Rasanae Barat)
terlanda bencana.
Abrasi pantai terjadi karena tergerusnya pantai oleh gelombang atau ombak yang menerus.
Hal ini dikarenakan pantai tidak memiliki infrastruktur penahan gelombang, sehingga mempercepat
proses terjadinya abrasi pantai. Infrastruktur dimaksud tidak hanya pemecah gelombang, tetapi
dapat juga berupa kawasan hutan mangrove yang keberadaannya di wilayah Kota Bima semakin
berkurang. Kawasan yang rawan abrasi pantai adalah wilayah pesisir pantai bagian utara dan barat
Kota Bima. Salah satu dampak abrasi pantai adalah terjadinya intrusi air laut yang dapat
mempengaruhi kondisi air tanah di wilayah daratan.
1.5
Sosial dan Budaya
Kemajuan pendidikan di Kota Bima cukup menggembirakan, pelaksanaan program
pembangunan pendidikan di daerah ini telah berkembang diberbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Dengan dilaksanakannya program pembangunan, pelayanan pendidikan telah dapat menjangkau ke
semua wilayah.
Gambaran keadaan fasilitas dan prasarana pendidikan di Kota Bima dapat diuraikan bahwa
jumlah SD dan MI sebanyak 87 sekolah dengan total siswa SD/MI seluruhnya sebanyak 18.004
siswa. Rata-rata setiap tahunnya dapat menampung siswa baru tingkat I sebanyak 3.124 siswa, dan
meluluskan sebanyak 2.337 siswa.
Kemampuan fasilitas pendidikan untuk menampung sejumlah siswa SD/MI tersebut,
tersedia ruang kelas sebanyak 704 ruangan, dengan rincian 533 ruangan memiliki kondisi baik, 122
ruangan dengan kondisi rusak ringan, dan 49 ruangan dengan kondisi rusak berat, dengan jumlah
rombongan belajar sebanyak 686 sehingga terdapat shift sebesar 1 kali. Guru yang mengajar di
SD/MI yaitu sebanyak 2089 orang guru, dengan rincian sebanyak 1.633 orang guru (78,17%) adalah
layak mengajar, 267 orang (12,80%) semi layak, dan 189 orang (9,03%) tidak layak mengajar.
Untuk menunjang kegiatan belajar di SD dan MI terdapat fasilitas perpustakaan sebanyak 44 buah.
Selain itu terdapat pula perpustakaan sebanyak 40 buah perpustakaan sekolah di tingkat SD/MI.
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2010/2011, jumlah SMP dan MTs di Kota Bima
sebanyak 26 sekolah dengan jumlah siswa seluruhnya sebanyak 8.796 orang siswa, setiap
tahunnya rata-rata bisa menampung siswa baru Tk I sebanyak 2.861 orang siswa, dan meluluskan
sebanyak 2.520 orang siswa.
Falitas pendidikan untuk menampung sejumlah siswa tingkat SMP/MTs tersebut tersedia
ruang kelas, dengan rincian 219 memiliki kondisi baik, 25 dengan kondisi rusak ringan, dan 15
kondisi rusak berat, dengan jumlah kelas sebanyak 259.
Tenaga pengajar yang mengajar di SMP dan MTs sebanyak 881 orang diantaranya: yaitu
sebanyak 734 orang ( 83.32 %) adalah layak mengajar, 59 orang ( 6.74 %) semi layak mengajar,
dan 88 orang ( 9.94% ) tidak layak mengajar. Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di SMP
dan MTs terdapat fasilitas perpustakaan sebanyak 22 buah, Ruang UKS sebanyak 14 buah dan
laboratorium sebanyak 36 buah.
11
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
Tahun 2010/2011, jumlah SMA, SMK dan MA sebanyak 26 sekolah, dengan jumlah siswa
seluruhnya sebanyak 11.866 orang, dan setiap tahunnya rata-rata bisa menampung siswa baru
tingkat I sebanyak 4.260 orang, serta meluluskan sebanyak 3.232 orang.
Ketersedian Falitas pendidikan untuk menampung sejumlah siswa tingkat SMA/SMK/MA
tersebut, tersedia ruang kelas sebanyak 308 ruangan, dengan rincian 248 ruang kondisi baik, 45
ruang kondisi rusak ringan dan 15 kondisi rusak berat dengan jumlah kelas sebesar 345 kelas
sehingga terdapat shift 1 kali. Guru yang mengajar di SMA, SMK, dan MA sebanyak 1.209 orang,
dengan rincian layak mengajar 863 orang (71,38%), semi layak mengajar 242 orang (20,02 %), dan
tidak layak mengajar 104 orang ( 8,60 %). Sarana penunjang kegiatan belajar mengajar di SMA,
SMK dan MA terdapat fasilitas perpustakaan sebanyak 24 buah, ruang UKS sebanyak 13 buah,
laboratorium sebanyak 59 buah, ruang ketrampilan sebanyak 3 buah, ruang BP sebanyak 21
ruangan, ruang serbaguna sebanyak 13 ruangan, bengkel sebanyak 6 buah, ruang praktek
sebanyak 5 ruangan.
Tabel 2.8.
Fasilitas Pendidikan Negeri dan Swasta
Tk. SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kota Bima
Jumlah Sarana Pendidikan
No.
Kecamatan
Umum
Agama
SD
SLTP
SMA
SMK
MI
MTs
MA
1
Rasanae Barat
15
4
3
1
2
2
3
2
Rasanae Timur
15
4
1
0
1
0
0
3
Asakota
17
3
1
2
0
1
0
4
Mpunda
13
3
4
2
3
3
2
5
Raba
21
5
5
1
1
1
1
81
19
14
6
7
7
6
Jumlah
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bima 2011
Keheterogenitas suatu masyarakat dalam suatu daerah memiliki keunggulan komperatif
serta berkorelasi positif terhadap pembangunan daerah. Keanekaragaman tingkat sosial, pekerjaan,
tingkat pendapatan serta agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat justru membantu
terbentuknya ide dan kreasi baru, serta menjadi nilai tambah yang terakumulasi dalam terciptanya
inovasi-inovasi baru dalam dinamika kehidupan masyarakat.
Adat istiadat yang masih sampai sekarang hidup di kalangan masyarakat adalah masih
menghormati mereka yang lebih tua darinya, rasa tenggang rasa, masih patuh pada orang yang
sangat dihormati dan tidak mudah diprovokasi.
Keadaan kesehatan masyarakat di Kota Bima dapat digambarkan bahwa gizi masyarakat
pada umumnya bervariasi yaitu ada yang baik, kurang baik atau buruk dengan rincian 75% baik,
25% kurang, dan 0% buruk dengan angka harapan hidup 55 tahun, yang didukung oleh puskesmas
12
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
induk sebanyak 5 buah, puskesmas pembantu 16 buah, puskesmas keliling 6 buah, polindes 26
buah, posyandu 148 buah dan rumah sakit sebanyak 1 buah serta laboratorium klinik 3 buah.
Jumlah puskesmas terhadap kecamatan adalah 100%, bila setiap kecamatan diharuskan memiliki 1
puskesmas, maka tidak ada Kecamatan di wilayah Kota Bima yang belum memiliki puskesmas.
Mata pencaharian memiliki hubungan yang erat terhadap tingkat pendapatan seseorang. Di
Kota Bima, sektor jasa kemasyarakatan dan lainnya (PNS dan lainnya) menjadi profesi masyarakat
terbanyak yakni sebesar 27,95% dari angkatan kerja, sektor Perdagangan Besar/Eceran/ Rumah
Makan dan Hotel menempati urutan kedua yaitu sebesar 23,35% dari angkatan kerja, sektor
pertanian/kehutanan/perburuan dan perikanaan sebesar 15,87%, sektor angkutan/penggudangan
dan komunikasi sebesar 14,15%, industri pengolahan sebesar 9,20%, dan bangunan sebesar
4,65% serta profesi lain dengan persentasenya masing-masing dibawah 4%. Jumlah Penduduk
Miskin Per Kecamatan di Kota Bima dapat dilihat pada tabel 2.9 dan pada tabel 2.10 dijelaskan
Jumlah Rumah Per Kecamatan di Kota Bima.
Tabel 2.9
Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan
Nama Kecamtan
Jumlah keluarga miskin (KK)
Raba
Asakota
Mpunda
Rasanae Timur
Rasanae Barat
4861
3447
2916
2359
3600
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2010
Tabel 2.10
Jumlah Rumah Per Kecamatan
Nama Kecamatan
Jumlah rumah (unit)
Raba
8.876
Asakota
5.784
Mpunda
5.987
Rasanae Timur
4.568
Rasanae Barat
7.365
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bima Tahun 2011
1.6
Kelembagaan Pemerintah Daerah
Secara institusi dan kelembagaan, Pemerintah Kota Bima terdiri lembaga eksekutif
berkedudukan sebagai pelaksana roda pemerintahan yang dibantu oleh Sekretaris Daerah yang
membawahi 2 sekretariat, 15 dinas, 8 badan dan 3 kantor Pelayanan, 5 kantor kecamatan dan 38
kantor kelurahan, serta lembaga legislatif yang berkedudukan sebagai pengawas jalannya roda
pemerintahan daerah yang terdiri dari berbagai fraksi dengan anggota berdasarkan hasil pemilihan
umum legislatif. Gambar 2.1 disajikan struktur organisasi Pemerintah Daerah Kota Bima.
13
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bima
Walikota/Wakil
DPRD Kota
Walikota
SEKRETARIAT
DAERAH
Perda Nomor 2 Tahun 2010
STAF AHLI
- Bid. Hukum & Politik;
- Bid. Pemerintahan;
- Bid. Pembangunan;.
- Bid. Kemasyarakatan &
SDM;
- Bid. Ekonomi & Keuangan
Asisten Pemerintahan
& Kesra
Asisten Perekonomian &
Pembangunan
Asisten Administrasi Umum
- Bag.Adm. Pem. Umum
- Bag. Kesra
- Bag. Hukum
- Bag.Adm. Pembangunan
- Bag. Ekonomi & SDA
- Bag.Organisasi
- Bag. Umum &
Perlengkapan
- Bag. Humas & Protokol
DINAS-DINAS DAERAH
PERDA NOMOR 3 TAHUN 2010
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga;
Dinas Kesehatan;
Dinas sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;
Dinas Pekerjaan Umum;
Dinas Tata Kota dan Perumahan;
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman;
Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan;
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan;
Dinas Kelautan dan Perikanan;
Dinas Kehutanan dan Perkebunan;
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Asset Daerah;
LEMBAGA TEKNIS DAERAH
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2010
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
Inspektorat;
Badan Lingkungan Hidup;
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Masyarakat;
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
Kantor Arsip dan Perpustakaan;
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Kelurahan;
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana;
Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan;
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu;
Satuan Polisi pamong Praja.
SEKRETARIAT DPRD
Perda Nomor 2 Tahun 2010
a. Bagian Hukum dan
Persidangan;
b. Bagian Keuangan;
c. Bagian Humas dan Protokol;
d. Bagian Umum
LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN
DARI PERANGKAT DAERAH
PERDA NOMOR 5 TAHUN 2010
a.
KECAMATAN
Perda Nomor 5 TAHUN
2008
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
KELURAHAN
Perda Nmr 5 TAHUN 2008
14
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012
Ringkasan tabel Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang memiliki keterkaitan
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) langsung ataupun tidak langsung dalam pembangunan sanitasi
di Kota Bima berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2,3,4 dan nomor 5 Tahun 2008
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 2 dan 3 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bima dan Peraturan Daerah Nomor 4 dan 5 Tahun
2010 tentang Lembaga Teknis Daerah Kota Bima dan Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari
Perangkat Daerah.
15
Download