ToR KNK Harkomnas 2016

advertisement
KONFERENSI NASIONAL KOMUNIKASI 2016
IKATAN SARJANA KOMUNIKASI INDONESIA
Makassar, 11-13 Oktober 2016
KECERDASAN KOMUNIKASI :
MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraaan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat ...
(Pembukaan Undang-Undang Dasar)
DASAR PEMIKIRAN
Salah satu tujuan penting dari kemerdekaan dan pembentukan negara RI
semenjak semula adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna konsep yang
dirumuskan oleh para pendiri (founding fathers) sangat mendalam, penuh kearifan.
Cerdas dalam kehidupan bukanlah sekedar pintar, menguasai pengetahuan secara
formil, lulus ujian dengan angka yang tinggi, menyandang banyak gelar namun tidak
berguna bagi masyarakat. Kecerdasan hidup adalah kemampuan menerapkan
pengetahuan ke dalam kehidupan nyata yang lebih baik, mampu menciptakan sesuatu
yang baru untuk memajukan kesejahteraan bersama, mampu mengambil pilihan yang
berat dengan arif, dan berkorban untuk masa depan bangsa yang jauh lebih baik.
Kehidupan yang cerdas menentukan pemahaman dan konsistensi terhadap
semua tujuan kemerdekaan. Melindungi bangsa tidak terbatas pada tindakan yang
fisik tetapi juga termasuk pada yang nirwujud, seperti kesempatan, peluang, piranti
lunak, pengembangan penemuan. Melindungi seluruh tumpah darah, juga tidak
terbatas pada wujud tanah air yang ada pada permukaan bumi, tetapi juga yang
berada dibawah darat dan di atas udara, yang fisik maupun tidak, termasuk yang
dibentuk dengan teknologi, seperti saluran komunikasi yang dikembangkan dari
sumber alam dasar milik bersama seluruh bangsa Indonesia.
Apabila perjalanan bangsa Indonesia selama ini diperhatikan dengan cermat,
maka ternyata konsep yang penting ini belum difahami, bahkan belum dikaji dan
didalami. Apa lagi diterapkan serta diwujudkan, secara seksama dalam kehidupan
berbangsa. Yang dipikirkan dan dilakukan selama 71 tahun ini adalah mencerdaskan
bangsa (tanpa kata "kehidupan"). Pencerdasan itu pun dimaknai secara sempit, yaitu
sebagai pendidikan formal, yang dibatasi oleh ukuran sukses secara kuantitatif, a.l.,
jumlah tamatan pendidikan, pendapatan, gaya hidup yang terlepas dari cara
mendapatkan. Padahal, mencerdaskan kehidupan bangsa tidak dapat dilakukan hanya
dengan pendidikan formal.
Orang yang pintar secara formal, belum tentu hidup dengan cerdas, sebagai terlihat
pada naiknya kasus korupsi, konflik sosial budaya, biaya yang tidak seimbang dengan
hasil, pelanggaran susila, pemborosan potensi sumber alam, sikap dan perilaku yang
tidak sesuai dengan tujuan bernegara.
1 KECERDASAN KOMUNIKASI
Tidak ada manusia tanpa hubungan komunikasi. Demikian juga, tidak akan
ada kehidupan berbangsa tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan sarana inti yang
menghubungkan segala unsur, kegiatan, sektor, bidang, atau bahagian dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Masyarakat yang tidak cerdas
dalam berkomunikasi akan sangat mudah terombang- ambing, tidak berdaya
menghadapi perkembangan arus nilai-nilai rancu dan informasi luar yang cepat, deras
dan luas, akibat perubahan kehidupan komunikasi global yang makin meningkat.
Bangsa dan negara yang tidak cerdas dalam kehidupan komunikasi, bahkan dapat
kehilangan hak, kekuasaan dan kedaulatan
nya atas prasarana
komunikasi
nasionalnya sendiri tanpa disadari.
Atas dasar itu, maka dalam Deklarasi Lombok 2014, ISKI menyatakan tekad
untuk memulai upaya mencerdaskan kehidupan komunikasi bangsa Indonesia. Sebagai
organisasi kesarjanaan dan keilmuan bidang komunikasi, upaya tersebut akan dimulai
dengan pengkajian dan konperensi ilmiah mengenai keadaan mutakhir (state of the
art) mengenai Kecerdasan Komunikasi, sebagai bahagian dari upaya Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa. Untuk itu, maka Konperensi Nasional Komunikasi yang akan
diselenggarakan di Makassar 11-13 Oktober 2016 mengambil tema "Kecerdasan
Komunikasi -- Mencerdaskan Kehidupan Bangsa".
TEMA DAN SUBTEMA
KECERDASAN DAN KEDAULATAN KOMUNIKASI
Meski pun sejak awal kemerdekaan, UUD 1945 telah mencantumkan keharusan
pemerintah negara untuk "mencerdaskan kehidupan bangsa", belum satu pun
pemerintah RI yang mempunyai kebijakan atau program di bidang ini. Mengapa
demikian? Pembicara diharapkan membahas konsep pemerintah mengenai cita-cita
kemerdekaan ini. Antara lain, kaitan kecerdasan hidup berbangsa dengan kedaulatan
hukum, kedaulatan komunikasi, pertahanan & keamanan komunikasi nasional dalam
era teknologi internet dewasa ini.
Pembicara diharapkan dapat mencerahkan wawasan para sarjana komunikasi
Indonesia peri hal bagaimana melaksanakan amanat Pembukaan UUD "melindungi ...
seluruh tumpah darah Indonesia" yang secara cerdas bukan berarti hanya tanah
daratan tempat kelahiran,tetapi juga ruang angkasa yang terletak di stratosfer, 20
km di atas muka bumi, yang akan menjadi rebutan pangkalan komunikasi masa depan
dari perusahaan teknologi baru, seperti balon Loon dari Google atau drone Aquilla
dari Facebook yang akan diluncurkan di atas angkasa Indonesia Timur.
SUBTEMA 1.
KECERDASAN KOMUNIKASI, SENDI KEHIDUPAN BERBANGSA
Konsep "kecerdasan komunikasi" sebenarnya melekat pada semua kegiatan
komunikasi, meski pun belum banyak diangkat secara spesifik sebagai fokus kajian
ilmiah. Berbagai aspek kecerdasan yang dapat menentukan strategi dan keberhasilan
komunikasi itu juga sudah banyak diteliti namun baru secara implisit. Subtema ini
2 membuka kesempatan bagi kita untuk menganalisis perkembangan ini secra lebih
tajam dengan memakai perspektif kecerdasan komunikasi.
Misalnya: apakah gejala pertarungan komunikasi yang simpangsiur dengan frekuensi
dan kecepatan tinggi melalui media sosial baru selama ini, dapat mencerdaskan
kehidupan bangsa? Apa dan bagaimana sebenarnya kecerdasan komunikasi itu? Dalam
makalah peserta, kecerdasan hidup komunikasi ini dapat didalami dari berbagai
subdisiplin ilmu komunikasi: termasuk komunikasi politik, komunikasi antar budaya,
komunikasi sosial, media sosial baru, komunikasi interpersonal, dsb.
SUBTEMA 2.
TEKNOLOGI BARU : PENCERDASAN KOMUNIKASI, PEROMBAKAN INFORMASI
Pemilikan perangkat teknologi baru serta penggunaannya meningkat dengan sangat
cepat sejak permulaan abad ini. Hal ini makin merata pada segenap kalangan,
merombak batasan lama seperti kota-desa, perbedaan SES, pendidikan, lokal vs.
global, dsb. Namun penerapan teknologi yang makin merata itu menimbulkan banyak
pertanyaan mengenai hakikat dari proses komunikasi itu sendiri. Apakah teknologi
baru makin meningkatkan kualitas komunikasi dari segi nilai, perilaku, mutu, proses,
keberhasilan? Bagaimana dengan dampak negatif teknologi dari segi etik komunikasi,
termasuk masalah kebebasan informasi, privasi, dsb. dalam hubungan pencerdasan
kehidupan bangsa? Apakah teknologi baru mencerdaskan komunikasi, ataukah
merombak hakikat komunikasi? Dapatkah teknologi komunikasi mencerdaskan
kehidupan bangsa , sebagaimana dimaksudkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar
RI? Penelitian, makalah, dan diskusi peserta dalam Subtema 2 ini diharapkan dapat
ikut mencari jawabannya.
2A. SESSI KHUSUS TEKNOLOGI BARU (1) : SATELIT UNTUK EKONOMI RAKYAT
Teknologi satelit selama ini hanya dilihat secara umum, sebagai prasarana
dari semua jenis komunikasi, terutama telekomunikasi umum dan komunikasi media
siaran. Mulai pertengahan 2016 ini, lahir inovasi terbaru di Indonesia, yaitu satelit
komunikasi yang khusus untuk menghubungkan dan memacu ekonomi rakyat di
segenap pelosok desa di seluruh Indonesia, termasuk desa kelautan terpencil seperti
Indonesia Timur.
2B. SESSI KHUSUS TEKNOLOGI BARU (2): EKONOMI BARU, EKONOMI BERBAGI
Penggunaan teknologi komunikasi terbaru di bidang ekonomi dan usaha tidak
terbatas pada piranti keras (hardware), tetapi justeru makin berkembang dari segi
piranti lunak (software). Banyak inovasi usaha baru justeru mengandalkan
pengembangan aplikasi, seperti terjadi pada usaha berbagi (sharing), misalnya
industri angkutan (GoJek, Uber,Bnb, penginapan, dsb.) yang membawa segi negatif
bagi banyak pihak, meski pun menguntungkan bagi inovator.
3 SUBTEMA 3.
MEMBANGUN LITERASI BARU : PENDIDIKAN VS. KOMUNIKASI
Penggunaan teknologi komunikasi digital sudah makin merata dan meluas dengan
cepat, baik dari jumlah kepemilikan alat, perangkat atau gawai, mau pun dari jenis
penggunaannya yang makin banyak dan merambah ke berbagai fungsi komunikasi, di
berbagai bidang. Teknologi baru bukan saja memberi kemudahan, meningkatkan
frekuensi komunikasi, tetapi juga mengancam produk komunikasi yang
mempergunakan teknologi lama, seperti media lama (buku, koran, dsb.) Bahkan
telah memasuki dan mengubah lapangan komunikasi yang paling dasar, seperti cara
dan sistem pendidikan.
Dewasa ini sudah semakin banyak sekolah dasar dan menengah yang tidak lagi
memakai media buku, alat dan sarana tulis sama sekali; tetapi telah digantikan
dengan gawai digital --termasuk dalam sistem pembelajaran dan latihan, komunikasi
murid-guru, serta ujian. Perubahan ini juga menuntut kemampuan dan perilaku
literasi baru,yang jauh berbeda dari literasi lama.
Perubahan ini menimbulkan dampak yang sangat luas. Kesenjangan literasi bukan
hanya terjadi dalam dunia pendidikan, umpamanya antara pendidikan digital di
sekolah elit yang eksklusif dengan pendidikan bagi masyarakat kebanyakan yang lebih
umum dan seragam. Literasi teknologi baru sudah mulai menimbulkan kesenjangan
komunikasi dan ketegangan dalam hubungan antara anak didik generasi digital
dengan orangtua mereka dari generasi lama. Makalah untuk Subtema 3 ini dapat
memusatkan perhatian pada aspek positif dan negatif dari teknologi pendidikan baru
ini, masalah perubahan konsep literasi, peranan komunikasi dalam pencerdasan,
berikut standard serta persyaratan literasi baru.
SUBTEMA 4.
GLOBALISASI DAN KEDAULATAN KOMUNIKASI NASIONAL
Teknologi dapat memacu kecerdasan kehidupan tetapi juga dapat menambah
kesenjangan. Meskipun pemakaian teknologi makin meluas ke seluruh Tanah Air,
tetapi penggunaan yang tidak mencerdaskan kehidupan juga makin meningkat cepat
dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam kehidupan politik, ekonomi,
hukum, dan pertahanan. Subtema ini dapat dibagi atas beberapa sesi khusus
tentang masalah mutakhir yang sedang berkembang dalam masyarakat global:
(a) Sistem komunikasi nasional vs. Net Neutrality
(b) Privasi vs.kepentingan nasional (Kasus Apple, Wikileaks, dsb.)
(c) Big data dan kekuasaan industri awan atas informasi milik anda
(d) Hak informasi baru (Right to be forgotten, dsb.)
Kecuali bagi para ahli, peneliti dan pakar komunikasi sendiri, Subtema ini juga
penting bagi peneliti/pakar dari disiplin keilmuan lain (seperti ilmu hukum, poltik,
hubungan internasional, HAM).
4 SUBTEMA 5.
TANTANGAN KOMUNIKASI BARU KAWASAN TIMUR : MENEROBOS KEDAULATAN
SAMUDERA & ANGKASA
Konferensi 2016 ini sengaja diadakan di Makassar untuk memberi perhatian khusus
kepada kawasan Timur Indonesia yang sangat luas, dengan wilayah samudera yang
sangat kaya dan wilayah angkasa yang strategis, serta berragam subkultur dan
masalah komunikasi yang khas, namun kurang mendapat perhatian. Posisi strategis
ini makin menonjol dengan adanya berbagai perkembangan di bidang ekonomi
kelautan, kedaulatan udara serta teknologi komunikasi yang tengah dipersiapkan di
kawasan Timur ini, a.l., peluncuran balon Loon dari Google di atas GEO untuk
menerobos kendala komunikasi seluler, jaringan pesawat nirawak Facebook, dsb.
Dalam lingkup Subtema 5 ini, peserta dari berbagai lembaga yang terpencar di
kawasan yang sangat luas ini dapat mengembangkan pemikiran mengenai segi-segi
khas komunikasi yang bersifat regional, bersama peserta dari kawasan lain. Ini adalah
kesempatan untuk mengangkat penelitian yang relevan.
SUBTEMA 6.
GELANGGANG : BERBAGAI PERSPEKTIF TANTANGAN KOMUNIKASI CERDAS
Kecuali berbagai segi dari tema utama di atas, sebagai pertemuani ilmiah sajana
komunikasi, konferensi ini tetap membuka kesempatan bagi karya hasil penelitian
lain, sepanjang memenuhi persyaratn.
5 
Download