BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Hotel Hotel merupakan bangunan komersil yang harus berbentuk badan hukum dan tunduk kepada Hukum Indonesia, serta maksud dan tujuannya semata-mata di bidang usaha hotel. 2.1.1.a Definisi Hotel Menurut Dirjen Pariwisata, pengertian hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial. Menurut H. Kodhyat, ketua Lembaga Studi Pariwisata Indonesia, hotel merupakan suatu sarana akomodasi yang disediakan untuk setiap orang atau tamu yang ingin menginap untuk sementara dan bersedia membayar biaya penginapan sesuai dengan tarif yang telah ditentukan atau disepakati bersama antara pihak pengelola hotel dengan tamu yang bersangkutan. Dalam surat Keputusan Menteri Perhubungan RI No. 10/PW301/Phb-77, tanggal 12 Desember 1977, hotel diartikan sebagai : “Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil dan disediakan bagi orang yang membutuhkan penginapan sekaligus memberikan pelayanan dalam bentuk makanan dan minuman.” Hotel berasal dari kata hostel, yang diambil dari bahasa Perancis kuno. Hotel adalah suatu jenis bangunan yang dirancang khusus sebagai tempat yang menyediakan jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan juga minuman, serta tidak ketinggalan fasilitas-fasilitas yang lainnya. 4 5 2.1.1.b Sejarah dan Perkembangan Hotel Menurut Drs. Oka A.A. Yoeti, sejarah perhotelan sebenarnya sudah dimulai semenjak Mariam dan Yusuf membutuhkan tempat menginap sewaktu Mariam akan melahirkan Nabi Isa, hal ini sejalan dengan peradaban manusia yang selalu memerlukan tempat untuk berlindung sementara terhadap cuaca panas dan dingin dalam melakukan kegiatan perjalanan. Pada masa kerajaan Romawi telah dibangun rumah penginapan yang disebut “MANSIONES” yang berlokasi sepanjang jalan raya utama dengan jarak masingmasing sekitar 40 KM. Kemudian selama abad pertengahan, peraturan keagamaan di Eropa memerintahkan agar dibangun tempat-tempat menginap di sepanjang jalan yang dilalui orang. Sampai pada tahun 1793, saat City Hotel dibangun di kota New York merupakan pelopor pembangunan penginapan gaya baru yang lebih fashionable. Sebab, dasar pembangunannya tidak hanya mementingkan letak yang strategis, tetapi juga pemikiran bahwa hotel juga tempat istirahat yang mumpuni, sehingga tidak ada salahnya didirikan di pinggir kota. Setelah itu, muncul hotel-hotel legendaris seperti Tremont House di Boston pada tahun 1829, yang selama puluhan tahun dianggap sebagai salah satu tempat paling top di Amerika Serikat. Tremont bersaing ketat dengan Astor House, yang dibangun di New York pada tahun 1836. Saat itu, hotel modern identik dengan perkembangan lalu lintas dan tempat beristirahat. Saat pembangunan jaringan kereta api sedang gencar-gencarnya, hampir di tiap perhentian (stasiun) ada hotel. Karena masa itu naik kereta api sangat melelahkan, hotel-hotel pun memberikan berbagai hiburan pelepas penat. Hotel jenis ini disebutsebut dengan hotel “transit”. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan makin luasnya jangkauan angkutan darat, kawasan sekitar rel kereta api tidak lagi menarik minat para investor. Orang kemudian lebih suka jalan-jalan pakai mobil ketimbang kereta. Kepopuleran hotel transit pun tersaingi oleh kehadiran “motel”, gabungan kata “motor hotel” yang sama dengan tempat istirahat para pengendara kendaraan bermotor. Kejayaan motel tidak berlangsung lama. Seiring makin pesatnya perkembangan kota, berakhir pula era motel. Terutama karena letaknya yang agak di pinggir kota dan 6 fasilitasnya yang kalah bagus dengan hotel di pusat kota. Kalaupun terpaksa bermalam di kawasan pinggiran, motel harus bersaing dengan hotel resort, yang banyak tumbuh di tempat-tempat peristirahatan. Selain hotel, resort, anak-anak kandung hotel yang lahir di era 1990-an tidak kalah hebatnya. Sebut saja berbagai extended-stay hotel, khusus buat tamu yang membutuhkan tempat menginap minimal lima malam. Sedangkan pelaku bisnis yang harus bernegosiasi di kampong atau negeri orang bias mencari hotel apartment. Di Amerika, dua jenis hotel ini berkembang sangat pesat. 2.1.1.c Fungsi dan Tujuan Hotel Fungsi utama dari hotel adalah sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu sebagai tempat tinggal sementara selama melakukan perjalanan atau jauh dari tempat asalnya. Pada umumnya kebutuhan utama para tamu di dalam hotel adalah istirahat, tidur, mandi, makan, minum, hiburan dan lain-lain. Namun dengan berkembangnya dan kemajuan hotel seperti saat ini, fungsi hotel tidak hanya sebagai tempat untuk menginap atau beristirahat bagi para tamu, tetapi juga banyak fungsi lainnya seperti melaksanakan konferensi, seminar, mengadakan pesta pernikahan, pesta ulang tahun, dan lain sebagainya. Dalam menunjang pembangunan Negara, usaha perhotelan memiliki peran antara lain : 1. Meningkatkan industri rakyat Hotel banyak memakai barang-barang yang diproduksi oleh industri rakyat seperti mebel, bahan pakaian, makanan, minuman dan lain sebagainya. 2. Menciptakan lapangan kerja. 3. Membantu usaha pendidikan dan pelatihan. 4. Meningkatkan pendapatan daerah dan negara. 5. Meningkatkan devisa negara. 2.1.1.d Klasifikasi Hotel Kriteria klasifikasi hotel dikeluarkan oleh Deparpostel dan dibuat oleh Dirjen Pariwisata dengan SK : Kep-22/UNI/78. 7 a. Klasifikasi hotel berdasarkan tingkatan atau bintang Rincian klasifikasi hotel berdasarkan bintang (Ir. Endar Sugiarto, B.A. dan Sri Sulatiningrum, B.A., 2001, Pengantar Akomodasi dan Restoran) antara lain : 1. Klasifikasi hotel berbintang satu (*) Persyaratan : a. Jumlah kamar standar minimum 15 kamar b. Kamar mandi di dalam c. Luas kamar standar minimum 20m2 2. Klasifikasi hotel berbintang dua (**) Persyaratan : a. Jumlah kamar standar minimum 20 kamar b. Kamar suite minimum 1 kamar c. Kamar mandi di dalam d. Luas kamar standar minimum 22m2 e. Luas kamar suite minimum 44m2 3. Klasifikasi hotel berbintang tiga (***) Persyaratan : a. Jumlah kamar standar minimum 30 kamar b. Jumlah kamar suite minimum 2 kamar c. Kamar mandi di dalam d. Luas kamar standar minimum 24m2 e. Luas kamar suite minimum 48m2 4. Klasifikasi hotel berbintang empat (****) Persyaratan : a. Jumlah kamar standar minimum 50 kamar b. Jumlah kamar suite minimum 3 kamar c. Kamar mandi di dalam d. Luas kamar standar minimum 24m2 e. Luas kamar suite minimum 48m2 5. Klasifikasi hotel berbintang lima (*****) Persyaratan : a. Jumlah kamar standar minimum 100 kamar b. Jumlah kamar suite minimum 4 kamar 8 c. Kamar mandi di dalam d. Luas kamar standar minimum 26m2 e. Luas kamar suite minimum 52m2 b. Klasifikasi hotel berdasarkan tujuan pelanggan hotel selama menginap 1. Hotel Bisnis Hotel yang banyak dihuni oleh para usahawan. Hotel ini memiliki fasilitas yang lengkap untuk para usahawan, seperti gratis wi-fi, tersedia ruang konferensi, ruang rapat dan lain sebagainya. 2. Hotel Rekreasi Hotel ini dibangun dengan tujuan untuk para pelanggan dapat bersantai atau berekreasi. c. Klasifikasi hotel berdasarkan lokasi 1. City Hotel Hotel ini terletak sesuai dengan namanya yaitu di dalam kota, di mana sebagian pelanggannya yang menginap berasal dari para usahawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan bisnis. 2. Resort Hotel Resort hotel merupakan hotel yang terletak di kawasan wisata dan rekreasi, dimana sebagian besar pelanggan hotel menginap dengan tujuan untuk menghilangkan kecapekan atau menghabiskan waktu liburan dengan bersantai bersama keluarga atau bersama teman. a. Mountain Hotel (hotel yang terletak di pegunungan) b. Beach Hotel (hotel yang terletak di pinggir pantai) c. Lake Hotel (hotel yang terletak di tepi danau) d. Hill Hotel (hotel yang terletak di puncak bukit) e. Forest Hotel (hotel yang terletak di kawasan hutan lindung) 3. Suburb Hotel Hotel ini terletak di pinggiran kota, yang merupakan kota satelit yakni pertemuan antara dua kotamadya. 4. Urban Hotel Urban Hotel berlokasi di pedesaan dan jauh dari kota besar atau hotel yang terletak di daerah perkotaan baru yang sebelumnya hanya berupa desa. 9 5. Airport Hotel Hotel ini berlokasi satu kompleks atau satu area dengan Bandar udara. d. Klasifikasi hotel berdasarkan ukuran bangunan hotel Klasifikasi hotel berdasarkan ukurannya dapat ditentukan dengan jumlah kamar yang tersedia. Ukuran hotel diklasifikasikan menjadi 3 bagian, antara lain : 1. Small Hotel Small Hotel yaitu hotel kecil yang hanya memiliki kamar kurang dari 150 kamar. 2. Medium Hotel Medium Hotel yaitu hotel dengan ukuran sedang yang mempunyai 2 kategori, antara lain : a. Average Hotel yang memiliki jumlah kamar antara 150 sampai 299 kamar. b. Above Average Hotel yang memiliki jumlah kamar antara 300 sampai 600 kamar. 3. Large Hotel Large Hotel yaitu hotel yang memiliki kamar berjumlah lebih dari 600 kamar. e. Klasifikasi hotel berdasarkan lamanya tamu/pelanggan menginap Berdasarkan lamanya tamu menginap di hotel dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : 1. Transit Hotel Dalam hotel ini, tamu yang menginap dalam waktu singkat, rata-rata hanya satu malam. Hotel transit yaitu hotel yang mayoritas tamu tinggal hanya singgah (transit) yaitu kurang dari 24 jam sampai dengan 3 malam, dan apabila tamu kurang dari 24 jam (not over night) maka tarifnya hanya diberikan day rate (50% dari full rate) serta pemakaiannya termasuk day use (Abd. Rachman Arief, 2005, Pengantar Ilmu Perhotelan dan Restoran). Hotel transit ini umumnya berlokasi di daerah Bandar udara (airport) atau pelabuhan kapal laut (harbour), untuk menampung tamu-tamu / penumpang yang singgah (transit) atau karena status perjalanannya sebagai cadangan (waiting list) maka perlu transit atau check-in di hotel tersebut. 10 2. Semi-residential Hotel Hotel ini untuk tamu yang menginap lebih dari satu malam, tetapi jangka waktu menginap tetap pendek, kira-kira berkisar antara dua minggu sampai satu bulan. 3. Residential Hotel Tamu yang menginap di hotel ini dalam waktu yang cukup lama, kira-kira minimal 1 bulan. f. Klasifikasi hotel berdasarkan kegiatan tamu selama menginap Banyak kegiatan tamu secara spesifik selama menginap di hotel karena dengan maksud tertentu. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain : 1. Olahraga a. Sport Hotel adalah hotel yang berada di area atau kompleks kegiatan olahraga. b. Ski Hotel adalah hotel yang menyediakan area sebagai tempat bermain ski. Hotel jenis ini banyak terdapat di Negara-negara yang memiliki empat musim. 2. Bisnis a. Conference Hotel adalah hotel yang menyediakan fasilitas lengkap untuk kegiatan konferensi. b. Convention Hotel adalah hotel sebagai bagian dari kompleks kegiatan konvensi. 3. Berjudi Casino Hotel merupakan hotel yang sebagian besar tamu/pelanggan menginap dengan tujuan untuk berjudi di ruang kasino. g. Klasifikasi hotel berdasarkan kriteria jenis tamu Jenis tamu yang menginap disini dapat dilihat darimana asal usul mereka dengan latar belakangnya, diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Family Hotel Sesuai dengan namanya hotel ini memiliki para tamu yang menginap bersama keluarganya. 2. Bussiness Hotel Hotel ini memiliki tamu yaitu para usahawan yang memiliki tujuan untuk berbisnis. 11 3. Tourist Hotel Hotel ini memiliki tamu yaitu para wisatawan, baik turis dari dalam negeri maupun dari luar negeri. 4. Cure Hotel Cure Hotel yaitu hotel dengan tamu yang menginap dalam proses pengobatan atau penyembuhan dari suatu penyakit. 2.1.2 Restoran 2.1.2.a Definisi Restoran Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang digunakan secara komersil, dengan menyediakan dan melayani tamunya dengan makanan dan minuman. (Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia) Restoran berasal dari bahasa Perancis yang diadaptasi oleh bahasa inggris yaitu “restaurant” yang berasal dari kata “restaurer” yang berarti “memulihkan”. Ketentuan-ketentuan pokok tentang restoran diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor: KM.95/HK.103/MPPT-87, tentang ketentuan Usaha dan Penggolongan Restoran. Ketentuan tersebut lebih lanjut diatur dalam Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pariwisata Nomor: Kep.15/U/II/88 tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha dan Penggolongan Restoran. Dalam Surat Keputusan tersebut telah dijelaskan bahwa: Restoran adalah salah satu jenis usaha Jasa Pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyajian, penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya dan memenuhi ketentuan-ketentuan persyaratan untuk itu. Sedangkan yang dimaksud dengan Usaha Jasa Pangan adalah Usaha yang menyediakan Jasa Pelayanan Makanan dan Minuman untuk umum yang dikelola secara komersial. Usaha restoran terdiri atas Usaha Pokok dan Usaha Penunjang. Usaha Pokok Restoran adalah usaha penyediaan dan pemberian jasa pelayanan makan dan minum di restoran. Sedangkan yang dimaksud dengan usaha penunjang restoran adalah usaha yang sangat terkait dengan dan tidak terpisah dengan usaha pokok, seperti penyediaan jasa hiburan dan sebagainya. 12 2.1.2.b Sejarah Restoran Pada tahun 512 SM, di Mesir berdiri sebuah tempat makan dengan menawarkan satu jenis makanan, yaitu kombinasi dari daging burung liar dengan bawang dan sereal. Makan siang untuk para pengusaha dinyatakan pertama kali dibuat oleh seorang penjaga kedai Roman pada tahun 40 SM untuk mereka yang terlalu sibuk dan tidak sempat pulang. Istilah restoran pertama kali dijelaskan sebagai berikut : “Rumah makan pertama kali yang kemudian dikenal dengan nama restoran didirikan pada tahun 1765, oleh A. Boulanger, yaitu makanan berupa sup sayur di Paris. Namun konsep restoran modern dalam bentuk yang standard seperti dikenal saat ini mulai muncul sekitar tahun 1782 adalah Grand Taverne de Londres, sebuah restoran di Paris yang didirikan oleh Antoine Beauvilliers. Bahkan Beauvilliers menuliskan dan membukukan perjalanan sukses restorannya dalam sebuah buku yang kemudian menjadi sangat terkenal L’Art du cuisinier yang terbit tahun 1814. Setelah bisnis restoran dimulai di Paris, berikutnya muncul kafetarian pertama di dunia yang dipercaya hadir di Kansas City. Kafetarian ini bernama YWCA dan berdiri pada tahun 1891. Kafetarian ini dianggap sebagai konsep varian dari restoran. Ruangan yang disediakan kafetarian lebih sederhana disbanding restoran, dan menunya pun lebih banyak berupa makanan ringan. Meskipun demikian, sejarah restaurant dalam konsep yang lebih sederhana sebagai bisnis masakan ternyata telah dijalankan dan dipraktekkan masyarakat di Kaifeng China pada abad 11. Saat itu, bisnis restoran ini dijalankan dalam bentuk catering makanan yang dibuat berdasarkan pesanan dan dikirimkan untuk melayani para pedagang. 2.1.2.c Fungsi dan Tujuan Restoran Fungsi utama dari restoran adalah sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan tamu sebagai tempat makan untuk mengisi perut. Pada umumnya kebutuhan utama para tamu didalam restoran adalah makan, minum, merayakan pesta, mengadakan pertemuan dengan klien dan lain sebagainya. 2.1.2.d Klasifikasi Restoran Dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian, Marsum (1993:8-11) menjelaskan restoran dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, antara lain : 13 a. A’la Carte Restaurant adalah restoran yang telah mendapat izin penuh untuk menjual makanan lengkap dengan banyak variasi agar tamu bebas untuk memilih sendiri makanan yang mereka inginkan. Tiap makanan dalam restoran ini memiliki tarif sendiri-sendiri. Gambar 2.1.A’la Carte Restaurant Sumber: Google image/a’la carte Restaurant b. Table D’hote Restaurant adalah restoran yang khusus menjual satu susunan menu yang lengkap (hidangan pembuka sampai hidangan penutup) dan tertentu, dengan harga yang telah ditentukan. Gambar 2.2.Table D’hote Restaurant Sumber: Google image/Table D’hote Restaurant 14 c. Main Dining Room adalah ruang makan utama restoran yang pada umumnya terdapat dihotel-hotel besar, dimana penyajian makanannya secara resmi, pelan namun terikat oleh peraturan yang ketat. Servisnya bisa menggunakan pelayanan ala Perancis atau Rusia. Tamu-tamu yang hadir pada umumnya berpakaian resmi dan formal. Gambar 2.3.Main Dining Room Sumber: Google image/main dining room d. Night Club / Super Club adalah restoran yang pada umumnya mulai dibuka menjelang larut malam, menyediakan makan malam bagi tamu-tamu yang ingin santai. Dekorasinya megah dan pelayanannya mewah. Band merupakan perlengkapan yang disediakan untuk menghibur para tamu. Para tamu diharuskan untuk berpakaian resmi dan rapi sehingga menaikkan gengsi tempat itu. Gambar 2.4.Night Club Sumber: Google image/night club 15 e. Gourment Restaurant adalah restoran yang menyelenggarakan pelayanan makan dan minum bagi orangorang yang berpengalaman luas dalam bidang rasa makanan dan minuman. Keistimewaan restoran ini adalah makanannya yang lezat, pelayanan yang mewah dah harga yang cukup mahal. Gambar 2.5.Gourment Restaurant Sumber: Google image/gourment restaurant f. Café adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan cake (kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh. Didalam kafe pilihan makanan terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol. Gambar 2.6.Cafe Sumber: Google image/cafe 16 g. Coffee Shop atau Brasseire adalah restoran yang pada umumnya berhubungan dengan hotel, tamu bisa mendapatkan makan pagi, makan siang, dan makan malam secara cepat dengan harga yang pantas. Pada umumnya sistem pelayanannya adalah American service dimana yang diutamakan adalah kecepatannya, ready on plate service, artinya makanan sudah diatur dan disiapkan diatas piring. Kadang-kadang penyajiannya juga dilakukan dengan buffet prasmanan. Gambar 2.7.Coffee Shop Sumber: Google image/coffee shop h. Canteen adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik atau sekolah, tempat para pekerja dan pelajar bisa mendapatkan makan siang dan coffee break, yaitu minum kopi disertai makanan kecil untuk selingan jam kerja, jam belajar ataupun dalam acara rapat dan seminar. Gambar 2.8.Canteen Sumber: Google image/canteen 17 i. Continental Restaurant adalah suatu restoran yang menitik beratkan hidangan continental pilihan dengan pelayanan megah. Bersuasana santai, susunannya agak rumit, disediakan bagi tamu yang ingin makan secara santai dan rileks. Gambar 2.9.Continental Restaurant Sumber: Google image/continental restaurant j. Carvery adalah restoran yang sering berhubungan dengan hotel dimana para tamu dapat mengiris sendiri hidangan panggang sebanyak yang mereka inginkan dengan harga yang telah ditetapkan. Gambar 2.10.Carvery Sumber: Google image/carvery 18 k. Dining Room hanya terdapat di hotel kecil seperti motel atau inn, merupakan tempat yang lebih ekonomis daripada tempat makan biasa. Dining room pada dasarnya disediakan untuk para tamu yang tinggal di hotel yang bersangkutan, namun juga menerima tamu dari luar. Gambar 2.11.Dining Room Sumber: Google image/dining room l. Discotheque adalah restoran yang pada prinsipnya berarti juga tempat dansa sambil mendengarkan alunan musik, juga menampilkan live band. Bar merupakan salah satu fasilitas utama yang tersedia didalam sebuah diskotik, sedangkan hidangan yang tersedia umumnya berupa snack. Gambar 2.12.Discotheque Sumber: Google image/discotheque 19 m. Fish and Chip Shop adalah restoran yang banyak terdapat di Inggris, pengunjung dapat membeli bermacam-macam keripik dan ikan goreng, biasanya berupa ikan cod dan dibungkus dalam kertas dan dibawa pergi, jadi makanannya tidak dinikmati ditempat itu. Gambar 2.13.Fish and Chip Shop Sumber: Google image/fish and chip shop n. Grill Room adalah restoran yang menyediakan bermacam-macam daging panggang. Pada umumnya antara restoran dengan dapur dibatasi oleh sekat dinding kaca sehingga para tamu dapat memilih sendiri potongan daging yang dikehendaki dan melihat sendiri proses memasaknya. Grill Room biasanya juga disebut sebagai Steak House. Gambar 2.14.Grill Room Sumber: Google image/grill room 20 o. Inn Tavern adalah restoran dengan harga cukup yang dikelola oleh perorangan ditepi kota. Suasananya sangat dekat dan ramah dengan tamu-tamu dan hidangannya pun lezat-lezat. Gambar 2.15.Inn Tavern Sumber: Google image/inn tavern p. Pizzeria merupakan restoran yang khusus menjual pizza. Makanan lain berupa spaghetti dan makanan khas Italia yang lain. Gambar 2.16.Pizzeria Sumber: Google image/pizzeria 21 q. Pan Cake House merupakan suatu restoran yang khusus menjual pan cake dan crepe yang diisi dengan berbagai macam manisan didalamnya. Gambar 2.17.Pan Cake House Sumber: Google image/pan cake house r. Pub pada umumnya merupakan tempat hiburan umum yang mendapat izin untuk menjual minuman beralkohol dan bir. Para tamu mendapatkan minumannya dari counter dan dapat dinikmati dengan berdiri atau duduk. Hidangan yang disediakan berupa snack dan sandwich. Gambar 2.18.Pub Sumber: Google image/pub 22 s. Snack Bar / Café / Milk Bar adalah restoran yang bersifat tidak resmi dengan pelayanan cepat, dimana para tamu mengumpulkan makanannya diatas baki yang diambil dari meja counter makanan dan kemudian membawanya ke meja makan. Para tamu bebas memilih makanan yang disukainya seperti hamburger, sausages dan sandwich. Gambar 2.19.Snack Bar Sumber: Google image/snack bar t. Speciality Restaurant adalah restoran yang suasana dan dekorasinya disesuaikan dengan makanan khas yang disediakan. Restoran ini menyediakan masakan Cina, Jepang, India, Italia dan sebagainya. Pelayanannya sedikit banyak berdasarkan tata cara negara tempat asal makanan tersebut. Gambar 2.20.Speciality Restaurant Sumber: Google image/speciality restaurant 23 u. Terrace Restaurant adalah restoran yang terletak diluar bangunan. Namun masih berhubungan dengan ruangan induknya. Di negara-negara barat pada umumnya restoran seperti ini hanya dibuka pada musim panas saja. Gambar 2.21.Terrace Restaurant Sumber: Google image/terrace restaurant v. Family Type Restaurant adalah restoran sederhana yang menghidangkan makanan dan minuman bagi tamu-tamu keluarga atau rombongan dengan harga yang terjangkau. Jenis restoran ini memiliki meja makan yang besar dan kursi banyak pula. Gambar 2.22.Family Type Restaurant Sumber: Google image/family type restaurant 24 w. Fast Food Restaurant adalah restoran yang menyediakan makanan cepat saji dan praktis. Restoran jenis ini tidak banyak mengurangi waktu para tamu dalam mengantri, memesan makanan, serta sedang makan. Gambar 2.23.Fast Food Restaurant Sumber: Google image/fast food restaurant 2.1.3 Desain Interior 2.1.3.a Definisi Desain Interior Desain interior adalah ilmu yang mempelajari perancangan suatu karya seni yang ada di dalam suatu bangunan dan digunakan untuk memecahkan masalah manusia. Desain interior terbagi lagi menjadi tiga kelompok yaitu desain interior tetap yaitu yang tidak bisa dipindahkan seperti desain tembok, perencanaan lantai dan lain sebagainya. Kemudian ada desain interior bergerak atau tidak tetap dapat berupa furnitur yang bisa dipindahkan. Yang terakhir adalah desain interior dekoratif atau bagian menghias atau dekorasi seperti ornamen dan lain sebagainya. Faktor yang diperhatikan dalam desain interior ruangan adalah unity dan harmony yaitu kesatuan, suatu ruangan bisa menimbulkan kesatuan yang selaras dan berhubungan. Faktor berikutnya adalah keseimbangan atau balance yang berarti seni dalam desain interior tidak boleh berat sebelah, harus seimbang dari kedua sisi juga seimbang dengan kondisi sekitarnya secara keseluruhan keseimbangan juga terbagi menjadi keseimbangan simetris, asimetris dan radial. Faktor berikutnya adalah focal point yaitu satu atau lebih bagian yang menjadi daya tarik atau pusat perhatian pada ruangan misalnya lukisan dan lain-lain. Ritme dalam desain interior adalah semua pola pengulangan tentang visual. Ritme didefinisikan sebagai pergerakan terorganisir. Faktor selanjutnya adalah detail yaitu hal-hal terkecil yang berada pada suatu desain dan dijabarkan secara rinci dan terarah. Skala dan proporsi desain harus memiliki 25 proporsi yang sesuai, jangan berlebihan dan mengada-ada. Yang terakhir adalah warna yang memegang peran penting dalam menghasilkan nuansa pada hasil desain interior. 2.1.3.b Sejarah Desain Interior Tidak diketahui secara pasti darimana sejarah desain interior dimulai. Akan tetapi dengan begitu banyaknya ditemukan bukti-bukti besar yang menunjukkan keberadaan dari penerapan ilmu desain interior di sepanjang sejarah peradaban manusia, maka sejarah desain interior dapat dilacak keberadaannya. Artefak-artefak yang ditemukan merupakan gambaran riil dari peradaban saat itu. Setiap peradaban mengembangkan seni arsitektur, gaya furnitur, dan aksesoris ruang berdasarkan ketersediaan bahan di wilayah geografis masing-masing atau didapatkan dari perdagangan dan tersedianya tenaga kerja yang murah. Peradaban Mesir, Yunani, dan Romawi dapat dijadikan sebagai titik tolak pada perkembangan desain interior karena karya-karya seni dan desain yang diciptakan pada masa itu masih sangat mempengaruhi bentuk-bentuk furnitur, arsitektur dan benda-benda seni pada masa kini. 1. Perkembangan di Mesir Banyak seni tradisi yang berawal dari Mesir karena bangsa Mesir Kuno memiliki ketrampilan kekriyaan tinggi, yang mampu membuat berbagai produk seni yang indah meski dengan peralatan yang terbatas. Seni inlay pada furnitur merupakan penemuan yang berharga yang hingga kini tetap digunakan, selain itu orang Mesir adalah penenun yang handal serta pembuat furnitur yang hebat, menggunakan sambungan konstruksi yang sampai sekarang lazim digunakan yaitu konstruksi dovetail, mortise dan tenon. (Aronson, 1965:312). Tumbuhan yang tumbuh di daerah Mesir waktu itu memberi inspirasi desain yang diterapkan sebagai motif ornamen, berupa stilasi bunga papyrus, lotus lili, dan palem, yang disusun secara sistematis dan terkesan kaku. 2. Perkembangan di Yunani (650-30 B.C.) Seni di Yunani merupakan bagian dari jiwa. Keindahan diwujudkan dengan proporsi yang indah dan garis-garis yang lembut. Arsitektur Yunani hampir seluruhnya difokuskan pada bangunan kuil dan bangunan umum. Pengaruh desain, seni dan arsitektur pada masa peradaban Yunani tersebar secara lebih luas dibanding peradaban yang lain, misalnya seni patung, motif dan elemen-elemen arsitektur Yunani dijadikan acuan hingga berabad-abad kemudian, bahkan hingga saat ini. 26 Bentuk-bentuk kolom: Doric, Ionic dan Corinthian yang terkenal dengan sebutan Three Greek Orders of Column, merupakan bentuk asli Yunani yang pertama kali ditemukan oleh Vitruvius, yang hingga kini masih sangat popular dan digemari dan selain diterapkan pada elemen arsitektural juga pada furnitur. Furnitur terkenal yang dihasilkan pada jaman Yunani Kuno adalah Klismos Chair, sebuah kursi berbentuk lengkung yang mengalir lembut, dengan sandaran punggung sesuai lengkungan punggung manusia. Ada beberapa jenis furnitur di Yunani yang menggunakan bentuk lengkung Klismos ini, seperti Greek bed with Klismos back (tempat tidur Yunani dengan sandaran Klismos). Kursi dengan sandaran punggung Klismos biasanya hanya dimiliki oleh orang kaya dan bangsawan, sedangkan yang digunakan oleh rakyat jelata di rumahnya adalah sejenis kursi tanpa sandaran punggung, disebut diphros/stool. 3. Perkembangan di Romawi (753 B.C.-365A.D) Kemajuan Romawi di bidang interior dan arsitektur selain dapat dilihat dari kemegahan dan kemewahan bangunan-bangunannya juga dari sistem peratapannya yang sangat hebat, merupakan kombinasi antara lengkung sejati dan lengkung silang. Struktur lengkung silang yang dimulai di jaman Romawi berbuah luar biasa di jaman Gotik. Karena kehebatan konstruksinya, gereja Gotik berani membuka clerestory berdinding kaca sehingga menjadi terang. Rumah bangsa Romawi memiliki interior yang mengikuti pola umum yang berlaku saat itu, yang dibagi menjadi beberapa bagian, yakni atrium sebagai central hall di dalam rumah yang memiliki bukaan atap berukuran besar (disebut compluvium) dimana sinar matahari dapat masuk untuk menerangi bagian dalam rumah dan air hujan dibiarkan masuk yang kemudian ditangkap oleh kolam yang terletak dibagian tengah ruang (disebut impluvium). Tamu memasuki atrium melalui selasar yang biasanya berhiaskan mozaik pada lantainya. Tablium merupakan ruang suci yang terletak di ujung atrium. 4. Perkembangan di Jaman Renaissance (1400-1650 M) Axel Von Saldem (1987) pada riset sejarah desain yang dilakukannya menemukan bahwa pada abad ke-16 di Itali terdapat kata “design esterno” (karya yang sudah terlaksana). Saat itulah desain interior dan dekorasi interior mulai mendapatkan peran yang khusus sehingga ada dugaan bahwa sejarah desain interior dimulai dari jaman Renaissance Italia. Saat itu dibangun istana-istana yang mewah dengan furnitur yang diukir dengan motif yang sangat indah dan rumit. 27 5. Revolusi Industri Desain interior mulai berkembang dan lebih terjangkau untuk masyarakat umum setelah terjadi Revolusi Industri. Saat itu juga mulai banyak bermunculan majalah yang membahas masalah gaya desain interior yang baru serta mulai timbul kebutuhan manusia untuk mengkonsultasikan ide-ide dalam penataan rumah dan perabotnya. Hal ini mendorong berkembangnya industry desain interior. Ada ribuan orang yang kemudian menjadi professional dalam mendesain rumah maupun bangunan kantor maupun orang-orang yang melakukan kegiatan perancangan ruang sebagai hobi dan memberikan konsultasi gratis atau mengisi waktunya dengan mendekorasi rumahnya sendiri. 2.1.4 Furnitur 2.1.4.a Definisi Furnitur Kata furniture berasal dari bahasa Perancis fourniture (1520-30 M). Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel dan furnitur mempunyai arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya. Furnitur berasal dari bahasa Inggris yaitu “Furniture”, bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah mebel. Mebel berasal dari kata movable, yang artinya bisa bergerak. Mebel sendiri memiliki definisi perabot yang dapat dipindah-pindah dan digunakan untuk melengkapi rumah, kantor, dan lain sebagainya. 2.1.4.b Sejarah dan Perkembangan Furnitur Sejarah mebel dideteksi dari artefak, atau peninggalan prasejarah atau bisa terlihat dari gambar-gambar peninggalan kuno. Jika diurutkan secara kronologis, sejarah mebel ini dimulai dari zaman neolitikum, klasik, Eropa Modern Awal, Neoklasik abad 19, Amerika Utara Awal, Modern, Zaman Hijau, Kontemporer. a. Mebel zaman Neolitikum Di desa Skara Brae, Orkney, Scotlandia Utara, terdapat situs rumah kuno peninggalan zaman Neolitikum 3100-2500 SM. Menariknya, di rumah batu terdapat perlengkapan yang cukup lengkap, antara lain ada lemari pakaian, tempat tidur, lemari tundan, tempat duduk dari batu, dan wadah kerang. Lemari pakaian 28 menjadi mebel yang penting pada waktu itu. Hal ini terlihat dari posisinya yang terletak di dekat pintu masuk. Pada lemari pakaian ini diletakkan pahatan bulat terbuat dari batu. b. Mebel zaman Klasik Furnitur awal ditemukan pada abad ke-8 SM di phrigian, Bukit Midas, di Gordion, Turki. Potongan ditemukan di sini termasuk meja dan tatahan yang berdiri. Karpet paling awal yang kini ditemukan adalah karpet Pazyryk. Karpet ini ditemukan di sebuah makam beku di Siberia dan kira-kira peninggalan dari abad 6 SM dan 3. Furnitur Mesir kuno juga ditemukan kembali, kira-kira peninggalan dari milenium 3 SM berupa tempat tidur di Tarkhan dan ditemukan pula tempat tidur dan kursi berlapis emas dari makam Ratu Hetepheres dan banyak contoh (kotak, tempat tidur, kursi). Desain furnitur yang sudah maju ditemukan di Yunani kuno di milenium 2 SM, termasuk tempat tidur dan kursi klismos. Desain mebel juga terlihat pada gambar vas Yunani. Pada tahun 1738 dan 1748, terdapat program panggilan Herculaneum dan Pompeii. Lantas ditemukan furnitur Romawi.Letusan Vesuvius 79 AD ikut membantu pengawetan furnitur ini. c. Sejarah mebel di Asia Mebel Asia mengembangkan gayanya tersendiri, walaupun kadang dipengaruhi oleh Barat karena interaksi warga Asia dengan warga Barat melalui kolonialisme, pendidikan dan informasi. Mebel Asia dengan gayanya sendiri, lahir dari Indonesia (terutama Jepara dan Bali), Cina, Jepang, Pakistan, India, Burma, Korea dan Mongolia. Indonesia mempunyai gaya mebel yang unik dengan aneka ragam hias ukir yang beragam. Pusat mebel ukir di Indonesia adalah Jepara. Pada tahun 2004, Kabupaten Jepara memiliki 3.539 unit produksi usaha mebel yang terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Penanaman modal. Usaha skala kecil yang belum terdaftar diperkirakan 15.000 unit usaha. Keseluruhannya menyerap kira-kira 85.000 tenaga kerja. (Sumber : Kartajaya, Hermawan (2005). Attracting Tourists Traders Investors. Gramedia Pustaka.) 29 2.1.4.c Data Antropometri dan Ergonomi Data Antropometri dan Ergonomi untuk meja dan kursi makan Gambar 2.71.Ergonomi Meja dan Kursi Makan Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior Data Antropometri dan Ergonomi untuk meja dan kursi makan Gambar 2.72.Ergonomi Meja dan Kursi Makan Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior 30 Gambar 2.73.Ergonomi Meja dan Kursi Makan Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior Data Antropometri dan Ergonomi untuk meja dan kursi makan Gambar 2.74.Ergonomi Meja dan Kursi Makan Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior 31 Gambar 2.75.Ergonomi Meja dan Kursi Makan Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior Data Antropometri dan Ergonomi untuk meja dan kursi makan Gambar 2.76.Ergonomi Meja dan Kursi Makan Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior 32 2.1.4.d Klasifikasi Furnitur a. Furnitur Knockdown yaitu sebuah konstruksi pada produk mebel yang dalam pembuatannya menggunakan system lepasan atau bongkar pasang. Furnitur knockdown dapat diartikan sebagai furnitur yang bisa dibongkar pasang. Kekuatan pada furnitur jenis ini terletak pada konstruksi-konstruksi pemasangan, seperti paku, skrup, dan sebagainya. Gambar 2.24.Furnitur Knockdown Sumber: Google image/furnitur knockdown b. Furnitur Multifungsi yaitu suatu benda yang di desain untuk dapat memberikan beberapa fungsi kepada pengguna. Gambar 2.25.Furnitur Multifunction Sumber: Google image/furnitur multifunction 33 c. Loose Furniture yaitu furnitur yang sangat mudah untuk dipindah-pindahkan dan jenis furnitur ini yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Gambar 2.26.Loose Furniture Sumber: Google image/loose furniture d. Built-in Furniture yaitu furnitur yang dipasang sesuai tempat yang diinginkan dan tidak dapat dipindah-pindahkan ke tempat yang lain. Gambar 2.27.Built-in Furniture Sumber: Google image/built-in furniture e. Indoor Furniture yaitu furnitur-furnitur yang dapat digunakan didalam semua jenis ruangan. Gambar 2.28.Indoor Furniture Sumber: Google image/indoor furniture 34 f. Outdoor Furniture yaitu furnitur-furnitur yang dapat digunakan diluar ruangan, karena furnitur jenis ini memiliki material yang tahan panas dan hujan. Gambar 2.29.Outdoor Furniture Sumber: Google image/outdoor furniture g. Recycled Furniture yaitu furnitur-furnitur yang di produksi menggunakan material bahan bekas. Gambar 2.30.Recycled Furniture Sumber: Google image/recycled furniture 2.1.4.e Peralatan di Restoran a. Furniture Furnitur atau perabot yang digunakan pada restoran harus mengikuti ukuran yang ergonomis dan diseleksi secara cermat agar dapat berfungsi sesuai kebutuhannya. Furnitur untuk restoran ini harus praktis, nyaman dipakai, serta enak dipandang. Biasanya ruang makan dari tiap restoran dibuat berbeda, agar suasananya tidak merasa bosan dan akan selalu menarik perhatian. 35 b. Kursi Kursi di restoran rata-rata memiliki jenis yang ukurannya sama agar dapat disusun dan disimpan dengan rapi supaya tidak memakan tempat yang banyak. Tetapi tidak semua kursi restoran memiliki jenis seperti itu, ada juga jenis kursi yang diproduksi sesuai permintaan klien. Gambar 2.31.Kursi Sumber: Google image/kursi c. Meja Ada berbagai macam bentuk meja makan, ini menyesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan pada restoran, antara lain ditempatkan di area tengah, area pojok atau lain sebagainya. Di restoran dapat akan menemukan berbagai macam jenis meja, antara lain bentuknya yang berbeda, ukurannya yang berbeda, dan kapasitas tamu yang berbeda. Gambar 2.32.Meja Bulat Sumber: Google image/meja bulat Gambar 2.33.Ergonomi Meja Bulat Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior 36 Gambar 2.34.Ergonomi Meja Bulat Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior Gambar 2.35.Meja Oval Sumber: Google image/meja oval Gambar 2.36.Meja Bujur Sangkar Sumber: Google image/meja bujur sangkar Gambar 2.37.Ergonomi Meja Persegi Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior 37 Gambar 2.38.Meja Persegi panjang Sumber: Google image/meja persegi panjang Gambar 2.39.Ergonomi Meja Persegi Panjang Sumber: Dimensi manusia & Ruang Interior 2.1.4.f Konstruksi Furnitur a. Sambungan menyudut dapat dilakukan dengan : Gambar 2.40.Sambungan tarikan lurus Sumber: Google image/konstruksi furnitur Gambar 2.41.Sambungan pen dan lubang tertutup Sumber: Google image/konstruksi furnitur 38 Gambar 2.42.Sambungan pen dan lubang terbuka Sumber: Google image/konstruksi furnitur Gambar 2.43.Sambungan ekor burung Sumber: Google image/konstruksi furnitur Gambar 2.44.Sambungan pen dan lubang dengan spatpen Sumber: Google image/konstruksi furnitur 39 b. Sambungan melebar dapat dilakukan dengan : Gambar 2.45.Sambungan alur dan lidah lepas (A) Sumber: Google image/konstruksi furnitur Gambar 2.46.Sambungan alur dan lidah lepas (B) Sumber: Google image/konstruksi furnitur Gambar 2.47.Sambungan alur dan lidah (A) Sumber: Google image/konstruksi furnitur Gambar 2.48.Sambungan alur dan lidah (B) Sumber: Google image/konstruksi furnitur c. Sambungan memanjang dapat dilakukan dengan : 40 Gambar 2.49.Sambungan bibir lurus (A) Sumber: Google image/konstruksi furnitur Gambar 2.50.Sambungan bibir lurus (B) Sumber: Google image/konstruksi furnitur Gambar 2.51.Sambungan bibir miring (A) Sumber: Google image/konstruksi furnitur Gambar 2.52.Sambungan bibir miring (B) Sumber: Google image/konstruksi furnitur 2.1.5 Kayu 2.1.5.a Definisi Kayu 41 Kayu merupakan material yang banyak dan sering digunakan untuk membuat suatu furnitur. Komponen terbesar kayu adalah selulosa, komponen ini meliputi 70% berat kayu. Komponen lainnya ada lignin dimana komponen ini meliputi 18% - 28% dari berat kayu. Komponen ini yang memberikan sifat keteguhan pada kayu. 2.1.5.b Bagian-bagian Kayu a. Kulit luar : Lapisan yang berada paling luar, dalam keadaan kering berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian yang lebih dalam pada kayu. b. Kulit dalam : Lapisan yang berada di sebelah dalam kulit luar yang bersifat basah dan lunak, berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun ke bagian lain. c. Kambium : Lapisan yang berada di sebelah kulit, jaringan yang ke dalam akan membentuk kayu baru sedangkan yang ke luar akan membentuk sel-sel jangat (kulit). d. Kayu gubal : Berfungsi sebagai pengangkut air berikut zat bahan makanan ke bagian-bagian pohon yang lain. e. Kayu teras : Berasal dari kayu gubal, sel-sel yang sudah kosong dan tua ini berisi zat-zat ekstrasi. f. Galih/hati : Bagian ini memiliki umur paling tua, karena galih (hati) ini sudah ada sejak permulaan kayu tumbuh. g. Garis teras : Jari-jari retakan yang timbul akibat dari penyusutan pada waktu pengeringan yang tidak teratur. h. Lingkaran tahun : Lingkaran tahun tumbuh antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan akhir suatu musim, apabila pertumbuhan diameter terganggu oleh musim kemarau karena pengguguran daun ataupun serangan dari serangga/hama, maka lingkaran tahun dapat terdiri lebih dari satu lingkaran tahun dalam satu musim yang sama. i. Jari-jari : Bagian ini berada dari luar ke dalam berpusat pada sumbu batang, berfungsi sebagai tempat saluran bahan makanan yang mudah diproses di daun guna pertumbuhan pohon. 42 Gambar 2.53.Bagian Pohon Sumber: Google image/bagian pohon 2.1.5.c Jenis-jenis Kayu a. BJ (berat jenis) : Berat jenis adalah rasio suatu bahan dengan kerapatan air. Simson, etal, (1999) mengemukakan bahwa berat jenis adalah rasio antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada kondisi anomaly air (4,4 derajat Celcius). Berdasarkan volume basahnya, berat jenis kayu akan mencerminkan berat kayunya. Klasifikasi berat kayu, sebagai berikut : 1. Kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu < 0,3 2. Kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0,36-0,56 3. Kayu dengan berat yang berat, bila BJ kayu > 0,56 b. Keawetan kayu : Keawetan alami adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar, seperti : jamur, rayap, hama, dan makhluk lainnya yang diukur dalam waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya satu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagai unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak kayu tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta merusak kayu Ada 5 penggolongan kelas keawetan kayu, antara lain : 1. Kelas awet I : Lama pemakaian kelas awet I dapat mencapai 25 tahun. 2. Kelas awet II : Lama pemakaian kelas awet II yaitu 15-25 tahun. 3. Kelas awet III : Lama pemakaian kelas awet III yaitu 10-15 tahun. 4. Kelas awet IV : Lama pemakaian kelas awet IV yaitu 5-10 tahun. 5. Kelas awet V : Lama pemakaian kelas awet V yaitu 5 tahun. 43 c. Kelas kekuatan kayu : Kekuatan kayu di Indonesia dihitung berdasarkan berat jenis kayu, keteguhan lengkung mutlak (Klm) dan keteguhan tekan mutlak. 1. Kelas Kekuatan I : BJ 0,9 Klm 1.100 kg/cm2 Ktm 650 kg/cm2 2. Kelas Kekuatan II : BJ 0,6 - < 0,9 Klm 725 kg/cm2 - < 1100 kg/cm2 Ktm 425 kg/cm2 - < 650 kg/cm2 3. Kelas Kekuatan III : BJ 0,4 - < 0,6 Klm 500 kg/cm2 - < 725 kg/cm2 Ktm 300 kg/cm2 - < 425 kg/cm2 4. Kelas Kekuatan IV : BJ 0,3 - < 0,4 Klm 300 kg/cm2 - < 500 kg/cm2 Ktm 215 kg/cm2 - < 300 kg/cm2 5. Kelas Kekuatan V : BJ < 0,3 Klm < 300 kg/cm2 Ktm < 215 kg/cm2 2.1.5.d Finishing Kayu a. Oil : Jenis finishing ini merupakan cara yang sangat sederhana dan mudah pengaplikasian. Oil akan meresap ke dalam pori-pori kayu dan tinggal di dalamnya untuk mencegah air keluar atau masuk ke pori-pori kayu. Cara mengaplikasi yaitu dengan cara menyiram, merendam atau melumuri benda dengan oil kemudian dibersihkan dengan kain kering. Jenis finishing ini tidak memberikan keawetan terhadap benturan karena lapisannya sangat tipis. b. Politur : Jenis finishing ini memiliki bahan dasar Shellac yang berwujud serpihan atau batangan, serta dapat juga diperoleh dalam bentuk siap pakai (sudah dicampuri alcohol dengan proporsi yang tepat). Alkohol berfungsi sebagai pencair (solvent). Cara aplikasinya adalah dengan melumuri kain lalu poleskan pada kayu hingga mendapatkan lapisan tipis finishing pada permukaan kayu. Semakin banyak polesan yang diberikan maka semakin tebal lapisannya. c. NC Lacquer : Jenis finishing ini terbuat dari resin Nitrocellulose/alkyd yang dicampur dengan bahan solvent yang cepat kering, yang sering disebut sebagai thinner. Bahan ini tahan terhadap air namun tidak tahan goresan maupun benturan fisik. Cara aplikasinya adalah dengan system spray (semprot) dengan tekanan udara. d. Melamin : Jenis finishing ini hampir sama dengan bahan lacquer. Kelebihan dari bahan ini adalah memiliki kekerasan lapisan yang lebih tinggi dari lacquer dan memiliki lebih banyak warna. Bahan ini memiliki zat kimia yang dapat merusak kesehatan manusia sehingga sudah mulai berkurang penggunanya, bahan ini juga 44 menimbulkan bau yang tidak sedap dan membutuhkan waktu yang lama untuk menghilangkan bau tersebut. e. PU (PolyUrathane) : Jenis finishing ini termasuk jenis yang awet karena lapisannya menutup seluruh permukaan kayu, seperti lapisan plastik. Lapisan ini memiliki daya tahan terhadap panas dan air yang tinggi, sehingga baik untuk produk outdoor, kusen, pintu luar, atau pagar. Proses pengeringan bahan ini menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap. f. UV Lacquer : Jenis finishing ini cocok untuk permukaan yang lebar karena metode yang efektif untuk aplikasinya adalah teknik curtain method dimana bahan finishing diaplikasikan seperti curahan yang membentuk tirai. Kayu akan diluncurkan melalui tirai tersebut sehingga membentuk lapisan cukup tipis pada permukaannya. Bahan ini disebut UV Lacquer karena jenis finishing ini hanya dapat dikeringkan dengan menggunakan sinar Ultra Violet (UV). g. Waterbased Lacquer : Jenis finishing ini mulai banyak digunakan karena bahannya yang ramah lingkungan dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat merusak kesehatan. Bahan ini hampir sama kualitasnya dengan NC dan melamin, namun karena berbahan dasar air maka pengeringan akan memakan waktu yang lebih lama. 2.1.6 Rotan 2.1.6.a Definisi Rotan Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca (salak), Metroxylon (rumbia/sagu), serta Pigafetta yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan rotan. Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan 45 dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya. Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, karena orang lebih suka memanen rotan daripada kayu. 2.1.6.b Kegunaan Rotan Rotan yang umum dipergunakan dalam industri tidak terlalu banyak. Beberapa yang paling umum diperdagangkan adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola, Tabu-tabu, Suti, Sega, Lambang, Blubuk, Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing, Semambu, serta Pulut. Setelah dibersihkan dari pelepah yang berduri, rotan asalan harus diperlakukan untuk pengawetan dan terlindung dari jamur Blue Stain. Secara garis besar terdapat dua proses pengolahan bahan baku rotan; Pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang/besar dan Pengasapan dengan belerang untuk rotan berukuran kecil. Pemanfaatan rotan terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta murah. Kelemahan utama rotan adalah gampang terkena kutu bubuk “Pin Hole”. Batang rotan juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal tertentu. Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di perdagangan sebagai dragon’s blood. Resin ini dipakai untuk mewarnai biola atau sebagai meni. 2.1.7 Aksesoris Interior 2.1.7.a Definisi Aksesoris Interior Aksesoris merupakan barang tambahan yang banyak diminati konsumen, karena berfungsi sebagai pelengkap dan pemanis. Aksesoris interior adalah barang-barang yang berfungsi pemanis/menambah nilai estetika di dalam suatu ruangan. sebagai elemen 46 2.1.7.b Klasifikasi Aksesoris Interior a. Lampu Meja / Table Lamp : Lampu jenis ini berfungsi untuk menerangkan permukaan meja dan sekitar area meja serta sebagai penerang ruangan pada malam hari. Gambar 2.54.Table Lamp Sumber: Google image/table lamp b. Lampu Berdiri / Standng Lamp : Lampu jenis ini biasanya diletakkan di pojok ruangan yang berfungsi untuk menerangkan ruangan pada malam hari. Gambar 2.55.Standing Lamp Sumber: Google image/standing lamp c. Lampu Dinding / Wall Lamp : Lampu jenis ini di pasang di dinding yang berfungsi untuk menerangkan jalan apabila di pasang di koridor dan untuk menerangkan ruangan sebagai pengganti lampu tidur apabila di pasang di dinding headboard tempat tidur. Gambar 2.56.Wall Lamp Sumber: Google image/wall lamp 47 d. Lampu Gantung / Hanging Lamp : Lampu jenis ini di pasang menggantung di atas plafon yang sering digunakan di area ruang makan atau restoran. Lampu jenis ini selain sebagai penerang ruangan juga berfungsi sebagai penambah estetika ruangan. Gambar 2.57.Hanging Lamp Sumber: Google image/hanging lamp e. Cermin / Mirror : Cermin pada umumnya digunakan untuk mengaca, tetapi pada zaman sekarang cermin banyak digunakan didalam ruangan untuk memberi kesan luas pada ruangan tersebut serta sebagai penghias ruangan. Gambar 2.58.Mirror Sumber: Google image/mirror 2.1.8 Konten Lokal / Local Content 2.1.8.a Definisi Konten Lokal Konten lokal merupakan suatu benda / karya yang menampilkan hasil-hasil dari dalam negeri, misalnya material dalam negeri, bentuk-bentuk motif dalam negeri, dan lain sebagainya. 48 2.1.8.b Manfaat Konten Lokal Supaya orang dalam negeri lebih mengetahui apa yang dimiliki negaranya, dapat menjual dan memperkenalkan hasil-hasil tersebut ke seluruh Negara, mendapatkan suatu ciri khas dari dalam negeri supaya lebih mudah dikenal oleh masyarakat luar negeri, dan lain sebagainya. 2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Data Lapangan Data lapangan merupakan kumpulan data yang diperoleh dengan cara melakukan pengukuran langsung di lapangan / tidak menggunakan satelit. 2.2.1.a Hasil Observasi Lapangan a. Restoran Purnawarman Restoran Purnawarman merupakan restoran utama dari Hotel Hilton Bandung. Restoran ini buka dari jam 6.30 pagi – 10.00 malam (minggu – kamis) dan 6.30 pagi – 11.00 malam (jumat dan sabtu). Pada pagi hari, restoran ini menyediakan makanan jenis buffet untuk sarapan setiap pagi. Menu buffet di restoran ini setiap pagi berbeda-beda. Di sebelah sisi kanan pintu masuk diletakkan berbagai macam main course, sedangkan di bagian tengah terdapat appertizer dan dessert. Pada saat jam makan siang, di restoran ini menyediakan makanan jenis a la carte untuk tamu yang datang dari siang sampai sore hari. Sedangkan pada malam hari restoran ini kembali menyediakan makanan jenis buffet bagi para tamu yang datang. Restoran ini memiliki banyak sekali tempat duduk untuk para tamu dan menyediakan area indoor dan outdoor. Restoran ini menggunakan kaca sebagai pembatas ruangan yang berfungsi untuk mendapatkan cahaya alami dari luar pada pagi dan siang hari. Restoran ini menggunakan konsep open kitchen (untuk beberapa macam jenis makanan). Jenis tamu yang makan di restoran ini antara lain bersama keluarga, bersama pasangan, atau dari kalangan pebisnis. Restoran ini memberikan sarapan gratis / free breakfast untuk tamu yang menginap di Hotel Hilton Bandung, tetapi juga dapat dinikmati oleh tamu yang bukan menginap di Hotel dengan membayar Rp 49 130.000++ untuk dewasa, Rp 65.000++ untuk anak berumur dibawah 12 tahun, dan gratis untuk anak berumur dibawah 4 tahun. Pada restoran ini menggunakan jenis lantai marmer untuk indoor dan menggunakan keramik untuk outdoor. Material furnitur lebih banyak menggunakan bahan kayu. Penghawaan di restoran ini menggunakan ac central, sedangkan pencahayaan pada pagi dan siang hari menggunakan cahaya alami yang masuk melalui dinding kaca dan jika pada malam hari menggunakan cahaya buatan, antara lain downlight, lampu TL yang digunakan sebagai hidden lamp, hanging lamp, serta wall lamp yang digunakan sebagai aksesoris dan memperindah ruangan. Gambar 2.59.Restoran Purnawarman Sumber: Toung 2013 Gambar 2.60.Restoran Purnawarman Sumber: Toung 2013 Gambar 2.61.Restoran Purnawarman Sumber: Toung 2013 Gambar 2.62.Restoran Purnawarman Sumber: Toung 2013 b. The Harmony Restaurant Restoran The Harmony yaitu terletak di Hotel Santika Premier Jakarta yang merupakan restoran utama dari hotel tersebut. Kapasitas restoran ini dapat menampung sebanyak 250 orang. Restoran ini juga menyediakan makanan jenis buffet untuk tamu pada pagi hari, sedangkan pada siang hari diganti dengan jenis a la carte, dan pada malam hari juga menggunakan jenis a la carte. Restoran ini beroperasi dari jam 6 pagi – 11 malam. 50 Dengan kapasitas mencapai 250 orang, para tamu dapat memilih untuk menikmati makanan di dalam ruangan atau di luar ruangan. Restoran ini juga menggunakan konsep open kitchen yang dapat di saksikan langsung proses memasak oleh para tamu. Jenis tamu di restoran ini juga banyak yang menikmati bersama keluarga, bersama pasangan, atau pebisnis. Harga yang ditentukan oleh pihak hotel yaitu Rp 85.000++ untuk sarapan, sedangkan Rp 135.000++ untuk makan siang dan malam, serta Rp 160.000++ untuk makan malam pada acara Jazz in Harmony yang dapat disaksikan 1 kali dalam 1 bulan. Di restoran ini juga menggunakan lantai marmer untuk indoor dan lantai keramik untuk outdoor. Pencahayaan disini juga menggunakan pencahayaan alami pada pagi dan siang hari yang masuk melalui dinding kaca, sedangkan pada malam hari dapat diterangkan menggunakan pencahayaan buatan antara lain, lampu downlight, lampu TL sebagai hidden lamp, serta hanging lamp berfungsi sebagai pembatas / penghias rangka-rangka kolom. Gambar 2.63.The Harmony Restaurant Sumber: Toung 2013 Gambar 2.65.The Harmony Restaurant Sumber: Toung 2013 Gambar 2.64.The Harmony Restaurant Sumber: Toung 2013 Gambar 2.66.The Harmony Restaurant Sumber: Toung 2013 51 c. New Shangrila Restaurant Restoran ini terletak di Hotel Crown Vista Batam di lantai paling atas. Restoran ini banyak digunakan untuk acara pernikahan, ulang tahun, mengadakan konferensi, dan lain sebagainya. Restoran ini menggunakan konsep Chinese Restaurant yang makanannya serba makanan chinese dan interior bergaya oriental. Restoran ini menutup seluruh lantai menggunakan karpet dan menggunakan wallpaper untuk menutup permukaan dinding. Pencahayaan pada pagi dan siang hari merupakan pencahayaan alami yang didapatkan dari jendela, sedangkan pada malam hari menggunakan lampu buatan, antara lain downlight dan hanging lamp. Penghawaan di restoran ini menggunakan ac central. Gambar 2.67.New Shangrila Restaurant Sumber: Toung 2013 Gambar 2.68.New Shangrila Restaurant Sumber: Toung 2013 Gambar 2.69.New Shangrila Restaurant Sumber: Toung 2013 Gambar 2.70.New Shangrila Restaurant Sumber: Toung 2013 52 2.2.1.b Hasil Survey Pengguna Lokasi Jenis makanan Restoran The Harmony New Shangrila Purnawarman Restaurant Restaurant Jl. HOS Jl. AIPDA K.S Kompleks Top Tjokroaminoto no. Tubun no. 7, Slipi, View Garden, 41-43, Bandung Jakarta Batam Western Food Western Food Italian Food Italian Food Indonesian Food Indonesian Food Chinese Food Chinese Food Chinese Food 06.30 – 22.00 Jam Operasional (weekdays) 06.00 – 23.00 07.00 – 23.00 200 – 300 250 - 350 700 – 800 Menengah ke atas Menengah ke atas Menengah ke atas Area merokok, Area merokok, Outdoor Outdoor 06.30 – 23.00 (weekends) Kapasitas Kursi Kelas Pelanggan Fasilitas Jenis Furnitur Kursi, sofa, meja dan Aksesoris makan, meja kasir Area merokok Kursi, sofa, meja Kursi, meja makan, meja kasir, makan, meja kasir, mini bar mini bar Tabel 2.2.Data Survey 53 2.2.2 Furnitur dan Aksesoris Interior 2.2.2.a Furnitur Mapping Modern Eastern Western Traditional