8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jasa 2.1.1 Pengertian Jasa Perkembangan pemasaran berawal dari tukar-menukar barang secara sederhana tanpa menggunakan alat tukar berupa uang ataupun logam mulia. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka semakin dibutuhkannya suatu alat tukar yang berlaku umum dan untuk itulah diciptakan suatu alat tukar yaitu uang. Disamping itu, manusia juga memerlukan jasa yang mengurus hal-hal tertentu, sehingga jasa menjadi bagian utama dalam pemasaran. Adapun definisi jasa menurut Philip Kotler dalam bukunya “Management Marketing” (2000:428) adalah sebagai berikut : A sevice is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. It`s production may or may not be tied to physical product. Dari definisi di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa jasa sebenarnya tidak berwujud, tetapi untuk menghasilkannya diperlukan adanya barang berwujud. Jasa / pelayan merupakan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Dalam strategi pemasaran, definis jasa harus diamati dengan baik, karena pengertiannya sangat berbeda dengan produk berupa barang. Kondisi cepat lambatnya pertumbuhan jasa 9 akan sangat bergantung pada penilaian pelanggan terhadap kinerja (penampilan) yang ditawarkan oleh pihak produsen. 2.1.2 Bauran Pemasaran Jasa Zeithhaml, and Bitner dalam buku “Service Marketing” (1996;23-27) mengatakan bahwa tradisional marketing mix hanya terdiri dari 4 elemen, tetapi khusus untuk bidang jasa terdapat 7 elemen, yaitu: a. Product Merupakan kombinasi dari barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasarannya. Tujuannya adalah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar. b. Place Merupakan perencanaan dan pelaksanaan program penyaluran produk melalui saluran distribusi yang tepat, waktu yang tepat, dan oleh yang diinginkan konsumen. c. Promotion Promosi merupakan salah satu usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan produk yang ditawarkannya. Kegiatan promosi ditujukan untuk memberikan informasi, membujuk, serta memperingatkan pelanggan akan produk dengan tujuan untuk menciptakan penjualan yang diinginkan. d. Price 10 Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Harga barang itu sendiri adalah sejumlah uang yang dibayar oleh pelanggan sebagai imbalan atas apa yang telah dinikmatinya. e. People Merupakan konsumen yang memberikan persepsi kepada konsumen lain tentang kualtas jasa yang pernah dibelinya dari perusahaan. Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap proses pembelian jasa yang bersangkutan. Dalam hal ini dibagi menjadi 2 aspek, yaitu: 1) Service personel, yaitu orang-orang yang memberikan produk dan operasional dalam organisasi jasa. Service personel memiliki peranan penting bagi seluruh organisasi dimana pelanggan akan memberikan suatu kesan terhadap suatu organisasi berdasarkan perilaku dan sikap mereka 2) Customer Persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa tersebut dibentuk dan dipengaruhi oleh pelanggan lainnya. Dalam pemasaran jasa mereka memiliki peran dalam mengendalikan kualitas interaksi pelanggan dan hubungan yang terjadi diantara mereka. f. Physical evidence Merupakan suatu hal yang secara nyata turut memiliki kepuasan untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Dapat membantu menciptakan suasana yang mendukung terjadinya pembelian jasa juga menimbulkan image dari 11 pelanggan tentang jasa yang ditawarkan serta image perusahaan itu sendiri. Phsycal evidence terdiri dari dua dimensi, yaitu: 1) Peripheral evidence, adalah bentuk phsycal evidence yang sesungguhnya dimiliki konsumen, karena merupakan bagian dari pembelian jasa tersebut 2) Essential evidence, tidak dimiliki oleh kunsumennya, penampilan secara keseluruhan, meliputi tata letak, tata cahaya, peralatan yang digunakan adalah salah satu contohnya g. Process Proses adalah bagaimana nilai jasa tersebut disampaikan kepada konsumennya. Konsumen dapat menilai jasa yang diberikan dalam proses ini. Bila proses penyampaian jasa dilaksanakan secara cepat, rapi, dan tidak terdapat kesalahan, pelanggan akan merasa puas dan mempunyai penilaian yang baik terhadap perusahaan. 2.1.3 Karateristik Jasa Jasa mempunyai karakteristik utama,menurut Philip Kotler dalam buku “Marketing Management” (2000:425), karateristik jasa dapat diuraikan sebagai berikut : a. Intangible (tidak berwujud) Jasa berbeda dengan produksi fisik, dimana jasa tidak berwujud, tidak dapat dilihat, dikecup, dirasakan. Untuk mengurangi ketidakpastian, konsumen jasa 12 akan mengambil kesimpulan mengenai mutu jasa tersebut melalui tampilan fisik seperti tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol-simbol, dan harga. b. Inseparabillty (tidak dapat dipisahkan) Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa itu tersebut. Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan, didistribusikan lewat berbagai penjual, dan kemudian baru dikonsumsi. c. Variability (bervariasi) Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan. Kualitas jasa yang dihasilkan berfluktuasi sehingga memberikan ketidaksamaan dalam kepuasan. Jadi hasil yang didapat dari waktu ke waktu dan hanya dapat dibedakan lebih baik atau lebih buruk d. Perishability (tidak tahan lama) Daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.Keadaan tidak tahan lamanya jasa menyebabkan jasa yang tersedia pada saat ini tidak dapat digunakan atau dijual pada masa yang akan datang. 2.1.4 Klasifikasi Jasa 13 Ada banyak dasar yang digunakan untuk mengklasifikasi jasa, menurut Lovelock, evans, dan Berman seperti yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dalam buku Manajemen Jasa (2000;8), terdapat 7 cara untuk mengklasifikasikan jasa, yaitu: a. Segmen Pasar Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa konsumen akhir dan jasa kepada konsumen organisasi. Sebenarnya ada kesamaan diantara kedua segmen pasar tersebut dalam pembelian jasa, baik konsumen akhir maupun konsumen organisasional yaitu sama-sama melalui proses pengambilan keputusan. Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi pembeliannya berbeda. Perbedaan utama antara kedua segmen tersebut adalah alasan dalam memilih jasa, kuantitas jasa yang dibutuhkan, dan kompleksitas pengerjaan jasa tersebut. b. Tingkat Keberwujudan Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan fisik dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) Rented good service Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan produkproduk tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Konsumen hanya dapat menggunakan produk tersebut, karena kepemilikannya tetap berada pada pihak perusahaan yang menyewakan. Contohnya : penyewaan mobil, vcd, villa, apartemen. 14 2) Owned goods service Pada owned goods service, produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan atau dipelihara oleh perusahaan jasa. Contihnya : jasa reparasi (arloji, mobil, sepeda motor). 3) Non goods service Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk) ditawarkan kepada pelanggan. Contohnya :Sopir, Baby-siter, dosen,guru. c. Keterampilan Penyedia Jasa Berdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa, jasa terdiri atas : 1) Professional service, misalnnya konsultan, dokter,arsitek,notaris. 2) Non professional service, misalnya sopir taksi, satpam d. Tujuan Organisasi Jasa Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dibagi menjadi: 1) Comercial service , diklasifikasikan menjadi : Jasa Komersial (Comercial service) dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa jenis (Stanton, Etzel, dan Walker, 1991, 151) yaitu: a) Perumahan, penginapan, mencakup penyewaan b) Personal care, mencakup laundry, penitipan anak c) Pendidikan swasta d) Asuransi, Perbankan, dan jasa finansial lainnya 15 e) Transportasi, meliputi jasa angkutan (udara, darat, laut) f) Komunikasi, terdiri atas perusaaan telekomunikasi. 2) Non profit service, misalnya yayasan, rumah sakit, panti asuhan, `sekolah. e. Regulasi Dari aspek ini, jasa dapat dibagi menjadi : 1) Regulated service, yaitu angkutan umum 2) Non regulated service, yaitu pengecat rumah, makelar, katering f. Tingkat intensitas karyawan Berdasarkan tiangkat intensitas karyawan , jasa dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: 1) Equipment based service, misalnya jasa cuci mobil otomatis, jasa sumbangan telepon jarak jauh, ATM. Untuk perusahaan yang bersifat Equipment based Service mengandalkan penggunaan mesin dan peralatan canggih yang dapat dikendalikan dan dipanyau secara otomatis atau semi otomatis. 2) People Based Service, misalnya pelatih sepak bola, satpam, jasa akuntansi, konsultan manajemen. People based service ini masih dapat dikelompokkan menjadi kategori tidak terampil, terampil, dan pekerja profesional g. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan 16 Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dibagi menjadi high contact service (universitas, bank, dokter) dan low-contact service (bioskop). Pada jasa yang tingkat kontak dengan pelanggan tinggi, keterampilan interpersonal karyawan harus diperhatikan oleh perusahaan jasa, karena kemampuan membina hubungan sangat dibutuhkan dalam berurusan dengan orang banyak, seperti keramahan, Sedangkan menurut Philip Kotler “Management Marketing: (2000 – 465), ciri-ciri produk jasa, adalah sebagai berikut: 1) Barang berwujud murni Disini hanya terdiri dari barang yang berwujud seperti sabun, pasta gigi, tiada jasa yang menyertai produk tersebut. 2) Barang berwujud yang disertai jasa Disini terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan satu atau kebih jasa untuk mempertinggi daya tarik pelanggan. Contohnya : Produsen mobil tidak hanya menjual mobil saja, melainkan juga kualitas dan pelayanan kepada pelanggannya (reparasi, pelayanan pasca jual) 3) Campuran Disini terdiri dari barang dan jasa dengan porsi yang sama Contohnya : Restoran yang harus didukung oleh makanan dan pelayanannya. 4) Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan Di sini terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan dan atau barang pelengkap. 17 Contohnya : Penumpang pesawat terbang membeli jasa transportasi. Mereka sampai di tempat tujuan tanpa sesuatu hal yang berwujud yang memperlihatkan pengeluaran mereka. Namun perjalanan tersebut meliputi barang barang berwujud, seperti makanan dan minuman, potongan tiket dan majalah penerbangan. Jasa tersebut membutuhkan barang padat modal (pesawat udara) agar terealisasi, tapi komponen utamanya adalah jasa. 5) Jasa murni Di sini hanya terdiri dari jasa, Contohnya adalah jasa menjaga bayi, psikoterapi,dsb. Akibat dari adanya macam-macam jasa ini, maka sulit untuk menyamaratakan jasa, kecuali dengan perbedaan lebih lanjut, yaitu : a. Berdasarkan basis peralatan / basis orang Contohnya : pencuci mobil otomatis, mesin bejalan, jasa akutansi b. Kehadiran klien contohnya : para pembedahan otak pasien harus hadir, potong rambut c. Kebutuhan bisnis contohnya : Dokter akan mendapatkan harga yang berbeda untuk pasien perorangan dan kelompok karyawan perusahaan. d. Penyedia jasa berbeda dalam sasarannya ( laba atau nirlaba ) dan kepemilikan (swasta atau publik) 18 2.1.5 Sifat – sifat pemasaran Jasa Menurut Buchari Alma, dalam bukunya “Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa” (1998; 239-242) sifat-sifat dari pemasaran jasa adalah : a. Menyesuaikan dengan selera konsumen Gejala buyer’s market dimana pembeli berkuasa memperlihatkan pasar jasa pada saat ini, misalnya angkutan bis, taksi, sekarang ini harus memperlihatkan servis dan memperhatikan selera konsumen. Jika hal tersebut tidak diperhatikan maka orang tidak tertarik lagi menggunakan jasa transportasinya. b. Mutu Jasa dipengaruhi oleh benda berwujud (Perlengkapannya) Jasa sifatnya tidak berwujud, oleh sebab itu konsumen akan memperhatikan benda berwujud yang memberi layanan, sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan. Tugas utama pengusaha jasa adalah mengelola benda berwujud tersebut agar memberikan jasa yang memuaskan, sehingga konsumen diberi bukti yang meyakinkan bahwa jasa yang ditawarkan adalah jasa nomor satu. c. Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan penduduk. Erns Engel mengemukakan bahwa makin tinggi perhatian seseorang maka makin banyak persentase yang dibelanjakannya untuk keperentingan rekreasi dalam arti meningkatkan permintaan jasa. d. Saluran distribusi dalam pemasaran jasa tidak begitu penting. 2.1.6 Kualitas Jasa 19 Kualitas adalah suatu kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Menurut Fandy Tjiptono, di dalam buku “Total Quality Management” (1998;4), kualitas didefinisikan sebagai berikut : “Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”Keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperhatikan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuaui dengan harapan serta keinginan pelanggan.” Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk menimbangi harapan pelanggan. Kualitas memiliki beberapa dimensi pandangan. Di dalam buku manajemen jasa karangan Fandy Ciptono yang disadur dari Mind Govin (lovelock 94; Piss 93) kualitas dipandang sebagai: a. Transcedental Approach, yaitu kualitas dipandang sebagai Innact Excellence. Maksudnya adalah kualitas dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalisasikan. b. Product-based Approach, pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur 20 c. User based approach, pendekatan ini berdasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuskan prefernsi seseorang merupakan produk yang berkualitas. d. Manufacturing-based approach, pendekatan ini bersifat supply based dan terutama memeprhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemaufakturan serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian atau sama dengan persyaratan. e. Value based approach, pendekatan ini memandang kualitas dari sisi nilai dan harga. 2.1.7 Prinsip-prinsip kualitas jasa Untuk menciptakan suatu perusahaan yang kondusif, terdapat prinsip-prinsip yang harus dijadikan acuan dalam pemberian kualitas jasa, prinsip tersebut menurut Wolkins dalam Scheuing & Cristopher, 1993, yang dikutip Fandy Tjiptono (1996; 71); a. Kepemimpinan, strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin perusahaan untuk meningkatkan kinerja kualitasnya, tanpa adanya kepemimpina dari manajemen puncak maka usaha untuk meningkatkan kualitas hanya berdampak kecil bagi perusahaan. b. Pendidikan, agar jasa yang dihasilkan berkualitas maka diperlukan pendidikan yang memadai dari setiap personel organisasi dalam proses dan penyampaian jasa 21 c. Perencanaan, meliputi pengukuran dan tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan persoalan untuk mencapai visi dan misi organisasi. d. Review, proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektif bagi manajemen untuk mengubah perilaku organisasional. Proses ini merupakan suatu mekanisme yang menjamin adanya perhatian yang konsisten dan terus menerus untuk memberikan jasa yang berkualitas. e. Komunikasi, implementasi strategi dalam organisasi dipengaruhi oleh komunikasi tyerhadap karyawan, pelanggan, dan stakeholders perusahaan. f. Total Human Reward, penghargaan dan pengakuan merupakan aset yang penting dalam implementasi strategi kualitas. Setiap karyawan yang berprtestasi baik perlu diberi penghargaan agar memiliki motivasi untuk selalu terus menerus memberikan jasa yang berkualitas. 2.1.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas jasa Faktor-faktor yang memperngaruhi kualitas jasa terdiri dari; a. Persepsi pelanggan atas layanan yang nyata mereka terima (Perceived service). Kualitas harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. 22 b. Layanan yang sesungguhnya diharapkan/diinginkan (expected service). Dalam konteks kualitas (barang&jasa) dan kepuasan, telah tercapai konsensu bahwa harapan pelanggan memiliki peranan yang besar sebaga faktor perbandingan evaluasi kualitas. Harapan pelanggan terhadap kualitas jasa terbentuk oleh beberapa faktor (Fandy Tjiptono, 1996;61), yaitu; a. Enduring service intensifier, faktor ini merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap jasa. Faktor ini meliputi harapan yang disebabkan oleh orang lain dan filosofi seseorang mengenai jasa. Seorang pelanggan akan mengharapkan bahwa ia seharusnya juga dilayani dengan baik oleh penyedia jasa b. Personal need, yaitu kebutuhan mendasar dari seorang pelanggan yang meliputi kebituhan fisik, sosial, dan psikologis c. Transitory service intensifier, faktor ini meliputi situasi darurat pada saat pelanggan sangat membutuhkan jasa dan ingin penyedia jasa dapat membantunya, serta jasa terakhir yang dikonsumsinya. d. Perceived sevice alternatives, merupakan persepsi pelanggan terhadap tingkat/derajat pelayanan perusahaan lain yang sejenis. e. Self perceived service rule, faktor ini adalah persepsi terhadap tingkat/derajat keterlibatannya dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya. 23 f. Situational factors, faktor ini terdiri atas segala kemungkinan yang bisa mempengaruhi kinerja jasa yang berada diluar kendali penyedia jasa. g. Explicit service promise, merupakan pernyataan oleh organisasi tentang jasanya. Contohnya adalah iklan, personal selling. h. Implicit service promise, faktor ini berkaitan dengan jasa yang memberikan kesimpulan bagi pelanggan tentang jasa yang bagaimana seharusnya dan yang akan diberikan, meliputi biaya untuk memperoleh jasa (harga),alat-alat kelengakan, sehingga pelanggan dapat menilai apakah jasa tersebut ekslusif, biasa, buruk. i. Word of mourh, merupakan pernyataan yang disampaikan oleh orang lain seperti para pakar, selebritis, teman, keluarga, dsb. j. Past experience, merupakan pengalaman yang terjadi di masa lalu terhadap konsumsi suatu jasa. 2.1. 9 Dimensi Kualitas Jasa Kualitas jasa yang diberikan perusahaan tentunya harus menacu kepada standar mutu yang tinggi sehingga apabila konsumen masuk ke suatu toko untuk melakukan kegiatan pembelian akan merasakan kepuasan sesuai dengan pengharapannya. Lima dimensi kualitas jasa yang dapat dirincikan menurut Philip Kotler 2000 – 561 : a. Keandalan (reliability), adalah kemampuan untuk melakukan atau menyediakan jasa yang dijanjikan dengan cepat dan terpercaya. 24 b. Keresponsifan (responsiveness), adalah kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan. c. Keyakinan (convidence), adalah pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau “assurance” d. Empati (emphaty), adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. e. Berwujud (tangible), adalah penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media komunikasi. 2.2 Atmosphere 2.2.1 Pengertian atmosphere Atmosfer dapat diartikan menurut Levy & weitz (1995:397) “the store atmosphere communicates information about the store’s service, pricing and fashionability of its merchendise” (atmosfer memberikan informasi mengenai jasa yang diberikan, harga yang ditawarkan dan ragam barang yang ditawarkan kepada konsumen). Banyak konsumen menilai suatu restoran hanya berdasarkan penampilan luarnya untuk kemudian memutuskan akan masuk restoran tersebut atau tidak berdasarkan presepsi yang didapatnya. Berbagai ciri di dalam desain suatu restoran seperti Layout restoran, desain bangunan dan penempatan fasilitas-fasilitas pendukung yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku belanja perasaan pelanggan terhadap restoran tersebut dan terhadap keputusan berbelanja. 25 2.2.2 Konsep-Konsep Dasar Atmosfer Berbagai keputusan dalam penentuan konsep akan menciptakan suatu lingkungan yang menyenangkan karena menurut Marquardt Marker & Roe “ The overall sensory (sight, sound, smell, and touch) impression that astrose physical facilities and merchendise activities creates” yang berarti semua kesan yang timbul dari indera ditimbulkan oleh semua fasilitas dan barang dagangan. Menurut Levy & Weitz (1995:485) “Atmosphere refers to design an environmental via visual communication lighting, colour, music and scent to stimulate costumers perceptual and emotion response and ultimately to affect their purchase behavioral” Mendisain suatu lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, penciuman untuk merangsang persepsi emosi dari pelanggan dan pada akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka. Menurut Louhan & Della Britta (1993:543) “the importance of atmosphere defined as the conscious designing of buying environmental to produce specific emotional effect in buyers that enchase their purchase probability” Kegunaan dari atmosfer digambarkan seperti mendisain suatu lingkungan pembelian yang menimbulkan efek emosi secara spesifik untuk meningkatkan kemungkinan belanja pada pelanggan. Sedangkan menurut bapak pemasaran Philip Kotler (1995:45) menyatakan bahwa atmosfer sebagai diferensiasi image. 26 2.2.3 Sifat Fisik Atmosfer Dari perspektif pemasar, atmosphere suatu restoran dapat mempunyai sejumlah efek yang diharapkan pada konsumen {Philip Kotler, Atmosphere as a marketing tool, journal of retailing 49 ((winter 1973-1974) 48-65)} 1. Atmosphere dapat membantu membentuk arah maupun durasi perhatian konsumen sehingga meningkatkan kemungkinan pembelian untuk produk yang mungkin saja terabaikan. 2. Lingkungan dapat mengekspresikan berbagai aspek mengenai restoran kepada konsumen seperti khalayak yang dimaksudkan dan penempatan. Lingkungan terdiri dari bermacam elemen termasuk tata ruang, penempatan dan bentuk peraga, warna, penyinaran, kehadiran dan volume musik, aroma, temperatur, pelayanan, kualitas produk, dll. 1. Musik Beberapa dari temuan yang lebih menarik melibatkan pengaruh musik. Volume musik yang diputar oleh restoran bervariasi dari keras hingga lembut konsumen yang dihadapkan pada musik yang keras menghabiskan lebih sedikit waktu belanja, tetapi menghabiskan jumlah yang sama jika dihubungkan dengan mereka yang dihadapkan pada musik yang lembut. Efek tempo (lambat vs cepat) diperiksa di dalam latar restoran, musik dengan tempo lambat meningkatkan waktu belanja dan pengeluaran dibandingkan musik dengan tempo cepat. Efek serupa yang disebabkan tempo jutga diamati 27 di dalam latar restoran. Pengunjung menghabiskan hampir 25 % lebih banyak waktu dan hampir 50% lebih banyak pembelian bila temponya lambat di bandingkan bila temponya cepat. 2. Tata Ruang dan Lokasi Dalam Restoran Tata ruang restoran dapat digunakan untuk meningkatkan kemungkinan konsumen mengadakan kontak dengan suasana restoran. Sebuah restoran misalnya mungkin mendesain tata ruang yang mendorong agar orang nyaman dan santai dalam menikmati makanannya. Penjual sangat peka terhadap lokasi produk karena mereka mengenali peningkatan penjualan yang dapat dihasilkan dari posisi barang-barang yang ada di gallery restoran. 3. Warna Warna dalam restoran adalah sumber pengaruh yang potensial pada persepsi maupun perilaku konsumen. Warna yang hangat seperti cokelat tampak efektif pada orang menarik secara fisik, warna hijau memberi kesan sejuk. Interior restoran menggunakan warna sejuk agar lebih positif, menarik, merilekkan. Perilaku warna menyebutkan bahwa cokelat mengubah kecepatan orang dalam bergerak menelusuri restoran. 4. Point of Purchase Point of purchase (POP) atau bahan ditempatkan penjualan dapat berfungsi sebagai stimulus yang sangat kuat. Peragaan dan tanda dapat meningkatkan kemungkinan menarik perhatian konsumen dan dapat menstimulasikan pembelian. Ada kemungkinan bahwa pemasar akan lebih menekankan bahan 28 POP karena relatif tidak mahal dibandingkan dengan bentuk promosi lain. Selain itu, bahan POP yang informative dan mudah digunakan dapat membantu mengimbangi penurunan kuantitas dan kualitas wiraniaga. 5. Wiraniaga Potensi untuk mempengaruhi konsumen selama berbelanja dapat dipengaruhi secara kuat. 6. Kesesakan Aspek lain yang mempengaruhi perilaku pelanggan adalah tingkat kesesakan yang dirasakan, disebabkan oleh kepadatan orang yang masuk ke restoran tersebut. Tingkat kesesakan yang tinggi dapat menyebabkan berkurangnya waktu berbelanja, penundaan yang tidak perlu dalam pembeliandan kurangnya interaksi dengan personil penjualan. 2.2.4 Tujuan dan Pengaruh Atmosfer Atmosphere toko mempunyai tujuan menurut Levy dan Weitz (1995:45) tujuan dari atmosphere restoran ialah: 1. Suasana lingkungan restoran harus konsisten dgn citra restoran dan strategi cecara keseluruhan. 2. Membantu konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. 3. Ketika membuat suatu keputusan mengenai desain, manajer harus mengingat mengenai biaya yang diperlukan dengan desain tertentu yang sebaik-baiknya sesuai dengan dana yang dianggarkan. Sedangkan pengaruh atmosfer menurut Engel (1995:799) 29 1. Membantu mengarahkan perhatian konsumen. 2. Memperlihatkan sikap konsumen sasarannya dan positioning yang dilakukannya 3. Mampu menggerakkan reaksi emosi konsumen seperti perasaan senang atau suka dimana perasaan itu mampu mempengaruhi jumlah uang dan waktu yang dihabiskan konsumen selama belanja. 2.2.5 Elemen-Elemen Atmosfer 1. Exterior Exterior yaitu bagian luar restoran yang terdiri dari: a. Marquee atau tanda yang digunakan memajang nama restoran menurut Marquardt, Makers dan Roe, eksterior adalah “an exterior store front canopy which usually display the store name and logo” b. Uniqueness dapat dicapai melalui desain restoran yang beda dari tempat yang lain seperti marquee yang mencolok, bangunan yang unik, dll. c. Surounding atau lingkungan sekitar, citra restoran dipengaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat dimana restoran itu berada. d. Parking facilities yang memadai. 2. General Interior General interior dari suatu restoran harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Menurut Marquardt, Makers dan Roe (1983:226) “Visual Merchandising is the integration of display presentation with element of merchandising.” Melalui presentasi visual dikembangkan cara-cara untuk 30 menyajikan dan menjual produk yang dihasilkan produsen. General interior adalah: a. Color and lighting b. Scent and Sound c. Temperature d. Store Personel e. Technology f. Cleanliness g. Price level and display 3. Layout Layout menurut Marquardt, Makers dan Roe adalah “ the layout store refers to plan that designer their specific location and arrangement of equipment, fixture, merchandise, aisles, check out facilities” artinya layout mengarah pada rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari peralatan. Lay out toko akan mengundang masuk atau menyebabkan pelanggan menjauhi restoran. Tujuan dari layout adalah: a. Harus mampu mendorong konsumen untuk betah dalam restoran sehingga konsumen tertarik untuk makan. b. Menciptakan keseimbangan antara memberikan ruang lingkup pembelian yang lengkap bagi konsumen dan produktivitas, penggunaan ruang yang bernilai tinggi. 31 4. Interior display Setiap jenis Point of Purchase Display menyediakan informasi kepada pelanggan, untuk mempengaruhi suasana lingkungan restoran. Tujuan utama interior display ialah untuk meningkatkan penjulan dan laba restoran tersebut. Beberapa interior display yang digunakan a. Theme setting display yaitu penawaran pada hari-hari khusus. b. Poster, sign and car