BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti, yaitu mengenai kualitas makanan, hal-hal yang mempengaruhi kualitas makanan, teori tentang loyalitas pelanggan, jenis-jenis loyalitas dan tahapantahapan dalam loyalitas pelanggan. Hal-hal yang dibahas pada bab ini digunakan sebagai acuan dalam merencanakan prosedur dan melaksanakan penelitian di Kopitiam Mall Taman Anggrek. 2.1 Teori Kualitas Makanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Tiap barang maupun jasa tentunya memiliki suatu ukuran penilaian yang dapat mempengaruhi hasil penggunaan jasa atau produk tersebut. Penilaian ukuran dapat disebut sebagai kualitas. Kualitas dijelaskan secara berbeda-beda dimana tiap penjelasannya membantu peneliti untuk mengerti konsepnya lebih baik namun belum ada penjelasan secara universal yang menjelaskan secara khusus tentang kualitas. Kualitas diartikan sebagai nilai oleh Abbot; penghindaran kerugian oleh Ross; dan mencapai atau melampau ekspektasi pelanggan oleh Grönroos (dalam Lazarova, 2010:3). Dalam bukunya yang berjudul Marketing Management, Kotler dan Keller (2009:169) menjelaskan bahwa quality is the totality of features and characteristics of a product or service meet or exceeds ability to satisfy stated or implied needs. Artinya kualitas adalah totalitas dari fitur-fitur dan karakteristik suatu 12 13 produk atau pelayanan yang memiliki kemampuan untuk mencapai atau melewati kepuasan yang diinginkan atau kebutuhan yang tersirat. Kualitas selalu didefinisikan dan di mengerti dari cara pandang pelanggan dan hal ini menjelaskan bahwa yang dapat menilai suatu kualitas baik barang maupun jasa adalah pelanggan dan bukan dari pihak internal. Dari semua penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas merupakan total kemampuan dari karakteristik dan fitur-fitur yang dimiliki produk dan jasa untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhan pelanggan. 2.1.2 Kualitas Makanan Kualitas, tidak hanya pada jasa namun juga merupakan aspek penting dalam produk makanan. Pelanggan yang datang untuk menikmati makanan tentunya akan mengharapkan makanan yang berkualitas dimanapun mereka makan. Menurut Pemerintah Negara Manitoba, Perancis, kualitas makanan mengacu pada karakteristik makanan yang membuatnya diterima oleh pelanggan. Ini termasuk faktor eksternal seperti penampilan, tekstur, rasa dan prosedur pengolahan makanan/resep. Sedangkan menurut Peri (2006:3) kualitas makanan merupakan kondisi penting untuk memenuhi kepuasan dan ekspektasi pelanggan yang datang. Dalam hasil penelitiannya, Soriano (2002) menyimpulkan bahwa kualitas makanan merupakan faktor penting dalam sebuah usaha yang bergerak di industri jasa penyedia makanan seperti restoran. Tidak hanya penting tapi juga kualitas makanan menempati urutan pertama yang dipilih bagi pelanggan untuk kembali restoran yang baru diikuti oleh kualitas pelayanan, harga dan tempat. Bahkan kualitas makanan mempengaruhi nilai yang dirasakan pelanggan suatu restoran (Han dan Jang, 2009). 14 Dengan pentingnya kualitas makanan bagi suatu restoran tentunya restoran harus dapat memantau kualitas makanan yang mereka sajikan agar dapat terus memenuhi ekspektasi pelanggan. Andaleeb dan Conway dalam Andriani (2011: 5) mengungkapkan bahwa restoran yang ingin melakukan layanan memuaskan bagi pelanggannya hanya perlu memperhatikan kualitas layanan, harga dan kualitas makanan. Untuk memahami dan mempertahankan kualitas makanan yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan menurut Marsum (2005:159) yaitu: a. Flavor (Rasa) Tentunya dalam menyediakan suatu hidangan rasa makanan harus enak dengan baunya yang sedap. Meskipun rasa bersifat relatif namun makanan dengan rasa yang enak dapat menjadi unsur penting dalam kualitas makanan. b. Consistency (Kemantapan/Ketetapan) Hidangan yang disajikan harus sesuai dengan standar yang ada untuk menjaga rasa, aroma dan kualitas tetap baik menurut prosedur pengolahan atau resepnya. c. Texture/Form/Shape (Susunan/Bentuk/Potongan) Texture/sususan disini menjelaskan tentang upaya menyusun suatu hidangan yang lengkap yang harus memperhatikan adanya hidangan: 1. Yang dikunyah baru di telan seperti hidangan pembuka 2. Yang langsung ditelan tanpa dikunyah seperti sup 3. Yang dikunyah baru di telan seperti makanan utama 4. Yang dikunyah baru di telan lagi seperti makanan penutup Susunan diatas mengacu pada susunan hidangan untuk 1 orang. Sedangkan Form/Shape adalah irisan/potongan makanan yang disajikan. Baiknya 15 potongan/irisan makanan tidak monoton namun bervariasi untuk semua hidangan yang disediakan. d. Nutritional Content (Kandungan gizi) Dalam menyajikan hidangannya restoran harus memperhatikan kandungan gizinya. Seperti dalam satu hidangan terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, serat dan kandungan gizi penting lainnya yang sesuai untuk porsi dewasa. e. Visual appeal (Daya penarik lewat ketajaman mata) Hidangan yang disajikan harus diatur, disusun dengan rapi dan menarik sehingga menimbulkan selera makan bagi pelanggan yang datang. f. Aromatic appeal (Daya penarik lewat aroma) Hidangan yang disajikan harus sedap/harum aromanya sehingga lebih membangkitkan selera makan pelanggan. Menurut penyelidikan ternyata daya penarik lewat mata jauh lebih kuat dari pada daya penarik lewat aroma. g. Temperature (Suhu) Dalam menyajikan makanan harus diperhatikan suhunya. Bila makanannya panas maka harus disajikan dalam keadaan yang panas, bila memungkinkan dengan piring yang panas. Begitu juga untuk makanan yang dingin. Bila 7 hal diatas terpenuhi maka suatu makanan dapat dibilang berkualitas dan siap disajikan. Meski kelihatannya kualitas makanan yang disebutkan bukan merupakan hal yang sulit untuk dijaga nyatanya tidak semua restoran memiliki ketahanan untuk menjaga 7 hal ini. Banyak restoran yang lebih mementingkan bagaimana hidangan 16 dapat cepat dijual sehingga mereka tidak memperdulikan bagaimana konsistensi ataupun temperatur makanan yang telah ditetapkan. 2.2. Loyalitas Pelanggan 2.2.1 Pengertian Loyalitas Pelanggan Pelanggan merupakan kunci utama dari berhasilnya suatu restoran karena tanpa adanya pelanggan maka tidak akan ada keuntungan yang masuk ke dalam restoran. Pelanggan diartikan sebagai seseorang yang terbiasa untuk membeli dari satu tempat (Griffin, 2005:31) yang bila seorang pelanggan merasa puas terhadap produk tersebut maka dapat memunculkan rasa loyalitas. Kata loyalitas merupakan salah satu kata yang paling sering di temui di dunia bisnis, tidak terkecuali dalam bisnis industri penyedia jasa makanan seperti restoran. Loyalitas telah diartikan berulang kali oleh banyak peneliti, Griffin (2005:5) mendefinisikan Loyalitas sebagai suatu kondisi dari durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian terjadi tidak kurang dari dua kali, Shet & Mittal dalam Tjiptono (2008:392) menuliskan bahwa Loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian utama yang konsisten dan Oliver dalam McMullan dan Gilmore (2008:2) mengartikan loyalitas sebagai “. . . a deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service consistently in the future, causing repetitive same brand or same brand-set purchasing, despite situational influences and marketing efforts”. Artinya yaitu komitmen untuk kembali membeli atau memilih produk yang sama secara konsisten dimasa depan yang menyebabkan pembelian berulang pada merek yang sama tanpa memperdulikan pengaruh kondisi dan saingan. 17 Dari definisi-definisi ini dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan secara garis besar adalah tentang pembelian berulang dan komitmen seingga dapat ditarik kesimpulan bahwa loyalitas pelanggan adalah suatu komitmen seseorang dalam melakukan pembelian produk yang berulang ditempat/merek yang sama tanpa memperdulikan kondisi dan usaha marketing tempat lain. 2.2.2 Keuntungan Loyalitas Pelanggan Beberapa perusahaan biasanya memilih untuk mempertahankan loyalitas pelanggan dan menjaganya tetap kuat dibandingkan berusaha mencari pelanggan baru. Hal ini disebabkan karena untuk memperoleh suatu pelanggan baru membuat perusahaan mengeluarkan biaya 5 kali lebih besar dibanding biaya untuk menjaga loyalitas pelanggan yang telah ada (Kotler dan Keller, 2009:178). Dan juga karena imbalan dari loyalitas yang bersifat jangka panjang dan kumulatif dimana semakin lama loyalitas pelanggan, semakin besar laba yang diperoleh dari satu pelanggan ini. Menurut Griffin (2005: 11-12) Loyalitas pelanggan yang meningkat dapat menghemat biaya perusahaan dalam 6 bidang: 1. Biaya pemasaran menjadi berkurang karena biaya untuk menarik pelanggan baru lebih mahal. 2. Biaya transaksi menjadi lebih rendah seperti biaya pemrosesan order. 3. Biaya perputaran pelanggan berkurang. 4. Meningkatkan cross selling yang akan memperluas pangsa pasar. 5. Pemberitaan dari mulut ke mulut yang positif dengan asumsi para pelanggan juga meras puas. 6. Menurunkan biaya kegagalan. 18 Namun tidak hanya ini, dalam beberapa perusahaan, manfaat dari meningkatnya loyalitas juga membantu marjin laba suatu perusahaan karena mengurangi biaya perekrutan pelanggan baru. 2.2.3 Siklus Pembelian Sebelum pembeli menjadi pelanggan yang loyal tentunya mereka akan melakukan proses pembelian terlebih dahulu. Setiap kali pelanggan membeli, dia bergerak melalui siklus pembelian. Siklus pembelian di bagi menjadi 5 langkah yaitu: 1. Kesadaran Langkah ini merupakan langkah utama dalam membentuk loyalitas pelanggan. Dalam langkah ini perusahaan mulai membentuk “pangsa pikiran” bagi calon pelanggan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan lebih unggul dari pesaing. Kesadaran dapat ditimbulkan dari pemasaran produk melalui iklan atau kegiatan promosi lainnya. 2. Pembelian Awal Langkah ini merupakan langkah penting dalam memelihara loyalitas pelanggan. Pembelian pertama kali merupakan pembelian percobaan dimana perusahaan dapat menanamkan kesan positif atau negatif dari produk yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari cara transaksi atau lingkungan/tempat penjualan. 3. Evaluasi Pasca Pembelian Pelanggan secara sadar atau tidak sadar akan mengevaluasi transaksi. Bila mereka merasa puas atau ketidakpuasannya tidak terlalu tinggi sampai dapat 19 dijadikan dasar pertimbangan untuk beralih ke pesaing maka tahap langkah selanjutnya yaitu keputusan membeli kembali mungkin dapat dilakukan. 4. Keputusan Membeli Kembali Keputusan untuk membeli kembali merupakan hal yang penting bagi loyalitas pelanggan. Tanpa adanya pembelian berulang maka tidak akan ada loyalitas. Motivasi membeli kembali berasal dari tingginya sikap positif yang ditunjukkan terhadap produk yang di beli sebelumnya. Seringkali pelanggan memutuskan untuk membeli kembali sebagai langkah alamiah karena telah memiliki ikatan emosional yang kuat dengan produk tertentu. 5. Pembelian Kembali Untuk dapat dianggap loyal maka pelanggan harus terus membeli kembali dari perusahaan yang sama dan mengulang langkah 3 hingga lima secara berulang-ulang. Pelanggan yang loyal akan menolak pesaing dan membeli kembali dari perusahaan yang sama kapanpun produk itu dibutuhkan atau diinginkan. Urutan dari siklus pembelian berbentuk lingkaran yang terus berputar selama terjalinnya hubungan antara pelanggan dengan perusahaan. 20 Gambar 2.2.3 Siklus Pembelian Sumber: Jill Griffin, 2005 2.2.4 Jenis-Jenis Loyalitas Setelah mengetahui siklus pembelian pelanggan, pada langkah terakhir yaitu pembelian kembali biasanya rasa loyalitas sudah tumbuh pada diri pelanggan. Namun untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitasnya terhadap suatu produk yang digunakan. Menurut Griffin (2005:23) loyalitas pelanggan dapat dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Tanpa Loyalitas Pembeli yang telah membeli produk tidak memperdulikan dimana mereka membeli asal mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Mereka tidak memilihi ikatan emosional terhadap produk atau jasa yang mereka gunakan. 2. Loyalitas yang Lemah (Inertia Loyalty) Pelanggan yang membeli produk karena kebiasaan. Biasanya jenis pembelian ini dilakukan karena mereka selalu menggunakan produk tersebut dan mereka merasakan tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan. Loyalitas ini umumnya terjadi pada produk yang sering dibeli. 21 3. Loyalitas Tersembunyi (Latent Loyalty) Biasanya loyalitas ini terjadi karena faktor situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang dimana pelanggan tidak dapat melakukan pembelian karena adanya situasi tertentu yang menahan pembelian berulang tersebut. 4. Loyalitas Premium Merupakan tingkat preferensi paling tinggi dari loyalitas dimana pelanggan bangga karena menemukan dan menggunakan produk tertentu sehingga mereka dengan senang membagikan pengetahuan mereka kepada rekan dan keluarga. 2.2.5 Tahapan-Tahapan Loyalitas Pelanggan Loyalitas pelanggan tidak terbentuk hanya dalam satu atau dua hari. Dalam menumbuhkan rasa loyalitas para pelanggan akan melewati beberapa tahap yang tiap tahapnya memerlukan kebutuhan khusus. Pada tahap-tahap inilah perusahaan memiliki peluang besar untuk mengubah pembeli menjadi pelanggan yang loyal. 1. Suspect Adalah orang yang yang mungkin membeli produk atau jasa perusahaan. Disebut suspect karena yakin mereka akan membeli tetapi belum mengetahui tentang perusahaan dan produk yang ditawarkan perusahaan. 2. Prospect Adalah orang yang membutuhkan produk dan memiliki kemampuan membeli. Mereka mungkin telah mengetahui informasi tentang perusahaan dan prduk namun masih belum memutuskan untuk membeli. 22 3. First Time Customer Adalah orang yang membeli produk untuk pertama kalinya dan masih dapat berpaling dari produk perusahaan. 4. Repeat Customer Adalah orang-orang yang telah membeli dari perusahaan sebanyak dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah menggunakan dua jenis produk berbeda pada dua waktu yang berbeda. 5. Client Adalah orang yang telah membeli produk secara teratur. Mereka akan membeli apapun yang perusahaan jual yang dapat dia gunakan. Client biasanya sudah memiliki tingkat loyalitas yang tinggi sehingga mereka tidak akan terpengaruh oleh daya tarik pesaing. 6. Advocate Sama seperti client, mereka membeli secara teratur apa yang perusahaan jual yang dapat mereka gunakan tapi mereka juga mendorong orang lain untuk membeli dari perusahaan. Advocate membantu promosi dan membawa pelanggan baru kedalam perusahaan. 23 Gambar 2.2.5 Tahapan Tahapan Loyalitas 2.2.6 Karakteristik Pelanggan Berdasarkan penjelasan tentang tahapan-tahapan loyalitas, pelanggan yang digolongkan sesuai dengan tingkatannya dimana semakin tinggi tahapan loyalitasnnya maka semakin loyal-lah pelanggan terhadap perusahaan. Tidak hanya berdasarkan tingkatan dan tahapan, loyalitas juga dapat di definisikan berdasarkan perilaku pembeliannya. Menurut Griffin (2005:33) karakteristik pelanggan yang loyal adalah orang yang: 1. Melakukan pembelian secara teratur. 2. Membeli antar lini produk / jasa. 3. Mereferensikan kepada orang lain. 4. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan pesaing. 24 Melakukan pembelian secara teatur Membeli antar lini produk /jasa. Loyalitas Pelanggan Mereferensikan kepada orang lain. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan pesaing Gambar 2.2.6 Karakteristik Loyalitas Pelanggan Seorang pelanggan yang loyal yang memiliki karakteristik-karakteristik seperti yang disebutkan diatas akan membawa banyak keuntungan bagi perusahaan. Pelanggan yang loyal dapat di anggap sebagai asset penting perusahaan karena mereka membantu menaikkan pendapatan perusahaan dan juga sebagai media pemasaran yang positif dimana disaat pelanggan mereferensikan kepada orang lain mereka akan memberikan referensi yang positif terhadap produk yang dapat menaikkan image produk di mata pembeli yang lain. 25 2.3 Kerangka Pemikiran Rancangan kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah: Kualitas Makanan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Flavour Consistency Texture/Form/Shape Nutritional Content Visual appeal Aromatic appeal Temperature Loyalitas Pelanggan 1. Melakukan pembelian secara teratur. 2. Membeli antar lini produk /jasa. 3. Mereferensikan kepada orang lain. 4. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan pesaing. Jika kualitas makanan sesuai atau melebihi ekspektasi pelanggan maka loyalitas pelanggan akan tinggi Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian 26 2.4 Hipotesis Hipotesis, sebagai langkah selanjutnya dalam penelitian, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2010: 93). Hipotesis disebut sebagai jawaban sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Berikut adalah hipotesis yang diajukan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dituliskan sebelumnya: H0: Tidak terdapat pengaruh antara variabel kualitas makanan dengan loyalitas pelanggan di Kopitiam Mall Taman Anggrek. Ha: Terdapat pengaruh antara variabel kualitas makanan dengan loyalitas pelanggan di Kopitiam Mall Taman Anggrek.