1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan bahan penyusun ransum dari biji-bijian untuk unggas sering
terkendala oleh adanya senyawa antinutrisi yang menyebabkan kecernaan dan
ketersediaan nutrien menjadi rendah sehingga efisiensi ransum menjadi rendah
(Budiansyah et al., 2011). Menurut Sariyska et al. (2005) sekitar 50-80% fosfor
(P) dalam biji-bijian diikat oleh asam fitat, sehingga tidak dapat dicerna dalam
saluran pencernaan unggas. Unggas hanya dapat memanfaatkan P tersedia/nonfitat
(Piliang, 2002). Asam fitat tidak hanya mengikat P tetapi juga mengikat protein,
mineral (Mg, Fe, Zn, Mn, Ca) dan enzim protein yang sangat berguna bagi
pertumbuhan dan produksi (Applegate dan Angel, 2004). Asam fitat
mengakibatkan efek negatif pada penyerapan mineral dan protein (Maenz, 2005).
Protein yang terikat asam fitat dapat mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim
protease dan tripsin sehingga protein tercerna (Sajidan et al., 2004) dan total
bahan kering yang tercerna menurun (McCleary, 2005).
Asam fitat menjadi kendala karena unggas tidak memiliki enzim fitase
pada sistem pencernaannya, maka dari itu dibutuhkan suplementasi enzim fitase
(Nuhriawangsa, 2012). Menurut Sajidan (2009) fitase merupakan salah satu enzim
yang tergolong dalam kelompok fosfatase yang mampu menghidrolisis senyawa
fitat (myo-inositol (1,2,3,4,5,6)) hexakisfosfat. Fitase dapat membebaskan ikatan
fitat dengan mineral (Mg, Fe, Zn, Mn, Ca), protein dan glukosa sehingga dapat
tercerna serta terabsorpsi dalam pencernaan (Selle et al., 2010). Penggunaan fitase
dapat menggantikan hingga 0,1% dari P anorganik dalam ransum ayam broiler
(Mitchell dan Edwards, 1996a). Suplementasi fitase dapat mengurangi sekresi
endogen sehingga memperbaiki kecernaan protein (Angkanaporn et al.,1994).
Fitase dan vitamin D (1,25-(OH)2D3) memiliki hubungan yang sinergis
dan saling berkaitan karena vitamin D yang ditambahkan pada ransum yang
mengandung fitase dapat meningkatkan retensi P fitat (Edwards, 1993). Semakin
tinggi tingkat pemberian vitamin D semakin tinggi pula pemanfaatan P fitat
1
2
(Edwards, 1993). Vitamin D menstimulasi transportasi aktif kalsium dan fosfor di
epitel usus. Stimulasi ini tidak melibatkan hormon paratiroid secara langsung
tetapi melibatkan bentuk aktif dari vitamin D. Wasserman (1985) menunjukkan
bahwa vitamin D yang ditransfer ke inti sel usus dapat berinteraksi dengan materi
kromatin. Vitamin D membuat RNA dipecah oleh inti sel menjadi protein, hal itu
menyebabkan peningkatan penyerapan kalsium dan fosfor (Scott et al., 1982 ).
Vitamin D yang terdiridari 25-(OH)D, 24,25-(OH)2D3 dan 1,25-(OH)2D3 semua
diangkut pada protein yang sama, yang disebut transcalciferin atau vitamin Dbinding protein (DBP).
Suplementasi 0,5% vitamin D dalam ransum memperbaiki pemanfaatan P
fitat ayam broiler sebanyak 60-88% pada ransum berbasis jagung dan kedelai.
Retensi P fitat yang lebih tinggi diperoleh ketika ransum broiler dilengkapi
dengan fitase dan vitamin D (Edwards, 1993). Mitchell dan Edwards (1996b)
melaporkan bahwa suplementasi vitamin D dan fitase dapat meningkatkan
pemanfaatan fosfor dan mengurangi penggunaan fosfor anorganik pada ayam
broiler. Berdasarkan hal tersebut perlu dilaksanakan penelitian untuk mengetahui
pengaruh suplementasi vitamin D dalam ransum yang mengandung fitase terhadap
nutrien tercerna puyuh petelur.
3
B. Rumusan Masalah
Unggas tidak memiliki enzim fitase pada sistem pencernaannya sehingga
kandungan senyawa fitat tidak dapat dicerna. Asam fitat juga dapat menurunkan
nilai nutrien bahan pakan dari tanaman terutama biji-bijian. Senyawa fitat yang
tidak bisa dicerna tersebut dibuang berupa ekskreta dalam bentuk ikatan fitat dan
P yang dapat mencemari lingkungan. Suplementasi enzim fitase diperlukan untuk
menghidrolisis asam fitat sehingga P-fitat dapat dimanfaatkan dan tidak
mencemari lingkungan. Suplementasi enzim fitase merupakan salah satu cara
untuk mengatasi tingginya asam fitat dalam ransum puyuh. Fitase dapat
membebaskan ikatan fitat dengan mineral, protein dan glukosa sehingga dapat
tercerna serta mampu meningkatkan relaksasi usus dan absorpsi nutrien.
Vitamin D dapat meningkatkan retensi P fitat dalam tubuh, juga
dibutuhkan untuk meningkatkan kecernaan P dan meningkatkan pemanfaatan P
dalam tubuh. Fitase dan vitamin D memiliki hubungan yang sinergis dan saling
berkaitan karena vitamin D yang ditambahkan pada ransum yang mengandung
fitase dapat meningkatkan retensi P fitat. Penyerapan Ca dan P akan optimal
dengan penambahan vitamin D pada ransum yang mengandung fitase. Selain itu
penambahan fitase dan vitamin D dapat meningkatkan kecernaan protein.
Suplementasi vitamin D dalam ransum yang mengandung fitase
diharapkan meningkatkan nutrien tercerna seperti bahan kering, protein kasar
serta ketersedian Ca dan P tercerna. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
dilakukan kajian mengenai pengaruh suplementasi vitamin D dalam ransum yang
mengandung fitase terhadap nutrien tercerna puyuh petelur.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh suplementasi
vitamin D dalam ransum puyuh petelur yang mengandung fitase terhadap protein
kasar, Ca, P dan bahan kering tercerna.
Download