IDENTIFIKASI BAKTERI PENGHASIL FITASE DAN

advertisement
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
IDENTIFIKASI BAKTERI PENGHASIL FITASE DAN
KARAKTERISASI FITASE DARI KAWAH SIKIDANG DIENG
Evy Novita Sari1, Sajidan2, Sugiyarto3
1
2
3
Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS
Dosen Pembimbing I Program Studi Biosain Pascasarjana UNS
Dosen Pembimbing II Program Studi Biosain Pascasarjana UNS
( e-mail: [email protected] )
ABSTRAK - Asam fitat merupakan bentuk utama penyimpanan fosfat di dalam bahan
makanan yang tidak dapat dihidrolisis dalam saluran pencernaan hewan monogastrik, yang
berasosiasi dengan protein dan garam mineral membentuk senyawa kompleks yang tidak
larut sehingga menghambat penyerapan fosfat, protein dan mineral di dalam tubuh. Fitase
atau mio inositol heksakisfosfat fosfohidrolase adalah enzim yang dapat menghidrolisis
ikatan fosfoester pada asam fitat, menghasilkan inositol, fosfat anorganik, protein dan
mineral, sehingga fosfat, protein dan mineral mudah diserap oleh usus, dapat meningkatkan
kualitas nutrisi dan mengurangi polusi fosfat. Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1). Menguji
adanya bakteri dengan aktivitas fitase pada air dan lumpur kawah Sikidang Dieng. 2). Mengidentifikasi bakteri penghasil fitase tersebut berdasarkan morfologi dan gen 16S rRNA. 3).
Mengkarakterisasi ekstrak kasar fitase yang diperoleh dari hasil isolat terpilih.
Bakteri diisolasi dari sampel air dan lumpur kawah Sikidang Dieng, kemudian diseleksi
dalam media Luria bertani + fitat + bekatul. Aktivitas fitase diukur dengan spektrofotometer
dengan kalibrasi KH2PO4. Tiga isolat bakteri dengan aktivitas fitase terbesar identifikasi
berdasarkan morfologi dan gen 16S rRNA, sedangkan fitase yang dihasilkannya dikarakterisasi lebih lanjut meliputi suhu optimum, pH optimum, stabilitas suhu dan pH, dan
pengaruh ion logam terhadap aktivitas fitase.
Hasil penelitian diperoleh 3 isolat yang memiliki aktivitas fitase tertinggi yaitu Bacillus
cereus EN 10, Bacillus cereus EN 16, dan Bacillus sp EN 6 dengan aktivitas fitase sebesar
0,32893 U/ml, 0,324953 U/ml, dan 0,32182 U/ml. Fitase dari ketiga bakteri tersebut
memiliki suhu optimum 60ºC, 50ºC, dan 60º; dan memiliki pH optimum 4, 6, dan 6. Aktivitas
fitase mengalami peningkatan karena penambahan ion Ca2+ dan Mg2+, dan mengalami
penurunan karena penambahan ion Fe2+ dan Zn2+.
Kata kunci: asam fitat, fitase, karakterisasi fitase, 16S rRNA
PENDAHULUAN
menghambat
Asam fitat merupakan bentuk utama
dalam tubuh. Kekurangan mineral di
penyimpanan fosfat di dalam tanaman
dalam
biji-bijian, sereal dan leguminose, yang
gangguan
digunakan
menyebabkan berbagai jenis penyakit.
dalam
bahan
makanan
manusia maupun makanan ternak. Asam
fitat
tidak
dapat
dapat
metabolisme
mineral
di
menyebabkan
yang
dapat
Asam fitat yang tidak dapat di-
dalam
hidrolisis tersebut tidak dapat dicerna di
saluran pencernaan hewan monogastrik,
dalam saluran pencernaan sehingga akan
dan asam fitat tersebut akan berasosiasi
diekskresikan melalui kotoran. Kotoran
dengan garamnya membentuk senyawa
yang mengandung gugus fosfat tersebut
kompleks
dapat mencemari tanah dan perairan di
yang
dihidrolisis
tubuh
penyerapan
tidak
larut
sehingga
34
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
sekitarnya.
Untuk
menanggulangi
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
hidup pada suhu 45-80ºC (Vieille dan
masalah pencemaran tersebut, biasanya
Zeikus,
pada pakan ternak ditambah dengan
panas dapat diperoleh pada sumber air
senyawa fosfat anorganik atau enzim
panas atau kawah gunung berapi. Oleh
fitase.
karena itu, pada penelitian ini mengambil
Fitase
atau
Mikroorganisme
tahan
inositol
air kawah Sikidang Dieng untuk di-
adalah
identifikasi dan dikarakterisasi bakteri
enzim yang dapat menghidrolisis ikatan
yang dapat menghasilkan enzim fitase,
fosfoester pada asam fitat, menghasilkan
agar enzim tersebut dapat dimanfaatkan
fosfat anorganik dan ester fosfat. Fitase
lebih baik di bidang industri pangan dan
terdapat
pakan ternak.
heksakisfosfat
mio
2001).
fosfohidrolase
di
dalam
mikroorganisme.
tumbuhan
dan
Fitase
dari
mikroorganisme yang telah diteliti oleh
METODE PENELITIAN
para
Waktu dan Tempat Penelitian
ahli
antara
Aspergillus
niger
lain:
fitase
(Nagashima,
dari
Penelitian
1999),
laboratorium
dilaksanakan
Aspergillus ficuum (Irving et al., 1972)
mulai bulan Oktober 2011 sampai April
Bacillis subtilis (Kerouvo et al., 2000),
2012. Sampel lumpur dan air kawah
Eschercia coli (Greiner et al., 1993), dan
Sikidang
Klebsiella
kultur
pneumonia
(Sajidan
et
al.,
diambil
bakteri,
dilaksanakan
2004).
dari
dan
di
Dieng.
Isolasi,
karakterisasi
Laboratorium
Mikrobiologi FKIP Biologi, Laboratorium
Fitase banyak dimanfaatkan dalam
pakan
ternak.
Biologi FMIPA, dan UPT Laboratorium
bahan
pangan
Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret
dalam
Surakarta. Sedangkan sequencing DNA
pencernaan asam fitat, sedangkan fitase
dilaksanakan di Laboratorium 1st Base
pada
Singapura.
industri
pangan
Adanya
fitase
manusia
pada
akan
memudahkan
bahan
meningkatkan
dan
pakan
ternak
akan
kualitas
nutrisi
pakan
ternak dan mengurangi polusi fosfat.
Alat dan Bahan
Pemanfaatan
industri
Alat-alat yang digunakan terdiri dari:
tinggi
tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan
dalam pengolahannya, sehingga dibutuh-
petri, gelas beker, gelas benda, jarum ose,
kan
tahan
pipet mikro (20l, 200l, 1000l), tip
terhadap suhu tinggi. Fitase yang dapat
(20l, 200l, 1000l), ependorf (100l,
tahan
1,5ml),
tersebut
fitase
dalam
membutuhkan
enzim
fitase
terhadap
diperoleh
dari
yang
suhu
suhu
dapat
tinggi
dapat
mikroorganisme
bunsen,
sentrifuge,
yang
vortex,
autoklaf,
neraca,
sarung
tangan,
dapat hidup di daerah dengan suhu
masker, inkubator, lemari es, Laminar Air
tinggi
Flow
pula.
Mikroorganisme
tersebut
35
Cabinet,
Waterbath,
Digital
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Mikroskop, PCR, Spektofotometer UV-VIS,
yang terdiri dari 2,5% bekatul, 0,5% yeast,
Elektroforesis DNA horizontal, Gel Doc,
1% NaCl, 0,25% glukosa, dan 2% bacto
dan DNA sequencer.
agar. Bakteri diinkubasi pada suhu 37ºC
Bahan-bahan yang digunakan antara
selama
24
jam.
Bakteri
yang
dapat
lain: tripton 1%, NaCl 1%, yeast extract
tumbuh pada media tersebut berarti
0,5%, bacto agar 2%, glukosa 2,5%, Na-fitat
memiliki
0,4%, bekatul 2,5%, aquades, kristal violet,
Penggunaan bekatul sebagai bahan dalam
iodium, safranin, CaCl2, NH4NO3, KCl,
media seleksi mengacu pada penelitian
MgSO4.7H2O,
Rosmimik et al., (1998), bahwa Bacillus
FeSO4.7H2O,
KH2PO4,
MnSO4.H2O,
Ammonium
molibdat,
kemampuan
coagulans
EI.4.4
aktivitas
yang
fitase.
menghasilkan
Ammonium metavanadat, HNO3, Natrium
fitase mampu menghidrolisis fitat pada
asetat,
70%,
bekatul. Bakteri kemudian di subkultur-
isopropanol, agarosa, DNA kit (Promega),
kan lagi pada media LB padat tanpa
buffer
bekatul, lalu dipindahkan ke media LB
HCl,
TBE,
NaOH,
EDTA,
alkohol
lisozym,
etidium
bromida, loading dye, master mix PCR
cair.
(Gotaq green), ddH2O, marka DNA 1kb,
primer
forward
(5’GAGAGTTTGATCCTGGCTCAG3’),
primer
reverse
27f
c. Penentuan aktivitas Fitase
dan
Satu ml kultur hasil skrening pada LB cair
765r
kemudian disentrifus dengan kecepatan
(5’CTGTTTGCTCCCCACGCTTTC 3’).
4000 rpm selama 5 menit. Supernatan
yang
Prosedur Penelitian
a. Pengayaan
air
dan
dan
kemudian
ditentukan
aktivitas fitasenya. Penentuan aktivitas
Pemurnian
Fitase dilakukan dengan metode Sajidan
Mikroorganisme
Sampel
diperoleh
(2002), yaitu dengan 150l filtrat enzim +
lumpur
diencerkan
750l substrat (0,4% Na-fitat dalam 0,82%
sampai 10-8 lalu diinokulasikan pada
larutan
media Luria Bertani (LB) padat yang
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1 jam.
terdiri dari: 1% tripton, 0,5% yeast, 1%
Kemudian
NaCl, dan 2% bacto agar, yang diinkubasi
penambahan 2400l larutan stop yang
selama 24 jam pada suhu 37ºC. Koloni
terdiri dari larutan Amonium molibdat
tunggal yang tumbuh pada media LB
(2,352 g ammonium molibdat + 2 ml
selanjutnya
HNO3 + 100 ml aquades), HNO3, aquades,
dimurnikan
dengan
cara
melakukan subkultur beberapa kali.
Na-asetat
pada
reaksi
pH
dihentikan
5)
yang
dengan
dan 10% Amonium metavanadat dengan
perbandingan 1,5 : 1 : 2 : 1,5. Absorbansi
b. Seleksi bakteri penghasil Fitase
diukur
Koloni tunggal yang diperoleh kemudian
spektrofotometer UV-VIS pada panjang
diinokulasikan pada media seleksi padat
dengan
gelombang 415 nm.
36
menggunakan
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
d. Karakterisasi ekstrak kasar Fitase
Karakterisasi
ekstrak
kasar
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
e. Identifikasi isolat terpilih
fitase
Identifikasi
isolat
bakteri
meliputi penentuan suhu optimum fitase,
meliputi
pH optimum fitase, stabilitas suhu dan
identifikasi molekuler dengan penanda
pH
gen 16S rRNA. Ekstraksi DNA bakteri
fitase,
dan
pengaruh
ion
logam
pewarnaan
terpilih
menggunakan
optimum fitase dilakukan dengan cara
Promega, kemudian DNA diamplifikasi
menentukan
pada
dengan
menggunakan
sedangkan
primer,
dengan
rentang
suhu
30-90
enzim
ºC,
ekstraksi
dan
terhadap aktivitas fitase. Penentuan suhu
aktivitas
kit
gram
PCR
primer
dari
universal
forward
27f
penentuan pH optimum fitase dilakukan
(5’GAGAGTTTGATCCTGGCTCAG3’), dan
dengan cara menentukan aktivitas enzim
primer
pada rentang pH 3-9.
(5’CTGTTTGCTCCCCACGCTTTC3’)
Penentuan
dilakukan
enzim
stabilitas
dengan
pada
suhu
suhu
cara
reverse
765r
fitase
(Sajidan, 2004). Reaksi PCR terdiri dari
memanaskan
12,5 l master mix PCR (Gotaq green),
optimumnya
pada
2l DNA, 0,5l primer f, 0,5 l primer r,
selang waktu tertentu dan ditentukan
dan
aktivitasnya
volumenya adalah 25 l. Siklus PCR
sampai
memperlihatkan
enzim
tidak
aktivitas
secara
l
9,5
meliputi
3
ddH2O,
tahap
sehingga
yaitu:
total
denaturasi,
signifikan. Penentuan stabilitas pH fitase
anneling,
dilakukan dengan cara melarutkan enzim
sebanyak 30 siklus. Denaturasi awal
dalam larutan buffer dengan berbagai pH
pada suhu 94ºC selama 2 menit, dilanjut
3-9.
dengan 30 siklus denaturasi 94ºC selama
Masing-masing
pada
suhu
reaksi
optimum
diinkubasi
selama
1
jam.
1
dan
menit,
extention,
anneling
pada
dilakukan
suhu
58ºC
Kemudian dilakukan penentuan aktivitas
selama 45 detik, extention pada suhu
enzim pada pH optimum dan suhu
72ºC selama 90 detik, kemudian extra
optimum.
extention pada suhu 72ºC selama 5
Penentuan
pengaruuh
ion
logam
menit, yang terakhir disimpan pada suhu
terhadap aktivitas fitase dilakukan pada
4ºC. Pita DNA hasil PCR diamati dengan
kondisi pH dan suhu optimum fitase. Ion
agarose gel 1%, diletakkan pada marka
logam yang digunakan berasal dari garam
1kb, kemudian
ZnCl2, FeCl2, MgCl2 dan CaCl2, masing-
untuk
masing dengan konsentrasi 10 M. 150l
DNAnya, yang kemudian akan dibuat
enzim + 750l substrat + 30l efektor
konstruksi
logam diinkubasi pada suhu dan pH
dibandingkan dengan sekuens dari gen
optimum fitase selama 1 jam, kemudian
bank.
-3
ditentukan aktivitasnya.
37
dilakukan
mengetahui
pohon
sequencing
susunan
filogenetik
basa
yang
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Analisa Data
bergelombang,
tepi
Data yang diperoleh dari uji aktivitas
tebal, dan koloni tipis.
bergerigi,
koloni
fitase adalah jumlah kandungan fosfat
Hasil seleksi fitase diperoleh 28
anorganik yang dihasilkan ketika terjadi
isolat bakteri yang terdiri dari 16 isolat
rekasi enzimatis antara ekstrak kasar
bakteri yang berasal dari sampel air
fitase dengan substrat yang mengandung
kawah dan 12 isolat bakteri yang berasal
asam fitat. Satu unit aktivitas enzim
dari sampel lumpur kawah. Hasil ke-
fitase didefinisikan sebagai jumlah enzim
seluruhan uji aktivitas fitase dari 28
yang mengkatalisis reaksi yang meng-
isolat
hasilkan 1 mol fosfat organik per menit
aktivitas
pada
Penentuan
sampai dengan 0,3250933 U/ml. Dari 28
konsentrasi fosfat anorganik dilakukan
isolat tersebut kemudian diambil 3 isolat
dengan
bakteri yang memiliki aktivitas fitase
kondisi
optimum.
menggunakan
ammonium
bakteri
fitase
menunjukkan
antara
kisaran
0,30088
U/ml
diukur
yang terbesar, untuk dikarakterisasi lebih
menggunakan
lanjut. Tiga isolat bakteri yang dapat
spektrofotometer UV-VIS. Untuk pem-
menghasilkan enzim fitase tertinggi yaitu
buatan kurva kalibrasi digunakan larutan
isolat EN 10, EN 16, dan EN 6.
molibdat-vanadat,
absorbansinya
kemudian
dengan
100–1000
Uji aktivitas fitase akhirnya diperoleh
ppm. Tiga isolat bakteri yang memiliki
3 isolat bakteri yang dapat menghasilkan
aktivitas fitase terbesar kemudian di-
enzim fitase tertinggi yaitu fitase dari
identifikasi dan dikarakterisasi enzimnya
isolat EN 10, EN 16, dan EN 6. Aktivitas
lebih lanjut.
fitase dari isolat EN 10 sebesar 0,32893
KH2PO4 dengan
konsentrasi
Data karakterisasi enzim meliputi:
U/ml, aktivitas fitase dari isolat EN 16
suhu optimum fitase, pH optimum fitase,
sebesar 0,324953 U/ml, dan aktivitas
stabilitas
dan
fitase dari isolat EN 6 sebesar 0,32182
pengaruh ion logam terhadap aktivitas
U/ml (Gambar 1). Satu U = 1 μmol fosfat
fitase
anorganik yang dibebaskan pada kondisi
suhu
dianalisis
dan
pH
fitase,
secara
deskriptif
optimum selama 1 menit.
kualitatif. Data yang diperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi dari sampel air diperoleh 104
koloni bakteri, sedangkan isolasi dari
sampel
lumpur
diperoleh
30
koloni
bakteri. Dilihat secara morfologi, ada tipe
koloni bakteri yang memiliki permukaan
Gambar 1. Diagram batang hasil uji aktivitas
mengkilat dan tampak licin, permukaan
fitase dari 3 isolat tertinggi.
tidak mengkilat, tepi rata halus, tepi
38
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
Aktivitas fitase dari ketiga isolat ini
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
memiliki suhu optimum 41ºC (Yuanita et
masih lebih tinggi daripada fitase Bacillus
al., 2010).
cereus RW Sm A 0,1071 U/ml, fitase B.
Isolat EN 10 menghasilkan aktivitas
aryabhattai RW Sm C 0,102 U/ml, fitase
fitase yang optimal pada pH 4, sedangkan
B.
U/ml
isolat EN 16 dan EN 6 menghasilkan
(Wulandari, 2011), fitase Bacillus sp AP-17
aktivitas fitase yang optimal pada pH 6.
0,0296 U/ml (Kusumadjaja, 2009), fitase
Hasil ini berbeda dengan yang dinyatakan
B. subtilis 0,044 U/ml (Shimizu, 1992),
oleh Keruovo (2000) bahwa pH optimum
fitase B. subtilis HG 0,283 U/ml (Yuanita
untuk bakteri penghasil fitase, khususnya
et al., 2010), dan fitase Bacillus sp. KHU-
yang
10 0,2 U/ml (Choi et al., 2001), namun
mamiliki pH optimum antara 6,5 sampai
lebih rendah daripada fitase B. cereus
7,5. B. subtilis HG memiliki pH optimum
ASUIA260 1,160 U/ml (Shobirin et al.,
antara
2009). Artinya bahwa isolat EN 10, EN 16
Bacillus sp KHU-10 memiliki pH optimum
dan EN 6 memiliki kemampuan meng-
antara 6-8 (Choi et al., 2001), sedangkan
hasilkan enzim fitase yang dapat di-
B. amyloliquefaciens DS11 memiliki pH
manfaatkan sebagai sumber penghasil
optimum antara 7-8 (Kim et al., 1998). pH
enzim fitase yang baru.
sangat berpengaruh terhadap aktivitas
cereus
RW
Sl
5
0,0874
Suhu optimum untuk enzim fitase
berasal
enzim
6,5–7
karena
dari
kelompok
(Yuanita
et
Bacillus
al.,
perubahan
2010),
pH
dapat
hasil dari isolat EN 10 dan EN 6 adalah
menyebabkan perubahan muatan pada
60ºC, sedangkan suhu optimum untuk
residu
enzim fitase hasil dari isolat EN 16
menyusun pusat aktif enzim, sehingga
adalah 50ºC. Suhu optimum fitase dari
akan
ketiga isolat ini lebih rendah bila di-
konformasi enzim, daya katalitik, dan
bandingkan dengan fitase yang dihasil-
efisiensi
kan oleh Bacillus sp. strain DS11 yang
(Nelson dan Cox, 2000).
memiliki suhu optimum 70ºC (Kim et al.,
1998),
dan
memiliki
Bacillus
suhu
(Kusumadjaja,
sp
AP-17
optimum
2009);
sama
asam
amino,
berpengaruh
pengikatan
terutama
pula
yang
terhadap
substrat-enzim
Setelah mencapai aktivitas optimum,
yang
ketiga isolat akan mengalami penurunan
75ºC
aktivitas fitase. Isolat EN 10 mengalami
dengan
penurunan
aktivitas
fitase
menjadi
Bacillus sp KHU-10 dan B. subtilis CH92
88,98% setelah dipanaskan selama 1 jam
yang memiliki suhu optimum 60ºC (Choi
dan aktivitasnya menjadi 36,83% setelah
et al., 2001; Hong et al., 2010); namun
dipanaskan selama 5 jam. Isolat EN 16
lebih tinggi bila dibandingkan dengan
mengalami penurunan aktivitas fitase
fitase yang dihasilkan oleh B. cereus RW
menjadi
Sm A yang memiliki suhu optimum 40ºC
selama 1 jam dan aktivitasnya menjadi
(Wulandari, 2010), dan B. subtilis HG yang
29,11% setelah dipanaskan selama 5 jam.
39
83,08%
setelah
dipanaskan
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
Isolat
EN
6
mengalami
penurunan
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
731bp, isolat EN 16 menghasilkan 717bp,
aktivitas fitase menjadi 89,84% setelah
dan isolat EN 6 menghasilkan 709bp.
dipanaskan selama 1 jam dan aktivitasnya menjadi 27,80% setelah dipanaskan
selama 5 jam.
EN 6 EN 10 EN 16
2000 bp
1500 bp
1000 bp
900 bp
800 bp
700 bp
600 bp
500 bp
Ketiga isolat mengalami kenaikan
aktivitas karena adanya penambahan ion
Ca2+. Ion Mg2+ juga dapat meningkatkan
aktivitas fitase, namun peningkatanya
lebih sedikit bila dibandingkan dengan
ion Ca2+. Penambahan ion Zn2+ dapat
Gambar 2. Foto pita DNA hasil elektroforesis
menurunkan aktivitas fitase dari ketiga
setelah di PCR.
isolat, namun penambahan ion Fe2+ hanya
Sekuens
dapat menurunkan aktivitas fitase pada
morfologi
dari
sederhana,
bakteri
homologi
bulat
isolat terpilih dengan sekuens yang ada
pada
berwarna
Sekuens
tunggal DNA yang berukuran sekitar
kemudian
700bp. Produk PCR tersebut kemudian
dengan
mendapatkan
dari
ketiga
dibandingkan
sekuens
DNA
isolat
ini
kemiripannya
dari
bakteri
(no. akses JQ740157.1); B. subtilis strain
program Peak Trace untuk memperbaiki
kemudian
DNA
yaitu: fitase B. amiloliquefasciens AP-17
DNA kemudian dimasukkan ke dalam
DNA,
bahwa
penghasil fitase yang lain dari gen bank,
susunan basa DNAnya. Susunan basa
sekuens
menunjukkan
EN 6 adalah jenis bakteri Bacillus sp.
Hasil PCR menunjukkan satu pita
kualitas
bank
bakteri Bacillus cereus, sedangkan isolat
5m.
untuk
gen
isolat EN 10 dan EN 16 adalah jenis
putih. Ukuran panjang bakteri antara 2-
disekuensing
bakteri
Berdasarkan hasil kemiripan sekuens
dengan warna ungu, dan memiliki banyak
berbentuk
spesies
BLAST dari NCBI.
termasuk
bakteri gram positif, yang ditunjukkan
endospora
dengan
tertentu, dengan menggunakan program
pewarnaan
tersebut
isolat
bank NCBI, untuk mencari kemiripan/
bahwa semua isolat sel bakteri berbentuk
Berdasarkan
ketiga
sekuens DNA yang terdapat pada gen
sel
bakteri penghasil fitase menunjukkan
basil/batang.
dari
tersebut kemudian dibandingkan dengan
isolat EN 6 dan EN 16.
Pengamatan
DNA
CF92 (no. akses HQ127622.1); B.cereus
di
(no. akses JQ993365.1); Bacillus sp. 1052
alignment untuk mendapatkan sekuens
(no. akses JX566534.1); B. aryabhattai RW
yang utuh dengan menggunakan program
SM C dan B. cereus RW SM A (Wulandari
Bioedit. Sekuens yang dihasilkan oleh 3
2011). Kumpulan sekuens tersebut di
isolat yaitu: isolat EN 10 menghasilkan
40
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
sejajarkan dengan cara multiple sequen
Fitase Bacillus
alignment.
Hasil identifikasi bakteri menunjukkan
Kumpulan sekuens yang telah di
bahwa
ketiga
isolat
yang
memiliki
alignment kemudian dibuat konstruksi
aktivitas fitase tertinggi adalah Bacillus
pohon filogenetik untuk menunjukkan
cereus EN 10, B. cereus EN 16, dan
hubungan kekerabatan antara fitase yang
Bacillus sp. EN 6. Ketiga bakteri tersebut
dihasilkan dalam penelitian ini dengan
memiliki genus yang sama yaitu Bacillus.
fitase dari spsesies Bacillus yang lain
Fitase yang berasal dari kelompok bakteri
(Gambar 3). B. cereus EN 10 dan EN 16
Bacillus
secara homologi memiliki kemiripan yang
Alkalin β-Propeler. Alkaline ß-propeller
besar dengan Bacillus sp 1052 (no. akses
phytase (BPP) merupakan metalo enzim
JX566534.1) dan B. cereus (no. akses
dengan dua sisi pengikat kalsium yang
JQ993365.1),
berbeda (3 sisi pengikatan ion kalsium
filogenetik
dan
juga
berdasarkan
memiliki
pohon
hubungan
dengan
merupakan
afinitas
kelompok
tinggi
dan
fitase
3
sisi
kekerabatan yang dekat pula. B. cereus
pengikatan ion kalsium dengan afinitas
EN 10 dan EN 16 memiliki hubungan
rendah),
kekerabatan yang dekat dengan B. cereus
bedaan bentuk hidrolisis fitase.
sehingga
menyebabkan
per-
RW SM A yang juga merupakan bakteri
Struktur fitase β-propeller terdiri dari
penghasil fitase, dan ketiga bakteri dari
lembaran β pada 6 bilah yang tersusun
penelitian ini (B.cereus EN 10, B. cereus
seperti
EN 16, dan Bacillus sp EN 6) juga masih
sempit dan sangat bermuatan negatif di
memiliki kekerabatan yang dekat dengan
bagian atas molekul enzim (Gambar 4).
B. alimoliquefasciens AP-17 dan B. subtilis
Setiap
CF92, tetapi berkerabat jauh dengan B.
propeller terdiri dari 4-5 strand β anti
aryabhattai
parallel. Strand keempat dari setiap bilah
RW
SM
C
yang
juga
merupakan bakteri penghasil fitase.
baling-baling
bilah
dari
dengan
molekul
belahan
fitase
β-
dihubungkan dengan strand pertama dari
bilah berikutnya yang bersilangan dengan
ujung atas molekul enzim. Bilah keenam
terletak sepanjang poros pusat propeller,
merupakan sebuah saluran pusat yang
terisi dengan molekul-molekul air yang
terikat erat. Bilah keenam ini terdiri dari
strain 1β dari akhir ujung-N dan strain 3β
dari
akhir
ujung-C
menggabungkan
Gambar 3. Pohon filogenetik dari B. cereus EN
dua
molekul
protein,
ujung
molekul
10, B. cereus EN 16, Bacillus sp. EN 6 dan
enzim, dan menjaga stabilitas enzim.
beberapa jenis Bacillus lain penghasil fitase.
Strain β ekstra pada ujung-N dari molekul
41
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
protein menghubungkan bilah keenam
jenis Bacillus menunjukkan bahwa fitase
dan
yang dihasilkan oleh Bacillus memiliki
kelima,
terhadap
yang
juga
stabilitas
berkontribusi
enzim.
Ini
juga
kisaran suhu optimum dan pH optimum
disebut dengan struktur “jepitan ganda”
yang luas, yaitu dengan suhu optimum
bersama dengan 3 ion kalsium pada sisi
antara 40-75ºC, dan pH optimum antara
pengikat kalsium yang memiliki afinitas
4-8 (Tabel 1).
tinggi, yang bertanggung jawab pada
termostabilitas
propeller
tinggi
Bacillus
pada
fitase
Kelompok bakteri Bacillus merupakan
β-
mikroorganisme
yang
disebut
amyloliquefaciens
sebagai GRAS “generally recognized as
DS11. Tiga pengikat ion kalsium yang
safe” oleh American Food and Drug
berafinitas rendah yang ditemukan untuk
Administration karena mikroorganisme
berkoordinasi di dalam sisi aktif TS-phy
ini
dari fitase B. amyloliquefaciens DS11,
suplemen pangan yang aman (Hong et al.,
bersama dengan rantaian sisi di sekitar
2011). Fitase dari kelompok Bacillus ini
asam amino, memiliki sebuah fungsi
sangat
katalis (Ha et al., 2000).
suplemen pakan ternak karena memiliki
digunakan
cocok
secara
luas
sebagai
dimanfaatkan
pada
suhu optimum yang tinggi sehingga tidak
mudah
terdenaturasi
selama
proses
pengolahan. Adanya penambahan fitase
pada pakan ternak dapat meningkatkan
kecernaan fosfat dan menurunkan polusi
fosfat pada area sekitar peternakan.
Tabel 1. Suhu optimum dan pH optimum
dari beberapa spesies Bacillus.
Suhu
optimum
60ºC
60ºC
50ºC
pH
optimum
6
4
6
60ºC
6
50ºC
5
B. cereus RW SL 5
50ºC
5
Bacillus sp
55ºC
4,5 - 6
yang berbeda-beda, begitu pula dengan
Bacillus sp KHU-10
60ºC
6–8
karakteristik enzim fitase. Fitase dari
B.
Amyloliquefaciens
DS11
B. subtilis N-77
B. subtilis CF92
70ºC
7–8
60ºC
60ºC
6 – 6,5
7
B. subtilis HG
41ºC
6,5 - 7
B. subtilis AP-17
75ºC
6
Spesies
Bacillus sp EN 6
Bacillus sp EN 10
Bacillus cereus EN
16
B.aryabhattai RW
SM C
B. cereus RW SM A
Gambar 4. Skema struktur fitase β propeller (Ha
et al., 2000)
Setiap individu memiliki karakteristik
kelompok Bacillus memiliki karakteristik
suhu optimum dan pH optimum yang
berbeda-beda. Dari data suhu optimum
dan pH optimum fitase dari beberapa
42
Pustaka
Penelitian ini
Penelitian ini
Penelitian ini
Wulandari,
2011
Wulandari,
2011
Wulandari,
2011
Pandey et al.,
2001
Choi et al.,
2001
Kim et al.,
1998
Shimizu, 1992
Hong et al.,
2011
Yuanita et al.,
2010
Kusumadjaja,
2009
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
KESIMPULAN
Ha, N.C, Oh B.C, Shin S, Kim H.J, Oh T.K,
et al. 2000. Crystal structures of a
novel, thermostable phytase in
partially and fully calcium-loaded
states. Nat Struct Biol 7: 147-153.
Hong, S.W, In H.C, Kun S.C. 2011.
Purification
and
Biochemical
Characterization of Thermostable
Phytase
from
Newly
Isolated
Bacillus subtilis CF92. J. Korean Soc.
Appl. Biol. Chem. 54 (1): 89-94.
Irving, G.C.J and D.J. Cosgrove. 1972.
Inositol Phosphate Phosphatases of
Microbiological Origin: the Inositol
Pentaphosphate
Products
of
Aspergillus
ficuum
Phytases.
J.Bacteriol 112 (1) : 434-438.
Kerovuo, J. 2000. A novel phytase from
Bacillus:
Characterization
and
production of the enzyme, Ph.D
dissertation, Univ. Helsinki, Finland
Kim, O.H, Kim Y.O, Shim J.H, Jung Y.S,
Jung W.J, Choi W.C, Lee H, Lee S.J,
Auh J.H and Kim K.K. 2010. βPropeller
phytase
hydrolyzes
insoluble Ca2+-phytate salts and
completely abrogates the ability of
phytate to chelate metal ions.
J.Biochemistry 49: 10216–10217.
Kusumadjaja, A.P. 2009. Skrening dan
Karakterisasi
Enzim
Fitase
Termofilik Hasil Isolasi dari Bakteri
Kawah Ijen Banyuwangi. Laporan
Hibah Penelitian Program Doktor
Universitas Airlangga.
Liu, J., D.R. Ledoux and T.L. Veum. 1997.
In vitro procedure for predicting
the enzymatic dephosphorylation of
phytate in corn-soybean meal diets
for growing swine. J. Agric. Food
Chem. 45: 2612-2617
Marlinda,
Y.
2001.
Isolation
and
Purification
of
Raw
Starch
Degrading
Enzyme
from
Acremonium endophytic Fungus
and Its Aplication for Glucosa
Production. Dissertation of Doctoral
at
University
Putra
Malaysia.
Malaysia.
Mullaney, E.J. and A.H.J. Ullah. 2003. The
term phytase comprises several
different classes of enzymes.
Biochem Biophys Res Comm 312:
179-184.
Isolat bakteri yang berasal dari air kawah
Sikidang Dieng memiliki potensi sebagai
sumber
enzim
Fitase,
yaitu
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dari
kelompok bakteri Bacillus. Jenis dari
bakteri tersebut adalah Bacillus cereus EN
10, Bacillus cereus EN 16, dan Bacillus sp.
EN 6. Karakterisasi bakteri penghasil
enzim Fitase dari air kawah Sikidang
Dieng yang memiliki 3 aktivitas Fitase
terbesar yaitu:
1. Bacillus sp EN 10 dengan aktivitas
sebesar 0,32893 U/ml, memiliki suhu
optimum 60ºC, memiliki pH optimum
4, aktivitas Fitase dapat ditingkatkan
dengan penambahan ion Ca2+ dan Mg2+,
dan dihambat oleh ion Zn2+.
2. Bacillus cereus EN 16 dengan aktivitas
sebesar 0,324953 U/ml, memiliki suhu
optimum 50ºC, memiliki pH optimum
6, aktivitas Fitase dapat ditingkatkan
dengan penambahan ion Ca2+ dan Mg2+,
dan dihambat oleh ion Zn2+ dan Fe2+.
3. Bacillus sp EN 6 dengan aktivitas
sebesar 0,32182 U/ml, memiliki suhu
optimum 60ºC, memiliki pH optimum
6, aktivitas Fitase dapat ditingkatkan
dengan penambahan ion Ca2+ dan Mg2+,
dan dihambat oleh ion Zn2+ dan Fe2+.
DAFTAR PUSTAKA
Choi, Y.M, Hyung J.S, Jin M.K. 2001.
Purification and Properties of
Extracellular Phytase from Bacillus
sp. KHU-10. Journal of Protein
Chemistry 20 (4): 287-292.
43
EL-VIVO
Vol.1, No.1, 2013 (hal 34 – 44), September 2013
Nelson, D.L. and M.M. Cox. 2000.
Lehninger
Prinsiples
of
Biochemistry. 3rd edition. Wort Pub:
New York.
Rosmimik, Widowati S. Andriani U,
Indarwati S. Damardjati US. 1998.
Skrining bakteri penghasil fitase dan
pengujian aktivitasnya pada media
PSM dan bekatul. Prosiding Temu
Ilmiah
Bioleknologi
Pertanian.
Bogor, 26 Mar 1998. hlm 43-48.
Sajidan, A. farouk, R. Greiner, P. Jungblut,
E.C. Muller, R. Borriss. 2004.
Molecular
and
physiological
characterization of a 3-phytase
from soil bacterium Klebsiella sp
ASR1. Appl Microbiol Biotechnol. 65
(1):110-118.
Shimizu, M. 1992. Purification and
characterization of phytase from
Bacillus subtilis (natto) N-77. Biosci.
Biotechnol. Biochem. 56, 1266-1269.
Syahbirin G, Syatria A. Ambarsani L,
Widowati S. 2000. Optimasi dan
karakterisasi enzim fitase dan
Bacillus coagulans. Di dalam:
Mikrobiologi,
Enzim,
dan
Bioleknologi
dalam
Perspekuf
Ekonomi dan Industri. Prosiding
Seminar Naslonal Industri dan
Bioteknologi. Jakarta, 15-16 Feb
2000. hlm 361-369.
Vieille, C., and G.J. Zeikus. 2001.
Hyperthermophilic
Enzymes:
Sources,
Uses,
and
Molecular
Mechanisms for Thermostability.
Microbio and Molecular Bio 64 (1): 143.
Wulandari, R. 2011. Analisis Gen 16S
rRNA pada Bakteri Penghasil Enzim
Fitase. Tesis Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Yuanita, L., Aline P., Suzana S., Sri H.,
Farid A.A., dan Arif B. 2010. Isolasi,
Pemurnian dan Karakterisasi Fitase
Bacillus subtilis dari Holiwood
Gresik. Berk. Penel. Hayati 15:113119.
44
ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Download