Pembinaan Karakter Guru Sekolah Kristen

advertisement
Pembinaan Karakter Guru
Sekolah Kristen
Slameto
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
[email protected]
Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon
yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik
Abstrak
Karakteristik penting pendidikan Kristen adalah berdasarkan Alkitab dan
bertujuan membantu pembaharuan baik secara pribadi, kelompok dan struktur.
Untuk itu guru yang dibutuhkan Sekolah Kristen adalah seorang guru yang berada
pada tahap Impact yaitu yang mampu membuat perubahan dalam diri dan hidup
muridnya. Alasan perlunya menampilkan karakter guru kristen: kemerosotan moral
yang terjadi di masyarakat; bahaya pluralisme; dan pudarnya semangat keteladanan. Permasalahannya, mengingat demikian pentingnya karakter itu, apalagi bagi
guru kristen, apa saja karakter guru kristen itu dan bagaimana dibentuk, dibina dan
dikembangkan demi peningkatan kualitas layanan kita melalui pendidikan/ sekolah
kristen? Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar positif yang dimiliki seseorang,
yang membedakannya dengan orang lain serta diwujudkan dalam perilaku
kehidupanya sehari-hari. Nilai adalah sesuatu yang berharga bagi manusia untuk
mencapai apa yang menjadi tujuan dan gambaran mengenai apa yang diinginkan.
Persyaratan guru yang dicari dan akan diangkat menurut Yayasan/Badan
Penyelenggara Sekolah Kristen di Indonesia: adalah memiliki karakter, integritas
kristiani & kepribadian yg baik; selain itu, harus bisa mengoperasikan/ memanfaatkan komputer dan internet. Selanjutnya secara spesifik: berpenampilan menarik dan
sopan/berkepribadian menarik, cinta anak & memiliki hati melayani, memiliki etos
kerja tinggi, bersedia bekerja keras/pekerja keras, & enerjik, mempunyai daya juang
yang tinggi, hidup mandiri, dan dapat bekerjasama dalam tim. Pembinaan karakter
guru melalui regenerasi sebagai pondasi karakter kristen, yaitu perubahan yang total
yaitu mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian: pikiran, hati nurani,
kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru” maka
kita memerlukan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh yang memampukannya untuk dapat menjadi guru berkarakter kristen sehingga dapat
melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan.
Kata Kunci: Karakter Guru, Sekolah Kristen, Pembinaan.
PENDAHULUAN
Karakteristik penting pendidikan Kristen adalah berdasarkan Alkitab dan
bertujuan membantu pembaharuan baik secara pribadi, kelompok dan struktur.
Manusia yang dihasilkan Pendidikan Kristen adalah manusia yang menyerupai
kehendak Allah yang dinyatakan sebagaimana diungkapkan Alkitab, terutama dalam
pribadi Yesus Kristus. Oleh karena itu, sifat usaha pendidikan Kristen adalah manusia
dan Roh Kudus. Untuk itu guru yang dibutuhkan Sekolah Kristen adalah seorang
guru yang berada pada tahap Impact yaitu yang mampu membuat perubahan dalam
diri dan hidup muridnya; Inilah jati diri seorang pendidik sejati, karakter guru
Sekolah Kristen yang seharusnya.
Karakter atau watak adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran
peri-laku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia; Berikut ini beberapa contoh
karakter yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari: pemarah, penyabar, ceria,
pemaaf,
tidak
percaya diri,
bijaksana,
pendiam, pendendam, pengkhianat,
penyayang, penakut, pembenci, pemalas, rajin, sombong, cuek, penghina, munafik,
jujur, licik, egois, iri, tamak, setia, buas, jinak, eksentrik, hemat, boros, pelit.
Alasan penting mengapa kita perlu membahas dan menampilkan karakter
guru kristen adalah: 1) Kemerosotan moral; Karena saat ini sudah begitu luas
kalangan yang merasakan terjadinya kemerosotan moral. 2) Bahaya Pluralisme;
Dalam zaman globalisasi dari postmodern saat ini kita semakin menyadari berbagai
aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang berbeda. Saat ini kita hidup
disuatu zaman perjumpaan global dan keragaman budaya, dan itu membutuhkan
kemampuan untuk beradaptasi; 3) Pudarnya semangat keteladan; Karakter dibentuk
oleh orang-orang lain yang menjadi model atau mentor yang kita ikuti. Orang tua,
guru, pembina, pelatih yang menjadi model atau teladan bagi kita turut membentuk
karakter kita. Dengan dituntun atau mengikuti dan meneladani para pembina atau
sosok lain yang layak diteladani kita belajar mengenali dan mewujudkan berbagai
disposisi, kebiasaan, dan keterampilan emosional dan intelektual yang dinyatakan
oleh berbagai kebajikan. Sayangnya, kebanyakan teori etika modern kurang
memperhatikan pengaruh-pengaruh ini, atau dengan kata lain semangat untuk
mewarisi keteladanan kebenaran ini semakin memudar.
Identitas orang Kristen, apalagi guru sekolah kristen, dikenal lewat dua
kualitas transformatif yang secara metaforis dinyatakan sebagai “garam” dan
“terang” dunia (Matius 5:13,14). Kedua metafora ini mengacu kepada “perbedaan”
dan “pengaruh” yang harus dimanifestasikan murid-murid Yesus kepada dunia ini.
Implikasi dari penegasan ini cukup serius, yaitu bahwa orang Kristen harus memikul
beban moral dari metafora-metafora ini secara konsisten dan konsekuen. Lebih jauh,
implikasi ini merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk melibatkan diri
dan memberi solusi dalam masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi duniawi.
Tetapi, pengaruh kurangnya karakter yang baik merupakan aspek yang dapat
merusak kesaksian Kristen. Jika garam menjadi tawar maka ia tidak berguna (Matius
5:13). Dan jika terang disembunyikan di bawah gantang maka ia tidak dapat
menerangi semua orang disekelilingnya (Matius 5:15). Karena itu Kristus menegaskan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka
melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius
5:16). “perbuatan yang baik” menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian
moral, kualitas dan manfaat. Dengan demikian, perbuatan baik adalah cermin dari
kualitas karakter seseorang, karakter guru sekolah kristen.
Pentingnya karakter hidup Kristen dijelaskan oleh Stephen Tong sebagai
berikut, “Hal ini merupakan tugas dan fungsi akhir dari pendidikan Kristen”. Kita
sebagai orang Kristen, apa lagi guru sekolah kristen, selain memberikan hidup
kepada orang-orang yang kita didik, selain kita mengharapkan mereka memiliki
hidup di dalam (inward life) yang sudah dilahirkan kembali, mereka juga membentuk
karakter diluar (outward character). Hidup ini merupakan pekerjaan Roh Kudus
melalui firman yang kita kaberitakan, melalui Injil yang kita tegaskan sebagai pusat
iman, kita melahirkan mereka melalui kuasa Injil dan Firman oleh Roh Kudus di
dalam kuasa Allah. Setelah itu kita mendidik mereka di dalam karakter Kristen”
(Tong, Stephen, 2010).
Tema tentang karakter adalah bahasan yang penting, tetapi jarang
dibicarakan dan bahkan telah diabaikan, dikalangan Kristen sekalipun. Dua
kemungkinan alasan pengabaian ajaran ini adalah: (1) Bahasan ini dianggap kurang
manarik dibanding dengan tema doktrinal lainnya; (2) Tidak semua orang suka
membahas karakter karena ini menyangkut wilayah “kepribadian” seseorang yang
dianggap tidak boleh diusik.
Akibat dari pengabaian ini banyak orang Kristen yang tidak mengetahui
ajaran dari tema yang sangat penting ini, padahal Jerry C. Wofford telah mengamati
bahwa “bagi seorang pemimpin gereja, tidak ada atribut yang lebih penting
ketimbang karakter”. Dalam pengajaran-Nya Yesus sangat menekankan karakter
para muridNya. Surat Paulus kepada Timotius dan Titus juga berbicara mengenai
karakter pemimpin gereja. Karakter itu meliputi kualitas seperti: integritas,
kemurnian moral, kelemah-lembutan dan kesabaran. Unsur karakter Kristen sangat
penting sehingga Yesus mengambil waktu khusus untuk mengajarkannya kepada
mereka yang akan memimpin gereja mula-mula (Wofford, J.C, 2001). Tragisnya,
akibat ketidaktahuan ini, banyak orang Kristen tidak bertumbuh dalam karakter
Kristen yang baik, dan lebih buruk lagi, tetap merasa bertumbuh padahal stagnan!
Tujuan dan Manfaat Kajian
Permasalahannya, mengingat demikian pentingnya karakter itu, apalagi bagi
guru kristen, apa saja karakter guru kristen itu dan yang lebih penting lagi,
bagaimana karakter guru Kristen itu dibentuk, dibinadan dikembangkan demi
peningkatan kualitas layanan kita melalui pendidikan/ sekolah kristen? Dengan
begitu, tujuan kajian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter guru sekolah kristen
apa saja yang dibutuhkan, mendeskripsikannya dan menjadikannya fondasi
pengembangan mutu sekolah-sekolah kristen, melalui serangkaian pembinaan yang
perlu dilakukan oleh menajer sekolah kristen.
Hasil kajian ini akan sangat bermanfaat bagi guru dan pembina yang dalam
hal ini adalah kepala sekolah yang bersangkutan dan pengurus yayasan sekolah
kristen dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah yang dibina/
asuhnya.
KAJIAN
Karakter adalah nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Kemendiknas, 2010). Karakter merupakan totalitas ciri
pribadi yang membentuk penampilan seseorang. Ciri-ciri personal mempunyai
karakter terdiri dari kualitas moral dan etis; kualitas kejujuran, kebranian, integritas,
reputasi yang baik, semua nilai tersebut merupakan sebuah kualitas yang melekat
pada kekhasan individu. Karakter adalah sesuatu yang telah dipahat dalam hati
sehingga merupakan tanda yang khas, mengacu pada moralitas kehidupan seharihari. Karakter bukan merupakan kegiatan sesaat, melainkan kegiatan konsisten
muncul baik secara batiniah dan rohaniah. Karakter mengacu pada kebiasaan
berpikir, berperasaan, bersikap, berbuat, membentuk tekstur dan
motivasi
kehidupan seseorang. Karakter erat dengan pola tingkah laku, kecenderungan
pribadi untuk berbuat baik. Karakter sebagai suatu yang melekat pada personal yaitu
totalitas ide, aspirasi, sikap, yang terdapat dalam individu dan telah mengkristal
pada pikiran dan tindakan. Hanya individu itu sendiri yang tahu dirinya. Karakter
dapat dimaknai sebagai nilai dasar positif yang
dimiliki seseorang, yang
membedakannya dengan orang lain serta diwujudkan dalam perilaku kehidupanya
sehari-hari.
Nilai adalah suatu yang berharga, bermutu, menunjukan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Nilai adalah sesuatu yang berharga bagi manusia untuk
mencapai apa yang menjadi tujuan dan gambaran mengenai apa yang diinginkan.
Muchson dan Samsuri (2013), menjelaskan bahwa kategori nilai mencakup empat
hal yaitu: a) Nilai teoritis, melihatkan pertimbangan logis dan rasional dalam
membentuk kebenaran sesuatu. Nilai ini daidasarkan pada teori, konsep, dalil, atau
prinsip yang berlaku dalam bidang kajian masing-masing. b) Nilai ekonomis,
mempertimbangkan untung dan rugi. Objek yang ditimbang adalah harga dari suatu
barang atau jasa. Nilai ini lebih mengutamakan kegunaan sesuatu bagi pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. c) Nilai estetika, menempatkan nilai tertingginya kepada
keindahan, sehingga memunculkan penilaian indah atau tidak indah. Niali estetika ini
lebih diapresiasikan dan dijadikan orientasi nilai oleh para musisi, pelukis, perancang
model dan seniman lainnya. d) Nilai sosial, menyangkut nilai-nilai yang dijunjung
tinggi dalam masyarakat, yang sangat berguna bagi terciptanya interaksi sosial dan
tatanan sosial yang sehat. Nilai ini banyak dijadikan orientasi nilai bagi orang-orang
yang suka bermasyarakat, suka berderma, suka menolong sesama atau sering
disebut sosok filantropik.
Menurut Scerenko yang dikutip oleh Samani dan Hariyanto (2011), karakter
sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis,
dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok, atau bangsa. Nilai
karakter adalah proses dimana untuk memeprsiapkan generasi muda menjadi insan
yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu, cakap, mandiri,
berakhalak mulia serta berbudaya. Pada dasarnya karakter adalah sifat-sifat yang
melekat pada kepribadian seseorang. Sedangkan Kristen adalah sebutan bagi
seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu
kualitas rohani yang dimiliki seorang Kristen – baca guru kristen, apalagi di sekolah
kristen.
Berdasarkan iklan perekruitan guru di 10 Yayasan/Badan Penyelenggara
Sekolah Kristen di Indonesia, diperoleh persyaratan guru yang dicari dan akan
diangkat (Jobelist.com, 2015). Terkait dengan karakter yang dimaksud adalah
seperti berikut ini: memiliki karakter, integritas kristiani dan kepribadian yang baik.
Selain itu harus bisa mengoperasikan/memanfaatkan komputer dan internet; Lebih
lanjut karakter yang dimaksud dieksplisitkan kedalam 7 nilai/sifat seperti berikut: 1)
berpenampilan menarik dan sopan/berkepribadian menarik; 2) cinta anak & memiliki
hati melayani; 3) memiliki etos kerja tinggi; 4) bersedia bekerja keras/pekerja keras,
& enerjik; 5) mempunyai daya juang yang tinggi; 6) hidup mandiri; dan 7) dapat
bekerjasama dalam tim. Uraian berikut ini memaparkan lebih lanjut beberapa
karakter guru yang disyaratkan sekolah kristen di Indonesia.
Menjadi Pribadi yang Menarik Hati
Kata kunci yang harus diperhatikan dalam berhubungan dengan orang lain
adalah harga diri. Begitu pentingnya harga diri, sehingga tidak sedikit orang yang
mempertaruhkan nyawanya demi mempertahankan harga dirinya. Untuk menjadi
pribadi yang disukai, harus terus belajar memuaskan harga diri orang lain. Karena
dengan harga diri yang terpuaskan, orang bisa menjadi lebih baik, lebih menyenangkan, dan lebih bersahabat. Untuk menjadi pribadi yang menarik dan menyenangkan
di mata orang lain, di antaranya 17 hal berikut biasakanlah untuk dilakukan: royallah
dalam memberi pujian, buatlah orang lain merasa dirinya sebagai orang penting,
jadilah pendengar yang baik, bersikap ramah dan bermurah hatilah, anda tidak akan
menjadi miskin karena memberi dan tidak akan kekurangan karena berbagi. rendah
hati, bersikaplah asertif, cintailah diri sendiri, peduli/perhatian dan senang membantu orang lain, be smart, menepati janji, hindari kebiasaan mengkritik, mencela
atau menganggap remeh.
Etos Kerja
Dalam Kamus Wikipedia disebutkan bawa etos merupakan bahasa dari
Yunani; akar katanya adalah
ethikos
yang mengandung
arti
moral
atau
menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa yunani kuno serta modern, etos
mempunyai arti sebagai keberadaan diri, jiwa dan pikiran yang membentuk
seseorang. Pada webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition (Disnakertrans
Provinsi Bnten, 2016) etos mempunyai definisi sebagai kecenderungan atau
karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan, yang berbeda dari individu atau kelompok.
Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika. Dalam
kamus bahasa Indonesia, Etos Kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok, dengan demikian Etos adalah sikap
yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah
dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.
Kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok
manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang
tinggi guna mewujudkan suatu keinginan dan cita-cita. Etos Kerja adalah refleksi
dari sikap hidup yang mendasar, maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan
cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi
transenden (ilahiyah).
Etos kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja
yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang
diwujudnyatakan melalui perilaku kerja mereka secara khas (Sinamo, 2003,2).
Menurut Toto Tasmara, (2002) etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta
caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada
sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal
sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan
makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik. Etos kerja berhubungan dengan
beberapa hal penting seperti:
a. Orientasi ke masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik
waktu, kondisi untuk ke depan agar lebih baik dari kemarin.
b. Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu merupakan hal yang sangat
penting guna efesien dan efektivitas bekerja.
c. Tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan
merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan.
d. Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga
bagaimana pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan.
e. Persaingan sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak
mudah patah semangat dan menambah kreativitas diri.
Fungsi dan tujuan etos kerja secara umum adalah sebagai alat penggerak
tetap perbuatan dan kegiatan individu. Etos kerja mempunyai beberapa fungsi,
diantaranya adalah: Pendorong timbulnya perbuatan; 1) Etos kerja yang bagus akan
mendorong seseorang menjadi lebih baik dalam melakukan pekerjaan atau
perbuatan. Dengan demikian kerjaan akan cepat selesai karena munculnya sifat
tanggap ketika akan melakukan perbuatan. 2) Penggairah dalam aktivitas; Dengan
adanya etos kerja yang baik maka akan ada gairah dalam bekerja, sehingga
semangat kerja akan muncul. 3) Etos kerja berfungsi sebagai Penggerak;
Penggerak, seperti mesin bagi mobil, besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat lambatnya suatu perbuatan.
Cara Menumbuhkan Etos Kerja Guru Sekolah Kristen
Etos kerja guru kristen dapat ditumbuhkan melalui berbagai strategi atau cara
antara lain seperti berikut ini.
1. Menumbuhkan sikap optimis: Mengembangkan semangat dalam diri, Peliharalah
sikap optimis yang telah dipunyai, Motivasi diri untuk bekerja lebih maju,
2. Jadilah diri anda sendiri: Lepaskan impian, Raihlah cita-cita yang anda harapkan
3. Keberanian untuk memulai: Jangan buang waktu dengan hanya bermimpi,
Jangan takut untuk gagal, Merubah kegagalan menjadi sukses.
4. Kerja dan waktu: Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu),
Jangan cepat merasa puas
5. Kosentrasikan diri pada pekerjaan: Latihan berkonsentrasi kalau perlu multi
konsentrasi, Perlunya beristirahat
6. Bekerja adalah sebuah panggilan Tuhan (Khasanah, 2004)
Aspek kecerdasan yang perlu dibina dalam diri, untuk meningkatkan etos
kerja:
1. Kesadaran: keadaan mengerti akan pekerjaanya.
2. Semangat: keinginan untuk bekerja.
3. Kemauan: apa yang diinginkan atau keinginan, kehendak dalam bekerja.
4. Komitmen: perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan (janji dalam bekerja).
5. Inisiatif: usaha mula-mula, prakarsa dalam bekerja.
6. Produktif: banyak menghasilkan sesuatu bagi perusahaan.
7. Peningkatan: proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan dan
sebagainya dalam bekerja.
8. Wawasan: konsepsi atau cara pandang tentang bekerja (Siregar, 2000).
Kerja Keras dan Kemandirian
Kerja keras menurut Kesuma, dkk. (2011), adalah suatu istilah yang
melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam
menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Hidayatullah
(2010:27), menjelaskan bahwa kerja keras adalah sebagai kemampuan mencurahkan atau mengerahkan seluruh usaha dan kesungguhan, potensi yang dimiliki
sampai akhir masa suatu urusan hingga tujuan tercapai.
Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan
untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan
bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan,
mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Mandiri
berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada
orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan
kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna
menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan
sesamanya (Anton Sukarno, 1999).
Secara psikologis dan mentalis, kemandirian adalah keadaan seseorang yang
dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan
dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang
berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya
atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun
segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri, 2000). Setiap
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka
diperlukan adanya kemandirian yang kuat. Menurut Brawer dalam Chabib Toha
(1993) kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku
mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan
sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan
dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain.
Menurut Kartini Kartono (1985) kemandirian seseorang terlihat pada waktu
orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri
tanpa meminta bantuan dari orang lain atau atasannya dan akan bertanggung jawab
terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan, maka
hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri.
Kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan
atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa
bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri.
Secara singkat kemandirian mengandung pengertian:
1. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju
demi kebaikannya
2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi
3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya
4. Bertanggung jawab terhadap apa yang di lakukannya
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif
selama perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri
dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga individu pada akhirnya
akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat
berkembang dengan lebih mantap.
Kemandirian kerja adalah suatu nuansa yang mewujudkan karyawan mampu
mengambil langkah-langkah strategis dalam memberikan pelayanan yang tepat
sebagai bentuk komitmen kerja karyawan yang afektif, normatif dan berkelanjutan.
Kemandirian kerja merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak
bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri
sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri
masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang
lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil
melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.
Kemandirian kerja mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli
yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Ciri-ciri kemandirian itu antara
lain:
1. Percaya diri karena menguasai keahlian dan keterampilan sesuai dengan
kerjanya, berinisiatif dalam banyak hal, sehingga mampu mengatasi rintangan
yang dihadapi dalam mencapai kesuksesan
2. Tanggung jawab, mampu bekerja sendiri untuk mengerjakan tugas rutin yang
dipertanggungjawabkan padanya, tanpa mencari-cari pertolongan dari orang
lain
3. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan kegiatan
yang dihadapi
4. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain,
dan merasa senang karena dia berani mengemukakan pendapatnya walaupun
nantinya berbeda dengan orang lain
5. Bangga dan memperoleh kepuasan dari pekerjaan dan pemberi kerjanya
Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan, dan
dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya agar dapat mencapai otonomi
atas diri sendiri. Peran keluarga serta lingkungan di sekitar dapat memperkuat untuk
setiap perilaku yang di lakukan. Hal ini dinyatakan pula oleh Robert havighurst
(Wahyuliansyah. 2014) bahwa: Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana
seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan
orang lain. Dengan otonomi tersebut seorang guru kristen diharapkan akan lebih
bertanggung-jawab terhadap dirinya sendiri sebagai guru profesional serta terhadap
siswa dan sekolahnya.
PEMBINAAN KARAKTER GURU
Nilai karakter yang ada dalam masyarakat dan di sekolah haruslah tidak
hanya bertanggungajawab untuk mencerdasakan, melainkan untuk memberdayakan
guru dan sekolah kristen agar memiliki nilai-nilai moral yang bisa membimbing
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai karakter sangatlah penting dimiliki oleh
seseorang, sekolah, bahkan untuk masyarakat. Nilai karakter dapat dilakukan atau
diterapkan melalui budaya sekolah, supervisi kepala sekolah dan pengurus yayasan,
kepemimpinan, atau media yang lain.
Regenerasi (Samuel T. Gunawan, 2013) adalah perubahan yang radikal dan
seketika yang diperlukan untuk memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam
dosa untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan.
Regenerasi merupakan suatu perubahan radikal dari kematian rohani menjadi
kehidupan rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Kita tidak memiliki peran apapun
dalam kelahiran baru ini; sepenuhnya merupakan tindakan Allah.
1. Natur Regenerasi
Ada tiga natur dari regenerasi, yaitu: (1) Regenerasi merupakan perubahan yang
terjadi secara seketika, bukan suatu proses bertahap seperti pengudusan yang
progresif. (2) Regenerasi merupakan perubahan yang supernatural (adikodrati);
Secara khusus merupakan karya Roh Kudus. (3) Regenerasi merupakan
perubahan yang radikal. Dengan demikian regenerasi berarti: (a) penanaman
(pemberian) kehidupan rohani yang baru, karena pada dasarnya manusia telah
mati secara rohani, (b) perubahan yang total yaitu perubahan mempengaruhi
seluruh keberadaan kepribadian, yaitu pikiran, hati nurani, kehendak, emosi.
Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru” (Yehezkiel 36:26). Hati
menurut Alkitab adalah inti rohani dari satu pribadi, pusat dari seluruh aktivitas;
sumber yang darinya mengalir semua pengalaman mental dan spiritual, berpikir,
merasakan, menghendaki, mempercayai, dan sebagainya (Bandingkan dengan
Amsal 4:23; Matius 15:18-19).
2. Regenerasi sebagai Awal dari Seluruh Proses Pembaharuan
Dapat dikatakan bahwa regenerasi adalah awal dari seluruh proses pembaharuan
dalam kehidupan seorang Kristen. Karena regenerasi merupakan pemberian hidup
yang baru, maka artinya regenerasi merupakan awal dari proses-proses
pembaharuan hidup. Dengan demikian, orang yang lahir baru telah mengalami
langkah pertama dari pembaharuan. Proses-proses pembaharuan hidup yang
mengikuti regenerasi itu bersifat progresif dan disebut “pengudusan yang
dinamis”. Lalu apakah yang dimaksud Paulus dengan frase “terus menerus
diperbaharui”? Walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-pribadi baru, akan
tetapi mereka belum mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa; mereka masih
harus bergumul melawan dosa. Pembaharuan ini merupakan proses seumur
hidup. frase ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus
menerus
mengalami
proses
pengudusan
mencakup
pengudusan
pikiran,
kehendak, emosi, dan hati nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah
“pengudusan”, yang bersifat dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika;
yang memelukan pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus (1
Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). Selanjutnya, Paulus dalam Efesus
4:23 mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui di dalam roh dan
pikiranmu”. Dibaharui adalah bentuk present tense yang menunjuk kepada suatu
proses yang berkelanjutan. Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan
menjadi ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan
perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri
mereka berupa keinginan-keinginan daging, serta menyucikan diri dari segala
sesuatu yang mencemari tubuh dan roh.
3. Peranan Regenerasi dalam Pembentukan Karakter Kristen
Regenerasi merupakan misteri karena merupakan karya Allah semata-mata dan
kita tidak pernah dapat melihat dan merasakan; kita tidak pernah tahu persis
kapan regenerasi itu terjadi. Kita hanya dapat mengamati efek-efek dari
regenerasi itu saja; dan mengamati bukti-bukti dari perubahan yang terjadi.
Berikut ini akibat-akibat dari regenerasi: 1) Memampukan seseorang untuk
bertobat dan percaya, 2) Perubahan atau transformasi, 3) Pembaharuan pikiran
4) Menghasilkan buah Roh.
PENUTUP
Selain
mengakibatkan
kerusakan
total
pada
manusia,
dosa
juga
mengakibatkan ketidakmampuan total (total inability), yaitu bahwa: (1) Orang yang
belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang
sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum
Allah; (2) Tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak
mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri
menjadi kasih kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah
berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa
yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang belum lahir baru masih
mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi
perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih kepada Allah dan tidak pula dilakukan
dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Allah.
Maka jelaslah bahwa manusia memerlukan suatu perubahan yang radikal dan
menyeluruh yang memampukannya untuk dapat menjadi guru berkarakter kristen
sehingga dapat melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Regenerasi
adalah solusi yang disediakan Allah bagi sekolah kristen untuk meningkatkan mutu
gurunya: untuk memiliki karakter, integritas kristiani dan kepribadian yang baik,
berpenampilan menarik dan sopan/ berkepribadian menarik; cinta anak & memiliki
hati melayani; memiliki etos kerja tinggi; bersedia bekerja keras/pekerja keras, &
enerjik; mempunyai daya juang yang tinggi; hidup mandiri dan dapat bekerjasama
dalam tim.
REFERENSI
Anton Sukarno. 1999. Ciri-Ciri Kemandirian Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media
Chabib Thoha. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Disnakertrans Provinsi Bnten, 2016. Pengertian Etos
Kerja. http://disnakertrans.bantenprov.go.id/read/article-detail/tips-duniapencaker/62/Pengertian-Etos-Kerja.html.
Eran, 2013. Filsafat Pendidikan Yahudi. http://rahidani.blogspot.co.id/2013/10/
filsafat-pendidikan-yahudi.html
Hasan Basri. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayatullah, M Furqon. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Jobelist.com, 2015. Karakter Seorang Guru Agama Kristen.
http://jobelist.com/search/karakter-seorang-guru-agama-kristen
Kartono, K. 1985. Kepribadian: Siapakah Saya. Jakarta: CV. Rajawali
Kesuma, Dharma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Khasanah, Uswatun, 2006. Etos Kerja Sarjana Menuju Puncak Prestasi. Jojakarta:
Harum Group
Samani, Muchlas. Haryanto. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Samuel T. Gunawan, 2013. Membangun Dan Mengembangkan Karakter Kristen Yang
Kuat. Khotbah Ibadah Raya GBAP El Shaddai Palangka Raya
Sinamo, Jansen. 2005. 8 Etos kerja profesional. Jakarta: Spirit Mahardika
Siregar, 2000. Sumber Daya Manusia (Konsep universal Etos Kerja). Jakarta:
Gramedia
Tong, Stephen., 2010. Arsitek Jiwa II, Cetakan Ketujuh, Jakarta: Momentum
Toto Tasmoro, 2002. Etos Kerja Muslim. Jakarta: Labmend
Wahyuliansyah. 2014.Pengaruh Kemandirian Siswa Terhadap Prestasi Belajar.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Wofford, J.C, 2001., Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan. Terjemahan,
penerbit Yokyakarta: Andi.
Download