AKSESIBILITAS PASEIEN PENGGUNA BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI RSUD KOTA TANJUNGPINANG JURNAL Oleh YULIASTRI NIM: 100569201123 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016 1 AKSESIBILITAS PASIEN PENGGUNA BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI RSUD KOTA TANJUNGPINANG Yuliastri Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016 ABSTRAK Akses merupakan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Akses bisa digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan, mencari dan mendapatkan sumber daya yang menawarkan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Aksesibilitas dalam hal ini berkaitan dengan fasilitas BPJS yang digunakan masyarakat. Dalam penelitian ini ditemukan keterkaitan antara BPJS dengan pelayanan rumah sakit sehingga menimbulkan ketidakpuasan pelayanan bagi masyarakat. Terdapat perbedaan akses dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang didasarkan pada status sosial dan ekonomi. Perbedaan akses yang terjadi dalam masyarakat dilihat dengan menggunkankan konsep aksesibilitas sosial yang disampaikan oleh Lweis A. Coser, dimana terdapat 2 (dua) faktor yang menghambat masyarakat mendapatkan akses yaitu internal dan eksternal. Tujuan peenlitian yaitu ingin mengetahui bagaimana aksesibilitas pelayanan kesehatan pengguna BPJS di rumah sakit yang dilihat dari nilai-nilai pelayanan yang sesuai dengan standar rumah sakit. Penelitian ini termasuk pendekatan kualitatif dan jenis deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide), dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles & Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi. Adapun hasil temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketidaksamaan akses dalam pelayanan di RSUD kota Tanjungpinang terhadap masyarakat pengguna BPJS kesehatan. Hal ini tampak dari bagaimana pihak rumah sakit kurang cepat dalam menanggapi keluhan masyarakat khususnya pengguna BPJS dari pemerintah. Selain itu, status sosial dan ekonomi masyarakat juga mempengaruhi pelayanan dari rumah sakit, karena status sosial menentukan posisi seseorang dalam masyarakat. Kata kunci : Aksesibilitas Masyarakat Pengguna BPJS Kesehatan 2 AKSESIBILITAS PASIEN PENGGUNA BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI RSUD KOTA TANJUNGPINANG Yuliastri Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016 ABSTRACT Access is an opportunity to obtain appropriate health care according to need. Access can be used to identify the needs, seek and obtain resources that offer appropriate services according to user needs. BPJS health is an established from the government to urge the entire community to register as a participant BPJS users. In this study discovered the link between BPJS with hospital services, it’s have dissatisfaction services of the community. There are differences in access of providing services to the society based on social and economic status. Differences of access that made by people was use the social exchange theory expressed by Lweis A. Coser, where there are two (2) factors that inhibit public access is internal and external. The goal of this research is to know how the accessibility of health services in hospitals BPJS users as seen from the values of service in accordance with hospital standards. This research includes of qualitative and descriptive approach, statistics collected is done by observation method, interviews using an interview guide, and documentation. Data analysis in this research by the Miles & Huberman models. Which is data reduction, data presentation, conclusions, and verification. As the result in the research showing that there is inequality in service access in Tanjungpinang city hospitals to community health BPJS users. This is evident from how the hospital less rapidly in response to complaints from the public, especially users BPJS government. Moreover, the social and economic status also affects the care of the hospital, because the social status determines one's position in society. Keywords : Accessibility of Community User of BPJS. 3 Latar Belakang Usaha meningkatkan akses penduduk miskin pada pelayanan kesehatan dalam kenyataannya berpapasan dengan bermacam-macam kendala. Lokasi sejumlah fasilitas kesehatan (seperti Puskesmas, rumah sakit, rumah bersalin, apotek, toko obat, praktik dokter dan sebagainya) kerap kali terletak di tempat yang sulit diakses penduduk miskin. Impliksinya adalah terjadi kesejangan pelayanan kesehatan, dalam arti penduduk miskin memperoleh pelayanan kesehatan lebih buruk daripada mereka yang tergolong kaya. Lokasi fasilitas kesehatan tentu saja bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan pelayanan kesehatan tersebut. Faktor-faktor lain seperti kemampuan finansial, ketersediaan peralatan kesehatan, kecukupan tenaga medis maupun paramedis, informasi tentang kondisi kesehatan, serta jaringan bisnis di sektor kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesenjangan pelayanan kesehatan. Namun begitu, rendahnya aksesibilitas penduduk miskin terhadap fasilitas kesehatan adalah salah satu faktor determinan yang mempengaruhi terjadinya kesenjangan pelayanan kesehatan. Rekomendasi tentang strategi meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin. Kebiasaan masyarakat membeda–bedakan pelayanan terhadap kelompok masyarakat miskin dan masyarakat kaya mengakibatkan program–program pemerintah sulit sekali berhasil terlaksana. Pelayanan pegawai rumah sakit selalu memberikan tindakan cepat dengan kualitas sebaik mungkin terhadap kelompok masyarakat yang kaya dan mengabaikan kelompok masyarakat miskin. Sikap seperti ini tidak seharusnya terjadi karena pada dasarnya kewajiban petugas kesehatan adalah membantu semua orang yang sakit agar lekas sembuh tanpa ada unsur pertimbangan status sosial pasiennya. Selanjutnya keluhan–keluhan masyarakat miskin setelah masih belum bisa teratasi sampai sekarang. Masalah kesenjangan sosial selalu menjadi duri yang menghambat kesejahteraan masyarakat khususnya dalam pelayanan kesehatan. 4 Program–program kesehatan yang telah diluncurkan seperti kartu–kartu pelayanan jaminan kesehatan agar mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun pada kenyataannya tetap saja masih ada saja penghalang kelancaran program tersebut terlaksana. Permasalahan juga tampak dari beberapa pengguna jasa rumah sakit yang masih banyak keluhan dari pelayanan yang diberikan. Keluhan masyarakat terhadap pelayanan RSUD Kota Tanjungpinang seperti masalah pelayanan lambat dan berbelit-belit, kurang tanggapnya pegawai terhadap keluhan pasien, fasilitas rawat inap yang mengecewakan dan kurangnya dokter spesialis (Edward: 2011 Tribun Batam). Berdasarkan keluhan atau ketidakpuasan masyarakat akan hasil pelayanan tersebut, terlihat jelas bahwa keluhan masyarakat akan menunjukkan kualitas pelayanan yang diberikan, sebab inti dari pelayanan publik bermuara kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kualitas pelayanan yang diterima masyarakat. Kemudian Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmansyah, mengadakan sidak ke RSUD, beliau menemukan pelayanan kurang maksimal. Lingkngan RSUD terlihat kumuh, ditemukan sampah-sampah bertumpuk tidak jauh dari ruang pasien yang dirawat, dan sistem pelayanan yang belum maksimal (Tanjungpinang Pos : 2013). Fenomena yang sering terlihat adalah perbedaan pelayanan antara masyarakat Pra-Sejahtera yang membawa kartu jaminan seperti BPJS dengan masyarakat biasa yang pembiayaan rumah sakit secara mandiri. Keluarga PraSejahtera yang termasuk dalam pengguna BPJS tersebut mendapatkan penanganan yang kurang tanggap, diletakkan dikelas-kelas ekonomi terbawah seperti kelas III yang padat pasiennya tanpa mempertimbangkan penyakit yang diderita pasien kemudian keluarga Pra-Sejahtera dengan jaminan kartu pemerintah hanya mendapatkan obat-obatan generik bukan obat paten seperti dikelas VIP atau kelas 1. Berdasarkan perihal tersebut tampak bahwa bangsal dan jumlah pasien tidak seimbang dengan jumlah tenaga medis yang tersedia, bahkan masyarakat sering kesulitan menemui perawat di meja pos jaga untuk meminta izin agar pasien tersebut dirawat dengan baik, karena di kamar-kamar pasien hanya 5 keluarga saja yang melakukan perawatan dan melayani pasien. Keadaan seperti itu sepertinya sangat ironis, perawat yang harusnya menjalankan perannya dengan baik malah menunjukkan membeda-bedakan pelayanan yang berhubungan dengan nyawa seseorang. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengamati fenomena pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin dengan menggunakan fasilitas jaminan kesehatan yang disediakan pemerintah. Pelayanan kesehatan yang tidak sesuai sudah sering kita lihat di berbagai daerah dan bukan merupakan masalah yang baru khususnya pada pelayanan kelas III. Melihat fenomena seperti ini peneliti ingin melihat bagaimana terjadinya kesenjangan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang menggunakan fasilitas jaminan kesehatan dari pemerintah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang. Perbedaan pelayanan ini tidak seharusnya terjadi karena setiap fasilitas yang digunakan pasti akan dibayar sesuai dengan ketentuannya dan tidak terdapat perbedaan harga dalam pembayaran baik secara pribadi langsung maupun dengan menggunakan BPJS. Pihak BPJS akan membayar semua tagihan dari rumah sakit sesuai dengan fasilitas yang digunakan sama seperti masyarakat umum. Hanya saja cara pembayaran dari masyarakat yang berbeda yaitu dengan jaminan sosial dan biaya pribadi. Sehingga peneliti tertarik untuk menemukan penyebab dari perbedaan akses pelayanan bagi pengguna BPJS tersebut di rumah sakit. Perumusan Masalah Salah satu kebijakan atau program pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat adalah BPJS Kesehatan. Suatu program ataupun kebijaksanaan yang sudah dijalankan perlu dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana efektifitas dari program tersebut dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, sebuah kebijakan yang dijalankan selalu memiliki pengaruh sebab dan akibat sehingga selalu ada perubahan dan inovasi untuk mencapai sebuah kesejahteraan. Bertitik tolak dari uraian tersebut, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana aksesibilitas 6 pasien pengguna BPJS kelas III terhadap pelayanan kesehatan di RSUD kota Tanjungpinang?. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian. Adapun tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana aksesibiltas pasien pengguna BPJS kelas III terhadap pelayanan kesehatan di RSUD kota Tanjungpinang. Terdapat perbedaan pelayanan pada setiap strata atau kelas masyarakat yang menyebabkan munculnya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Khususnya dilihat dari keluhan masyarakat yang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan kelas III di RSUD kota Tanjungpinang. 2. Kegunaan Penelitian a. Penerapan ilmu yang telah dipelajari khususnya dalam bidang Sosial. b. Bahan informasi dalam penelitian–penelitian berikutnya dengan permasalahan penelitian yang sama serta menjadi referensi pustaka bagi pemenuhan kebutuhan penelitian lanjutan. Konsep Teori 1. Aksesibilitas Sosial Pelayanan Kesehatan Dalam pelayanan kesehatan, akses biasanya didefinisikan sebagai akses ke pelayanan, provider dan institusi. Menurut beberapa ahli akses lebih dari pada pelengkap dari pelayanan kesehatan karena pelayanan dapat dijangkau apabila tersedia akses pelayanan yang baik. Sementara itu, umumnya para ahli menyadari bahwa karakteristik pengguna mempengaruhi karakteristik provider dalam memberikan pelayanan. Dengan kata lain, akses ke pelayanan terbentuk dari hubungan antara pengguna dan sumber daya pelayanan kesehatan. Akses merupakan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Akses bisa digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan, mencari dan mendapatkan sumber daya yang menawarkan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna (Asnab, 2013). 1. Ketidaksamaan Akses Sosial 7 Ketidaksamaan akses sosial dapat muncul sebagai akibat dari nilai-nilai kebudayaan yang dianut oleh sekelompok orang itu sendiri. Akibatnya, nilai-nilai luas, seperti apatis cenderung menyerah pada nasib, tidak mempunyai daya juang, dan tidak mempunyai orientasi kehidupan masa depan. Dalam penjelasan Lewis (1969), kesenjangan sosial tipe ini muncul karena masyarakat itu terkungkung dalam kebudayaan kemiskinan.(Idris, 2012) Kesenjangan atau ketidaksamaan akses yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dosebabkan oleh adanya perbedaan yang mencolok antara satu individu dengan individu yang lain, atau dari satu kelompok dengan kelompok yang masayrakat lain. Selain itu, kesenjangan sosial juga dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor-faktor yang menghambat, mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan akses atau kesempatan-kesempatan yang tersedia. Faktor terebeut seperti minimnya kualitas sumber daya manusia yang terbatas pada peraturan-peraturan pemerintah dan adanya budaya kemiskinan struktural yang menyebabkan masyarakat sulit mendapatkan akses kesehatan. 2. Stratifikasi Sosial dalam Pelayanan Kesehatan Pitirim A. Sorokim mengatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat-tingkat (Hanamanteo,2014). Stratifikasi sosial yang disampaikan tersebut berupa sistem lapisan dalam masyarakat yang merupakan ciri tetap dan umum dalam tipe masyarakat yang hidup teratur. Selain itu Drs. Robert M.Z. Lawang (dalam Hanamanteo, 2014) mengemukakan bahwa stratifikasi sosial adalah penggolonga orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisanlapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Kemudian hal yang sama juga dikemukan oleh Max Weber tentang stratifikasi sosial yang merupakan penggolongan orang-orang berdasarkan pada lapisan hirarkis menurut previlise dan prestise. 8 Metode Penelitian Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yakni berupaya menyajikan gambaran yang terperinci mengenai suatu situasi khusus di lokasi penelitian. Mely G.Tan (Silalahi, 2010:28) menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Berdasarkan pada data-data yang didapatkan serta pemahaman yang berkembang diantara para informan, maka hasil penelitian ini dianalisa dalam bentuk uaraian yang menggambarkan keadaan sosial terkait aksesibilitas pengguna BPJS terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Tanjungpinang. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Rumah Sakit Umum Daerah kota Tanjungpinang ruangan anak kelas III. Pemilihan lokasi ini sengaja dilakukan dengan alasan peneliti melihat keluhan-keluhan yang muncul di ruamh anak kelas III lebih banyak dibandingkan dengan ruangan kelas III lainnya. Hal ini berdasarkan pengalaman dari beberapa informan yang pernah menggunakan fasilitas kesehatan di RSUD kota Tanjungpinang. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung dari informan penelitian yang dapat berupa hasil wawancara peneliti kepada informan penelitian. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, foto, majalah, jurnal, artikel dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. 9 Populasi dan Sampel Sesuai dengan jenis penelitian bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan pendekatan populasi, tetapi masih mengenal istilah sampel. Sampel dalam penelitian yang kualitatif lebih kepada pendekatan secara intensif ke informan yang akan dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini informan merupakan subjek yang menjadi sumber peneliti dalam mendapatkan informasi sebagai data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan peneliti. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2009:216). Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah pengamatan langsung di lokasi penelitian, observasi diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan tidak berperan serta. Observasi tanpa peran serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan. Namun observasi berperan serta, pengamat melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan menjadi bagian dari masyarakat yang diamatinya. Dalam penelitian ini yang diamati tentunya adalah pelayanan dari perawat dan dokter yang bertugas di rumah sakit seperti cara berbicara, ketepatan waktu dan ketanggapan dalam melayani pasien. 2. Wawancara Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara langsung dan berulang-ulang. Wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan instrument penelitian berupa interview guide. Interview guide berisikan daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka yang digunakan untuk menjadikan wawancara yang dilakukan agar lebih terarah bertujuan menggali informasi yang akurat dari informan. 10 3. Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto dan data terkait yang akan menjadi lampiran pada penelitian ini. Dengan adanya dokumentasi dapat mendukung kredibilitas hasil penelitian. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam–macam dan dilakukan terus menerus sampai datanya jenuh. Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006:70), mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis hasil interview, catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang didapatkan. Metode yang digunakan dalam penulisan ini penulis lebih menitikberatkan pada analisa secara kualitatif yaitu dengan menelaah seluruh data, baik data primer maupun data sekunder yang kemudian disusun dan diklasifikasikan, lalu diinterprestasikan sesuai dengan pemahaman peneliti. Teknik deskriptif analisis yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Dalam prosesnya, analisa data dalam penelitian ini menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono 246 : 2009), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi data. Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting yang didapatkan berdasarkan penelitian di lapangan, sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap penelitian tahap selanjutnya. Karena data yang diperoleh dilapangan tentu jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dengan membuat uraian singkat, bagan, maupun hubungan antar kategori. Tetapi yang sering dilakukan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat 11 narasi, sehingga memudahkan dalam memahami apa yang terjadi di lapangan dan merencanakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah ketiga analisis data penelitian kualitatif. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi jika kesimpulan awal ternyata valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Proses mengecek kebenaran data awal yang diperoleh, dengan melakukan penelitian kembali di lapangan merupakan proses verifikasi data. Kesimpulan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Pembahasan dan Temuan Dalam penelitian ini penggunaan BPJS di rumah sakit umum daerah kota Tanjungpinang menjadi objek penelitian dimana saat ini terdapat banyak keluhan tentang penggunaan BPJS dalam pelayanan kesehatan. Akses pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat cenderung tidak memberikan kenyaman dan semakin menyulitkan masyarakat. Khususnya bagi masyarakat kota Tanjungpinang yang menggunakan BPJS Kesehatan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan di rumah sakit. Masalah rumitnya mendapatkan akses kesehatan akibat prosedur BPJS yang tidak menyediakan fasilitas pengobatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan saran dokter. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan akses kesehatan di rumah sakit umum daerah Tanjungpinang, adalah sebagai berikut: a. Akses Pelayanan Pendaftaran Berobat b. Akses Pelayanan UGD c. Akses Pelayanan Dokter d. Akses Pelayanan Perawat 12 Ketidaksamaan Akses Pelayanan Kesehatan Setiap prosedur di rumah sakit maupun instansi lainnya memiliki perbedaan bagi masyarakat yang mandiri dengan masyarakat yang mendapatkan bantuan atau jalur pelayanan lain. Seperti di sekolah atau instansi pendidikan membedakan jadwal pendaftaran bagi siswa mereka. ada jalur khusus bagi siswa yang tidak mampu dan pendaftaran mereka melalui dinap pendidikan sedangkan bagi siswa yang mampu bisa mendaftar langsung ke sekolan manapun sesuai pilihan mereka. Penggunaan jaminan kesehatan tentu saja tidak semudah pembiayaan sendiri. Akan tetapi, hal tersebut seharusnya hanya berlaku dalam hal administrasi melainkan tidak pada pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan pelayanan dari masyarakat pengguna BPJS dengan masyarakat yang membiayai dengan dana sendiri secara langsung. Hal ini terjadi karena dalam pelayanan pihak rumah sakit tidak memenuhi standar fungsional mereka yang sering disebut dengan disfungsi. Disfungsi dalam pelayanan yang terjadi seperti perawat atau dokter tidak melayani dengan memandang nilai etika dan estetika pelayanan, tetapi melihat dari status sosial dan cara pembiayaan dari pasien tersebut. Hal ini merupakan kesenjangan sosial yang terjadi di rumah sakit didasarkan pada cara pembiayaan. Disisi lain peneliti menemukan salah satu penyebab pihak rumah sakit tidak melayani pasien pengguna BPJS dengan maksimal sehinggal terjadi disfungsi pelayanan yang menyebabkan munculnya kesenjangan sosial dimata masyarakat. Salah satu penyebab terjadinya kesenjangan sosial dalam pelayanan bagi pengguna BPJS ditemukan bahwa pihak dari BPJS memiliki banyak tunggakan membayarkan tagihan dari rumah sakit terhadap penggunaan BPJS. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pihak rumah sakit lebih memprioritaskan pasien umum daripada pasien BPJS (TanjungpinangPos, Minggu 6 April 2016). 13 Stratifikasi dan Kesenjangan Pelayanan Kesehatan Stratifikasi sosial merupakan pengelompokan anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat atau vertikal. Selain itu juga bisa diartikan sebagai suatu pengelompokan masyarakat berdasarkan status sosial yang dimilikinya. Definisi tersebut didukung pernyataan dari Pitirim A Sorokin, yaitu pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah. Dimana sistem lapisan tersebut merupakan cirri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. (Lina, 2009) Stratifikasi sosial tersebut hidup dalam masyarakat sampai saat ini, bahkan merambat kedalam berbagai segi kehidupan manusia. Salah satunya pada bidang pelayanan kesehatan sering terjadi perbedaan pelayanan akibat status sosial yang dimiliki pasien. Kesimpulan Dalam penelitian ditemukan bahwa masyarakat mengalami kesulitan dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan di rumah sakit umum daerah kota Tanjungpinang. Adapun kesulitan akses yang jelas terlihat dalam penelitian yaitu akses pelayanan administrasi pendaftaran dan akses pelayanan UGD. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan pelayanan terhadap masyarakat yang memiliki kerabat atau teman yang bekerja di rumah sakit sehingga memudahkan mereka mendapatkan pelayanan lebih cepat dari seharusnya. Sedangkan dalam hal akses pelayanan dokter dan perawat saat penelitian tidak ditemukan kesulitan atau perbedaan akses. Namun di luar penelitian tidak tertutup kemungkinan perbedaan pelayanan juga terjadi berdasarkan status sosial atau hubungan kekeluargaan. Terdapat beberapa keluhan masyarakat terhadap pelayanan dokter tertentu seperti dilihat dari cara menyentuh dan memeriksa pasien. Secara khusus berdasarkan pembiayaan atau kekayaan masyarakat hasil temuan yang mencolok dalam penelitian dimana terjadinya kesenjangan (ketidaksamaan akses) bagi pasien pengguna BPJS dengan pasien umum yaitu dikarenakan pihak BPJS memiliki banyak tunggakan pembayaran kepada rumah 14 sakit. Sehingga terjadi perbedaan prioritas pelayanan bagi pasien umum dan pasien pengguna BPJS. Sedangkan berdasarkan status sosial perbedaan akses terjadi dikarenakan pekerjaan atau kekuasaan seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap individu atau pegawai rumah sakit tersebut. Seperti jabatan dari orang tu pasien atau kerabat pasien yang bekerja di rumah sakit sehingga mempengaruhi pelayanan karena rasa saling menghargai terhadap sesama pegawai di rumah sakit. Saran 1. Masyarakat diharapkan selalu menghargai hak semua masyarakat dalam medapatkan pelayanan dibidang apapun, karena dimata hukum dan pemerintahan setiap orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh kesejahteraan. 2. Masyarakat diharapkan saling menghargai dan memberikan pelayanan yang sesuai dnegan kebutuhan dan prosedur pelayanan dengan tepat. 3. Masyarakat yang bertugas melayani masyarakat umum diharapkan menjaga dan mempertahankan kepercayaan yang sudah diberikan masyarakat sehingga tidak ada keraguan yang muncul. 4. Kartu kesehatan yang disediakan untuk meringankan dan mensejahterakan kesehatan masyarakat selayaknya justru memudahkan masyarakat bukan mempersulit mendapatkan akses kesehatan. 5. Pemerintah seharusnya lebih mempertegas dan memberikan kebijakan serta memperluas dalam mengcover berbagai layanan kesehatan atau semua penyakit yang terdapat dalam masyarakat. 15 DAFTAR PUSTAKA Daldiyono. 2007. Pasien Pintar dan Dokter Bijak. Jakarta: BIP Dwirianto, Sabarno. 2013. Kompilasi Sosiologi Tokoh dan Teori. Pekanbaru : UR Press Lumenta, Benyamin. 1989. Pelayanan Medis Citra, Konflik dan Harapan Tinjauan Fenomena Sosial. Yogyakarta: Kanisius Murti, Bhisma, 2003. Mengembangkan Indikator Kualitas Pelayanan Kesehatan. JurnalmPelayanan Kesehatan Vol. 06 (02) Muzaham, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Pohan, Imbalo S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar-dasar, Pengertian, dan Terapan. Jakarta: EGC Sudarma, Momon. 2009. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Suharto, Edi. 2007. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Soetarso, 1993. Kesejahteraan Sosial, Pelayanan Sosial dan Kebijakan Sosial. Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta, Gramedia. Yunindyawati. 2004. Modul Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sriwijaya 16 Sumber lain : Atnike Nova Sigiro. 2014. Kebijakan Untuk Kemiskinan: Globalisasi Dan Perubahan Pola Jaminan Sosial. Di akses pada 14 Desember. Reski Permata Sari. 2012. Kualitas pelayanan kesehatan dalam tinjauan pengguna jamkesmas (studi mengenaai persepsi pengguna jamkesmas di RSUP Dr. mmad Hoesin Palembang) Universitas Sriwijaya. Diakses pada 03 Juni pada pukul 08:45. Idris, Muhammad. 2012. Kesenjangan Sosial. Diakses pada 13 Mei pada pukul 04:12. Koto, Lina. 2009. Pengertian dan Contoh Stratifikasi Sosial Menurut Para Ahli.diakses pada 09 Februari pada pukul 00:51. Tanjungpinang Pos. Profil RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2011. Terbit pada Senin 3 Juni 2013