Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… COPE METHOD: TEKNIK MENGURANGI KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang Erin Ratna Kustanti Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang Abstract Communication is an important task for adolescence. They must learn how to make a good interaction and socialization. But in fact, adolescence often find difficulties to develop their communication ability.they often feel anxiety or fear to communicate (communication apprehension). Adolescence who have problems in communicating it would require treatment or coping strategy. One of the coping strategies is COPE method. COPE method is a a process that consists of four main stages in which individuals attempt to deal with and control of stressful situation. Keywords: adolescence, communication apprehension, COPE method Pendahuluan Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah tugas yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi tersebut, remaja harus membuat penyesuaian baru. Penyesuaian yang terpenting dan tersulit salah satunya adalah penyesuian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya (Hurlock, 1980). Pada remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mereka. Bagi remaja, dikucilkan akan mengakibatkan stres, frustasi dan kesedihan (Santrock, 1996). Salah satu fungsi Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 1 Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… utama dari kelompok teman sebaya adalah menyediakan berbagai informasi mengenai dunia luar keluarga. sumber penting bagi dukungan emosional selama masa remaja yaitu meningkatnya keterlibatan remaja dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan tempat untuk membentuk hubungan dekat yang berfungsi sebagai “latihan” hubungan yang akan mereka bina di masa dewasa (Buhrmester; Gecas & Seff; Laursen, dalam Papalia, Olds & Fieldman, 2009). Kekuatan dan pentingnya pertemanan serta jumlah waktu yang dihabiskan dengan teman lebih besar terjadi di masa remaja dibandingkan dengan masa-masa lain sepanjang rentang kehidupan manusia. Remaja mulai lebih mengandalkan teman dibandingkan orangtua untuk mendapatkan kedekatan dan dukungan serta berbagi rahasia (Berndt&Perry; Buhrmester; Hartup & Stevens; Laursen, dalam Papalia, Olds & Fieldman, 2009). Komunikasi Interpersonal Hubungan teman sebaya yang baik perlu bagi perkembangan sosial yang normal pada masa remaja. Meningkatnya kedekatan dalam pertemanan remaja mencerminkan perkembangan kognitif dan emosi. Kapasitas untuk membangun kedekatan berhubungan dengan penyesuaian diri dan kompetensi sosial. Remaja yang memiliki pertemanan yang dekat, stabil dan mendukung umumnya memiliki pandangan yang lebih baik tentang diri mereka sendiri, menjalani pendidikan dengan baik, mampu bergaul, serta memiliki kemungkinan yang kecil untuk Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 2 Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… menjadi kasar, cemas dan depresi (Berndt & Perry; Buhrmester; Hartup & Stevens, dalam Papalia, Olds & Fieldman, 2009). Pada penelitian lain hubungan teman sebaya yang harmonis pada masa remaja berhubungan dengan kesehatan mental yang positif pada usia pertengahan (Hightower, dalam Santrock, 2003). Isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk masuk ke dalam suatu jaringan sosial berkaitan dengan berbagai bentuk masalah dan gangguan, dimulai dari kenakalan dan masalah alkohol hingga depresi (Kupersmidt& Cole, Simons, Conger & Wu, dalam Santrock, 2003). Ditolak atau tidak diperhatikan oleh teman sebaya akan mengakibatkan rasa kesepian dan muncul rasa permusuhan. Selanjutnya penolakan dan pengabaian dari teman sebaya ini akan berhubungan dengan kesehatan mental individu dan masalah kriminal. Berbicara tentang penyesuaian sosial tentunya tidak akan terlepas dari kemampuan komunikasi interpersonal. Tugas remaja dalam kaitannya dengan penyesuaian sosial adalah mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal dan belajar untuk bergaul dengan teman sebayanya dan juga dengan orang lain, baik berinteraksi dengan satu orang maupun dalam suatu kelompok. Komunikasi interpersonal diartikan sebagai proses komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, baik secara langsung atau tidak langsung serta dapat berlangsung dalam satu arah ataupun dua arah. Komunikasi interpersonal dapat didefinisikan pendekatan hubungan diadik dan pendekatan perkembangan. Dilihat dari pendekatan diadik, komunikasi interpersonal diartikan sebagai proses pengiriman pesan antara dua orang yang Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 3 Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… memiliki hubungan interpersonal. Sedangkan dari pendekatan kedua, komunikasi interpersonal merupakan suatu kontinum hubungan interpersonal yang diawali dari proses impersonal sampai terbentuknya hubungan intimasi dalam hubungan interpersonal (DeVito, J.A., dalam Andayani, 2009). Proses impersonal sendiri meliputi sensasi, persepsi, memori dan proses berfikir (Rakhmat, dalam Andayani 2009). Efektivitas komunikasi interpersonal dapat dicapai bila antara komunikator dan komunikan mencapai pengertian yang sama dan komunikasi berlangsung dalam suasana yang menyenangkan (Rakhmat, dalam Andayani 2009). Beberapa penelitian mengenai efektivitas komunikasi interpersonal seringkali dikaitkan dengan kompetensi interpersonal. Kompetensi interpersonal merupakan kemampuan seorang individu untuk melakukan komunikasi yang efektif. Kompetensi interpersonal yang dimiliki individu akan menciptakan hubungan interpersonal yang hangat dan menyenangkan serta memungkinkan dirinya untuk menjalin dan membina hubungan yang bermakna dengan orang lain (Spitzberg&Cupach, dalam Andayani, 2009). Kompetensi interpersonal ditunjukkan dengan terciptanya interaksi sosial dan komunikasi yang efektif sehingga terjalin hubungan antarpribadi yang memuaskan (Buhrmester dkk, dalam Andayani, 2009). William dan Solano mengatakan bahwa individu dengan kompetensi interpersonal yang rendah kurang mampu untuk memulai hubungan interpersonal dan meskipun sudah memiliki hubungan tetapi tidak mampu mengembangkan hubungan tersebut menjadi hubungan yang akrab dan menyenangkan (Andayani,2009). Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 4 Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… Kecemasan Komunikasi Remaja yang kurang percaya diri ketika melakukan interpersonal akan mengalami kecemasan komunikasi. komunikasi Ketakutan untuk melakukan komunikasi disebut sebagai communication apprehension atau communication anxiety (Rakhmat, 2004). Remaja yang mengalami kecemasan komunikasi akan menarik diri dalam pergaulan, takut orang lain akan mengejeknya dan menyalahkannya, berbicara terpatah-patah ketika pidato, hanya akan berbicara jika terpaksa saja, bicaranya sering tidak relevan jika terpaksa berkomunikasi sebab berbicara yang relevan tentu akan mengundang reaksi orang lain dan akan dituntut untuk berbicara lagi (Rakhmat, 2004). Keterampilan komunikasi menjadi sangat penting pada masa remaja karena mereka sudah mulai membina pergaulan dengan teman sebaya, guru, orang-orang yang berada di lingkungan rumah, dan masyarakat sekitar. mereka juga harus mengembangkan kemampuan komunikasi yang berkaitan dengan tugas-tugas dan kegiatan sekolah seperti diskusi, presentasi di depan kelas, dan kegiatan seni (Rakhmat, 2004). Remaja yang mengalami kecemasan komunikasi akan mengalami dampak yang tidak menguntungkan, baik ketika mereka nantinya harus bekerja atau menjadi mahasiswa. Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa 10 persen hingga 20 persen mahasiswa Amerika mengalami communication apprehension (Hunt,1978, dalam Tubbs, 2003). Kecemasan Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 5 Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… komunikasi pada remaja jika tidak diatasi maka mereka cenderung dianggap tidak menarik oleh orang lain, kurang mampu menyelesaikan tugas dengan baik, sangat jarang menduduki jabatan pemimpin, cenderung gagal dalam hal akademis, dan akan menemui kendala ketika memasuki dunia kerja (Rakhmat, 2004). McCarthy menemukan ada beberapa macam kecemasan yang dapat ditemui ketika seseorang melamar pekerjaan dan menjalani proses wawancara (interview), yaitu communication anxiety (perasaan grogi tentang kemampuannya untuk berkomunikasi secara verbal dan non-verbal secara tepat, dan ketrampilan untuk menjadi pendengar yang baik), appearance anxiety (merasa gelisah tentang bagaimana ia dilihat oleh orang lain), social anxiety (merasa takut untuk tidak diterima secara baik oleh orang lain), performance anxiety (merasa gelisah ketika ia diukur kemampuannya), dan behaviour anxiety (reaksi fisiologis yang diakibatkan oleh perasaan nervous). Macam-macam kecemasan yang telah dijelaskan oleh McCarthy tersebut tentu akan berdampak dalam pekerjaan, yaitu seseorang tidak dapat bekerja secara optimal, tidak dapat mengeluarkan semua potensi yang dimilikinya, sulit berkomunikasi, tidak memiliki relasi kerja yang luas, kurangnya kesempatan untuk naik jabatan yang lebih tinggi dan memiliki perasaan rendah diri. Remaja yang mengalami kecemasan komunikasi jika tidak diatasi akan mengarah pada shyness atau social anxiety (Tubbs, 2003), yaitu merasa takut untuk tidak diterima oleh kelompoknya. Remaja yang mengalami shyness atau social anxiety akan cenderung untuk menghindari orang lain, mudah ketakutan, tidak mudah percaya dengan orang lain, pendiam dan enggan untuk berbicara Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 6 Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… dengan orang lain, bahkan remaja tidak memiliki insiatif dalam situasi sosial, bicara pelan, menghindari kontak mata dan kurang dapat berkomunikasi. Zimbardo juga mengatakan hampir setiap orang dapat berpotensi untuk menjadi shyness atau social anxiety. Pernyataan yang dijelaskan oleh Zimbardo dibuktikan oleh penelitiannya terhadap orang Amerika, yaitu hanya 10 persen saja orang Amerika yang tidak pernah menjadi orang yang pemalu (Kutner dkk, 1992, dalam Tubbs, 2003). Shyness atau social anxiety tentu berdampak negatif pada kehidupan remaja baik di lingkungan, rumah, dan sekolah. Remaja menjadi tidak percaya diri pada kemampuan yang dimilikinya seperti kemampuan intelektual, sosial, dan sexual attractiveness. Jika kecemasan komunikasi ini tidak ditangani maka akan berlanjut pada usia perkembangan selanjutnya. Assendorf (2000, dalam Tubbs, 2003) ketika melakukan penelitian pada mahasiswa di Berlin Unversity menemukan bahwa mahasiswa yang mengalami shyness cenderung merasa terancam ketika harus berangkat kuliah dan meninggalkan rumahnya, tidak banyak memiliki teman, dan merasa kesepian. Penemuan Assendorf juga didukung oleh Lyne Kelly (2003, dalam Tubbs, 2003) yang menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengalami shyness akan mengalami masalah pada studinya, meskipun shyness itu sendiri tidak berhubungan dengan kemampuan intelektual. COPE Method Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 7 Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… Remaja yang mengalami masalah dalam berkomunikasi itu tentu membutuhkan penanganan. Salah satu penanganan alternatif adalah dengan COPE method. COPE method diperkenalkan oleh John Dacey yang menjelaskan bahwa anak dan remaja yang mengalami kecemasan, 90 persen dapat diatasi dengan metode tersebut. Metode ini pertama kali diterapkan pada remaja yang mengalami kecemasan setelah putus obat-obatan terlarang dan anak-anak yang mengalami performance anxiety dan social fobia akibat bencana hurricane Luis. COPE method tidak dapat diterapkan pada kecemasan yang sangat parah atau sudah mengarah pada anxiety disorder akut (Dacey, 2000). COPE method merupakan suatu proses yang terdiri dari empat tahap utama dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya (Dacey, 2000). COPE method ini bisa diberikan secara berkelompok ataupun individu dengan dibimbing oleh konselor atau pembimbing. Konselor disini bisa dilakukan oleh siapa saja yaitu bisa guru BK, orang tua, psikolog ataupun orang-orang yang dianggap mampu bisa membimbing remaja-remaja tersebut. Empat tahap utama dalam COPE method adalah Calming the nervous system, Originating an imaginative plan, Persisting in the face of obstacle and failure, dan Evaluating and adjusting the plan. (1) Calming the nervous system. Pada tahap ini remaja yang mengalami kecemasan akan diajak untuk menyadari dan mengeksplorasi reaksi kecemasannya baik secara fisiologis, pikologis, kognitif maupun perilaku mereka. Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 8 Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… (2) Originating an imaginative plan. Pada tahap ini setelah remaja tersebut sudah mampu menyadari reaksi kecemasannya dan penyebabnya, maka ia akan diajak untuk berpikir kreatif dan menemukan insight tentang bagaimana mengatasi perasaan cemas. (3) Persisting in the face of obstacle and failure. Remaja yang mengalami kecemasan tersebut pada tahap ini didorong agar ia dapat terus bersemangat dan dapat mengatasi kegagalan dan hambatannya yang dialaminya, sehingga menjadi semakin kuat untuk menghadapi situasi apapun. (4) Evaluating and adjusting the plan. Yaitu setelah remaja sukses mengikuti tiga tahap sebelumnya, maka selanjutnya mencari beberapa alternatif untuk mengatasi perasaan cemas dan problem yang dihadapinya. Pada tahap ini terapis dan remaja tersebut membuat evaluasi tentang sebelum dan sesudah rencana tersebut dilaksanakan. Terapis di sini juga harus memberikan dorongan, keyakinan dan umpan balik pada klien sehingga ia yakin dengan cara yang dipilih tersebut. Penutup COPE method adalah salah satu metode alternatif yang paling tepat untuk mengatasi kecemasan komunikasi yang dialami remaja. Metode ini bisa diterapkan atau dipakai di lembaga pelatihan komunikasi, di rumah, atau bisa juga di sekolah. Jika diterapkan di sekolah oleh guru BK (Bimbingan dan Konseling), COPE method tersebut dapat diterapkan dengan melibatkan proses evaluasi antara murid, orang tua maupun guru sehingga mereka dapat saling mengetahui Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 9 Anggun Resdasari & Erin Ratna : Cope Method …… perkembangan dan hambatan ketika remaja tersebut membuat pemecahan masalah komunikasi yang sedang dihadapinya. Sehingga diharapkan dengan adanya penerapan COPE method ini maka remaja tersebu bisa mengembangkan kompetensi komunikasinya, karena keberadaan kompetensi interpersonal dalam diri individu akan menjadikannya mampu menciptakan interaksi yang efektif, hangat serta menyenangkan (Andayani, 2009). Daftar Pustaka Andayani, T.R. (2009). Efektivitas Komunikasi Interpersonal. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Dacey, J.S., & Fiore, L.B. (2000). Your Anxious Child. San Fransisco: Jossey Bass Publisher. Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga. Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human Development Perkembangan Manusia. Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika. Santrock, J.W. Adolescence. (2003). Perkembangan Remaja. Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Tubbs, L.S. (2003). Human Communication (9rd ed), New York: MCGraw Hill. McCarthy, J. (2003). Anxiety in Job Interviews: More Than Sweaty Palms and WeakKnees. Diakses melalui situs http://www.utsc.utoronto.ca/~mgmt/journal/vol2no2/mccarthy.html. 12 November 2004. Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 10