BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia adalah salah satu bentuk dari hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan merupakan suatu sindrom spesifik pada kehamilan dan persalinan. Preeklampsia adalah keadaan terjadinya hipoperfusi ke organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan edema (Cunningham, dkk., 2012). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, jumlah kematian ibu hamil di Sumatera Barat pada tahun 2015 adalah 110 orang. Penyebab kematian ibu hamil di Sumatera Barat tahun 2015 didominasi oleh perdarahan (35%) dan HDK (12%), diikuti oleh infeksi (2%), gangguan sistem peredaran darah (1%), dan gangguan metabolik (1%). Selain itu, kematian ibu hamil dapat juga disebabkan oleh faktor non-obstetrik sebesar 37% (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2016). Dari kematian ibu hamil di Sumatera Barat pada tahun 2015 tersebut terdapat 15,45% di kota Padang dengan penyebab terbanyak adalah preeklampsia dan eklampsia 23,5%, dan perdarahan 23,5% (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2016). Data dari bagian rekam medis RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus preeklampsia setiap tahun, yaitu 80 kasus pada tahun 2010, 138 kasus pada tahun 2011, 158 kasus pada tahun 2012, dan 215 kasus pada tahun 2013 (Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil, 2016). Pada preeklampsia berat terjadi peningkatan risiko yang merugikan pada keluaran maternal dan perinatal. Oleh karena itu, deteksi dini sangat dibutuhkan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal yang diakibatkan dari kasus preeklampsia yang masih tinggi (Pangembanan, 2002). Pada Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pasien preeklampsia dapat terjadi sindrom Hemolisis, Elevated Liver enzyme and Low Platelet (HELLP) (10-20%), edema paru akut (2-5%), gagal ginjal akut (15%), solusio plasenta (1-4%), dan eklampsia (0-1%) (Sibai dkk., 2005). Edema paru akut merupakan komplikasi yang dapat timbul secara potensial pada pasien preeklampsia berat yang terjadi karena adanya akumulasi abnormal cairan di ruang interstisial dan jaringan paru dengan onset cepat. Keadaan ini dapat menyebabkan prognosis yang buruk bagi pasien preeklampsia berat (Angsar, 2010). Dari penelitian di Afrika Selatan, edema paru akut memiliki kontribusi sebesar 17,2% sebagai penyebab kematian pada wanita dengan preeklampsia berat (Thornton, dkk.,2009). Jumlah kasus edema paru akut sebagai komplikasi preeklampsia berat pada beberapa rumah sakit di Indonesia cukup bervariasi. Sebanyak 24 kasus (10,3%) edema paru akut terjadi dari 234 kasus preeklampsia berat pada tahun 2010 di RSUP dr. Kariadi Semarang (Raras, 2011). Di RSUD dr. Soedarso Pontianak terdapat 2 kasus (0,9%) edema paru akut dari 219 kasus preeklampsia berat pada tahun 2011 (Sinaga, 2012). Di rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya terdapat 477 kasus preeklampsia-eklampsia pada tahun 2012 dengan 27 kasus edema paru akut sebagai komplikasinya (Hermanto, dkk., 2014). Kejadian edema paru akut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia ibu, persalinan dengan sectio caesarea, Indeks Massa Tubuh (IMT), paritas, jumlah janin, penggunaan kortikosteroid / Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), terapi cairan dan magnesium sulfat (MgSO4). Di antara faktor-faktor tersebut, usia ibu, paritas, dan jumlah janin merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (Thornton dkk., 2009). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2 Dari segi usia, ibu preeklampsia dengan usia di atas umur 35 tahun dianggap rentan mengalami edema paru akut. Hal ini berhubungan dengan kerusakan endotel vaskular yang progresif yang terjadi akibat proses degeneratif. Kerusakan endotel vaskular menyebabkan perubahan rasio prostasiklin – tromboksan yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah. Selain itu, proses degeneratif dan endotel yang rusak juga akan melepaskan sitokin proinflamasi seperti TNF-α, dan IL-1 (Baratawidjaja dan Rengganis, 2012). Inflamasi yang terjadi dapat mengganggu permeabilitas kapiler di seluruh organ, salah satunya adalah paru. Terganggunya permeabilitas kapiler di paru tersebut akan memudahkan transudasi cairan ke alveoli sehingga terjadi edema. Selain itu, peningkatan homosistein yang sejalan dengan bertambahnya usia kemungkinan juga berperan dalam terjadinya edema paru. Homosistein dianggap sebagai faktor risiko utama dari aterosklerosis yang efeknya diduga melalui mekanisme yang mengakibatkan kerusakan oksidatif (Suheimi, 2008). Proses aterosklerosis akan meningkatkan resistensi pembuluh darah yang nantinya juga dapat berujung pada edema paru akut sebagai salah satu subtipe Acute Heart Failure Syndrome (AHFS). Di samping usia, insiden edema paru akut lebih banyak ditemukan pada ibu preeklampsia dengan status paritas primigravida. Mekanisme yang berperan dalam hal ini adalah maladaptasi imunologis ibu. Jumlah blocking antibodies yang tidak adekuat dan penurunan ekspresi Human Leukocyte Antigen – G (HLA-G) menyebabkan dilepasnya sel NK dan IL-2. IL-2 akan merangsang pertumbuhan sel T, sel B, sel NK, dan makrofag. Makrofag yang teraktivasi akan meningkatkan sintesis TNF-α. TNF-α merupakan sitokin proinflamasi dan aktivitas biologisnya adalah inflamasi dan aktivasi sel endotel di seluruh tubuh (Baratawidjaja dan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3 Rengganis, 2012). Efek tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler menjadi terganggu. Kapiler paru relatif lebih mudah dilalui oleh molekul protein, sehingga jika terjadi inflamasi endotel akan menyebabkan turunnya tekanan onkotik dengan mudah (Guyton dan Hall, 2007). Penurunan tekanan onkotik mengakibatkan cairan keluar dari kapiler menuju ruang interstisial dan alveolus yang menandakan terjadinya edema paru. Pada jumlah janin yang banyak atau kehamilan multipel akan meningkatkan masa plasenta dan memperparah risiko hipoksia plasenta. Uterus yang berat dapat menyebabkan kompresi lebih jauh pada pembuluh darah besar , sehingga dapat terjadi pengurangan aliran darah ke plasenta. Keadaan hipoksia plasenta akan meningkatkan faktor antiangiogenik Soluble fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt1) dan penurunan Placental Growth Factor (PIGF) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi (Saputra, 2014).Selain itu, terjadi peningkatan radikal bebas, terutama Reactive Oxygen Species (ROS), dan penurunan kapasitas antioksidan. Radikal bebas berlebihan tersebut akan bereaksi dengan polyunsaturated fatty acids (PUFA) pada membran sel dan lipoprotein pada plasma yang membentuk lipid peroksidase. Lipid peroksidase merupakan komponen yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan aktivasi leukosit, adhesi platelet, vasokonstriksi, kerusakan pada membran sel endotel, dan dapat merusak seluruh struktur sel endotel. Kerusakan tersebut dapat terjadi di seluruh endotel di dalam tubuh, termasuk endotel di kapiler paru. Disfungsi endotel mempermudah terganggunya permeabilitas kapiler paru yang berujung kepada perembesan cairan ke dalam alveolus sehingga terjadi edema paru (Gupta, dkk., 2009 ; Roberts, dkk., 2003). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4 Berdasarkan penelitian Sciscione dkk.(2003) pada tahun 1989-1999 di Christiana Care Hospital, Newark, Amerika Serikat, didapatkan 0,08% dari 62.917 ibu hamil mengalami edema paru akut dengan usia rata-rata ibu adalah 27,5 ± 6,3 tahun. Penelitian lainnya yang dilakukan pada 19 ibu hamil dengan edema paru akut di British Columbia Women’s Hospital and Health Centre tahun 2005, didapatkan usia rata-rata ibu adalah 34 ± 3,6 tahun dan 68% dengan status paritas primigravida. Namun, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia (pvalue = 0,209) dan paritas (p-value = 1,000) terhadap kejadian edema paru akut (Thornton dkk., 2009). Hasil penelitian terhadap hubungan jumlah janin dengan kejadian edema paru akut didapatkan ada hubungan yang bermakna antara kehamilan triplet dengan edema paru akut, di mana dari 66 ibu dengan kehamilan triplet didapatkan 15 (22,7%) ibu mengalami edema paru akut (p-value < 0,05) (Sarah dkk., 2003). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tentang hubungan usia ibu, paritas, dan jumlah janin dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.2 1. Rumusan Masalah Bagaimana distribusi frekuensi usia ibu, paritas, dan jumlah janin ibu preeklampsia berat dengan edema paru akut yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang? 2. Adakah hubungan usia ibu, paritas, dan jumlah janin dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang? Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan usia ibu, paritas, dan jumlah janin dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Distribusi frekuensi usia ibu preeklampsia berat dengan edema paru akut yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Distribusi frekuensi paritas ibu preeklampsia berat dengan edema paru akut yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 3. Distribusi frekuensi jumlah janin ibu preeklampsia berat dengan edema paru akut yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 4. Hubungan usia ibu dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 5. Hubungan paritas dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 6. Hubungan jumlah janin dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan sumber informasi untuk penelitian selanjutnya. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6 1.4.2 Bagi Ilmu Terapan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar bagi pihak terkait (medis dan paramedis) mengenai preeklampsia dalam hal pencegahan untuk mengurangi komplikasi preeklampsia berat khususnya edema paru akut dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan mortalitas baik maternal maupun perinatal. 1.4.3 Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang kejadian preeklampsia berat dan edema paru akut sebagai komplikasi dari preeklampsia berat. 1.4.4 Bagi Peneliti Penelitian ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam penulisan ilmiah dam memperluas wawasan pengetahuan mengenai preeklampsia berat dengan edema paru akut sebagai kompikasinya. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7