STIKES NGUDI WALUYO PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI USIA 6-7 BULAN BERDASARKAN ASUPAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN REMBANG JURNAL KARYA TULIS ILMIAH Oleh EKA DEWI ASTUTI NIM : 030112A022 PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2013 PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI USIA 6-7 BULAN BERDASARKAN ASUPAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN REMBANG Oleh: Eka Dewi Astuti Program Studi D IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting, dipakai setiap kesempatan pemeriksaan kesehatan anak pada semua kelompok umur. Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan ditandai dengan perubahan dan perubahan fisik disertai perubahan kebutuhan zat gizi. Tujuan penelitian untuk mengetahui Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 6-7 Bulan Berdasarkan Asupan di Wilayah kerja puskesmas Bulu Kabupaten Rembang. Metode Penelitian Jenis penelitian Analitik Komparatif, pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian ini bayi usia 6-7 bulan 60 responden, tehnik sampling menggunakan sampling jenuh sebanyak 60 responden. Alat pengumpulan data kuesioner dan buku KMS. Hasil Penelitian kelompok ASI Eksklusif 19 bayi rata-rata berat badan 8,38 kg, kelompok susu formula 17 bayi rata-rata berat badan 8,70 kg, kelompok ASI, susu formula dan MP-ASI 24 bayi rata-rata berat badan 8,68 kg. Hasil uji Anova diperoleh p-value 0,031< α (0,05), maka Ho ditolak. Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc test menggunakan LSD dengan hasil asupan ASI Eksklusif dengan Susu Formula p-value 0,021< α (0,05), ASI Eksklusif dengan ASI, Sufor, MP-ASI pvalue 0,021< α (0,05), dan Susu Formula dengan ASI, Sufor, MP-ASI p-value 0,844>α (0,05). Kesimpulan ada perbedaan berat badan bayi usia 6-7 bulan berdasarkan asupan. Kelompok asupan ASI Eksklusif dengan Susu formula dan asupan ASI Eksklusif dengan ASI, Sufor, MP-ASI menunjukkan ada perbedaan signifikan. Kata Kunci : Asupan, Berat badan bayi Kepustakaan : 30 Pustaka (2002- 20013) PENDAHULUAN Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi. Periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh orang tua (Hidayat, 2008). Bayi usia 0-6 bulan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari Air Susu Ibu (ASI). Air susu ibu adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal, sebab ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, yang meliputi hormon, antibodi, faktor kekebalan, dan antioksidan (Prasetyono, 2009). Menyusui merupakan kewajiban bagi setiap ibu yang telah melahirkan bayi. Menyusui juga merupakan wujud kasih sayang seorang ibu kepada bayinya. Ibu yang menyusui dapat memberikan hal yang sangat berharga kepada bayinya karena air susu ibu adalah satu-satunya makanan yang dibutuhka oleh bayi (Yuliarti, 2010). Badan Kesehatan Dunia WHO menganjurkan program ASI eksklusif selama 6 bulan karena terbukti bayi yang memperoleh ASI eksklusif menjadi lebih cerdas, sehat dan tidak mudah terinfeksi penyakit. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama bayi yang diproduksi secara alami oleh tubuh ibu dan merupakan makanan terbaik bagi bayi yang tidak dapat dikalahkan oleh susu formula jenis apapun. Air Susu Ibu (ASI) sebagai sumber makanan yang paling mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang belum berfungsi secara optimal (Sutomo dan Yanti, 2011). Pekan ASI sedunia Agustus 2008, The World Alliance For Breast Feeding Action (WABA) memilih tema Mother Support: Going For the Gold. Makna tema tersebut adalah suatu gerakan untuk mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu untuk memberikan bayi-bayi mereka makanan yang berstandar emas yaitu ASI yang diberikan eksklusif selama 6 bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama makanan pendamping ASI lainnya yang sesuai sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih (Depkes RI. 2008). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan propinsi jawa tengah tahun 2011 cakupan ASI eksklusif di Kota Semarang pada tahun 2011 yaitu 46,03% terjadi peningkatan sebesar 7,83 % dibandingkan pada tahun 2010 yaitu 37,26%, tetapi pada kenyataannya masih banyak bayi usia 0-6 bulan yang tidak diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang pada tahun 2011 cakupan ASI Eksklusif hanya mencapai 39,29%, masih belum memenuhi target departemen kesehatan yaitu 80%. Pemberian ASI akan berhasil dengan baik apabila bayi yang dilahirkan dibiarkan menyusu sepuasnya dan ibu mau menyusuinya, serta percaya diri bahwa ibu mampu melakukan hal tersebut. Tetapi banyak wanita karir yang bekerja sehingga pemberian susu formula telah menjadi kebiasaan dan sulit untuk mendorong ibu untuk memberikan ASI (Arini, 2012). Menurut World Health Organization (WHO), susu formula adalah susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh pada bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan saluran pencernaan seperti diare, muntah atau kesulitan BAB. Demikian juga dengan gangguan lainnya seperti batuk, sesak dan gangguan kulit . Susu formula (susu sapi) tidak mengandung Docosahexanoic (DHA) seperti halnya pada ASI sehingga tidak bisa membantu meningkatkan kecerdasan pada bayi. Produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi agar bisa seperti kandungan gizi pada ASI, namun hasilnya tidak dapat menyamai kandungan gizi dalam ASI (Khamzah, 2012). Penelitian jangka panjang dilakukan terhadap pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif dan bayi yang mendapat susu formula, hasilnya didapatkan berat badan bayi yang mendapat ASI lebih ringan dibandingkan bayi yang mendapat susu formula sampai usia 6 bulan. Kurva pertumbuhan yang normal adalah kurva bayi yang mendapat ASI. Berat badan berlebih pada bayi yang mendapat susu formula justru menandakan kegemukan dan tidak baik bagi kesehatan (Bambang, 2013). Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan yang diberikan pada bayi mulai usia 4-6 bulan untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi lain yang tidak dapat dicukupi ASI, disamping itu organ pencernaan bayi yang mulai siap untuk menerima makanan pendamping ASI (Didah, 2004). Makanan pendamping ASI diberikan untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang tidak dapat dicukupi ASI, selain itu juga merupakan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik dan bergizi dan sekaligus memperkenalkan beraneka ragam bahan makanan (Krisnatuti, 2005). Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting, dipakai pada setiap kesempatan pemeriksaan kesehatan anak pada semua kelompok umur (Narendra, dkk, 2010). Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh seperti tulang, otot, lemak, cairan tubuh sehingga akan diketahui pertumbuhan neonatus (Hidayat, 2005). Zaman sekarang ini banyak wanita yang menjadi wanita karir yang bekerja untuk mendukung keuangan keluarga. Saat setelah memiliki anak, biasanya wanita karier lebih senang menitipkan bayinya pada pengasuh dengan alasan kesibukan untuk mencari nafkah. Padahal yang paling dibutuhkan bagi perkembangan bayi adalah perhatian yang lebih dari ibunya. Tidak jarang juga lebih suka memberikan bayinya susu formula dibandingkan dengan ASI. Akibatnya sering kali bayi mengalami sakit karena daya tahan tubuhnya kurang baik (Marmi, 2012). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 6 April 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang pada bayi usia 6-7 bulan sebanyak 64 bayi. Sebanyak 20 diantaranya diberikan ASI eksklusif, 15 bayi hanya diberikan susu formula dan 29 bayi diberikan MP-ASI. Hasil wawancara 4 ibu bayi yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya didapatkan 2 bayi mengalami obesitas dan 2 orang memiliki berat badan yang normal sesuai dengan usia. Sedangkan 5 ibu bayi yang minum susu formula didapatkan 2 bayi mengalami obesitas dan 3 bayi memiliki berat badan yang normal sesuai usia bayi dan 3 ibu bayi yang diberikan MP-ASI mengalami obesitas. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian perbedaan antara berat badan bayi usia 6-7 bulan berdasarkan asupan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka di rumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Adakah perbedaan antara berat badan bayi usia 6 -7 bulan berdasarkan asupan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu?” Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan antara berat badan bayi usia 6-7 bulan berdasarkan asupan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang berbentuk perbandingan (Sugiono, 2010). Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional (belah lintang). Pendekatan cross sectional yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada waktu yang sama (Hidayat, 2010). B. Definisi Operasional Variabel Variabel Bebas Asupan Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur ASI Eksklusif Susu Formula ASI, Susu Formula dan MP-ASI Variabel Terikat : Berat badan bayi usia 6 -7 bulan Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan bayi (baby scale) dengan cara meletakan bayi di atas timbangan. Hasil berdasarkan angka yang ditunjukan pada alat ukur timbangan bayi yaitu kg Skala Nominal Rasio C. Populasi, Sampling dan Teknik Sampling Populasi pada penelitian ini adalah bayi usia 6-7 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu pada bulan Agustus- September sebanyak 60 bayi. Besarnya sampel pada penelitian ini adalah 60 bayi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan sampling jenuh. D. Analisa Data 1. Analisa Univariat Adapun variabel yang dianalisis dengan analisa univariat adalah gambaran berat badan bayi usia 6-7 bulan yang diberikan ASI eksklusif, gambaran berat badan bayi usia 6-7 bulan yang diberikan susu formula dan gambaran berat badan bayi usia 6-7 bulan yang diberikan ASI susu formula MP- ASI dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan mean (rata-rata) dari hasil penimbangan kelompok bayi yang diberi ASI eksklusif, kelompok bayi yang diberi susu formula dan kelompok bayi yang diberikan ASI susu formula MP-ASI 2. Analisa Bivariat Dalam penelitian ini uji normalitas data menggunakan uji uji Kolmogorov-Smirnov. Selain itu juga dilakukan uji homogenitas varian. Setelah dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas varian dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal dan varian homogen, sehingga dalam penelitian ini menggunakan uji One Way Anova dan dilanjutkan uji Post Hoc Test dengan menggunakan uji LSD. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Jenis Kelamin Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Asupan Bayi Usia 6-7 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang, 2013 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah ASI Eksklusif Susu Formula F 8 11 19 F 7 10 17 % 42,1 57,9 100,0 % 41,2 58,8 100,0 ASI, Susu Formula, MPASI F % 10 41,7 14 58,3 24 100,0 Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa, bayi usia 6-7 bulan yang diberikan asupan ASI eksklusif lebih banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu sejumlah 11 bayi (57,9%), asupan susu formula paling sedikit jumlahnya dibandingkan dengan asupan yang lainnya yaitu sejumlah 10 bayi (58,8%), sedangkan yang paling banyak adalah bayi perempuan yang diberikan asupan ASI, susu formula dan MP-ASI yaitu 14 bayi (58,3%). 2. Panjang Badan Tabel 2 Analisis Deskriptif Berdasarkan Panjang Badan dan Asupan Bayi Usia 6-7 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang, 2013 Variabel Panjang Badan Kelompok N Mean SD Min Max ASI Eksklusif 19 66,18 1,204 63,5 68,0 Susu Formula 17 66,56 1,223 64,5 68,0 ASI, SF, MP24 65,83 1,240 64,0 68,0 ASI Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata panjang badan bayi yang diberikan ASI eksklusif sebesar 66,18 ± 1,204 cm, sedangkan rata-rata panjang badan bayi yang diberikan susu formula adalah 66,56 ± 1,223 cm, dan untuk bayi yang diberikan ASI, susu formula, MP-ASI adalah 65,83 ± 1,240 cm. 3. Asupan Bayi Usia 6-7 Bulan Tabel 5.3 Analisis Deskriptif Berdasarkan Asupan Bayi Usia 6-7 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang Asupan N % ASI Eksklusif 19 31,7 Susu Formula 17 28,3 ASI, Susu formula dan MP-ASI 24 40 Jumlah 60 100 Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa asupan yang paling banyak diberikan pada bayi usia 6-7 bulan yaitu ASI, susu formula dan MP-ASI sebanyak 24 bayi (40%), sedangkan bayi yang diberikan asupan ASI Eksklusif sebanyak 19 bayi (31,7%) dan bayi yang diberikan asupan susu formula sebanyak 17 bayi (28,3%). 4. Berat Badan Bayi yang Diberikan ASI Eksklusif Tabel 3 Analisis Deskriptif Berdasarkan Berat Badan Bayi Usia 6-7 Bulan yang Diberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang, 2013 Variabel N Mean SD Min Max Berat Badan 19 8,38 0,241 8,0 9,0 Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 19 bayi yang diberikan asupan ASI eksklusif, memiliki rata-rata berat badan 8,38 kg dengan standar deviasi 0,241 kg, sedangkan berat badan paling rendah 8,0 kg dan paling tinggi 9,0 kg. 5. Berat Badan Bayi yang Diberikan Susu Formula Tabel 4 Analisis Deskriptif Berdasarkan Berat Badan Bayi Usia 6-7 Bulan yang Diberikan Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang, 2013 Variabel N Mean SD Min Max Berat Badan 17 8,70 0,435 7,8 9,4 Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 17 bayi yang diberikan asupan susu formula, memiliki rata-rata berat badan 8,70 kg dengan standar deviasi 0,435 kg, sedangkan berat badan paling rendah 7,8 kg dan paling tinggi 9,4 kg. 6. Berat Badan Bayi yang Diberikan ASI, Susu Formula, dan MP-ASI Tabel 5 Analisis Deskriptif Berdasarkan Berat Badan Bayi Usia 6-7 Bulan yang Diberikan ASI, Susu Formula dan MP-ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang, 2013 Variabel N Mean SD Min Max Berat Badan 24 8,68 0,467 7,7 9,8 Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 24 bayi yang diberikan asupan ASI, susu formula, dan MP-ASI, memiliki rata-rata berat badan 8,68 kg dengan standar deviasi 0,467 kg, sedangkan berat badan paling rendah 7,7 kg dan paling tinggi 9,8 kg. 7. Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 6-7 Bulan Berdasarkan Asupan Tabel 6 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 6-7 Bulan Berdasarkan Asupan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang, 2013 Asupan Mean SD p-value ASI Eksklusif 8,38 0,241 0,031 Susu Formula 8,70 0,435 ASI,susu Formula dan MP-ASI 8,68 0,467 Berdasarkan table 5.6 di atas, dapat diketahui bahwa dari hasil uji ANOVA diperoleh nilai F hitung = 3,711 dengan p-value 0,031. Oleh karena p-value 0,031 < (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tiap kelompok 8. Perbedaan Berat Badan untuk Setiap Pasangan Asupan yang Diberikan Tabel 7 Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 6-7 Bulan untuk Setiap Pasangan Asupan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Rembang, 2013 Pasangan Kelompok vs 0,3158 0,021 95% interval Lower bound 0,583 ASI Eksklusif vs 0,2908 ASI, SF, MP-ASI 0,021 0,536 ASI Eksklusif Susu Formula Beda BB p-value Rata-rata Confidence Upper Bound 0,049 0,045 Susu Formula Vs 0,0250 0,844 0,228 0,278 ASI, SF, MP-ASI Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari uji LSD, perbandingan berat badan antara asupan ASI eksklusif dengan Susu Formula diperoleh p-value 0,021 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan berat badan bayi usia 6-7 tahun antara yang diberikan ASI eksklusif dengan yang diberikan susu formula. Perbedaan ini juga didukung dimana rata-rata berat badan bayi yang diberikan ASI eksklusif sebesar 8,364 kg yang jauh lebih rendah dibandingkan berat badan bayi yang diberikan susu formula sebesar 8,70 kg. Sedangkan perbandingan berat badan antara asupan ASI eksklusif dengan asupan ASI, susu formula, MP-ASI diperoleh p-value 0,021 < α (0,05), ini juga menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan berat badan bayi usia 6-7 tahun antara yang diberikan ASI eksklusif dengan yang diberikan ASI, susu formula, dan MP-ASI. Perbedaan ini juga tampak pada rata-rata berat badan bayi yang diberikan ASI eksklusif sebesar 8,364 kg yang jauh lebih rendah dibandingkan berat badan bayi yang diberikan ASI, susu formula, MP-ASI sebesar 8,68 kg. Perbandingan berat badan antara asupan susu formula dengan asupan ASI, susu formula, MP-ASI, diperoleh p-value 0,844 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan berat badan bayi usia 6-7 bulan antara yang diberikan susu formula dengan yang diberikan ASI, susu formula, MP-ASI. Hasil rata-rata berat badan bayi antara yang diberikan susu formula sebesar 8,70 kg tidak jauh berbeda dengan rata-rata berat badan bayi yang diberikan ASI, susu formula, MP-ASI sebesar 8,68 kg. B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir (Hungu,2007). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini di dominasi oleh jenis kelamin perempuan. Namun dalam hal ini tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antar kelompok penelitian. b. Panjang Badan dan Asupan Panjang badan bayi usia 6-7 bulan berdasarkan asupan mempunyai rata-rata berat badan yang hampir sama. Panjang badan bayi yang paling banyak pada bayi yang diberikan asupan susu formula yaitu 66,56 cm. kandungan susu formula lebih banyak mengandung protein sehingga pertumbuhan bayi sangat cepat. Asupan ASI,susu formula dan MP-ASI memiliki panjang badan yang paling rendah. Pemberian MP-ASI yang tidak tepat dapat menyebabkan bayi kekurangan gizi sehingga pertumbuhan terhambat (Rosidah ,2004). 2. Analisa Univariat a. Deskriptif Asupan bayi usia 6-7 bulan Dalam penelitian ini asupan yang paling banyak diberikan pada bayi usia 6-7 bulan adalah asupan ASI,susu formula dan MPASI. Asupan ASI, susu formula dan MP-ASI lebih banyak diberikan karena para ibu mengatakan bahwa ingin berat badan bayinya bertambah selain itu juga anggapan orang tua bahwa bayinya menangis karena lapar sehingga pemberian susu formula dan MPASI diberikan kepada bayinya sebelum usia 6 bulan. Pemberian MPASI terlalu dini mengakibatkan malnutrisi atau gangguan pertumbuhan. Bila pemberian makanan yang diberikan kurang gizi dapat mengakibatkan anak menderita KEP (kurang energy protein) dan dapat terjadi sugar baby atau obesitas bila makanan yang diberikan mengandung kalori yang terlalu tinggi (Djitowiyono, 2010). Asupan ASI Eksklusif yang diberikan pada bayi usia 6-7 bulan sebanyak 19 bayi. Pemberian asupan ASI eksklusif masih rendah dan masih belum banyak dilakukan karena ibu merasa produksi ASInya kurang, selain itu juga banyak ibu bayi yang menjadi wanita karier sehingga pemberian ASI eksklusif sulit untuk diberikan kepada bayi. faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, ibu yang bekerja sehingga harus menghentikan pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial, dan faktor dukungan petugas kesehatan (Purwanti, 2006). Sedangkan Asupan susu formula yang dibeikan pada bayi usia6-7 bulan sebanyak 17 bayi. Bayi yang hanya diberikan asupan susu formula cenderung lebih sedikit. Pemberian asupan susu formula diberikan karena para ibu mengatakan bahwa sejak lahir ASI nya tidak keluar, terjadinya gangguan menyusui dan ibu yang sedang sakit, sehingga sejak lahir bayi sudah terbiasa dengan susu formula. Faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula yaitu ASI tidak keluar, ASI tidak cukup, ibu yang bekerja, susu formula lebih praktis, dan payudara menjadi jelek (Roesli, 2003). b. Deskriptif Berat Badan dan Asupan bayi usia 6-7 bulan yang diberi ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa diberi tambahan. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang pertama, utama dan terbaik yang bersifat alamiah, dan mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi (Kristiyansari, 2009). Kandungan nutrisi dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang secara optimal (Roesli, 2005). Kelompok bayi yang diberikan ASI eksklusif rata- rata berat badannya yaitu 8,38 kg, dalam tabel berat badan bayi usia 6 bulan berat badan tersebut termasuk kategori normal yaitu 8,0- 8,2 kg. Bayi yang diberikan ASI eksklusif memiliki rata-rata berat badan normal karena kandungan dalam ASI sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi yaitu terdiri dari karbohidrat yang banyak mengandung laktosa yang berfungsi sebagai sumber energi, protein yang lebih banyak mengandung protein whey yang mudah diserap oleh bayi, lemak yang tinggi tetapi mudah diserap oleh usus bayi sehingga tidak terjadi gangguan metabolisme dan menghindari terjadinya kelebihan berat badan ,vitamin dan mineral (Roesli, 2005 ). Sehingga bayi yang mendapat ASI eksklusif terhindar dari obesitas dan cenderung memiliki berat badan normal. Para ibu yang memberikan ASI Eksklusif mengatakan bahwa bahwa bayi cenderung memiliki pola makan yang baik karena pemberian ASI terjadwal sehingga bayi tidak kelebihan nutrisi dan bayi merasa puas dan lebih tenang, selain itu bayi juga terbiasa dengan porsi makan sesuai dengan kebutuhan bayi. Ibu juga mengatakan bahwa pemberian ASI yang sering, menyebabkan produksi ASI menjadi banyak dan lancar. c. Deskriptif Berat Badan Bayi Usia 6-7 Bulan yang Diberikan Susu Formula Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya sehingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Susu formula bayi memiliki peranan yang penting dalam makanan bayi karena sering kali digunakan sebagai sumber gizi bagi bayi (Marmi, 2012). Kandungan susu formula tidak selengkap dengan kandungan ASI tetapi disesuaikan dengan kebutuhan bayi sehingga dapat menyerupai ASI (Khamzah, 2012). Tabel berat badan menunjukkan bayi usia 6 bulan memiliki berat badan 8,0- 8,2 kg, bayi yang diberikan susu formula memiliki ratarata berat badan sebesar 8,7 kg, ini menunjukkan berat badan berlebih yang mengarah ke obesitas. Bayi yang diberikan susu formula memiliki berat badan yang berlebih karena kandungan dalam susu formula tidak sesuai dengan kebutuhan bayi dan susah dicerna oleh bayi. Kandungan susu formula yang banyak mengandung protein dan lemak yang tidak mudah dicerna oleh bayi (Khamzah, 2012). Hal ini yang menyebabkan gangguan metabolisme dalam tubuh dan memicu terjadinya obesitas.Beberapa ibu yang bayinya minum susu formula mengatakan bahwa bayi yang diberikan minum dengan menggunakan botol membuat bayi merasa lebih mudah, nyaman dan lebih puas menghisap, sehingga susu formula yang masuk kedalam mulut dalam jumlah yang banyak. Hal ini menyebabkan bayi kelebihan nutrisi dan memicu terjadinya peningkatan berat badan berlebih yang mengarah pada obesitas. d. Deskriptif Bayi Usia 6-7 Bulan yang Diberikan ASI, Susu Formula dan MP-ASI Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju makanan yang semi padat. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi (Sutomo dan Yanti, 20011). Dampak jangka panjang pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini menyebabkan terjadinya obesitas (Krisnatuti, 2005). Bayi usia 6 bulan memiliki berat badan normal yaitu 8,0-8,2 kg. Bayi yang diberikan ASI, susu formula dan MPASI memiliki berat badan rata- rata 8,68 kg, ini menunjukkan bayi usia 6-7 bulan memiliki berat badan yang lebih. Para ibu bayi yang memberikan ASI, susu formula dan MP-ASI mengatakan bahwa bayinya lebih tenang dan tidak sering rewel karena kebutuhan bayi terpenuhi dengan baik serta bayi menjadi kenyang dan makannya cenderung lebih banyak. Padahal pemberian nutrisi yang berlebih mengakibatkan pola makan yang tidak baik. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan kebiasaan makan menjadi kurang baik dan menyebabkan gangguan kesehatan seperti obesitas (Krisnatuti, 2005).Beberapa ibu memberikan susu formula dan makanan pendamping ASI sejak dini karena setelah diberikan ASI bayinya masih rewel dan menangis sehingga ibu merasa khawatir, cemas dan ibu merasa produksi ASI kurang mencukupi kebutuhan bayinya. Setelah bayinya diberikan tambahan susu formula dan makanan pendamping ASI ibu mengatakan lebih puas dan banyinya mengalami pertumbuhan yang pesat serta mengalami peningkatan berat badan yang lebih banyak. Padahal berat badan yang berlebih tidak baik untuk kesehatan bayi. 3. Analisa Bivariat Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 6-7 Bulan Berdasarkan Asupan Dari ketiga kelompok bayi yang diberikan asupan ASI Eksklusif, asupan susu formula serta asupan ASI, susu formula dan MP-ASI dapat diketahui bahwa ada perbedaan berat badan bayi berdasarkan asupan yang diberikan. Kelompok yang menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu kelompok ASI Eksklusif dengan Susu Formula dan ASI Eksklusif dengan ASI, susu formula, MP-ASI. Sedangkan kelompok susu formula dengan ASI, susu formula dan MP-ASI tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Kelompok bayi yang diberikan asupan ASI eksklusif menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Perbedaan dapat dilihat dari rata-rata antara berat badan bayi. Bayi yang diberikan asupan ASI eksklusif menunjukkan berat badan yang normal sedangkan bayi dengan asupan susu formula menunjukkan berat badan yang berlebih yang dapat mengarah obesitas. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa ASI penting untuk tumbuh kembang secara optimal. Penelitian jangka panjang dilakukan terhadap pertumbuhan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan bayi yang mendapat susu formula . hasilnya didapatkan berat badan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih ringan dibandingakan dengan susu formula sampai usia 6 bulan. Hal ini bukan berarti bahwa berat badan yang lebih besar pada bayi yang mendapat susu formula lebih baik dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Kurva pertumbuhan yang normal adalah kurva bayi yang mendapatkan ASI. Berat berlebih pada bayi yang mendapat susu formula justru menandakan terjadinya kegemukan dan tidak baik untuk kesehatan ( Khamzah, 2012). Kelompok bayi yang diberikan asupan ASI eksklusif dengan asupan ASI, susu formula dan MP-ASI juga mengalami perbedaan berat badan yang signifikan. Bayi yang mendapat ASI eksklusif memiliki berat badan lebih ringan dari pada bayi yang mendapatkan ASI,susu formula dan MP-ASI. Perbedaan juga dapat dilihat dari rata-rata berat badan bayi yang diberikan ASI cenderung normal sedangkan bayi yang diberikan ASI, susu formula, MP- ASI memiliki berat badan yang berlebih yang mengarah ke obesitas. Manfaat ASI bagi bayi yaitu dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik, bayi yang mendapatkan ASI mempunyai berat badan yang baik setelah lahir dan mengurangi kemungkinan obesitas (Kristiyansari,2009). Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini dapat menurunkan konsumsi ASI. Produksi ASI menurun, karena bayi sudah kenyang dengan MP-ASI dan frekuensi menyusu lebih jarang. Kelebihan dalam memberikan makanan adalah resiko dalam pemberian MP-ASI terlalu dini pada bayi, konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah terjadinya kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan yang tidak sehat (Rosidah,, 2004). Kelompok bayi yang diberikan asupan susu formula dengan ASI, susu formula dan MP-ASI tidak mengalami perbedaan berat badan yang tidak signifikan. Perbedaan dapat dilihat dari rata-rata berat badan bayi yang diberi asupan susu formula dan ASI,susu formula dan MP-ASI. Bayi yang diberikan susu formula dengan bayi yang diberikan ASI, susu formula dan MP-ASI memiliki rata-rata berat badan yang tidak jauh berbeda, karena sama- sama mendapatkan asupan nutrisi yang berlebih, sehingga berat badan bayi cenderung mengalami peningkatan yang besar. Selain itu bayi yang mendapatkan susu formula dan ASI, Susu formula, MP-ASI cenderung memiliki pola makan yang kurang baik karena terbiasa dengan nutrisi yang berlebihan. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Responden paling banyak berjenis kelamin perempuan pada asupan ASI , susu formula dan MP-ASI sebesar 14 bayi (58,3 %). Panjang badan terbesar yaitu pada asupan susu formula dengan rata-rata 66,56 cm. 2. Asupan bayi usia 6-7 bulan paling banyak diberikan yaitu ASI,susu formula dan MP-ASI sebanyak 24 bayi (40%). 3. Bayi yang mendapatkan asupan ASI Eksklusif memiliki berat badan rata-rata sebesar 8,38 kg. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif cenderung mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi sehingga berat badannya normal. 4. Bayi yang mendapatkan asupan Susu Formula memiliki rata- rata berat badan sebesar 8,7 kg. Bayi yang mendapat susu formula memiliki pola makan yang kurang baik sehingga menyebabkan kelebihan nutrisi. 5. Bayi yang mendapatkan asupan ASI, susu formula dan MP-ASI memiliki rata- rata berat badan sebesar 8,68 kg. Bayi mendapatkan nutrisi yang berlebih. 6. Ada perbedaan berat badan bayi berdasarkan asupan yang diberikan. Dari ketiga kelompok asupan yang diberikan pada bayi dapat diketahui bahwa asupan ASI Eksklusif dengan Susu Formula dan ASI Eksklusif dengan ASI,susu formula, MP-ASI terdapat perbedaan yang signifikan. Asupan susu formula dengan ASI, susu formula, MP-ASI tidak mengalami perbedaan yang signifikan, berat badan antara kedua kolompok tersebut memiliki rata-rata hampir sama. B. Saran 1. Bagi lahan Agar petugas kesehatan dapat meningkatkan promosi tentang ASI Eksklusif sehingga pemberian susu formula dan MP-ASI terlalu dini bisa dapat diminimalkan. 2. Bagi Ibu Responden Diharapkan ibu responden meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan agar bayinya dapat tumbuh secara optimal dan terhindar dari kelebihan berat badan. 3. Peneliti Lanjut Diharapkan peneliti selanjutnya mengembangkan penelitian yang ada dan menemukan hal yang baru. DAFTAR PUSTAKA Achmadi dan Nakulo. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Anggraini, Y. (2010). Asuhan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama Arini H. (2012). Seorang Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta: Flashbook Bambang. (2013). Buku Terlengkap Tentang Bayi. Yogyakarta: Flashbook Departemen Kesehatan RI. (2003).Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI). Jakarta Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta Departemen Kesehatan RI. (2008). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Jakarta Didah, R. (2004). Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta :EGC Hidayat, A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: ECG Hull,D& Derek J. (2008). DasarDasar Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC Khamzah,N. (2012). Segudang Keajaiban ASI. Yogyakarta : Flashbook Krisnatuti,D. (2005). Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta : Puspa Swara Kristiyansari, W. (2009). ASI, Menyusui & Sadari. Yogyakarta : Nuha Medika Marmi. (2012). ASI saja mama. Yogyakarta : Pustaka Belajar Nasir,A. (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Nuha Medika Narendra, M, dkk. (2010). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. . Jakarta: Salemba Medika Nugroho, T.(2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta : Nuha Medika Hidayat, A. (2009). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: ECG Prasetyono DS. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif (cetakan I). Yogyakarta : Diva Prees Proverawati, A dan Eni, R. (2010). Kapita Selekta ASI & Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika Roesli, U. (2003).Bayi Sehat Berkat ASI eksklusif, Makanan Pendamping dan Imunisasi Lengkap. Jakarta : Alex Media Roesli, U. (2005). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sutomo, B dan Yanti .(2011).Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta : Demedia Pustaka Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI. Yogyakarta : CV And