KAJIAN TINGKAT KESUBURAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG

advertisement
KAJIAN TINGKAT KESUBURAN (29):32-37
KAJIAN TINGKAT KESUBURAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG
GUNUNG SEBATUNG DI KABUPATEN KOTABARU
KALIMANTAN SELATAN
Oleh/By
AHMAD YAMANI
Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani KM 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
ABSTRACT
Soil fertility is the potential for soil to provide nutrients in sufficient quantities in a
form that is available and balanced to ensure maximum plant growth. Given the size of
Mount Sebatung function of protected forests and land degradation processes that
continue to occur, then in the framework of this area of land conservation efforts need
to be supported by data information, such as soil fertility status. Accordingly, the level
of soil fertility research in the protected forest areas needs to be done. From the results
of this study is expected to give consideration in land conservation efforts being
undertaken by relevant agencies.
The method used for soil sampling by purposive sampling on 4 observation
sites, namely under forest stands have 2 locations; under the stands of fruit orchards
and shrubs each 1 observation location. Intact soil samples taken using the ring
samples, while for the disturbed soil is done by the composite.
The results showed the level of soil fertility is physically in protected forests of
Mount Sebatung generally relatively high (medium). Slope factor (the hilly topography)
and soil depth is relatively shallow solum limiting factor in plant growth. While the
chemical status of soil fertility, especially under forest stands are relatively higher
compared with soil under stands of fruit orchards and shrubs. The low pH of the soil
becomes a limiting factor for the availability of soil nutrients, although the contribution
of organic material from vegetation above it is quite high.
Keywords :Soil Fertility, Protected Forest, organic material
Penulis untuk korespondensi :+6285251571248
PENDAHULUAN
Kesuburan tanah adalah potensi
tanah untuk menyediakan unsur hara
dalam jumlah yang cukup dalam bentuk
yang tersedia dan seimbang untuk
menjamin pertumbuhan tanaman yang
maksimum. Namun demikian tidak
dapat dianggap bahwa tanah yang
subur adalah juga produktif karena
status
kesuburan
tanah
tidak
memberikan indikator kecukupan faktor
pertumbuhan lainnya (Anna et al, 1985).
Selain dari pada itu untuk menyebutkan
bahwa apakah status tanah itu subur
atau tidak subur, maka haruslah
dikaitkan dengan keadaan sifat fisik
dan kimia tanahnya (kesuburan secara
fisik dan kimia), karena bisa saja tanah
itu subur secara fisik tetapi secara
kimia tidak dan sebaliknya. Jadi tanah
yang benar-benar subur itu adalah
apabila didukung oleh faktor-faktor
pertumbuhan, salah satu diantaranya
sifat fisik dan kimia tanahnya juga
dalam kondisi yang baik, karena sifat
fisik dan kimia tanah itu saling
mempengaruhi satu sama lain.
Banyaknya jenis dan jumlah
tanaman
diduga
juga
dapat
memberikan banyak kontribusi bagi
kesuburan tanah, baik secara fisik
maupun kimia pada tanah dibawahnya.
Meskipun untuk jenis-jenis tanaman
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010
32
KAJIAN TINGKAT KESUBURAN (29):32-37
kehutanan
tidak
memerlukan
persyaratan yang tinggi untuk hara
tanah, akan tetapi guguran daun
maupun batang dan ranting serta buah
dan bunga yang jauh dan membusuk
(terdekomposisi) akan dapat membantu
dalam penyediaan hara tanah bagi
tanaman dan dapat memperbaiki sifat
fisik tanahnya.
Mengingat
besarnya
fungsi
hutan lindung Gunung Sebatung dan
proses degredasi lahan yang terus
terjadi,
maka dalam rangka upaya
konservasi tanah dikawasan ini perlu
didukung
oleh
data
informasi,
diantaranya status tingkat kesuburan
tanahnya. Sehubungan dengan itu,
penelitian tingkat kesuburan tanah
dalam kawasan hutan lindung ini perlu
dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kesuburan tanah di
hutan lindung gunung Sebatung. Dari
hasil penelitian ini didapatkan informasi
tentang
kondisi
tanahnya
yang
diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam rangka upaya
konservasi tanah yang akan dilakukan
oleh
berbagai
pihak
yang
berkepentingan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
dilaksanakan
di
kawasan hutan
lindung
Gunung
Sebatung, kecamatan Pulau Laut Utara,
Kabupaten
Kotabaru,
Kalimantan
Selatan selama kurang lebih 3 (tiga)
bulan.
Alat yang diperlukan antara lain
adalah kompas; ring sample tanah; pH
meter; timbangan; cangkul; parang;
pisau; kantong plastik; meteran; dan
alat tulis menulis. Sedangkan obyek
penelitian,
yakni
tanah
dibawah
tegakan hutan; kebun buah; dan semak
belukar.
Untruk mendapatkan data sifat
fisik dan kimia tanahnya dilakukan
dengan
cara sebagai berikut: (a)
menentukan titik pengambilan sampel
tanah dilakukan dengan cara purposive
sampling sebanyak 4 titik pengamatan;
(b) pada setiap titik pengamatan
diambil sampel tanahnya pada lapisan
olah pada kedalaman antara 0 – 20 cm
dengan menggunakan ring sample
untuk tanah utuh, sedangkan tanah
yang terganggu dilakukan dengan cara
komposit, yakni contoh tanah diambil
dengan jarak masing-masing + 1 meter
searah mata angin, kemudian dicampur
serta
diaduk
secara
merata
(dikompositkan), kemudian diambil
sebanyak kurang lebih 1 kg untuk
dianalisis di laboratorium, dan (c)
sebanyak 4 sampel tanah yang telah
diambil
kemudian
dinalisis
di
laboratorium untuk diketahui keadaan
sifat fisik dan kimia tanahnya.
Data
hasil
analisis
laboratorium terhadap sifat fisik dan
kimia
tanah,
selanjutnya
akan
dibandingkan dengan kriteria penilaian
sifat fisik dan kimia tanah dan status
kesuburannya menurut Lembaga Pusat
Penelitian Tanah (LPPT), Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Dari hasil analisa secara teknis di
laboratorium dan pengamatan secara
kualitatif di lapangan diperoleh data
sifat fisik dan kima tanah di hutan
lindung Gunung Sebatung seperti pada
Tabel 1 dan 2.
Berdasar atas perbandingan
banyaknya fraksi pasir, debu dan liat
dari hasil analisis sifat fisik tanah
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010
33
KAJIAN TINGKAT KESUBURAN (29):32-37
Hasil analisis sifat kimia tanah
memperlihatkan kandungan C organik
dihutan lindung Gunung Sebatung
relatif cukup tinggi. Unsur hara N dan
Mg rendah, hal diduga karena proses
perombakan bahan organik berjalan
lambat. Menurut Hakim et al (1986),
sejumlah besar nitrogen dalam tanah
adalah berada dalam bentuk organik.
Dengan demikian dekomposisi nitrogen
merupakan sumber utama nitrogen
tanah, disamping berasal dari air hujan.
Demikian pula halnya dengan unsur P,
menurut Hardjowigeno (1995), sebab
kekurangan P di dalam tanah adalah
jumlah P di tanah relatif sedikit dan
sebagian besar terdapat dalam bentuk
yang sukar diambil oleh tanaman.
Pada tanah masam unsur P tidak dapat
diserap
tanaman
karena
diikat
(difiksasi)
oleh
Al,
sehingga
ketersediaannya rendah. Sedangkan
unsur hara K, Ca dan Na sangat tinggi,
kecuali unsur hara Ca yang tersedia
pada tegakan hutan rendah, karena
keasaman tanahnya cukup tinggi.
menunjukkan bahwa tekstur tanah di
hutan lindung Gunung Sebatung
termasuk dalam klasifikasi sedang
(berdebu halus sampai kasar), dimana
fraksi debu relatif lebih dominan
dibandingkan fraksi tanah lainnya.
Sedangkan struktur tanahnya tergolong
remah,
didukung
pula
tingginya
kandungan bahan organik
yang
terdapat dilantai hutan, dengan kondisi
tanah demikian
mudah untuk
menyerap air.
Mengingat keadaan
topografi yang curam berbukit dengan
porositas tanah yang relatif besar dan
permeabilitas tanahnya yang sangat
cepat, dikhawatirkan rentan terhadap
kehilangan air baik melalui air infiltrasi
yang masuk kedalam tanah maupun air
permukaan (surface run off), sehingga
dapat menurunkan kesuburan tanah
karena terjadinya proses pencucian
dan erosi. Adapun kedalaman efektif
tanah yang bisa ditembus oleh akar
tergolong agak dalam, kecuali pada
semak belukar relatif agak dangkal.
Tabel 1. Sifat fisik tanah di hutan lindung Gunung Sebatung
Lokasi Pengamatan
Parameter
Satuan
Tekstur :
- Pasir
- Debu
- Liat
Struktur
BD
PD
Porositas
Permeabilitas
Konsistensi
Solum tanah
Kelerengan
%
%
%
gr/cm3
gr/cm3
%
cm/jam
(cm)
(%)
KB
TH
TH
SB
Berdebu kasar
6,82
76,68
16,51
Remah
0,91
1,78
48,88
86,62 (SC)
Lembab
51 (agak dlm)
35 ( curam)
Berdebu halus
4,67
74,08
21,24
Remah
1,04
1,67
37,73
91,72 (SC)
Lembab
56 (agak dlm)
33 (curam)
Berdebu halus
5,02
70,47
24,51
Remah
1,06
1,60
33,75
45,86 (SC)
Lembab
58 ( (agak dlm)
40 ( curam)
Berdebu halus
5,80
71,91
22,30
Remah
0,99
2,00
50,50
45,86 (SC)
Lembab
45 (agkdangkal)
31 (curam)
Keterangan :
KB = Sample tanah pada kebun buah
TH = Sample tanah dibawah tegakan hutan
TH = Sample tanah dibawah tegakan hutan
SB = Sample tanah di bawah semak belukar
SC = Sangat Cepat
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010
34
KAJIAN TINGKAT KESUBURAN (29):32-37
Tabel 2. Sifat kimia tanah di hutan lindung Gunung Sebatung
Lokasi Pengamatan
Parameter
C
N
P total
P Bray
K total
K -dd
Ca -dd
Mg -dd
Na -dd
KTK
pH (H2O)
Satuan
%
%
ppm
ppm
ppm
me/100gr
me/100gr
me/100gr
me/100gr
me/100gr
-
KB
2,68 (S)
0,19 (R)
159,95 (ST)
0,15 (SR)
501,74 (ST)
0,71 (T)
10,32 (T)
0,29 (SR )
0,89 (T)
16,04 (R)
5,64 (agk msm)
TH
3,13 (T)
0,22 (S)
168,70 (ST)
0,09 (SR)
1992,99 (ST)
1,87 (ST)
20,48 (ST)
0,77 (R)
0,1,05 (ST)
28,25 (T)
6,02 (agk msm)
TH
3,16 (T)
0,19 (R)
76,28 (ST)
0,32 (SR)
882,57 (ST)
1,43 (ST)
4,66 (R)
0,55 (R)
1,42 (ST)
9,41 (R)
4,82 (msm)
SB
2,12 (S)
0,09 (SR)
16,81(R)
0,04 (SR)
1366,26 (ST)
2,46 (ST)
20,51 (ST)
0,72 (R)
1,19 (ST)
27,85 (T)
5,83 (agk msm)
Keterangan :
KB = Sample tanah pada kebun buah
TH = Sample tanah dibawah tegakan hutan
TH = Sample tanah dibawah tegakan hutan
SB = Sample tanah di bawah semak belukar
R = Rendah; S = Sedang; T = Tinggi;
SR = Sangat Rendah; ST = Sangat Tinggi.
Tingkat Kesuburan Tanah
Berdasarkan data hasil analisis tanah
diatas, maka bisa dikatakan bahwa
tingkat kesuburan tanah di hutan
lindung Gunung Sebatung secara fisik
tergolong sedang, dan yang menjadi
faktor pembatas pertumbuhan selain
topografinya yang agak curam juga
kedalaman efektif tanahnya yang agak
dangkal.
Untuk status kesuburan tanah
secara kimia berdasarkan analisa sifat
kimia tanahnya dapat dilihat pada Tabel
3. Kesuburan tanah dibawah tegakan
hutan relatif lebih tinggi dibandingkan
pada lokasi pengamatan lainnya yang
berstatus sedang. Tingginya kesuburan
tanah pada tegakan hutan ini
dikarenakan lahannya masih belum
banyak mengalami gangguan dan
kondisi tegakannya masih baik, jika
dibandingkan pada lokasi pengamatan
lainnya
yang
sudah
mengalami
gangguan dan beralih fungsi menjadi
lahan kebun buah dan semak belukar.
Berdasarkan
hasil
analisis
diatas bisa dikatakan bahwa status
kesuburan tanah pada hutan lindung
Gunung Sebatung pada umumnya
masih cukup tinggi (sedang). Agar
supaya tingkat kesuburan tanahnya
tetap terjaga maka tindakan konservasi
tanah sangat penting dilakukan,
mengingat kondisi topografinya yang
curam dengan curah hujan dan
intensitas hujan yang tinggi, sangat
rentan
terjadinya
erosi.
Teknik
konservasi tanah dapat dilakukan
secara biologi yakni dengan menanam
tanaman berkayu pada bagian atas
atau dengan sistem agroforestri dan
tanaman berkayu lainnya yang bernilai
ekonomis tinggi pada bagian bawah
yang
berbatasan
dengan
lahan
masyarakat yang berfungsi sebagai
penahan (buffer zone) dari gangguan
terhadap hutan lindung. Pada daerahdaerah yang mempunyai kelerengan
agak curam dan ektrem sebaiknya
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010
35
KAJIAN TINGKAT KESUBURAN (29):32-37
Selain itu pada reaksi tanah yang
dibuatkan sengkedan atau bangunan
masam,
unsur-unsur mikro
juga
teras sebagai penahan lajunya erosi.
menjadi
mudah
larut,
sehingga
Selain bahaya erosi yang terjadi,
penyerapan unsur mikro yang terlalu
keasaman
tanahnya
dapat
banyak bisa menjadi racun bagi
menimbulkan persoalan dalam kegiatan
tanaman. Untuk mengatasinya dapat
penanaman (reboisasi) yang akan
dilakukan dengan menambahkan kapur
dilaksanakan. Tanahnya yang masam
kedalam
tanah,
atau
dengan
menyulitkan unsur-unsur hara untuk
penambahan unsur hara yang kurang
dapat
diserap
tanaman.
Pada
seperti unsur nitrogen (N), phosfor (P)
umumnya unsur hara mudah diserap
dan
Magnesium
(Mg)
dengan
akar tanaman pada Ph tanah netral,
pemberian pupuk yang bereaksi basa
karena pada Ph tersebut kebanyakan
terhadap tanah
unsur hara mudah larut dalam air.
.
Tabel 4. Status kesuburan tanah dihutan lindung Gunung Sebatung
Lokasi
KTK
KB
P2O5
K2O
C
Status
Kesuburan
1
16,04 (R) 76,12 (T) 159,94 (T)
501,74 (T)
2,68 (S) Sedang
2
28,25 (T)
85,56 (T)
168,70 (T)
1992,99 (T)
3,13 (T)
Tinggi
3
9,41 (R)
85,65 (T)
76,28 (T)
882,57 (T)
3,16 (T)
Sedang
4
27,85 (T)
89,33 (T)
16,81 (R)
1366,26 (T)
2,12 (S)
Sedang
Keterangan : R = Rendah
S = Sedang
T = Tinggi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingkat kesuburan tanah
secara fisik di hutan lindung
Gunung sebatung pada umumnya
relatif cukup tinggi (sedang). Faktor
kelerengan (topografi yang berbukit)
dan kedalaman efektif tanah yang
relatif dangkal menjadi faktor
pembatas pertumbuhan tanaman.
Sedangkan status kesuburan tanah
secara kimia, khususnya dibawah
tegakan hutan relatif lebih tinggi
dibanding dengan tanah dibawa
tegakan kebun buah dan semak
belukar.
Rendahnya pH tanah
menjadi faktor pembatas bagi
ketersediaan unsur hara tanah,
meskipun
sumbangan
bahan
organik dari vegetasi diatasnya
cukup tinggi.
Tingginya kesuburan tanah
di
bawah
tegakan
hutan
dibandingkan pada kebun buah dan
kebun campuran lebih disebabkan
karena masih belum banyak
mendapat gangguan oleh aktivitas
manusia seperti perladangan dan
penebangan liar.
Saran
Kegiatan konservasi tanah
perlu segera dilakukan, agar tingkat
kesuburan tanah tetap terjaga, baik
dengan cara biologi/vegetatif atau
dengan teknik sipil pada lahanlahan yang memiliki topografi yang
curam dan berbukit.
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010
36
KAJIAN TINGKAT KESUBURAN (29):32-37
DAFTAR PUSTAKA
Anna et al, 1985. Dasar-dasar Ilmu
Tanah.
Badan
Kerjasama
Perguruan Tinggi Bagian Timur.
Ujung Pandang.
Buckman,H.O dan Brady,N.C, 1982.
Ilmu Tanah (Terjemahan).
Penerbit Bharata Karya
Aksara. Jakarta.
Center for Soil Research (CSR) / Food
and Agricultural Organization
(FAO) Staff, 1983.
Reconnaissance Land
Resources, CSR FAO Staff.
Bogor.
Hakim, et al, 1986. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Universitas Lampung.
Jakarta.
Hardjowigeno, S, 1995. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo. Bogor.
Soepraptohardjo, M et al, 1985. Survai
kapabilitas Tanah. Pusat
Penelitian Tanah. Bogor.
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010
37
Download