BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan media komunikasi begitu pesat, sehingga pergerakan gelombang informasi pun tak terbendung dalam hitungan detik. Kini beragam informasi, tidak terkecuali materi porno, dapat dengan mudah diakses oleh siapapun dan dimana pun baik melalui media massa konvensional (koran, majalah, tabloid, televisi, radio dan film bioskop) maupun media massa modern seperti internet. Dalam catatan www.tempo.co jumlah pengguna internet di Indonesia mengalami lonjakan. Tahun 2012 tercatat sebanyak 63 juta bertambah sebesar 24,23 persen dari tahun 2011 yang berjumlah 55 juta orang. Menurut Salahuddien, Wakil Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (Id-SIRTII), pada tahun 2012 pengguna internet yang berstatus pelajar mencapai kurang lebih 40 juta. Internet bagaikan “supermarket” bahkan “hypermarket” yang menyediakan berbagai “produk”, tak terkecuali “produk” yang berupa materi pornografi. Alhasil pornograf di internet pun kian marak. Di Indonesia pun jumlah pengakses materi porno terhitung banyak. Sejak tahun 2005, Indonesia masuk 10 besar pengakses situs porno di dunia. Sekalipun Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring melakukan berbagai langkah pemblokiran situs-situs porno, peringkat ini tetap tidak bergeser hingga tahun 2012 (www.kompasiana.com/2012.03/ & www.antara.com/2012) 1 Lebih lanjut menurut Tifatul data Kementerian Kominfo, pengakses situs-situs porno itu bervariasi, termasuk kalangan siswa. Pengakses dari kalangan siswa SMP mencapai 4.500 pengakses, sedangkan 97,2 persen siswa SMU diperkirakan pernah mengakses situs esek-esek (www.beritasatu.com) Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan. Karena baik langsung maupun tidak langsung hal ini akan berdampak pada perilaku seksual mereka. Hasil penelusuran lembaga JBDK (Jangan Bugil Depan Kamera), menunjukkan bahwa pengakses pornografi di internet tidak saja dilakukan oleh kaum lelaki, tapi juga oleh kaum perempuan. Dan yang lebih mengejutkan lagi bahwa sebanyak 90% adalah berasal dari kalangan remaja, pelajar/mahasiswa (Jurnal MTP, 2008). Penyebaran pornografi di internet sama ironisnya dengan penyebaran di media lainnya seperti handphone, komik atau mainan. Sama seperti di internet, materi pornografi yang trend muncul di media handphone sepanjang tahun 2008-2009 adalah berupa adegan hubungan suami istri (detiksurabaya:19/5/2009). Media lainnya yang turut menyebarkan materi pornogarfi adalah komik. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati. Hasil surveinya yang dilakukan terhadap 1.625 siswa kelas empat hingga enam Sekolah Dasar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sepanjang 2008, menunjukkan bahwa anak-anak tersebut sudah menyaksikan materi pornografi dari berbagai media, dan komik merupakan media tertinggi di mana mereka memperoleh materi pornografi sebesar 24 persen (Buletin KIDIA No. 15 September 2008). Media lain yang juga harus diwaspadai adalah video game atau game online. Bentuk media hiburan ini sangat dekat akhir-akhir ini dengan anak-anak khususnya di 2 kota-kota besar. Sebut saja misalnya merek-merek video game terkenal seperti Pay station, Nintendo, Xbox, Gameboy, atau Sega. Selain merek, tema dan judul-judul video game juga beragam. Mulai dari yang bertema pendidikan seperti Super Mario Bros, Pizza Frenzy (membuat pizza), Harvest Moon (tentang bercocok tanam), atau olah raga seperti Winning Eleven yang berisi tentang pertandingan sepak bola. Namun, sayangnya tema-tema kekerasan dan juga yang kerap bermuatan pornografi justru tengah digemari anak-anak sekarang. Awal 2009 kita juga dihebohkan oleh adanya materi pornografi yang terselip di buku pelajaran SD di 11 Sekolah Dasar berstandar nasional yang ada di Pekalongan, Jawa Tengah9. Adapun isinya adalah berupa tips-tips menggunakan bahasa tubuh untuk memikat pasangan lawan jenis. Bahkan pada sepanjang tahun 2010-2013 kembali beradar buku pelajaran bermuatan materi porno, salah satunya di mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas VI yang digunakan oleh sejumlah SDN di Kota BogorTak heran jika kasus ini cukup mendapat perhatian Dinas Pendidikan di Pekalongan dan juga kepolisian setempat Melihat mulai banyak munculnya bentuk-betuk pornografi melalui beragam media, maka perhatian dan kewaspadaan dari semua pihak khususnya orang tua, pendidik, dan aparat pemerintah harus terus ditingkatkan. Mengingat yang paling rentan menjadi korban pornografi adalah anak-anak dan remaja. Hadirnya UndangUndang Pornografi di tengah-tengah kita bukan berarti perjuangan kita melawan pornografi selesai. Pornografi di negara kita terlanjur berkembang luas dan massif hingga ke pelosok-pelosok tanah air. Masih diperlukan kewaspadaan kita untuk turut 3 mengantisipasi banyaknya materi pornografi yang rentan diakses anak karena kemudahan teknologi, atau juga karena kelengahan kita. 1.2 Nama dan Tujuan Program Kegiatan Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan, maka perlu dilaksanakan sebuah penyuluhan tentang Bahaya Pornografi. Adapun tujuan kegiatan ini adalah: 1. Untuk memberi wawasan dan pemahaman tentang arti pornografi yang sesungguhnya 2. Untuk memberi wawasan dan pemahaman tentang perlunya melakukan filterisasi informasi baik yang diperoleh dari media massa konvensional maupun modern, sehingga terhindar dari materi-materi ponorgrafi. 3. Untuk memotivasi para siswa untuk melakukan penyuluhan secara getuk tular kepada sesame rekannya tentang bahaya pornografi 4 BAB II SEKILAS TENTANG SEKOLAH MASTER DEPOK Kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan pada siswa-siswa Pelajar SMA Master di Depok dengan pertimbangan bahwa usia SMA merupakan peralihan dari masa remaja ke fase dewasa, yang sudah akil balig tetapi masih mudah dipengaruhi. Sekolah Master (Masjid Terminal) berada di bawah Yayasan Bina Insan Mandiri yang beralamat di Jl.Margonda No 58 Depok – Jawa Barat Telp/ Fa(021) 77211501, 92612047. Sejak tahun 2001, Yayasan Bina Insan Mandiri dipercaya oleh Departemen Sosial Republik Indonesia (pada saat itu) untuk menjadi salah satu Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA), yang bertujuan untuk membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan dan membantu kaum marjinal (kaum miskin, dhua`fa serta anak jalanan) untuk mendapatkan pelayanan sosial, kesehatan, pemberdayaan ekonomi dan pendidikan dengan layak sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Dibidang pendidikan, layanan yang diberikan adalah: 1. Memberikan pendidikan pengulangan/ penambahan (remedial) bagi anak-anak yang rentan pustus sekolah. Anak yang sedang mengikuti pendidikan Sekolah Terbuka maupun Kejar Paket A,B,C memerlukan penguatan kemampuan akademik. a. Tujuan kegiatan 5 Mencegah anak putus sekolah. Jadi, model Remedial ini di dalamnya mengandung substansi pemberian dukungan perbaikan dalam konteks kelas regular agar anak-anak tidak putus sekolah.dan mencapai nilai minimum ketuntasan belajar. b. Prinsip-Prinsip Mengadaptasi perbedaan individual anak (Adaptif) Interaksi yang intensif antara guru/tutor/pendamping dengan anak (interaktif) Luwes atau fleksibel Umpan balik harus diberikan sesegera mungkin c) Tempat Tempat Pelaksanaan: Program Remedial ini dapat diberikan di sekolah atau PKBM Bina Insan Mandiri. d) Pelaksana : Pekerja Sosial untuk materi non akademik dan Guru/tutor untuk materi akademik. e) Struktur Pembelajaran: Materi akademik minimal 40 jam belajar atau sesuai kebutuhan anak. Materi non akademik minimal 12 jam belajar, maksimal 36 jam belajar 6 f. Struktur program Remedial Nilai Materi Bhs Indonesia Matematika IPA Bhs Inggris Non Akademik (Keterampilan Membaca dan Menulis) Jumlah 2. Kls VII 6 jam 10 jam 10 jam 10 jam 4 jam Kls VIII 6 jam 10 jam 10 jam 10 jam 4 jam Kls IX 10 jam 12 jam 12 jam 12 jam 4 jam Jmh 22 jam 32 jam 32 jam 32 jam 12 jam 40 jam 40 jam 50 jam 130 jam Memberikan pelayanan Sekolah Terbuka maupun Kejar Paket A,B,C bagi anak yang belum pernah sekolah atau putus sekolah semestinya memiliki kesempatan dan harus diupayakan agar dapat terlibat dalam sistem pendidikan baik. Model model pendidikan yang diterapkan adalah perantaraan/penghantaran (bridging course). Layanan Kesiapan Belajar (Pendidikan Transisi) yang dilakasanakan di Master adalah serangkaian mempersiapkan anak kegiatan yang untuk kembali berkaitan ke dengan sekolah dan upaya-upaya belajar juga mempertahankan anak yang sudah berada dalam sistem pendidikan agar tetap bersekolah dan tidak putus sekolah. Maka 2 (dua) tujuan Layanan Kesiapan Belajar (pendidikan transisional) yaitu: untuk mencegah anak agar tidak putus sekolah dan/atau tinggal kelas. untuk menarik kembali anak-anak yang putus sekolah ke sistem pendidikan formal dan/atau nonformal. 7 a) Tujuan Tujuan program ini untuk mempersiapkan anak yang putus sekolah mengalami transisi yang lancar dari lingkungannya (di luar sistem sekolah) ke sistem sekolah formal.dan/atau nonformal. Materi program ini berupa akademik maupun non akademik berdasarkan kebutuhan anak. b) Prinsip : Umpan balik yang menyenangkan bagi anak Pembelajaran yang menyenangkan Pembelajaran kontekstual Pembelajaran dimulai dari yang sederhana menuju yang kompleks Memperhatikan kondisi psikososial anak Memperhatikan perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar anak Dilaksanakan secara fleksibel c) Tempat Pelaksanaan: Program Bridging course biasanya diberikan di luar sistem sekolah seperti Saat Bermain dan Tempat berkumpul anak anak di Jalanan. d) Pelaksana : Pendamping lapangan untuk materi non akademik dan Guru/tutor untuk materi akademik 8 e) Struktur pembelajaran: Materi akademik 48 jam atau sesuai kebutuhan anak atau (sekitar 60 persen). Materi non akademik dialokasikan selama 34 jam belajar (sekitar 40 persen) f. Struktur Bridging Course Kategori I Nilai rata – rata pre-test Nilai 50 – 69 % Waktu program *) 72 jam Struktur program**) Bahasa Indonesia : 10 jam Matematika : 20 jam Bahasa Inggris : 14 jam IPA : 16 jam Materi non akademik : 12 jam II Nilai 30-49 % 120 jam Bahasa Indonesia : 16 jam Matematika : 36 jam Bahasa Inggris : 24 jam IPA : 24 jam Materi nonakademik : 20 jam Seperti: Kemampuan personal Kemampuan sosial (interaksi sosial, berpendapat, menyimak dsb) Kemampuan dasar belajar: membaca, menulis dan menghitung III Nilai < 30 % 60 jam Bahasa Indonesia : 24 jam Matematika : 44 jam Bahasa Inggris : 36 jam IPA : 36 jam Materi nonakademik : 20 jam *) Kegiatan pre-test dan post-test tidak termasuk dalam struktur program **) Pembagian jam ditentukan berdasarkan hasil nilai pre-test masing-masing mata pelajaran 9 BAB III PELAKSANAAN PELATIHAN Penyuluhan penyadaran bahaya pornografi dilaksanakan pada Hari Jumat, 14 Maret 2014 pukul 14.00-16.00 di Sekolah Master di Depok. Peserta penyuluhan terdiri dari siswa dan siswi Sekolah Menengah Atas kelas X-XII. Sebelum acara penyuluhan penyadaran pornografi dimulai, terlebih dahulu saya membagi peserta ke dalam 6 kelompok dan setiap kelompok diberikan pertanyaan tentang pornografi dan dampak buruknya. Hal ini untuk mengeksplorasi pemahaman mereka. Mereka pun mempresentasikan jawabannya di depan teman-temannya. Foto1.Pemaparan Kelompok Satu Kelompok I memaparkan definisi pornografi adalah sebagai sesuatu hal yang tidak patut untuk ditiru, karena menggambarkan tindakan seronok atau maksiat dan asusila. Hal ini dapat gambar, dalam tulisan, bentuk lukisan, kartin/video. 10 Foto2.Pemaparan Kelompok dua Kelompok II memaparkan alasan mengapa pornografi berbahaya, karena: (1) melanggar syariat agama; (2) dapat membuat bodoh; (3) merusak otak; (4) anak kecil suka meniru; (5) merusak akhlak; (6) mendorong keinginan untuk melakukan sebelum waktunya ; (7) mengakibatkan pelecehan seksual Foto3.Pemaparan Kelompok tiga Kelompok 3 memaparkan ragam pornografi melalui media cetak, yakni: (1) foto-foto pornografi (2) cerita di koran yang berisi tentang hubungan seksual; (3) iklan-iklan di koran yang berisi tentang alat-alat seks; (4) berita perkosaan di media massa 11 FotoIV.Pemaparan Kelompok empat Menurut kelompok IV, dampak buruk mengonsumsi pornografi adalah: (1) Setiap kita menonton film yang berbau xxx akan merusak sel-sel otak (2) Jika kita terus melihat akan menimbulkan gairah seksual, yang jika terus menerus akan ada keinginan untuk mencoba yang kita lihat tersebut (3) Membuat kecancuan Kelompok V memberi memahami bahwa remaja mengonsumsi pornografi karena, kurangnya pendidikan (1) agama dan moral; (2) kurang bimbingan orangtua; (3) rasa keingintahuan remaja; (4) semakin pergaulan; bebasnya (5) semakin canggihnya teknologi; (6) pertumbuhan remaja yang labil 12 FotoVI.Pemaparan Kelompok empat Menurut kelompok VI, bentu-bentuk pornografi di media elektronik bisa masuk sosial melalui situs-situs jejaring seperti facebook, youtube dan seringkali dapat dilihat di acara televisi dan bioskop serta di handphone 13 14 15 BAB IV MATERI PELATIHAN PENGERTIAN PORNOGRAFI “Gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi sesksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat” (UU Tentang Pornografi, Bab I Pasal 1 ayat 1) MENGAPA PORNOGRAFI BERBAHAYA? KARENA MENGGUNAKAN MEDIA SEPERTI TELEVISI, RADIO, KORAN, MAJALAH, INTERNET, KOMIK, HANDPHONE: 1. Media-media tersebut saat ini mudah diakses 2. Media tersebut penyebarannya meluas (massif) 3. Khalayak pengaksesnya bersifat heterogen 16 RAGAM PORNOGRAFI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK 1. Lagu-lagu berlirik mesum atau lagu-lagu yang mengandung bunyi-bunyian, seperti mendesah 2. Cerita pengalaman seksual di radio dan telfon (sex phone) 3. Jasa layanan pembicaraan tentang seks melalui telepon (party line) 4. Fasilitas video porno melalui telefon 5. Film-film yang mengandung adegan seks atau menampilkan artis dengan penampilan minim atau (seolah-olah) tidak berpakaian 6. Penampilan penyanyi atau penari latar dengan pakaian serba minim dan gerakan sensual dalam klip video-musik di TV dan VCD 7. Situs-situs serta berbagai bentuk layanan internet RAGAM PORNOGRAFI MELALUI MEDIA CETAK 1. 2. 3. 4. 5. Gambar atau foto adegan seks atau artis yang tampil dengan haya yang sensual Iklan-iklan di media cetak yang menampilkan artis dengan gaya yang menonjolkan daya tarik seksual biasanya ditemukan di iklan parfum, mobil, party line, bahkan skrg juga ada di Iklan Mie Sedap Goreng Fiksi dan komik yang menggambarkan atau menceritakan adegan seks Buku-buku tentang teknik-teknik bercinta Berita kriminal kejahatan seksual yang dibuat sangat detil 17 RAGAM PORNOGRAFI MELALUI MEDIA LUAR RUANG 1. 2. 3. Billboard atau papan reklame dari suatu produk yang menggunakan model yang berpenampilan sensual (biasanya produk pakaian dalam wanita/pria) Poster-poster atau spanduk/baliho promp film layar lebar yang terpampang di bioskop-bioskop Lukisan atau gambar seronok yang biasa terpampang di badan belakang truk-truk besar MENGAPA REMAJA MENGONSUMSI PORNOGRAFI? 1. 2. 3. 4. 5. Usia remaja merupakan saat mulai terjadinya kematangan organorgan seksual, sehingga sangat sensitif terhadap rangsangan. Materi pornografi yang diumbar di berbagai media mampu merangsang dann mendorong remaja untuk mengonsumsinya. Pengaruh atau ajakan teman dan lingkungan. Pemahaman yang salah tentang pendidikan seks bahwa pendidikan seks dapat diperoleh melalui materi pornografi. Kenyataannya pornografi adalah guru terburuk dalam pendidikan seks, karena tdk mengajarkan dampak buruknya. Tidak memahami bahaya kencaduan pornografi. Tidak adanya keterbukaan dengan orang tua dalam membahas masalah seksualitas. 18 POLA AKSES REMAJA PADA PORNOGRAFI • • • • AKSES COBA-COBA: KARENA INGIN TAHU/INGIN COBA AKSES SOSIAL: SEBAGAI SARANA PERGAULAN/DIAJAK TEMAN AKSES ISENG : UNTUK MENGHILANGKAN STRESS KETERGANTUNGAN: TIDAK DAPAT LAGI MENGENDALIKAN PEMAKAIANNYA, SERING TERJADI GANGGUAN MENTAL DAN PERUBAHAN PERILAKU DAMPAK PORNOGRAFI A. DAMPAK MEDIS 1.Kerusakan Otak Dr. Donald Hilton (Pakar bedah syaraf): pornografi dapat membuat seseorang kecanduan. Ia akan terdorong mengonsumsi pornografi secara berulang-ulang setelah menyaksikan yang pertama. Secara ilmu syaraf hal ini akan merusak fungsi otak bagian depan (prefrontal cortex). Padahal pre-frontal cortex punya fungsi penting yaitu tempat untuk kontrol diri, mengambil keputusan, mengatur emosi, mengorganisasi dan merencanakan. Ini yang membedakan manusia dengan hewan. 2. Penyimpangan seksual 3. Penyebaran penyakit menular seksual 4. Penyebaran HIV-AIDS 19 B. DAMPAK SOSIAL 1. Budaya hidup serba boleh (permisif), termasuk seks bebas di kalangan generasi muda 2. Kehamilan di usia remaja yang menyebabkan putus sekolah 3. Remaja melahirkan, yang dapat membahayakan jiwa si ibu dan juga bayinya. 4. Aborsi, seringkali dilakukan secara ilegal dan membahayakan keselamatan si ibu 5. Orangtua tunggal, karena sang ayah yang tidak mau bertanggung jawab 6. Terjadi perceraian, perselingkuhan hingga kekerasan dalam rumah tangga. 7. Terjadinya kejahatan seksual yang dipicu pornografi seperti pencabulan, sodomi atau perkosaan BEDA PORNOGRAFI DENGAN PENDIDIKAN SEKS PORNOGRAFI PENDIDIKAN SEKS 1. MATERI YANG DITAMPILKAN DI MEDIA TERTENTU UNTUK MEMBANGKITKAN HASRAT SEKSUAL KHALAYAK 1. MEMPELAJARI ORGAN REPRODUKSI DAN FUNGSINYA UNTUK MENNGENAL LEBIH DALAM DAN MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK MENGHADAPI DAN MENJAGANYA 2. TIDAK ADA NILAI-NILAI MORAL DAN TANGGUNG JAWAB 2. MENGANDUNG NILAI-NILAI MORAL DAN TANGGUNG JAWAB 20 PORNOGRAFI DALAM PANDANGAN AGAMA Pornografi adalah Bagian dari Zina Pornografi dalam islam masuk dalam kategori zina dan islam melarang untuk sekadar mendekatinya: “Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (al-israa:32) Secara bahasa, zina berarti hubungan kelamin yang terjadi antara laki-laki dan perempuan tanpa ikatan akad nikah. “Dan orang-orang yang menyembah Tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharmkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat pembalasan dosanya yakni akan dilipatkan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina kecuali orang-orang yang bertobat…(al-furqaan: 68-70) 21 BAGIAN DARI ZINA Nabi Saw: bersabda, “pasti dicatat bagi anak adam bagiannya daripada zina. Ia pasti mengetahuinya: dua mata berzina dengan memandang, dua telinga berzina dengan mendengarkan, lisan berzina dengan berbicara, tangan berzina dengan memegang, kaki berzina dengan melangkah, hati berzina dengan menginginkan dan berkhayal….” Jalur Pemberantasan Pornografi 1. Keluarga Dengan menanamkan nilai-nilai agama pada anggota keluarga 2. Lingkungan Mengondisikan orang-orang sekitar untuk peka terhadap dampat materi pornografi 3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dengan mengadakan penyadaran, aksi-aksi damai 4. Pemerintah dengan melarang dan tidak memberikan izin kegiatan-kegiatan yang berbau pornografi 5. Aparat Penegak Hukum Penerapan aturan pelarangan pornografi dan pornoaksi secara konsisten 22