Frenki Riandi - jurnal online fh unila

advertisement
ABSTRAK
ANALISIS PERANAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA PORNOGRAFI
DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Frenki Riandi
0912011028
Persoalan pornografi menjadi sebuah masalah yang besar ketika hal tersebut telah
menjadi seni pertunjukan semua orang, karena pornografi terkadang atau bahkan
selalu memiliki daya tarik yang luar biasa. Mungkin kalau persoalan-persoalan di
sekitar pornografi ini tidak menjadi tontonan masyarakat luas secara massal, bisa
jadi tidak menjadi suatu masalah. Permasalahan Penelitian adalah Bagaimana
peranan Kepolisian dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pornografi di
Bandar Lampung dan apa faktor-faktor penghambat yang dihadapi aparat
Kepolisian dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pornografi di Bandar
Lampung. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat sosial
adalah analisis secara deskriptif kualitatif. Pengertian deskriptif kualitatif adalah
tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa yang dinyatakan
oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku yang nyata. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh peran Kepolisian dalam penegakan hukum terhadap
tindak pidana pornografi di Bandar Lampung adalah dengan melakukan razia
penjual VCD porno bajakan dengan cara melakukan penyamaran dengan pakaian
biasa layaknya seperti masyarakat pada umumnya, hal ini merupakan cara yang
sudah biasa digunakan oleh Polisi untuk menemukan pelaku kejahatan beserta
barang buktinya demikian juga untuk menanggulangi kejahatan pornografi di
Kota Bandar Lampung. Hambatan yang dihadapi oleh aparat Kepolisian dalam
menangani kasus pornografi ini adalah kurangnya jaringan dan informasi yang
didapat dan mudahnya penjual VCD porno, kurangnya kesadaran masyarakat
tentang hukum, keterbatasan saran dalam menanggulangi kejahatan tersebut, dana
yang dikeluarkan untuk fasilitas dan sarana penyuluhan, biaya transportasi
petugas dan biaya perlengkapan petugas. Simpulan, peran Kepolisian dalam
penegakan hukum terhadap tindak pidana pornografi di Bandar Lampung adalah
dengan melakukan razia penjual VCD porno bajakan. Hambatan yang dihadapi
oleh aparat Kepolisian dalam menangani kasus pornografi ini adalah kurangnya
jaringan dan informasi yang didapat dan mudahnya penjual VCD porno. Saran,
bagi aparat Kepolisian diharapkan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh anggotanya di dalam melaksanakan tugas rutinitasnya.
Kata Kunci: Peranan, Kepolisian, Penegakan Hukum, Tindak Pidana, Pornografi
0
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE ROLE OF POLICE IN LAW ENFORCEMENT CRIME
AGAINST PORNOGRAPHY IN BANDAR LAMPUNG
By
Frenki Riandi
0912011028
The issue of pornography becomes a big problem when it has become all the
performing arts, or even sometimes because pornography has always had
tremendous appeal. How research problem is the role of the police in enforcing
the law against the crime of pornography in Bandar Lampung and what other
constraints faced by police officers in law enforcement against criminal acts of
pornography in Bandar Lampung. Barriers faced by police officers in dealing
with pornography case is the lack of network and information obtained and easily
seller pornographic VCDs, lack of public awareness about the law, the limitations
of the suggestions in tackling crime, funds spent on facilities and counseling
facilities, personnel and transportation costs the cost of equipment officer.
Conclusion, the role of the police in enforcing the law against the crime of
pornography in Bandar Lampung is the porn VCD copied seller raid. Obstacle
that faced by police officers in dealing with pornography case is the lack of
network and information obtained and easily seller pornographic VCDs.
Suggestion, the police officers are expected to complete infrastructure needed by
its members in carrying out routine tasks.
Keywords : Roles, Police, Law Enforcement, Crime, Pornography
1
I.
dalam masyarakat yang terdiri atas
kelompok besar dan telah mengalami
proses pembentukan serta perubahan
atau revolusi sosial memerlukan
ketertiban yang harus disusun, dibentuk
dan dipelihara sesuai dengan jalannya
perubahan
yang
terjadi
dalam
masyarakat yang bersangkutan. Proses
kehidupan bermasyarakat sebagaimana
yang
disebutkan
terakhir
itu
mempunyai sistem sosial yang
mengandung
aspek-aspek
politik,
ekonomi, dan sosial budaya sedemikian
rupa
yang
berpotensi
untuk
berkembang dengan
cara
yang
kompleks. Hubungan antara sistem
sosial dan aspek-aspek itu saling
menentukan untuk mengembangkan
sosio-politik,
sosio-ekonomi,
dan
sosio-budaya yang dibutuhkan dalam
masyarakat.
PENDAHULUAN
Manusia memerlukan hidup bersama
dengan manusia lain dalam jangka
waktu yang lama, dan secara sadar
membentuk kesatuan hidup untuk
berbudaya, baik di lingkungan yang
terbatas maupun di lingkungan yang
lebih luas. Hubungan hidup bersama
antar manusia untuk menyelenggarakan
kepentingan,
terus
terjadi
dan
merupakan hubungan timbal balik
dengan membentuk pola hidup
bermasyarakat. Pola bermasyarakat
yang demikian itu terus berkembang
secara sistematis bagi kehidupan
manusia mulai dari antar pribadi
sampai
pada
kelompok
serta
lingkungannya
dalam
masyarakat
(social system) untuk mencapai citacita masyarakat yang bersangkutan.
Setiap perkembangan sosial dalam
masyarakat selalu terdapat hasrat akan
adanya keteraturan pada perkembangan
yang bersangkutan. Proses keteraturan
dalam masyarakat itu terus tumbuh dan
timbul dari manusia pribadi atau
kelompok satu sama lainnya, akan
tetapi perkembangan sosial yang
dimaksudkan belum tentu mendapat
keteraturan seperti yang diharapkan.
Keadaan kebersamaan dan tidak
kebersamaan hasrat untuk mencapai
keteraturan itu diperlukan pedoman
yang dibentuk dan dipelihara oleh
pranata dalam suatu masyarakat,
dengan maksud menyerasikan hasrat
hidup teratur agar terwujud tertib sosial
(social order) sebagai sarana menuju
cita-cita hidup bermasyarakat.
Masyarakat
tradisional
dengan
kelompok yang relatif kecil pada
umumnya masih tergambar adanya
ketertiban yang bersifat alamiah,
karena ketertiban merupakan suatu
keadaan yang timbul dengan sendirinya
dalam kehidupan manusia. Akan tetapi
Segala tingkah laku menyimpang
(deviasi) yang mengganggu atau
merugikan
atau
membahayakan
kelangsungan
pergaulan
hidup
bermasyarakat, dapat menumbuhkan
pula
keadaaan
tertentu
yang
menghambat kelancaran proses sosial.
Prilaku menyimpang yang bersifat
mengganggu
tersebut,
akan
mendapatkan cap (label) tertentu oleh
masyarakat sebagai sikap dan pola
prilaku jahat.
Kejahatan sendiri oleh Sutherland di
definisikan sebagai prilaku yang
dilarang oleh negara karena merupakan
perbuatan yang menyiksa negara dan
terhadap perbuatan itu negara bereaksi
dengan hukuman sebagai upaya
pamungkas sedangkan pengertian
kejahatan secara yuridis berarti segala
tingkah laku manusia yang dapat
dipidana, yang diatur dalam hukum
pidana.1
1
Made Darma Weda, Kriminologi, Raja
Grafindo, Surabaya, 1995, hal. 11.
1
Kejahatan menurut hukum dapat
dinyatakan sebagai perbuatan atau
prilaku yang bertentangan atau
melanggar ketentuan undang-undang
yang
berlaku
(yuridis)
dan
bertentangan atau melanggar normanorma yang berlaku di masyarakat.
Perkembangan kehidupan masyarakat
dewasa ini semakin kompleks yang
ditandai dengan adanya globalisasi
akan membuat suatu hubungan antar
kekuatan bangsa-bangsa di dunia yang
akan mewarnai permasalahan sosial,
ekonomi, dan hukum masing-masing
negara.
Meskipun
permasalahan
demikian merupakan permasalahan
domestik, namun lambat laun akan
menyingkapkan adanya kekuatan antar
bangsa. Dari titik inilah permasalahan
akan semakin rumit, masalah tersebut
muncul
bersamaan
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara global.
berkembang pula pengaruh-pengaruh
negatif yang timbul dari kemajuan
tersebut. Berbagai dampak negatif
tersebut
salah
satunya
adalah
berkembangnya ilmu-ilmu dan teknikteknik
kejahatan.
Perkembangan
kejahatan
tersebut
lebih
cepat
dibandingkan dengan perkembangan
sistem hukum yang ada, khususnya
kejahatan yang melanggar kesusilaan
yakni pornografi.2
Pornografi di Indonesia bukanlah suatu
fenomena baru, namun masalah
pornografi seakan-akan tidak pernah
berakhir. Permasalahan ini selalu
berganti-ganti
mulai
dari
mempersoalkan hidden camera dalam
casting iklan, gambar cover majalah
yang terlalu syiur, foto-foto artis yang
terlalu vulgar, VCD porno dan yang
terakhir adalah goyang para artis musik
dangdut
yang
dianggap
terlalu
memamerkan pantat dan dada dalam
gerakan erotis yang dinilai dapat
merangsang
setiap
orang
yang
menontonnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut ditandai dengan
adanya kemajuan pesat di bidang
transportasi,
komunikasi,
dan
informatika dimana
mendapatkan
perhatian
dalam
pelaksanaan
pembangunan nasional suatu negara.
Salah satu yang harus diperhatikan
adalah perkembangan di bidang
hukum, dalam hal ini harus selalu
mengikuti perkembangan perubahan
peradaban
sosial
masyarakat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi, serta globalisasi
telah
mengakibatkan
semakin
mudahnya penyerapan arus komunikasi
dan informasi. Dengan adanya berbagai
kemudahan yang ditawarkan pada era
globalisasi ini, maka akan memberikan
pengaruh positif maupun negatif bagi
kehidupan suatu negara.
Persoalan pornografi menjadi sebuah
masalah yang besar ketika hal tersebut
telah menjadi seni pertunjukan semua
orang, karena pornografi terkadang
atau bahkan selalu memiliki daya tarik
yang luar biasa. Mungkin kalau
persoalan-persoalan
di
sekitar
pornografi ini tidak menjadi tontonan
masyarakat luas secara massal, bisa
jadi tidak menjadi suatu masalah.
Begitu pula kalau media massa tidak
mengeksploitasi objek berita atau
tayangan semacam ini menjadi
komoditi mereka, maka masalah
tersebut
mungkin
tidak
akan
menimbulkan konflik di dalam
masyarakat. Namun, yang pasti bahwa
masyarakat Indonesia yang mayoritas
Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka akan
2
2
Ibid, hlm. 13
masyarakatnya beragama Islam, maka
sudah seharusnya masalah-masalah
tentang pornografi semacam ini ada
batasan-batasannya.
mendapatkan perhatian yang begitu
besar dari masyarakat. Para pemeran
merasa diuntungkan karena dengan
perdebatan dan pertentangan tersebut
dapat
membantu
mendorong
popularitasnya di masyarakat sehingga
dapat menaikkan nilai jual maupun
meningkatkan penjualan album kaset
rekamannya. Pada akhirnya yang
terakhir paling diuntungkan adalah para
pengusaha karena produk-produknya
semakin terkenal di masyarakat
sehingga
dapat
meningkatkan
penjualan dan laba usahanya.3
Sejak
lama
berbagai
elemen
masyarakat
sudah
menyatakan
menentang akan adanya pornografi di
media massa. Begitu pula dengan
Pemerintah Indonesia yang sudah sejak
awal, tidak pernah tinggal diam dengan
mengadakan gerakan pembersihan
terhadap
pornografi
dengan
memberikan tindakan tegas yang akan
diambil terhadap publikasi, pemuatan,
dan penyebaran pornografi melalui
media massa baik media cetak maupun
media elektronik. Media cetak berupa
surat kabar, majalah, tabloid, kalender
maupun brosur, sedangkan media
elektronik berupa tayangan televisi,
siaran radio, film, video, dan segala
bentuk periklanan. Begitu pula dengan
para
pemimpin
media
massa
diharapkan turut serta mendukung
gerakan
anti
pornografi
serta
menertibkan jajarannya.
Atas dasar itulah disamping perdebatan
dan pertentangan atas keberadaan
pornografi, tidak di pungkiri bahwa
pornografi merupakan suatu objek
bisnis dan industri yang besar dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
dimana
hal
tersebut
dapat
menghasilkan uang tanpa batas. Salah
satu tindak pidana pornografi yang
terjadi di Bandar Lampung adalah
beredarnya foto bugil perempuan mirip
Brigpol RS. foto bugil mirip Brigpol
RS yang tak lain sekretaris pribadi
(Sespri) Kapolda Lampung Brigjen
Heru
Winarko
beredar.
Peran
Kepolisan dalam penegakan hokum
terhadap tindak pidana pornografi ini
terlihat dari kegiatan operasi yang
dilakukan oleh Kepolisian Kota Besar
Bandar Lampung dengan melakukan
razia-razia kaset video, CD/VCD porno
yang beredar pada masyarakat di Kota
Bandar Lampung.
Perkembangan teknologi media yang
begitu
cepat,
telah
memacu
perkembangan pornografi yang dapat
diakses dan ditemukan dengan mudah
dari
berbagai
sisi
kehidupan
masyarakat. Pornografi merupakan
masalah multidimensi karena terdapat
berbagai
aspek-aspek
kehidupan
didalamnya yaitu aspek hukum, agama,
moral, dan ekonomi. Sehingga dari
sinilah kemudian perdebatan dan
pertentangan dimulai, antara pihak
yang menerima keberadaan pornografi
dengan
pihak
yang
menolak
keberadaan pornografi.
Namun terlepas dari perdebatan dan
pertentangan tersebut di sisi lain ada
yang senang dan tertawa lebar, para
pembuat bangga karena hasil karyanya
3
Burhan
Bungin,
Pornomedia:
Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi
Telematika Dan Perayaan Seks di Media
Massa, Kencana. Jakarta, 2005, hlm. 89.
3
seseorang dalam masyarakat. Peran
dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang
dalam
kehidupan
masyarakat. Peran adalah suatu konsep
tentang apa yang dapt dilakukan oleh
individu dalam masyarakat yang
organisasi. Peran yang dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur masyarakat, Dimana
peran dibagi menjadi: peran yang ideal
(ideal role), peran yang seharusnya
(expect role), peran yang dianggap diri
sendiri (perceived role) dan peran
yang sebenarnya dilakukan (actual
role).
II. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Peran
Kepolisian
Dalam
Penegakan Hukum Terhadap
Tindak Pidana Pornografi di
Bandar Lampung
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Putu Eka Denda Jayanti selaku
Kasubnit I PPA Polresta Bandar
Lampung didapatkan data bahwa peran
Kepolisian dalam penegakan hukum
terhadap tindak pidana pornografi di
Bandar Lampung adalah dengan
melakukan razia penjual VCD porno
bajakan dengan cara melakukan
penyamaran dengan pakaian biasa
layaknya seperti masyarakat pada
umumnya, hal ini merupakan cara yang
sudah biasa digunakan oleh Polisi
untuk menemukan pelaku kejahatan
beserta barang buktinya demikian juga
untuk
menanggulangi
kejahatan
pornografi di Kota Bandar Lampung.
Peranan Kepolisan dalam penegakan
hukum pornografi adalah dengan
melakukan bekerja sama dengan pihakpihak sekolah, para pengusaha rental
VCD maupun melakukan seminar
untuk umum yang bertujuan untuk
memberikan
pengarahan
dan
bimbingan
terhadap
pengaruh
pornografi yang kini semakin banyak
sekali
terjadi
di
masyarakat
memberikan pengarahan kepada orang
tua untuk membatasi anak-anak
menggunakan handphone yang dapat
mengakses situs-situs dewasa.
Selain itu Polisi juga bekerja sama
dengan pihak-pihak sekolah, para
pengusaha rental VCD maupun
melakukan seminar yang terbuka untuk
umum
yang
bertujuan
untuk
memberikan
pengarahan
dan
bimbingan
terhadap
pengaruh
pornografi yang kini semakin banyak
sekali
terjadi
di
masyarakat
memberikan pengarahan kepada orang
tua untuk membatasi anak-anak
menggunakan handphone yang dapat
mengakses situs-situs dewasa.
Kepolisian merupakan salah satu
lembaga pemerintah yang memiliki
peran penting dalam negara hukum. Di
dalam negara hukum kehidupan hukum
sangat ditentukan oleh faktor struktur
atau lembaga hukum, di samping
faktor-faktor lain, seperti faktor
substansi hukum dan faktor kultur
hukum. Dengan demikian, efektivitas
operasional dari struktur atau lembaga
hukum
sangat
ditentukan
oleh
kedudukannya
dalam
organisasi
Negara.
Sedangkan menurut Erna Dewi selaku
Dosen Hukum Universitas Lampung
menyatakan bahwa peran Kepolisian
dalam penegakan hukum terhadap
tindak pidana pornografi di Bandar
Lampung adalah peran mencakup
peran meliputi norma-norma yang
dihubungkan dengan posisi atau tempat
Pasal 13 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
4
tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia tugas pokok Kepolisian
Negara Republik Indonesia adalah:
memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat; menegakkan hukum; dan
memberikan
perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. Berkaitan dengan tindak
kejahatan pornografi, maka tugas polisi
yaitu menegakkan hukum, menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat
serta pelayanan dan pengayoman
masyarakat adalah tugas yang mulia,
yang aplikasinya harus berasaskan
legalitas, undang-undang yang berlaku
dan hak azasi manusia atau dengan kata
lain harus bertindak secara professional
dan memegang kode etik secara ketat
dan keras, sehingga tidak terjerumus ke
dalam
perilaku
yang
dibenci
masyarakat,
terutama
dalam
memberantas tindak pidana pornografi.
hukum pidana, melainkan dititik
beratkan pada berbagai kebijakan
sosial. Hal ini dilatarbelakangi bahwa
kejahatan adalah masalah sosial dan
masalah kemanusiaan. Oleh karena itu
upaya penanggulangan kejahatan tidak
hanya dapat mengandalkan penerapan
hukum pidana semata, tetapi juga
melihat akar lahirnya persoalan
kejahatan ini dari persoalan sosial,
sehingga kebijakan sosial juga sangat
penting dilakukan.
Kaitannya dengan penegakan hukum
atau peraturan, peran ideal dan peran
seharusnya
adalah
peran
yang
seharusnya
dikehendaki
dan
diharapkan oleh hukum yang telah
ditetapkan
oleh
undang-undang,
sedangkan peran yang dianggap oleh
diri sendiri atau peran yang sebenarnya
dilakukan adalah peran yang telah
dikembangkan antara kehendak hukum
yang tertulis dengan kenyataankenyataan, dalam hal ini penegak
hukum harus menentukan dengan
kemampuannya berdasarkan kenyataan
yang terjadi. Peran kepolisian dalam
penanggulangan
tindak
pidana
pornografi di Wilayah Kota Bandar
Lampung merupakan peran ideal
dimana peran ini merupakan yang ideal
dan seharusnyalah Polri dalam rangka
penegakan
hukum
melalui
penanggulangan
tindak
pidana
pornografi yang berkembang di
masyarakat.
Kemudian
peran
seharusnya yang diharapkan dalam
undang-undang adalah Polisi dalam
undang-undang mempunyai peran
sebagai penegak hukum dalam hal ini
khususnya peran polisi sebagai
penegak hukum dalam tindak pidana
pornografi. Peranan yang dianggap diri
sendiri dalam hubungannya dengan
penegakan hukum pada tindak pidana
pornografi anggota Polisi merupakan
individu yang telah dianggap mampu
Penggunaan upaya hukum termasuk
hukum pidana, merupakan salah satu
upaya mengatasi masalah sosial
termasuk dalam bidang kebijakan
penegakan hukum. Disamping itu
karena tujuannya adalah untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat
pada umumnya, maka kebijakan
penegakan hukum itupun termasuk
dalam bidang kebijakan sosial, yaitu
segala usaha yang rasional untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
Sebagai suatu masalah yang termasuk
kebijakan, maka penggunaan (hukum)
pidana sebenarnya tidak merupakan
suatu keharusan.
Keberhasilan
polisi
dalam
penanggulangan
kejahatan
harus
disyaratkan pada integralitas berbagai
pendekatan, yang secara garis besarnya
dapat dibagi menjadi pendekatan penal,
melalui penerapan hukum pidana dan
upaya non-penal, yaitu kebijakan
penanggulangan
tanpa
penerapan
5
dan mempunyai peran penting dalam
proses penegakan hukum sesuai dengan
tugas dan kewajibannya sebagai
seorang anggota Polisi. Sedangkan
peranan yang sebenarnya dilakukan
sebagai seorang anggota Polisi adalah
peran yang harus dilakukan sesuai
dengan Stándar Operasional Prosedur
(SOP) dalam kedinasan anggota polisi
dalam penegakan hukum terhadap
tindak pidana pornografi.
preventif ini sangat penting artinya,
bagaimanapun juga pencegahan masih
jauh lebih baik daripada mengobati.
Jadi pencegahan sebelum terjadinya
pornografi ini dilakukan sebagai suatu
rangkaian usaha untuk menghapuskan
pornografi, Walaupun sampai sekarang
belum dapat diberantas secara tuntas,
namun
untuk
mencegah
atau
mengurangi
dan
memperkecil
lingkungan
pornografi
terus
dilaksanakan.
Selama ini aparat kepolisian tetap
mengandalkan upaya pencegahan dan
penanggulangan pornografi dalam
artian
pendekatan-pendekatannya
dilakukan dengan bantuan kerjasama
dari masyarakat. Karena hanya upaya
inilah yang diharapkan bagi seluruh
masyarakat Indonesia mampu untuk
mencegah
dan
menanggulangi
pornografi yang saat ini masih marak
terjadi. Adapun upaya-upaya tersebut
antara lain seperti dibawah ini
2. Upaya Penal
Upaya Penal adalah segala upaya yang
ditujukan kepada seseorang yang telah
menjadi jahat untuk menolongnya
kembali ke jalan yang benar, agar tidak
mengulangi kembali perbuatannya.
Meskipun telah dilakukan tindakan
preventif untuk memulihkan kembali
keseimbangan yang terganggu akibat
adanya suatu kejahatan dalam hal ini
pornografi, maka diperlukan sekali
adanya tindakan secara represif.
1. Upaya Non Penal
Pornografi merupakan salah satu dari
beberapa
kejahatan
sedangkan
kejahatan itu sendiri sebagai perbuatan
yang
sangat
merugikan,
serta
meresahkan masyarakat, oleh karena
itu tidak boleh dibiarkan begitu saja
tumbuh dan berkembang dengan subur
ditengah-tengah
masyarakat
kita.
Usaha pencegahan yang bersifat
preventif ini dimaksudkan sebagai
usaha
pencegahan
terhadap
kemungkingan timbul serta meluasnya
pornografi dalam masyarakat, jadi
berusaha mencegah seseorang sebelum
melakukan kejahatan tindak pidana
pornografi, karena bila seseorang telah
terjerumus melakukan suatu kejahatan
akan sulit baginya untuk menjadi orang
yang
baik
kembali,
sebab
kecenderungan untuk mengurangi
perbuatan yang pernah dilakukan
adalah sangat kecil. Sehingga usaha
Selain kegiatan-kegiatan di atas, upaya
penanggulangan
tindak
pidana
pornografi oleh Polri khususnya pihak
Polresta Bandar Lampung dilakukan
dengan menggelar razia warnet yang
biasanya merupakan tempat untuk
melihat, merekam dan menyebarkan
gambar atau video yang termasuk
dalam
kategori
tindak
pidana
pornografi.
Upaya penegakan hukum terhadap
tindak pidana pornografi dalam media
internet tentu bertentangan dengan
kepentingan ekonomi pemilik atau
pengusaha warnet dan akan sangat sulit
untuk mencari titik temu yang adil bagi
keduanya.
Namun
tidak
boleh
dilupakan bahwa di antara kedua
kepentingan
tersebut
terdapat
kepentingan masyarakat. Terdapat
nilai-nilai dalam masyarakat yang
6
harus dihormati dan dijunjung tinggi,
yaitu norma-norma kesusilaan, norma
kesopanan
dan
norma
agama.
Demikian juga dalam kasus pornografi
dalam media internet. Bagaimana pun
pornografi telah melanggar normanorma dalam masyarakat, terutama
masyarakat Indonesia yang merupakan
masyarakat dengan budaya ketimuran.
Kasubnit I PPA Polresta Bandar
Lampung didapatkan data bahwa
hambatan yang dihadapi oleh aparat
Kepolisian dalam menangani kasus
pornografi ini adalah kurangnya
jaringan dan informasi yang didapat
dan mudahnya penjual VCD porno,
kurangnya
kesadaran
masyarakat
tentang hukum, keterbatasan saran
dalam
menanggulangi
kejahatan
tersebut, dana yang dikeluarkan untuk
fasilitas dan sarana penyuluhan, biaya
transportasi
petugas
dan
biaya
perlengkapan petugas untuk membiayai
semua pihak Kepolisan merasa belum
cukup meskipun dari Pemerintah sudah
diberikan
dana
bagi
tiap-tiap
Kepolisian setempat.
Upaya penanggulangan tindak pidana
ponografi dalam media internet
(cyberporn) yang dilakukan oleh
pemerintah telah menunjukkan suatu
kemajuan yaitu bahwa pada tanggal 25
Maret
2008
pemerintah
telah
mensahkan Undang-Undang tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE) yang di dalamnya juga
mengatur tentang pornografi internet,
yaitu pada Bab VII tentang Perbuatan
yang dilarang, Pasal 27 ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan
dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan”.
Upaya untuk menanggulangi tindak
pidana pornografi di Kota Bandar
Lampung,
Polres
Kota
Bandar
Lampung yang merupakan lembaga
penegak hukum terdepan didalam
melindungi
dan
mengayomi
masyarakat
mempunyai
beberapa
kendala yang menjadi hambatan untuk
mengungkap modus operandi kejahatan
atau suatu tindak pidana khususnya
masalah mengenai pornografi
Pasal 45 ayat (1) menyatakan bahwa
“Setiap Orang yang memenuhi unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6(enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)”.
Adanya kendala-kendala tersebut di
atas yang selama ini menjadi
penghalang atau penghambat bagi
aparat penegak hukum yang berada di
jajaran Polres Kota Bandar Lampung
untuk mengungkap tindak pidana
pornografi di lingkungan masyarakat
Kota Bandar Lampung, maka dengan
meningkatkan profesionalisme kerja
anggota Polisi khususnya anggota unit
I Polres Kota Bandar Lampung dan
para aparat penegak hukum lainnya
diharapkan dapat mengurangi kendalakendala yang ada serta dengan segala
keterbatasannya anggota Polisi sebagai
pengayom dan pelindung masyarakat
dapat menjalankan tanggung jawabnya
B. Faktor-Faktor Penghambat yang
Dihadapi Aparat Kepolisian
dalam
Penegakan
Hukum
Terhadap
Tindak
Pidana
Pornografi di Bandar Lampung
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Putu Eka Denda Jayanti selaku
7
dengan baik dan yang paling terpenting
adalah peran dari masyarakat itu
sendiri didalam membantu para aparat
penegak hukum untuk mengungkap
semua tindak pidana pornografi.
polisi dalam penegakan hukum
terhadap
tindak
pidana
pornografi.
2. Hambatan yang dihadapi oleh
aparat Kepolisian dalam menangani
kasus pornografi ini adalah
kurangnya jaringan dan informasi
yang didapat dan mudahnya penjual
VCD porno, kurangnya kesadaran
masyarakat
tentang
hukum,
keterbatasan
saran
dalam
menanggulangi kejahatan tersebut,
dana yang dikeluarkan untuk
fasilitas dan sarana penyuluhan,
biaya transportasi petugas dan
biaya perlengkapan petugas untuk
membiayai semua pihak Kepolisan
merasa belum cukup meskipun dari
Pemerintah sudah diberikan dana
bagi tiap-tiap Kepolisian setempat.
III. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran Kepolisian dalam penegakan
hukum terhadap tindak pidana
pornografi di Bandar Lampung
adalah:
a.
Peran
kepolisian
dalam
penanggulangan tindak pidana
pornografi di Wilayah Kota
Bandar Lampung merupakan
peran ideal dimana peran ini
merupakan yang ideal dalam
rangka penegakan hukum melalui
penanggulangan tindak pidana
pornografi yang berkembang di
masyarakat.
b.
Kemudian peran seharusnya yang
diharapkan dalam undang-undang
adalah Polisi dalam undangundang mempunyai peran sebagai
penegak hukum dalam hal ini
khususnya peran polisi sebagai
penegak hukum dalam tindak
pidana pornografi.
c.
Peranan yang dianggap diri
sendiri
dalam
hubungannya
dengan penegakan hukum pada
tindak pidana pornografi anggota
Polisi merupakan individu yang
telah dianggap mampu dan
mempunyai peran penting dalam
proses penegakan hukum sesuai
dengan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang anggota Polisi.
d.
Peranan
yang
sebenarnya
dilakukan
sebagai
seorang
anggota Polisi adalah peran yang
harus dilakukan sesuai dengan
Estándar Operasional Prosedur
(SOP) dalam kedinasan anggota
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
dapat diberikan beberapa saran antara
lain:
1. Bagi aparat Kepolisian diharapkan
untuk melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh
anggotanya di dalam melaksanakan
tugas rutinitasnya, disamping itu
juga
diharapkan
adanya
penambahan
jumlah
personil
karena jumlah personil yang sudah
ada sekarang ini sudah tidak
mampu lagi untuk memback-up
jumlah populasi masyarakat di
wilayah Kota Bandar Lampung
serta permasalahan hukum yang
terjadi di masyarakat khususnya
yang berhubungan dengan tindak
pidana pornografi.
8
2. Bagi masyarakat hendaknya lebih
menyadari akan bahaya yang
ditimbulkan dari tindak pidana
pornografi, masyrakat hendaknya
juga dapat membantu, memberikan
informasi mengenai adanya tindak
pidana pornografi di sekitar
lingkungannya
kepada
pihak
kepolisian.
DAFTAR PUSTAKA
Made Darma Weda, Kriminologi, Raja
Grafindo, Surabaya, 1995,
Burhan Bungin, Pornomedia: Sosiologi
Media,
Konstruksi
Sosial
Teknologi
Telematika
Dan
Perayaan Seks di Media Massa,
Kencana. Jakarta, 2005.
Chazawi, Adami, Tindak Pidana
Mengenai Kesopanan, Jakarta,
Raja Grafindo Persada. 2005
Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana
Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika.
2001
Lamintang, PAF Delik-Delik Khusus
Tindak
Pidana
Melanggar
Norma-Norma Kesusilaan Dan
Norma-Norma
Kepatutan,
Bandung, Mandar Maju. 1990,
9
Download