Modul E-Course Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan

advertisement
E-COURSE
Aliansi Remaja Independen
Modul
Hak Kesehatan Seksual dan
Reproduksi
Disusun oleh: Kurnia Wijiastuti
Gambaran Umum
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah konsep yang memandang bahwa setiap
manusia mempunyai hak-hak dasar yang dibawa sejak lahir. Hak tersebut harus
dihargai karena kemanusiaan itu tidak memandang jenis kelamin, agama, suku, bangsa,
warna kulit, kelas ekonomi, politik, sosial dan lainnya. Rumusan HAM meliputi 5 bidang,
yakni sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Contohnya seperti hak untuk hidup, non
diskriminasi, tempat tinggal, kesehatan, pekerjaan, pendidikan dan kehidupan yang
layak. Konsep tersebut merupaka upaya agar negara tidak sewenang-wenang dalam
memperlakukan manusia.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) berdiri karena dipicu oleh adanya
pelanggaran kemanusiaan secara massif. Sejak itulah, pada 10 Desember 1948
Deklarasi HAM secara resmi dicetuskan. HAM menjadi instrument internasional untuk
mengatur dan menata cara bernegara yang bermartabat bagi negara-negara anggota
PBB. Deklarasi Umum HAM (DUHAM) ini dalam perumusan dan penerapannya selalu
melibatkan kebijakan PBB dan negara-negara yang pada umumnya dipegang oleh lakilaki yang masih berpikiran patriarkhi. Hal ini menyebabkan kondisi khusus yang
dialami oleh perempuan di berbagai negara sering kali terabaikan. Contohnya seperti,
kondisi perempuan korban pemerkosaan, kebutuhan khusus perempuan terkait dengan
fungsi reproduksi yang berbeda dengan laki-laki, dan kondisi lainnya.
HAM hanya bisa dipenuhi dengan baik jika perumusan dan penerapannya
menggunakan lensa keadilan gender. Konsep keadilan gender memberikan cara
pandang baru bahwa keadilan baik di rumah, masyarakat, negara maupun lintas negara
harus menjamin keadilan bagi laki-laki, perempuan dan gender lainnya. Keadilan
gender telah berfungsi untuk melihat perbedaan mendasar laki-laki, perempuan dan
gender lainnya yang berdampak pada pembedaan gender secara sosial.
Kondisi tubuh yang berbeda kemudian melahirkan fungsi reproduksi yang
berbeda, contohnya seperti perempuan mengalami masa reproduksi yang jauh lebih
panjang dan kerentanan atas gangguan kesehatan reproduksi yang juga lebih tinggi dari
pada laki-laki. Seperti fenomena yang sering kali terjadi di Indonesia, menjaga
kesehatan reproduksi perempuan bukan sesuatu yang dianggap penting. Padahal
perempuan kerap dinikahkan pada usia dini saat alat reproduksinya belum mampu
berfungsi secara optimal, dinikahkan secara paksa, tidak diberi hak untuk menolak
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
hubungan seksual dengan suami, dibiarkan hamil secara sering dan rapat, dibebani
tugas-tugas rumah tangga saat hamil, dan sebagainya.
Tujuan
-
Peserta mendapatkan gambaran utuh mengenai kesetaraan gender dan hak
kesehatan seksual dan reproduksi berdasarkan HAM.
-
Peserta dapat melihat hubungan kesertaraan gender, hak kesehatan seksual dan
reproduksi dengan pendekatan HAM.
-
Peserta mampu mengidentifikasi pelanggaran HAM dalam hubungannya dengan
kesetaraan gender dan kesehatan seksual dan reproduksi.
Metode
Diskusi.
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
Seks  Seksual  Seksualitas ?
Seks merupakan sebuah kata yang berarti alat kelamin. Jika membahas mengenai seks,
maka hal ini akan membahas memgenai tubuh secara biologis. Manusia terdiri dari
beberapa jenis kelamin yakni:
-
Laki-laki, yang secara biologis memiliki penis.
-
Perempuan, yang secara biologis memiliki vagina.
-
Interseks, yang ketika seseorang secara biologis bisa memiliki organ reproduksi
penis dan vagina.
Seksual merupakan pengalaman hidup yang berhubungan dan melibatkan seks atau alat
kelamin, seperti tertarik dengan orang lain, menstruasi, masturbasi dan berhubungan
seks.
Seksualitas merupakan pembahasan mengenai segala sesuatu hal yang berkaitan
dengan ketubuhan manusia yang berasal dari pengalaman-pengalaman seks seseorang.
Seksualitas ini juga berisi hal-hal yang bersinggungan dengan kehidupan sosial, agama,
budaya dan bahkan politik. Contohnya seperti identias dan peran gender, orientasi
seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi.
Dari ketiga hal tersebut, dapatkah kamu memberikan gambarannya?
Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Seksual
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, serta sistem reproduksi.
Keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial secara utuh bukan sekedar terbebas
dari penyakit, namun harus pula termasuk keadaan dimana:
-
Seseorang punya tanggung jawab, kepuasan, dan kehidupan seksual yang aman.
-
Seseorang punya kemampuan untuk menjalankan fungsi reproduksi.
-
Seseorang punya kebebasan untuk memutuskan kapan dan seberapa sering
melakukan aktivitas seksual.
-
Perempuan dan laki-laki punya hak yang sama antara untuk mendapat informasi
dan akses terhadap metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau, dan bisa
diterima berdasarkan keputusan mereka.
-
Mereka juga berhak mendapat akses pelayanan kesehatan yang layak yang
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
memungkinkan perempuan bisa menjalani proses kehamilan dan persalinan
secara aman.
-
Pasangan diberi berbagai layanan untuk memiliki anak yang sehat.
Kesehatan seksual adalah kondisi fisik, mental, dan sosial terkait dengan seksualitas.
Kesehatan seksual mensyaratkan pendekatan yang positif dan penghargaan terhadap
seksualitas dan hubungan seksual, mencakup kemungkinan mempunyai pengalaman
seksual yang menyenangkan dan aman, bebas dari paksaan, diskriminasi, dan
kekerasan. Pelayanan kesehatan seksual — menurut Perserikatan Bangsa- Bangsa —
harus dapat meningkatkan kehidupan dan hubungan personal. Pelayanan tersebut
antara lain berupa konseling dan pelayanan terkait reproduksi serta penyakit menular
seksual.
Organ reproduksi kita harus dirawat agar bisa berfungsi dengan baik
dan terhindar
dari penyakit. Malas menjaga kesehatan organ reproduksi bisa berakibat fatal. Selain
berpotensi terkena penyakit kelamin, organ reproduksi yang tidak terawatt akan
berakibat buruk pada kualitas reproduksi manusia. Merawat organ reproduksi yakni
dengan cara:
1. Sebelum memegang organ reproduksi, pastikan tangan dibersihkan terlebih
dahulu. Jika tangan kotor, kuman yang ada di tangan bisa berpindah ke kelamin,
sehingga kuman tersebut bisa jadi sumber penyakit.
2. Ganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari. Jarang mengganti celana
dalam bisa memicu timbulnya bakteri, kuman, dan jamur pada alat kelaminmu.
3. Hindari memakai celana ketat karena mempersulit sirkulasi udara bagi vagina
dan penis. Untuk laki-laki, celana longgar seperti boxer lebih baik digunakan
daripada celana ketat karena celana ketat bisa menghambat produksi sperma.
4. Saat memakai toilet umum –khususnya toilet duduk– gunakan tissu untuk
melapisi bagian yang akan kita duduki karena bisa jadi di dudukan toilet
tersebut terdapat banyak kuman.
5. Hindari stres. Kesehatan psikis yang buruk berpotensi merusak kualitas ovum
dan
sperma.
Stres
menyebabkan
gangguan
metabolisme
tubuh
yang
berpengaruh pada seluruh organ tubuh termasuk organ reproduksi.
6. Hindari gaya hidup tidak sehat, perbanyak olahraga dan mengonsumsi makanan
bergizi. Gaya hidup juga mempengaruhi kualitas organ reproduksi.
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
Gender
Gender dapat diartikan sebagai peranan yang memunculkan perbedaan perilaku
(behavioral differences)
antara laki-laki dan perempuan dan lainnya yang dibangun
secara sosial. Perbedaan ini tidak bersifat kodrati, tetapi ciptaan manusia. Gender
bersifat tidak permanen, bisa berubah, dapat dipertukar-letakkan. Identitas gender
berbeda dengan identitas biologis. Jika identitas biologis adalah yang terlihat secara
fisik dari luar, identitas gender merupakan
emosi atau psikologis individu yang
merasakan. Seseorang yang terlahir laki-laki atau perempuan secara biologis bisa saja
mengidentifikasi diri mereka sebaliknya. Fakta menunjukkan bahwa kini identitas
gender tidak lagi hanya sebatas perempuan dan laki-laki, lho!
Dalam budaya Bugis, gender dibagi menjadi:
1. Orowane (Laki-laki)
2. Makkunrai (Perempuan)
3. Calabai → Laki-laki yang hidup sebagai perempuan
4. Calalai → Perempuan yang berkelakuan, berpenampilan, dan berkehidupan
seperti laki – laki
5. Bissu → Golongan yang bukan laki- laki dan juga bukan perempuan atau biasa
dikenal dengan istilah Androgini. Mereka memiliki
posisi yang sangat penting
dalam adat Bugis sebagai pendeta atau pemangku adat yang ditandai salah
satunya dengan pakaian-pakaian khusus.. Bissu bertugas menjaga dan
melestarikan nilai-nilai budaya dan adat asli Bugis agar tidak punah.
Dapatkah kamu menyebutkan contoh-contoh dari identitas gender?
Bentuk Ketidakadilan Akibat Konstruksi Gender
Konsep gender atau jenis kelamin sosial yang awalnya dimaksudkan untuk membagi
peran antara laki-laki dan perempuan ternyata lebih banyak merugikan perempuan dan
gender lainnya.
Peran ganda
Pembagian peran publik dan peran domestik (rumah tangga) biasanya terhadap lakiAliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
laki dan perempuan yang membuat perempuan mengemban peran ganda (double
burden). Peran ganda yaitu adanya dua pekerjaan bahkan lebih yang harus dikerjakan.
Konsep gender yang umum, biasanya menempatkan laki-laki untuk memiliki peran di
wilayah publik dan perempuan di wilayah domestik (dalam). Namun ketika seorang
perempuan yang turut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, dia
menanggung peran ganda di kedua wilayah tersebut, yakni tetap harus menyelesaikan
tugas-tugas rumah tangga karena anggapan bahwa tugas- tugas di dalam rumah adalah
tugas perempuan yang sebenarnya dan tidak boleh ditinggalkan.
Stereotip (Stereotype)
Stereotip adalah label-label negatif yang diberikan masyarakat kepada perempuan dan
gender lainnya. Stereotip dalam kata lain disebut dengan stigma, citra baku, atau
pelabelan terhadap individu maupun kelompok. Seringkali pelabelan ini bersifat negatif
dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada lalu akhirnya melahirkan ketidakadilan.
Dari sini dapat kita pahami bahwa gender stereotyping bersumber dari pandangan
pelabelan yang tidak adil pada jenis kelamin tertentu. Hal ini sangat merugikan karena
stereotip lebih sering membuat orang percaya dan akhirnya terbiasa.
Marginalisasi
Marginalisasi adalah proses peminggiran secara ekonomi yang mengakibatkan
pemiskinan, umumnya terjadi pada perempuan dan kelompok-kelompok tertentu.
Marginalisasi terjadi di tempat kerja, rumah tangga, masyarakat, bahkan negara.
Geraknya sangat dibatasi dalam ruang publik membuat mereka termarginalisasi.
Mereka tidak dapat mengakses segala hal atau kesempatan di berbagai bidang dengan
leluasa.
Subordinasi
Biasanya perempuan seringkali ditempatkan di kedudukan lebih rendah daripada lakilaki dalam bermasyarakat. Mereka ditempatkan pada jajaran kedua setelah laki-laki
karena keberadaan perempuan dianggap tidak penting atau sebagai pelengkap semata.
Contohnya seperti:
-
Masih sedikitnya perempuan yang bekerja dan memiliki peran pengambil
keputusan dan menduduki peran penentu kebijakan dan memiliki kuasa yang
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
cukup.
-
Dalam susunan kabinet pemerintahan atau struktur pegawai perusahaan.
-
Dalam sistem upah, perempuan yang menikah dibayar lebih rendah daripada
laki-laki karena anggapan setiap perempuan mendapatkan nafkah yang cukup
dari suaminya.
Kekerasan
Kekerasan merupakan serangan terhadap fisik atau mental psikologis seseorang yang
dilakukan terhadap gender tertentu, biasanya terhadap perempuan dan gender lainnya.
Kekerasan berbasis gender disebabkan relasi gender yang kekuasaannya tidak
seimbang. Kekuasaan lebih didominasi karena anggapan bahwa pemilik kuasa terbesar
dalam berbagai hal. Ada beberapa macam bentuk kekerasan, salah satunya adalah
kekerasan berbasis gender, seperti:
-
Kekerasan secara fisik, seperti enampar, memukul, menjambak rambut,
menendang, melukai dengan senjata, sunat perempuan, pemaksaan pemakaian
sterilisasi, dalam program keluarga berencana pada perempuan, dan sebagainya.
Kekerasan fisik terhadap transgender bahkan juga sering dilakukan oleh para
aparat keamanan saat mengadakan inspeksi atau razia.
-
Kekerasan secara psikologis, seperti penghinaan, kata-kata kasar, mengancam,
dan memojokkan yang dialamatkan kepada perempuan
dan kaum lesbian, gay,
biseksual, transgender dan yang lainnya. Ayo coba ingat-ingat, seberapa sering
kamu mengejek teman laki-laki kamu yang diketahui penyuka sesama jenis?
-
Kekerasan secara seksual, seperti Pemaksaan melakukan hubungan seksual,
pemerkosaan, dan lain-lain. Menyentuh atau melakukan sesuatu terhadap tubuh
terutama organ seksual tanpa seizin pemilik tubuh tersebut, dan akhirnya
membuat dia merasa tidak nyaman atau bahkan kesakitan. Kekerasan seksual
banyak sekali terjadi baik di ranah privat maupun publik dan dalam berbagai
bentuk.
Keberagaman Seksual
Seksualitas manusia sangatlah kompleks dan cair. Seksualitas manusia, khususnya
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
orientasi seksual dan identitas gender sangatlah cair dan tidak statis. Orientasi seksual
seseorang terus menerus berkembang dan berubah- ubah seiring tumbuh kembang si
manusia tersebut. Jadi, bisa dibilang bahwa seksualitas seseorang tidak melulu seratus
persen Hetero (menyukai lawan jenis) maupun seratus persen Homo (menyukai
sesama jenis). Hari ini seseorang menyukai lawan jenis, beberapa tahun ke depan bisa
saja ia menjadi penyuka sesame jenis.
Keberagaman seksual bukanlah penyakit atau kelainan!!
-
Tanggal 17 Mei 1990 merupakan tanggal dimana World Health Organization
(WHO) resmi menyatakan bahwa homoseksualitas bukan penyakit atau ganggun
kejiwaan. Maka setiap tanggal 17 Mei, dunia memperingati International Day
Against Homophobia atau yang sering (IDAHO). Munculnya diskriminasi dan
kekerasan terhadap orang-orang yang memiliki keberagaman seksual membuat
teman-teman LGBTIQ dan orang-orang yang perhatian pada isu tersebut gencar
menuntut adanya advokasi untuk mengakhiri masalah ini lewat berbagai macam
cara, salah satunya adalah melalui peringatan IDAHO setiap tahunnya.
-
Semenjak
tahun
1993,
Indonesia
juga
sudah
tidak
lagi
menganggap
homoseksualitas sebagai gangguan jiwa. Hal ini sudah tertulis dalam Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III yang disusun oleh Direktorat
Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
-
Negara berkewajiban untuk menjamin kesetaraan, keamanan, serta kenyamanan
hidup bagi siapa saja, termasuk teman-teman LGBTIQ. Seperti yang tertulis
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia bahwa setiap manusia memiliki
hak yang sama apapun orientasi seksual dan identitas gendernya.
SRHR
Sexual Health + Sexual Rights + Reproductive Health + Reproductive Rights
Konsep SRHR dirumuskan pada ICPD Kairo 1994. ICPD (International Conference on
Population and Development) dianggap sebagai salah satu konferensi yang sukses dan
menjadi pedoman orang-orang di seluruh dunia yang bergerak di bidang SRHR untuk
merumuskan kebijakan terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas dengan
komprehensif.
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
Sexual Health (Kesehatan Seksual)
Pendekatan yang melihat bahwa seksualitas manusia dan layanan kesehatan ditujukan
untuk peningkatan kehidupan dan terkait reproduksi, infeksi menular seksual, serta
kesehatan terkait dengan organ reproduksi.
Sexual Rights (Hak Seksual)
Hak dasar manusia yang sudah tercantum dalam berbagai
kerangka humum (hukum
nasional, internasional, dan konsensus lainnya). Hak-hak dasar manusia tersebut secara
umum dapat berupa: Bebas dari tekanan, diskriminasi, kekerasan untuk meningkatkan
standar kesehatan termasuk akses kesehatan, informasi terkait seksualitas, pendidikan
seks, pilihan pasangan, menjadi aktif secara seksual atau tidak, menikah, kapan
memutuskan mempunyai anak, dan memiliki kehidupan seks yang menyenangkan,
sehat, dan memuaskan.
Reproductive Health (Kesehatan Reproduksi)
Kondisi sejahtera baik scara fisik, mental, dan sosial secara utuh. Tidak sesempit hanya
mengenai penjelasan penyakit terkait sistem reproduksi, fungsi, dan prosesnya.
Reproductive Rights
(Hak Reproduksi)
Seperangkat hak yang diakui oleh hukum (nasional, internasional dan konsensus
lainnya). Mencakup hak untuk memutuskan secara bebas jumlah anak yg diinginkan
bebas dari diskriminasi, paksaan, kekerasan.
Secara ini, ini adalah masalah – masalah yang dihadapi generasi muda terkait kesehatan
reproduksi dan seksualitasnya:
-
Tingginya angka HIV dan AIDS di kalangan anak muda
-
Infeksi Menular Seksual
-
Kehamilan yang tidak direncanakan
-
Banyaknya informasi yang salah mengenai seksualitas dari film porno
-
Anak muda yang sudah aktif berhubungan seksual namun tidak aman
-
Aborsi yang tidak aman
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
-
Sulitnya akses layanan kesehatan reproduksi dan seksual oleh anak muda
-
Kekerasan seksual
-
Diskriminasi terhadap anak muda LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender)
-
Rendahnya kepercayaan dan penerimaan diri anak muda LGBT (Lesbian, Gay,
Bisexual, Transgender)
Hak – Hak Seksual:
1. Hak atas kesetaraan
-
Mencakup hak untuk menikmati dan menjalankan hak yang dimiliki,
termasuk hak seksual.
-
Perlindungan hukum dari segala bentuk diskriminasi tanpa membedakan
gender, jenis kelamin, orientasi seksual, status HIV, dan identitas lainnya.
-
Penghapusan hukum, kebijakan, praktik, dan perilaku yang memperkuat
stereotype dan konsep yang salah yang meyakini bahwa gender atau jenis
kelamin tertentu lebih baik dari yang lain.
-
Penghapusan segala bentuk diskriminasi berbasis gender yang menimpa
anak muda
-
Kebijakan, hukum, dan layanan yang sensitif gender.
-
Penghapusan keterlibatan orang tua maupun pasangan yang membuat
anak muda tidak bisa mengakses layanan kesehatan reproduksi dan
seksual.
2. Hak atas pertisipasi
-
Melibatkan
anak
muda
secara
bermakna
dalam
perencanaan,
implementasi, dan evaluasi dari semua program dan kebijakan terkait
layanan atas hak dan kesehatan seksual.
-
Membangun kepemimpinan anak muda dalam aktivisme hak-hak seksual
dan reproduksi di tingkat lokal, nasional, regional, maupun global.
-
Melibatkan anak muda dalam menentukan cara yang terbaik bagi mereka
untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan di tingkat komunitas,
nasional, regional, dan internasional.
- Adanya komitmen dari orang dewasa dan komunitas untuk membangun
kemitraan yang setara dengan anak muda dan mendukung peningkatan
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
kapasitas anak muda sehingga bisa berpartisipasi dengan penuh makna.
3. Hak atas hidup dan bebas dari hal yang membahayakan
-
Perlindungan dari kekerasan seksual, eksploitasi seksual, pelecehan
seksual, dan perdagangan manusia.
-
Jaminan perlindungan dari bully yang terjadi di sekolah hingga komunitas.
-
Mencabut ancaman kriminal terhadap perempuan maupun tenaga
kesehatan yang melakukan aborsi.
-
Penghapusan prosedur medis yang dipaksakan terhadap perempuan,
termasuk sterilisasi (tubektomi), aborsi yang dipaksakan khususnya
perempuan ODHA (Orang dengan HIV-AIDS) dan difabel.
-
Penghapusan tradisi yang merugikan perempuan seperti sunat perempuan
dan pernikahan yang dipaksakan.
- Penghapusan hukum yang menyertakan pelibatan orang tua, wali, maupun
pasangan sehingga anak muda bisa mengakses layanan kontrasepsi, tes
HIV, penghentian kehamilan dan layanan kesehatan seksual lainnya dengan
bebas.
4. Hak atas privasi
-
Kerahasiaan atas layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Jadi, setiap
kali kita mengakses layanan, tidak ada orang lain yang boleh tahu tanpa
sepengetahuan kita.
-
Kerahasiaan atas perilaku seksual, orientasi seksual, status HIV,
penggunaan kontrasepsi, termasuk riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS),
kehamilan, dan aborsi.
-
Kerahasiaan atas proses komunikasi yang sudah dilakukan seperti surat,
diari, maupun e-mail.
-
Orang tua, keluarga, pasangan, dan orang lain tidak berhak mengetahui
informasi kesehatan seksual tanpa seijin kita.
5. Hak atas otonomi personal dan diakui sebagai individu di hadapan hukum
-
Pengakuan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak hukum anak muda
tanpa membedakan umur, gender, maupun orientasi seksual.
-
Kekebasan untuk mengeksplorasi seksualitas dengan cara yang aman dan
menyenangkan terlepas dari orientasi seksual dan identitas gender.
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
-
Perayaan atas keberagaman di dalam masyarakat.
-
Pemberdayaan ketika memutuskan dengan bebas kapan, dengan siapa, dan
bagaimana melakukan hubungan seksual.
-
Memastikan bahwa anak muda yang tinggal di penjara, tahanan, institusi
tertentu, atau daerah konflik tidak mengalami kekerasan.
-
Penghapusan segala bentuk tindakan medis yang dipaksakan, seperti
vasektomi dan tubektomi, maupun terapi hormon.
- Akses terhadap informasi sehingga anak muda bisa sadar akan hak
asasinya.
6. Hak untuk berpikir dan bebas berekspresi
-
Akses terhadap pendidikan seksual komprehensif dan informasi yang
akurat mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi.
-
Akses untuk membentuk, bergabung, memimpin, atau berpartisipasi dalam
kelompok untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, opini, dan hasrat
mengenai seksualitas, gender, dan hak seksual di dalam sebuah lingkungan
dimana semua hak anak muda dan kebebasannya bisa terwujud.
-
Partisipasi yang bermakna dalam proses publik, termasuk pembuatan
kebijakan terkait dengan hak seksual dan seksualitas.
-
Memastikan anak muda bisa berekspresi sesuai dengan identitas yang
mereka anggap nyaman.
-
Memfasilitasi kemampuan anak muda untuk mengekspresikan seksualitas
dan identitas gendernya dalam cara yang positif dan sehat.
- Kebebasan untuk menunjukkan kasih sayang di publik bersama pasangan
tanpa adanya ancaman kekerasan.
7. Hak atas kesehatan
-
Akses terhadap layanan kesehatan reproduksi dan seksual yang lengkap
yang bisa memenuhi kebutuhan anak muda yang sangat luas.
-
Pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan yang memungkinkan anak
muda
untuk mempraktikkan
hubungan
seksual
yang aman
dan
menghindari kehamilan yang tidak direncanakan, IMS, dan HIV.
-
Partisipasi anak muda dalam merancang kebijakan, program, hukum, dan
layanan kesehatan publik di komunitas dan negara mereka masing-masing.
-
Penghapusan hukum yang mensyaratkan perlunya perijinan orang tua,
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
wali, maupun pasangan yang bisa berakibat sulitnya anak muda dalam
mengakses
-
layanan kesehatan reproduksi dan seksual.
-
Dibukanya akses bagi perempuan untuk menghentikan kehamilan yang
tidak
-
direncanakan.
-
Adanya akses terhadap berbagai jenis kontrasepsi.
8. Hak untuk tahu dan belajar
-
Akses terhadap pendidikan seksual komprehensif untuk anak muda
termasuk yang tidak sekolah.
-
Akses terhadap pendidikan ditujukan untuk menghilangkan stigma,
diskriminasi, dan segala bentuk kekerasan.
-
Keterlibatan anak muda dalam perencanaan, pengembangan, dan evaluasi
program pendidikan seksual komprehensif dan kebijakan terkait
seksualitas.
-
Akses penuh terhadap pendidikan bagi perempuan.
-
Pengembangan skill untuk membangun hubungan yang kuat, setara, dan
sehat. Memastikan anak muda bisa mengenyam pendidikan hingga selesai,
khususnya
-
mereka yang hamil, sudah menjadi orang tua, dan ODHA.
-
Mengembangkan pendidikan seksual yang tidak hanya berfokus pada
aspek
-
biologis, namun juga sosial seperti seksualitas.
-
Meninggalkan metode pendidikan yang berlandaskan abstinence dan
-
melangkah maju dengan pendidikan seksual yang komprehensif.
Hak – Hak Reproduksi
1. Hak atas informasi dan pendidikan
-
Hak atas akses terhadap pendidikan dan informasi yang akurat
terkait kesehatan reproduksi dan seksual, bebas dari stereotip, dan
diberikan dalam konteks yang objektif, kritis, dan plural.
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
-
Hak untuk pendidikan yang memadai dan informasi yang mampu
mendukung setiap keputusan yang mereka buat terkait dengan
kehidupan seksual dan reproduksi mereka dan dibuat dengan
persetujuan penuh dan bebas.
-
Hak untuk informasi yang lengkap terkait dengan berbagai metode
kontrasepsi, mencakup efektivitas, resiko, dan pencegahan kehamilan
yang tidak direncanakan.
2. Hak atas pelayanan dan perlindungan
-
Hak atas layanan kesehatan dengan kualitas yang terbaik termasuk
kesehatan reproduksi dan seksual.
-
Hak atas layanan kesehatan yang komprehensif termasuk akses ke
semua metode kontrasepsi termasuk penghentian kehamilan yang
tidak direncanakan, diagnosa, dan perawatan kemandulan dan IMS,
termasuk HIV-AIDS.
-
Hak atas perlindungan dari praktek-praktek tradisional yang
membahayakan khususnya bagi perempuan dan anak-anak. Contoh:
sunat perempuan.
-
Hak atas kehamilan dan konseling yang memberdayakan dan mampu
membuat keputusan sendiri berdasarkan informasi yang disajikan.
-
Hak atas layanan kesehatan seksual dan reproduksi sebagai bagian
dari perawatan kesehatan yang komprehensif, mudah diakses baik
secara finansial maupun geografis, pribadi dan rahasia, dan
memperhatikan martabat dan kenyamanan orang tersebut.
-
Hak bagi perempuan untuk mendapatkan layanan terkait kehamilan,
persalinan dan pasca-persalinan mencakup gizi yang memadai
selama kehamilan dan menyusui.
-
Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan di lingkungan
kerja, termasuk perlindungan alat reproduksi.
-
Semua perempuan yang bekerja memiliki hak untuk mendapat upah
saat cuti melahirkan dengan manfaat jaminan sosial yang memadai.
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
3. Hak atas kebebasan berpikir
-
Hak atas kebebasan berpikir dan berbicara terkait dengan kehidupan
seksual dan reproduksi.
-
Hak atas perlindungan dari pembatasan berdasarkan pemikiran dan
beragama terhadap akses atas pendidikan dan informasi yang
berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi.
-
Hak untuk bebas dari penafsiran teks agama, kepercayaan, filosofi,
dan tradisi yang membatasi untuk mengakses layanan kesehatan
seksual dan reproduksi.
4. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran
-
Semua perempuan memiliki hak atas informasi, pendidikan, dan
layanan untuk perlindungan kesehatan reproduksi, aborsi yang aman,
persalinan yang aman, yang mudah diakses, terjangkau, bisa diterima,
dan nyaman buat semua orang.
-
Hak atas akses kontrasepsi yang aman, efektif, dan mudah diterima.
-
Hak atas kebebasan untuk memilih dan menggunakan metode
kontrasepsi yang aman untuk mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan.
5. Hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan dan
proses melahirkan)
-
Perempuan berhak hidup bebas dari risiko yang diakibatkan oleh
kehamilan.
-
Anak anak berhak hidup bebas dari risiko, terutama karena identitas
gendernya.
-
Tidak boleh ada orang yang hidupnya beresiko atau berbahaya
karena alasan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dan / atau
informasi, konseling atau layanan yang terkait dengan kesehatan
seksual dan reproduksi.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan
-
Hak untuk bebas menikmati dan mengendalikan kehidupan seksual
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
dan reproduksi dengan juga menghargai hak orang lain.
-
Hak untuk bebas dari intervensi medis terkait kesehatan seksual dan
reproduksi
dengan
persetujuan
secara
penuh,
bebas,
dan
berdasarkan informasi.
-
Perempuan memiliki hak untuk bebas dari segala bentuk sunat
perempuan.
-
Hak untuk bebas dari pelecehan seksual.
-
Hak untuk bebas dari rasa takut dari luar, malu, bersalah, keyakinan
yang berdasarkan mitos, dan faktor psikologis lain yang
menghambat respon seksual atau merusak kondisi kehidupan
seksual.
-
Hak untuk bebas dari kehamilan, sterilisasi, dan aborsi yang
dipaksakan.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk
-
Anak-anak memiliki hak perlindungan dari semua bentuk eksploitasi
khususnya eksploitasi seksual, prostitusi anak, dan semua bentuk
penyiksaan,
penyerangan,
dan
pelecehan
seksual,
termasuk
perlingdungan dari pemaksaan bagi anak untuk terlibat dalam
aktivitas
seksual
yang
melanggar
hukum,
eksploitatif
atau
penggunaan anak dalam materi pornografi.
-
Tidak seorang pun harus tunduk pada percobaan medis atau
percobaan terkait metode seksualitas atau pengaturan kesuburan
atau teknik lainnya tanpa persetujuan yang penuh, bebas dan
berdasarkan informasi.
-
Perempuan memiliki hak atas perlindungan dari perdagangan
manusia atau eksploitasi dalam prostitusi.
-
Hak
untuk
dilindungi
dari
kekerasan
dan
perlakuan
yang
merendahkan martabat terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi,
terutama selama masa konflik bersenjata.
-
Hak
atas
perlindungan
dari
perkosaan,
kekerasan
seksual,
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
penyiksaan seksual dan pelecehan seksual.
8. Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan
-
Semua orang harus dapat merasakan manfaat dan akses ke teknologi
layanan reproduksi yang tersedia termasuk yang berkaitan dengan
kemandulan, kontrasepsi dan aborsi, di mana setiap tindakan
pembatasa
terhadap
akses
ke
teknologi
tersebut
akan
membahayakan kesehatan.
-
Hak atas perlindungan dan informasi dari setiap efek yang
membahayakan
kesehatan
dari
teknologi
layanan
kesehatan
reproduksi
-
Pengguna layanan kesehatan seksual dan reproduksi memiliki hak
untuk mengakses semua teknologi reproduksi yang aman dan dapat
diterima.
9. Hak atas kerahasiaan pribadi
-
Semua layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk
informasi dan konseling, harus menyediakan klien dengan privasi
dan memastikan bahwa informasi personal yang diberikan terjaga
kerahasiaannya.
-
Perempuan memiliki hak untuk memilih pilihan reproduksi dengan
bebas termasuk pilihan yang berkaitan dengan aborsi yang aman.
-
Semua orang memiliki hak untuk mengekspresikan orientasi seksual
mereka untuk mendukung kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan, namun tetap menghargai hak orang lain, tanpa takut
penganiayaan, atau penolakan kebebasan atau gangguan sosial.
-
Semua layanan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi,
termasuk informasi dan layanan konseling, yang diberikan harus
tersedia untuk semua individu dan pasangan, terutama anak muda,
berdasarkan penghormatan terhadap hak-hak mereka atas privasi
dan kerahasiaan.
10. Hak membangun dan merencanakan keluarga
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
-
Hak atas perlindungan terhadap pemaksaan untuk menikah tanpa
persetujuan yang penuh, bebas dan berdasarkan informasi dari orang
yang bersangkutan.
-
Hak atas akses ke layanan kesehatan reproduksi termasuk mereka
yang mengalami kemandulan, atau yang kesuburannya terancam
karena infeksi menular seksual.
-
Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga tidak terbatas
pada perempuan dan laki-laki, namun juga antara perempuan dan
perempuan dan laki-laki dan laki-laki.
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
-
Hak untuk berkumpul dan membentuk jaringan dalam isu SRHR.
-
Hak untuk membentuk sebuah kelompok atau grup yang bertujuan
untuk mempromosikan SRHR.
-
Hak untuk berusaha mempengaruhi pemerintah untuk menjadikan
SRHR sebagai prioritas pembangunan.
12. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga dan
reproduksi
-
Tidak ada orang yang bisa didiskriminasikan terkait kehidupan
seksual dan reproduksinya, dalam mengakses layanan kesehatan
berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin atau orientasi seksual,
status perkawinan, posisi dalam keluarga, usia, bahasa, agama,
keyakinan politik atau lainnya, kebangsaan, kekayaan, kelahiran atau
status lainnya.
-
Hak atas akses yang sama untuk pendidikan dan informasi untuk
menjamin kesehatan dan kesejahteraan, termasuk akses ke informasi,
saran dan layanan yang berkaitan dengan SRHR, terlepas dari ras,
warna kulit, kemiskinan, jenis kelamin, orientasi seksual, status
pernikahan, posisi keluarga, umur, bahasa, agama, politik atau
pendapat lain, kebangsaan, kekayaan, kelahiran atau status lainnya.
-
Perempuan dan anak-anak perempuan memiliki hak untuk nutrisi
yang sesuai dan perawatan sepanjang hidup, dan bebas dari
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
prasangka, adat dan semua praktek-praktek yang didasarkan pada
gagasan inferioritas atau peran yang menjadi stereotip bagi laki-laki
dan perempuan.
-
Tidak ada perempuan yang bisa didiskriminasi dalam mengakses
pendidikan, informasi dan / atau layanan terkait baik untuk
pembangunan, atau untuk pemenuhan SRHR dirinya termasuk akses
pelayanan pengaturan kesuburan, dengan alasan bahwa persetujuan
orang lain diperlukan.
-
Tidak ada orang yang bisa dipaksa untuk mengikuti program
pelayanan kesehatan seksual atau reproduksi yang memiliki efek
diskriminasi terhadap kelompok penduduk tertentu.
-
Hak atas perlindungan dari segala bentuk kekerasan yang berbasis
ras, warna kulit, jenis kelamin, seks, bahasa, agama, keyakinan politik,
asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status
lainnya.
-
Perempuan berhak atas perlindungan dari diskriminasi dalam
lingkungan sosial, domestik atau pekerjaan terkait dengan alasan
kehamilan atau masalah perempuan lainnya.
-
Tidak ada orang yang bisa didiskriminasi dalam mengakses
informasi, pelayanan kesehatan, atau layanan yang terkait dengan
kesehatan seksual dan reproduksi, hak dan kebutuhan, sepanjang
hidup mereka, berdasar gender, usia, orientasi seksual atau status
difabilitas.
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
Referensi:
-
Exclaim! Ypung People Guide to “Sexual Rights an IPPF Declaration”.
International Planned Parenthood Federation. London: April, 2011.
-
Girl Decide: Choice on Sex and Pregnancy. International Planned Parenthood
Federation. London: January, 2011.
-
Rahima. 2010. Panduan Pendidikan, Hak dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
Rahima.
-
Yayasan Jurnal Perempuan. 2011. Hak Asasi Manusia: Yang Muda Kini Bicara!.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.
-
Yayasan Jurnal Perempuan. 2012. Say Hello to Our Body!. Jakarta: Yayasan Jurnal
Perempuan.
-
Yayasan Mitra INTI. 2008. Kesproholic: A – Z Tanya Jawab Seputar Masalah
Seksualitas. Jakarta: Yayasan Mitra INTI.
Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS
Modul Advokasi
Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
www.aliansiremajaindependen.org ǀ @aliansiremaja ǀ FB : Aliansi Remaja Independen
Modul Advokasi
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
GAMBARAN UMUM
Remaja seringkali menjadi korban atas masalah yang mereka hadapi. Salah satu contoh yang paling
sering dibahas adalah mengenai tingginya angka infeksi HIV pada remaja dimana remaja menjadi
penyumbang hampir 50% dari angka kasus HIV baru di Indonesia. Kampanye “no free sex” menjadi
sebuah hal yang umum dimana remaja juga menggunakan istilah itu dalam menyampaikan informasi ke
remaja lainnya.
Jika dibahas lebih lanjut, kampanye “no free sex” secara tidak langsung mengkriminalkan remaja itu
sendiri sebagai seorang mahluk seksual dimana setiap orang memiliki dorongan seksual. Kampanye ini
tidak disadari oleh orang dewasa bahwa hal utama yang menyebabkan remaja melakukan hubungan
seks beresiko adalah karena kurangnya informasi, bukan karena remaja masa kini mudah terpengaruh
hal “barat”. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian MGDs yang sangat jauh dari target yang telah
ditetapkan (hanya hampir 17% remaja yang mempunyai informasi HIV yang komprehensif dari 95%
target yang telah dibuat).
Advokasi menjadi penting bagi remaja dalam membela haknya yang dilanggar. Advokasi bisa dilakukan
dalam ruang lingkup yang paling dekat, yaitu lingkungan keluarga dimana sebagian besar remaja tidak
punya pilihan untuk hidupnya karena segala hal terkait dirinya diputuskan oleh orang tuanya. Begitupula
dalam lingkup yang lebih besar lagi, misalnya dalam tataran provinsi atau nasional dimana kebanyakan
peraturan yang terkait dengan remaja diputuskan oleh orang dewasa tanpa melibatkan remaja itu
sendiri.
TUJUAN
 Peserta mendapatkan pemahaman mengenai dasar-dasar advokasi
 Peserta mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam menanggapi masalah Hak-hak Kesehatan
Reproduksi dan Seksual
 Peserta mampu membedakan advokasi, mobilisasi massa, dan berjejaring
METODE
Diskusi
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
DASAR-DASAR ADVOKASI
A. PENGERTIAN
Pengertian advokasi sendiri ada beberapa macam, diantaranya:
 “Proses apa saja yang terjadi tidak terdefinisikan, namun itu harus mencakup pendidikan
baik yang kuat maupun yang lemah” – World Vision International
 “Proses mempengaruhi pembuat kebijakan dan pembuat opini (individu maupun
institusi/organisasi) untuk merubah kebijakan atau praktik-praktik yang tidak diinginkan
oleh kemauan banyak orang” – Action Aid
 “Advokasi adalah bekerja dengan orang lain dan organisasi untuk membuat sebuah
perbedaan” – CEPDA, 1995
Secara singkat, pengertian advokasi adalah upaya mempengaruhi kebijakan; dan keputusan alokasi
sumber daya di dalam politik, ekonomi, dan sistem sosial serta institusi yang dilakukan oleh seorang
individu maupun kelompok. Advokasi bisa dimulai dengan sebuah form analisa “apakah yang sedang
terjadi” menjadi “bagaimana sebaiknya”, perubahan dalam kebijakan, peraturan-peraturan terkait
isu tersebut.
Kata kunci-nya, yaitu : mempengaruhi, kebijakan,dan keputusan.
Mengapa melakukan advokasi?
Sebuah keadaan yang diharapkan terkait isu tertentu menjadi sangat jauh dari kondisi ideal,
sehingga diperlukan upaya agar pembuat kebijakan peduli akan isu tersebut dan berupaya untuk
membuat kondisi ideal.
Siapa yang melakukan advokasi?
Siapapun bisa melakukan advokasi, mulai dari aktivis, pengacara, dokter, guru, anak jalanan, anak
sekolak, pekerja seks, atau siapapun yang peduli akan isu tersebut.
Dari siapa ke siapa?
Advokasi dilakukan dari orang-orang yang mendapatkan pengaruh dari suatu kebijakan atau
peraturan tertentu kepada orang-orang yang membuat peraturan atau kebijakan tersebut.
Target advokasi
Advokasi biasanya terjadi jika terdapat:
1. Pola pengucilan atau diskriminasi kepada seseorang atau sekelompok masyarakat
2. Kebijakan atau hukum yang merugikan masyarakat atau membuat suatu kelompok menjadi
termarginalkan
3. Perilaku yang abusif sebuah institusi atau orang yang bekerja di institusi/lembaga
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
4. Pelecehan serta ancaman terhadap kehidupan dan keselamatan masyarakat pendukung
negara
5. Perilaku yang tidak menghargai terhadap seseorang berdasarkan identitasnya (budaya, ras,
orientasi seksual, simbol, agama, dll)
6. Perilaku tidak menghargai kemanusiaan dan martabat manusia
Analisa Sebab-Akibat
Analisa sebab-akibat akan membantu kita dalam membuat analisis situasi suatu keadaan yang
dirasa penting untuk diadvokasi. Pendekatan ekonomi, sosial, budaya dan politik adalah
pendekatan yang biasa dipakai untuk menganalisa sebab suatu masalah. Seringkali, penggalian
sebab hanya terjadi dalam tingkat individu saja yang pada akhirnya menyalahkan korban atas
adanya suatu masalah. Misalnya dalam kasus kehamilan pada remaja, biasanya yang muncul
adalah remaja tersebut yang kurang menjaga prinsip, namun sebab-sebab seperti latar belakang
ekonomi yang menyebabkan ia minder dan sulit menolak tidak keluar. Ini adalah tabel untuk
membantu memetakan masalah yang terjadi di lapangan termasuk dampak jika masalah ini
dibiarkan.
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
AKIBAT
Anak jalanan
Lebih banyak anak yatim/piatu
Seks tidak aman
Depresi
Tidak ada keterbukaan
Hilang kepercayaan diri
STIGMA TERHADAP ODHA DI DESA CIMANGGU, CIPANAS, JAWA BARAT
Ketidakpedulian
Kurangnya informasi
tentang cara
penularan HIV
Sikap diam pemuka masyarakat
Rendahnya
pendidikan
Kemiskinan
SEBAB
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Budaya yang tidak
mengizinkan orang
untuk membicarakan
kesehatan hak seksual
dan reproduksi di umum
Modul Advokasi
ADVOKASI DAN KONSEP-KONSEP TERKAIT
Berikut ini adalah tabel untuk membantu kita membedakan antara kegiatan advokasi dan kegiatan lainnya yang hampir serupa.
Advokasi
Komunikasi,
Informasi, Edukasi
(KIE)
Kesadaran dan
perilaku
Apa yang diubah?
Kebijakan,
pelaksanaan
kebijakan
Kelompok sasaran
Pembuat keputusan,
pembuat kebijakan,
orang yang
berpengaruh
Ya
Kelompok usia,
gender, penduduk
pada area tertentu,
dll
Tidak
Kebijakan yang lebih
baik, pelaksanaan
kebijakan
Persen anak muda
yang menggunakan
kondom; perubahan
sikap anak muda
terkait ODHA
Apakah
menyasar
orang
yang
mempunyai
pengaruh?
Contoh
indikator
kesuksesan
yang
umum
Mobilisasi Masyarakat
Berjejaring dan Kerja
sama
Kapasitas
masyarakat/komunitas
untuk bisa
mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah
Anggota
masyarakat/komunitas
Kekuatan program HIV
dan AIDS
Tingkat ketersediaan
sumber daya untuk
program HIV dan AIDS
Tingkat stigma dan
diskriminasi terhadap
sekelompok orang
Perorangan atau
kelompok yang memiliki
agenda serupa
Masyarakat, pemerintah,
donor
Orang yang memberikan
stigma dan diskriminasi
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Masalah
masyarakat/komunitas
terselesaikan; lebih
banyak orang yang
datang ke pertemuan
masyarakat/komunitas
Anggota jaringan
mendapatkan manfaat
lebih besar disbanding
bekerja sendiri
Anggota masyarakat
mengizinkan
penggunaan gedung
untuk pertemuan; donor
memberikan grant
Lebih sedikit pekerja
yang dijauhi karena
status HIVnya; kasus
depreasi pada pekerja
yang terinfeksi HIV
A.1 Tabel Advokasi dan Konsep-konsep terkait
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Penggalangan dana dan
Mobilisasi Sumber daya
Menghilangkan Stigma
dan Diskriminasi
Modul Advokasi
B. TIPE ADVOKASI
Terdapat dua tipe advokasi, yaitu konfrontasi dan konstruktif. Berikut ini penjelasannya:
Advokasi konfrontasi adalah suatu tindakan dimana kamu mengatakan kepada pembuat
keputusan bahwa kamu telah melakukan hal yang salah. Kegiatan advokasi ini menggunakan
metode demonstrasi, membuat petisi, march, pendudukan fasilitas umum, dll.
Advokasi konstruktif adalah ketika kamu mengatakan kepada pembuat kebijakan bahwa kamu
punya sebuah ide dan bisa bekerja bersama. Kegiatan advokasi ini menggunakan metode
pembuat kebijakan, membuat penelitian dan mempublikasikannya, membangun jaringan
dengan pembuat kebijakan, dll.
Dalam modul ini, akan lebih ditekankan mengenai bagaimana melakukan advokasi konstruktif
karena kegiatan advokasi ini yang jarang dilakukan namun memiliki dampak yang sangat besar.
C. FRAMEWORK ADVOKASI
Sebuah bingkai kerja advokasi memiliki 6 tahapan, yaitu:
1. Analisa (Analysis)
Mulai dari menganalisa keadaan yang ada, masalah-masalah yang berkembang terkait
dengan isu-isu tertentu. Pada tahapan ini, diperlukan data-data pendukung yang
menunjukkan situasi yang ada di lapangan, apa dampak dari peraturan atau kebijakan
tersebut, perkiraan keadaan apa yang akan terjadi jika keadaan tersebut terus dibiarkan.
Menganalisa situasi dan peraturan akan sangat baik jika melibatkan banyak pihak dari
komunitas sehingga hasil yang didapat mempunyai beberapa sudut pandang.
Selanjutnya, analisa bagaimana budaya kerja pemangku kebijakan, sistem pengambilan
keputusan (kapan, siapa saja yang terlibat, dimana, bagaimana cara terlibat), siapa saja
pemangku kebijakan yang akan kita hadapi termasuk pendekatan seperti apa yang bisa
digunakan. Proses ini akan sangat baik jika melibatkan orang-orang yang sering bekerja
secara langsung dengan pemangku kebijakan, meskipun opini yang diberikan bisa sangat
subjektif namun setidaknya ada beberapa informasi yang dapat digunakan.
2. Strategi (Strategy)
Setelah melakukan berbagai analisa, maka langkah selanjutnya adalah menyusun strategi
berdasarkan hasil analisa itu. Dalam penyusunan strategi, pembagian tugas dilakukan dalam
kelompok.
Penyusunan strategi ini harusnya mempunyai konsep SMART:
- Specific (Spesifik), yaitu isu apa yang akan diangkat, keadaan yang ingin dicapai, dan
simpel.
- Measurable (Dapat diukur), kegiatan yang dilakukan sebaiknya bisa diukur
keberhasilannya melalui beberapa indikator yang dibuat.
- Acceptable (Dapat diterima), dalam hal ini maksudnya adalah kegiatan yang
direncanakan tidak muluk-muluk serta sesuai dengan kemampuan seperti berdiskusi
dengan presiden untuk membahas masalah ini secara khusus.
- Relevant (Relevan), kegiatan advokasi yang akan dilaksanakan harusnya sesuai dengan
isu yang diusung. Misalnya contoh kegiatan yang tidak relevan adalah saat ingin
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
3.
4.
5.
6.
melakukan perubahan dalam isu hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual, kegiatan
yang dilakukan adalah menampilkan data-data tentang situasi akibat perubahan iklim.
- Time Specific (Waktu yang spesifik), yaitu kapan suatu kegiatan dilaksanakan mulai dari
perencanaan hingga evaluasinya.
Mobilisasi (Mobilization)
Dalam kegiatan advokasi, sangat penting sekali mendapatkan dukungan dari masyarakat,
media, mitra-mitra organisasi, universitas, atau pemangku kebijakan lainnya. Memobilisasi
massa bukanlah hal yang mudah dan juga membutuhkan perencanaan yang matang. Untuk
mendapatkan dukungan dari masyarakat, maka sangat penting sekali untuk mengadakan
kegiatan-kegiatan berupa peningkatan kesadaran masyarakat atau peningkatan kapasitas
terkait dengan isu yang diangkat. Banyaknya dukungan akan membantu kita dalam
menghadang pendapat-pendapat orang lain yang bertentangan dengan tujuan advokasi kita.
Aksi (Action )
Melakukan kegiatan yang sudah direncanakan. Sebelum melakukan aksi, pembagian tugas
harus dilakukan dengan jelas untuk meminimalisasi kesalahan-kesalahan saat di lapangan.
Menyiapkan mental sebelum melakukan aksi adalah sangat penting karena kita harus siap
dengan segala respon yang akan didapat kemudian memberikan respon kembali dengan
cepat. Orang yang menjadi front liner (berhadapan langsung dengan pemangku kebijakan)
sebaiknya orang yang sudah sangat siap dengan beberapa strategi dan tidak pantang
menyerah karena berbagai kemungkinan akan selalu ada. Satu hal yang perlu diingat saat
berhadapan dengan pemangku kebijakan adalah memperlakukan mereka seperti manusia
yang mempunyai perasaan, hindari kalimat-kalimat yang sarkastik (kasar) atau yang sifatnya
menghina dan melecehkan.
Evaluasi (Evaluation)
Mengevaluasi proses yang sudah dilakukan, apa kelebihan dan kekurangannya, faktor
penghambat dan pendukung, siapa yang sudah menjalankan tugas dan siapa yang belum,
apa yang perlu diperbaiki, serta rencana ke depan.
Keberlanjutan (Continuity)
Keberlanjutan menjadi aktivitas yang sangat penting dalam advokasi karena sebuah
perubahan sosial tidak terjadi secara instan. Biasanya, advokasi baru bisa diukur dalam
jangka waktu 2 sampai 5 tahun.
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
C.1 Framework Advokasi
D. MODEL PERENCANAAN ADVOKASI
Perencanaan merupakan yang paling penting dalam kegiatan advokasi, ibaratnya seperti
menyusun strategi perang. Berikut ini adalah model perencanaan advokasi:
1. Definition of Problem (Definisi masalah). Definisi masalah meliputi masalah-masalah yang
dihadapi oleh anak muda terkait dengan HKSR mereka, dampak yang terjadi, dan prediksi ke
depan jika masalah tersebut tidak ditangani.
2. Definition of The Advocacy Expected Result (Definisi dari hasil advokasi yang ingin
dicapai). Keadaan ideal terkait dengan HKSR anak muda, apa yang sebaiknya didapat oleh
remaja dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah.
3. Audience Analysis (Analisa target). Menganalisa siapa yang akan kita hadapi dalam proses
advokasi menjadi sangat penting karena hal ini akan menentukan pendekatan yang akan
digunakan. Analis peserta meliputi apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan kapan.
4. Self- Assessment (Asesmen organisasi/ perkumpulan). Sebelum berperang, sebaiknya juga
kita mengetahui kemampuan dan kekurangan sebagai organisasi atau perkumpulan.
Selanjutnya adalah melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan meminimalisir
kekurangan organisasi atau perkumpulan.
5. Analysis of Potential Allies (Analisa partner yang potensial). Membuat analisa mengenai
potensial partner, siapa yang bisa diajak kerjasama, siapa yang mengusung isu yang sama,
dan bagaimana bekerjasama dengan mereka.
6. Development of The Advocacy Project Objectives (Mengembangkan kegiatan advokasi).
Langkah terakhir dalam model perencanaan advokasi ini adalah mengembangkan kegiatan
advokasi ini, hal ini meliputi aksi utama, indikator pencapaian, jadwal kegiatan, budget, dan
rencana monitoring dan evaluasi.
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
D.1 Model Perencanaan Advokasi
E. MAPPING KEKUATAN
Sebelum melakukan advokasi, sebaiknya kita juga mengetahui sumber-sumber kekuatan dan
siapa saja yang berperan dalam pembuatan kebijakan tersebut. Dengan menganalisa kekuatan
yang ada, maka kita jadi tahu siapa yang akan menjadi target advokasi dengan akurat. Bentukbentuk kekuatan diantaranya adalah:
1. Kekuatan politik. Kekuatan ini memungkinkan seseorang untuk mengontrol atau
mengatur otoritas masyarakat atau lembaga; atau kemampuan mempengaruhi lembaga
melalui hukum atau kebijakan yang telah dibuat dan diimplementasikan.
2. Kekuatan ekonomi. Kekuatan ini memungkinkan seseorang untuk mengendalikan
sumber daya ekonomi (anggaran program, pengaturan gaji, alokasi dana kegiatan, dll).
3. Kekuatan sosial. Kekuatan ini memungkinkan seseorang mengendalikan atau
mempengaruhi orang-orang dalam konteks hirarki (struktural), opini publik,
mempengaruhi masyarakat, dan konteks sosial lainnya.
Sumber-sumber kekuatan
Dalam melakukan advokasi, penggalangan kekuatan menjadi sangat penting untuk mendesak
terjadinya perubahan sosial. Berikut ini adalah sumber-sumber kekuatan untuk melakukan
advokasi:
1. Opini publik
2. Orang yang bekerja di ranah akar rumput (bersentuhan langsung dengan masyarakat)
3. Informasi dan pengetahuan dari komunitas lokal dan situasi mereka
4. Jaminan konstitusional dan hak
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
5. Kepercayaan apa yang benar dan adil di mata masyarakat
F. KONTEKS ADVOKASI
Sebelum melakukan advokasi, perlu sekali kita mengetahui tiga pendekatan yang biasa
digunakan dalam advokasi. Tiga pendekatan itu terdiri dari advokasi UNTUK, DENGAN dan OLEH,
berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut:
UNTUK Masyarakat/komunitas: Masalah/isu diidentifkasi dan diadvokasi oleh pihak luar.
Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahannya:
+ Akses cepat ke pengambil keputusan
+ Akses yang lebih baik ke informasi pada konteks yang lebih luas
- Menguatkan struktur kuasa yang ada
- Tidak meningkatkan kapasitas komunitas untuk bertindak
Contoh kegiatan ini adalah saat seseorang mengalami tindakan perkosaan namun dikeluarkan
dari sekolah, maka dibuat sebuah aliansi untuk memperjuangkan anak ini agar tetap sekolah.
DENGAN Masyarakat/komunitas: Masalah/isu diidentifikasi oleh masyarakat/komunitas dan
pihak luar melakukan mobilisasi kapasitas untuk advokasi. Berikut ini adalah kelebihan dan
kelemahannya:
+ Meningkatkan akses orang yang terdampak dalam pengambilan keputusan
+ Peningkatan kapasitas dan keterampilan advokasi
- Pihak luar membangun agenda
- Lebih lambat karena membuat konsensus butuh waktu
Contoh kegiatan ini adalah saat seseorang mengalami tindakan perkosaan namun dikeluarkan
dari sekolah, maka dibuat sebuah aliansi untuk memperjuangkan anak ini agar tetap sekolah.
Aliansi ini juga bekerjasama dengan korban perkosaan agar sama-sama memperjuangkan
haknya.
OLEH Masyarakat/komunitas: Masalah/isu diidentifkasi dan diadvokasi untuk dan oleh
masyarakat/komunitas.
+ Orang yang terdampak melihat diri sebagai agen perubahan
+ Keberlanjutan
+ Dapat mengoreksi ketimpangan kuasa
- Akses yang lebih sulit ke sumber daya dan informasi
- perubahan kebijakan mungkin memakan waktu lama
Contoh kegiatan ini adalah saat seseorang mengalami tindakan perkosaan namun dikeluarkan
dari sekolah. Korban perkosaan ini memperjuangkan haknya dengan mengajak beberapa LSM
dan orang-orang yang peduli dengannya untuk membantunya memperjuangkan haknya
mendapat pendidikan.
Level Advokasi
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
Advokasi dibedakan dalam beberapa level sesuai dengan ruang lingkupnya:
International
Tingkatnya dunia, mengatur kesepakatan atau peraturan tingkat internasional seperti Deklarasi
Hak Asasi Manusia, peraturan yang dibuat oleh PBB, dll.
Regional
Untuk tingkat regional, Indonesia bisa masuk ke dalam ranah: ASEAN, Asia, serta Asia dan Pasifik.
Nasional
Kebijakan nasional, UU, Perpres, dan Keputusan Mentri adalah beberapa contoh kebijakan
nasional.
Otoritas lokal
Perda dan Keputusan Gubernur adalah contoh dari otoritas lokal.
Masyarakat/komunitas
Peraturan yang biasa dibuat oleh masyarakat atau komunitas biasanya tidak tertulis namun
menjadi baku karena bagian dari komunitas tersebut mematuhinya. Salah satu contohnya adalah
remaja yang hamil di luar nikah biasanya dikucilkan.
Keluarga
Peraturan ini sama halnya seperti yang ada di masyarakat namun lingkupnya di kalangan
keluarga.
Perorangan
Kebijakan ini lingkupnya paling kecil, seperti peraturan dalam pacaran. Misalnya salah satu
pasangan melarang pasangannya untuk keluar malam atau berteman dengan lawan jenis.
G. KEMITRAAN
Berikut ini adalah sebuah kisah tentang kelinci dan kura-kura yang sedang mengikuti
perlombaan:
1. Suatu hari kelinci melihat kura-kura yang sedang berjalan dengan lambatnya, kemudian
dihampirilah kura-kura tersebut. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, sang kelinci
menantang kura-kura untuk berlomba lari. Hey kura-kura, kita lomba balap yuk! Tantang
kelnci, Ayok! Jawab kura-kura. Wahahahaha pede sekali kamu, kamu kan gak bisa
berlari, jalan saja lambat, mau coba mengalahkan saya…hahahaha! Ledek kelinci. Maka
bersiap-siaplah mereka di garis start, siap…mulai….berlarilah kelinci dengan kencang
meninggalkan kura-kura, ketika mendekati garis finish, kelinci menengok ke belakang
dan melihat sang kura-kura yang jauh tertinggal. Hahahaha lambat sekali tuh kura-kura,
saya pasti menang, sambil tidur pun dia tidak akan bisa menyusulku. Maka tidurlah
kelinci dibawah pohon. Ketika nyenyak-nyenaknya kelinci tidur, tibalah kura-kura
dengan lambatnya berjalan. Dasar kelinci yang sombong, kamu pikir kamu bisa
seenaknya saja tidur dan merendahkan saya, ah biarin tidur ajalah. Sambil berjalan
dengan pelannya kura-kura berjalan dan juaralah kura-kura.” Tanyalah pada peserta
pelajaran apa yang didapat dari cerita tadi. Berikan kesempatan peserta untuk
memberikan respon. Pelajaran yang didapat dari cerita tadi adalah ”Alon-alon asal
klakon…. Sesuai dengan falsafah jawa.
2. Kemudian cerita berlanjut. ”Kelincipun tebangun kaget, dia sudah terkalahkan oleh kurakura. Tidak mungkin, saya tidak mungkin kalah, saya kan lari sangat cepat, mana
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
mungkin saya dikalahkan. Saya tidak terima, hey kura-kura ayok kita lari lagi. Kurakurapun tersenyum menerima tantangan. Pada saat hendak berlari, kelincipun fokus
pada garis finish, dan dia berlari cepat untuk mencapai garis finish. Dengan
kecepatannya, maka kali ini menanglah sang kelinci.” Tanyalah pada peserta pelajaran
apa yang didapat dari cerita tadi. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan
respon. Pelajaran yang didapat dari cerita tadi adalah kalau kita fokus pada tujuan maka
kita akan cepat menyelesaikan setiap tugas yang dikerjakan atau capaian hidup kita.
3. ”Kura-kura berbalas menantang kelinci, hey kelinci ayok kita lomba lari lagi. Ayok jawab
kelinci. Balas kura-kura, tapi aku yang menentukan garis finishnya. Dengan tegas kelinci
bilang Siapa Takut! Baik, tapi jalurnya lurus, kekiri, kekanan, lurus lagi, belok lagi kekanan
nah pohon itu disana garis finishnya. Kembali mereka berlomba, sang kelinci berlari
dengan kencang mengikuti jalur yang diberi kura-kura. Tiba-tiba kelinci berhenti kaget,
ternyata dia menemui sungai yang besar. Haaahhhhh sungainya besar sekali, saya tidak
bisa berenang, loncatpun saya tidak bisa sampai keujung, saya bisa tenggelam, aduhhh
bagaimana ini. Datanglah kura-kura dan bertanya ke kelinci, kenapa kelinci, kamu kok
tampak bingung. Balas eklinci pada kura-kura, Kamu curang, kamu tidak bilang kalau
harus menyebrang sungai, saya kan tidak bisa berenang. Lho tadi kamu kan ok ok saja,
dan kamu gak tanya sih, sudah yah saya nyebrang dulu, maka berenanglah kura-kura
dan menanglah kura-kura. Tanyalah pada peserta pelajaran apa yang didapat dari cerita
tadi. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan respon. Pelajaran yang didapat
dari cerita tadi adalah kalau mau bersaing maka bersainglah dalam core kompetensi
anda.
4. Terakhir kura-kura mengajak berlomba lagi pada kelinci, tapi nanti ketika didarat kamu
gendong saya, dan ketika disungai saya gendong kamu gimana? Ok jawab kelinci. Maka
mereka berlomba dan merekapun finish bersama-sama dengan waktu yang lebih cepat.
Cerita tersebut memberikan gambaran bagaimana jika kedua mahluk yang mempunyai
kemampuan dan kelemahan yang berbeda memutuskan bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang sama. Hal ini dapat diaplikasikan ke dalam advokasi karena untuk mencapai tujuan maka
diperlukan kerjasama agar usahanya optimal dan meminimalisir kegagalan.
Mengidentifikasi Aliansi
•
Aliansi adalah orang/organisasi yang mendukung prinsip/objektif kampanye advokasi kita,
serta memberikan dukungan sumber daya untuk kampanye advokasi.
•
Pertimbangkan:
1.
2.
3.
4.
Besarnya pengaruh
Tingkat dukungan terhadap tujuan advokasi
Apa yang di dapat pihak-pihak dengan beraliansi
Apa yang dapat pihak-pihak berikan sebagai aliansi
Keuntungan dan Kerugian Beradvokasi dengan Aliansi
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
H. PIRAMIDA PARTISIPASI
Melalui ilustrasi yang telah diberikan, maka remaja bisa menganalisa di bagian manakah dia
berperan. Penting sekali memetakan pada tahapan manakah kita berada, termasuk ketika kita
beraliansi dengan pihak lain maka kita harus mempunyai posisi yang jelas agar tidak hanya
menjadi ”hiasan” semata. Berikut ini penjelasannya:
1. Manipulasi
Manipulasi terjadi saat orang dewasa menggunakan anak muda sebagai pihak pendukung
untuk sebuah alasan tertentu dan di saat yang sama mereka berpura-pura bahwa alasan
tersebut terinspirasi dari anak muda. Tidak ada tanggung jawab dalam peran ini.
2. Dekorasi
Anak muda digunakan untuk mendukung sebuah tujuan atau memberikan sebuah semangat
oleh orang dewasa, meskipun mereka tidak menunjukkan bahwa tujuan atau semangat itu
terinspirasi oleh anak muda. Tidak ada tanggung jawab dalam peran ini.
3. Tokenisme
Tokenisme mengesankan bahwa anak muda seolah mempunyai suara, namun dalam
realitanya mereka hanya mempunyai sedikit pilihan bahkan terkadang tidak punya sama
sekali. Tidak ada tanggung jawab dalam peran ini.
4. Penugasan dengan diinformasikan
Dalam hal ini, anak muda diberi tugas yang sangat spesifik dan informasi mengenai
bagaimana dan mengapa mereka terlibat dalam sebuah project tertentu. Tingkat tanggung
jawab rendah dalam peran ini.
5. Konsultasi dan Informasi
Anak muda diberikan kesempatan untuk memberikan masukkan pada sebuah
pengembangan program/project dimana orang dewasa yang mengeksekusinya. Anak muda
diberikan informasi mengenai bagaimana masukkan mereka akan digunakan, namun
pengambilan keputusan dilakukan oleh orang dewasa.
6. Inisiasi Orang Dewasa, Berbagi Keputusan dengan Anak Muda
Pada kasus ini, inisiasi project/program dilakukan oleh orang dewasa namun pengambilan
keputusan dilakukan bersama dengan anak muda.
7. Inisiasi Anak Muda, Berbagi Keputusan dengan Orang Dewasa
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
Inisiasi kegiatan, program, atau project dilakukan oleh anak muda dan keputusan diambil
bersama dengan orang dewasa.
8. PIME Anak Muda (Perencanaan, Implementasi/ Pelaksanaan, Monitoring, and Evaluasi
yang dilakukan anak muda)
Perencanaan, monitoring, dan evaluasi dilakukan oleh anak muda.
H.1 Piramida Partisipasi
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
Modul Advokasi
DAFTAR PUSTAKA
Advocacy Training SRR from YCSRR, 2012
GYCA Advocacy e-course, 2012
http://www.qla.org.au/PDFforms/Forms/Advocacy%20Info%2020Dec07.pdf
http://tilz.tearfund.org/webdocs/Tilz/Roots/English/Advocacy%20toolkit/ATENGA_2_Understanding
%20advocacy.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Advocacy
http://www.unicef.org/indonesia/id/BukuPanduan-Pendahuluan.pdf
http://www.ilo.org/public/english/dialogue/actemp/downloads/projects/eos/guide3_in.pdf
http://www.uwonet.or.ug/wp-content/uploads/downloads/2011/02/Advocacy-Skills-TrainingManual-grey-inners.pdf
©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
© Nur Hidayati Handayani
Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja
Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani
www.aliansiremajaindependen.org ǀ @aliansiremaja ǀ FB : Aliansi Remaja Independen
Modul Kebijakan
Dan Isu HKSR Remaja
© Nur Hidayati Handayani
Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja
GAMBARAN UMUM
Sebagai orang yang akan menyuarakan hak-hak remaja, sangat penting mengetahui kebijakan, hukum,
atau perjanjian yang terkait dengan hak-hak remaja baik di nasional maupun internasional. Memahami
konteks hukum menjadi salah satu cara untuk meyakinkan orang lain terkait dengan isu HKSR. Dengan
memaparkan bukti-bukti yang ada, maka orang lain akan percaya bahwa kita memang ahli di bidangnya.
Dalam modul ini, akan dijabarkan beberapa kebijakan-kebijakan yang terkait dengan HKSR remaja.
Proses pembelajaran akan dilakukan dengan membahas 2-3 kebijakan pada setiap pertemuan dan
mencari bagian mana yang sudah sesuai dengan upaya pemenuhan HKSR dan bagian mana yang belum.
TUJUAN
 Peserta mendapatkan gambaran tentang kebijakan-kebijakan HKSR remaja
 Peserta memiliki kemampuan berpikir kritis terhadap kebijakan HKSR remaja
 Peserta mempunyai pemahaman lebih lanjut dalam menggunakan kebijakan sebagai cara untuk
mengadvokasi HKSR remaja
METODE
Diskusi
© Nur Hidayati Handayani
Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja
KEBIJAKAN DAN ISU HKSR REMAJA
KEBIJAKAN INTERNASIONAL
Kebijakan internasional yang digunakan oleh banyak negara adalah kebijakan yang disepakati dalam
rapat tingkat tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa. Selain itu, beberapa kesepakatan di tingkat regional
seperti kesepakatan yang dilakukan negara-negara ASEAN akan mempengaruhi kebijakan yang ada di
Indonesia. Namun, hingga saat ini kebijakan yang digunakan oleh Indonesia terkait dengan HKSR remaja
adalah kebijakan tingkat internasional.
1. Universal Declaration of Human Rights (UDHR) atau biasa dikenal sebagai Deklarasi Hak Asasi
Manusia. Perjanjian Internasional ini disepakati tanggal 10 Desember 1948, yaitu setelah Perang
Dunia II dengan tujuan untuk menghentikan berbagai tindakan kejahatan kemanusiaan.
2. Convention on the Rights of the Children (CRC) atau Konvensi Hak Anak. Konvensi ini disepakati
pada tanggal 20 November 1989 dengan tujuan untuk melindungi hak anak di dunia.
3. International Conference on Population and Development (ICPD) ini disepakati pada tahun 1994
dimana ini merupakan dokumen pertama yang membahas tentang Kesehatan Seksual dan
Reproduksi serta partisipasi remaja dalam beberapa aspek pembangunan.
4. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW)
disepakati pada tanggal 18 Desember 1979 sebagai upaya untuk mengeliminasi berbagai
kekerasan terhadap perempuan.
5. Beijing Declaration menjelaskan secara detail tentang kekerasan terhadap perempuan yang
dikeluarkan pada tahun 1995.
6. Perjanjian Millenium Development Goals (MDGs) yang disepakati pada tahun 2000 untuk
mempercepat pembangunan di seluruh dunia.
KEBIJAKAN NASIONAL
Berikut ini adalah beberapa kebijakan yang berkaitan langsung dalam pemenuhan HKSR remaja di
Indonesia:
© Nur Hidayati Handayani
Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja
1. Undang-undang Hak Asasi Manusia. UU ini merupakan ratifikasi yang dilakukan pada tahun
1999.
2. Undang-undang Perkawinan. UU ini mengatur mulai dari syarat hingga peraturan dalam
pernikahan di Indonesia.
3. Undang-undang Kependudukan. UU ini mengatur tentang pembangunan dan keluarga yang
disahkan pada tahun 1992.
4. Undang-undang Kekerasan dalam Rumah Tangga disahkan pada tahun 2004 setelah melalui
proses panjang advokasi oleh gerakan perempuan di Indonesia.
5. Undang-undang Kesehatan. UU ini disahkan pada tahun 2009 dimana sebagian besar isinya
mengatur tentang layanan informasi dan kesehatan untuk masyarakat.
6. Undang-undang Perlindungan Anak merupakan ratifikasi dari Konvensi Hak Anak yang
diterbitkan pada tahun 2002.
7. Sistem Pendidikan Nasional merupakan peraturan yang mengatur tentang sistem pendidikan di
Indonesia yang disahkan pada tahun 2003.
8. Keputusan Mentri tentang Sunat Perempuan diterbitkan pada tahun 2010 yang mengatur
tentang proses dan tata cara melakukan sunat perempuan.
9. Undang-undang ketenagakerjaan yang disahkan pada tahun 1999 lalu direvisi pada tahun 2003
untuk mengatur ketenagakerjaan di Indonesia.
ISU-ISU HAK-HAK KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI REMAJA
Berikut ini adalah beberapa isu yang sedang diperdebatkan baik di tingkat nasional maupun
internasional. Secara garis besar, perdebatan ini terjadi diantara dua kubu, yaitu kubu yang menjunjung
tinggi hak-hak asasi manusia dan kubu yang menjunjung nilai agama dan budaya.
Aborsi aman
Perdebatan yang terjadi saat ini adalah apakah layanan aborsi aman itu harus disediakan oleh
pemerintah atau tidak. Adapun dua kubu yang terkait dengan isu ini adalah pro choice dan pro life. Pro
choice adalah sekelompok orang yang menganggap bahwa seseorang dikatakan manusia dan memiliki
hak saat dia lahir, sehingga bayi yang dalam kandungan adalah bagian dari hak perempuan. Sebaliknya,
bagi kelompok pro life, bayi sudah memiliki hak untuk hidup sejak dalam kandungan. Apapun
© Nur Hidayati Handayani
Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja
perdebatan yang terjadi, kelompok pro choice memandang bahwa perempuan mempunyai hak penuh
atas tubuhnya termasuk mempertahankan kandungan atau tidak karena itu berkaitan dengan hidup
perempuan.
Pendidikan Seksualitas yang Komprehensif
Perdebatan yang terjadi saat ini adalah apakah pendidikan seksualitas yang komprehensif harus masuk
ke dalam kurikulum sekolah atau tidak. Di banyak negara yang masih memandang seksualitas adalah
sebuah tabu, alasan-alasan yang dikemukakan sebagian besar adalah alasan moral dan ketakutan bahwa
remaja akan melakukan seks pranikah setelah belajar materi ini. Sedangkan menurut data, angka HIV,
IMS, kekerasan dalam pacaran, pelecehan seksual sangat tinggi di kalangan remaja. Memberikan
informasi merupakan salah satu jalan untuk mengurangi angka tersebut.
Layanan kesehatan yang ramah remaja
Remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, pada masa ini mereka mengalami banyak
perubahan psikis, fisik, dan sosial. Layanan kesehatan yang ada saat ini belum memberikan ruang bagi
remaja untuk mengakses layanan kesehatan seksual dan reproduksi seperti VCT, IMS, kontrasepsi dan
papsmear. Tantangan terbesar dalam pemberian layanan kesehatan yang ramah remaja adalah latar
belakang budaya dan agama dimana kebanyakan dari pemberi layanan merasa kebingungan untuk
menghadapi remaja yang sudah aktif secara seksual.
Remaja hamil yang dikeluarkan sekolah
Sistem pendidikan di Indonesia membuat setiap sekolah mempunyai otoritas untuk mengatur sistem
sekolah. Kemendikbud belum pernah membuat peraturan bahwa siswi hamil boleh tetap melanjutkan
pendidikan. Alasan yang dikemukakan untuk mengeluarkan siswi hamil adalah karena dia telah
melakukan tindakan yang mencoreng nama baik sekolah dan melanggar norma kesusilaan. Dalam hal
ini, beberapa isu termasuk di dalamnya, seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, keharusan sekolah
untuk mendidik norma susila kepada muridnya, hingga hak untuk bereproduksi.
Hak-hak LGBTIQ
Meskipun sudah ada perjanjian yang mengatur bahwa siapapun berhak mendapatkan hak yang sama,
namun pelanggaran hak banyak terjadi kepada kelompok LGBTIQ atas nama agama. Perdebatan ini
© Nur Hidayati Handayani
Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja
muncul karena beberapa kelompok menganggap kalau hak LGBTIQ dilegalkan, maka akan banyak orang
yang hidup dalam dosa dan merusak masyarakat lainnya. Sedangkan kelompok lainnya menganggap
bahwa siapapun tak terkecuali orientasi seksual berhak mendapatkan pemenuhan hak. Beberapa kasus
pelanggaran hak LGBTIQ ialah penyiksaan di sekolah, pelecehan seksual hingga pemerkosaan,
pemberhentian kerja secara sepihak, pemukulan, hingga pembunuhan.
Pernikahan dini
Usia minimal pernikahan bisa dilihat di UU perkawinan, hingga saat ini usia tersebut menjadi perdebatan
panjang di berbagai kalangan. Beberapa kelompok agama mengambil standar dari kisah Nabi bahwa
mereka menikah di bawah usia 20 tahun, bahkan ada yang dari usia 9 tahun. Kebanyakan pemuka
agama beranggapan bahwa umat Nabi sebaiknya mengikuti saran Nabi, yaitu menikahlah secepatnya
untuk menghindari aktivitas seksual pra nikah. Namun, ada banyak hal yang menjadi masalah dari usia
pernikahan seperti angka perceraian yang tinggi pada pasangan yang menikah di usia di bawah 20
tahun, kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa perempuan yang menikah dini, hingga
perdagangan manusia dan eksploitasi seksual.
Tenaga Kerja dan HKSR
Setiap tahunnya, Indonesia mengirimkan banyak tenaga kerjanya ke luar Indonesia, seperti ke Malaysia,
negara-negara Arab, hingga Eropa. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami masalah terkait dengan
HKSR, seperti pemerkosaan, penyiksaan, sampai pembunuhan. Pemerintah sampai saat ini belum
mempunyai peraturan yang ketat untuk melindungi tenaga kerjanya saat menghadapi masalah di luar
negeri.
Orang dengan HIV dan AIDS
Masalah yang banyak dihadapi oleh Orang dengan HIV dan AIDS hampir serupa dengan remaja hamil.
Mereka mengalami berbagai stigma dan diskriminasi karena kurangnya pemahaman dasar tentang HIV
dan AIDS. Kebanyakan pemahaman masyarakat menganggap bahwa seseorang bisa terinfeksi HIV
karena mereka melakukan hubungan seks pranikah. Selain itu, masyarakat juga berpikir bahwa ODHA
berhak mendapatkan perlakuan buruk akibat perilakunya.
© Nur Hidayati Handayani
Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja
REFERENSI
www.ilo.org
www.unfpa.org
www.unicef.org
www.unesco.org
www.komnasperempuan.or.id
www.youthcoalition.org
ALIANSI REMAJA INDEPENDEN
“Mengembangkan Strategi Advokasi”
Modul E-Course Hak Kesehatan Seksual dan
Reproduksi (HKSR) dan Advokasi
Fita Rizki Utami
[2012]
[ALIANSI
REMAJA INDEPENDEN]
“Mengembangkan Strategi Advokasi”
Modul E-Course
Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan Advokasi
by: Fita Rizki Utami
Email: [email protected]
Tujuan pembelajaran:
Pada modul ini kamu akan
 Mempelajari bagaimana mengembangkan strategi advokasi yang efektif dengan
memanfaatkan sumber daya daya yang tersedia untuk menghasilkan dampak
terbesar,
 Memfokuskan strategi advokasi menggunakan penilaian kontekstual menggunakan
pertanyaan 5W (what, why, who, when and where),
 Menilai sumber daya, hambatan, penentang, dan pendukung,
 Membuat strategi advokasi awal dan jangka waktu dengan yang sejalan dengan
teori perubahan, tujuan utama, dan tujuan khusus.
Apakah strategi itu?
Strategi merupakan teori yang menjelaskan bagaimana kita dapat memanfaatkan sumber
daya yang kita miliki (resources) menjadi apa yang kita butuhkan (kekuatan untuk
membuat perubahan) untuk mencapai apa yang kita inginkan (tujuan). Oleh karena itu,
strategi memerlukan komitmen Anda terhadap tujuan umum. Tujuan umum merupakan
titik yang dapat didentifkasi dan diukur untuk mengetahui apakah yang Anda lakukan
sukses atau tidak. Strategi merupakan sebuah hipotesis tentang bagaimana kita bisa
menggunakan taktik tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Ciri-ciri strategi yang baik
Strategi dihasilkan dari motivasi
Kita menyusun strategi dalam rangka merespon tantangan yang mendesak, kesempatan
tertentu, atau masalah yang kita minati dalam rangka mengubah (situasi masa depan yang
kita anggap ideal yakni saat tujuan kita sudah tercapai) menjadi tujuan umum tertentu.
Pertama-tama kita harus memiliki komitmen terhadap tujuan umum baru kemudian
menentukan bagaimana kita bisa mencapai tujuan tersebut. Tujuan umum mungkin
berkembang atau berubah sering dengan proses kita dalam mengembangkan dan
melaksanakan strategi kita, sehingga penting bagi kita untuk bersikap fleksibel terhadap
kemungkinan terjadinya perubahan.
Strategi harus kreatif
Kita bisa menutupi kekurangan sumber daya dengan menggunakan pihak-pihak yang
memiliki sumber daya tersebut asalkan kita berpikir secara kreatif. Harus kita pahami
bahwa kekuatan hampir selalu bergantung pada partisipasi dari pihak-pihak yang tidak
berdaya (yang menerima kondisi yang terjadi) untuk mempertahankan status quo.
Mengacaukan partisipasi dari pihak-pihak ini sangat mungkin menarik perhatian pembuat
kebijakan dan menciptakan pergeseran atau perubahan kekuasaan.
Strategi harus kolaboratif
Strategi yang dinamis adalah strategi yang dikembangkan oleh sekelompok orang yang
memiliki latar belakang, pengalaman dan sumer daya yang beragam. Jadi Anda harus
bekerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang sama terhadap isu yang
diperjuangkan, tapi tidak harus pihak yang “sama dengan Anda” (sama umur, komunitas,
status sosial ekonomi, dan lainnya). Ada baiknya juga Anda mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut ketika ingin mencoba mengidentifikasi pihak-pihak yang
akan diajak bekerja sama:
•
•
Siapa pihak-pihak yang berperan untuk mengembangkan dan melaksanakan
strategi di area kerja Anda?
Apakah ada organisasi berbasis masyarakat (ormas), lembaga keagamaan atau
asosiasi orang tua-guru di sekolah yang bisa Anda gerakkan (mobilisasi) untuk
berpartisipasi dalam tim Anda atau direktur sebagai penasihat dan pendukung?
Hal ini penting, karena kenyataanya tidak ada pemimpin yang dapat melakukan segala
sesuatu secara mandiri, sehingga Anda perlu mulai berpikir tentang seperti apa tim yang
Anda butuhkan. Tim ini terdiri atas sekolompok kecil orang yang bertanggung jawab atas
keseluruhan koordinasi dan pelaksanaan kegiatan advokasi bersama dengan Anda.
Strategi harus fleksibel
Strategi awal yang Anda kembangkan mungkin mengalami kegagalan saat Anda
menerapkannya. Namun, Anda sebaiknya jangan berkecil hati melainkan coba lakukan
evaluasi mengapa strategi tersebut mengalami kegagalan, serta mulailah melakukan
perubahan yang diperlukan sesuai dengan situasi nyata. Mungkin saja materi kampanye
Anda terlalu sulit untuk dipahami target audiens. Atau mungkin acara yang Anda buat
bertepatan dengan peristiwa besar yang tidak Anda ketahui. Oleh karena itu, Anda harus
menguji teori perubahan Anda (akan disampaikan pada modul ini) secara terus menerus
dan menyesuaikannya dengan taktik baru, mengevaluasi dampaknya, menyesuaikan
dengan kebutuhan yang ada, dan meningkatkan dari waktu ke waktu.
Strategi merupakan kata kerja
Strategi merupakan sesuatu yang kita lakukan, bukan suatu benda yang kita miliki. Dalam
proses kita mencapai tujuan kita akan menemi kegagalan dan keberhasilan yang akan
membantu kita belajar untuk bisa menyesuaikan taktik agar semakin efektif. Taktik
merupakan tindakan-tindakan tertentu untuk diperlukan untuk melaksanakan strategi.
Misalnya dengan mengirimkan surat dan meminta politisi untuk mendorong kebijakan
tertentu, atau melakukan siaran radio merespon keputusan pemerintah yang tidak
memperhatikan kehidupan orang dengan HIV (Odhiv) dengan memotong bantuan kesehatan.
Taktik harus sesuai dengan sumber daya yang tersedia yang dibangun atas dasar kekuatan
Anda dan kelemahan penentang (oposisi). Taktik yang baik harus berasal dari pengalaman
konstituen Anda (orang yang Anda gerakkan untuk mengambil tindakan), namun di luar
pengalaman penentang Anda. Sehingga taktik dapat mempersatukan konstituen Anda, tapi
membelah penentang. Taktik harus sesuai dengan tujuan umum Anda. Jika tidak, maka
Anda tidak perlu melakukan taktik tersebut. Taktik yang menggunakan kekerasan untuk
mencapai tujuan yang baik tidaklah tepat, misalnya bertujuan untuk „memberdayakan‟
masyarakat tapi menggunakan uang untuk menggerakkan masyarakat. Taktik yang baik
adalah taktik yang menyenangkan, memotivasi, dan sederhana.
Pertanyaan utamanya adalah: bagaimana taktik Anda mampu memanfaatkan
sumber daya kolektif untuk menggeser atau merubah kekuasaan.
Strategi merupakan kata kerja
Pikirkan sebuah taktik yang mungkin akan Anda gunakan dan cobalah menjawab
pertanyaan berikut:
1. Apakah taktik tersebut dapat membuat Anda mencapai tujuan? Bagaimana?
2. Apakah Anda akan menggunakan sumber daya secara kreatif untuk taktik tersebut?
Bagaimana?
3. Apakah taktik tersebut depat menciptakan atau meningkatkan kapasitas organisasi?
Bagaimana?
4. Apakah taktik tersebut dapat menciptakan kepemimpinan? Bagaimana?
Berikut beberapa contoh kampanye advokasi untuk menjelaskan perbedaan istilah strategi,
taktik, sumber daya, hambatan, dan keluaran. Misalnya tujuan umum Anda adalah untuk
memperluas akses kontasepsi untuk anak muda. Maka strategi Anda bisa berupa:
1) Taktik kampanye dengan menulis surat kepada politisi yang merupakan stakeholder isu, dari
anak muda yang merasa membutuhkan kontrasepsi dan ketidaktersediaan kontrasepsi
membuat mereka berisiko terhadap masalah kesehatan.
 Sumber daya yang akan Anda mobilisasi adalah orang, dan, jika kamu tinggal dalam
lingkungan demokratis, maka kekuatan suara rakyat merupakan kekuatan utama. (Jika
politisi tidak mendukung Anda, maka anak muda yang menulis surat tersebut mungkin
tidak akan memilih orang tersebut pada pemilihan selanjutnya)
 Hambatan yang mungkin Anda hadapi antara lain tentangan dari kelompok konservatif
atau pemuka agama tertentu.
 Keluaran (outcome) bisa berupa jumlah surat yang dikirimkan kepada politisi selama
kurun waktu tertentu.
 Keluaran lain bisa berupa politisi memutuskan untuk mengajak negosiasi tentang
kebijakan ini selama kurun waktu tertentu.
2) Taktik media untuk meyakinkan jaringan pemberitaan televise agar mau memberitakan
terbatasnya akses anak muda terhadap kontrasepsi. Anda bisa melakukan hal-hal berikut ini:
 Membuat press release dan mengirimkannya kepada jaringan pers televise,
 Menghubungi stasiun televise, memperkenalkan diri Anda dan isu yang ada dalami
(dalam waktu 30 detik) dan minta untuk bicara dengan penanggung jawab
pemberitaan.
 Memberitahukan kepada mereka bahwa Anda telah mengirimkan press relase kepada
stasiun televise tersebut dan minta nama dan email orang orang tersebut agar Anda
juga bisa mengirimkan press release tersebut secara langsung. Hal ini penting untuk
menjamin email Anda tidak diabaikan.
 Jika Anda sudah memiliki nama orang tersebut, maka lain kali Anda bisa menghubungi
orang tersebut untuk mengetahui kelanjutannya, mengingatkan siapa Anda, isu yang
ingin dipublikasi, dan tanya kapan mereka akan mempublikasikan isu tersebut.





Sumber daya yang akan Anda mobilisasi mungkin berupa kontak ke stasiun televise
yang Anda atau anggota tim ketahui.
Sumber daya lain bisa berupa kemampuan menulis dan berbicara persuasive (jika Anda
berhasil meyakinkan stasiun televise untuk mempublikasikan isu Anda berdasarkan
press release dan kontak telepon).
Contoh hambatan adalah jika stasiun televise tersebut menolak untuk
mempublikasikan isu Anda karena khawatir akan reaksi masyarakat yang negatif dan
berdampak buruk terhadap citra stasiun televise tersebut.
Keluaran dapat berupa berapa jumlah stasiun televise yang dikirimkan press release
dalam jangka waktu tertentu.
Keluaran juga berupa berapa banyak stasiun televise yang bersedia mempublikasikan
isu Anda.
Strategi membutuhkan kemampuan untuk memilih – komitmen diri dan sumber daya
terhadap tindakan-tindakan yang Anda percaya bisa mencapai hasil yang diinginkan,
namun tetap siap terhadap kemungkinan adaptasi terhadap perubahan atau peluang baru.
Daftar panjang tentang “apa yang akan kita coba lakukan” bukanlah sebuah strategi. Salah
satu tugas dari kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk megelola ketegangan
antara komitmen dan adapatasi. Merancang strategi merupakan kegiatan yang terus
menerus dilakukan, tidak terbatas pada membuat rencana strategi pada saat awal
kampanye dan kemudian berpegang teguh pada hal tersebut.
Sebelum Anda memulai membuat strategi dan memilih taktik, penting untuk
mengidentifikasi tujuan umum sesuai dengan konteks advokasi Anda dengan
menggunakan pertanyaan 5W.
The 5 W: What, why, who, when, where?
What (apa)?
Masalah apa yang Anda rasa butuh untuk ditangani? Misalnya:
 Anak muda di kota atau kabupaten dimana Anda tinggal tidak dapat mengakses
pendidikan seksualitas komprehensif,
 Anak perempuan di kota atau kabupaten yang mengalami kehamilan tidak
direncanakan dikeluarkan dari sekolah,
 Anak muda di kota atau kabupaten Anda tinggal tidak dapat mengakses kontrasepsi.
Jika “apa” anda terlalu luas (tingginya perempuan muda yang mengalami kehamilan tidak
direncanakan di Indonesia) maka hal tersebut dapat mengakibatkan advokasi Anda
menjadi tidak efektif. Fokuslah pada apa yang bisa Anda lakukan secara efisien daripada
melakukan semuanya sekaligus. Salah satu cara untuk memfokuskan masalah adalah
dengan memikirkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah tersebut. Misalnya
tingginya perempuan muda yang mengalami kehamilan tidak direncanakan (KTD)
dikarenakan tidak adanya akses ke pendidikan seksualitas yang komprehensif, tidak adanya
akses ke kontrasepsi, budaya yang tidak membahas isu kesehatan reproduksi dan seksual
secara terbuka dan lainnya. Anda bisa memilih salah satu faktor ini sebagai dasar advokasi
Anda.
Why (kenapa)?
Anda harus mampu membuat studi kasus. Karena anda menjual ide tidak hanya untuk diri
Anda melainkan juga kepada konstituen yang Anda harapkan dapat membantu Anda untuk
mengembangkan dan melaksanakan strategi advokasi, dan juga tentu kepada pihak-pihak
yang akan Anda advokasi. Kenapa mereka harus peduli? Untuk itu Anda harus mampu
memberikan bukti-bukti adanya permasalahan yang penting untuk ditangani/diselesaikan.
Anda juga harus menunjukkan urgensi (kegawatan) dari situasi tersebut. Hal ini karena di
negara berkembang seperti Indonesia banyak isu-isu lain yang kritis dan mendesak.
Sehingga Anda penting untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut:
•
•
Mengapa penting bagi mereka untuk mengalokasikan sumber daya untuk isu ini
sekarang?
Apakah ada peningkatan dalam jumlah perempuan yang mengalami kehamilan
tidak direncanakan?
Sehingga sangat penting bagi Anda untuk mendukung kesimpulan Anda dengan data untuk
menentukan apakah akar masalah sebenarnya. Jangan anggap bahwa Anda tahu
jawabannya berdasarkan asumsi-asumsi semata yang mungkin saja tidak tepat.
Why (kenapa)?
Siapakah orang, lembaga atau komunitas yang memiliki kekuatan yang dapat membuat
perubahan? Mereka bisa berupa orang-orang atau pihak-pihak yang membuat kebijakan,
pendanaan program, atau mereka yang ada di komunitas. Misalnya Kementerian Kesehatan,
Dinas Pendidikan, Komisin Penanggulangan AIDS, atau pemuka agama di
kota/kabupaten/desa Anda.
Apakah kepentingan orang-orang atau pihak-pihak tersebut? Apa motivasi mereka? Terpilih
kembali? Kekuatan? Status? Reputasi? Uang?
When (kapan)?
Kapan saat yang tepat untuk meluncurkan kampanye advokasi Anda? Jika Anda menekan
politisi untuk merubah atau membuat sebuah kebijakan atau program, maka Anda harus
tahun kapan periode kampanye dam pemilihan? Apakah Anda punya cukup waktu untuk
mempengaruhi politisi tersebut agar berkomitmen terhadap isu Anda?
Alasan membuat struktur kampanye advokasi adalah agar Anda dapat memperhitungkan
jadwal dan perisitiwa yang terjadi di sekitar Anda, terutama konsitituen Anda.
Misalnya konstituen Anda adalah murid SMA atau universitas, maka Anda harus memastikan bahwa puncak
kampanye advokasi tidak bersamaan dengan masa ujian. Menglola waktu merupakan yang penting untuk
menjamin keterlibatan konstituen Anda dengan tetap memperhatikan peluang yang ada agar tidak kehilangan
momentum.
Timing adalah tentang membuat rangkaian aktivitas untuk mengambil inisiatif,
membangun momentum dan mengambil keuntungan dari momen tertentu. Anda sebaiknya
menggunakan sumber daya yang Anda miliki untuk bisa menghasilkan sumber daya lain
yang bisa digunakan untuk langkah selanjutnya. Misalnya, jika Anda mendapat dukungan
dari para stakeholder (pemangku kepentingan) maka akan lebih mudah bagi Anda untuk
berkenalan dengan stakeholder yang lebih tinggi tingkatannya atau lebih mudah mendapat
perhatian media, karena Anda telah memiliki banyak modal politik.
Where (dimana)?
Dimana lingkup geografis kampanye advokasi Anda? Apakah:
• Di sekolah?
• Di komunitas?
• Di kota/kabupaten?
• Di beberapa propinsi?
• Di tingkat nasional?
• Di tingkat regional?
• Di tingkat global?
Jawabannya bergantung pada sebarapa banyak orang yang secara efektif atau realistis
dapat memobiliasi untuk melakukan tindakan. Perlu diingat bahwa perencanaan dan
pelaksanaan kampanye advokasi di tingkat nasional sering dapat berlangsung berbulanbulan, ataupun bertahun-tahun, dan memerlukan banyak sumber daya.
Jika Anda berencana untuk melakukan kampanye seperti relly, protes, boikot, konser,
konferensi, atau pengumpulan dana, maka Anda harus tentukan tempat yang paling
strategis. Jika Anda berharap untuk menarik masa remaja atau orang muda, maka Anda
akan memilih tempat yang:
• Dapat diakses oleh transportasi umum,
• Terjangkau untuk anggaran minim,
• Tempat berkumpulnya anak muda, seperti sekolah, fasilitas olah raga, fasilitas
kegamaan, pusat komunitas, dan lainnya.
Hindari tempat-tempat yang:
• Hanya bisa diakses oleh kendaraan pribadi
• Tempat dengan biaya masuk mahal
• Hanya buka selama waktu kerja atau sekolah
• Terlalu mewah untuk anak muda
Sumber daya dan hambatan
Untuk dapat merancang strategi yang berhasil maka Anda perlu menghitung ketersediaan
sumber daya yang Anda miliki, dan kendala yang mungkin menghambat Anda mencapai
tujuan. Sumber daya tidak hanya terbatas pada “pendanaan”. Pemimpin yang baik harus
kreatif dalam mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya secara efektif. Berikut
beberapa contoh sumber daya yang mungkin Anda miliki:
•
•
•
•
Relawan-orang-orang yang akan melaksanakan strategi kampanye advokasi Anda.
Tubuh mereka-jika Anda merencanakan melakukan pawai atau protes, jika Anda
memiliki banyak teman yang akan menyumbangkan tubuh mereka sebagai sumber
daya, sehingga menarik perhatian massa.
Kontak-teman Anda mungkin tahu jurnalis yang bisa memberitakan masalah Anda.
Daya beli-sejumlah besar orang dapat memboikot perusahaan sampai sampai
akhirnya keinginan terpenuhi.
Sumber daya apa yang Anda miliki?
Kesalahan umum yang biasa kita buat saat mulai mengorganisasi adalah fokus kepada
pengumpulan dana sebelum mengembangkan startegi kampanye advokasi. Padahal sangat
tidak realistis mencari donor untuk kampanye advokasi yang belum mendapat banyak
dukungan dan tidak dilatarbelakangi permasalahan yang jelas.
Sayangnya, seringkali sangat sulit untuk anak muda mendapatkan dana untuk kegiatan
advokasi karena dianggap kurang kredibilitas, gelar akademik, pengalaman bertahun-tahun,
jaringan sosial dan professional dan akses ke donor, serta tidak memiliki struktur
organisasi formal dan terdaftar.
Tapi tenang saja, Anda tidak perlu dana yang banyak untuk menjalankan kampanye
advokasi yang sukses! Banyak loh kampanye advokasi yang dijalankan secara gratis,
misalnya gerakan advokasi Mahatma Gandhi untuk memboikot harga garam mahal yang
diimpor dari Inggris selama pemerintahan kolonial. Gandhi dan para pengikutnya tidak
mendasarkan kampanye mereka pada pendanaan. Sumber daya mereka adalah pada tubuh
mereka, suara mereka, dan pikiran mereka. Dengan sumber daya yang mereka miliki,
mereka bahkan bisa mencapai hasil lebih banyak dari organsiasi yang memiliki banyak
uang.
Apakah Anda memiliki banyak relawan yang termotivasi dan antusias dan dapat melakukan
tindakan seperti:
• Mengontak pegawai pemerintah,
• Mengupulkan tanda tangan untuk petisi,
• Mendudukung aksi demonstrasi, dll.
Apakah kamu punya kontak dengan media massa, seperti:
• Reporter,
• Penyiar radio,
• Pimpinan redaksi majalah/koran, dll.
Jika kamu tidak memiliki kontak dengan orang-orang tersebut, cobalah tanya kepada
keluargamu, temanmu, dan jaringanmu yang mungkin bisa membantu.
Sumber daya apa yang Anda butuhkan?
Apa saja sumber daya yang Anda butuhkan tetapi tidak Anda miliki saat ini? Sumber daya
apa yang Anda butuhkan tetapi tidak miliki sekarang? Mungkin bisa berupa sarana
mencetak poster atau brosur yang terjangkau harganya, tempat untuk mengadakan
sebuah aksi demonstrasi, relawan untuk melaksanakan kampanye kegiatan, kontak
media, dll.
Apa hambatan yang Anda hadapi?
Hambatan adalah hal-hal atau pihak-pihak yang bisa membatasi kesuksesan kampanye
Anda. Misalnya, jika Anda tinggal di daerah dengan kondisi politik yang tidak stabil yang
dapat mempengaruhi kebijakan yang berlaku.
Berikut beberapa contoh hambatan yang dapat membatasi pilihan taktik yang bisa Anda
gunakan?
• Mungkin Anda hanya memiliki waktu 6 bulan sebelum pemangku kepentingan akan
berakhir masa jabatannya. Maka dalam hal ini, waktu adalah hambatan.
• Facebook merupakan alat yang strategis untuk mencipatakan kesadaran publik dan
memobilisasi teman-teman Anda di lingkup daerah, nasional maupun internasional.
• Budaya yang menganggap isu seksualitas, pekerja seks, pengguna narkotika suntik
sebagai hal yang tabu menyebabkan Anda mungkin hanya beraliansi dengan pihak-pihak
tertentu.
Apa teori perubahan Anda?
Teori perubahan adalah sebuah pernyataan “jika/maka”. Teori ini didasarkan pada
kepercayaan, harapan, dan asumsi tentang dunia. Teori ini merupakan pernyataan
kualitatif tentang apa yang Anda percaya akan terjadi jika Anda melakukan sesuatu.
Terkadang juga disebut sebagai visi.
Misalnya,
• Jika kita menyediakan layanan kesehatan ramah remaja, kita bisa meningkatkan
jumlah anak muda yang melakukan pemeriksaan IMS dan menurunkan kehamilan
yang tidak direncanakan.
• Jika kita menyediakan pendidikan seksualitas yang komprehensif maka kita bisa
menurunkan kehamilan yang tidak direncanakan dan kekerasan pada
pasangan/pacar.
Apa goal (tujuan umum) Anda?
Apa yang Anda inginkan dan kapan anda ingin mencapai teori perubahan?
Misalnya:
• Untuk meyakinkan kepala sekolah agar memasukkan pendidikan seksualitas
komprehensif di kurikulum tahun depan;
• Untuk menjangkau 75% orang yang terinfeksi HIV yang membutuhkan perawatan
ART dalam waktu dua tahun;
Apa objektif (tujuan khusus) Anda?
Tujuan khusus adalah penyataan tentang perbaikan yang ingin Anda capai terkait program
dan kebijakan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Tujuan khusus memberikan arahan
untuk perbaikan.
Milsanya goal Anda adalah menjamin bahwa pada Desember 2022 (dalam waktu 10 tahun)
semua anak muda (15-24 tahun) di Jakarta bisa mengakses layanan kesehatan seksual
dan reproduksi ramah remaja di Puskesmas. Maka objektif Anda dapat berupa:
1. Meyakinkan pemerintah daerah DKI Jakarta, selama 3 tahun, untuk membuat
peraturan tentang layanan kesehatan seksual dan reproduksi ramah remaja di
Puskesmas.
2. Membentuk jaringan NGO untuk membuat rekomendasi panduan layanan
kesehatan reproduksi dan seksual di Puskesmas yang selesai dalam waktu 2 tahun.
3. Melakukan studi tentang ketersediaan layanan kesehatan seksual dan reproduksi di
Puskesmas di DKI Jakarta selama 1 tahun.
Anda sebaiknya hanya membuat 2-4 objektif untuk menghindari terlalu banyak aktivitas
yang Anda lakukan sehingga menjadi tidak efektif.
Dalam membuat objektif sebaiknya Anda menggunakan pendekatan SMART:
• Spesifik: apa, bagaimana, kapan, dimana situasi akan diubah
• Measureable: ukuran kuantitas (%, #, dll), kualitas ataupun biaya
• Achievable: harus bisa dicapai tanpa bergantung pada orang/keadaan lain
• Relevan: mampu menyelesaikan permasalahan.
• Time-bound: kerangka waktu (6 bulan, 1 tahun, 2 tahun, dan sebagainya)
Apakah indikator Anda?
Indikator adalah ukuran yang biasa digunakan untuk membantu Anda dalam menentukan
seberapa sukese kampanye advokasi Anda, terutama dalam rangka mencapai goal jangka
panjang. Indikator-indikator ini harus ditentukan sebelum dan selama tahap perencanaan
advokasi.
Indikator-indikator yang dapat diukur untuk mengetahui penguatan dan
peningkatan kapabilitas koalisi/aliansi, antara lain:
 Perubahan kebijakan
 Peningkatan kesetaraan jender
 Terciptanya program
 Dialokasikannya pendanaan
 Koalisi terbentuk atau dikenal luas
 Munculnya kepemimpinan
 Terciptanya kesadaran komunitas dalam pergerakan tersebut
Indikator-indikator yang dapat diukur untuk mengetahui penguatan dan
peningkatan kapabilitas individu atau komunitas, antara lain:
 Meningkatnya kemampuan dalam memperkuat jaringan/koalisi
 Meningkatnya kepemimpinan di tingkat komunitas dan nasional
 Meningkatnya kapasitas untuk menyelenggarakan acara yang sukses
 Meningkatnya pengetahuan tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi
 Perbuhahan perilaku (meningkatnya penggunaan kondom, dll)
Terlepas apakah Anda sudah siap atau belum siap mengembangkan indikator, Anda bisa
mencoba melihat indikator-indikator yang sudah ada dan dikembangkan sebelumnya oleh
orang atau institusi lain. Karena indikator-indikator yang sudah ada ini telah terbukri
validitas (relevansinya dengan program) dan reliabilitasnya (dipahami secara sama oleh
banyak orang). Namun demikian, Anda harus menentukan apakah indikator tersebut
relevan dengan program Anda. Jika perlu, Anda juga bisa memodifikasi indikator-indikator
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks program Anda sehingga mampu
digunakan (feasible).
Apa output Anda?
Apakah produk atau hasil yang Anda inginkan? Berikut beberapa contoh keluaran:
 Sebuah pelatihan yang meningkatkan kemampuan peserta dalam hal advokasi,
 Sebuah pertemuan dengan pemangku kepentingan kunci yang menghasilkan
perubahan kebijakan atau program,
 Sebuah film dokumenter yang mampu meningkatkan kesadaran tentang pencegahan
kehamilan tidak direncanakan (KTD),
 Sebuah aksi demonstrasi yang meminta diubahnya peraturan tentang pembatasan
penyediaan kondom untuk remaja.
Apa outcome Anda?
Apa outcome (hasil akhir) yang dihasilkan oleh kampanye advokasi Anda dan kapan? Jika
Anda tidak menentukan outcome yang jelas, maka tentunya anggota tim Anda tidak tahu
apakah kampanye ini mencapai kesuksesaan atau kegagalan.
Berikut beberapa contoh outcome:
 Pemerintah berhasil dibujuk untuk mau mendanai klinik kesehatan yang ramah
remaja,
 Media memberitakan tentang perusahaan farmasi yang menjual kontrasepsi yang
lebih mahal kepada remaja,
 Pemerintah bersedia melakukan program pertukaran jarum suntik steril dan terapi
subtitusi metadon untuk pengguna narkotika suntik dalam rangka pencegahan
transmisi HIV.
Matriks Kerangka Pikir (Log frame matrix)
Mungkin “Matriks Kerangka Pikir” terdengar seperti istilah yang rumit, tapi sebenarnya
matriks ini memberikan gambaran elemen-elemen rencana advokasi; teori perubahan, gol,
objektif, indikator, aktivitas, output dan outcome, kita ke dalam sebuah tabel. Matriks ini
membantu kita membuat rencana advokasi yang koheren dan rasional. Karena membuat
kita bisa melihat komponen satu dan lainnya terhubung secara logis dan menjadi satu
kesatuan.
Berikut beberapa alasan mengapa Anda disarankan untuk mengembangkan matriks ini:
1. Pemberi dana meminta pemikiran dan penyajian informasi seperti ini, meskipun
mungkin dengan format yang sedikit berbeda satu sama lain.
2. Matriks ini harus dikembangkan oleh orang-orang yang paling mengetahui program
untuk menjaga agar tetap sesuai dengan konteks nyata. Anda sebaiknya tidak
mengembangkan sendiri dan memaksakan agar setiap orang memahami dan
menerimanya, melainkan harus didasarkan pada prinsip partisipasi. Matriks ini juga
dapat dimodifikasi sesuai dengan perubahan konteks dan kebutuhan serta
disepakati bersama.
CONTOH MATRIKS KERANGKA PIKIR
Objektif
(Tujuan
Khusus)
Membentuk tim
advokasi yang
bertanggotakan
ARI nasional dan
daerat serta
peserta e-course.
Indikator
Aktivitas
Indikator Aktivitas
Output (Keluaran)
Risiko/Asumsi
Outcome (Hasil)
Terbentuknya
tim advokasi
yang
bertanggotakan
ARI nasional dan
daerat serta
peserta ecourse.
Program e-course:
1) Diikuti oleh 20-25 orang
peserta dari beberapa
propinsi di Indonesia
2) Melatih peserta dengan
isu HKSR dan keterampilan
advokasi
3) Difasilitasi oleh paling
sedikit 5 orang
4) Mengembangkan paling
sedikit 7 modul
5) Melakukan tindak lanjut
monitoring rencana advokasi
peserta melalui email, chat,
dan facebook group
Program e-course:
# (jumlah) formulir pendaftaran yang
masuk
# peserta yang di awal mengikuti ecourse
# peserta yang mengirimkan semua
tugas
# peserta yang selalu hadir pada saat
diskusi kelas
# peserta yang mengirimkan tugas
akhir
# peserta yang mengirimkan lembar
evaluasi
# peserta yang melakukan rencana
tindak lanjutnya pada bulan ke-3, 6,
9 dan 12 setelah e-course bearkhir
Program e-course:
1) E-course selama 3
bulan
2) Adanya paling
sedikit 20 strategi
advokasi dari peserta
3) Adanya 7 modul
yang dikembangkan
4) Terlaksananya paling
tidak diskusi tindak
lanjut sebanyak 5 kali
1) Peserta tidak dapat
ikut serta dalam ecourse karena berbagai
alasan
2) Peserta tidak
mengirimkan tugas rutin
3) Peserta tidak
mengirimkan strategi
advokasinya
4) Waktu terbatas
sehingga tidak bisa
membahas seluruh
modul
5) Peserta tidak
merespon diskusi tindak
lanjut
Kader anak muda
yang memiliki
pengetahuan
tentang HKSR dan
keterampilan
advokasi di konteks
lokal, nasional, dan
global.
Pelatihan nasional ARI:
1) Diikuti oleh minimal 20
anggota ARI nasional dan
daerah selama 5 hari
2) Melatih peserta tentang
HKSR dan advokasi
3) Difasilitasi oleh CHOICE
(mitra ARI)
4). Melakukan tindak lanjut
monitoring rencana advokasi
melalui email, chat, dan
facebook group
Pelatihan nasional ARI:
# (jumlah) peserta pelatihan
# topik yang dibahas
# perwakilan yang menghasilkan
rencana aksi
# perwakilan yang mengirimkan
lembar evaluasi
# peserta
# peserta yang melakukan rencana
tindak lanjutnya pada bulan ke-3 dan
6 setelah training berakhir
Pelatihan nasional
ARI:
1) Pelatihan 1 minggu
2) Dikembangkannya
strategi advokasi 4 ARI
daerah dan nasional
3) Terlaksananya paling
tidak diskusi tindak
lanjut sebanyak 1
kali/bulan
Pelatihan nasional ARI:
1) Tidak semua peserta
yang diharapkan hadir
datang
2) Tidak semua anggota
ARI dapat menghasilkan
strategi advokasi yang
efektif
3) Anggota ARI tidak
merespon diskusi tindak
lanjut
HANDOUT CONTOH PETA TARGET
DPRD
Dinas Pendidikan
Provinsi
Guru
Koalisi NGO
Tujuan advokasi: memasukkan
pendidikan seksualitas sebagai
bagian dari kurikulum SMA di DI
Yogyakarta tahun 2020
Kepala
Sekolah-kepala
sekolah
Lembaga PPB:
UNFPA, UNICEF,
UNESCO
Petunjuk
Besarnya lingkaran: besarnya pengaruh pada objektif advokasi
Jarak dari Koalisi NGO: kedekatan hubungan
Ketebalan garis: dukungan untuk objektif advokasi
Lawan, Pendukung, Pesaing, dan Mitra
Lawan (Oposisi)
Dalam rangka mencapai tujuan advokasi, mungkin saja konstituen Anda menemui konflik
dengan kepentingan individu atau organisasi lain. Misalnya saja, keinginan pemilih usaha
untuk meningkatkan keuntungan berbenturan dengan keinginan pekerja untuk
mendapatkan upah yang layak. Kepentingan perusahaan rokok mungkin tidah hanya
bertentangan dengan kepentingan kelompok anti-rokok tapi juga masyarakat umum.
Namun demikian, sangat mungkin kita tidak bisa menentukan oposisi sejak awal karena
oposisi kadang-kadang akan muncul dalam proses advokasi.
Pendukung
Adalah orang yang kepentingannya tidak secara langsung atau jelas terpengaruh namun
merasa memiliki kepentingan politis, finansial, dan kesukarelaan, dan lainnya. Mungkin
saja pendukung bukan bagian dari konstituensi, melainkan orang-orang yang ada di
organisasi-organsiasi tertentu yang bisa membantu. Mungkin saja mereka bisa tertarik,
namun Anda perlu untuk menjelaskan mengapa mereka harus memberikan bantuan.
Misalnya, sebuah komunitas di Kupang meminta bantuan kepada perusahaan tambang di
Kota Kupang untuk program pencegahan HIV bagi pekerja karena meningkatnya kasus HIV
di Kota Kupang di kalangan pekerja yang bisa berdampak pada menurunnya produktivitas
pekerja.
Pesaing/Mitra
Adalah orang-orang atau organisasi yang bisa berbagi kepentingan atau sumber daya
dengan Anda. Mereka mungkin punya target konstituen yang sama, sumber dukungan yang
sama, dan menghadapi lawan yang sama. Dua organisasi anak muda yang berupaya
memobilisasi anak muda mungkin saja bersaing untuk mendapatkan anggota. Selain itu,
dua organisasi anak muda yang memberikan layanan untuk anak muda yang sama juga bisa
bersaing atau berkolaborasi dalam menggalang dana.
HANDOUT CONTOH PETA ALIANSI
DPRD
Dinas Pendidikan
Provinsi
Kelompok/komunitas anak
muda
Dapat: pengetahuan,
keterampilan, sumber daya,
jaringan.
Punya: pengetahuan dan
keterampilan, suara
Limitasi: Kurang pengetahuan,
keterampilan dan sumber
daya , tersebar
Guru
Koalisi NGO
Tujuan advokasi: memasukkan
pendidikan seksualitas sebagai
bagian dari kurikulum SMA di DI
Yogyakarta tahun 2020
NGO lainnya (sebutkan
apa saja)
Lembaga PPB:
UNFPA, UNICEF,
UNESCO
Dapat: profil organisasi
meningkat, jejaring
Punya: jaringan,
sumber daya
Limitasi: terbatas
waktu dan staff
Kepala
Sekolah-kepala
sekolah
Petunjuk
Lingkaran: target adokasi
Kotak: aliansi
Besarnya lingkaran: besarnya pengaruh pada objektif advokasi
Jarak dari Koalisi NGO: kedekatan hubungan
Ketebalan garis: dukungan untuk objektif advokasi
Menentukan Timeline Kampanye Advokasi
Harus Anda ingat bahwa perubahan membutuhkan proses yang bertahap. Dalam
kebanyakan kasus, perubahan yang diinginkan adalah perubahan yang besar dan kompleks,
yang berarti bisa dicapai dengan melakukan serangkaian langkah-langkah dan kemenangan.
Untuk itulah kampanye harus dijadwalkan dengan cermat dan mungkin memakan waktu
lebih panjang dari yang kita harapkan. Dibutuhkan waktu untuk bertemu dengan pejabat
pemerintah, mempersiapkan proses dan pertemuan- yang mungkin memakan waktu sampai
satu tahun atau lebih untuk mencapai outcome yang diinginkan. Kampanye advokasi bukan
merupakan peristiwa tunggal, melainkan proses berulang-ulang dimana kita menetapkan
setiap tindakan sebagai wadah pengembangan kapasitas dan menguji teori perubahan
Anda.
Fondasi merupakan tahapan dimana Anda mulai meneliti masalah, mengindetifikasi
sumber aya, kendala, dan pemangku kepentingan, berbicara dengan komunitas yang
terdampak, dan menyiapkan startegi awal.
Kick Off Anda adalah saat Anda mengadakan pertemuan dengan seluruh anggota tim.
Orang-orang ini merupakan kunci dari keseluruhan kampanye advokasi, dan mereka akan
membantu Anda mengembangkan dan memperbaiki strategi akhir Anda yang tidak bisa
Anda lakukan sendiri.
Peak Goals Anda adalah sebuah kegiatan atau peristiwa tertentu dimana tindakan besar
terjadi. Bisa saja berupa hari dimana pemerintah akhirnya memutuskan memasukkan
pendidikan seksualitas komprehensif ke dalam kurikulum sekolah. Bisa juga hari dimana
Anda memobilisasi masa untuk melakukan demonstrasi, dan lainnya.
Mountaintop Goal Anda adalah klimaks (puncak) dari kampanye advokasi Anda. Ini adalah
momen ketika perubahan yang Anda inginkan menjadi kenyataan atau tidak (atau hanya
sebagian). Masing-masing puncak (peak) harus memiliki gol yang bisa diukur (misalnya
jumlah orang yang hadir dalam aksi demonstrasi, jumlah orang yang menandatangani
petisi, jumlah anggota parlemen yang berjanji, dll) yang membantu Anda mencapai
puncak berikutnya. Dengan demikian, Anda dapat mengidentifikasi apakah Anda mencapai
keberhasilan atau kegagalan dan dapat menyesuaikan strategi dan taktik sesuai dengan
dinamika yang ada.
Evaluasi, Langkah Selanjutnya dan Perayaan merupakan hal yang penting dan tidak
dapat diabaikan. Anda bersama tim Anda perlu untuk membahas secara lebih mendalam
tentang taktik mana yang berhasil dan tidak berhasil. Selain itu, Anda juga perlu
merayakan keberhasilan tim – meskipun jika Anda tidak mencapai hasil yang diinginkan.
Daftar Pustaka:
Global Youth Coalition on AIDS: Advocacy Campaigns E-Course Modules (1-4).
TUGAS MODUL 7
Jawaban kamu tidak boleh lebih dari 5 halaman, spasi dobel, huruf tidak tebal, besar huruf 12
untuk semua pertanyaan-pertanyaan berikut: (jangan hapus pertanyaannya dan mohon
kirimkan ke fasilitator halaman tugas ini saja tidak perlu dengan modul).
1)
Apa goal strategis? Apa teori perubahan kamu?
Goal: .
Teori perubahan:
2)
Tentukan tiga taktik yang akan kamu lakukan dalam advokasimu dengan menjawab tabel
berikut.
Taktik yang
diajukan
CONTOH
Taktik media
3)
Skill apa yang
dibutuhkan?
Bagaimana detailnya?
1. Menulis artikel tentang
kebutuhan anak muda
terhadap pendidikan
seksualitas
komprehensif
 Perlunya peningkatan
keterampilan menulis
 Perlunya kontak
dengan surat
kabar/majalah
terkemuka.
Apakah menciptakan
keterampilan
kepemimpinan baru?
 Meningkatnya
kapasitas menulis
anggota.
 Meningkatnya
kapasitas bermitra
dengan surat
kabar/majalah.
Tentukan jawaban pertanyaan 5W berikut untuk rencana advokasimu:
What? (Apa masalah yang perlu diselesaikan?)
Why? (Kenapa perlu diselesaikan?)
Who? (Siapa saja individu, badan, institusi, atau organisasi yang memiliki kekuatan untuk
mengubah masalah tersebut)
When? (Kapan saat yang tepat untuk melakukan startegi advokasimu?)
Where? (Dimana area geografis dari strategi advokasimu?)
4)
Apa tujuan khusus advokasimu? Pastikan tujuan tersebut memenuhi kriteria (SMART). Kamu
paling tidak harus memiliki 2-4 tujuan khusus.
1.
2.
3.
Taruhlah salah satu tujuan khususmu ke dalam Matriks Kerangka Pikir dan lengkapilah. Kamu bisa
melihat kembali contoh kerangka pikir yang ada di modul 7.
Objektif
(Tujuan
Khusus)
Indikator
Aktivitas
Indikator
Aktivitas
5)
Identifikasi pihak-pihak berikut”
a) Oposisi
b) Pendukung
c) Pesaing
d) Mitra
6)
Tentukan alur waktu strategi advokasimu
Output
(Keluaran)
Risiko/Asumsi
a) Berapa lama kira-kira keseluruhan stategi advokasimu akan berjalan?
b) Lengkapilah tabel berikut sesuai dengan strategi advokasimu
Puncak
Fondasi
Kick-Off Goal
Peak Goal
Mountaintop Goal
Evaluation & Next Steps
Aktivitas
Jangka waktu
Outcome
(Hasil)
8: Manajemen
Kepemimpinan dan Membangun Tim
AModul
LIANSI
REMAJA ISDM,
NDEPENDEN
[2012]
“Manajemen SDM, Kepemimpinan dan
Membangun Tim”
Modul E-Course Hak Kesehatan Seksual dan
Reproduksi (HKSR) dan Advokasi
Fita Rizki Utami
[2012]
[ALIANSI
REMAJA INDEPENDEN]
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
“Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun
TIm”
Modul E-Course
Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan Advokasi
by: Fita Rizki Utami
Email: [email protected]
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
Tujuan pembelajaran:
Pada modul ini kamu akan

Mempelajari keterampilan menjadi manajer proyek

Mempelajari tiga keterampilan kepemimpinan:
1) Mengindentifikasi, merekrut dan mengembangkan pemimpin-pemimpin;
2) Membangun komunitas di sekitar pemimpin-pemimpin tersebut;
3) Membangun kekuatan dari komunitas tersebut.

Mempelajari tiga komponen kepemimpinan:
1) Aktor yang melakukan pekerjaan (kamu, pemimpinmu, konstituenmu, opsisimu, pendukungmu,
dll.);
2) Proses yang digunakan untuk melakukan pekerjaan: membangun hubungan, menceritakan,
mengembangkan strategi, dan melakukan aksi;
3) Struktur yang bisa kamu gunakan untuk menciptakan kesempatan aksi/pekerjaan.
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
Manajer Proyek:
o
Memiliki visi yang dapat dibagi dan dikembangkan dengan tim proyek;
o
Berkomunikasi dengan jelas, baik secara lisan maupun tertulis;
o
Memahami perlunya semua anggota proyek untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan
memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan dan berlatih keterampilanketerampilan;
o
Memiliki keterampiland alam menetapkan tujuan SMART yang relevan dan sesuai dengan konteks;
o
Memiliki keterampilan dalam mengembangkan rencana kerja yang mengalokasikan sumber daya
secara efisien, menetapkan jadwal kegiatan apa yang akan dilakukan oleh siapa dan kapan, serta
mengatur berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk proyek (juga dikenal sebagai "logistik");
o
Mampu menyatakan harapan-harapannya terhadap kinerja masing-masing anggota tim, jelas dan
ringkas, dan mampu bekerja dalam lingkungan kolaboratif;
o
Memantau kemajuan proyek dan mampu berkomunikasi ini secara lisan dan tertulis kepada
pemberi dana, anggota tim dan anggota masyarakat, dan
o
Memantau kinerja anggota tim secara individual sesuai rencana kerja dan hasil yang disepakati.
Manajemen waktu sebagai sumber daya
Sumber daya yang paling berharga dalam proyek adalah waktu. Sehingga penting untuk merencanakan
penggunaan waktu dan kegiatan yang berkaitan dengan proyek tersebut. Untuk itu mulailah dengan
membuat tabel atau grafik waktu proyek bersama keseluruhan anggota tim. Hal ini dapat membuat
setiap orang memahami kompleksitas peran masing-masing. Kamu perlu untuk mencatat semua tanggaltanggal penting proyek, seperti:

Pertemuan dengan anak muda;

Laporan untuk pemberi dana;

Pertemuan anggota tim;

Batas waktu pengiriman undangan untuk pertemuan dengan anak muda;

Penulisan laporan;

Mengirimkan agenda diskusi, dll.
Dengan membuat tabel atau grafik ini maka Kamu dapat melacak apakah proyek berjalan sesuai rencana,
atau apakah harus ada penyesuaian-penyesuaian. Untuk itu, kamu perlu menuliskan tanggung jawab dari
setiap anggota tim terhadap semua aktivitas.
Berikut adalah gambar sistem manajemen proyek yang harus dikembangkan dalam manajemen
organisasi.
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
Gambar 1. Rencana Kerja Sistem Manajemen Proyek
Manajemen uang sebagai sumber daya
Salah satu prinsip utama dalam manajemen proyek adalah: “Jangan menghabiskan uang yang tidak Kamu
miliki”. Sebagai Manager Proyek, Kamu bertanggung jawab untuk uang dan sumber daya lain yang
digunakan untuk menyelesaikan proyek. Seseorang harus bertanggung jawab untuk mengelola keuangan
proyek, baik Kamu atau seseorang yang memang khusus bertanggung jawab sebagai bendahara.
Merupakan hal penting untuk mengatur proses pembukuan yang tepat, sehingga pengeluaran tidak
pernah melebihi pendapatan. Hal ini juga penting untuk menetapkan beberapa prinsip dasar manajemen
keuangan dari awal.
Misalnya, kesepakatan tentang petty cash atau kas kecil yakni jumlah uang yang dapat Kamu keluarkan
tanpa harus berkonsultasi dengan anggota tim. Misalnya sebuah lembaga di Australia menetapkan
besaran kas kecil Rp 500.000. Sehingga setiap pembelian yang melebihi jumlah tersebut harus disetujui
oleh lebih dari satu orang.
Pembayaran tunai harus dicatat dalam buku kas, dengan tanggal, nama orang yang meminta uang tunai,
tujuan dan jumlah untuk setiap transaksi. Kamu harus selalu mendapatkan kwitansi setiap melakukan
transaksi keuangan sebagai bukti. Setiap bulan Kamu juga harus melakukan tutup buku dari semua
akitivitas keuangan yakni tanggal dimana semua aktivitas keuangan selama sebulan dikalkulasikan dan
disamakan dengan jumlah rekeningmu di bank.
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
Manajemen sumber daya manusia
Salah satu tantangan utama bagi seorang Manajer Proyek adalah mengelola orang dan memanfaatkan
kekuatan mereka, sehingga mereka berkontribusi dalam cara yang paling efektif untuk proyek. Orang
adalah sumber daya penting untuk sebuah proyek, membawa pengetahuan dan keterampilan serta
kekuatan fisik, spiritual dan emosional. Tetapi mengelola mereka tidak berarti memperlakukan mereka
sebagai potongan-potongan peralatan, siap untuk melakukan pekerjaan. Mereka juga kolega dan temanteman atau, setidaknya, orang-orang yang memiliki kepentingan bersama.
Menetapkan prinsip dan panduan
Peran Kamu sebagai Manajer Proyek adalah menetapkan prinsip-prinsip dan memastikan semua anggota
proyek memahami hal tersebyt. Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa semua anggota proyek,
termasuk relawan, memahami prinsip-prinsip dan harapan, serta peran mereka dalam proyek ini, adalah
dengan memberikan deskripsi pekerjaan yang juga dikenal sebagai proses "orientasi". Proses ini idealnya
harus berupa pertemuan tatap muka dengan seluruh anggota tim, dan pengembangan panduan-panduan.
Menyelesaikan konflik
Konflik akan sering muncul dalam situasi di mana orang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Menyelesaikan konflik dapat menjadi salah satu tuntutan yang paling menantang untuk Manajer Proyek.
Mungkin prinsip penting dalam setiap situasi kelompok adalah memastikan bahwa orang tidak pernah
mengkritik atau menyerang secara verbal seorang anggota tim proyek, melainkan mereka membuat kritik
mereka dalam hal gagasan atau tindakan orang itu dan bahwa kritik tidak pernah merendahkan. Jadi,
anggota tim proyek tidak boleh mengatakan: "Dia bodoh", atau bahkan "Idenya sangat bodoh." Tapi
sebaliknya, "Caranya melipat selebaran tidak efektif, karena orang tidak dapat melihat informasi yang
paling pentin."
Menghargai orang
Anggota proyek yang dibayar maupun relawan harus dilibatkan sejauh mungkin dalam pengambilan
keputusan operasional tentang proyek, karena mereka yang paling terpengaruh. Relawan mungkin telah
setuju untuk bekerja tanpa imbalan finansial, tapi semua orang suka merasa bahwa kontribusi mereka
dihargai. Berterima kasih kepada semua orang atas perannya sangat penting. Mungkin ada cara lain untuk
'menghargai' sukarelawan, misalnya menyediakan sertifikat.
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
Terkadang sebuah proyek gagal total… Kenapa bisa begitu?
Ada banyak alasan kenapa sebuah proyek bisa gagal, dan Kamu perlu memperhitungkan dan
mengevaluasi alasan-alasan kenapa proyekmu gagal. Contoh alasan umum kenapa sebuah proyek gagal
mencapai tujuannya adalah:

Ide dasar proyek itu sendiri tentang bagaimana proyek itu akan membawa perubahan sosial
ternyata didasari oleh asumsi, mitos, atau fiksi yang kurang akurat.

Riset tentang latar belakang, yang seharusnya dilakukan dalam perancangan sebuah proyek,
kurang ekstensif dan efektif. Walhasil, kesalahan-kesalahan yang seharusnya bisa dicegah
terjadi.

Jangka waktu atau rangka waktu yang dibuat untuk proyek kurang realistis.

Tujuan dari proyek itu kurang jelas atau kurang gamblang, sehingga anggota-anggota lain di
organisasi Kamu bingung: Sebenarnya tujuannya apa? Kita sudah melakukan ini – sebenarnya
itu sudah mencapai targetnya belum?

Komunikasi antara sang Manajer Proyek dengan timnya, komunitas yang ia sasar, dan/atau
pendana-nya kurang lancar, terutama saat proyek mulai menemui kesulitan. Ini adalah contoh
kurangnya akuntabilitas dan transparensi.

Tidak ada sistem pencatatan (apa yang sudah Kamu lakukan? Perubahan apa saja yang sudah
dicapai sejauh ini? Semua itu rupanya tidak dicatat!) dan sistem administrasi yang tidak
mumpuni.

Tim proyek dan komunitas yang Kamu sasar tidak dilibatkan dalam merancang dan
merencanakan proyek.

Tim proyek tidak tahu bagaimana keputusan-keputusan dibuat, atau malah tidak terlibat sama
sekali dalam pengambilan keputusan.

Selain itu, kadang dalam sebuah proyek, sang Manajer Proyek tidak memiiliki mandate untuk
berbicara atas nama organisasi-nya. Apa saja tugas seorang Manajer Proyek? Ini akan
dijelaskan di modul berikutnya.
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
KEPEMIMPINAN
Apa yang dilakukan oleh pemimpin yang menjadikan mereka sebagai pemimpin?
Pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain untuk menentukan hasil yang diinginkan
dengan konteks dunia yang tidak pasti. Justru ketika Kamu memasuki dunia dimana aturan tidak bekerja
dengan baik, di mana Kamu tidak tahu aturan mana yang berlaku, di mana Kamu mencoba untuk
melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya - bahwa Kamu atau belum dilakukan
sebelumnya - saat itulah kepemimpinan terjadi.
Kerja organisasi merupakan kerja relasional: artinya dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain.
Semakin Kamu dapat belajar untuk membedakan antara tindakan Kamu yang dilakukan dengan penuh
kesadaran, tindakan orang lain, dan bagaimana mereka berinteraksi, semakin mudah bagimu untuk
belajar dari pengalaman. Semakin besar komitmen kamu untuk proyekmu, maka semakin besar
kemungkinan kamu akan berinvestasi untuk protek tersebut. Nah, semangkin besar investasimu untuk
proyek, maka semakin besar kemungkinan Kamu akan belajar dari pengalaman dan kesalahan.
Pengorgansiasi paling sukses adalah mereka yang membentuk tim kepemimpinan di awal kampanye
mereka. Semakin cepat Kamu memiliki sekelompok orang dengan keterampilan yang solid, pengalaman,
dan investasi dalam proyekmu, semakin cepat Kamu menjadi sebuah tim.Sehingga akan memungkinkan
tim tersebut untuk melakukan pertemuan rutin, keputusan yang jelas dan akuntabilitas yang
memungkinkan tujuan terlaksana atau tercapai. Kamu tentu tidak membangun sebuah kampanye yang
memobilisasi 500 anak muda dengan merekrut mereka semua sendirian. Oleh karena itu, sangat penting
untuk memastikan bahwa Kamu memiliki orang-orang yang berkomitmen di sekelilingmu yang saling
berbagi tugas dan tanggung jawab.
Tim kepemimpinan menawarkan model struktural dimana semua orang bekerja sama dan saling
membutuhkan kepemimpinan satu sama lain. Hal ini berarti bahwa individu dapat bekerja menuju
hasil yang jelas secara bersama-sama, dimana setiap orang mengambil peran tertentu dalam tim.
Selain itu, tim kepemimpinan yang baik harusnya dapat mengenali bakat/keahlian unik dari individuindividu yang membentuk tim dan mengalokasikan tugas sesuai bakat/keahlian tersebut.
Tanda-tanda tim tidak bekerja secara efektif:
• Kamu sedang berada di pertemuan tim, kemudian kamu menyadari bahwa tidak pernah jelas persis
siapa dapat kamu andalkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Dan biasanya satu atau dua
orang yang pada akhirnya melakukan semua pekerjaan.
• Setiap kali Kamu perlu mengambil keputusan, selalu saja ada beberapa informasi, keterampilan
penting yang tidak diketahui.
• Sepertinya selalu ada dua orang yang berbeda pendapat di setiap pembicaraan apapun.
• Kamu bicara, bicara dan terus bicara, namun pada akhirnya tidak tercapai kesepakatan
sepertinya setiap orang memiliki ide yang berebeda tentang hal yang dibicarakan.
dan
• Semuanya terlihat tidak terorganisasi. Orang-orang bersikap apatis, terbagi, bingung, pasif sampai
akhirnya terjadi krisis yang membuat semuanya semakin buruk.
• Orang-orang muncul untuk waktu sementara, kemudian berjuang untuk memahami yang terjadi,
namun kemudian cepat atau lambat kebanyakan dari mereka menyerah dan tidak datang lagi.
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
Jadi kenapa orang-orang tidak bekerja dalam tim?
Kita semua pernah menjadi bagian dari tim yang tidak bekerja dengan baik. Yakni anggota tim terbagi
atas kelompok-kelompok yang saling mengasingkan diri, atau semua pekerjaan jatuh pada satu orang.
Banyak dari kita yang pada akhirnya berkata: Aku akan melakukan sesuai keinginanku; Aku benci
pertemuan, cukup katakana saja apa yang harus kulakukan; Saya tidak menginginkan tanggung jawab
apapun. Hal-hal ini membuat tim menjadi sulit untuk bekerja secara baik dan efisien, dan biasanya
pekerjaan menjadi korbannya.
Inilah masalahnya: kita tidak akan cukup kuat untuk melakukan apa yang perlu kita lakukan jika kita
tidak bisa bekerja sama. Tantangannya adalah menciptakan kondisi dimana tim kepemimpinan kita
mampu menghasilkan kolaborasi sukses dan tindakan strategis. Kamu dapat memenuhi tantangan ini
dengan memastikan tim kepemimpinan Kamu dirancang dengan baik. Dimana anggota tim tidak bertindak
apatis, melainkan termotivasi. Alih-alih terpecah, mereka akan berkomitmen untuk bekerja sama atas
nama kepentingan bersama. Daripada bingung, apa yang dilakukan menjadi jelas. Alih-alih menjadi
reaktif, orang akan bertindak dengan tujuan. Alih-alih terjebak dalam kepasifan, orang yang terlibat
dalam membuat perubahan.
Berikut merupakan beberapa kualitas yang dimiliki tim yang efektif:

Tim stabil, dengan batas-batas yang jelas. Kamu bisa menyebutkan nama-nama orang yang
terlibat didalamnya dan mereka bertemu secara rutin. Tim ini tidak terdiri atas orang-orang yang
berbeda setiap pertemuan. Anggota tim tidak berubah terlalu cepat namun juga ada kesempatan
bagi orang baru untuk bergabung dengan tim.

Tim memiliki keberagaman identitas, pengalaman dan opini, yang menjamin setiap orang
membawa cirri khas dan keahliannya. Tim memiliki sedikit anggota untuk bekerja secara efisien
namun juga memiliki keberagaman perspektif dan keterampilan.

Tim memiliki norma yang jelas. Tim menyusun harapan-harapan yang jelas yang akan membuat
setiap anggota tim saling menghargai dan membangun satu sama lain. Hal-hal yang dilakukan dan
tidak akan dilakukan, dan bagaimana tim mampu memperbaiki diri jika norma dan harapan tidak
dipatuhi.

Teori perubahan menjadi pengarah dari kerja tim. Setiap anggota tim memahami gol dan
memilliki pemahaman yang sama tentang hal tersebut.

Tim bekerja secara interdependen. Dimana setiap orang berbagi pekerjaan yang setara,
memahami bahwa bagian pekerjaannya dibutuhkan oleh setiap anggota tim untuk mencapai gol
utama.

Pekerjaan yang dimulai merupakan pekerjaan yang bermakna yang menggunakan bakan individu
(variasi keterampilan dan otonomi), memberikan umpan baik tentang pekerjaan yang dilakukan
oleh setiap orang (pengetahuan tentang hasil), serta memungkinkan setiap orang untuk
berkontribusi mencapai gol (keseluruhan tugas).

Pemimpin dan anggota tim mencari kesempatan untuk memberikan pendampingan yang
memotivasi, memberikan pedoman tentang bagaimana cara mengevaluasi dan melaksanakan
strategi, serta mengajarkan keterampilan lain. Berikut beberapa bentuk pendampingan:
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
o Pendampingan motivasi, meningkatkan tingkat kinerja tim
o Pendampingan konsultatif, membantu perencanaan, evaluasi, dan pelaksanaan strategi tim
o Pendampingan edukatif, membantu tim belajar dari pekerjaan yang dilakukan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
Dengan demikian, keberhasilan atau kegagalan seseorang akan berdampak pada semua. Salah satu cara
untuk mendorong saling ketergantungan adalah dengan memberikan peran yang jelas yang menekankan
pentingnya mencapai tujuan. Tim yang baik akan berkoordinasi dan saling membantu. Anggota tim yang
baik akan berkomunikasi dengan baik ketika mereka membutuhkan bantuan dan memastikan untuk
meminta bantuan sebelum sesuatu menjadi darurat.
Pikirkan terakhir kali Kamu bekerja dalam sebuah proyek dengan sekelompok orang. Tanyakan kepada
dirimu pertanyaan-pertanyaan berikut:
• Berapa banyak pemimpin yang kamu lihat melakukan pekerjaan kepemimpinan?
• Apakah ada satu "pemimpin" yang terhubung dengan setiap seperti halnya jari-jari sepeda
terhubung dengan cakram ban sepeda? Atau apakah ada banyak "pemimpin" terhubung dengan
pemimpin lainnya dan dengan anggota lain, sehingga menghasilkan beberapa pusat koordinasi,
inspirasi dan tindakan?
• Apakah beberapa orang "pengikut" dalam beberapa konteks dapat menjadi “pemimpin” yang
memiliki “pengikut” Atau beberapa orang selalu menjadi "pemimpin" dan yang lain selalu menjadi
"pengikut"?
• Apakah itu "kepemimpinan baik" atau itu "kepemimpinan yang buruk"?
• Apa yang bisa dilakukan secara berbeda untuk membuatnya "kepemimpinan baik" jika memang
kamu menganggap kepemimpinan tersebut belum baik?
Tanyakan pada dirimu pertanyaan-pertanyaan mendasar berikut: apakah Kamu bersedia dan mampu
mengurangi kontrol sehingga menciptakan ruang bagi orang lain untuk memimpin? Sebagai pemimpin tim,
penting bahwa Kamu terorganisasi dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas Kamu. Namun, itu juga
penting bagi Kamu untuk mendelegasikan tugas kepada anggota kelompok, sehingga pekerjaan ini terbagi
dan tim ini mendapatkan keterampilan untuk mencapai tujuan.
Dan jika Kamu sudah siap, bagaimana melakukannya?
Banyak pemimpin mungkin tidak ingin menganggap diri mereka sebagai pengikut. Sering orang
mengatakan bahwa kita semua adalah pemimpin ... atau seharusnya. Kepemimpinan sangat dipuji, tapi
tidak ada yang mengatakan apa-apa tentang menjadi konstituen yang baik, kolaborator, atau warga
negara. Tetapi organisasi yang bergantung pada aksi kolektif bisa efektif hanya jika setiap orang
menerima peran sebagai kepemimpinan ataupun pengikut. Kita mungkin memainkan peran memimpin
untuk sebuah proyek dan memainkan peran pengikut untuk proyek lainnya.
Yang paling penting, pemimpin menerima tanggung jawab untuk "seluruh" (seluruh tim, seluruh proyek,
seluruh pekerjaan), sementara anggota tim atau konstituen menerima tanggung jawab untuk "bagian"
dari keseluruhan. Kepemimpinan dapat berubah menjadi dominasi jika pemimpin gagal untuk menahan
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
diri dan saling bertanggung jawab.
Rekrutmen
Untuk mengidentifikasi pemimpin kita perlu mencari mereka. Siapa orang-orang yang memiliki pengikut?
Siapa yang membawa orang lain ke dalam pertemuan? Siapa yang yang direkomendasikan untuk ditemu?
Pemimpin dapat ditemukan dalam kelompok-kelompok olah raga, organisasi kecil, remaja mesjid/gereja.
Jadi, dimana Kamu akan mencari pemimpin-pemimpin di sekitarmu?
Meskipun memimpin adalah masalah "melakukan" dan bukan "menjadi" - dan orang-orang melakukan
pekerjaan kepemimpinan dengan cara yang berbeda - ada beberapa petunjuk yang mungkin perlu Kamu
ketahui. Sulit bagi orang yang tidak belajar untuk menjadi pendengar yang baik untuk menjadi
penyelenggara yang baik. Kamu harus memahami kepentingan konstituenmu (orang yang kamu wakili) ¬
jika Kamu ingin membantu mereka bertindak atas kepentingan mereka. Mendengarkan berarti belajar
untuk memahami perasaan - empati - .
Merekrut pemimpin berarti memberikan orang kesempatan untuk mendapatkan kepemimpinan. Karena
pengikut menciptakan pemimpin, mereka tidak dapat menunjuk diri mereka sendiri dan Kamu tidak bisa
menunjuk mereka. Maka, yang dapat Kamu lakukan adalah menciptakan kesempatan bagi orang untuk
menerima tanggung jawab kepemimpinan dan mendukung mereka dalam belajar bagaimana untuk
memenuhi tanggung jawab tersebut. Misalnya jika meminta dua orang anggota tim untuk merekrut 5
orang untuk menghadiri seminarmu. Maka, mereka mendapatkan kepemimpinan dengan cara membawa
orang-orang ke pertemuan.
Kita mampu melakukan penilaian yang baik tentang siapa yang harus dipilih dengan mengambil risiko,
membuat pilihan, mengalami kesuksesan dan kegagalan, dan belajar dari pengalaman ini. Tidak ada
"aturan buku" untuk sampai ke tahapan menjadi penilai yang baik, tetapi jika Kamu takut mengambil
risiko dalam membuat pilihan, Kamu tidak pernah belajar untuk membuat pilihan yang baik.
Berikut beberapa pertanyaan yang perlu kamu tanyakan pada dirimu sendiri:
•
Bagaimana Kamu memilih kepada siapa kamu mendelegasikan tugas?
•
Apakah Kamu memilih karena mereka yang tersedia atau karena mereka orang yang tepat untuk
pekerjaan tersebut?
•
Apakah kamu memilih mereka karena mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan karena
sebelumnya Kamu telah bekerja bersama mereka atau karena mereka "tampak seolah-olah bisa
belajar apa yang harus dilakukan" dengan pendampingan yang baik?
•
Atau apakah Kamu memilih mereka karena Kamu "mendengar" mereka mampu bekerja dengan
baik? Dari siapa?
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
Berbagi tugas dan meningkatkan keterlibatan dalam proyek
Gambar Bintang Laut dan Laba-laba yang dibuat oleh Ori Brafman dan Rod A. Beckstrom, mengambarkan
desentralisasi kekuatan dalam jaringan, organisasi, perusahaan dan pergerakan.
Ide dasarnya adalah jika salah kaki dari laba-laba putus maka laba-laba akan menjadi lumpuh. Jika
kepalanya putus maka laba-laba itu akan mati. Di sisi lain, jika kaki bintang laut putus, maka kaki
tersebut akan tumbuh kembali.
Coba lihat kedua struktur organisasi ini, yang mana yang paling memberikan dampak? Satu pemimpin
berada di tengah, dimana semua orang bergantung tanpa ada koordinasi diantara anggota tim? Atau
struktur dimana pemimpin mendelegasikan kewenangan kepada tim kecil untuk berkolaborasi dengan
anggotanya. Keterlibatan lebih luas dapat bermanfaat untuk menjamin adanya adaptasi tanggung jawab
terhadap situasi proyek terhadap situasi tertentu.
Dalam sebuah hubungan keanggotaan, semakin luas kita membagi tanggung jawab maka semakin besa
juga hasil yang mungkin di dapat dan juga semakin banyak sumber daya. Saat banyak orang berkontribusi
dalam program maka masing-masing akan merasa termotivasi dalam menjalankan proses dan hasil
proyek.
Gambar 2. Sturktur Desentralisasi Kekuatan Laba-laba dan Bintang Laut
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
Gambar 3. Proses-proses dalam Organisasi
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim
[2012]
Kesimpulan
Peran Manajer Proyek sangat penting. Namun, penting untuk diingat bahwa Manajer Proyek hanya satu
anggota tim. Proyek yang sukses adalah proyek dimana dimana Manajer Proyek mampu
mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan anggota proyek untuk mendukung pencapaian tujuan
proyek, di mana tugas-tugas didelegasikan dan tanggung jawab secara jelas dinyatakan. Selain itu, waktu
dan uang juga digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi tujuan proyek.
Aliansi Remaja Independen
E-Course
Aliansi Remaja Independen | www.aliansiremajaindependen.org
MODUL
E-COURSE
MONITORING DAN EVALUASI UNTUK ADVOKASI
Disusun oleh Rahardhika Arista | @rahardhika
“Monitoring dan Evaluasi untuk Advokasi”
Modul E-Course
Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan Advokasi
by: Rahardhika Arista
Email: [email protected]
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
Tujuan Pembelajaran:
Pada modul ini kamu akan:




Mempelajari dasar-dasar monitoring dan evaluasi
Mempelajari cara menerapkan monitoring dan evaluasi pada aktivitas advokasi
Menentukan pembelajaran (learning) dari proses maupun hasil advokasi
Membuat sistem monitoring dan evaluasi untuk advokasi
#1. Apa itu Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (PME)?
Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menyediakan gambaran yang utuh dan sistematis mengenai suatu
pengelolaan program. Perencanaan program terdiri dari rencana alokasi sumber
daya dan penyusunan strategi sehingga tujuan (goal) program dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Monitoring dan evaluasi memegang peran untuk mengontrol
berjalannya pengelolaan program (controlling) serta menjadi sumber pembelajaran
selama program dijalankan.
Secara sederhana, monitoring dapat berwujud pemberian umpan balik
secara berulang kali dan dibuat untuk memberikan perbaikan selama program
berlangsung melalui manajemen program (Nemuan, 2003:27). Pada praktiknya,
monitoring merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk
meyakinkan bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan sejalan dengan rencana yang
sudah dibuat substansi, waktu, dan biaya-biayanya (UFBR, 2011:5). Tujuan dari
monitoring ini adalah untuk meningkatkan performa program yang dievaluasi
melalui pembelajaran terhadap pengalaman yang telah dialami selama
mengerjakan program. Selain itu, monitoring ini umumnya dilakukan berulangkali
terhadap isu yang sama secara berkala (Dale, 1998: 34). Kegiatan monitoring ini
dapat dilakukan oleh pihak pengelola secara internal maupun melibatkan pihak lain
(eksternal). Berbeda dengan monitoring, evaluasi dilakukan untuk mencari tahu
dampak dari implementasi suatu program yang telah selesai dilaksanakan
(Neuman, 2003:27). Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk pembelajaran dalam
perencanaan program selanjutnya dan implementasi program yang sama atau
hampir sama pada subyek program yang berbeda. Pada umumnya evaluasi ini
dilakukan atas dasar kepentingan pengelola program untuk menyampaikan hasil uji
akuntabilitas program kepada pihak yang bertanggung jawab atau penyandang
dana (Dale, 1998: 34).
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
“Monitoring adalah proses yang terus menerus dilakukan untuk
meyakinkan bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan sejalan
dengan rencana yang sudah dibuat baik substansi, waktu, dan
biaya-biayanya.”
“Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan secara periodik tentang
bagaimana kita mengerjakan program dan bagaimana pencapaian
diwujudkan.”
#2. Mengapa melakukan PME?
Mendukung implementasi
program
•
•
•
•
Berkontribusi dalam
pembelajaran organisasi
dan membagikan
pengetahuan
•
•
•
•
Meningkatkan
akuntabilitas organisasi

•
Mempromosikan dan
Merayakan aktivitas kita

Membantu mengidentifikasi masalah dan
penyebabnya
Membantu menemukan solusi terhadap masalah
yang dihadapi
Memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai
strategi program
Mendorong kita untuk merefleksikan ke arah mana
kita akan pergi dan bagaimana menuju ke sana
Menyediakan informasi dan ide-ide
Mendorong kita bertidak sesuai dengan informasi
dan ide-ide yang muncul
Mendorong kita melakukan aktivitas berdasarkan
bukti-bukti
Meningkatkan kelanggengan program
Meningkatkan akuntabilitas kepada pemanfaat ,
donor, maupun pemangku kepentingan
Meningkatkan pemahaman bagaimana kita
berkontribusi membuat perubahan
Memotiviasi kita untuk memperbaiki program
Sumber: (UFBR, 2011: 5)
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
#3. Monitoring dan Evaluasi untuk aktivitas Advokasi
Nah, pada penjelasan sebelumnya, pembahasan tentang dasar-dasar monitoring
dan evaluasi lebih banyak merujuk pada implementasi program secara umum. Pada
bagian ini penjabaran tentang monitoring dan evaluasi akan difokuskan pada
strategi dan aktivitas-aktivitas advokasi.
Melakukan monitor dan mengevaluasi keberhasilan berdasarkan dampak advokasi
adalah pekerjaan yang menantang. Beragamnya aktivitas advokasi dan pihak-pihak
yang terlibat merupakan salah satu tantangannya. Selain itu, tantangn lain adalah
hasil dari aktivitas advokasi yang tidak mudah untuk diukur, ada hasil langsung dan
tidak langsung. Hasil langsung dapat berupa persetujuan pemerintah untuk
mengubah kebijakan, sedangkan hasil tidak langsung seperti terciptanya
lingkungan yang mendukung kegiatan, tentu tidak mudah untuk dievaluasi. Pada
beberapa pengalaman advokasi, aktivitas ini bisa jadi memiliki jangka waktu yang
sangat lama untuk mencapai tujuannya yakni merubah suatu kebijakan. Oleh
karena itu monitoring dan evaluasi aktivitas advokasi dapat menuntut kerangka
kerja yang luas serta rancangan instrumen yang kompleks (EDAIS, 2003:2).
Dalam hal advokasi, definisi monitoring adalah upaya mengumpulkan informasi
mengenai aktivitas-aktivitas advokasi dengan tujuan untuk menilai apakah hal-hal
yang kita kerjakan masih sejalan dengan tujuan yang ingin kita capai. Sedangkan
evaluasi merupakan upaya menganalisa informas-informasi yang telah terkumpul
pada suatu rentang waktu (biasanya 6 bulan sekali) untuk menilai dampak dari
advokasi serta sejauh mana pencapaian tujuan advokasi (ECC, 2010).
Tantangan dalam melakukan monitoring dan evaluasi untuk advokasi



Jangka waktu yang panjang. Kerja advokasi bisa memakan waktu yang
sangat lama sebelum tujuan utamanya dapat tercapai. Oleh karena itu
diperlukan tujuan-tujuan jangka pendek yang perlu disusun dalam suatu
perencanaan advokasi sehingga pencapaian tujuan dapat dengan mudah
dimonitor.
Kompleksitas. Advokasi meliputi bermacam-macam aktivitas, mulai dari
pertemuan-pertemuan dengan pemangku kebijakan, lobi, kampanye, hingga
monitoring implementasi kebijakan. Oleh karena itu, penting untuk
mengembangkan strategi monitoring yang sederhana namun dapat
mencakup semua jenis aktivitas.
Klaim keberhasilan. Kegiatan advokasi tentu tidak dapat dikerjakan seorang
diri, advokasi melibatkan kontribusi dari berbagai pihak dari beragam latar
belakang. Selain itu, perubahan kebijakan juga bisa jadi dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal. Oleh karena itu, kita tidak bisa melakukan klaim
bahwa aktivitas advokasi yang kita lakukan merupakan satu-satunya hal yang
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
mempengaruhi berubahnya suatu kebijakan. Lalu bagaimana kita bisa
mengevaluasi keberhasilan dari kerja advokasi kita? Caranya adalah dengan
mengukur sejauh mana kegiatan-kegiatan yang kita lakukan memberikan
dampak-dampak khusus serta mengidentifikasi pihak mana saja yang turus
serta berkerja dalam mewujudkan tujuan advokasi yang telah kita buat.
Bagaimana melakukan Monitoring untuk advokasi?
Setiap kerja advokasi harus dimonitor secara berkala dan berkelanjutan yang
meliputi kegiatan-kegiatan berikut;






Menentukan indikator keberhasilan. Pada kondisi apakah suatu kerja
advokasi dapat dikatakan berhasil.
Melakukan pertemuan dengan tim yang membahas bagaimana merespon
perubahan-perubahan yang signifikan, baik yang diharapkan maupun yang
tidak diharapkan dalam area advokasi.
Menyediakan kesempatan rutin dalam pertemuan untuk mengkomunikasikan
dan membagi pembelajaran dari setiap kegiatan advokasi yang telah
dilakukan oleh anggota tim.
Mendokumentasikan proses yang berlangsung dalam kerja advokasi sebagai
bahan untuk menyusun pembelajaran dari setiap pengalaman untuk
meningkatkan kerja advokasi di masa depan. Dokumentasi ini dapat berupa
catatan hasil pertemuan, kebijakan-kebijakan yang relevan dengan kerja
advokasi, testimoni, catatan refleksi pelaku kegiatan, atau hal-hal lain yang
relevan.
Menyediakan hasil monitoring berupa laporan singkat perkembangan kerja
advokasi kepada donor, jaringan, pembuat kebijakan dan pihak-pihak lai,
Hal ini diperlukan agar setiap pihak yang bekerja bersama-sama dengan kita
mendapatkan update mengenai kondisi area kebijakan yang kita advokasi.
Monitoring harus dilakukan oleh anggota tim yang memang terlibat dalam
proses kerja advokasi. Biasanya tidak hanya dilakukan oleh satu orang saja,
melainkan melibatkan seluruh anggota tim kerja advokasi. Namun, perlu
dipertimbangkan untuk menunjuk satu orang yang berperan mengkoordinir
monitoring. Proses ini bisa saja melibatkan penilaian dari pihak luar yang
bekerja sama dalam kerja advokasi. Kegiatan monitoring ini meliputi
pengumpulan informasi berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun
dalam perencanaan kerja advokasi (ingat materi tentang merencanakan
advokasi pada modul sebelumnya).
Monitoring untuk advokasi juga meliputi kegiatan pengumpulan dan analisa
informasi yang berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya:

Isu internal: Monitoring ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana
keterlibatan anggota tim dan partner dalam kerja advokasi, hal-hal apa
dalam perencanaan yang sudah dan belum dikerjakan, serta bagaimana
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen



kegiatan-kegiatan dalam kerja advokasi diimplementasikan. Informasi
internal ini perlu dilakukan secara rutin untuk dapat menyarikan
pembelajaran bagi kegiatan selanjutnya.
Isu eksternal: Meliputi perubahan-perubahan kunci pada lingkungan di mana
kebijakan diterapkan, serta kejadian-kejadian penting yang mungkin
berimbas pada tujuan advokasi yang telah disusun dalam perencanaan.
Isu kolaboratif: Meliputi informasi tentang bagaimana kerja advokasi
terhubung dan dapat dikerjakan bersama-sama dengan jaringan yang
relevan, juga sejauh mana paryner-partner organisasi terlibat dalam upaya
pencapaian tujuan. Informasi ini penting untuk melakukan manuvermanuver dalam beraliansi untuk melakukan kerja advokasi.
Isu pencapaian: Kemajuan apakah yang telah kita buat sevagai tim advokasi
dalam mewujudkan tujuan utama dan tujuan-tujuan jangka pendek
(objektif) \ kerja advokasi?
Adalah hal yang penting untuk mengidentifikasi nilai-nilai serta pendapat-pendapat
dari pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam kerja advokasi di semua level.
Tujuan utama dari monitoring adalah untuk menilai apakah perencanaan strategi
advokasi yang telah dibuat perlu diubah sebagai respon atas perubahan yang
terjadi? Bagaimanapun juga, tidak dapat kita mungkiri bahwa perubahan dalam
area kebijakan sangat mungkin terjadi secara tiba-tiba, tantangan dapat kapan
saja muncul, serta kesempatan-kesempatan secara mendadak muncul dan sangat
terbuka.
Berikut akan disajikan pengalaman ARI dalam melakukan monitoring suatu kegiatan
dalam kerja advo.
Monitoring ARI: Borang Laporan Kegiatan
Tujuan utama dari monitoring adalah memastikan setiap aktivitas yang dilakukan masih relevan atau
sejalan dengan tujuan program yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Selain itu, monitoring
juga merupakan kegiatan yang memungkinkan pengelola program mengumpulkan pembelajaran
(learning) atas aktivitas yang dilakukan dalam implementasi program. Pembelajaran ini menjadi hal
yang sangat penting untuk digali dan didokumentasikan untuk memperbaiki kinerja pengelola
program dan kemungkinan re-strategi terhadap keseluruhan program. Misalnya dalam menjalankan
aktivitas advokasi kepada Kementrian Kesehatan, ARI mengadakan kegiatan Youth Expo yang
diharapkan dapat mempertemukan pihak kementerian Kesehatan dan anak-anak muda. Fungsi
monitoring berjalan selama kegiatan tersebut dirancang hingga kegiatan tersebut selesai
dilaksanakan. Dalam contoh tersebut, monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan
Youth Expo relevan dengan desain program SRHR dalam hal advokasi. Selanjutnya, monitoring juga
dilakukan untuk menggali pembelajaran apa yang didapat ARI dalam menjalankan kegiatan tersebut.
Pembelajaran ini dapat berupa deskripsi analisis SWOT maupun ide-ide baru yang dapat diterapkan
untuk pelaksanaan program berikutnya.
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
ARI telah mengembangkan mekanisme monitoring kegiatan yang terrangkum dalam borang atau
isian laporan kegiatan. Laporan kegiatan ini dibuat setelah anggota ARI melakukan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan langsung dengan tujuan program. Laporan ini kemudian didokumentasikan oleh
bagian PME ARI yang selanjutnya dikelola sebagai satu kesatuan monitoring ARI.
Berikut adalah borang laporan kegiatan yang dimaksud:
ALIANSI REMAJA INDEPENDEN
(INDEPENDENT YOUNG PEOPLE ALLIANCE)
Ditulis oleh: (Isi Nama Kamu)
Ringkasan Laporan Perjalanan | Ringkasan
aktivitas | Ringkasan Program
(Pilih salah satu ya)
(Tanggal): (tanggal kegiatan)
Peserta | Fasilitator| Moderator | Konsultan pada:
(pilih salah satu, dan isi dengan judul kegiatan)
(Dari)…… (Ke ………| Di…….(pilih salah satu, isi
dengan tempat kegiatan)
Rekan Kerja:
Total biaya kegiatan
Isi dengan jumlah biaya kegiatan
(isi dengan nama rekan seperjalanan,
asisten, atau anggota tim dari ARI)
Tujuan Kegiatan:

Diisi dengan menuliskan tujuan kegiatan
Luaran Kegiatan
 Diisi dengan menjawab pertanyaan: Apa saja yang didapatkan setelah menjalani kegiatan ini?
Apakah ada output berupa dokumen, petisi, rencana kerja, kontrak kerjasama, dsb? Bila ya, tolong
lampirkan pada akhir summary ini.
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
Ringkasan Kegiatan:
Merupakan ringkasan dari kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
Jika kegiatan berupa konferensi, workshop, atau diskusi, mohon meringkas seluruh materi yang diberikan
setiap hari nya. Usahakan memuat unsur 5 W+1 H.
Jika kegiatan berupa fasilitasi atau konsultansi, mohon meringkas isi materi yang disampaikan dan
tanggapan peserta terhadap pemateri, khusunya hasil diskusi.
Rekomendasi:
Rekomendasi umum maupun khusus yang ditujukan kepada pemerintah maupun stakeholder lain berdasarkan
analisa kamu setelah menjalani aktivitas.
Tindak Lanjut setelah Kegiatan:
Langkah-langkah tindak lanjut yang memang menjadi komitmen bersama dalam aktivitas yang dilakukan,
atau hal-hal yang kamu usulkan agar bisa ditindaklanjuti bersama dengan ARI.
Pembelajaran untuk ARI:
(bagian ini memuat penjelasan tentang bagaimana kegiatan yang dilakukan teman-teman bisa menjadi
pelajaran bagi ARI? Apa yang bisa dipelajari dari acara atau organisasi penyelenggara untuk pengembangan
ARI? Apa opini pribadi kamu tentang kegiatan ini (nyinyir alus tapi formal boleh juga loh)?
Peserta Kegiatan (diisi dengan mengacu pada daftar hadir kegiatan)
Nama
Kegiatan
Topik
Utama
Jumlah dan Tipe Peserta
Perempuan
10-24
tahun
Lakilaki
10-24
tahun
Transgender
10-24 tahun
perempuan
24+
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
Lakilaki
24+
Pimpinan komunitas
(L/P)
Sebutkan secara
rinci posisi
pimpinan tersebut
dan jenis
kelaminnya
Bagaimana melakukan evaluasi untuk advokasi?
Berbeda dengan monitoring yang adalah proses yang dilakukan terus-menerus,
evaluasi dilakukan pada titik waktu tertentu. Evaluasi dapat dilakukan pada
tengah-tengah periode kerja advokasi atau setelah kerja advokasi selesai
sepenuhnya dikerjkan.
Adapun hal-hal yang dilakukan dalam evaluasi meliputi:





Evaluasi terhadap kemajuan kerja advokasi berdasarkan objektif atau
tujuan-tujuan yang telah direncanakan.
Menarik pembelajaran mengenai hal-hal apa saja yang berjalan dengan baik
dan hal-hal apa yang perlu diadaptasi.
Menunjukkan strategi-strategi mana yang inovatif dan efisien selama
mengimplementasikan strategi advokasi.
Menujukkan hasil dan dampak dari kerja advokasi kepada donor, partner,
pembuat kebijakan serta pemangku kepentingan lainnya. Biasanya dalam
bentuk laporan yang dapat diakses oleh publik.
Menghasilkan rekomendasi terkait dengan ketersediaan sumber daya dan
dukungan-dukungan politik dalam kerja advokasi.
Evaluasi formal idealnya harus melibatkan perwakilan dari semua pemangku
kepentingan yang terlibat dalam kerja advokasi, baik internal maupun eksternal.
Mulai dari anggota tim kerja, anggota aliansi, subyek sasaran advokasi (pembuat
kebijakan), serta kelompok masyarakat yang menerima manfaat dari hasil
advokasi.
Sebagai tambahan, evaluasi harus fokus pada perubahan-perubahan yang berhasil
dibuat dari kerja advokasi. Oleh karenanya sangat penting untuk menyarikan
pembelajaran-pembelajaran yang didapat selama kerja advokasi dan bagaimana
pembelajaran tersebut dapat diplikasikan pada tahun kerja berikutnya. Dokumen
evaluasi ini harus dibagikan kepada semua anggota tim serta partner kerja
lainnnya.
Seperti yang telah diulas sebelumnya, mengevaluasi kerja advokasi adalah suatu
tantangan yang cukup rumit jika tidak kita lakukan dengan spesifik. Dengan
demikian perlu dibuat pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengakomodir semua
jenis kerja advokasi. Berikut beberapa contoh yang dapat digunakan:



Dalam hal apakah tujuan-tujuan yang telah direncanakan telah tercapai?
Apakah tujuan ini masih menjadi prioritas dalam kerja advokasi?
Bagaimana objektif-objektif yang ada mengalami perubahan selama kerja
advokasi? Mengapa perubahan itu perlu dilakukan?
Dampak apa yang telah dapat dirasakan oleh komunitas?
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen


Faktor-faktor apakah yang berkontribusi pada keberhasilan maupun
kegagalan?
Hal-hal apa sajakah yang perlu diubah di masa depan sehingga kinerja
advokasi dapat lebih optimal?
Berikut akan disajikan salah satu instrumen evaluasi internal yang
dikembangkan oleh PME Aliansi Remaja Independen:
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
Evaluasi Internal Aktivitas Advokasi ARI: Penyusunan
Laporan
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui dampak dari implementasi program. Program yang dimaksud
adalah rangkuman dari keseluruhan kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Jadi alur berpikirnya adalah suatu program direncanakan (planning)
berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam cakupan dan
waktu tertentu. Dalam mencapai tujuan program, pengelola menetapkan hasil (goal) melalui
dampak-dampak yang diharapkan muncul (outcome) setelah implementasi program. Dampakdampak tersebut dapat diwujudkan setelah adanya luaran (output) dari setiap kegiatan yang
dilakukan.
Evaluasi yang dilakukan berada pada level dampak atau outcome. Oleh karena itu, evaluasi biasanya
dilakukan di akhir implementasi program, atau dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Salah satu
wujud dari evaluasi adalah penulisan laporan yang berisi rangkuman dari seluruh aktivitas
monitoring yang ada serta pembelajaran-pembelajaran yang didapat untuk perbaikan program.
Laporan ini memiliki banyak kekuatan selain menolong pengelola program untuk
mempertimbangkan strategi di masa depan. Laporan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelola
program di hadapan mitra maupun donor serta meningkatkan pemahaman tentang sejauh mana
program berkontribusi terhadap perubahan.
ARI telah menyiapkan borang evaluasi yang dapat digunakan untuk menyediakan data secara
sistematis guna menyusun laporan:
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
FORM EVALUASI PROGRAM
ARI DAERAH
Jumlah Jaringan yang dimiliki oleh ARI
Daerah……………:
Yang dimaksud jaringan adalah jaringan yang berkontribusi mendukung program kerja advokasi dan
secara aktif diikuti oleh ARI daerah sebagai organisasi, bukan personal. Yang dimaksud aktif adalah
paling tidak ada pertemuan sebanyak 4 kali dalam satu tahun.
Tabel Jaringan Baru ARI Daerah 2012
Nama Jaringan
Tipe Jaringan
-
SRHR atau
jaringan lembaga
Non-Pemerintah
Level lokal atau
nasional
Formal atau
informal
Peran ARI Daerah di
dalam jaringam
Keanggotaan sejak
tahun?
Anggota organisasi lain yang dilatih untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian mereka
terkaiy SRHR
Nama
Kegiatan
Pelatihan
Jumlah
peserta
perempuan
Jumlah
peserta
lakilaki
Jumlah
peserta
transgender
Jumlah peserta berdasarkan jenis
organisasi asal peserta
Organisasi
lokal
Jaringan
lokal
Komunitas
lokal
Lainnya
Mohon diberikan penjelasan untuk setiap aktivitas melalui isian berikut ini:
Hal-hal baik apa yang menurutmu mendukung keberhasilan kegiatan terebut? (cantumkan juga
kutipan kesan-pesan peserta yang kamu latih, *bisa ditanyakan lewat sms ya ke pesertanya yang
dulu*)
Hal apa yang menjadi tantangan atau kendala bagi kamu dalam menjalankan aktivitas ini?
Hal-hal apa yang menurutmu bermanfaat bagi ARI dari aktivitas ini? adakah ide-ide perbaikan atau
perencanaan yang didapat dari aktivitas ini?
Keterlibatan ARI Daerah dalam pertemuan Advokasi
Pertemuan advokasi yang dimaksud merujuk pada pertemuanyang mana ARI mengambil peran
untuk merubah kebijakan atau mengusulkan sesuatu yang baru dalam suatu kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah. Misalnya, pertemuan advokasi membahas alokasi APBD untuk remaja,
pembahasan kebijakan pendidikan kespro di sekolah, dsb.
Nama Pertemuan
Pertemuan
dengan?
Topik Utama
Level (centang saja)
Local
Regional
National
Jelaskan hasil dari pertemuan-pertemuan ini:
Tabel Partisipasi dalam kegiatan peningkatan kesadaran tentang SRHR pada level komunitas
Kegiatan peningkatan kesadaran tentang SRHR ini merupakan kegiatan yang ditujukan kepada
khalayak, misalnya diskusi, seminar, kampanye, dsb
Nama
Topik
Jumlah dan Tipe Peserta
Kegiatan
Utama
Perempuan
10-24
tahun
Lakilaki
10-24
tahun
Transgender
10-24 tahun
perempuan
24+
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
Lakilaki
24+
Pimpinan
komunitas
(L/P)
Sebutkan
secara rinci
posisi
pimpinan
tersebut dan
jenis
kelaminnya
Tabel Orang yang dijangkau dalam aktivitas peningkatan kesadaran tentang SRHR melalui media
Pengisi Form: Setia, Sofyan, Via, Nia
Jenis Media
Topik Utama
Perkiraan jumlah orang yang terjangkau
Radio streaming
TV appearance
ARI’s website
Twitter
Mohon mengisi isian mengenai upaya-upaya ARI Daerah dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif dalam mendukung isu SRHR berikut ini:
Hal-hal baik apa yang menurutmu mendukung keberhasilan kegiatan terebut? (cantumkan juga
kutipan kesan-pesan orang yang terjangkau media, atau terekspose isu SRHR dari ARI)
Hal apa yang menjadi tantangan atau kendala bagi kamu dalam menjangkau orang-orang dalam
meningkatkan kesadaran tentang SRHR?
Hal-hal apa yang menurutmu bermanfaat bagi ARI dari aktivitas penjangkauan ini? adakah ide-ide
perbaikan atau perencanaan yang didapat dari aktivitas ini?
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
#3. Sumber-sumber bacaan lain mengenai monitoring dan
evaluasi untuk advokasi
Berikut sumber-sumber yang dapat diakses secara gratis untuk memperkaya
pemahaman mengenai advokasi dari beragam isu. Selain itu, terdapat beberapa
instrumen monitoring dan evaluasi yang tersedia secara online dan dapat
didwonload.
Publications on advocacy
A new weave of power, people and politics: the action guide for advocacy and citizen
participation. VeneKlasen, L. and Miller, V. World Neighbors 2002 excerpts and ordering
info at: www.justassociates.org/ActionGuide.htm
This new field manual provides a well tested approach for promoting citizen participation.
It is designed for people and organisations grappling with issues of power, politics and
exclusion. It breaks down the traditional boxes separating human rights, rule of law,
development, and governance, and reconnects them in order to create an integrated
approach to rights-based political empowerment. A New Weave of Power, People &
Politics combines concrete and practical action "steps" with a sound theoretical foundation
to help users understand the process of advocacy planning and implementation. See also
the same authors’ Advocacy Action and Impact Chart available at: HYPERLINK
"http://www.justassociates.org/evaluatingimpact.pdf"
http://www.justassociates.org/evaluatingimpact.pdf
Research and advocacy for policy change: measuring progress. Kelly, L. The Foundation
for Development Cooperation
http://www.fdc.org.au/publications/20020521_43.html
Research and advocacy work designed to influence policy is a growing area of operation in
the non-profit sector, among non-Government organisations (NGOs) and more recently in
some government departments concerned with aid and development. Yet assessment of
the effectiveness of such work - both the immediate outcomes and the integration with
broader organisational aims and goals - has received little attention until recently. This
paper draws from two areas, the emerging discussions about evaluation of advocacy
programs, and the broader literature about organisational performance measurement. It
seeks to outline a process for NGOs and others to assess the contribution advocacy and
research work makes to their organisational goals and mission. An annotated bibliography
and a draft model for organizational review performance are included as annexes.
Advocacy, communication and coalition building. Community Empowerment and Social
Inclusion (CESI), The World Bank 2003
http://www.worldbank.org/wbi/communityempowerment/Modules/Advocacy.ht
ml
The World Bank Institute’s Community Empowerment and Social Inclusion Learning
Program (CESI) is a cross-sectoral program that focuses on citizen strengthening and
institutional reform to further the World Bank’s mission of poverty reduction. The aim of
this workbook is to share the basic elements of a methodology of participatory planning
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
for advocacy for development effectiveness. It is designed as a practical guide for
individuals, communities, and organizations interested in becoming agents of change and
strengthening their influence towards local, municipal, and national governments and
institutions. It is based on a concrete case study, Kenyan Advocates Succeed in Promoting
Adolescent Health, to provide the context for developing and implementing an effective
advocacy strategy in communities. This guide is written for community and NGO leaders
involved in planning, organizing, implementing, and evaluating advocacy activities.
Learning for change: the art of assessing the impact of advocacy work. Coates, B. and
David, R. Development in Practice Vol. 12 No 3/4 2002
This paper starts by exploring the complex and changing nature of advocacy work, arguing
that standardised forms of monitoring and evaluation and impact assessment are likely to
be inappropriate – they will probably provide misleading information, and may create
perverse incentives that undermine joint action. However, while there are obvious
pitfalls, there are few ready-made answers. The authors suggest that NGOs involved in
advocacy at all levels should identify essential elements of their work at the outset and
ensure that they monitor and evaluate those areas deemed most important. Evidence
shows that short-term successes of advocacy work may often be won at the expense of
longer-term aims – such as building capacity among partners and contributing to more
fundamental change in the future. Throughout, the authors argue that an analysis of
power and power structures should guide advocacy strategy and the ways in which
advocacy can effectively be evaluated. A successful M&E approach must be flexible
enough not only to adapt to external events, but also to be a tool for re-shaping the
campaign.
Monitoring and evaluating advocacy: a scoping study. Chapman, J. and Wameyo, A.
ActionAid 2001 www.actionaid.org/policyandresearch/mae/aa.shtml
ActionAid, along with many international agencies, is increasingly refocusing its work to
support civil society, strengthen social capital and support excluded groups in their efforts
to hold decision-makers accountable. All of this work currently falls beneath the vague
banner of `influencing and advocacy work’. But how do we assess the value of this work?
This Scoping Study marks the beginning of a large body of work that will be carried out by
ActionAid to explore and develop ways in which we can best monitor and evaluate
different aspects of this work. It sets out to document the various frameworks and
approaches that international agencies are using to assess the value of their advocacy
work. The report draws on a large body of literature as well as, where possible, on first
hand interviews and discussions. The report does not attempt to evaluate the various
frameworks. It sets out to draw together a body of knowledge without passing judgement
on the merits or demerits of various approaches.
Web sites on advocacy
www.careusa.org/getinvolved/advocacy/tools.asp#english
This web page contains CARE USA’s manual Advocacy Tools and Guidelines: Promoting
policy change, published in 2001, downloadable as a series of pdf files. They provide a
step by step guide for planning advocacy initiatives, as well as advice on successful
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
implementation. They are intended for country office programme managers who wish to
include advocacy in their programmes. They cover advocacy concepts and vocabulary,
analysing policies, understanding how advocacy can help increase impact, developing a
strategy to achieve your goals and essential skills for advocacy.
www.irc.nl/content/view/full/3419
This is the site of an IRC Thematic Overview Paper - Advocacy for Water, Environmental
Sanitation and Hygiene, designed for use online (although a pdf version can also be
downloaded here). The site includes an overview of the subject (Understanding advocacy,
social mobilisation and communication), links to related campaigns such as WASH (Water
Sanitation and Hygiene for All), a brief history of water advocacy, links to concepts and
lessons, information on targets, indicators and monitoring, suggested steps towards
creating a strategy for advocacy and communication and an opportunity to contribute
comments. Links to useful resources appear throughout.
www.socwatch.org.uy/en/portada.htm
Social Watch is an international network informed by national citizens' groups aiming at
following up the fulfilment of the internationally agreed commitments on poverty
eradication and equality. These national groups report, through the national Social Watch
report, on the progress - or regression- towards these commitments and goals. The Social
Watch groups, organized on an ad hoc basis, have a focal point in each country that is
responsible for promoting the initiative; submitting a national report for the yearly
publication; undertaking lobbying initiatives before the national authorities to hold them
accountable for the policies in place regarding the agreed commitments; promoting a
dialogue about the national social development priorities and developing an active
inclusive strategy to include other groups into the national group.
www.oneworld.net/
OneWorld is dedicated to harnessing the democratic potential of the internet to promote
human rights and sustainable development. It aims to transcend geographic and linguistic
barriers in its work; in particular to give a voice to those typically overlooked by
mainstream media and policy-makers. The site includes news, special reports, technology
services, PR contacts, press releases and campaign updates. Topic guides, edited by
volunteers in the developing world, include aid, capacity building, environmental
activism, gender, volunteering and water and sanitation. The Grassroots News section
comes directly from users of community access points in Africa. They are linked together
by the new Open Knowledge Network, aiming to promote the creation and exchange of
local content - on vital topics such as health, education and agriculture - as widely as
possible across the global South.
http://netaction.org/
NetAction is a California-based nonprofit organization dedicated to promoting use of the
Internet for effective grassroots citizen action campaigns, and to educating the public,
policy makers, and the media about technology policy issues. NetAction works to: ensure
the accessibility and affordability of information technology and the Internet; train
activists to use the Internet as a tool for grassroots organizing, outreach, and advocacy;
create effective grassroots citizen action campaigns and coalitions that link cyberspace
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
activists with grassroots organizations. The site includes a free online training course for
virtual activists, a reader and lots of links to examples and related sites. Back issues of the
newsletter are available.
www.hrconnection.org/
Human Rights Connection provides practical information in several languages for human
rights defenders around the world. It offers local manuals and real life case studies
written by grassroots activists worldwide. The Advocacy section includes articles and
materials to help design effective human rights advocacy strategies. It includes an
overview of people-centred advocacy and tools and guiding questions to develop and
implement an advocacy strategy appropriate to your particular context. The Media
section offers guidance on getting your message across and working with the media more
successfully. The Technology section contains information on email and internet systems
and more advanced methods for incorporating technology into human rights activism.
www.transparency.org/toolkits/2002/index.html
The Corruption Fighters' Tool Kit, first produced as an international edition in CD-ROM
format in 2001, is a compendium of practical civil society anti-corruption experiences
described in concrete terms and accessible language. It presents innovative anticorruption tools developed and implemented by Transparency International (TI) and other
civil society organisations from around the world. The Tool Kit highlights the potential of
civil society to create mechanisms for scrutiny and control of public institutions, and to
demand and promote accountable and responsive public administration. Each year new
contributions are added - at present the Tool Kit includes 46 tools from around the world.
These include 28 first published in 2002 and 18 published in October 2003. Learn how TI
Bangladesh uses theatre as a means to raise awareness about corruption and how TI Peru
is testing the new Peruvian access to information law, among many other innovative tools
created by civil society organisations.
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
#4. Daftar Pustaka
Cahpman, Jenniffer. 2002. Monitoring and evaluating advocacy. New York: PLAN
International.
Dale, Reidar. 1998. Evaluating Development Programmes and Projects. London: Sage
Publications.
Dokumen Planning, Monitoring and Evaluation Aliansi Remaja Independen 2011-2012.
Ecumenical Advocacy Alliance. 2010. Monitoring & Evaluation of Advocacy Campaigns
Literature Review. Geneva: EEA.
Enterprise Development Impact Assessment Information Service (EDIAIS). 2003. Enterprise
Impact News. Manchaster: EDAIS. Diakses melalui www.enterpriseimpact.org.uk
GYCA Advocacy e-course, 2012
Neuman, Lawrence W (2003). Social Research Methods: Qualitative & Quantitative
Approaches 5th Edition. USA: Allyn & Bacon
O’flynn, Maureen. 2009. Tracking Progress in Advocacy: Why and How to Monitor and
Evaluate Advocacy Projects and Programmes. Oxford: INTRAC.
UFBR (2011). SRHR Monitoring and Evaluation Handbook.
UNICEF. 2010. Advocacy Toolkit. New York: UNICEF.
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
#4. Tugas Modul Monitoring dan Evaluasi untuk Advokasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan ulasan singkat disertai dengan contoh yang
relevan.
1. Pada modul “Mengembangkan Strategi Advokasi” yang telah teman-teman
dapatkan sebelumnya, teman-teman diminta untuk membuat suatu objektif atau
tujuan advokasi. Teman-teman diminta untuk:
a. Paparkan kembali objektif tersebut lalu jelaskan secara sistematis kegiatan
monitoring dan evaluasi yang mungkin perlu untuk dilakukan.
b. Mari kita berimajinasi. Bayangkan jika tujuan advokasi itu telah teman-teman
implementasikan dalam suatu strategi advokasi yang telah dilaksanakan sejak
tahun 2010. Kemudian saat ini di akhir tahun 2012, teman-teman diminta untuk
mengumpulkan informasi yang mencakup isu internal, eksternal, kolaboratif, dan
isu pencapaian tujuan (lihat modul). Informasi apakah yang akan teman-teman
kumpulkan? Tolong jelaskan secara singkat dan jelas.
Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen
Download