E-COURSE Aliansi Remaja Independen Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Disusun oleh: Kurnia Wijiastuti Gambaran Umum Hak Asasi Manusia (HAM) adalah konsep yang memandang bahwa setiap manusia mempunyai hak-hak dasar yang dibawa sejak lahir. Hak tersebut harus dihargai karena kemanusiaan itu tidak memandang jenis kelamin, agama, suku, bangsa, warna kulit, kelas ekonomi, politik, sosial dan lainnya. Rumusan HAM meliputi 5 bidang, yakni sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Contohnya seperti hak untuk hidup, non diskriminasi, tempat tinggal, kesehatan, pekerjaan, pendidikan dan kehidupan yang layak. Konsep tersebut merupaka upaya agar negara tidak sewenang-wenang dalam memperlakukan manusia. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) berdiri karena dipicu oleh adanya pelanggaran kemanusiaan secara massif. Sejak itulah, pada 10 Desember 1948 Deklarasi HAM secara resmi dicetuskan. HAM menjadi instrument internasional untuk mengatur dan menata cara bernegara yang bermartabat bagi negara-negara anggota PBB. Deklarasi Umum HAM (DUHAM) ini dalam perumusan dan penerapannya selalu melibatkan kebijakan PBB dan negara-negara yang pada umumnya dipegang oleh lakilaki yang masih berpikiran patriarkhi. Hal ini menyebabkan kondisi khusus yang dialami oleh perempuan di berbagai negara sering kali terabaikan. Contohnya seperti, kondisi perempuan korban pemerkosaan, kebutuhan khusus perempuan terkait dengan fungsi reproduksi yang berbeda dengan laki-laki, dan kondisi lainnya. HAM hanya bisa dipenuhi dengan baik jika perumusan dan penerapannya menggunakan lensa keadilan gender. Konsep keadilan gender memberikan cara pandang baru bahwa keadilan baik di rumah, masyarakat, negara maupun lintas negara harus menjamin keadilan bagi laki-laki, perempuan dan gender lainnya. Keadilan gender telah berfungsi untuk melihat perbedaan mendasar laki-laki, perempuan dan gender lainnya yang berdampak pada pembedaan gender secara sosial. Kondisi tubuh yang berbeda kemudian melahirkan fungsi reproduksi yang berbeda, contohnya seperti perempuan mengalami masa reproduksi yang jauh lebih panjang dan kerentanan atas gangguan kesehatan reproduksi yang juga lebih tinggi dari pada laki-laki. Seperti fenomena yang sering kali terjadi di Indonesia, menjaga kesehatan reproduksi perempuan bukan sesuatu yang dianggap penting. Padahal perempuan kerap dinikahkan pada usia dini saat alat reproduksinya belum mampu berfungsi secara optimal, dinikahkan secara paksa, tidak diberi hak untuk menolak Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS hubungan seksual dengan suami, dibiarkan hamil secara sering dan rapat, dibebani tugas-tugas rumah tangga saat hamil, dan sebagainya. Tujuan - Peserta mendapatkan gambaran utuh mengenai kesetaraan gender dan hak kesehatan seksual dan reproduksi berdasarkan HAM. - Peserta dapat melihat hubungan kesertaraan gender, hak kesehatan seksual dan reproduksi dengan pendekatan HAM. - Peserta mampu mengidentifikasi pelanggaran HAM dalam hubungannya dengan kesetaraan gender dan kesehatan seksual dan reproduksi. Metode Diskusi. Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS Seks Seksual Seksualitas ? Seks merupakan sebuah kata yang berarti alat kelamin. Jika membahas mengenai seks, maka hal ini akan membahas memgenai tubuh secara biologis. Manusia terdiri dari beberapa jenis kelamin yakni: - Laki-laki, yang secara biologis memiliki penis. - Perempuan, yang secara biologis memiliki vagina. - Interseks, yang ketika seseorang secara biologis bisa memiliki organ reproduksi penis dan vagina. Seksual merupakan pengalaman hidup yang berhubungan dan melibatkan seks atau alat kelamin, seperti tertarik dengan orang lain, menstruasi, masturbasi dan berhubungan seks. Seksualitas merupakan pembahasan mengenai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan ketubuhan manusia yang berasal dari pengalaman-pengalaman seks seseorang. Seksualitas ini juga berisi hal-hal yang bersinggungan dengan kehidupan sosial, agama, budaya dan bahkan politik. Contohnya seperti identias dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi. Dari ketiga hal tersebut, dapatkah kamu memberikan gambarannya? Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Seksual Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, serta sistem reproduksi. Keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial secara utuh bukan sekedar terbebas dari penyakit, namun harus pula termasuk keadaan dimana: - Seseorang punya tanggung jawab, kepuasan, dan kehidupan seksual yang aman. - Seseorang punya kemampuan untuk menjalankan fungsi reproduksi. - Seseorang punya kebebasan untuk memutuskan kapan dan seberapa sering melakukan aktivitas seksual. - Perempuan dan laki-laki punya hak yang sama antara untuk mendapat informasi dan akses terhadap metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau, dan bisa diterima berdasarkan keputusan mereka. - Mereka juga berhak mendapat akses pelayanan kesehatan yang layak yang Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS memungkinkan perempuan bisa menjalani proses kehamilan dan persalinan secara aman. - Pasangan diberi berbagai layanan untuk memiliki anak yang sehat. Kesehatan seksual adalah kondisi fisik, mental, dan sosial terkait dengan seksualitas. Kesehatan seksual mensyaratkan pendekatan yang positif dan penghargaan terhadap seksualitas dan hubungan seksual, mencakup kemungkinan mempunyai pengalaman seksual yang menyenangkan dan aman, bebas dari paksaan, diskriminasi, dan kekerasan. Pelayanan kesehatan seksual — menurut Perserikatan Bangsa- Bangsa — harus dapat meningkatkan kehidupan dan hubungan personal. Pelayanan tersebut antara lain berupa konseling dan pelayanan terkait reproduksi serta penyakit menular seksual. Organ reproduksi kita harus dirawat agar bisa berfungsi dengan baik dan terhindar dari penyakit. Malas menjaga kesehatan organ reproduksi bisa berakibat fatal. Selain berpotensi terkena penyakit kelamin, organ reproduksi yang tidak terawatt akan berakibat buruk pada kualitas reproduksi manusia. Merawat organ reproduksi yakni dengan cara: 1. Sebelum memegang organ reproduksi, pastikan tangan dibersihkan terlebih dahulu. Jika tangan kotor, kuman yang ada di tangan bisa berpindah ke kelamin, sehingga kuman tersebut bisa jadi sumber penyakit. 2. Ganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari. Jarang mengganti celana dalam bisa memicu timbulnya bakteri, kuman, dan jamur pada alat kelaminmu. 3. Hindari memakai celana ketat karena mempersulit sirkulasi udara bagi vagina dan penis. Untuk laki-laki, celana longgar seperti boxer lebih baik digunakan daripada celana ketat karena celana ketat bisa menghambat produksi sperma. 4. Saat memakai toilet umum –khususnya toilet duduk– gunakan tissu untuk melapisi bagian yang akan kita duduki karena bisa jadi di dudukan toilet tersebut terdapat banyak kuman. 5. Hindari stres. Kesehatan psikis yang buruk berpotensi merusak kualitas ovum dan sperma. Stres menyebabkan gangguan metabolisme tubuh yang berpengaruh pada seluruh organ tubuh termasuk organ reproduksi. 6. Hindari gaya hidup tidak sehat, perbanyak olahraga dan mengonsumsi makanan bergizi. Gaya hidup juga mempengaruhi kualitas organ reproduksi. Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS Gender Gender dapat diartikan sebagai peranan yang memunculkan perbedaan perilaku (behavioral differences) antara laki-laki dan perempuan dan lainnya yang dibangun secara sosial. Perbedaan ini tidak bersifat kodrati, tetapi ciptaan manusia. Gender bersifat tidak permanen, bisa berubah, dapat dipertukar-letakkan. Identitas gender berbeda dengan identitas biologis. Jika identitas biologis adalah yang terlihat secara fisik dari luar, identitas gender merupakan emosi atau psikologis individu yang merasakan. Seseorang yang terlahir laki-laki atau perempuan secara biologis bisa saja mengidentifikasi diri mereka sebaliknya. Fakta menunjukkan bahwa kini identitas gender tidak lagi hanya sebatas perempuan dan laki-laki, lho! Dalam budaya Bugis, gender dibagi menjadi: 1. Orowane (Laki-laki) 2. Makkunrai (Perempuan) 3. Calabai → Laki-laki yang hidup sebagai perempuan 4. Calalai → Perempuan yang berkelakuan, berpenampilan, dan berkehidupan seperti laki – laki 5. Bissu → Golongan yang bukan laki- laki dan juga bukan perempuan atau biasa dikenal dengan istilah Androgini. Mereka memiliki posisi yang sangat penting dalam adat Bugis sebagai pendeta atau pemangku adat yang ditandai salah satunya dengan pakaian-pakaian khusus.. Bissu bertugas menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya dan adat asli Bugis agar tidak punah. Dapatkah kamu menyebutkan contoh-contoh dari identitas gender? Bentuk Ketidakadilan Akibat Konstruksi Gender Konsep gender atau jenis kelamin sosial yang awalnya dimaksudkan untuk membagi peran antara laki-laki dan perempuan ternyata lebih banyak merugikan perempuan dan gender lainnya. Peran ganda Pembagian peran publik dan peran domestik (rumah tangga) biasanya terhadap lakiAliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS laki dan perempuan yang membuat perempuan mengemban peran ganda (double burden). Peran ganda yaitu adanya dua pekerjaan bahkan lebih yang harus dikerjakan. Konsep gender yang umum, biasanya menempatkan laki-laki untuk memiliki peran di wilayah publik dan perempuan di wilayah domestik (dalam). Namun ketika seorang perempuan yang turut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, dia menanggung peran ganda di kedua wilayah tersebut, yakni tetap harus menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga karena anggapan bahwa tugas- tugas di dalam rumah adalah tugas perempuan yang sebenarnya dan tidak boleh ditinggalkan. Stereotip (Stereotype) Stereotip adalah label-label negatif yang diberikan masyarakat kepada perempuan dan gender lainnya. Stereotip dalam kata lain disebut dengan stigma, citra baku, atau pelabelan terhadap individu maupun kelompok. Seringkali pelabelan ini bersifat negatif dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada lalu akhirnya melahirkan ketidakadilan. Dari sini dapat kita pahami bahwa gender stereotyping bersumber dari pandangan pelabelan yang tidak adil pada jenis kelamin tertentu. Hal ini sangat merugikan karena stereotip lebih sering membuat orang percaya dan akhirnya terbiasa. Marginalisasi Marginalisasi adalah proses peminggiran secara ekonomi yang mengakibatkan pemiskinan, umumnya terjadi pada perempuan dan kelompok-kelompok tertentu. Marginalisasi terjadi di tempat kerja, rumah tangga, masyarakat, bahkan negara. Geraknya sangat dibatasi dalam ruang publik membuat mereka termarginalisasi. Mereka tidak dapat mengakses segala hal atau kesempatan di berbagai bidang dengan leluasa. Subordinasi Biasanya perempuan seringkali ditempatkan di kedudukan lebih rendah daripada lakilaki dalam bermasyarakat. Mereka ditempatkan pada jajaran kedua setelah laki-laki karena keberadaan perempuan dianggap tidak penting atau sebagai pelengkap semata. Contohnya seperti: - Masih sedikitnya perempuan yang bekerja dan memiliki peran pengambil keputusan dan menduduki peran penentu kebijakan dan memiliki kuasa yang Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS cukup. - Dalam susunan kabinet pemerintahan atau struktur pegawai perusahaan. - Dalam sistem upah, perempuan yang menikah dibayar lebih rendah daripada laki-laki karena anggapan setiap perempuan mendapatkan nafkah yang cukup dari suaminya. Kekerasan Kekerasan merupakan serangan terhadap fisik atau mental psikologis seseorang yang dilakukan terhadap gender tertentu, biasanya terhadap perempuan dan gender lainnya. Kekerasan berbasis gender disebabkan relasi gender yang kekuasaannya tidak seimbang. Kekuasaan lebih didominasi karena anggapan bahwa pemilik kuasa terbesar dalam berbagai hal. Ada beberapa macam bentuk kekerasan, salah satunya adalah kekerasan berbasis gender, seperti: - Kekerasan secara fisik, seperti enampar, memukul, menjambak rambut, menendang, melukai dengan senjata, sunat perempuan, pemaksaan pemakaian sterilisasi, dalam program keluarga berencana pada perempuan, dan sebagainya. Kekerasan fisik terhadap transgender bahkan juga sering dilakukan oleh para aparat keamanan saat mengadakan inspeksi atau razia. - Kekerasan secara psikologis, seperti penghinaan, kata-kata kasar, mengancam, dan memojokkan yang dialamatkan kepada perempuan dan kaum lesbian, gay, biseksual, transgender dan yang lainnya. Ayo coba ingat-ingat, seberapa sering kamu mengejek teman laki-laki kamu yang diketahui penyuka sesama jenis? - Kekerasan secara seksual, seperti Pemaksaan melakukan hubungan seksual, pemerkosaan, dan lain-lain. Menyentuh atau melakukan sesuatu terhadap tubuh terutama organ seksual tanpa seizin pemilik tubuh tersebut, dan akhirnya membuat dia merasa tidak nyaman atau bahkan kesakitan. Kekerasan seksual banyak sekali terjadi baik di ranah privat maupun publik dan dalam berbagai bentuk. Keberagaman Seksual Seksualitas manusia sangatlah kompleks dan cair. Seksualitas manusia, khususnya Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS orientasi seksual dan identitas gender sangatlah cair dan tidak statis. Orientasi seksual seseorang terus menerus berkembang dan berubah- ubah seiring tumbuh kembang si manusia tersebut. Jadi, bisa dibilang bahwa seksualitas seseorang tidak melulu seratus persen Hetero (menyukai lawan jenis) maupun seratus persen Homo (menyukai sesama jenis). Hari ini seseorang menyukai lawan jenis, beberapa tahun ke depan bisa saja ia menjadi penyuka sesame jenis. Keberagaman seksual bukanlah penyakit atau kelainan!! - Tanggal 17 Mei 1990 merupakan tanggal dimana World Health Organization (WHO) resmi menyatakan bahwa homoseksualitas bukan penyakit atau ganggun kejiwaan. Maka setiap tanggal 17 Mei, dunia memperingati International Day Against Homophobia atau yang sering (IDAHO). Munculnya diskriminasi dan kekerasan terhadap orang-orang yang memiliki keberagaman seksual membuat teman-teman LGBTIQ dan orang-orang yang perhatian pada isu tersebut gencar menuntut adanya advokasi untuk mengakhiri masalah ini lewat berbagai macam cara, salah satunya adalah melalui peringatan IDAHO setiap tahunnya. - Semenjak tahun 1993, Indonesia juga sudah tidak lagi menganggap homoseksualitas sebagai gangguan jiwa. Hal ini sudah tertulis dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III yang disusun oleh Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia. - Negara berkewajiban untuk menjamin kesetaraan, keamanan, serta kenyamanan hidup bagi siapa saja, termasuk teman-teman LGBTIQ. Seperti yang tertulis dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama apapun orientasi seksual dan identitas gendernya. SRHR Sexual Health + Sexual Rights + Reproductive Health + Reproductive Rights Konsep SRHR dirumuskan pada ICPD Kairo 1994. ICPD (International Conference on Population and Development) dianggap sebagai salah satu konferensi yang sukses dan menjadi pedoman orang-orang di seluruh dunia yang bergerak di bidang SRHR untuk merumuskan kebijakan terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas dengan komprehensif. Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS Sexual Health (Kesehatan Seksual) Pendekatan yang melihat bahwa seksualitas manusia dan layanan kesehatan ditujukan untuk peningkatan kehidupan dan terkait reproduksi, infeksi menular seksual, serta kesehatan terkait dengan organ reproduksi. Sexual Rights (Hak Seksual) Hak dasar manusia yang sudah tercantum dalam berbagai kerangka humum (hukum nasional, internasional, dan konsensus lainnya). Hak-hak dasar manusia tersebut secara umum dapat berupa: Bebas dari tekanan, diskriminasi, kekerasan untuk meningkatkan standar kesehatan termasuk akses kesehatan, informasi terkait seksualitas, pendidikan seks, pilihan pasangan, menjadi aktif secara seksual atau tidak, menikah, kapan memutuskan mempunyai anak, dan memiliki kehidupan seks yang menyenangkan, sehat, dan memuaskan. Reproductive Health (Kesehatan Reproduksi) Kondisi sejahtera baik scara fisik, mental, dan sosial secara utuh. Tidak sesempit hanya mengenai penjelasan penyakit terkait sistem reproduksi, fungsi, dan prosesnya. Reproductive Rights (Hak Reproduksi) Seperangkat hak yang diakui oleh hukum (nasional, internasional dan konsensus lainnya). Mencakup hak untuk memutuskan secara bebas jumlah anak yg diinginkan bebas dari diskriminasi, paksaan, kekerasan. Secara ini, ini adalah masalah – masalah yang dihadapi generasi muda terkait kesehatan reproduksi dan seksualitasnya: - Tingginya angka HIV dan AIDS di kalangan anak muda - Infeksi Menular Seksual - Kehamilan yang tidak direncanakan - Banyaknya informasi yang salah mengenai seksualitas dari film porno - Anak muda yang sudah aktif berhubungan seksual namun tidak aman - Aborsi yang tidak aman Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS - Sulitnya akses layanan kesehatan reproduksi dan seksual oleh anak muda - Kekerasan seksual - Diskriminasi terhadap anak muda LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) - Rendahnya kepercayaan dan penerimaan diri anak muda LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) Hak – Hak Seksual: 1. Hak atas kesetaraan - Mencakup hak untuk menikmati dan menjalankan hak yang dimiliki, termasuk hak seksual. - Perlindungan hukum dari segala bentuk diskriminasi tanpa membedakan gender, jenis kelamin, orientasi seksual, status HIV, dan identitas lainnya. - Penghapusan hukum, kebijakan, praktik, dan perilaku yang memperkuat stereotype dan konsep yang salah yang meyakini bahwa gender atau jenis kelamin tertentu lebih baik dari yang lain. - Penghapusan segala bentuk diskriminasi berbasis gender yang menimpa anak muda - Kebijakan, hukum, dan layanan yang sensitif gender. - Penghapusan keterlibatan orang tua maupun pasangan yang membuat anak muda tidak bisa mengakses layanan kesehatan reproduksi dan seksual. 2. Hak atas pertisipasi - Melibatkan anak muda secara bermakna dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi dari semua program dan kebijakan terkait layanan atas hak dan kesehatan seksual. - Membangun kepemimpinan anak muda dalam aktivisme hak-hak seksual dan reproduksi di tingkat lokal, nasional, regional, maupun global. - Melibatkan anak muda dalam menentukan cara yang terbaik bagi mereka untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan di tingkat komunitas, nasional, regional, dan internasional. - Adanya komitmen dari orang dewasa dan komunitas untuk membangun kemitraan yang setara dengan anak muda dan mendukung peningkatan Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS kapasitas anak muda sehingga bisa berpartisipasi dengan penuh makna. 3. Hak atas hidup dan bebas dari hal yang membahayakan - Perlindungan dari kekerasan seksual, eksploitasi seksual, pelecehan seksual, dan perdagangan manusia. - Jaminan perlindungan dari bully yang terjadi di sekolah hingga komunitas. - Mencabut ancaman kriminal terhadap perempuan maupun tenaga kesehatan yang melakukan aborsi. - Penghapusan prosedur medis yang dipaksakan terhadap perempuan, termasuk sterilisasi (tubektomi), aborsi yang dipaksakan khususnya perempuan ODHA (Orang dengan HIV-AIDS) dan difabel. - Penghapusan tradisi yang merugikan perempuan seperti sunat perempuan dan pernikahan yang dipaksakan. - Penghapusan hukum yang menyertakan pelibatan orang tua, wali, maupun pasangan sehingga anak muda bisa mengakses layanan kontrasepsi, tes HIV, penghentian kehamilan dan layanan kesehatan seksual lainnya dengan bebas. 4. Hak atas privasi - Kerahasiaan atas layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Jadi, setiap kali kita mengakses layanan, tidak ada orang lain yang boleh tahu tanpa sepengetahuan kita. - Kerahasiaan atas perilaku seksual, orientasi seksual, status HIV, penggunaan kontrasepsi, termasuk riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS), kehamilan, dan aborsi. - Kerahasiaan atas proses komunikasi yang sudah dilakukan seperti surat, diari, maupun e-mail. - Orang tua, keluarga, pasangan, dan orang lain tidak berhak mengetahui informasi kesehatan seksual tanpa seijin kita. 5. Hak atas otonomi personal dan diakui sebagai individu di hadapan hukum - Pengakuan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak hukum anak muda tanpa membedakan umur, gender, maupun orientasi seksual. - Kekebasan untuk mengeksplorasi seksualitas dengan cara yang aman dan menyenangkan terlepas dari orientasi seksual dan identitas gender. Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS - Perayaan atas keberagaman di dalam masyarakat. - Pemberdayaan ketika memutuskan dengan bebas kapan, dengan siapa, dan bagaimana melakukan hubungan seksual. - Memastikan bahwa anak muda yang tinggal di penjara, tahanan, institusi tertentu, atau daerah konflik tidak mengalami kekerasan. - Penghapusan segala bentuk tindakan medis yang dipaksakan, seperti vasektomi dan tubektomi, maupun terapi hormon. - Akses terhadap informasi sehingga anak muda bisa sadar akan hak asasinya. 6. Hak untuk berpikir dan bebas berekspresi - Akses terhadap pendidikan seksual komprehensif dan informasi yang akurat mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi. - Akses untuk membentuk, bergabung, memimpin, atau berpartisipasi dalam kelompok untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, opini, dan hasrat mengenai seksualitas, gender, dan hak seksual di dalam sebuah lingkungan dimana semua hak anak muda dan kebebasannya bisa terwujud. - Partisipasi yang bermakna dalam proses publik, termasuk pembuatan kebijakan terkait dengan hak seksual dan seksualitas. - Memastikan anak muda bisa berekspresi sesuai dengan identitas yang mereka anggap nyaman. - Memfasilitasi kemampuan anak muda untuk mengekspresikan seksualitas dan identitas gendernya dalam cara yang positif dan sehat. - Kebebasan untuk menunjukkan kasih sayang di publik bersama pasangan tanpa adanya ancaman kekerasan. 7. Hak atas kesehatan - Akses terhadap layanan kesehatan reproduksi dan seksual yang lengkap yang bisa memenuhi kebutuhan anak muda yang sangat luas. - Pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan yang memungkinkan anak muda untuk mempraktikkan hubungan seksual yang aman dan menghindari kehamilan yang tidak direncanakan, IMS, dan HIV. - Partisipasi anak muda dalam merancang kebijakan, program, hukum, dan layanan kesehatan publik di komunitas dan negara mereka masing-masing. - Penghapusan hukum yang mensyaratkan perlunya perijinan orang tua, Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS wali, maupun pasangan yang bisa berakibat sulitnya anak muda dalam mengakses - layanan kesehatan reproduksi dan seksual. - Dibukanya akses bagi perempuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak - direncanakan. - Adanya akses terhadap berbagai jenis kontrasepsi. 8. Hak untuk tahu dan belajar - Akses terhadap pendidikan seksual komprehensif untuk anak muda termasuk yang tidak sekolah. - Akses terhadap pendidikan ditujukan untuk menghilangkan stigma, diskriminasi, dan segala bentuk kekerasan. - Keterlibatan anak muda dalam perencanaan, pengembangan, dan evaluasi program pendidikan seksual komprehensif dan kebijakan terkait seksualitas. - Akses penuh terhadap pendidikan bagi perempuan. - Pengembangan skill untuk membangun hubungan yang kuat, setara, dan sehat. Memastikan anak muda bisa mengenyam pendidikan hingga selesai, khususnya - mereka yang hamil, sudah menjadi orang tua, dan ODHA. - Mengembangkan pendidikan seksual yang tidak hanya berfokus pada aspek - biologis, namun juga sosial seperti seksualitas. - Meninggalkan metode pendidikan yang berlandaskan abstinence dan - melangkah maju dengan pendidikan seksual yang komprehensif. Hak – Hak Reproduksi 1. Hak atas informasi dan pendidikan - Hak atas akses terhadap pendidikan dan informasi yang akurat terkait kesehatan reproduksi dan seksual, bebas dari stereotip, dan diberikan dalam konteks yang objektif, kritis, dan plural. Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS - Hak untuk pendidikan yang memadai dan informasi yang mampu mendukung setiap keputusan yang mereka buat terkait dengan kehidupan seksual dan reproduksi mereka dan dibuat dengan persetujuan penuh dan bebas. - Hak untuk informasi yang lengkap terkait dengan berbagai metode kontrasepsi, mencakup efektivitas, resiko, dan pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. 2. Hak atas pelayanan dan perlindungan - Hak atas layanan kesehatan dengan kualitas yang terbaik termasuk kesehatan reproduksi dan seksual. - Hak atas layanan kesehatan yang komprehensif termasuk akses ke semua metode kontrasepsi termasuk penghentian kehamilan yang tidak direncanakan, diagnosa, dan perawatan kemandulan dan IMS, termasuk HIV-AIDS. - Hak atas perlindungan dari praktek-praktek tradisional yang membahayakan khususnya bagi perempuan dan anak-anak. Contoh: sunat perempuan. - Hak atas kehamilan dan konseling yang memberdayakan dan mampu membuat keputusan sendiri berdasarkan informasi yang disajikan. - Hak atas layanan kesehatan seksual dan reproduksi sebagai bagian dari perawatan kesehatan yang komprehensif, mudah diakses baik secara finansial maupun geografis, pribadi dan rahasia, dan memperhatikan martabat dan kenyamanan orang tersebut. - Hak bagi perempuan untuk mendapatkan layanan terkait kehamilan, persalinan dan pasca-persalinan mencakup gizi yang memadai selama kehamilan dan menyusui. - Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan di lingkungan kerja, termasuk perlindungan alat reproduksi. - Semua perempuan yang bekerja memiliki hak untuk mendapat upah saat cuti melahirkan dengan manfaat jaminan sosial yang memadai. Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS 3. Hak atas kebebasan berpikir - Hak atas kebebasan berpikir dan berbicara terkait dengan kehidupan seksual dan reproduksi. - Hak atas perlindungan dari pembatasan berdasarkan pemikiran dan beragama terhadap akses atas pendidikan dan informasi yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi. - Hak untuk bebas dari penafsiran teks agama, kepercayaan, filosofi, dan tradisi yang membatasi untuk mengakses layanan kesehatan seksual dan reproduksi. 4. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran - Semua perempuan memiliki hak atas informasi, pendidikan, dan layanan untuk perlindungan kesehatan reproduksi, aborsi yang aman, persalinan yang aman, yang mudah diakses, terjangkau, bisa diterima, dan nyaman buat semua orang. - Hak atas akses kontrasepsi yang aman, efektif, dan mudah diterima. - Hak atas kebebasan untuk memilih dan menggunakan metode kontrasepsi yang aman untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. 5. Hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan dan proses melahirkan) - Perempuan berhak hidup bebas dari risiko yang diakibatkan oleh kehamilan. - Anak anak berhak hidup bebas dari risiko, terutama karena identitas gendernya. - Tidak boleh ada orang yang hidupnya beresiko atau berbahaya karena alasan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dan / atau informasi, konseling atau layanan yang terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi. 6. Hak atas kebebasan dan keamanan - Hak untuk bebas menikmati dan mengendalikan kehidupan seksual Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS dan reproduksi dengan juga menghargai hak orang lain. - Hak untuk bebas dari intervensi medis terkait kesehatan seksual dan reproduksi dengan persetujuan secara penuh, bebas, dan berdasarkan informasi. - Perempuan memiliki hak untuk bebas dari segala bentuk sunat perempuan. - Hak untuk bebas dari pelecehan seksual. - Hak untuk bebas dari rasa takut dari luar, malu, bersalah, keyakinan yang berdasarkan mitos, dan faktor psikologis lain yang menghambat respon seksual atau merusak kondisi kehidupan seksual. - Hak untuk bebas dari kehamilan, sterilisasi, dan aborsi yang dipaksakan. 7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk - Anak-anak memiliki hak perlindungan dari semua bentuk eksploitasi khususnya eksploitasi seksual, prostitusi anak, dan semua bentuk penyiksaan, penyerangan, dan pelecehan seksual, termasuk perlingdungan dari pemaksaan bagi anak untuk terlibat dalam aktivitas seksual yang melanggar hukum, eksploitatif atau penggunaan anak dalam materi pornografi. - Tidak seorang pun harus tunduk pada percobaan medis atau percobaan terkait metode seksualitas atau pengaturan kesuburan atau teknik lainnya tanpa persetujuan yang penuh, bebas dan berdasarkan informasi. - Perempuan memiliki hak atas perlindungan dari perdagangan manusia atau eksploitasi dalam prostitusi. - Hak untuk dilindungi dari kekerasan dan perlakuan yang merendahkan martabat terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi, terutama selama masa konflik bersenjata. - Hak atas perlindungan dari perkosaan, kekerasan seksual, Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS penyiksaan seksual dan pelecehan seksual. 8. Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan - Semua orang harus dapat merasakan manfaat dan akses ke teknologi layanan reproduksi yang tersedia termasuk yang berkaitan dengan kemandulan, kontrasepsi dan aborsi, di mana setiap tindakan pembatasa terhadap akses ke teknologi tersebut akan membahayakan kesehatan. - Hak atas perlindungan dan informasi dari setiap efek yang membahayakan kesehatan dari teknologi layanan kesehatan reproduksi - Pengguna layanan kesehatan seksual dan reproduksi memiliki hak untuk mengakses semua teknologi reproduksi yang aman dan dapat diterima. 9. Hak atas kerahasiaan pribadi - Semua layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk informasi dan konseling, harus menyediakan klien dengan privasi dan memastikan bahwa informasi personal yang diberikan terjaga kerahasiaannya. - Perempuan memiliki hak untuk memilih pilihan reproduksi dengan bebas termasuk pilihan yang berkaitan dengan aborsi yang aman. - Semua orang memiliki hak untuk mengekspresikan orientasi seksual mereka untuk mendukung kehidupan seksual yang aman dan memuaskan, namun tetap menghargai hak orang lain, tanpa takut penganiayaan, atau penolakan kebebasan atau gangguan sosial. - Semua layanan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk informasi dan layanan konseling, yang diberikan harus tersedia untuk semua individu dan pasangan, terutama anak muda, berdasarkan penghormatan terhadap hak-hak mereka atas privasi dan kerahasiaan. 10. Hak membangun dan merencanakan keluarga Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS - Hak atas perlindungan terhadap pemaksaan untuk menikah tanpa persetujuan yang penuh, bebas dan berdasarkan informasi dari orang yang bersangkutan. - Hak atas akses ke layanan kesehatan reproduksi termasuk mereka yang mengalami kemandulan, atau yang kesuburannya terancam karena infeksi menular seksual. - Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga tidak terbatas pada perempuan dan laki-laki, namun juga antara perempuan dan perempuan dan laki-laki dan laki-laki. 11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik - Hak untuk berkumpul dan membentuk jaringan dalam isu SRHR. - Hak untuk membentuk sebuah kelompok atau grup yang bertujuan untuk mempromosikan SRHR. - Hak untuk berusaha mempengaruhi pemerintah untuk menjadikan SRHR sebagai prioritas pembangunan. 12. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga dan reproduksi - Tidak ada orang yang bisa didiskriminasikan terkait kehidupan seksual dan reproduksinya, dalam mengakses layanan kesehatan berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin atau orientasi seksual, status perkawinan, posisi dalam keluarga, usia, bahasa, agama, keyakinan politik atau lainnya, kebangsaan, kekayaan, kelahiran atau status lainnya. - Hak atas akses yang sama untuk pendidikan dan informasi untuk menjamin kesehatan dan kesejahteraan, termasuk akses ke informasi, saran dan layanan yang berkaitan dengan SRHR, terlepas dari ras, warna kulit, kemiskinan, jenis kelamin, orientasi seksual, status pernikahan, posisi keluarga, umur, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, kebangsaan, kekayaan, kelahiran atau status lainnya. - Perempuan dan anak-anak perempuan memiliki hak untuk nutrisi yang sesuai dan perawatan sepanjang hidup, dan bebas dari Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS prasangka, adat dan semua praktek-praktek yang didasarkan pada gagasan inferioritas atau peran yang menjadi stereotip bagi laki-laki dan perempuan. - Tidak ada perempuan yang bisa didiskriminasi dalam mengakses pendidikan, informasi dan / atau layanan terkait baik untuk pembangunan, atau untuk pemenuhan SRHR dirinya termasuk akses pelayanan pengaturan kesuburan, dengan alasan bahwa persetujuan orang lain diperlukan. - Tidak ada orang yang bisa dipaksa untuk mengikuti program pelayanan kesehatan seksual atau reproduksi yang memiliki efek diskriminasi terhadap kelompok penduduk tertentu. - Hak atas perlindungan dari segala bentuk kekerasan yang berbasis ras, warna kulit, jenis kelamin, seks, bahasa, agama, keyakinan politik, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya. - Perempuan berhak atas perlindungan dari diskriminasi dalam lingkungan sosial, domestik atau pekerjaan terkait dengan alasan kehamilan atau masalah perempuan lainnya. - Tidak ada orang yang bisa didiskriminasi dalam mengakses informasi, pelayanan kesehatan, atau layanan yang terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi, hak dan kebutuhan, sepanjang hidup mereka, berdasar gender, usia, orientasi seksual atau status difabilitas. Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS Referensi: - Exclaim! Ypung People Guide to “Sexual Rights an IPPF Declaration”. International Planned Parenthood Federation. London: April, 2011. - Girl Decide: Choice on Sex and Pregnancy. International Planned Parenthood Federation. London: January, 2011. - Rahima. 2010. Panduan Pendidikan, Hak dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Rahima. - Yayasan Jurnal Perempuan. 2011. Hak Asasi Manusia: Yang Muda Kini Bicara!. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan. - Yayasan Jurnal Perempuan. 2012. Say Hello to Our Body!. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan. - Yayasan Mitra INTI. 2008. Kesproholic: A – Z Tanya Jawab Seputar Masalah Seksualitas. Jakarta: Yayasan Mitra INTI. Aliansi Remaja Independen | Modul Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi | LS Modul Advokasi Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani www.aliansiremajaindependen.org ǀ @aliansiremaja ǀ FB : Aliansi Remaja Independen Modul Advokasi ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi GAMBARAN UMUM Remaja seringkali menjadi korban atas masalah yang mereka hadapi. Salah satu contoh yang paling sering dibahas adalah mengenai tingginya angka infeksi HIV pada remaja dimana remaja menjadi penyumbang hampir 50% dari angka kasus HIV baru di Indonesia. Kampanye “no free sex” menjadi sebuah hal yang umum dimana remaja juga menggunakan istilah itu dalam menyampaikan informasi ke remaja lainnya. Jika dibahas lebih lanjut, kampanye “no free sex” secara tidak langsung mengkriminalkan remaja itu sendiri sebagai seorang mahluk seksual dimana setiap orang memiliki dorongan seksual. Kampanye ini tidak disadari oleh orang dewasa bahwa hal utama yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seks beresiko adalah karena kurangnya informasi, bukan karena remaja masa kini mudah terpengaruh hal “barat”. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian MGDs yang sangat jauh dari target yang telah ditetapkan (hanya hampir 17% remaja yang mempunyai informasi HIV yang komprehensif dari 95% target yang telah dibuat). Advokasi menjadi penting bagi remaja dalam membela haknya yang dilanggar. Advokasi bisa dilakukan dalam ruang lingkup yang paling dekat, yaitu lingkungan keluarga dimana sebagian besar remaja tidak punya pilihan untuk hidupnya karena segala hal terkait dirinya diputuskan oleh orang tuanya. Begitupula dalam lingkup yang lebih besar lagi, misalnya dalam tataran provinsi atau nasional dimana kebanyakan peraturan yang terkait dengan remaja diputuskan oleh orang dewasa tanpa melibatkan remaja itu sendiri. TUJUAN Peserta mendapatkan pemahaman mengenai dasar-dasar advokasi Peserta mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam menanggapi masalah Hak-hak Kesehatan Reproduksi dan Seksual Peserta mampu membedakan advokasi, mobilisasi massa, dan berjejaring METODE Diskusi ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi DASAR-DASAR ADVOKASI A. PENGERTIAN Pengertian advokasi sendiri ada beberapa macam, diantaranya: “Proses apa saja yang terjadi tidak terdefinisikan, namun itu harus mencakup pendidikan baik yang kuat maupun yang lemah” – World Vision International “Proses mempengaruhi pembuat kebijakan dan pembuat opini (individu maupun institusi/organisasi) untuk merubah kebijakan atau praktik-praktik yang tidak diinginkan oleh kemauan banyak orang” – Action Aid “Advokasi adalah bekerja dengan orang lain dan organisasi untuk membuat sebuah perbedaan” – CEPDA, 1995 Secara singkat, pengertian advokasi adalah upaya mempengaruhi kebijakan; dan keputusan alokasi sumber daya di dalam politik, ekonomi, dan sistem sosial serta institusi yang dilakukan oleh seorang individu maupun kelompok. Advokasi bisa dimulai dengan sebuah form analisa “apakah yang sedang terjadi” menjadi “bagaimana sebaiknya”, perubahan dalam kebijakan, peraturan-peraturan terkait isu tersebut. Kata kunci-nya, yaitu : mempengaruhi, kebijakan,dan keputusan. Mengapa melakukan advokasi? Sebuah keadaan yang diharapkan terkait isu tertentu menjadi sangat jauh dari kondisi ideal, sehingga diperlukan upaya agar pembuat kebijakan peduli akan isu tersebut dan berupaya untuk membuat kondisi ideal. Siapa yang melakukan advokasi? Siapapun bisa melakukan advokasi, mulai dari aktivis, pengacara, dokter, guru, anak jalanan, anak sekolak, pekerja seks, atau siapapun yang peduli akan isu tersebut. Dari siapa ke siapa? Advokasi dilakukan dari orang-orang yang mendapatkan pengaruh dari suatu kebijakan atau peraturan tertentu kepada orang-orang yang membuat peraturan atau kebijakan tersebut. Target advokasi Advokasi biasanya terjadi jika terdapat: 1. Pola pengucilan atau diskriminasi kepada seseorang atau sekelompok masyarakat 2. Kebijakan atau hukum yang merugikan masyarakat atau membuat suatu kelompok menjadi termarginalkan 3. Perilaku yang abusif sebuah institusi atau orang yang bekerja di institusi/lembaga ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi 4. Pelecehan serta ancaman terhadap kehidupan dan keselamatan masyarakat pendukung negara 5. Perilaku yang tidak menghargai terhadap seseorang berdasarkan identitasnya (budaya, ras, orientasi seksual, simbol, agama, dll) 6. Perilaku tidak menghargai kemanusiaan dan martabat manusia Analisa Sebab-Akibat Analisa sebab-akibat akan membantu kita dalam membuat analisis situasi suatu keadaan yang dirasa penting untuk diadvokasi. Pendekatan ekonomi, sosial, budaya dan politik adalah pendekatan yang biasa dipakai untuk menganalisa sebab suatu masalah. Seringkali, penggalian sebab hanya terjadi dalam tingkat individu saja yang pada akhirnya menyalahkan korban atas adanya suatu masalah. Misalnya dalam kasus kehamilan pada remaja, biasanya yang muncul adalah remaja tersebut yang kurang menjaga prinsip, namun sebab-sebab seperti latar belakang ekonomi yang menyebabkan ia minder dan sulit menolak tidak keluar. Ini adalah tabel untuk membantu memetakan masalah yang terjadi di lapangan termasuk dampak jika masalah ini dibiarkan. ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi AKIBAT Anak jalanan Lebih banyak anak yatim/piatu Seks tidak aman Depresi Tidak ada keterbukaan Hilang kepercayaan diri STIGMA TERHADAP ODHA DI DESA CIMANGGU, CIPANAS, JAWA BARAT Ketidakpedulian Kurangnya informasi tentang cara penularan HIV Sikap diam pemuka masyarakat Rendahnya pendidikan Kemiskinan SEBAB ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Budaya yang tidak mengizinkan orang untuk membicarakan kesehatan hak seksual dan reproduksi di umum Modul Advokasi ADVOKASI DAN KONSEP-KONSEP TERKAIT Berikut ini adalah tabel untuk membantu kita membedakan antara kegiatan advokasi dan kegiatan lainnya yang hampir serupa. Advokasi Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesadaran dan perilaku Apa yang diubah? Kebijakan, pelaksanaan kebijakan Kelompok sasaran Pembuat keputusan, pembuat kebijakan, orang yang berpengaruh Ya Kelompok usia, gender, penduduk pada area tertentu, dll Tidak Kebijakan yang lebih baik, pelaksanaan kebijakan Persen anak muda yang menggunakan kondom; perubahan sikap anak muda terkait ODHA Apakah menyasar orang yang mempunyai pengaruh? Contoh indikator kesuksesan yang umum Mobilisasi Masyarakat Berjejaring dan Kerja sama Kapasitas masyarakat/komunitas untuk bisa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah Anggota masyarakat/komunitas Kekuatan program HIV dan AIDS Tingkat ketersediaan sumber daya untuk program HIV dan AIDS Tingkat stigma dan diskriminasi terhadap sekelompok orang Perorangan atau kelompok yang memiliki agenda serupa Masyarakat, pemerintah, donor Orang yang memberikan stigma dan diskriminasi Tidak Tidak Tidak Tidak Masalah masyarakat/komunitas terselesaikan; lebih banyak orang yang datang ke pertemuan masyarakat/komunitas Anggota jaringan mendapatkan manfaat lebih besar disbanding bekerja sendiri Anggota masyarakat mengizinkan penggunaan gedung untuk pertemuan; donor memberikan grant Lebih sedikit pekerja yang dijauhi karena status HIVnya; kasus depreasi pada pekerja yang terinfeksi HIV A.1 Tabel Advokasi dan Konsep-konsep terkait ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Penggalangan dana dan Mobilisasi Sumber daya Menghilangkan Stigma dan Diskriminasi Modul Advokasi B. TIPE ADVOKASI Terdapat dua tipe advokasi, yaitu konfrontasi dan konstruktif. Berikut ini penjelasannya: Advokasi konfrontasi adalah suatu tindakan dimana kamu mengatakan kepada pembuat keputusan bahwa kamu telah melakukan hal yang salah. Kegiatan advokasi ini menggunakan metode demonstrasi, membuat petisi, march, pendudukan fasilitas umum, dll. Advokasi konstruktif adalah ketika kamu mengatakan kepada pembuat kebijakan bahwa kamu punya sebuah ide dan bisa bekerja bersama. Kegiatan advokasi ini menggunakan metode pembuat kebijakan, membuat penelitian dan mempublikasikannya, membangun jaringan dengan pembuat kebijakan, dll. Dalam modul ini, akan lebih ditekankan mengenai bagaimana melakukan advokasi konstruktif karena kegiatan advokasi ini yang jarang dilakukan namun memiliki dampak yang sangat besar. C. FRAMEWORK ADVOKASI Sebuah bingkai kerja advokasi memiliki 6 tahapan, yaitu: 1. Analisa (Analysis) Mulai dari menganalisa keadaan yang ada, masalah-masalah yang berkembang terkait dengan isu-isu tertentu. Pada tahapan ini, diperlukan data-data pendukung yang menunjukkan situasi yang ada di lapangan, apa dampak dari peraturan atau kebijakan tersebut, perkiraan keadaan apa yang akan terjadi jika keadaan tersebut terus dibiarkan. Menganalisa situasi dan peraturan akan sangat baik jika melibatkan banyak pihak dari komunitas sehingga hasil yang didapat mempunyai beberapa sudut pandang. Selanjutnya, analisa bagaimana budaya kerja pemangku kebijakan, sistem pengambilan keputusan (kapan, siapa saja yang terlibat, dimana, bagaimana cara terlibat), siapa saja pemangku kebijakan yang akan kita hadapi termasuk pendekatan seperti apa yang bisa digunakan. Proses ini akan sangat baik jika melibatkan orang-orang yang sering bekerja secara langsung dengan pemangku kebijakan, meskipun opini yang diberikan bisa sangat subjektif namun setidaknya ada beberapa informasi yang dapat digunakan. 2. Strategi (Strategy) Setelah melakukan berbagai analisa, maka langkah selanjutnya adalah menyusun strategi berdasarkan hasil analisa itu. Dalam penyusunan strategi, pembagian tugas dilakukan dalam kelompok. Penyusunan strategi ini harusnya mempunyai konsep SMART: - Specific (Spesifik), yaitu isu apa yang akan diangkat, keadaan yang ingin dicapai, dan simpel. - Measurable (Dapat diukur), kegiatan yang dilakukan sebaiknya bisa diukur keberhasilannya melalui beberapa indikator yang dibuat. - Acceptable (Dapat diterima), dalam hal ini maksudnya adalah kegiatan yang direncanakan tidak muluk-muluk serta sesuai dengan kemampuan seperti berdiskusi dengan presiden untuk membahas masalah ini secara khusus. - Relevant (Relevan), kegiatan advokasi yang akan dilaksanakan harusnya sesuai dengan isu yang diusung. Misalnya contoh kegiatan yang tidak relevan adalah saat ingin ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi 3. 4. 5. 6. melakukan perubahan dalam isu hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual, kegiatan yang dilakukan adalah menampilkan data-data tentang situasi akibat perubahan iklim. - Time Specific (Waktu yang spesifik), yaitu kapan suatu kegiatan dilaksanakan mulai dari perencanaan hingga evaluasinya. Mobilisasi (Mobilization) Dalam kegiatan advokasi, sangat penting sekali mendapatkan dukungan dari masyarakat, media, mitra-mitra organisasi, universitas, atau pemangku kebijakan lainnya. Memobilisasi massa bukanlah hal yang mudah dan juga membutuhkan perencanaan yang matang. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, maka sangat penting sekali untuk mengadakan kegiatan-kegiatan berupa peningkatan kesadaran masyarakat atau peningkatan kapasitas terkait dengan isu yang diangkat. Banyaknya dukungan akan membantu kita dalam menghadang pendapat-pendapat orang lain yang bertentangan dengan tujuan advokasi kita. Aksi (Action ) Melakukan kegiatan yang sudah direncanakan. Sebelum melakukan aksi, pembagian tugas harus dilakukan dengan jelas untuk meminimalisasi kesalahan-kesalahan saat di lapangan. Menyiapkan mental sebelum melakukan aksi adalah sangat penting karena kita harus siap dengan segala respon yang akan didapat kemudian memberikan respon kembali dengan cepat. Orang yang menjadi front liner (berhadapan langsung dengan pemangku kebijakan) sebaiknya orang yang sudah sangat siap dengan beberapa strategi dan tidak pantang menyerah karena berbagai kemungkinan akan selalu ada. Satu hal yang perlu diingat saat berhadapan dengan pemangku kebijakan adalah memperlakukan mereka seperti manusia yang mempunyai perasaan, hindari kalimat-kalimat yang sarkastik (kasar) atau yang sifatnya menghina dan melecehkan. Evaluasi (Evaluation) Mengevaluasi proses yang sudah dilakukan, apa kelebihan dan kekurangannya, faktor penghambat dan pendukung, siapa yang sudah menjalankan tugas dan siapa yang belum, apa yang perlu diperbaiki, serta rencana ke depan. Keberlanjutan (Continuity) Keberlanjutan menjadi aktivitas yang sangat penting dalam advokasi karena sebuah perubahan sosial tidak terjadi secara instan. Biasanya, advokasi baru bisa diukur dalam jangka waktu 2 sampai 5 tahun. ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi C.1 Framework Advokasi D. MODEL PERENCANAAN ADVOKASI Perencanaan merupakan yang paling penting dalam kegiatan advokasi, ibaratnya seperti menyusun strategi perang. Berikut ini adalah model perencanaan advokasi: 1. Definition of Problem (Definisi masalah). Definisi masalah meliputi masalah-masalah yang dihadapi oleh anak muda terkait dengan HKSR mereka, dampak yang terjadi, dan prediksi ke depan jika masalah tersebut tidak ditangani. 2. Definition of The Advocacy Expected Result (Definisi dari hasil advokasi yang ingin dicapai). Keadaan ideal terkait dengan HKSR anak muda, apa yang sebaiknya didapat oleh remaja dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah. 3. Audience Analysis (Analisa target). Menganalisa siapa yang akan kita hadapi dalam proses advokasi menjadi sangat penting karena hal ini akan menentukan pendekatan yang akan digunakan. Analis peserta meliputi apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan kapan. 4. Self- Assessment (Asesmen organisasi/ perkumpulan). Sebelum berperang, sebaiknya juga kita mengetahui kemampuan dan kekurangan sebagai organisasi atau perkumpulan. Selanjutnya adalah melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan meminimalisir kekurangan organisasi atau perkumpulan. 5. Analysis of Potential Allies (Analisa partner yang potensial). Membuat analisa mengenai potensial partner, siapa yang bisa diajak kerjasama, siapa yang mengusung isu yang sama, dan bagaimana bekerjasama dengan mereka. 6. Development of The Advocacy Project Objectives (Mengembangkan kegiatan advokasi). Langkah terakhir dalam model perencanaan advokasi ini adalah mengembangkan kegiatan advokasi ini, hal ini meliputi aksi utama, indikator pencapaian, jadwal kegiatan, budget, dan rencana monitoring dan evaluasi. ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi D.1 Model Perencanaan Advokasi E. MAPPING KEKUATAN Sebelum melakukan advokasi, sebaiknya kita juga mengetahui sumber-sumber kekuatan dan siapa saja yang berperan dalam pembuatan kebijakan tersebut. Dengan menganalisa kekuatan yang ada, maka kita jadi tahu siapa yang akan menjadi target advokasi dengan akurat. Bentukbentuk kekuatan diantaranya adalah: 1. Kekuatan politik. Kekuatan ini memungkinkan seseorang untuk mengontrol atau mengatur otoritas masyarakat atau lembaga; atau kemampuan mempengaruhi lembaga melalui hukum atau kebijakan yang telah dibuat dan diimplementasikan. 2. Kekuatan ekonomi. Kekuatan ini memungkinkan seseorang untuk mengendalikan sumber daya ekonomi (anggaran program, pengaturan gaji, alokasi dana kegiatan, dll). 3. Kekuatan sosial. Kekuatan ini memungkinkan seseorang mengendalikan atau mempengaruhi orang-orang dalam konteks hirarki (struktural), opini publik, mempengaruhi masyarakat, dan konteks sosial lainnya. Sumber-sumber kekuatan Dalam melakukan advokasi, penggalangan kekuatan menjadi sangat penting untuk mendesak terjadinya perubahan sosial. Berikut ini adalah sumber-sumber kekuatan untuk melakukan advokasi: 1. Opini publik 2. Orang yang bekerja di ranah akar rumput (bersentuhan langsung dengan masyarakat) 3. Informasi dan pengetahuan dari komunitas lokal dan situasi mereka 4. Jaminan konstitusional dan hak ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi 5. Kepercayaan apa yang benar dan adil di mata masyarakat F. KONTEKS ADVOKASI Sebelum melakukan advokasi, perlu sekali kita mengetahui tiga pendekatan yang biasa digunakan dalam advokasi. Tiga pendekatan itu terdiri dari advokasi UNTUK, DENGAN dan OLEH, berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut: UNTUK Masyarakat/komunitas: Masalah/isu diidentifkasi dan diadvokasi oleh pihak luar. Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahannya: + Akses cepat ke pengambil keputusan + Akses yang lebih baik ke informasi pada konteks yang lebih luas - Menguatkan struktur kuasa yang ada - Tidak meningkatkan kapasitas komunitas untuk bertindak Contoh kegiatan ini adalah saat seseorang mengalami tindakan perkosaan namun dikeluarkan dari sekolah, maka dibuat sebuah aliansi untuk memperjuangkan anak ini agar tetap sekolah. DENGAN Masyarakat/komunitas: Masalah/isu diidentifikasi oleh masyarakat/komunitas dan pihak luar melakukan mobilisasi kapasitas untuk advokasi. Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahannya: + Meningkatkan akses orang yang terdampak dalam pengambilan keputusan + Peningkatan kapasitas dan keterampilan advokasi - Pihak luar membangun agenda - Lebih lambat karena membuat konsensus butuh waktu Contoh kegiatan ini adalah saat seseorang mengalami tindakan perkosaan namun dikeluarkan dari sekolah, maka dibuat sebuah aliansi untuk memperjuangkan anak ini agar tetap sekolah. Aliansi ini juga bekerjasama dengan korban perkosaan agar sama-sama memperjuangkan haknya. OLEH Masyarakat/komunitas: Masalah/isu diidentifkasi dan diadvokasi untuk dan oleh masyarakat/komunitas. + Orang yang terdampak melihat diri sebagai agen perubahan + Keberlanjutan + Dapat mengoreksi ketimpangan kuasa - Akses yang lebih sulit ke sumber daya dan informasi - perubahan kebijakan mungkin memakan waktu lama Contoh kegiatan ini adalah saat seseorang mengalami tindakan perkosaan namun dikeluarkan dari sekolah. Korban perkosaan ini memperjuangkan haknya dengan mengajak beberapa LSM dan orang-orang yang peduli dengannya untuk membantunya memperjuangkan haknya mendapat pendidikan. Level Advokasi ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi Advokasi dibedakan dalam beberapa level sesuai dengan ruang lingkupnya: International Tingkatnya dunia, mengatur kesepakatan atau peraturan tingkat internasional seperti Deklarasi Hak Asasi Manusia, peraturan yang dibuat oleh PBB, dll. Regional Untuk tingkat regional, Indonesia bisa masuk ke dalam ranah: ASEAN, Asia, serta Asia dan Pasifik. Nasional Kebijakan nasional, UU, Perpres, dan Keputusan Mentri adalah beberapa contoh kebijakan nasional. Otoritas lokal Perda dan Keputusan Gubernur adalah contoh dari otoritas lokal. Masyarakat/komunitas Peraturan yang biasa dibuat oleh masyarakat atau komunitas biasanya tidak tertulis namun menjadi baku karena bagian dari komunitas tersebut mematuhinya. Salah satu contohnya adalah remaja yang hamil di luar nikah biasanya dikucilkan. Keluarga Peraturan ini sama halnya seperti yang ada di masyarakat namun lingkupnya di kalangan keluarga. Perorangan Kebijakan ini lingkupnya paling kecil, seperti peraturan dalam pacaran. Misalnya salah satu pasangan melarang pasangannya untuk keluar malam atau berteman dengan lawan jenis. G. KEMITRAAN Berikut ini adalah sebuah kisah tentang kelinci dan kura-kura yang sedang mengikuti perlombaan: 1. Suatu hari kelinci melihat kura-kura yang sedang berjalan dengan lambatnya, kemudian dihampirilah kura-kura tersebut. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, sang kelinci menantang kura-kura untuk berlomba lari. Hey kura-kura, kita lomba balap yuk! Tantang kelnci, Ayok! Jawab kura-kura. Wahahahaha pede sekali kamu, kamu kan gak bisa berlari, jalan saja lambat, mau coba mengalahkan saya…hahahaha! Ledek kelinci. Maka bersiap-siaplah mereka di garis start, siap…mulai….berlarilah kelinci dengan kencang meninggalkan kura-kura, ketika mendekati garis finish, kelinci menengok ke belakang dan melihat sang kura-kura yang jauh tertinggal. Hahahaha lambat sekali tuh kura-kura, saya pasti menang, sambil tidur pun dia tidak akan bisa menyusulku. Maka tidurlah kelinci dibawah pohon. Ketika nyenyak-nyenaknya kelinci tidur, tibalah kura-kura dengan lambatnya berjalan. Dasar kelinci yang sombong, kamu pikir kamu bisa seenaknya saja tidur dan merendahkan saya, ah biarin tidur ajalah. Sambil berjalan dengan pelannya kura-kura berjalan dan juaralah kura-kura.” Tanyalah pada peserta pelajaran apa yang didapat dari cerita tadi. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan respon. Pelajaran yang didapat dari cerita tadi adalah ”Alon-alon asal klakon…. Sesuai dengan falsafah jawa. 2. Kemudian cerita berlanjut. ”Kelincipun tebangun kaget, dia sudah terkalahkan oleh kurakura. Tidak mungkin, saya tidak mungkin kalah, saya kan lari sangat cepat, mana ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi mungkin saya dikalahkan. Saya tidak terima, hey kura-kura ayok kita lari lagi. Kurakurapun tersenyum menerima tantangan. Pada saat hendak berlari, kelincipun fokus pada garis finish, dan dia berlari cepat untuk mencapai garis finish. Dengan kecepatannya, maka kali ini menanglah sang kelinci.” Tanyalah pada peserta pelajaran apa yang didapat dari cerita tadi. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan respon. Pelajaran yang didapat dari cerita tadi adalah kalau kita fokus pada tujuan maka kita akan cepat menyelesaikan setiap tugas yang dikerjakan atau capaian hidup kita. 3. ”Kura-kura berbalas menantang kelinci, hey kelinci ayok kita lomba lari lagi. Ayok jawab kelinci. Balas kura-kura, tapi aku yang menentukan garis finishnya. Dengan tegas kelinci bilang Siapa Takut! Baik, tapi jalurnya lurus, kekiri, kekanan, lurus lagi, belok lagi kekanan nah pohon itu disana garis finishnya. Kembali mereka berlomba, sang kelinci berlari dengan kencang mengikuti jalur yang diberi kura-kura. Tiba-tiba kelinci berhenti kaget, ternyata dia menemui sungai yang besar. Haaahhhhh sungainya besar sekali, saya tidak bisa berenang, loncatpun saya tidak bisa sampai keujung, saya bisa tenggelam, aduhhh bagaimana ini. Datanglah kura-kura dan bertanya ke kelinci, kenapa kelinci, kamu kok tampak bingung. Balas eklinci pada kura-kura, Kamu curang, kamu tidak bilang kalau harus menyebrang sungai, saya kan tidak bisa berenang. Lho tadi kamu kan ok ok saja, dan kamu gak tanya sih, sudah yah saya nyebrang dulu, maka berenanglah kura-kura dan menanglah kura-kura. Tanyalah pada peserta pelajaran apa yang didapat dari cerita tadi. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan respon. Pelajaran yang didapat dari cerita tadi adalah kalau mau bersaing maka bersainglah dalam core kompetensi anda. 4. Terakhir kura-kura mengajak berlomba lagi pada kelinci, tapi nanti ketika didarat kamu gendong saya, dan ketika disungai saya gendong kamu gimana? Ok jawab kelinci. Maka mereka berlomba dan merekapun finish bersama-sama dengan waktu yang lebih cepat. Cerita tersebut memberikan gambaran bagaimana jika kedua mahluk yang mempunyai kemampuan dan kelemahan yang berbeda memutuskan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Hal ini dapat diaplikasikan ke dalam advokasi karena untuk mencapai tujuan maka diperlukan kerjasama agar usahanya optimal dan meminimalisir kegagalan. Mengidentifikasi Aliansi • Aliansi adalah orang/organisasi yang mendukung prinsip/objektif kampanye advokasi kita, serta memberikan dukungan sumber daya untuk kampanye advokasi. • Pertimbangkan: 1. 2. 3. 4. Besarnya pengaruh Tingkat dukungan terhadap tujuan advokasi Apa yang di dapat pihak-pihak dengan beraliansi Apa yang dapat pihak-pihak berikan sebagai aliansi Keuntungan dan Kerugian Beradvokasi dengan Aliansi ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi H. PIRAMIDA PARTISIPASI Melalui ilustrasi yang telah diberikan, maka remaja bisa menganalisa di bagian manakah dia berperan. Penting sekali memetakan pada tahapan manakah kita berada, termasuk ketika kita beraliansi dengan pihak lain maka kita harus mempunyai posisi yang jelas agar tidak hanya menjadi ”hiasan” semata. Berikut ini penjelasannya: 1. Manipulasi Manipulasi terjadi saat orang dewasa menggunakan anak muda sebagai pihak pendukung untuk sebuah alasan tertentu dan di saat yang sama mereka berpura-pura bahwa alasan tersebut terinspirasi dari anak muda. Tidak ada tanggung jawab dalam peran ini. 2. Dekorasi Anak muda digunakan untuk mendukung sebuah tujuan atau memberikan sebuah semangat oleh orang dewasa, meskipun mereka tidak menunjukkan bahwa tujuan atau semangat itu terinspirasi oleh anak muda. Tidak ada tanggung jawab dalam peran ini. 3. Tokenisme Tokenisme mengesankan bahwa anak muda seolah mempunyai suara, namun dalam realitanya mereka hanya mempunyai sedikit pilihan bahkan terkadang tidak punya sama sekali. Tidak ada tanggung jawab dalam peran ini. 4. Penugasan dengan diinformasikan Dalam hal ini, anak muda diberi tugas yang sangat spesifik dan informasi mengenai bagaimana dan mengapa mereka terlibat dalam sebuah project tertentu. Tingkat tanggung jawab rendah dalam peran ini. 5. Konsultasi dan Informasi Anak muda diberikan kesempatan untuk memberikan masukkan pada sebuah pengembangan program/project dimana orang dewasa yang mengeksekusinya. Anak muda diberikan informasi mengenai bagaimana masukkan mereka akan digunakan, namun pengambilan keputusan dilakukan oleh orang dewasa. 6. Inisiasi Orang Dewasa, Berbagi Keputusan dengan Anak Muda Pada kasus ini, inisiasi project/program dilakukan oleh orang dewasa namun pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan anak muda. 7. Inisiasi Anak Muda, Berbagi Keputusan dengan Orang Dewasa ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi Inisiasi kegiatan, program, atau project dilakukan oleh anak muda dan keputusan diambil bersama dengan orang dewasa. 8. PIME Anak Muda (Perencanaan, Implementasi/ Pelaksanaan, Monitoring, and Evaluasi yang dilakukan anak muda) Perencanaan, monitoring, dan evaluasi dilakukan oleh anak muda. H.1 Piramida Partisipasi ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani Modul Advokasi DAFTAR PUSTAKA Advocacy Training SRR from YCSRR, 2012 GYCA Advocacy e-course, 2012 http://www.qla.org.au/PDFforms/Forms/Advocacy%20Info%2020Dec07.pdf http://tilz.tearfund.org/webdocs/Tilz/Roots/English/Advocacy%20toolkit/ATENGA_2_Understanding %20advocacy.pdf http://en.wikipedia.org/wiki/Advocacy http://www.unicef.org/indonesia/id/BukuPanduan-Pendahuluan.pdf http://www.ilo.org/public/english/dialogue/actemp/downloads/projects/eos/guide3_in.pdf http://www.uwonet.or.ug/wp-content/uploads/downloads/2011/02/Advocacy-Skills-TrainingManual-grey-inners.pdf ©Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani © Nur Hidayati Handayani Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja Disusun oleh: Nur Hidayati Handayani www.aliansiremajaindependen.org ǀ @aliansiremaja ǀ FB : Aliansi Remaja Independen Modul Kebijakan Dan Isu HKSR Remaja © Nur Hidayati Handayani Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja GAMBARAN UMUM Sebagai orang yang akan menyuarakan hak-hak remaja, sangat penting mengetahui kebijakan, hukum, atau perjanjian yang terkait dengan hak-hak remaja baik di nasional maupun internasional. Memahami konteks hukum menjadi salah satu cara untuk meyakinkan orang lain terkait dengan isu HKSR. Dengan memaparkan bukti-bukti yang ada, maka orang lain akan percaya bahwa kita memang ahli di bidangnya. Dalam modul ini, akan dijabarkan beberapa kebijakan-kebijakan yang terkait dengan HKSR remaja. Proses pembelajaran akan dilakukan dengan membahas 2-3 kebijakan pada setiap pertemuan dan mencari bagian mana yang sudah sesuai dengan upaya pemenuhan HKSR dan bagian mana yang belum. TUJUAN Peserta mendapatkan gambaran tentang kebijakan-kebijakan HKSR remaja Peserta memiliki kemampuan berpikir kritis terhadap kebijakan HKSR remaja Peserta mempunyai pemahaman lebih lanjut dalam menggunakan kebijakan sebagai cara untuk mengadvokasi HKSR remaja METODE Diskusi © Nur Hidayati Handayani Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja KEBIJAKAN DAN ISU HKSR REMAJA KEBIJAKAN INTERNASIONAL Kebijakan internasional yang digunakan oleh banyak negara adalah kebijakan yang disepakati dalam rapat tingkat tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa. Selain itu, beberapa kesepakatan di tingkat regional seperti kesepakatan yang dilakukan negara-negara ASEAN akan mempengaruhi kebijakan yang ada di Indonesia. Namun, hingga saat ini kebijakan yang digunakan oleh Indonesia terkait dengan HKSR remaja adalah kebijakan tingkat internasional. 1. Universal Declaration of Human Rights (UDHR) atau biasa dikenal sebagai Deklarasi Hak Asasi Manusia. Perjanjian Internasional ini disepakati tanggal 10 Desember 1948, yaitu setelah Perang Dunia II dengan tujuan untuk menghentikan berbagai tindakan kejahatan kemanusiaan. 2. Convention on the Rights of the Children (CRC) atau Konvensi Hak Anak. Konvensi ini disepakati pada tanggal 20 November 1989 dengan tujuan untuk melindungi hak anak di dunia. 3. International Conference on Population and Development (ICPD) ini disepakati pada tahun 1994 dimana ini merupakan dokumen pertama yang membahas tentang Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta partisipasi remaja dalam beberapa aspek pembangunan. 4. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) disepakati pada tanggal 18 Desember 1979 sebagai upaya untuk mengeliminasi berbagai kekerasan terhadap perempuan. 5. Beijing Declaration menjelaskan secara detail tentang kekerasan terhadap perempuan yang dikeluarkan pada tahun 1995. 6. Perjanjian Millenium Development Goals (MDGs) yang disepakati pada tahun 2000 untuk mempercepat pembangunan di seluruh dunia. KEBIJAKAN NASIONAL Berikut ini adalah beberapa kebijakan yang berkaitan langsung dalam pemenuhan HKSR remaja di Indonesia: © Nur Hidayati Handayani Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja 1. Undang-undang Hak Asasi Manusia. UU ini merupakan ratifikasi yang dilakukan pada tahun 1999. 2. Undang-undang Perkawinan. UU ini mengatur mulai dari syarat hingga peraturan dalam pernikahan di Indonesia. 3. Undang-undang Kependudukan. UU ini mengatur tentang pembangunan dan keluarga yang disahkan pada tahun 1992. 4. Undang-undang Kekerasan dalam Rumah Tangga disahkan pada tahun 2004 setelah melalui proses panjang advokasi oleh gerakan perempuan di Indonesia. 5. Undang-undang Kesehatan. UU ini disahkan pada tahun 2009 dimana sebagian besar isinya mengatur tentang layanan informasi dan kesehatan untuk masyarakat. 6. Undang-undang Perlindungan Anak merupakan ratifikasi dari Konvensi Hak Anak yang diterbitkan pada tahun 2002. 7. Sistem Pendidikan Nasional merupakan peraturan yang mengatur tentang sistem pendidikan di Indonesia yang disahkan pada tahun 2003. 8. Keputusan Mentri tentang Sunat Perempuan diterbitkan pada tahun 2010 yang mengatur tentang proses dan tata cara melakukan sunat perempuan. 9. Undang-undang ketenagakerjaan yang disahkan pada tahun 1999 lalu direvisi pada tahun 2003 untuk mengatur ketenagakerjaan di Indonesia. ISU-ISU HAK-HAK KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI REMAJA Berikut ini adalah beberapa isu yang sedang diperdebatkan baik di tingkat nasional maupun internasional. Secara garis besar, perdebatan ini terjadi diantara dua kubu, yaitu kubu yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan kubu yang menjunjung nilai agama dan budaya. Aborsi aman Perdebatan yang terjadi saat ini adalah apakah layanan aborsi aman itu harus disediakan oleh pemerintah atau tidak. Adapun dua kubu yang terkait dengan isu ini adalah pro choice dan pro life. Pro choice adalah sekelompok orang yang menganggap bahwa seseorang dikatakan manusia dan memiliki hak saat dia lahir, sehingga bayi yang dalam kandungan adalah bagian dari hak perempuan. Sebaliknya, bagi kelompok pro life, bayi sudah memiliki hak untuk hidup sejak dalam kandungan. Apapun © Nur Hidayati Handayani Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja perdebatan yang terjadi, kelompok pro choice memandang bahwa perempuan mempunyai hak penuh atas tubuhnya termasuk mempertahankan kandungan atau tidak karena itu berkaitan dengan hidup perempuan. Pendidikan Seksualitas yang Komprehensif Perdebatan yang terjadi saat ini adalah apakah pendidikan seksualitas yang komprehensif harus masuk ke dalam kurikulum sekolah atau tidak. Di banyak negara yang masih memandang seksualitas adalah sebuah tabu, alasan-alasan yang dikemukakan sebagian besar adalah alasan moral dan ketakutan bahwa remaja akan melakukan seks pranikah setelah belajar materi ini. Sedangkan menurut data, angka HIV, IMS, kekerasan dalam pacaran, pelecehan seksual sangat tinggi di kalangan remaja. Memberikan informasi merupakan salah satu jalan untuk mengurangi angka tersebut. Layanan kesehatan yang ramah remaja Remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, pada masa ini mereka mengalami banyak perubahan psikis, fisik, dan sosial. Layanan kesehatan yang ada saat ini belum memberikan ruang bagi remaja untuk mengakses layanan kesehatan seksual dan reproduksi seperti VCT, IMS, kontrasepsi dan papsmear. Tantangan terbesar dalam pemberian layanan kesehatan yang ramah remaja adalah latar belakang budaya dan agama dimana kebanyakan dari pemberi layanan merasa kebingungan untuk menghadapi remaja yang sudah aktif secara seksual. Remaja hamil yang dikeluarkan sekolah Sistem pendidikan di Indonesia membuat setiap sekolah mempunyai otoritas untuk mengatur sistem sekolah. Kemendikbud belum pernah membuat peraturan bahwa siswi hamil boleh tetap melanjutkan pendidikan. Alasan yang dikemukakan untuk mengeluarkan siswi hamil adalah karena dia telah melakukan tindakan yang mencoreng nama baik sekolah dan melanggar norma kesusilaan. Dalam hal ini, beberapa isu termasuk di dalamnya, seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, keharusan sekolah untuk mendidik norma susila kepada muridnya, hingga hak untuk bereproduksi. Hak-hak LGBTIQ Meskipun sudah ada perjanjian yang mengatur bahwa siapapun berhak mendapatkan hak yang sama, namun pelanggaran hak banyak terjadi kepada kelompok LGBTIQ atas nama agama. Perdebatan ini © Nur Hidayati Handayani Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja muncul karena beberapa kelompok menganggap kalau hak LGBTIQ dilegalkan, maka akan banyak orang yang hidup dalam dosa dan merusak masyarakat lainnya. Sedangkan kelompok lainnya menganggap bahwa siapapun tak terkecuali orientasi seksual berhak mendapatkan pemenuhan hak. Beberapa kasus pelanggaran hak LGBTIQ ialah penyiksaan di sekolah, pelecehan seksual hingga pemerkosaan, pemberhentian kerja secara sepihak, pemukulan, hingga pembunuhan. Pernikahan dini Usia minimal pernikahan bisa dilihat di UU perkawinan, hingga saat ini usia tersebut menjadi perdebatan panjang di berbagai kalangan. Beberapa kelompok agama mengambil standar dari kisah Nabi bahwa mereka menikah di bawah usia 20 tahun, bahkan ada yang dari usia 9 tahun. Kebanyakan pemuka agama beranggapan bahwa umat Nabi sebaiknya mengikuti saran Nabi, yaitu menikahlah secepatnya untuk menghindari aktivitas seksual pra nikah. Namun, ada banyak hal yang menjadi masalah dari usia pernikahan seperti angka perceraian yang tinggi pada pasangan yang menikah di usia di bawah 20 tahun, kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa perempuan yang menikah dini, hingga perdagangan manusia dan eksploitasi seksual. Tenaga Kerja dan HKSR Setiap tahunnya, Indonesia mengirimkan banyak tenaga kerjanya ke luar Indonesia, seperti ke Malaysia, negara-negara Arab, hingga Eropa. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami masalah terkait dengan HKSR, seperti pemerkosaan, penyiksaan, sampai pembunuhan. Pemerintah sampai saat ini belum mempunyai peraturan yang ketat untuk melindungi tenaga kerjanya saat menghadapi masalah di luar negeri. Orang dengan HIV dan AIDS Masalah yang banyak dihadapi oleh Orang dengan HIV dan AIDS hampir serupa dengan remaja hamil. Mereka mengalami berbagai stigma dan diskriminasi karena kurangnya pemahaman dasar tentang HIV dan AIDS. Kebanyakan pemahaman masyarakat menganggap bahwa seseorang bisa terinfeksi HIV karena mereka melakukan hubungan seks pranikah. Selain itu, masyarakat juga berpikir bahwa ODHA berhak mendapatkan perlakuan buruk akibat perilakunya. © Nur Hidayati Handayani Modul Kebijakan dan Isu HKSR Remaja REFERENSI www.ilo.org www.unfpa.org www.unicef.org www.unesco.org www.komnasperempuan.or.id www.youthcoalition.org ALIANSI REMAJA INDEPENDEN “Mengembangkan Strategi Advokasi” Modul E-Course Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dan Advokasi Fita Rizki Utami [2012] [ALIANSI REMAJA INDEPENDEN] “Mengembangkan Strategi Advokasi” Modul E-Course Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan Advokasi by: Fita Rizki Utami Email: [email protected] Tujuan pembelajaran: Pada modul ini kamu akan Mempelajari bagaimana mengembangkan strategi advokasi yang efektif dengan memanfaatkan sumber daya daya yang tersedia untuk menghasilkan dampak terbesar, Memfokuskan strategi advokasi menggunakan penilaian kontekstual menggunakan pertanyaan 5W (what, why, who, when and where), Menilai sumber daya, hambatan, penentang, dan pendukung, Membuat strategi advokasi awal dan jangka waktu dengan yang sejalan dengan teori perubahan, tujuan utama, dan tujuan khusus. Apakah strategi itu? Strategi merupakan teori yang menjelaskan bagaimana kita dapat memanfaatkan sumber daya yang kita miliki (resources) menjadi apa yang kita butuhkan (kekuatan untuk membuat perubahan) untuk mencapai apa yang kita inginkan (tujuan). Oleh karena itu, strategi memerlukan komitmen Anda terhadap tujuan umum. Tujuan umum merupakan titik yang dapat didentifkasi dan diukur untuk mengetahui apakah yang Anda lakukan sukses atau tidak. Strategi merupakan sebuah hipotesis tentang bagaimana kita bisa menggunakan taktik tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Ciri-ciri strategi yang baik Strategi dihasilkan dari motivasi Kita menyusun strategi dalam rangka merespon tantangan yang mendesak, kesempatan tertentu, atau masalah yang kita minati dalam rangka mengubah (situasi masa depan yang kita anggap ideal yakni saat tujuan kita sudah tercapai) menjadi tujuan umum tertentu. Pertama-tama kita harus memiliki komitmen terhadap tujuan umum baru kemudian menentukan bagaimana kita bisa mencapai tujuan tersebut. Tujuan umum mungkin berkembang atau berubah sering dengan proses kita dalam mengembangkan dan melaksanakan strategi kita, sehingga penting bagi kita untuk bersikap fleksibel terhadap kemungkinan terjadinya perubahan. Strategi harus kreatif Kita bisa menutupi kekurangan sumber daya dengan menggunakan pihak-pihak yang memiliki sumber daya tersebut asalkan kita berpikir secara kreatif. Harus kita pahami bahwa kekuatan hampir selalu bergantung pada partisipasi dari pihak-pihak yang tidak berdaya (yang menerima kondisi yang terjadi) untuk mempertahankan status quo. Mengacaukan partisipasi dari pihak-pihak ini sangat mungkin menarik perhatian pembuat kebijakan dan menciptakan pergeseran atau perubahan kekuasaan. Strategi harus kolaboratif Strategi yang dinamis adalah strategi yang dikembangkan oleh sekelompok orang yang memiliki latar belakang, pengalaman dan sumer daya yang beragam. Jadi Anda harus bekerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang sama terhadap isu yang diperjuangkan, tapi tidak harus pihak yang “sama dengan Anda” (sama umur, komunitas, status sosial ekonomi, dan lainnya). Ada baiknya juga Anda mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ketika ingin mencoba mengidentifikasi pihak-pihak yang akan diajak bekerja sama: • • Siapa pihak-pihak yang berperan untuk mengembangkan dan melaksanakan strategi di area kerja Anda? Apakah ada organisasi berbasis masyarakat (ormas), lembaga keagamaan atau asosiasi orang tua-guru di sekolah yang bisa Anda gerakkan (mobilisasi) untuk berpartisipasi dalam tim Anda atau direktur sebagai penasihat dan pendukung? Hal ini penting, karena kenyataanya tidak ada pemimpin yang dapat melakukan segala sesuatu secara mandiri, sehingga Anda perlu mulai berpikir tentang seperti apa tim yang Anda butuhkan. Tim ini terdiri atas sekolompok kecil orang yang bertanggung jawab atas keseluruhan koordinasi dan pelaksanaan kegiatan advokasi bersama dengan Anda. Strategi harus fleksibel Strategi awal yang Anda kembangkan mungkin mengalami kegagalan saat Anda menerapkannya. Namun, Anda sebaiknya jangan berkecil hati melainkan coba lakukan evaluasi mengapa strategi tersebut mengalami kegagalan, serta mulailah melakukan perubahan yang diperlukan sesuai dengan situasi nyata. Mungkin saja materi kampanye Anda terlalu sulit untuk dipahami target audiens. Atau mungkin acara yang Anda buat bertepatan dengan peristiwa besar yang tidak Anda ketahui. Oleh karena itu, Anda harus menguji teori perubahan Anda (akan disampaikan pada modul ini) secara terus menerus dan menyesuaikannya dengan taktik baru, mengevaluasi dampaknya, menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada, dan meningkatkan dari waktu ke waktu. Strategi merupakan kata kerja Strategi merupakan sesuatu yang kita lakukan, bukan suatu benda yang kita miliki. Dalam proses kita mencapai tujuan kita akan menemi kegagalan dan keberhasilan yang akan membantu kita belajar untuk bisa menyesuaikan taktik agar semakin efektif. Taktik merupakan tindakan-tindakan tertentu untuk diperlukan untuk melaksanakan strategi. Misalnya dengan mengirimkan surat dan meminta politisi untuk mendorong kebijakan tertentu, atau melakukan siaran radio merespon keputusan pemerintah yang tidak memperhatikan kehidupan orang dengan HIV (Odhiv) dengan memotong bantuan kesehatan. Taktik harus sesuai dengan sumber daya yang tersedia yang dibangun atas dasar kekuatan Anda dan kelemahan penentang (oposisi). Taktik yang baik harus berasal dari pengalaman konstituen Anda (orang yang Anda gerakkan untuk mengambil tindakan), namun di luar pengalaman penentang Anda. Sehingga taktik dapat mempersatukan konstituen Anda, tapi membelah penentang. Taktik harus sesuai dengan tujuan umum Anda. Jika tidak, maka Anda tidak perlu melakukan taktik tersebut. Taktik yang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan yang baik tidaklah tepat, misalnya bertujuan untuk „memberdayakan‟ masyarakat tapi menggunakan uang untuk menggerakkan masyarakat. Taktik yang baik adalah taktik yang menyenangkan, memotivasi, dan sederhana. Pertanyaan utamanya adalah: bagaimana taktik Anda mampu memanfaatkan sumber daya kolektif untuk menggeser atau merubah kekuasaan. Strategi merupakan kata kerja Pikirkan sebuah taktik yang mungkin akan Anda gunakan dan cobalah menjawab pertanyaan berikut: 1. Apakah taktik tersebut dapat membuat Anda mencapai tujuan? Bagaimana? 2. Apakah Anda akan menggunakan sumber daya secara kreatif untuk taktik tersebut? Bagaimana? 3. Apakah taktik tersebut depat menciptakan atau meningkatkan kapasitas organisasi? Bagaimana? 4. Apakah taktik tersebut dapat menciptakan kepemimpinan? Bagaimana? Berikut beberapa contoh kampanye advokasi untuk menjelaskan perbedaan istilah strategi, taktik, sumber daya, hambatan, dan keluaran. Misalnya tujuan umum Anda adalah untuk memperluas akses kontasepsi untuk anak muda. Maka strategi Anda bisa berupa: 1) Taktik kampanye dengan menulis surat kepada politisi yang merupakan stakeholder isu, dari anak muda yang merasa membutuhkan kontrasepsi dan ketidaktersediaan kontrasepsi membuat mereka berisiko terhadap masalah kesehatan. Sumber daya yang akan Anda mobilisasi adalah orang, dan, jika kamu tinggal dalam lingkungan demokratis, maka kekuatan suara rakyat merupakan kekuatan utama. (Jika politisi tidak mendukung Anda, maka anak muda yang menulis surat tersebut mungkin tidak akan memilih orang tersebut pada pemilihan selanjutnya) Hambatan yang mungkin Anda hadapi antara lain tentangan dari kelompok konservatif atau pemuka agama tertentu. Keluaran (outcome) bisa berupa jumlah surat yang dikirimkan kepada politisi selama kurun waktu tertentu. Keluaran lain bisa berupa politisi memutuskan untuk mengajak negosiasi tentang kebijakan ini selama kurun waktu tertentu. 2) Taktik media untuk meyakinkan jaringan pemberitaan televise agar mau memberitakan terbatasnya akses anak muda terhadap kontrasepsi. Anda bisa melakukan hal-hal berikut ini: Membuat press release dan mengirimkannya kepada jaringan pers televise, Menghubungi stasiun televise, memperkenalkan diri Anda dan isu yang ada dalami (dalam waktu 30 detik) dan minta untuk bicara dengan penanggung jawab pemberitaan. Memberitahukan kepada mereka bahwa Anda telah mengirimkan press relase kepada stasiun televise tersebut dan minta nama dan email orang orang tersebut agar Anda juga bisa mengirimkan press release tersebut secara langsung. Hal ini penting untuk menjamin email Anda tidak diabaikan. Jika Anda sudah memiliki nama orang tersebut, maka lain kali Anda bisa menghubungi orang tersebut untuk mengetahui kelanjutannya, mengingatkan siapa Anda, isu yang ingin dipublikasi, dan tanya kapan mereka akan mempublikasikan isu tersebut. Sumber daya yang akan Anda mobilisasi mungkin berupa kontak ke stasiun televise yang Anda atau anggota tim ketahui. Sumber daya lain bisa berupa kemampuan menulis dan berbicara persuasive (jika Anda berhasil meyakinkan stasiun televise untuk mempublikasikan isu Anda berdasarkan press release dan kontak telepon). Contoh hambatan adalah jika stasiun televise tersebut menolak untuk mempublikasikan isu Anda karena khawatir akan reaksi masyarakat yang negatif dan berdampak buruk terhadap citra stasiun televise tersebut. Keluaran dapat berupa berapa jumlah stasiun televise yang dikirimkan press release dalam jangka waktu tertentu. Keluaran juga berupa berapa banyak stasiun televise yang bersedia mempublikasikan isu Anda. Strategi membutuhkan kemampuan untuk memilih – komitmen diri dan sumber daya terhadap tindakan-tindakan yang Anda percaya bisa mencapai hasil yang diinginkan, namun tetap siap terhadap kemungkinan adaptasi terhadap perubahan atau peluang baru. Daftar panjang tentang “apa yang akan kita coba lakukan” bukanlah sebuah strategi. Salah satu tugas dari kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk megelola ketegangan antara komitmen dan adapatasi. Merancang strategi merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan, tidak terbatas pada membuat rencana strategi pada saat awal kampanye dan kemudian berpegang teguh pada hal tersebut. Sebelum Anda memulai membuat strategi dan memilih taktik, penting untuk mengidentifikasi tujuan umum sesuai dengan konteks advokasi Anda dengan menggunakan pertanyaan 5W. The 5 W: What, why, who, when, where? What (apa)? Masalah apa yang Anda rasa butuh untuk ditangani? Misalnya: Anak muda di kota atau kabupaten dimana Anda tinggal tidak dapat mengakses pendidikan seksualitas komprehensif, Anak perempuan di kota atau kabupaten yang mengalami kehamilan tidak direncanakan dikeluarkan dari sekolah, Anak muda di kota atau kabupaten Anda tinggal tidak dapat mengakses kontrasepsi. Jika “apa” anda terlalu luas (tingginya perempuan muda yang mengalami kehamilan tidak direncanakan di Indonesia) maka hal tersebut dapat mengakibatkan advokasi Anda menjadi tidak efektif. Fokuslah pada apa yang bisa Anda lakukan secara efisien daripada melakukan semuanya sekaligus. Salah satu cara untuk memfokuskan masalah adalah dengan memikirkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah tersebut. Misalnya tingginya perempuan muda yang mengalami kehamilan tidak direncanakan (KTD) dikarenakan tidak adanya akses ke pendidikan seksualitas yang komprehensif, tidak adanya akses ke kontrasepsi, budaya yang tidak membahas isu kesehatan reproduksi dan seksual secara terbuka dan lainnya. Anda bisa memilih salah satu faktor ini sebagai dasar advokasi Anda. Why (kenapa)? Anda harus mampu membuat studi kasus. Karena anda menjual ide tidak hanya untuk diri Anda melainkan juga kepada konstituen yang Anda harapkan dapat membantu Anda untuk mengembangkan dan melaksanakan strategi advokasi, dan juga tentu kepada pihak-pihak yang akan Anda advokasi. Kenapa mereka harus peduli? Untuk itu Anda harus mampu memberikan bukti-bukti adanya permasalahan yang penting untuk ditangani/diselesaikan. Anda juga harus menunjukkan urgensi (kegawatan) dari situasi tersebut. Hal ini karena di negara berkembang seperti Indonesia banyak isu-isu lain yang kritis dan mendesak. Sehingga Anda penting untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut: • • Mengapa penting bagi mereka untuk mengalokasikan sumber daya untuk isu ini sekarang? Apakah ada peningkatan dalam jumlah perempuan yang mengalami kehamilan tidak direncanakan? Sehingga sangat penting bagi Anda untuk mendukung kesimpulan Anda dengan data untuk menentukan apakah akar masalah sebenarnya. Jangan anggap bahwa Anda tahu jawabannya berdasarkan asumsi-asumsi semata yang mungkin saja tidak tepat. Why (kenapa)? Siapakah orang, lembaga atau komunitas yang memiliki kekuatan yang dapat membuat perubahan? Mereka bisa berupa orang-orang atau pihak-pihak yang membuat kebijakan, pendanaan program, atau mereka yang ada di komunitas. Misalnya Kementerian Kesehatan, Dinas Pendidikan, Komisin Penanggulangan AIDS, atau pemuka agama di kota/kabupaten/desa Anda. Apakah kepentingan orang-orang atau pihak-pihak tersebut? Apa motivasi mereka? Terpilih kembali? Kekuatan? Status? Reputasi? Uang? When (kapan)? Kapan saat yang tepat untuk meluncurkan kampanye advokasi Anda? Jika Anda menekan politisi untuk merubah atau membuat sebuah kebijakan atau program, maka Anda harus tahun kapan periode kampanye dam pemilihan? Apakah Anda punya cukup waktu untuk mempengaruhi politisi tersebut agar berkomitmen terhadap isu Anda? Alasan membuat struktur kampanye advokasi adalah agar Anda dapat memperhitungkan jadwal dan perisitiwa yang terjadi di sekitar Anda, terutama konsitituen Anda. Misalnya konstituen Anda adalah murid SMA atau universitas, maka Anda harus memastikan bahwa puncak kampanye advokasi tidak bersamaan dengan masa ujian. Menglola waktu merupakan yang penting untuk menjamin keterlibatan konstituen Anda dengan tetap memperhatikan peluang yang ada agar tidak kehilangan momentum. Timing adalah tentang membuat rangkaian aktivitas untuk mengambil inisiatif, membangun momentum dan mengambil keuntungan dari momen tertentu. Anda sebaiknya menggunakan sumber daya yang Anda miliki untuk bisa menghasilkan sumber daya lain yang bisa digunakan untuk langkah selanjutnya. Misalnya, jika Anda mendapat dukungan dari para stakeholder (pemangku kepentingan) maka akan lebih mudah bagi Anda untuk berkenalan dengan stakeholder yang lebih tinggi tingkatannya atau lebih mudah mendapat perhatian media, karena Anda telah memiliki banyak modal politik. Where (dimana)? Dimana lingkup geografis kampanye advokasi Anda? Apakah: • Di sekolah? • Di komunitas? • Di kota/kabupaten? • Di beberapa propinsi? • Di tingkat nasional? • Di tingkat regional? • Di tingkat global? Jawabannya bergantung pada sebarapa banyak orang yang secara efektif atau realistis dapat memobiliasi untuk melakukan tindakan. Perlu diingat bahwa perencanaan dan pelaksanaan kampanye advokasi di tingkat nasional sering dapat berlangsung berbulanbulan, ataupun bertahun-tahun, dan memerlukan banyak sumber daya. Jika Anda berencana untuk melakukan kampanye seperti relly, protes, boikot, konser, konferensi, atau pengumpulan dana, maka Anda harus tentukan tempat yang paling strategis. Jika Anda berharap untuk menarik masa remaja atau orang muda, maka Anda akan memilih tempat yang: • Dapat diakses oleh transportasi umum, • Terjangkau untuk anggaran minim, • Tempat berkumpulnya anak muda, seperti sekolah, fasilitas olah raga, fasilitas kegamaan, pusat komunitas, dan lainnya. Hindari tempat-tempat yang: • Hanya bisa diakses oleh kendaraan pribadi • Tempat dengan biaya masuk mahal • Hanya buka selama waktu kerja atau sekolah • Terlalu mewah untuk anak muda Sumber daya dan hambatan Untuk dapat merancang strategi yang berhasil maka Anda perlu menghitung ketersediaan sumber daya yang Anda miliki, dan kendala yang mungkin menghambat Anda mencapai tujuan. Sumber daya tidak hanya terbatas pada “pendanaan”. Pemimpin yang baik harus kreatif dalam mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya secara efektif. Berikut beberapa contoh sumber daya yang mungkin Anda miliki: • • • • Relawan-orang-orang yang akan melaksanakan strategi kampanye advokasi Anda. Tubuh mereka-jika Anda merencanakan melakukan pawai atau protes, jika Anda memiliki banyak teman yang akan menyumbangkan tubuh mereka sebagai sumber daya, sehingga menarik perhatian massa. Kontak-teman Anda mungkin tahu jurnalis yang bisa memberitakan masalah Anda. Daya beli-sejumlah besar orang dapat memboikot perusahaan sampai sampai akhirnya keinginan terpenuhi. Sumber daya apa yang Anda miliki? Kesalahan umum yang biasa kita buat saat mulai mengorganisasi adalah fokus kepada pengumpulan dana sebelum mengembangkan startegi kampanye advokasi. Padahal sangat tidak realistis mencari donor untuk kampanye advokasi yang belum mendapat banyak dukungan dan tidak dilatarbelakangi permasalahan yang jelas. Sayangnya, seringkali sangat sulit untuk anak muda mendapatkan dana untuk kegiatan advokasi karena dianggap kurang kredibilitas, gelar akademik, pengalaman bertahun-tahun, jaringan sosial dan professional dan akses ke donor, serta tidak memiliki struktur organisasi formal dan terdaftar. Tapi tenang saja, Anda tidak perlu dana yang banyak untuk menjalankan kampanye advokasi yang sukses! Banyak loh kampanye advokasi yang dijalankan secara gratis, misalnya gerakan advokasi Mahatma Gandhi untuk memboikot harga garam mahal yang diimpor dari Inggris selama pemerintahan kolonial. Gandhi dan para pengikutnya tidak mendasarkan kampanye mereka pada pendanaan. Sumber daya mereka adalah pada tubuh mereka, suara mereka, dan pikiran mereka. Dengan sumber daya yang mereka miliki, mereka bahkan bisa mencapai hasil lebih banyak dari organsiasi yang memiliki banyak uang. Apakah Anda memiliki banyak relawan yang termotivasi dan antusias dan dapat melakukan tindakan seperti: • Mengontak pegawai pemerintah, • Mengupulkan tanda tangan untuk petisi, • Mendudukung aksi demonstrasi, dll. Apakah kamu punya kontak dengan media massa, seperti: • Reporter, • Penyiar radio, • Pimpinan redaksi majalah/koran, dll. Jika kamu tidak memiliki kontak dengan orang-orang tersebut, cobalah tanya kepada keluargamu, temanmu, dan jaringanmu yang mungkin bisa membantu. Sumber daya apa yang Anda butuhkan? Apa saja sumber daya yang Anda butuhkan tetapi tidak Anda miliki saat ini? Sumber daya apa yang Anda butuhkan tetapi tidak miliki sekarang? Mungkin bisa berupa sarana mencetak poster atau brosur yang terjangkau harganya, tempat untuk mengadakan sebuah aksi demonstrasi, relawan untuk melaksanakan kampanye kegiatan, kontak media, dll. Apa hambatan yang Anda hadapi? Hambatan adalah hal-hal atau pihak-pihak yang bisa membatasi kesuksesan kampanye Anda. Misalnya, jika Anda tinggal di daerah dengan kondisi politik yang tidak stabil yang dapat mempengaruhi kebijakan yang berlaku. Berikut beberapa contoh hambatan yang dapat membatasi pilihan taktik yang bisa Anda gunakan? • Mungkin Anda hanya memiliki waktu 6 bulan sebelum pemangku kepentingan akan berakhir masa jabatannya. Maka dalam hal ini, waktu adalah hambatan. • Facebook merupakan alat yang strategis untuk mencipatakan kesadaran publik dan memobilisasi teman-teman Anda di lingkup daerah, nasional maupun internasional. • Budaya yang menganggap isu seksualitas, pekerja seks, pengguna narkotika suntik sebagai hal yang tabu menyebabkan Anda mungkin hanya beraliansi dengan pihak-pihak tertentu. Apa teori perubahan Anda? Teori perubahan adalah sebuah pernyataan “jika/maka”. Teori ini didasarkan pada kepercayaan, harapan, dan asumsi tentang dunia. Teori ini merupakan pernyataan kualitatif tentang apa yang Anda percaya akan terjadi jika Anda melakukan sesuatu. Terkadang juga disebut sebagai visi. Misalnya, • Jika kita menyediakan layanan kesehatan ramah remaja, kita bisa meningkatkan jumlah anak muda yang melakukan pemeriksaan IMS dan menurunkan kehamilan yang tidak direncanakan. • Jika kita menyediakan pendidikan seksualitas yang komprehensif maka kita bisa menurunkan kehamilan yang tidak direncanakan dan kekerasan pada pasangan/pacar. Apa goal (tujuan umum) Anda? Apa yang Anda inginkan dan kapan anda ingin mencapai teori perubahan? Misalnya: • Untuk meyakinkan kepala sekolah agar memasukkan pendidikan seksualitas komprehensif di kurikulum tahun depan; • Untuk menjangkau 75% orang yang terinfeksi HIV yang membutuhkan perawatan ART dalam waktu dua tahun; Apa objektif (tujuan khusus) Anda? Tujuan khusus adalah penyataan tentang perbaikan yang ingin Anda capai terkait program dan kebijakan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Tujuan khusus memberikan arahan untuk perbaikan. Milsanya goal Anda adalah menjamin bahwa pada Desember 2022 (dalam waktu 10 tahun) semua anak muda (15-24 tahun) di Jakarta bisa mengakses layanan kesehatan seksual dan reproduksi ramah remaja di Puskesmas. Maka objektif Anda dapat berupa: 1. Meyakinkan pemerintah daerah DKI Jakarta, selama 3 tahun, untuk membuat peraturan tentang layanan kesehatan seksual dan reproduksi ramah remaja di Puskesmas. 2. Membentuk jaringan NGO untuk membuat rekomendasi panduan layanan kesehatan reproduksi dan seksual di Puskesmas yang selesai dalam waktu 2 tahun. 3. Melakukan studi tentang ketersediaan layanan kesehatan seksual dan reproduksi di Puskesmas di DKI Jakarta selama 1 tahun. Anda sebaiknya hanya membuat 2-4 objektif untuk menghindari terlalu banyak aktivitas yang Anda lakukan sehingga menjadi tidak efektif. Dalam membuat objektif sebaiknya Anda menggunakan pendekatan SMART: • Spesifik: apa, bagaimana, kapan, dimana situasi akan diubah • Measureable: ukuran kuantitas (%, #, dll), kualitas ataupun biaya • Achievable: harus bisa dicapai tanpa bergantung pada orang/keadaan lain • Relevan: mampu menyelesaikan permasalahan. • Time-bound: kerangka waktu (6 bulan, 1 tahun, 2 tahun, dan sebagainya) Apakah indikator Anda? Indikator adalah ukuran yang biasa digunakan untuk membantu Anda dalam menentukan seberapa sukese kampanye advokasi Anda, terutama dalam rangka mencapai goal jangka panjang. Indikator-indikator ini harus ditentukan sebelum dan selama tahap perencanaan advokasi. Indikator-indikator yang dapat diukur untuk mengetahui penguatan dan peningkatan kapabilitas koalisi/aliansi, antara lain: Perubahan kebijakan Peningkatan kesetaraan jender Terciptanya program Dialokasikannya pendanaan Koalisi terbentuk atau dikenal luas Munculnya kepemimpinan Terciptanya kesadaran komunitas dalam pergerakan tersebut Indikator-indikator yang dapat diukur untuk mengetahui penguatan dan peningkatan kapabilitas individu atau komunitas, antara lain: Meningkatnya kemampuan dalam memperkuat jaringan/koalisi Meningkatnya kepemimpinan di tingkat komunitas dan nasional Meningkatnya kapasitas untuk menyelenggarakan acara yang sukses Meningkatnya pengetahuan tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi Perbuhahan perilaku (meningkatnya penggunaan kondom, dll) Terlepas apakah Anda sudah siap atau belum siap mengembangkan indikator, Anda bisa mencoba melihat indikator-indikator yang sudah ada dan dikembangkan sebelumnya oleh orang atau institusi lain. Karena indikator-indikator yang sudah ada ini telah terbukri validitas (relevansinya dengan program) dan reliabilitasnya (dipahami secara sama oleh banyak orang). Namun demikian, Anda harus menentukan apakah indikator tersebut relevan dengan program Anda. Jika perlu, Anda juga bisa memodifikasi indikator-indikator tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks program Anda sehingga mampu digunakan (feasible). Apa output Anda? Apakah produk atau hasil yang Anda inginkan? Berikut beberapa contoh keluaran: Sebuah pelatihan yang meningkatkan kemampuan peserta dalam hal advokasi, Sebuah pertemuan dengan pemangku kepentingan kunci yang menghasilkan perubahan kebijakan atau program, Sebuah film dokumenter yang mampu meningkatkan kesadaran tentang pencegahan kehamilan tidak direncanakan (KTD), Sebuah aksi demonstrasi yang meminta diubahnya peraturan tentang pembatasan penyediaan kondom untuk remaja. Apa outcome Anda? Apa outcome (hasil akhir) yang dihasilkan oleh kampanye advokasi Anda dan kapan? Jika Anda tidak menentukan outcome yang jelas, maka tentunya anggota tim Anda tidak tahu apakah kampanye ini mencapai kesuksesaan atau kegagalan. Berikut beberapa contoh outcome: Pemerintah berhasil dibujuk untuk mau mendanai klinik kesehatan yang ramah remaja, Media memberitakan tentang perusahaan farmasi yang menjual kontrasepsi yang lebih mahal kepada remaja, Pemerintah bersedia melakukan program pertukaran jarum suntik steril dan terapi subtitusi metadon untuk pengguna narkotika suntik dalam rangka pencegahan transmisi HIV. Matriks Kerangka Pikir (Log frame matrix) Mungkin “Matriks Kerangka Pikir” terdengar seperti istilah yang rumit, tapi sebenarnya matriks ini memberikan gambaran elemen-elemen rencana advokasi; teori perubahan, gol, objektif, indikator, aktivitas, output dan outcome, kita ke dalam sebuah tabel. Matriks ini membantu kita membuat rencana advokasi yang koheren dan rasional. Karena membuat kita bisa melihat komponen satu dan lainnya terhubung secara logis dan menjadi satu kesatuan. Berikut beberapa alasan mengapa Anda disarankan untuk mengembangkan matriks ini: 1. Pemberi dana meminta pemikiran dan penyajian informasi seperti ini, meskipun mungkin dengan format yang sedikit berbeda satu sama lain. 2. Matriks ini harus dikembangkan oleh orang-orang yang paling mengetahui program untuk menjaga agar tetap sesuai dengan konteks nyata. Anda sebaiknya tidak mengembangkan sendiri dan memaksakan agar setiap orang memahami dan menerimanya, melainkan harus didasarkan pada prinsip partisipasi. Matriks ini juga dapat dimodifikasi sesuai dengan perubahan konteks dan kebutuhan serta disepakati bersama. CONTOH MATRIKS KERANGKA PIKIR Objektif (Tujuan Khusus) Membentuk tim advokasi yang bertanggotakan ARI nasional dan daerat serta peserta e-course. Indikator Aktivitas Indikator Aktivitas Output (Keluaran) Risiko/Asumsi Outcome (Hasil) Terbentuknya tim advokasi yang bertanggotakan ARI nasional dan daerat serta peserta ecourse. Program e-course: 1) Diikuti oleh 20-25 orang peserta dari beberapa propinsi di Indonesia 2) Melatih peserta dengan isu HKSR dan keterampilan advokasi 3) Difasilitasi oleh paling sedikit 5 orang 4) Mengembangkan paling sedikit 7 modul 5) Melakukan tindak lanjut monitoring rencana advokasi peserta melalui email, chat, dan facebook group Program e-course: # (jumlah) formulir pendaftaran yang masuk # peserta yang di awal mengikuti ecourse # peserta yang mengirimkan semua tugas # peserta yang selalu hadir pada saat diskusi kelas # peserta yang mengirimkan tugas akhir # peserta yang mengirimkan lembar evaluasi # peserta yang melakukan rencana tindak lanjutnya pada bulan ke-3, 6, 9 dan 12 setelah e-course bearkhir Program e-course: 1) E-course selama 3 bulan 2) Adanya paling sedikit 20 strategi advokasi dari peserta 3) Adanya 7 modul yang dikembangkan 4) Terlaksananya paling tidak diskusi tindak lanjut sebanyak 5 kali 1) Peserta tidak dapat ikut serta dalam ecourse karena berbagai alasan 2) Peserta tidak mengirimkan tugas rutin 3) Peserta tidak mengirimkan strategi advokasinya 4) Waktu terbatas sehingga tidak bisa membahas seluruh modul 5) Peserta tidak merespon diskusi tindak lanjut Kader anak muda yang memiliki pengetahuan tentang HKSR dan keterampilan advokasi di konteks lokal, nasional, dan global. Pelatihan nasional ARI: 1) Diikuti oleh minimal 20 anggota ARI nasional dan daerah selama 5 hari 2) Melatih peserta tentang HKSR dan advokasi 3) Difasilitasi oleh CHOICE (mitra ARI) 4). Melakukan tindak lanjut monitoring rencana advokasi melalui email, chat, dan facebook group Pelatihan nasional ARI: # (jumlah) peserta pelatihan # topik yang dibahas # perwakilan yang menghasilkan rencana aksi # perwakilan yang mengirimkan lembar evaluasi # peserta # peserta yang melakukan rencana tindak lanjutnya pada bulan ke-3 dan 6 setelah training berakhir Pelatihan nasional ARI: 1) Pelatihan 1 minggu 2) Dikembangkannya strategi advokasi 4 ARI daerah dan nasional 3) Terlaksananya paling tidak diskusi tindak lanjut sebanyak 1 kali/bulan Pelatihan nasional ARI: 1) Tidak semua peserta yang diharapkan hadir datang 2) Tidak semua anggota ARI dapat menghasilkan strategi advokasi yang efektif 3) Anggota ARI tidak merespon diskusi tindak lanjut HANDOUT CONTOH PETA TARGET DPRD Dinas Pendidikan Provinsi Guru Koalisi NGO Tujuan advokasi: memasukkan pendidikan seksualitas sebagai bagian dari kurikulum SMA di DI Yogyakarta tahun 2020 Kepala Sekolah-kepala sekolah Lembaga PPB: UNFPA, UNICEF, UNESCO Petunjuk Besarnya lingkaran: besarnya pengaruh pada objektif advokasi Jarak dari Koalisi NGO: kedekatan hubungan Ketebalan garis: dukungan untuk objektif advokasi Lawan, Pendukung, Pesaing, dan Mitra Lawan (Oposisi) Dalam rangka mencapai tujuan advokasi, mungkin saja konstituen Anda menemui konflik dengan kepentingan individu atau organisasi lain. Misalnya saja, keinginan pemilih usaha untuk meningkatkan keuntungan berbenturan dengan keinginan pekerja untuk mendapatkan upah yang layak. Kepentingan perusahaan rokok mungkin tidah hanya bertentangan dengan kepentingan kelompok anti-rokok tapi juga masyarakat umum. Namun demikian, sangat mungkin kita tidak bisa menentukan oposisi sejak awal karena oposisi kadang-kadang akan muncul dalam proses advokasi. Pendukung Adalah orang yang kepentingannya tidak secara langsung atau jelas terpengaruh namun merasa memiliki kepentingan politis, finansial, dan kesukarelaan, dan lainnya. Mungkin saja pendukung bukan bagian dari konstituensi, melainkan orang-orang yang ada di organisasi-organsiasi tertentu yang bisa membantu. Mungkin saja mereka bisa tertarik, namun Anda perlu untuk menjelaskan mengapa mereka harus memberikan bantuan. Misalnya, sebuah komunitas di Kupang meminta bantuan kepada perusahaan tambang di Kota Kupang untuk program pencegahan HIV bagi pekerja karena meningkatnya kasus HIV di Kota Kupang di kalangan pekerja yang bisa berdampak pada menurunnya produktivitas pekerja. Pesaing/Mitra Adalah orang-orang atau organisasi yang bisa berbagi kepentingan atau sumber daya dengan Anda. Mereka mungkin punya target konstituen yang sama, sumber dukungan yang sama, dan menghadapi lawan yang sama. Dua organisasi anak muda yang berupaya memobilisasi anak muda mungkin saja bersaing untuk mendapatkan anggota. Selain itu, dua organisasi anak muda yang memberikan layanan untuk anak muda yang sama juga bisa bersaing atau berkolaborasi dalam menggalang dana. HANDOUT CONTOH PETA ALIANSI DPRD Dinas Pendidikan Provinsi Kelompok/komunitas anak muda Dapat: pengetahuan, keterampilan, sumber daya, jaringan. Punya: pengetahuan dan keterampilan, suara Limitasi: Kurang pengetahuan, keterampilan dan sumber daya , tersebar Guru Koalisi NGO Tujuan advokasi: memasukkan pendidikan seksualitas sebagai bagian dari kurikulum SMA di DI Yogyakarta tahun 2020 NGO lainnya (sebutkan apa saja) Lembaga PPB: UNFPA, UNICEF, UNESCO Dapat: profil organisasi meningkat, jejaring Punya: jaringan, sumber daya Limitasi: terbatas waktu dan staff Kepala Sekolah-kepala sekolah Petunjuk Lingkaran: target adokasi Kotak: aliansi Besarnya lingkaran: besarnya pengaruh pada objektif advokasi Jarak dari Koalisi NGO: kedekatan hubungan Ketebalan garis: dukungan untuk objektif advokasi Menentukan Timeline Kampanye Advokasi Harus Anda ingat bahwa perubahan membutuhkan proses yang bertahap. Dalam kebanyakan kasus, perubahan yang diinginkan adalah perubahan yang besar dan kompleks, yang berarti bisa dicapai dengan melakukan serangkaian langkah-langkah dan kemenangan. Untuk itulah kampanye harus dijadwalkan dengan cermat dan mungkin memakan waktu lebih panjang dari yang kita harapkan. Dibutuhkan waktu untuk bertemu dengan pejabat pemerintah, mempersiapkan proses dan pertemuan- yang mungkin memakan waktu sampai satu tahun atau lebih untuk mencapai outcome yang diinginkan. Kampanye advokasi bukan merupakan peristiwa tunggal, melainkan proses berulang-ulang dimana kita menetapkan setiap tindakan sebagai wadah pengembangan kapasitas dan menguji teori perubahan Anda. Fondasi merupakan tahapan dimana Anda mulai meneliti masalah, mengindetifikasi sumber aya, kendala, dan pemangku kepentingan, berbicara dengan komunitas yang terdampak, dan menyiapkan startegi awal. Kick Off Anda adalah saat Anda mengadakan pertemuan dengan seluruh anggota tim. Orang-orang ini merupakan kunci dari keseluruhan kampanye advokasi, dan mereka akan membantu Anda mengembangkan dan memperbaiki strategi akhir Anda yang tidak bisa Anda lakukan sendiri. Peak Goals Anda adalah sebuah kegiatan atau peristiwa tertentu dimana tindakan besar terjadi. Bisa saja berupa hari dimana pemerintah akhirnya memutuskan memasukkan pendidikan seksualitas komprehensif ke dalam kurikulum sekolah. Bisa juga hari dimana Anda memobilisasi masa untuk melakukan demonstrasi, dan lainnya. Mountaintop Goal Anda adalah klimaks (puncak) dari kampanye advokasi Anda. Ini adalah momen ketika perubahan yang Anda inginkan menjadi kenyataan atau tidak (atau hanya sebagian). Masing-masing puncak (peak) harus memiliki gol yang bisa diukur (misalnya jumlah orang yang hadir dalam aksi demonstrasi, jumlah orang yang menandatangani petisi, jumlah anggota parlemen yang berjanji, dll) yang membantu Anda mencapai puncak berikutnya. Dengan demikian, Anda dapat mengidentifikasi apakah Anda mencapai keberhasilan atau kegagalan dan dapat menyesuaikan strategi dan taktik sesuai dengan dinamika yang ada. Evaluasi, Langkah Selanjutnya dan Perayaan merupakan hal yang penting dan tidak dapat diabaikan. Anda bersama tim Anda perlu untuk membahas secara lebih mendalam tentang taktik mana yang berhasil dan tidak berhasil. Selain itu, Anda juga perlu merayakan keberhasilan tim – meskipun jika Anda tidak mencapai hasil yang diinginkan. Daftar Pustaka: Global Youth Coalition on AIDS: Advocacy Campaigns E-Course Modules (1-4). TUGAS MODUL 7 Jawaban kamu tidak boleh lebih dari 5 halaman, spasi dobel, huruf tidak tebal, besar huruf 12 untuk semua pertanyaan-pertanyaan berikut: (jangan hapus pertanyaannya dan mohon kirimkan ke fasilitator halaman tugas ini saja tidak perlu dengan modul). 1) Apa goal strategis? Apa teori perubahan kamu? Goal: . Teori perubahan: 2) Tentukan tiga taktik yang akan kamu lakukan dalam advokasimu dengan menjawab tabel berikut. Taktik yang diajukan CONTOH Taktik media 3) Skill apa yang dibutuhkan? Bagaimana detailnya? 1. Menulis artikel tentang kebutuhan anak muda terhadap pendidikan seksualitas komprehensif Perlunya peningkatan keterampilan menulis Perlunya kontak dengan surat kabar/majalah terkemuka. Apakah menciptakan keterampilan kepemimpinan baru? Meningkatnya kapasitas menulis anggota. Meningkatnya kapasitas bermitra dengan surat kabar/majalah. Tentukan jawaban pertanyaan 5W berikut untuk rencana advokasimu: What? (Apa masalah yang perlu diselesaikan?) Why? (Kenapa perlu diselesaikan?) Who? (Siapa saja individu, badan, institusi, atau organisasi yang memiliki kekuatan untuk mengubah masalah tersebut) When? (Kapan saat yang tepat untuk melakukan startegi advokasimu?) Where? (Dimana area geografis dari strategi advokasimu?) 4) Apa tujuan khusus advokasimu? Pastikan tujuan tersebut memenuhi kriteria (SMART). Kamu paling tidak harus memiliki 2-4 tujuan khusus. 1. 2. 3. Taruhlah salah satu tujuan khususmu ke dalam Matriks Kerangka Pikir dan lengkapilah. Kamu bisa melihat kembali contoh kerangka pikir yang ada di modul 7. Objektif (Tujuan Khusus) Indikator Aktivitas Indikator Aktivitas 5) Identifikasi pihak-pihak berikut” a) Oposisi b) Pendukung c) Pesaing d) Mitra 6) Tentukan alur waktu strategi advokasimu Output (Keluaran) Risiko/Asumsi a) Berapa lama kira-kira keseluruhan stategi advokasimu akan berjalan? b) Lengkapilah tabel berikut sesuai dengan strategi advokasimu Puncak Fondasi Kick-Off Goal Peak Goal Mountaintop Goal Evaluation & Next Steps Aktivitas Jangka waktu Outcome (Hasil) 8: Manajemen Kepemimpinan dan Membangun Tim AModul LIANSI REMAJA ISDM, NDEPENDEN [2012] “Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim” Modul E-Course Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dan Advokasi Fita Rizki Utami [2012] [ALIANSI REMAJA INDEPENDEN] Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] “Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun TIm” Modul E-Course Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan Advokasi by: Fita Rizki Utami Email: [email protected] Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] Tujuan pembelajaran: Pada modul ini kamu akan Mempelajari keterampilan menjadi manajer proyek Mempelajari tiga keterampilan kepemimpinan: 1) Mengindentifikasi, merekrut dan mengembangkan pemimpin-pemimpin; 2) Membangun komunitas di sekitar pemimpin-pemimpin tersebut; 3) Membangun kekuatan dari komunitas tersebut. Mempelajari tiga komponen kepemimpinan: 1) Aktor yang melakukan pekerjaan (kamu, pemimpinmu, konstituenmu, opsisimu, pendukungmu, dll.); 2) Proses yang digunakan untuk melakukan pekerjaan: membangun hubungan, menceritakan, mengembangkan strategi, dan melakukan aksi; 3) Struktur yang bisa kamu gunakan untuk menciptakan kesempatan aksi/pekerjaan. Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] Manajer Proyek: o Memiliki visi yang dapat dibagi dan dikembangkan dengan tim proyek; o Berkomunikasi dengan jelas, baik secara lisan maupun tertulis; o Memahami perlunya semua anggota proyek untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan dan berlatih keterampilanketerampilan; o Memiliki keterampiland alam menetapkan tujuan SMART yang relevan dan sesuai dengan konteks; o Memiliki keterampilan dalam mengembangkan rencana kerja yang mengalokasikan sumber daya secara efisien, menetapkan jadwal kegiatan apa yang akan dilakukan oleh siapa dan kapan, serta mengatur berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk proyek (juga dikenal sebagai "logistik"); o Mampu menyatakan harapan-harapannya terhadap kinerja masing-masing anggota tim, jelas dan ringkas, dan mampu bekerja dalam lingkungan kolaboratif; o Memantau kemajuan proyek dan mampu berkomunikasi ini secara lisan dan tertulis kepada pemberi dana, anggota tim dan anggota masyarakat, dan o Memantau kinerja anggota tim secara individual sesuai rencana kerja dan hasil yang disepakati. Manajemen waktu sebagai sumber daya Sumber daya yang paling berharga dalam proyek adalah waktu. Sehingga penting untuk merencanakan penggunaan waktu dan kegiatan yang berkaitan dengan proyek tersebut. Untuk itu mulailah dengan membuat tabel atau grafik waktu proyek bersama keseluruhan anggota tim. Hal ini dapat membuat setiap orang memahami kompleksitas peran masing-masing. Kamu perlu untuk mencatat semua tanggaltanggal penting proyek, seperti: Pertemuan dengan anak muda; Laporan untuk pemberi dana; Pertemuan anggota tim; Batas waktu pengiriman undangan untuk pertemuan dengan anak muda; Penulisan laporan; Mengirimkan agenda diskusi, dll. Dengan membuat tabel atau grafik ini maka Kamu dapat melacak apakah proyek berjalan sesuai rencana, atau apakah harus ada penyesuaian-penyesuaian. Untuk itu, kamu perlu menuliskan tanggung jawab dari setiap anggota tim terhadap semua aktivitas. Berikut adalah gambar sistem manajemen proyek yang harus dikembangkan dalam manajemen organisasi. Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] Gambar 1. Rencana Kerja Sistem Manajemen Proyek Manajemen uang sebagai sumber daya Salah satu prinsip utama dalam manajemen proyek adalah: “Jangan menghabiskan uang yang tidak Kamu miliki”. Sebagai Manager Proyek, Kamu bertanggung jawab untuk uang dan sumber daya lain yang digunakan untuk menyelesaikan proyek. Seseorang harus bertanggung jawab untuk mengelola keuangan proyek, baik Kamu atau seseorang yang memang khusus bertanggung jawab sebagai bendahara. Merupakan hal penting untuk mengatur proses pembukuan yang tepat, sehingga pengeluaran tidak pernah melebihi pendapatan. Hal ini juga penting untuk menetapkan beberapa prinsip dasar manajemen keuangan dari awal. Misalnya, kesepakatan tentang petty cash atau kas kecil yakni jumlah uang yang dapat Kamu keluarkan tanpa harus berkonsultasi dengan anggota tim. Misalnya sebuah lembaga di Australia menetapkan besaran kas kecil Rp 500.000. Sehingga setiap pembelian yang melebihi jumlah tersebut harus disetujui oleh lebih dari satu orang. Pembayaran tunai harus dicatat dalam buku kas, dengan tanggal, nama orang yang meminta uang tunai, tujuan dan jumlah untuk setiap transaksi. Kamu harus selalu mendapatkan kwitansi setiap melakukan transaksi keuangan sebagai bukti. Setiap bulan Kamu juga harus melakukan tutup buku dari semua akitivitas keuangan yakni tanggal dimana semua aktivitas keuangan selama sebulan dikalkulasikan dan disamakan dengan jumlah rekeningmu di bank. Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] Manajemen sumber daya manusia Salah satu tantangan utama bagi seorang Manajer Proyek adalah mengelola orang dan memanfaatkan kekuatan mereka, sehingga mereka berkontribusi dalam cara yang paling efektif untuk proyek. Orang adalah sumber daya penting untuk sebuah proyek, membawa pengetahuan dan keterampilan serta kekuatan fisik, spiritual dan emosional. Tetapi mengelola mereka tidak berarti memperlakukan mereka sebagai potongan-potongan peralatan, siap untuk melakukan pekerjaan. Mereka juga kolega dan temanteman atau, setidaknya, orang-orang yang memiliki kepentingan bersama. Menetapkan prinsip dan panduan Peran Kamu sebagai Manajer Proyek adalah menetapkan prinsip-prinsip dan memastikan semua anggota proyek memahami hal tersebyt. Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa semua anggota proyek, termasuk relawan, memahami prinsip-prinsip dan harapan, serta peran mereka dalam proyek ini, adalah dengan memberikan deskripsi pekerjaan yang juga dikenal sebagai proses "orientasi". Proses ini idealnya harus berupa pertemuan tatap muka dengan seluruh anggota tim, dan pengembangan panduan-panduan. Menyelesaikan konflik Konflik akan sering muncul dalam situasi di mana orang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Menyelesaikan konflik dapat menjadi salah satu tuntutan yang paling menantang untuk Manajer Proyek. Mungkin prinsip penting dalam setiap situasi kelompok adalah memastikan bahwa orang tidak pernah mengkritik atau menyerang secara verbal seorang anggota tim proyek, melainkan mereka membuat kritik mereka dalam hal gagasan atau tindakan orang itu dan bahwa kritik tidak pernah merendahkan. Jadi, anggota tim proyek tidak boleh mengatakan: "Dia bodoh", atau bahkan "Idenya sangat bodoh." Tapi sebaliknya, "Caranya melipat selebaran tidak efektif, karena orang tidak dapat melihat informasi yang paling pentin." Menghargai orang Anggota proyek yang dibayar maupun relawan harus dilibatkan sejauh mungkin dalam pengambilan keputusan operasional tentang proyek, karena mereka yang paling terpengaruh. Relawan mungkin telah setuju untuk bekerja tanpa imbalan finansial, tapi semua orang suka merasa bahwa kontribusi mereka dihargai. Berterima kasih kepada semua orang atas perannya sangat penting. Mungkin ada cara lain untuk 'menghargai' sukarelawan, misalnya menyediakan sertifikat. Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] Terkadang sebuah proyek gagal total… Kenapa bisa begitu? Ada banyak alasan kenapa sebuah proyek bisa gagal, dan Kamu perlu memperhitungkan dan mengevaluasi alasan-alasan kenapa proyekmu gagal. Contoh alasan umum kenapa sebuah proyek gagal mencapai tujuannya adalah: Ide dasar proyek itu sendiri tentang bagaimana proyek itu akan membawa perubahan sosial ternyata didasari oleh asumsi, mitos, atau fiksi yang kurang akurat. Riset tentang latar belakang, yang seharusnya dilakukan dalam perancangan sebuah proyek, kurang ekstensif dan efektif. Walhasil, kesalahan-kesalahan yang seharusnya bisa dicegah terjadi. Jangka waktu atau rangka waktu yang dibuat untuk proyek kurang realistis. Tujuan dari proyek itu kurang jelas atau kurang gamblang, sehingga anggota-anggota lain di organisasi Kamu bingung: Sebenarnya tujuannya apa? Kita sudah melakukan ini – sebenarnya itu sudah mencapai targetnya belum? Komunikasi antara sang Manajer Proyek dengan timnya, komunitas yang ia sasar, dan/atau pendana-nya kurang lancar, terutama saat proyek mulai menemui kesulitan. Ini adalah contoh kurangnya akuntabilitas dan transparensi. Tidak ada sistem pencatatan (apa yang sudah Kamu lakukan? Perubahan apa saja yang sudah dicapai sejauh ini? Semua itu rupanya tidak dicatat!) dan sistem administrasi yang tidak mumpuni. Tim proyek dan komunitas yang Kamu sasar tidak dilibatkan dalam merancang dan merencanakan proyek. Tim proyek tidak tahu bagaimana keputusan-keputusan dibuat, atau malah tidak terlibat sama sekali dalam pengambilan keputusan. Selain itu, kadang dalam sebuah proyek, sang Manajer Proyek tidak memiiliki mandate untuk berbicara atas nama organisasi-nya. Apa saja tugas seorang Manajer Proyek? Ini akan dijelaskan di modul berikutnya. Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] KEPEMIMPINAN Apa yang dilakukan oleh pemimpin yang menjadikan mereka sebagai pemimpin? Pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain untuk menentukan hasil yang diinginkan dengan konteks dunia yang tidak pasti. Justru ketika Kamu memasuki dunia dimana aturan tidak bekerja dengan baik, di mana Kamu tidak tahu aturan mana yang berlaku, di mana Kamu mencoba untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya - bahwa Kamu atau belum dilakukan sebelumnya - saat itulah kepemimpinan terjadi. Kerja organisasi merupakan kerja relasional: artinya dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain. Semakin Kamu dapat belajar untuk membedakan antara tindakan Kamu yang dilakukan dengan penuh kesadaran, tindakan orang lain, dan bagaimana mereka berinteraksi, semakin mudah bagimu untuk belajar dari pengalaman. Semakin besar komitmen kamu untuk proyekmu, maka semakin besar kemungkinan kamu akan berinvestasi untuk protek tersebut. Nah, semangkin besar investasimu untuk proyek, maka semakin besar kemungkinan Kamu akan belajar dari pengalaman dan kesalahan. Pengorgansiasi paling sukses adalah mereka yang membentuk tim kepemimpinan di awal kampanye mereka. Semakin cepat Kamu memiliki sekelompok orang dengan keterampilan yang solid, pengalaman, dan investasi dalam proyekmu, semakin cepat Kamu menjadi sebuah tim.Sehingga akan memungkinkan tim tersebut untuk melakukan pertemuan rutin, keputusan yang jelas dan akuntabilitas yang memungkinkan tujuan terlaksana atau tercapai. Kamu tentu tidak membangun sebuah kampanye yang memobilisasi 500 anak muda dengan merekrut mereka semua sendirian. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa Kamu memiliki orang-orang yang berkomitmen di sekelilingmu yang saling berbagi tugas dan tanggung jawab. Tim kepemimpinan menawarkan model struktural dimana semua orang bekerja sama dan saling membutuhkan kepemimpinan satu sama lain. Hal ini berarti bahwa individu dapat bekerja menuju hasil yang jelas secara bersama-sama, dimana setiap orang mengambil peran tertentu dalam tim. Selain itu, tim kepemimpinan yang baik harusnya dapat mengenali bakat/keahlian unik dari individuindividu yang membentuk tim dan mengalokasikan tugas sesuai bakat/keahlian tersebut. Tanda-tanda tim tidak bekerja secara efektif: • Kamu sedang berada di pertemuan tim, kemudian kamu menyadari bahwa tidak pernah jelas persis siapa dapat kamu andalkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Dan biasanya satu atau dua orang yang pada akhirnya melakukan semua pekerjaan. • Setiap kali Kamu perlu mengambil keputusan, selalu saja ada beberapa informasi, keterampilan penting yang tidak diketahui. • Sepertinya selalu ada dua orang yang berbeda pendapat di setiap pembicaraan apapun. • Kamu bicara, bicara dan terus bicara, namun pada akhirnya tidak tercapai kesepakatan sepertinya setiap orang memiliki ide yang berebeda tentang hal yang dibicarakan. dan • Semuanya terlihat tidak terorganisasi. Orang-orang bersikap apatis, terbagi, bingung, pasif sampai akhirnya terjadi krisis yang membuat semuanya semakin buruk. • Orang-orang muncul untuk waktu sementara, kemudian berjuang untuk memahami yang terjadi, namun kemudian cepat atau lambat kebanyakan dari mereka menyerah dan tidak datang lagi. Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] Jadi kenapa orang-orang tidak bekerja dalam tim? Kita semua pernah menjadi bagian dari tim yang tidak bekerja dengan baik. Yakni anggota tim terbagi atas kelompok-kelompok yang saling mengasingkan diri, atau semua pekerjaan jatuh pada satu orang. Banyak dari kita yang pada akhirnya berkata: Aku akan melakukan sesuai keinginanku; Aku benci pertemuan, cukup katakana saja apa yang harus kulakukan; Saya tidak menginginkan tanggung jawab apapun. Hal-hal ini membuat tim menjadi sulit untuk bekerja secara baik dan efisien, dan biasanya pekerjaan menjadi korbannya. Inilah masalahnya: kita tidak akan cukup kuat untuk melakukan apa yang perlu kita lakukan jika kita tidak bisa bekerja sama. Tantangannya adalah menciptakan kondisi dimana tim kepemimpinan kita mampu menghasilkan kolaborasi sukses dan tindakan strategis. Kamu dapat memenuhi tantangan ini dengan memastikan tim kepemimpinan Kamu dirancang dengan baik. Dimana anggota tim tidak bertindak apatis, melainkan termotivasi. Alih-alih terpecah, mereka akan berkomitmen untuk bekerja sama atas nama kepentingan bersama. Daripada bingung, apa yang dilakukan menjadi jelas. Alih-alih menjadi reaktif, orang akan bertindak dengan tujuan. Alih-alih terjebak dalam kepasifan, orang yang terlibat dalam membuat perubahan. Berikut merupakan beberapa kualitas yang dimiliki tim yang efektif: Tim stabil, dengan batas-batas yang jelas. Kamu bisa menyebutkan nama-nama orang yang terlibat didalamnya dan mereka bertemu secara rutin. Tim ini tidak terdiri atas orang-orang yang berbeda setiap pertemuan. Anggota tim tidak berubah terlalu cepat namun juga ada kesempatan bagi orang baru untuk bergabung dengan tim. Tim memiliki keberagaman identitas, pengalaman dan opini, yang menjamin setiap orang membawa cirri khas dan keahliannya. Tim memiliki sedikit anggota untuk bekerja secara efisien namun juga memiliki keberagaman perspektif dan keterampilan. Tim memiliki norma yang jelas. Tim menyusun harapan-harapan yang jelas yang akan membuat setiap anggota tim saling menghargai dan membangun satu sama lain. Hal-hal yang dilakukan dan tidak akan dilakukan, dan bagaimana tim mampu memperbaiki diri jika norma dan harapan tidak dipatuhi. Teori perubahan menjadi pengarah dari kerja tim. Setiap anggota tim memahami gol dan memilliki pemahaman yang sama tentang hal tersebut. Tim bekerja secara interdependen. Dimana setiap orang berbagi pekerjaan yang setara, memahami bahwa bagian pekerjaannya dibutuhkan oleh setiap anggota tim untuk mencapai gol utama. Pekerjaan yang dimulai merupakan pekerjaan yang bermakna yang menggunakan bakan individu (variasi keterampilan dan otonomi), memberikan umpan baik tentang pekerjaan yang dilakukan oleh setiap orang (pengetahuan tentang hasil), serta memungkinkan setiap orang untuk berkontribusi mencapai gol (keseluruhan tugas). Pemimpin dan anggota tim mencari kesempatan untuk memberikan pendampingan yang memotivasi, memberikan pedoman tentang bagaimana cara mengevaluasi dan melaksanakan strategi, serta mengajarkan keterampilan lain. Berikut beberapa bentuk pendampingan: Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] o Pendampingan motivasi, meningkatkan tingkat kinerja tim o Pendampingan konsultatif, membantu perencanaan, evaluasi, dan pelaksanaan strategi tim o Pendampingan edukatif, membantu tim belajar dari pekerjaan yang dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan Dengan demikian, keberhasilan atau kegagalan seseorang akan berdampak pada semua. Salah satu cara untuk mendorong saling ketergantungan adalah dengan memberikan peran yang jelas yang menekankan pentingnya mencapai tujuan. Tim yang baik akan berkoordinasi dan saling membantu. Anggota tim yang baik akan berkomunikasi dengan baik ketika mereka membutuhkan bantuan dan memastikan untuk meminta bantuan sebelum sesuatu menjadi darurat. Pikirkan terakhir kali Kamu bekerja dalam sebuah proyek dengan sekelompok orang. Tanyakan kepada dirimu pertanyaan-pertanyaan berikut: • Berapa banyak pemimpin yang kamu lihat melakukan pekerjaan kepemimpinan? • Apakah ada satu "pemimpin" yang terhubung dengan setiap seperti halnya jari-jari sepeda terhubung dengan cakram ban sepeda? Atau apakah ada banyak "pemimpin" terhubung dengan pemimpin lainnya dan dengan anggota lain, sehingga menghasilkan beberapa pusat koordinasi, inspirasi dan tindakan? • Apakah beberapa orang "pengikut" dalam beberapa konteks dapat menjadi “pemimpin” yang memiliki “pengikut” Atau beberapa orang selalu menjadi "pemimpin" dan yang lain selalu menjadi "pengikut"? • Apakah itu "kepemimpinan baik" atau itu "kepemimpinan yang buruk"? • Apa yang bisa dilakukan secara berbeda untuk membuatnya "kepemimpinan baik" jika memang kamu menganggap kepemimpinan tersebut belum baik? Tanyakan pada dirimu pertanyaan-pertanyaan mendasar berikut: apakah Kamu bersedia dan mampu mengurangi kontrol sehingga menciptakan ruang bagi orang lain untuk memimpin? Sebagai pemimpin tim, penting bahwa Kamu terorganisasi dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas Kamu. Namun, itu juga penting bagi Kamu untuk mendelegasikan tugas kepada anggota kelompok, sehingga pekerjaan ini terbagi dan tim ini mendapatkan keterampilan untuk mencapai tujuan. Dan jika Kamu sudah siap, bagaimana melakukannya? Banyak pemimpin mungkin tidak ingin menganggap diri mereka sebagai pengikut. Sering orang mengatakan bahwa kita semua adalah pemimpin ... atau seharusnya. Kepemimpinan sangat dipuji, tapi tidak ada yang mengatakan apa-apa tentang menjadi konstituen yang baik, kolaborator, atau warga negara. Tetapi organisasi yang bergantung pada aksi kolektif bisa efektif hanya jika setiap orang menerima peran sebagai kepemimpinan ataupun pengikut. Kita mungkin memainkan peran memimpin untuk sebuah proyek dan memainkan peran pengikut untuk proyek lainnya. Yang paling penting, pemimpin menerima tanggung jawab untuk "seluruh" (seluruh tim, seluruh proyek, seluruh pekerjaan), sementara anggota tim atau konstituen menerima tanggung jawab untuk "bagian" dari keseluruhan. Kepemimpinan dapat berubah menjadi dominasi jika pemimpin gagal untuk menahan Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] diri dan saling bertanggung jawab. Rekrutmen Untuk mengidentifikasi pemimpin kita perlu mencari mereka. Siapa orang-orang yang memiliki pengikut? Siapa yang membawa orang lain ke dalam pertemuan? Siapa yang yang direkomendasikan untuk ditemu? Pemimpin dapat ditemukan dalam kelompok-kelompok olah raga, organisasi kecil, remaja mesjid/gereja. Jadi, dimana Kamu akan mencari pemimpin-pemimpin di sekitarmu? Meskipun memimpin adalah masalah "melakukan" dan bukan "menjadi" - dan orang-orang melakukan pekerjaan kepemimpinan dengan cara yang berbeda - ada beberapa petunjuk yang mungkin perlu Kamu ketahui. Sulit bagi orang yang tidak belajar untuk menjadi pendengar yang baik untuk menjadi penyelenggara yang baik. Kamu harus memahami kepentingan konstituenmu (orang yang kamu wakili) ¬ jika Kamu ingin membantu mereka bertindak atas kepentingan mereka. Mendengarkan berarti belajar untuk memahami perasaan - empati - . Merekrut pemimpin berarti memberikan orang kesempatan untuk mendapatkan kepemimpinan. Karena pengikut menciptakan pemimpin, mereka tidak dapat menunjuk diri mereka sendiri dan Kamu tidak bisa menunjuk mereka. Maka, yang dapat Kamu lakukan adalah menciptakan kesempatan bagi orang untuk menerima tanggung jawab kepemimpinan dan mendukung mereka dalam belajar bagaimana untuk memenuhi tanggung jawab tersebut. Misalnya jika meminta dua orang anggota tim untuk merekrut 5 orang untuk menghadiri seminarmu. Maka, mereka mendapatkan kepemimpinan dengan cara membawa orang-orang ke pertemuan. Kita mampu melakukan penilaian yang baik tentang siapa yang harus dipilih dengan mengambil risiko, membuat pilihan, mengalami kesuksesan dan kegagalan, dan belajar dari pengalaman ini. Tidak ada "aturan buku" untuk sampai ke tahapan menjadi penilai yang baik, tetapi jika Kamu takut mengambil risiko dalam membuat pilihan, Kamu tidak pernah belajar untuk membuat pilihan yang baik. Berikut beberapa pertanyaan yang perlu kamu tanyakan pada dirimu sendiri: • Bagaimana Kamu memilih kepada siapa kamu mendelegasikan tugas? • Apakah Kamu memilih karena mereka yang tersedia atau karena mereka orang yang tepat untuk pekerjaan tersebut? • Apakah kamu memilih mereka karena mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan karena sebelumnya Kamu telah bekerja bersama mereka atau karena mereka "tampak seolah-olah bisa belajar apa yang harus dilakukan" dengan pendampingan yang baik? • Atau apakah Kamu memilih mereka karena Kamu "mendengar" mereka mampu bekerja dengan baik? Dari siapa? Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] Berbagi tugas dan meningkatkan keterlibatan dalam proyek Gambar Bintang Laut dan Laba-laba yang dibuat oleh Ori Brafman dan Rod A. Beckstrom, mengambarkan desentralisasi kekuatan dalam jaringan, organisasi, perusahaan dan pergerakan. Ide dasarnya adalah jika salah kaki dari laba-laba putus maka laba-laba akan menjadi lumpuh. Jika kepalanya putus maka laba-laba itu akan mati. Di sisi lain, jika kaki bintang laut putus, maka kaki tersebut akan tumbuh kembali. Coba lihat kedua struktur organisasi ini, yang mana yang paling memberikan dampak? Satu pemimpin berada di tengah, dimana semua orang bergantung tanpa ada koordinasi diantara anggota tim? Atau struktur dimana pemimpin mendelegasikan kewenangan kepada tim kecil untuk berkolaborasi dengan anggotanya. Keterlibatan lebih luas dapat bermanfaat untuk menjamin adanya adaptasi tanggung jawab terhadap situasi proyek terhadap situasi tertentu. Dalam sebuah hubungan keanggotaan, semakin luas kita membagi tanggung jawab maka semakin besa juga hasil yang mungkin di dapat dan juga semakin banyak sumber daya. Saat banyak orang berkontribusi dalam program maka masing-masing akan merasa termotivasi dalam menjalankan proses dan hasil proyek. Gambar 2. Sturktur Desentralisasi Kekuatan Laba-laba dan Bintang Laut Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] Gambar 3. Proses-proses dalam Organisasi Aliansi Remaja Independen E-Course Modul 8: Manajemen SDM, Kepemimpinan dan Membangun Tim [2012] Kesimpulan Peran Manajer Proyek sangat penting. Namun, penting untuk diingat bahwa Manajer Proyek hanya satu anggota tim. Proyek yang sukses adalah proyek dimana dimana Manajer Proyek mampu mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan anggota proyek untuk mendukung pencapaian tujuan proyek, di mana tugas-tugas didelegasikan dan tanggung jawab secara jelas dinyatakan. Selain itu, waktu dan uang juga digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi tujuan proyek. Aliansi Remaja Independen E-Course Aliansi Remaja Independen | www.aliansiremajaindependen.org MODUL E-COURSE MONITORING DAN EVALUASI UNTUK ADVOKASI Disusun oleh Rahardhika Arista | @rahardhika “Monitoring dan Evaluasi untuk Advokasi” Modul E-Course Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan Advokasi by: Rahardhika Arista Email: [email protected] Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen Tujuan Pembelajaran: Pada modul ini kamu akan: Mempelajari dasar-dasar monitoring dan evaluasi Mempelajari cara menerapkan monitoring dan evaluasi pada aktivitas advokasi Menentukan pembelajaran (learning) dari proses maupun hasil advokasi Membuat sistem monitoring dan evaluasi untuk advokasi #1. Apa itu Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (PME)? Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan gambaran yang utuh dan sistematis mengenai suatu pengelolaan program. Perencanaan program terdiri dari rencana alokasi sumber daya dan penyusunan strategi sehingga tujuan (goal) program dapat dicapai secara efektif dan efisien. Monitoring dan evaluasi memegang peran untuk mengontrol berjalannya pengelolaan program (controlling) serta menjadi sumber pembelajaran selama program dijalankan. Secara sederhana, monitoring dapat berwujud pemberian umpan balik secara berulang kali dan dibuat untuk memberikan perbaikan selama program berlangsung melalui manajemen program (Nemuan, 2003:27). Pada praktiknya, monitoring merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk meyakinkan bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan sejalan dengan rencana yang sudah dibuat substansi, waktu, dan biaya-biayanya (UFBR, 2011:5). Tujuan dari monitoring ini adalah untuk meningkatkan performa program yang dievaluasi melalui pembelajaran terhadap pengalaman yang telah dialami selama mengerjakan program. Selain itu, monitoring ini umumnya dilakukan berulangkali terhadap isu yang sama secara berkala (Dale, 1998: 34). Kegiatan monitoring ini dapat dilakukan oleh pihak pengelola secara internal maupun melibatkan pihak lain (eksternal). Berbeda dengan monitoring, evaluasi dilakukan untuk mencari tahu dampak dari implementasi suatu program yang telah selesai dilaksanakan (Neuman, 2003:27). Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk pembelajaran dalam perencanaan program selanjutnya dan implementasi program yang sama atau hampir sama pada subyek program yang berbeda. Pada umumnya evaluasi ini dilakukan atas dasar kepentingan pengelola program untuk menyampaikan hasil uji akuntabilitas program kepada pihak yang bertanggung jawab atau penyandang dana (Dale, 1998: 34). Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen “Monitoring adalah proses yang terus menerus dilakukan untuk meyakinkan bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan sejalan dengan rencana yang sudah dibuat baik substansi, waktu, dan biaya-biayanya.” “Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan secara periodik tentang bagaimana kita mengerjakan program dan bagaimana pencapaian diwujudkan.” #2. Mengapa melakukan PME? Mendukung implementasi program • • • • Berkontribusi dalam pembelajaran organisasi dan membagikan pengetahuan • • • • Meningkatkan akuntabilitas organisasi • Mempromosikan dan Merayakan aktivitas kita Membantu mengidentifikasi masalah dan penyebabnya Membantu menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi Memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai strategi program Mendorong kita untuk merefleksikan ke arah mana kita akan pergi dan bagaimana menuju ke sana Menyediakan informasi dan ide-ide Mendorong kita bertidak sesuai dengan informasi dan ide-ide yang muncul Mendorong kita melakukan aktivitas berdasarkan bukti-bukti Meningkatkan kelanggengan program Meningkatkan akuntabilitas kepada pemanfaat , donor, maupun pemangku kepentingan Meningkatkan pemahaman bagaimana kita berkontribusi membuat perubahan Memotiviasi kita untuk memperbaiki program Sumber: (UFBR, 2011: 5) Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen #3. Monitoring dan Evaluasi untuk aktivitas Advokasi Nah, pada penjelasan sebelumnya, pembahasan tentang dasar-dasar monitoring dan evaluasi lebih banyak merujuk pada implementasi program secara umum. Pada bagian ini penjabaran tentang monitoring dan evaluasi akan difokuskan pada strategi dan aktivitas-aktivitas advokasi. Melakukan monitor dan mengevaluasi keberhasilan berdasarkan dampak advokasi adalah pekerjaan yang menantang. Beragamnya aktivitas advokasi dan pihak-pihak yang terlibat merupakan salah satu tantangannya. Selain itu, tantangn lain adalah hasil dari aktivitas advokasi yang tidak mudah untuk diukur, ada hasil langsung dan tidak langsung. Hasil langsung dapat berupa persetujuan pemerintah untuk mengubah kebijakan, sedangkan hasil tidak langsung seperti terciptanya lingkungan yang mendukung kegiatan, tentu tidak mudah untuk dievaluasi. Pada beberapa pengalaman advokasi, aktivitas ini bisa jadi memiliki jangka waktu yang sangat lama untuk mencapai tujuannya yakni merubah suatu kebijakan. Oleh karena itu monitoring dan evaluasi aktivitas advokasi dapat menuntut kerangka kerja yang luas serta rancangan instrumen yang kompleks (EDAIS, 2003:2). Dalam hal advokasi, definisi monitoring adalah upaya mengumpulkan informasi mengenai aktivitas-aktivitas advokasi dengan tujuan untuk menilai apakah hal-hal yang kita kerjakan masih sejalan dengan tujuan yang ingin kita capai. Sedangkan evaluasi merupakan upaya menganalisa informas-informasi yang telah terkumpul pada suatu rentang waktu (biasanya 6 bulan sekali) untuk menilai dampak dari advokasi serta sejauh mana pencapaian tujuan advokasi (ECC, 2010). Tantangan dalam melakukan monitoring dan evaluasi untuk advokasi Jangka waktu yang panjang. Kerja advokasi bisa memakan waktu yang sangat lama sebelum tujuan utamanya dapat tercapai. Oleh karena itu diperlukan tujuan-tujuan jangka pendek yang perlu disusun dalam suatu perencanaan advokasi sehingga pencapaian tujuan dapat dengan mudah dimonitor. Kompleksitas. Advokasi meliputi bermacam-macam aktivitas, mulai dari pertemuan-pertemuan dengan pemangku kebijakan, lobi, kampanye, hingga monitoring implementasi kebijakan. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi monitoring yang sederhana namun dapat mencakup semua jenis aktivitas. Klaim keberhasilan. Kegiatan advokasi tentu tidak dapat dikerjakan seorang diri, advokasi melibatkan kontribusi dari berbagai pihak dari beragam latar belakang. Selain itu, perubahan kebijakan juga bisa jadi dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Oleh karena itu, kita tidak bisa melakukan klaim bahwa aktivitas advokasi yang kita lakukan merupakan satu-satunya hal yang Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen mempengaruhi berubahnya suatu kebijakan. Lalu bagaimana kita bisa mengevaluasi keberhasilan dari kerja advokasi kita? Caranya adalah dengan mengukur sejauh mana kegiatan-kegiatan yang kita lakukan memberikan dampak-dampak khusus serta mengidentifikasi pihak mana saja yang turus serta berkerja dalam mewujudkan tujuan advokasi yang telah kita buat. Bagaimana melakukan Monitoring untuk advokasi? Setiap kerja advokasi harus dimonitor secara berkala dan berkelanjutan yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut; Menentukan indikator keberhasilan. Pada kondisi apakah suatu kerja advokasi dapat dikatakan berhasil. Melakukan pertemuan dengan tim yang membahas bagaimana merespon perubahan-perubahan yang signifikan, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan dalam area advokasi. Menyediakan kesempatan rutin dalam pertemuan untuk mengkomunikasikan dan membagi pembelajaran dari setiap kegiatan advokasi yang telah dilakukan oleh anggota tim. Mendokumentasikan proses yang berlangsung dalam kerja advokasi sebagai bahan untuk menyusun pembelajaran dari setiap pengalaman untuk meningkatkan kerja advokasi di masa depan. Dokumentasi ini dapat berupa catatan hasil pertemuan, kebijakan-kebijakan yang relevan dengan kerja advokasi, testimoni, catatan refleksi pelaku kegiatan, atau hal-hal lain yang relevan. Menyediakan hasil monitoring berupa laporan singkat perkembangan kerja advokasi kepada donor, jaringan, pembuat kebijakan dan pihak-pihak lai, Hal ini diperlukan agar setiap pihak yang bekerja bersama-sama dengan kita mendapatkan update mengenai kondisi area kebijakan yang kita advokasi. Monitoring harus dilakukan oleh anggota tim yang memang terlibat dalam proses kerja advokasi. Biasanya tidak hanya dilakukan oleh satu orang saja, melainkan melibatkan seluruh anggota tim kerja advokasi. Namun, perlu dipertimbangkan untuk menunjuk satu orang yang berperan mengkoordinir monitoring. Proses ini bisa saja melibatkan penilaian dari pihak luar yang bekerja sama dalam kerja advokasi. Kegiatan monitoring ini meliputi pengumpulan informasi berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun dalam perencanaan kerja advokasi (ingat materi tentang merencanakan advokasi pada modul sebelumnya). Monitoring untuk advokasi juga meliputi kegiatan pengumpulan dan analisa informasi yang berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya: Isu internal: Monitoring ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana keterlibatan anggota tim dan partner dalam kerja advokasi, hal-hal apa dalam perencanaan yang sudah dan belum dikerjakan, serta bagaimana Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen kegiatan-kegiatan dalam kerja advokasi diimplementasikan. Informasi internal ini perlu dilakukan secara rutin untuk dapat menyarikan pembelajaran bagi kegiatan selanjutnya. Isu eksternal: Meliputi perubahan-perubahan kunci pada lingkungan di mana kebijakan diterapkan, serta kejadian-kejadian penting yang mungkin berimbas pada tujuan advokasi yang telah disusun dalam perencanaan. Isu kolaboratif: Meliputi informasi tentang bagaimana kerja advokasi terhubung dan dapat dikerjakan bersama-sama dengan jaringan yang relevan, juga sejauh mana paryner-partner organisasi terlibat dalam upaya pencapaian tujuan. Informasi ini penting untuk melakukan manuvermanuver dalam beraliansi untuk melakukan kerja advokasi. Isu pencapaian: Kemajuan apakah yang telah kita buat sevagai tim advokasi dalam mewujudkan tujuan utama dan tujuan-tujuan jangka pendek (objektif) \ kerja advokasi? Adalah hal yang penting untuk mengidentifikasi nilai-nilai serta pendapat-pendapat dari pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam kerja advokasi di semua level. Tujuan utama dari monitoring adalah untuk menilai apakah perencanaan strategi advokasi yang telah dibuat perlu diubah sebagai respon atas perubahan yang terjadi? Bagaimanapun juga, tidak dapat kita mungkiri bahwa perubahan dalam area kebijakan sangat mungkin terjadi secara tiba-tiba, tantangan dapat kapan saja muncul, serta kesempatan-kesempatan secara mendadak muncul dan sangat terbuka. Berikut akan disajikan pengalaman ARI dalam melakukan monitoring suatu kegiatan dalam kerja advo. Monitoring ARI: Borang Laporan Kegiatan Tujuan utama dari monitoring adalah memastikan setiap aktivitas yang dilakukan masih relevan atau sejalan dengan tujuan program yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Selain itu, monitoring juga merupakan kegiatan yang memungkinkan pengelola program mengumpulkan pembelajaran (learning) atas aktivitas yang dilakukan dalam implementasi program. Pembelajaran ini menjadi hal yang sangat penting untuk digali dan didokumentasikan untuk memperbaiki kinerja pengelola program dan kemungkinan re-strategi terhadap keseluruhan program. Misalnya dalam menjalankan aktivitas advokasi kepada Kementrian Kesehatan, ARI mengadakan kegiatan Youth Expo yang diharapkan dapat mempertemukan pihak kementerian Kesehatan dan anak-anak muda. Fungsi monitoring berjalan selama kegiatan tersebut dirancang hingga kegiatan tersebut selesai dilaksanakan. Dalam contoh tersebut, monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan Youth Expo relevan dengan desain program SRHR dalam hal advokasi. Selanjutnya, monitoring juga dilakukan untuk menggali pembelajaran apa yang didapat ARI dalam menjalankan kegiatan tersebut. Pembelajaran ini dapat berupa deskripsi analisis SWOT maupun ide-ide baru yang dapat diterapkan untuk pelaksanaan program berikutnya. Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen ARI telah mengembangkan mekanisme monitoring kegiatan yang terrangkum dalam borang atau isian laporan kegiatan. Laporan kegiatan ini dibuat setelah anggota ARI melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan tujuan program. Laporan ini kemudian didokumentasikan oleh bagian PME ARI yang selanjutnya dikelola sebagai satu kesatuan monitoring ARI. Berikut adalah borang laporan kegiatan yang dimaksud: ALIANSI REMAJA INDEPENDEN (INDEPENDENT YOUNG PEOPLE ALLIANCE) Ditulis oleh: (Isi Nama Kamu) Ringkasan Laporan Perjalanan | Ringkasan aktivitas | Ringkasan Program (Pilih salah satu ya) (Tanggal): (tanggal kegiatan) Peserta | Fasilitator| Moderator | Konsultan pada: (pilih salah satu, dan isi dengan judul kegiatan) (Dari)…… (Ke ………| Di…….(pilih salah satu, isi dengan tempat kegiatan) Rekan Kerja: Total biaya kegiatan Isi dengan jumlah biaya kegiatan (isi dengan nama rekan seperjalanan, asisten, atau anggota tim dari ARI) Tujuan Kegiatan: Diisi dengan menuliskan tujuan kegiatan Luaran Kegiatan Diisi dengan menjawab pertanyaan: Apa saja yang didapatkan setelah menjalani kegiatan ini? Apakah ada output berupa dokumen, petisi, rencana kerja, kontrak kerjasama, dsb? Bila ya, tolong lampirkan pada akhir summary ini. Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen Ringkasan Kegiatan: Merupakan ringkasan dari kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir. Jika kegiatan berupa konferensi, workshop, atau diskusi, mohon meringkas seluruh materi yang diberikan setiap hari nya. Usahakan memuat unsur 5 W+1 H. Jika kegiatan berupa fasilitasi atau konsultansi, mohon meringkas isi materi yang disampaikan dan tanggapan peserta terhadap pemateri, khusunya hasil diskusi. Rekomendasi: Rekomendasi umum maupun khusus yang ditujukan kepada pemerintah maupun stakeholder lain berdasarkan analisa kamu setelah menjalani aktivitas. Tindak Lanjut setelah Kegiatan: Langkah-langkah tindak lanjut yang memang menjadi komitmen bersama dalam aktivitas yang dilakukan, atau hal-hal yang kamu usulkan agar bisa ditindaklanjuti bersama dengan ARI. Pembelajaran untuk ARI: (bagian ini memuat penjelasan tentang bagaimana kegiatan yang dilakukan teman-teman bisa menjadi pelajaran bagi ARI? Apa yang bisa dipelajari dari acara atau organisasi penyelenggara untuk pengembangan ARI? Apa opini pribadi kamu tentang kegiatan ini (nyinyir alus tapi formal boleh juga loh)? Peserta Kegiatan (diisi dengan mengacu pada daftar hadir kegiatan) Nama Kegiatan Topik Utama Jumlah dan Tipe Peserta Perempuan 10-24 tahun Lakilaki 10-24 tahun Transgender 10-24 tahun perempuan 24+ Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen Lakilaki 24+ Pimpinan komunitas (L/P) Sebutkan secara rinci posisi pimpinan tersebut dan jenis kelaminnya Bagaimana melakukan evaluasi untuk advokasi? Berbeda dengan monitoring yang adalah proses yang dilakukan terus-menerus, evaluasi dilakukan pada titik waktu tertentu. Evaluasi dapat dilakukan pada tengah-tengah periode kerja advokasi atau setelah kerja advokasi selesai sepenuhnya dikerjkan. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam evaluasi meliputi: Evaluasi terhadap kemajuan kerja advokasi berdasarkan objektif atau tujuan-tujuan yang telah direncanakan. Menarik pembelajaran mengenai hal-hal apa saja yang berjalan dengan baik dan hal-hal apa yang perlu diadaptasi. Menunjukkan strategi-strategi mana yang inovatif dan efisien selama mengimplementasikan strategi advokasi. Menujukkan hasil dan dampak dari kerja advokasi kepada donor, partner, pembuat kebijakan serta pemangku kepentingan lainnya. Biasanya dalam bentuk laporan yang dapat diakses oleh publik. Menghasilkan rekomendasi terkait dengan ketersediaan sumber daya dan dukungan-dukungan politik dalam kerja advokasi. Evaluasi formal idealnya harus melibatkan perwakilan dari semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam kerja advokasi, baik internal maupun eksternal. Mulai dari anggota tim kerja, anggota aliansi, subyek sasaran advokasi (pembuat kebijakan), serta kelompok masyarakat yang menerima manfaat dari hasil advokasi. Sebagai tambahan, evaluasi harus fokus pada perubahan-perubahan yang berhasil dibuat dari kerja advokasi. Oleh karenanya sangat penting untuk menyarikan pembelajaran-pembelajaran yang didapat selama kerja advokasi dan bagaimana pembelajaran tersebut dapat diplikasikan pada tahun kerja berikutnya. Dokumen evaluasi ini harus dibagikan kepada semua anggota tim serta partner kerja lainnnya. Seperti yang telah diulas sebelumnya, mengevaluasi kerja advokasi adalah suatu tantangan yang cukup rumit jika tidak kita lakukan dengan spesifik. Dengan demikian perlu dibuat pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengakomodir semua jenis kerja advokasi. Berikut beberapa contoh yang dapat digunakan: Dalam hal apakah tujuan-tujuan yang telah direncanakan telah tercapai? Apakah tujuan ini masih menjadi prioritas dalam kerja advokasi? Bagaimana objektif-objektif yang ada mengalami perubahan selama kerja advokasi? Mengapa perubahan itu perlu dilakukan? Dampak apa yang telah dapat dirasakan oleh komunitas? Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen Faktor-faktor apakah yang berkontribusi pada keberhasilan maupun kegagalan? Hal-hal apa sajakah yang perlu diubah di masa depan sehingga kinerja advokasi dapat lebih optimal? Berikut akan disajikan salah satu instrumen evaluasi internal yang dikembangkan oleh PME Aliansi Remaja Independen: Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen Evaluasi Internal Aktivitas Advokasi ARI: Penyusunan Laporan Evaluasi bertujuan untuk mengetahui dampak dari implementasi program. Program yang dimaksud adalah rangkuman dari keseluruhan kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi alur berpikirnya adalah suatu program direncanakan (planning) berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam cakupan dan waktu tertentu. Dalam mencapai tujuan program, pengelola menetapkan hasil (goal) melalui dampak-dampak yang diharapkan muncul (outcome) setelah implementasi program. Dampakdampak tersebut dapat diwujudkan setelah adanya luaran (output) dari setiap kegiatan yang dilakukan. Evaluasi yang dilakukan berada pada level dampak atau outcome. Oleh karena itu, evaluasi biasanya dilakukan di akhir implementasi program, atau dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Salah satu wujud dari evaluasi adalah penulisan laporan yang berisi rangkuman dari seluruh aktivitas monitoring yang ada serta pembelajaran-pembelajaran yang didapat untuk perbaikan program. Laporan ini memiliki banyak kekuatan selain menolong pengelola program untuk mempertimbangkan strategi di masa depan. Laporan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelola program di hadapan mitra maupun donor serta meningkatkan pemahaman tentang sejauh mana program berkontribusi terhadap perubahan. ARI telah menyiapkan borang evaluasi yang dapat digunakan untuk menyediakan data secara sistematis guna menyusun laporan: Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen FORM EVALUASI PROGRAM ARI DAERAH Jumlah Jaringan yang dimiliki oleh ARI Daerah……………: Yang dimaksud jaringan adalah jaringan yang berkontribusi mendukung program kerja advokasi dan secara aktif diikuti oleh ARI daerah sebagai organisasi, bukan personal. Yang dimaksud aktif adalah paling tidak ada pertemuan sebanyak 4 kali dalam satu tahun. Tabel Jaringan Baru ARI Daerah 2012 Nama Jaringan Tipe Jaringan - SRHR atau jaringan lembaga Non-Pemerintah Level lokal atau nasional Formal atau informal Peran ARI Daerah di dalam jaringam Keanggotaan sejak tahun? Anggota organisasi lain yang dilatih untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian mereka terkaiy SRHR Nama Kegiatan Pelatihan Jumlah peserta perempuan Jumlah peserta lakilaki Jumlah peserta transgender Jumlah peserta berdasarkan jenis organisasi asal peserta Organisasi lokal Jaringan lokal Komunitas lokal Lainnya Mohon diberikan penjelasan untuk setiap aktivitas melalui isian berikut ini: Hal-hal baik apa yang menurutmu mendukung keberhasilan kegiatan terebut? (cantumkan juga kutipan kesan-pesan peserta yang kamu latih, *bisa ditanyakan lewat sms ya ke pesertanya yang dulu*) Hal apa yang menjadi tantangan atau kendala bagi kamu dalam menjalankan aktivitas ini? Hal-hal apa yang menurutmu bermanfaat bagi ARI dari aktivitas ini? adakah ide-ide perbaikan atau perencanaan yang didapat dari aktivitas ini? Keterlibatan ARI Daerah dalam pertemuan Advokasi Pertemuan advokasi yang dimaksud merujuk pada pertemuanyang mana ARI mengambil peran untuk merubah kebijakan atau mengusulkan sesuatu yang baru dalam suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Misalnya, pertemuan advokasi membahas alokasi APBD untuk remaja, pembahasan kebijakan pendidikan kespro di sekolah, dsb. Nama Pertemuan Pertemuan dengan? Topik Utama Level (centang saja) Local Regional National Jelaskan hasil dari pertemuan-pertemuan ini: Tabel Partisipasi dalam kegiatan peningkatan kesadaran tentang SRHR pada level komunitas Kegiatan peningkatan kesadaran tentang SRHR ini merupakan kegiatan yang ditujukan kepada khalayak, misalnya diskusi, seminar, kampanye, dsb Nama Topik Jumlah dan Tipe Peserta Kegiatan Utama Perempuan 10-24 tahun Lakilaki 10-24 tahun Transgender 10-24 tahun perempuan 24+ Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen Lakilaki 24+ Pimpinan komunitas (L/P) Sebutkan secara rinci posisi pimpinan tersebut dan jenis kelaminnya Tabel Orang yang dijangkau dalam aktivitas peningkatan kesadaran tentang SRHR melalui media Pengisi Form: Setia, Sofyan, Via, Nia Jenis Media Topik Utama Perkiraan jumlah orang yang terjangkau Radio streaming TV appearance ARI’s website Twitter Mohon mengisi isian mengenai upaya-upaya ARI Daerah dalam menciptakan lingkungan yang kondusif dalam mendukung isu SRHR berikut ini: Hal-hal baik apa yang menurutmu mendukung keberhasilan kegiatan terebut? (cantumkan juga kutipan kesan-pesan orang yang terjangkau media, atau terekspose isu SRHR dari ARI) Hal apa yang menjadi tantangan atau kendala bagi kamu dalam menjangkau orang-orang dalam meningkatkan kesadaran tentang SRHR? Hal-hal apa yang menurutmu bermanfaat bagi ARI dari aktivitas penjangkauan ini? adakah ide-ide perbaikan atau perencanaan yang didapat dari aktivitas ini? Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen #3. Sumber-sumber bacaan lain mengenai monitoring dan evaluasi untuk advokasi Berikut sumber-sumber yang dapat diakses secara gratis untuk memperkaya pemahaman mengenai advokasi dari beragam isu. Selain itu, terdapat beberapa instrumen monitoring dan evaluasi yang tersedia secara online dan dapat didwonload. Publications on advocacy A new weave of power, people and politics: the action guide for advocacy and citizen participation. VeneKlasen, L. and Miller, V. World Neighbors 2002 excerpts and ordering info at: www.justassociates.org/ActionGuide.htm This new field manual provides a well tested approach for promoting citizen participation. It is designed for people and organisations grappling with issues of power, politics and exclusion. It breaks down the traditional boxes separating human rights, rule of law, development, and governance, and reconnects them in order to create an integrated approach to rights-based political empowerment. A New Weave of Power, People & Politics combines concrete and practical action "steps" with a sound theoretical foundation to help users understand the process of advocacy planning and implementation. See also the same authors’ Advocacy Action and Impact Chart available at: HYPERLINK "http://www.justassociates.org/evaluatingimpact.pdf" http://www.justassociates.org/evaluatingimpact.pdf Research and advocacy for policy change: measuring progress. Kelly, L. The Foundation for Development Cooperation http://www.fdc.org.au/publications/20020521_43.html Research and advocacy work designed to influence policy is a growing area of operation in the non-profit sector, among non-Government organisations (NGOs) and more recently in some government departments concerned with aid and development. Yet assessment of the effectiveness of such work - both the immediate outcomes and the integration with broader organisational aims and goals - has received little attention until recently. This paper draws from two areas, the emerging discussions about evaluation of advocacy programs, and the broader literature about organisational performance measurement. It seeks to outline a process for NGOs and others to assess the contribution advocacy and research work makes to their organisational goals and mission. An annotated bibliography and a draft model for organizational review performance are included as annexes. Advocacy, communication and coalition building. Community Empowerment and Social Inclusion (CESI), The World Bank 2003 http://www.worldbank.org/wbi/communityempowerment/Modules/Advocacy.ht ml The World Bank Institute’s Community Empowerment and Social Inclusion Learning Program (CESI) is a cross-sectoral program that focuses on citizen strengthening and institutional reform to further the World Bank’s mission of poverty reduction. The aim of this workbook is to share the basic elements of a methodology of participatory planning Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen for advocacy for development effectiveness. It is designed as a practical guide for individuals, communities, and organizations interested in becoming agents of change and strengthening their influence towards local, municipal, and national governments and institutions. It is based on a concrete case study, Kenyan Advocates Succeed in Promoting Adolescent Health, to provide the context for developing and implementing an effective advocacy strategy in communities. This guide is written for community and NGO leaders involved in planning, organizing, implementing, and evaluating advocacy activities. Learning for change: the art of assessing the impact of advocacy work. Coates, B. and David, R. Development in Practice Vol. 12 No 3/4 2002 This paper starts by exploring the complex and changing nature of advocacy work, arguing that standardised forms of monitoring and evaluation and impact assessment are likely to be inappropriate – they will probably provide misleading information, and may create perverse incentives that undermine joint action. However, while there are obvious pitfalls, there are few ready-made answers. The authors suggest that NGOs involved in advocacy at all levels should identify essential elements of their work at the outset and ensure that they monitor and evaluate those areas deemed most important. Evidence shows that short-term successes of advocacy work may often be won at the expense of longer-term aims – such as building capacity among partners and contributing to more fundamental change in the future. Throughout, the authors argue that an analysis of power and power structures should guide advocacy strategy and the ways in which advocacy can effectively be evaluated. A successful M&E approach must be flexible enough not only to adapt to external events, but also to be a tool for re-shaping the campaign. Monitoring and evaluating advocacy: a scoping study. Chapman, J. and Wameyo, A. ActionAid 2001 www.actionaid.org/policyandresearch/mae/aa.shtml ActionAid, along with many international agencies, is increasingly refocusing its work to support civil society, strengthen social capital and support excluded groups in their efforts to hold decision-makers accountable. All of this work currently falls beneath the vague banner of `influencing and advocacy work’. But how do we assess the value of this work? This Scoping Study marks the beginning of a large body of work that will be carried out by ActionAid to explore and develop ways in which we can best monitor and evaluate different aspects of this work. It sets out to document the various frameworks and approaches that international agencies are using to assess the value of their advocacy work. The report draws on a large body of literature as well as, where possible, on first hand interviews and discussions. The report does not attempt to evaluate the various frameworks. It sets out to draw together a body of knowledge without passing judgement on the merits or demerits of various approaches. Web sites on advocacy www.careusa.org/getinvolved/advocacy/tools.asp#english This web page contains CARE USA’s manual Advocacy Tools and Guidelines: Promoting policy change, published in 2001, downloadable as a series of pdf files. They provide a step by step guide for planning advocacy initiatives, as well as advice on successful Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen implementation. They are intended for country office programme managers who wish to include advocacy in their programmes. They cover advocacy concepts and vocabulary, analysing policies, understanding how advocacy can help increase impact, developing a strategy to achieve your goals and essential skills for advocacy. www.irc.nl/content/view/full/3419 This is the site of an IRC Thematic Overview Paper - Advocacy for Water, Environmental Sanitation and Hygiene, designed for use online (although a pdf version can also be downloaded here). The site includes an overview of the subject (Understanding advocacy, social mobilisation and communication), links to related campaigns such as WASH (Water Sanitation and Hygiene for All), a brief history of water advocacy, links to concepts and lessons, information on targets, indicators and monitoring, suggested steps towards creating a strategy for advocacy and communication and an opportunity to contribute comments. Links to useful resources appear throughout. www.socwatch.org.uy/en/portada.htm Social Watch is an international network informed by national citizens' groups aiming at following up the fulfilment of the internationally agreed commitments on poverty eradication and equality. These national groups report, through the national Social Watch report, on the progress - or regression- towards these commitments and goals. The Social Watch groups, organized on an ad hoc basis, have a focal point in each country that is responsible for promoting the initiative; submitting a national report for the yearly publication; undertaking lobbying initiatives before the national authorities to hold them accountable for the policies in place regarding the agreed commitments; promoting a dialogue about the national social development priorities and developing an active inclusive strategy to include other groups into the national group. www.oneworld.net/ OneWorld is dedicated to harnessing the democratic potential of the internet to promote human rights and sustainable development. It aims to transcend geographic and linguistic barriers in its work; in particular to give a voice to those typically overlooked by mainstream media and policy-makers. The site includes news, special reports, technology services, PR contacts, press releases and campaign updates. Topic guides, edited by volunteers in the developing world, include aid, capacity building, environmental activism, gender, volunteering and water and sanitation. The Grassroots News section comes directly from users of community access points in Africa. They are linked together by the new Open Knowledge Network, aiming to promote the creation and exchange of local content - on vital topics such as health, education and agriculture - as widely as possible across the global South. http://netaction.org/ NetAction is a California-based nonprofit organization dedicated to promoting use of the Internet for effective grassroots citizen action campaigns, and to educating the public, policy makers, and the media about technology policy issues. NetAction works to: ensure the accessibility and affordability of information technology and the Internet; train activists to use the Internet as a tool for grassroots organizing, outreach, and advocacy; create effective grassroots citizen action campaigns and coalitions that link cyberspace Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen activists with grassroots organizations. The site includes a free online training course for virtual activists, a reader and lots of links to examples and related sites. Back issues of the newsletter are available. www.hrconnection.org/ Human Rights Connection provides practical information in several languages for human rights defenders around the world. It offers local manuals and real life case studies written by grassroots activists worldwide. The Advocacy section includes articles and materials to help design effective human rights advocacy strategies. It includes an overview of people-centred advocacy and tools and guiding questions to develop and implement an advocacy strategy appropriate to your particular context. The Media section offers guidance on getting your message across and working with the media more successfully. The Technology section contains information on email and internet systems and more advanced methods for incorporating technology into human rights activism. www.transparency.org/toolkits/2002/index.html The Corruption Fighters' Tool Kit, first produced as an international edition in CD-ROM format in 2001, is a compendium of practical civil society anti-corruption experiences described in concrete terms and accessible language. It presents innovative anticorruption tools developed and implemented by Transparency International (TI) and other civil society organisations from around the world. The Tool Kit highlights the potential of civil society to create mechanisms for scrutiny and control of public institutions, and to demand and promote accountable and responsive public administration. Each year new contributions are added - at present the Tool Kit includes 46 tools from around the world. These include 28 first published in 2002 and 18 published in October 2003. Learn how TI Bangladesh uses theatre as a means to raise awareness about corruption and how TI Peru is testing the new Peruvian access to information law, among many other innovative tools created by civil society organisations. Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen #4. Daftar Pustaka Cahpman, Jenniffer. 2002. Monitoring and evaluating advocacy. New York: PLAN International. Dale, Reidar. 1998. Evaluating Development Programmes and Projects. London: Sage Publications. Dokumen Planning, Monitoring and Evaluation Aliansi Remaja Independen 2011-2012. Ecumenical Advocacy Alliance. 2010. Monitoring & Evaluation of Advocacy Campaigns Literature Review. Geneva: EEA. Enterprise Development Impact Assessment Information Service (EDIAIS). 2003. Enterprise Impact News. Manchaster: EDAIS. Diakses melalui www.enterpriseimpact.org.uk GYCA Advocacy e-course, 2012 Neuman, Lawrence W (2003). Social Research Methods: Qualitative & Quantitative Approaches 5th Edition. USA: Allyn & Bacon O’flynn, Maureen. 2009. Tracking Progress in Advocacy: Why and How to Monitor and Evaluate Advocacy Projects and Programmes. Oxford: INTRAC. UFBR (2011). SRHR Monitoring and Evaluation Handbook. UNICEF. 2010. Advocacy Toolkit. New York: UNICEF. Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen #4. Tugas Modul Monitoring dan Evaluasi untuk Advokasi Jawablah pertanyaan berikut dengan ulasan singkat disertai dengan contoh yang relevan. 1. Pada modul “Mengembangkan Strategi Advokasi” yang telah teman-teman dapatkan sebelumnya, teman-teman diminta untuk membuat suatu objektif atau tujuan advokasi. Teman-teman diminta untuk: a. Paparkan kembali objektif tersebut lalu jelaskan secara sistematis kegiatan monitoring dan evaluasi yang mungkin perlu untuk dilakukan. b. Mari kita berimajinasi. Bayangkan jika tujuan advokasi itu telah teman-teman implementasikan dalam suatu strategi advokasi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2010. Kemudian saat ini di akhir tahun 2012, teman-teman diminta untuk mengumpulkan informasi yang mencakup isu internal, eksternal, kolaboratif, dan isu pencapaian tujuan (lihat modul). Informasi apakah yang akan teman-teman kumpulkan? Tolong jelaskan secara singkat dan jelas. Rahardhika Arista | Aliansi Remaja Independen