BAB II KAJIAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Gangguan Dismorfik Tubuh (Body Dysmorphic Disorder)
A.1. Definisi Dismorfik Tubuh (Body Dysmorphic Disorder)
Istilah "dysmorphia" berasal dari bahasa Yunani dismorfia ("dis,"
yang berarti abnormal atau terpisah, dan "Morfia," yang berarti bentuk).
Istilah "dysmorphophobia," diciptakan oleh Morselli, digambarkan
perasaan subjektif dari cacat fisik yang pasien percaya terlihat orang lain,
meskipun penampilan mereka normal. Morselli menekankan sifat obsesif
gejala itu. Kemudian namanya diresmikan oleh American Psychiatric
Classification menjadi Body Dysmorphic Disorder (BDD). Istilah Body
Dysmorphic Disorder (BDD), secara formal juga tercantum dalam
Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder (4th Ed), untuk
menerangkan kondisi seseorang yang terus menerus memikirkan
kekurangan fisik minor atau bahkan imagine defect, dengan fitur penting
yang menjadi keasyikan dengan cacat dalam penampilan. Cacat yang
dibayangkan atau jika anomali fisik hanya sedikit, perhatian individu yang
nyata berlebihan. Perhatian yang tinggi menyebabkan penderitaan atau
kerusakan yang signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting, dan tidak harus lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain.
Saat ini, BDD dikonseptualisasikan sebagai kontinum wawasan, dari
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ketidakpastian obsesif terhadap ide-ide dinilai terlalu tinggi untuk
kepastian delusi. BDD adalah kondisi kronis dan melumpuhkan. Pasien
dengan BDD memiliki berbagai ciri kepribadian, termasuk obsesif,
skizofrenia , narsis, dan kepribadian hypocondriacal, tetapi tidak semua
dari mereka memiliki "gangguan" kepribadian dari apapun. Orang dengan
gangguan dismorfik tubuh ( body dismorphic disorder/BDD) terpaku pada
kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal
penampilan mereka (APA, 2000) dan bisa diartikan lagi sebagai individu
diliputi dengan bayangan mengenai kekurangan dalam penampilan fisik
mereka, biasanya di bagian wajah, misalnya kerutan di wajah, rambut pada
wajah yang berlebihan, atau bentuk dan ukuran hidung.
Para ahli memberikan pengertian untuk istilah BDD sebagai
berikut.
1. Menurut Watkins (2006), Body Dysmorphic Disorder (BDD)
adalah keasyikan dengan kekurangan fisik yang imajiner pada
penampilan atau perhatian yang sangat berlebihan terhadap
kekurangan yang sebenarnya tidak begitu berarti.
2. Body Dysmorphic Disorder (BDD) merupakan salah satu body
image disturbance yang diartikan oleh Thompson (2002)
sebagai taksiran terlalu tinggi terhadap ukuran tubuh tertentu
ketika dibandingkan dengan ukuran yang objektif.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah gangguan mental
yang diartikan sebagai keasyikan seseorang terhadap perasaan
kekurangan penampilannya (Veale).
Menurut DSM-IV-TR, Gangguan dismorfik tubuh ditandai dengan
keasyikan dengan satu atau lebih cacat dirasakan atau kekurangan dalam
penampilan fisik yang tidak dapat diamati atau muncul hanya sedikit orang
lain, dan dengan perilaku berulang (misalnya, memeriksa cermin,
perawatan yang berlebihan, kulit memetik, atau jaminan mencari) atau
tindakan mental (misalnya, membandingkan penampilan seseorang dengan
orang lain) dalam menanggapi keprihatinan penampilan.
Body Dysmorphic Disorder (BDD) mencakup pikiran, perasaan,
perilaku dan hubungan sosial. Penderita Body Dysmorphic Disorder
(BDD) biasanya memfokuskan tidak hanya pada bagian tubuh tertentu,
tetapi lebih ke bagian-bagian tubuh yang lain pula. Itulah yang
membedakannya
dengan
eating
disorder/bulimia
nervosa/anorexia
nervosa yang biasanya menyangkut gangguan kecemasan mengenai
ukuran dan berat badan. Bagian-bagian tubuh yang sering dikeluhkan dan
dicemaskan adalah rambut, hidung, kulit, gigi, alat kelamin, struktur
wajah, kaki, pipi, lengan, bibir, dagu, perut, pinggang, pinggul, paha, alis
mata, kepala, telinga, dada, bekas luka, dan ukuran tinggi atau berat badan.
Mereka
dapat
mengahabiskan
waktu
berjam-jam
untuk
memeriksakan diri didepan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, bahkan
menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan. Ada pula yang
menghindari cermin agar tidak diingatkan mengenai kekurangan mereka,
atau
mengkamuflasekan
kekurangan
mereka
dengan,
misalnya,
mengenakan baju yang sangat longgar (Albertini & Philips daam
Davidson, Neale, Kring, 2004). Lainnya dapat membuang setiap cermin
dari rumah mereka agar tidak diingatkan akan cacat yang mencolok dari
penampilan mereka.
Orang dengan gangguan ini dapat percaya bahwa orang lain
memandang diri mereka jelek atau berubah bentuk menjadi rusak dan
bahwa penampilan fisik mereka yang tidak menarik mendorong orang
lain untuk berpikir negatif tentang karakter atau harga diri mereka sebagai
seorang manusia ( Rosen, 1996). Angka gangguan ini tidak diketahui
secara jelas, karena banyak orang dengan gangguan ini yang gagal
mencari bantuan atau mencoba untuk merahasiakan simtom mereka
(Cororve & Gleaves, 2001). Orang dengan BDD sering menunjukkan
pola berdandan atau mencuci, menata rambut secara kompulsif, dalam
rangka mengoreksi kerusakan yang dipersepsikan.
Penanganan gangguan ini dengan teknik kognitif behavioral, paling
sering pemaparan terhadap pencengahan respons dan restrukturisasi
kognitif, juga mencapai hasil yang memberikan harapan (Cororve &
Gleaves,
2001).
Pemaparan
dapat
dilakukan
dengan
sengaja
memuncullkan kerusakan yang dipersepsikan didepan umum, dan bukan
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menutupinya melalui penggunaan rias wajah atau pakaian. Pencengahan
respons berfokus pada pemutusan ritual kompulsif, seperti memeriksa
didepan cermin (misalnya, dengan menutup semua cermin dirumah) dan
berdandan yang berlebihan. Dalam restrukturisasi kognitif, terapis
menantang keyakinan klien yang terdistorsi mengenai penampilan
fisiknya dengan cara menyemangati mereka untuk mengevaluasi
keyakinan mereka dengan bukti yang jelas.
Beberapa bahkan mengurung diri di rumah untuk menghindari
orang lain melihat kekurangan yang dibayangkannya. Hal ini sangat
mengganggu dan terkadang dapat mengerah pada bunuh diri; seringnya
konsultasi pada dokter bedah plastik dan beberapa individu yang
mengalami hal ini bahkan melakukan operasi sendiri pada tubuhnya.
Sayangnya, operasi plastik berperan kecil dalam menghilangkan
kekhawatiran mereka (Veale dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Body
dysmorphic disorder muncul kebanyakan pada wanita cenderung pula
fokus pada bagian kulit, pinggang, dada, dan kaki, sedangkan pria lebih
cenderung memiliki kepercayaan bahwa mereka bertubuh pendek, ukuran
penisnya terlalu kecil atau mereka memiliki terlalu banyak rambut di
tubuhnya (Perugi dalam Davidson, Neale, Kring, 2004) dan biasanya
dimulai pada akhir masa remaja, dan biasanya berkaitan dengan depresi,
fobia social, gangguan kepribadian (Phillips&McElroy, 2000; Veale et
al.,1996 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
A.2. Gejala Dismorfik Tubuh (Body Dysmorphic Disorder)
Bentuk-bentuk perilaku yang mengindikasikan Body Dysmorphic
Disorder (BDD) (Watkins, 2006; Thompson, 2002; Weinshenker, 2001;
dan David Veale ; Phillips dan Diaz 1997) adalah sebagai berikut:
a. Secara berkala mengamati bentuk penampilan lebih dari satu jam
per hari atau menghindari sesuatu yang dapat memperlihatkan
penampilan, seperti melalui cermin atau kamera.
b. Mengukur atau menyentuh kekurangan yang dirasakannya secara
berulang-ulang.
c. Meminta pendapat yang dapat mengukuhkan penampilan setiap
saat.
d. Menghindari situasi dan hubungan sosial.
e. Mempunyai sikap obsesi terhadap selebritis atau model yang
mempengaruhi idealitas penampilan fisiknya.
f. Berpikir untuk melakukan operasi plastik, perawatan dermatologis
atau perawatan medis lainnya.
g. Diet berlebihan atau latihan. Berdiet secara ketat dengan kepuasan
tanpa akhir. Weinshenker (2001) menyatakan bahwa kecemasan,
rasa malu dan juga depresi merupakan konsekuensi dari gangguan
ini.
h. Menyamarkan cacat yang dirasakan dengan pakaian, make-up atau
postur.
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
i. Merasa sangat cemas dan sadar diri di sekitar oreang lain karena
cacat yang dirasakan.
A.3. Faktor Penyebab Dismorfik Tubuh (Body Dysmorphic Disorder)
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang memastikan penyebab
Body Dysmorphic Disorder (BDD) dengan jelas. Riwayat dilecehkan
tubuhnya pada masa kanak-kanak, tidak dicintai orang tua, dan
mempunyai penyakit yang mempengaruhi penampilan, jerawat misalnya,
bisa dikategorikan menjadi penyebab gejala Body Dysmorphic Disorder
(BDD). Jika diklasifikasikan, ada dua aspek yang masih menjadi dugaan
penyebab
Body
Dysmorphic
Disorder
(BDD).
Pertama,
adanya
ketidakseimbangan cairan kimia (hormon serotonin) di dalam otak, yang
berpengaruh terhadap kapasitas obsesi. Kedua, kemungkinan faktor-faktor
sifat, psikologis, maupun budaya.
B. Citra Tubuh (Body Image)
B.1. Definisi Body Image
Hurlock (1994) (Verawaty,2013) mendefinisikan body image
sebagai cara seseorang mempersepsikan keadaan tubbuhnya, sehubungan
dengan ideal yang dimilikinya pada pola kebudayaan setempat, dan dalam
hubungannya dengan cara individu menilai tubuh yang dimilikinya.
Menurut Sunaryo (2004), body image yaitu sikap seseorang terhadap
tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, meliputi performance, potensi
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan
bentuk tubuh.
Menurut Hardy dan Hayes (dalam Bestiana, 2012) citra tubuh
adalah sebagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan
merupakan evaluasi individu mengenai dirinya sendiri. Kesadaran dan
penerimaan individu terhadap tubuhnya merupakan aspek utama dari citra
tubuh. Honigman dan Castle (dalam Bestiana, 2012) dalam bukunya yang
berjudul Living with Your Looks mendefinisikan citra tubuh sebagai
gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya,
bagaimana orang tersebut akan mempersepsikan dan memberikan
penilaian terhadap apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan
bentuk tubuhnya, serta bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap
dirinya. Apa yang dia pikirkan dan rasakan belum tentu benar-benar dapat
merepresentasikan keadaan yang sebenarnya, namun lebih merupakan
hasil penilaian diri yang subyektif.
Selanjutnya, Schlundt dan Jhonson (dalam Indika, 2010)
mengatakan bahwa citra tubuh merupakan gambaran mental yang tertuju
kepada peraasaan yang kita alami tentang tubuh dan bentuk tubuh kita
yang berupa penilaian positif dan penilaian negatif. Bascow (Indika, 2010)
menjelaskan bahwa citra tubuh merupakan bagaimana kita menerima dan
juga merasakan tentang tubuh kita.
Menurut Mintz dan Betz (dalam Ciciilabaika, 2009) kepuasan citra
tubuh ialah derajat kepuasan mengenai bagian-bagian dan karakteristik
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tubuh seseorang, sedangkan ketidakpuasan citra tubuh akan terjadi jika
derajat
kepuasan
seseorang
terhadap
tubuhnya
rendah.
Adanya
ketidaksesuaian antara tubuh riil dengan standar tubuh ideal yang
dijadikan sebagai pembanding dapat berpengaruh pada rendahnya
kepuasan citra tubuh, sebaliknya memiliki bentuk tubuh yang baik dapat
berpengaruh pada kepuasan citra tubuh.
Rudd dan Lennon (dalam Yosephin,2012) melihat 2 komponen
yang membangun citra tubuh yaitu komponen persepsi
(perceptual
component) dan komponen sikap ( attitudinal component). Kedua
komponen ini saling mempengaruhi dan mendukung pembentukan citra
tubuh yang baik. komponen persepsi melihat tubuh individu melalui
ukuran, bentuk, berat badan, dan penampilannya (appearance). Sementara,
komponen sikap merasakan tubuhnya sendiri dan mempengaruhi pola
tingkah laku individu tersebut. persepsi individu dimunculkan dengan
tingkat kepuasaan dan ketidakpuasan terhadap kondisi fisiknya sedangkan
sikap dimunculkan dengann suatu tindakan demi mewujudkan harapan
seorang individu terhadap ketidakpuasaan kondisi fisiknya.
Kemudian, Cash & Pruzinsky (Thompson, 1996 ; dalam
Verawaty, 2013) menyatakan penilaian mengenai penampilan fisik disebut
sebagai citra tubuh. Citra tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang
terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Papalia
(2008) menyatakan bahwa citra tubuh (body image) adalah gambaran dan
evaluasi mengenai penampilan seseorang.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh
(body image) merupakan perasaan, sikap dan evaluasi yang dimilki
seseorang terhadap dirinya berupa bentuk tubuh dan ukuran tubuh yang
mengarah
pada
penampilan
fisik
dan
bagaimana
seseorang
menggambarkan dirinya secara positif dan negatif.
B.2. Dimensi-dimensi Body Image
Cash ( Seawell & Danorf-Burg, 2005; Mellisa, 2005) mengemukakan
adanya lima dimensi gambaran ubuh, yaitu:
a) Appearance evaluation (evaluasi penampilan), yaitu mengukur
evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau
tidak menarik serta memuaskan atau tidak memuaskan.
b) Appearance orientation (orientasi penampilan), yaitu perhatian
individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.
c) Body Area Statisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu
mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik,
seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, pinggul, paha,
kaki), tubuh bagian tengah (perut, pinggang), tubuh bagian atas (dada,
bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan.
d) Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), yaitu
mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu
terhadap berat
badan,
kecenderungan melakukan diet unruk
menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
e) Self-Classified weight (pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur
bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari
sangat kurus sampai sangat gemuk.
B.3. Kriteria Body Image
Nada (dalam Veronica, 2010) mengemukakan bahwa terdapat dua
kriteria body image yaitu :
a.
Body image positive
a) Persepsi bentuk tubuh yang benar dan individu
melihat berbagai bagian tubuh sebagaimana yang
sebenarnya.
b) Individu menghargai bentuk tubuh alaminya dan
memahami bahwa penampilan fisik pada setiap
individu mempunyai nilai dan karakter.
c) Individu bangga dan menerima kondisi bentuk
tubuhnya, serta merasa nyaman dan yakin dalam
tubuhnya.
b.
Body image negative / Body Dissatisfaction
a) Sebuah persepsi yang menyimpang dari bentuk
tubuh, merasa terdapat bagian-bagian tubuh yang
tidak sebenarnya.
b) Individu yakin bahwa hanya orang lain yang
menarik dan bahwa ukuran atau bentuk tubuh adalah
tanda kegagalan pribadi.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c) Individu merasa malu, sadar diri dan cemas tentang
tubuhnya.
d) Individu tidak nyaman dan canggung dalam
tubuhnya.
Odgen (dalam Nina, 2013) body dissatisfaction adalah
perbedaan antara persepsi individu mengenai ukuran tubuh ideal
dan ukuran tubuh mereka yang sebenarnya, perbedaan antara
persepsi mereka tentang ukuran sebenarnya mereka bandingkan
dengan ukuran ideal mereka atau sebagai perasaan ketidakpuasaan
dengan ukran bentuk tubuh. Grogan (dalam Nina, 2013)
mendefinisikan body dissatisfaction sebagai pikiran dan perasaaan
negatif individu terhadap tubuhnya.
B.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Image
Beberapa ahli menyatakan bahwa body image juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor (dalam Verawaty, 2013). Faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan body image adalah
sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Cash & Pruzinsky (2002) mengatakan bahwa jenis kelamin
merupakan faktor yang mempengaruhi citra tubuh (body
image)
seseorang.
dilakukan
Beberapa
menyatakan
bahwa
penelitian
wanita
yang
lebih
sudah
negatif
memandang citra tubuhnya dibanding pria. Pria ingin
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya
diri di depan teman-temannya dan mengikuti trend yang
sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki
tubuh kurus menyerupai tubuh ideal yang digunakan untuk
menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan pria
untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh
gambar di media massa yang memperlihatkan model pria
yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk
menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam
majalah wanita yang sering memuat artikelpromosi tentang
penurunan berat badan.
b. Usia
Pada masa perkembangan remaja, citra tubuh (body image)
menjadi penting (Papalia & Olds,2008). Hal ini berdampak
pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat
badan, umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri
dibanding remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan
berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia
dengan penampilannya dan hal ini dapat menyebabkan
remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder).
Ketidakpuasan remaja putri meningkat pada awal hingga
pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya
(Papalia & Olds,2008).
c. Media Massa
Tiggerman (2004) mengatakan bahwa media yang muncul
dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur
perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi citra
tubuh seseorang. Tiggerman (dalam Cash & Pruzinsky,
2002) juga mengatakan bahwa media massa menjadi
pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak
dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat
mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering
menggambarkan bagaimana standart kecantikan seorang
perempuan dan bagaimana gambaran ideal bagi laki-laki.
d. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung
membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang
diterima
mempengaruhi
konsep
diri
termasuk
mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan
fisik. Hal inilah yang membuat orang merasa cemas dengan
penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan
evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam
Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback
terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keluarga
dalam
mempengaruhi
hubungan
bagaimana
interpersonal
pandangan
dan
dapat
perasaan
mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash &
Pruzinsky, 2002) menerima feedback mengenai penampilan
fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang
bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan
tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan
sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan
dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan
perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang
lain. Dalam konteks perkembangan, citra tubuh berasal dari
hubungan interpersonal. Perkembangan emosional dan
pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana
seseorang melihat dirinya. Maka bagaimana seseorang
berpikir
dan
merasa
mengenai
tubuhnya
mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat
A. Kerangka Pemikiran
Pelaku Selfie
Positif (+)
Kecenderungan
Body Dysmorphic
Disorder rendah
Negatif (-)
Body
Disatisfaction
Body Image
Kecenderungan
Body Dysmorphic
Disorder tinggi
Pelaku Selfie (self portrait) pengguna instagram atau facebook
memiliki berbagai macam penilaian terhadap dirinya baik negatif maupun
positif. Namun dengan munculnya sosial media yang menyaring berbagai
informasi maka individu memiliki persepsi ideal dalam dirinya sehingga
saat individu tersebut tidak puas akan tubuhnya maka akan timbul body
dissatisfaction
atau
body
image
negative.
Body
dissatisfaction
mempengaruhi individu dalam melihat dirinya dan menginginkan individu
tersebut untuk merubah dirinya menjadi sesuai dengan persepsi.
Saat seorang pelaku selfie (self portrait) melihat hasil selfie (self
portrait)nya dan kemudian merasa tidak menarik dengan bagian wajahnya
lalu pelaku tersebut berinisiatif untuk merubah bahkan sampai melakukan
bedah plastik untuk mencapai rasa puas terhadap dirinya. Individu yang
melakukan bedah plastik dapat dikatakan ketagihan dengan Selfie (self
portrait) dan di unggah ke sosial media.
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pelaku Selfie (self portrait) memiliki kecenderungan untuk
melakukan perubahan pada sekitar wajahnya untuk mempercantik atau
memperbaiki wajah yang dirasa kurang oleh individu tersebut. Perubahan
tersebut dapat berupa bedah plastik atau memberikan riasan wajah untuk
wanita. Namun hal paling ekstreem adalah melakukan bedah plastik.
Gangguan dismorfik tubuh juga akan melakukan bedah plastik jika
individu merasa bagian tubuhnya tidak menarik dan muncul kekhawatiran
yang berlebihan sehingga individu memutuskan untuk melakukan bedah
plastik. Namun bedah plastik pun tidak berpengaruh besar dalam
menghilang kekhawatiran individu.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa body image dapat
menimbulkan body dissatisfaction pada pelaku selfie (self portrait)
kemudian dapat mengalami kecenderungan gangguan dismorfik tubuh
dengan melakukan selfie (self portrait) atau mengunggah foto-fotonya di
sosial media dan mendapat kritikan dari orang sekelilingnya.
B. Hipotesis
Ada hubungan antara Body Image terhadap kecenderungan Body
Dysmorphic Disorder (BDD) pada mahasiswa PKK Mercubuana yang
melakukan Selfie (self portrait) di media sosial (instagram atau facebook).
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download