MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN ETIK UMB Komunikasi Efektif Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Manajemen Online 05 Kode MK Disusun Oleh 90004 Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Abstract Kompetensi Pada pokok bahasan saat ini, akan mendeskripsikan berkenaan dengan menjadi pendengar yang baik, kekuatan kata-kata, bernegosiasi dan komunikasi efektif Mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan dan memahami persoalan berkenaan komunikasi efektif Pendahuluan Dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai makluk sosial pastinya kita selalu berkomunikasi, komunikasi bertujuan untuk berinteraksi antar manusia satu dengan manusia lainnnya, apabila di dunia ini tidak ada yang berkomunikasi bisa dibayangkan yang terjadi tentunya kita tidak bisa berhubungan dengan orang-orang disekitar kita, karena hakekatnya manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Karena dengan berkomunikasi kita bisa menyampaikan maksud dari keinginan kita dan memahami atau mengerti apa yang dimaksud oleh seseorang. Perlu diketahaui bahwa komunikasi yang baik itu meliputi berbagai aspek baik agama, sosial dan ekonomi. Komunikasi memiliki pengertian adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerakgerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya; tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Maka dari itu komunikasi merupakan hal yang penting bagi kita sebagai mahluk sosial. Kita menggunakan komunikasi sebagai sarana untuk menjalin hubungan ke sesama manusia lainnya. Entah dalam bentuk informal atau pun formal, kadang kali kita sering mengalami 2012 2 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ‘miscommunication’ atau ‘misunderstanding’ dikarenakan beberapa hambatan selama terjadinya komunikasi. Hambatan itu bisa berasal dari pengirim pesan atau pun dari penerima pesan. Kesalahan dapat berbentuk kesalahpahaman pesan yang dimaksudkan, atau lambatnya pesan yang dikirim. Banyak hal yang mempengaruhi kelancaran proses komunikasi. Dalam proses managemen, organisasi, atau pun kelompok, berkomunikasi yang efektif mungkin dapat terhindar dari hambatan-hambatan dalam proses komunikasi seperti lambatnya proses komunikasi atau pun kesalahapahaman terhadap pesan yang diterima kedua belah pihak. Menjadi Pendengar Yang Baik Komunikasi bisa dimulai dengan menjadi pendengar yang baik. Kegagalan komunikasi umumnya bersumber pada elemen terpenting dalam komunikasi dan mendengarkan. Apabila kita ingin mempengaruhi pihak lain, yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengerti bagaimana jalan pikiran pihak lain tersebut. mendengarkan dengan baik adalah elemen dasar untuk mengerti jalan pikiran orang lain. Jagalah kontak mata selama berkomunikasi. Jangan hentikan kontak mata ketika giliran kita yang berbicara. Buat lawan bicara kita merasakan bahwa kita telah memblok seluruh waktu kita untuk kepentingannya. apabila ada kemungkinan kita akan dipanggil selama pembicaraan, atau waktu kita akan habis, sampaikanlah sebelum hal tersebut terjadi. Berikut ini adalah cara-cara yang bisa digunakan agar kita bisa menjadi pendengar yang baik dalam waktu singkat: 1. Simpulkan pokok-pokok pikiran yang disampaikan, minta konfirmasi bahwa kita menangkapnya dengan benar. 2. Perhatikan agenda tersembunyi atau emosi yang tidak terucapkan. 3. Gunakan berbagai cara bertanya untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya : o Pertanyaan tertutup untuk mendapat jawaban ya atau tidak. o Pertanyaan terbuka untuk mendapatkan lebih banyak informasi o Menggali lebih dalam, sebagai pertanyaan lanjutan. 4. Pertanyaan “bagaimana bila” untuk mengajak berspekulasi. 5. Pertanyaan mengarahkan, untuk mendapat jawaban tertentu. 6. Siaplah untuk mengulangi apa yang disampaikan lawan bicara Anda. 7. Biasanya jawaban lebih baik akan diperoleh bila pertanyaan dijelaskan dulu dan Anda memberi waktu berpikir. Kekuatan Kata-kata 2012 3 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menambah kekuatan kata-kata yang anda sampaikan. Berpikir lah sebelum bicara Pilih kata-kata dengan baik, hindari penggunaan jargon. Gunakan bahasa yang paling sederhana untuk menghindari salah pengertian. Ekspresikan perasaan anda untuk memperkuat apa yang anda ucapkan. Bernegosiasi Banyak negosiasi bisnis terjadi diluar meja negosiasi. Masalah menjaga reputasi dan menyelamatkan muka seringkali jadi batu sandungan jalannya negosiasi formal. Untuk mengatasi ini usahakan untuk mengadakan pertemuan informal sebelum negosiasi. Pertemuan ini adalah saat yang baik untuk membangun hubungan baik, memperkirakan halhal yang mungkin muncul dalam negosiasi dan mendapat gambaran hal-hal yang bisa diperjuangkan dalam meja negosiasi. Pada saat formal negosiasi berlangsung, sering kali waktu istirahat yang lebih santai dapat di manfaatkan untuk mencairkan ketegangan. Berikut ini adalah beberapa teknik dasar dalam negosiasi : Sediakan sarana untuk menyelamatkan muka. Adanya pihak yang merasa kalah dalam negosiasi sering kali mengancam bertahannya hasil negosiasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diterapkan dalam adu argumen: Buatlah poin-poin sederhana yang disetujui semua pihak. Gunakan bahasa yang jelas. Pusatkan perhatian pada masalah yang dibicarakan, bukan pada individu-individu. Pahami pandangan pihak lain. Sampaikan dengan jelas bahwa Anda memikirkan dan berbicara untuk pihak lain juga. Penggunaan kata “kita” lebih efektif dibanding kata “saya”. Cara Anda berbicara membawa pengaruh besar pada kualitas interaksi dengan pihak lain. Intonasi suara, ekpresi ketika bicara serta bahasa tubuh bisa jadi bicara lebih banyak dibanding dengan apa yang anda ucapkan. Karenanya pelajari cara menggunakan bahasa tubuh dengan baik. 2012 4 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Posisi duduk yang condong ke depan mendekati lawan bicara memberikan penekanan yang lebih baik. Apabila berdiri, berdirilah dengan tegak. Mata yang terbuka lebar serta gerakan tangan akan menambah kesan yang baik. Banyak dari kita yang selalu ingn memenangkan suatu argumentasi. anda tidak bisa memenangkan semua argumentasi. Mulailah dengan menentukan apakah anda perlu berargumentasi, atau sebenarnya ada cara lain untuk meyampaikan pesan Anda. Apabila Anda perlu beradu argumen, pilihllah waktu dan tempat yang tepat. Usahakan argumentasi dilakukan di tempat Anda atau di tempat yang netral. Untuk membangun argumentasi yang logis sehingga mendukung pesan yang ingin Anda sampaikan, sebaiknya tuangkan dulu pemikiran Anda di atas kertas. Tuliskan setiap pokok pikiran dan fakta dalam sebuah kotak, lalu gambarkan hubungan antar masing-masing kotak tersebut. Yakinkan semua pokok pikiran dan fakta-fakta ini mendukung kesimpulan yang anda perjuangkan. Ingatlah “peta pikir” ini pada saat and melakukan argumentasi. Peta pikir ini akan membantu anda menyampaikan pokok-pokok pikiran anda dengan logis dan meyakinkan. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diterapkan dalam adu argumen: Pisahkan masalah dari pelaku. Yakinkan semua pihak bahwa negosiasi ini adalah usaha dari semua pelaku untuk memecahkan masalah, bukan pertentangan antar pelaku. Pentingkan keadilan. Jangan berusaha untuk menang sendiri. Pisahkan mana yang penting untuk di perjuangkan dan mana yang bisa dikompromikan. Yang lebih penting lagi perlu kita kethui ialah setiap orang memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda, gaya bicara orang tua berbeda dengan gaya bicara anak muda, berbicara dengan teman sebaya tentunya tidak perlu memakai gaya bahasa yang formal, sedangkan bila kita berbiara dengan orang yang lebih tua dari kita perlu kita gunakan gaya bahasa yang formal dan santun. Sebisa mungkin hindari gaya bahasa yang membosankan, menggurui atau berbelit belit semisal selalu mengulang pokok permasaalahan, perlu diketahiu apakah anda sebagai penerima pesan atau pembawa pesan, oleh sebab itu dalam melakukan komunikasi atau berbicara sebaiknya dilakukan secara bergantian jangan sampa memotong pembicaraan terlebih tidak memperhatikan isi pembicaraan. 2012 5 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Komunikasi Efektif Sebuah komunikasi yang efektif membutuhkan kejernihan pesan, kelengkapan pesan, ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal. banyak di antara kita memberi sedikit perhatian pada hal ini tetapi kenyataanya komunikasi ini terus berlangsung, tidak peduli siapa anda, jika anda tidak bisa berkomunikasi dengan semestinya maka tak seorangpun akan mendengarkan Anda. Jadi komunikasi merupakan sebuah asset penting sebagai tambahan untuk kepribadian Anda. Bagiamana membangun sebuah komunikasi efektif tersebut, berikut beberapa hal yang sebaiknya jadi pertimbangan untuk dikembangkan. 1. Kontak Mata Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara Anda tak merasa diabaikan. 2. Ekspresi Wajah Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang. Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan kasih-sayang. Mengangkat alis mata menunjukan ekspresi heran; Mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang tergambar di wajah. Jadi saat melakukan komunikasi tunjukan ekspresi bahwa Anda tertarik dengan bahan pembicaraann 3. Postur Tubuh Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan meyakinkan dari Anda. Mereka bisa jadi semacam tambahan untuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada secara verbal. Sebagai contoh: menundukan kepala menunjukkan penyelesaian pernyataan; mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan; Terlalu sering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas atau kebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik Anda saat melakukan komunikasi dengan lawan bicara. 4. Selera Berbusana Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik. Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat dampak pasti pada proses 2012 6 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi. Kita semua berbusana dan mungkin banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil ini memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan bagaimana cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampuan komunikasi kita. Ada perbedaan yang sangat besar antara bicara dan dimengerti. Pembicara yang baik mengetahui pentingnya mendengarkan untuk dapat membuat argumennya lebih kuat dan pada saat yang sama membuat pihak lain lebih bisa menerima argumen yang disampaikan. Komunikasi yang baik bukan tentang membuat apa yang disampaikan terdengar baik, tapi tentang bagaimana pesan yang disampaikan jelas bagi pihak lain. Jadi, berkomunikasilah yang baik dan benar. Ada tiga dimensi efek komunikasi, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja. Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. 2012 7 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet. Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan terbentuk (pula) oleh peran agenda setting (penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Biasanya, surat kabar mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yang dipengaruhi suasana yang sedang hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu setengah halaman di Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting. Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting dari media tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau tidak mau, pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi agenda setting. Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka terjadilah efek prososial behavioral. 2012 8 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalahgunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah dapat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut. Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari komunikasi massa. Suasana Emosional Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa respons kita terhadap sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Film sedih akan sangat mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan sedang mengalami kekecewaan. Adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya setelah mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka. Skema Kognitif Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur peristiwa. Kita tahu bahwa dalam sebuah film action, yang mempunyai lakon atau aktor atau aktris yang sering muncul, pada akhirnya akan menang. Oleh karena itu kita tidak terlalu cemas ketika sang pahlawan jatuh dari jurang. Kita menduga, pasti akan tertolong juga. Situasi Terpaan (setting of exposure) Kita akan sangat ketakutan menonton film Suster Ngesot, misalnya, atau film horror lainnya, bila kita menontontonnya sendirian di rumah tua, ketika hujan lebat, dan tiangtiang rumah berderik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih 2012 9 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ketakutan menonton televisi dalam keadaan sendirian atau di tempat gelap. Begitu pula reaksi orang lain pada saat menonton akan mempengaruhi emosi kita pada waktu memberikan respons. Faktor Predisposisi Individual Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi penontotn, pembaca, atau pendengar, menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan toko. Karena itu, ketika tokoh identifikasi (disebut identifikan) itu kalah, ia juga kecewa; ketika identifikan berhasil, ia gembira. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resepresep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama. Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk. Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa memang tidak bergantung hanya ada unsur stimuli dalam media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang menjelaskan peristiwa belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat menjelaskan efek prososial adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurutnya, kita 2012 10 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita. Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses motivasional. Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu (misalnya menolong orang tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai “abstract modeling” (misalnya sikap, nilai, atau persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tersebut dari orang-orang sekita kita.bila peristiwa itu sudah dianati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian. Kita baru pata mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya. Setiap saat kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita teladani, namun tidak semua peristiwa itu kita perhatikan. Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benak benaknya dan memanggilnya kembali ketika mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Untuk mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam dalam bentuk imaginal dan verbal. Pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental tentang peristiwa yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori kita. Kedua menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, agar peristiwa itu dapat diteladani, kita bukan saja harus merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu disebut seabagi “rehearsal”. Selanjutnya, proses reroduksi artinya menghasilkan kembali perilaku atau tindakan yang kita amati. Tetapi apakah kita betul-betul melaksanakan perilaku teladan itu bergantung pada motivasi? Motivasi bergantung ada peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self reinforcement). 2012 11 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar telah kita simpan dalam memori kita. Kita bermaksud mempraktekkannya dalam percakapan dengan kawan kita. Kita akan melakukan hanya apabila kita mengetahui orang lain tidak akan mencemoohkan kita atau bila kita yakin orang lain akan menghargai tindakan kita. Ini yang disebut peneguhan eksternal. Jadi, kampanye bahasa Indoensia dalam TVRI dan surat kabar berhasil, bila ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa Indoensia yang baik dan benar. Kita juga akan terdorong melakukan perilaku teladan baik kita melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran karena perbuatannya. Secara teoritis, agak sukar orang meniru bahasa Indonesia yang benar bila pejabat-pejabat yang memiliki reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yang salah. Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita tidak mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yang ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor. Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang benar bila kita yakin bahwa dengan cara itu kita memberikan kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia. Kesimpulan Dalam hubungan komunikasi yang efektif, kepercayaan merupakan dasar terciptanya teamwork. Kepercayaan ini hanya bisa muncul kalau kita mempunyai integritas, yang mencakup hal hal yang lebih dari sekedar kejujuran. Kalau kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata kata kita dengan realitas, integritas menyesuaikan realitas dengan kata kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif. 2012 12 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Artiningrum, Primi, dan Srijanti. Etika : Membangun sikap profesionalisme sarjana. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2007. Byrne, Rhonda. The Secret : Rahasia. Diterjemahkan oleh : Susi Purwoko. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007 Srijanti, dkk. Etika Membangun Sikap Profesionalisme Sarjana. Edisi 2. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009. Referensi Lainnya : http://www.dukonbesar.com/2009/08/membangun-komunikasi-efektif.html http://wanvisioner.blogspot.com http://wikipedia.com http://www.google.co.id 2012 13 Pendidikan Kewarganegaraan-Negara dan Sistem Pemerintahan Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id