SISTEM PEREKONOMIAN SEDERHANA

advertisement
SISTEM PEREKONOMIAN SEDERHANA
(PEREKONOMIAN DUA SEKTOR)
MPC DAN MULTIPLIER
Ekonomi dapat dipelajari dalam berbagai level.
Kita dapat mempelajari keputusan
individu yang dibuat oleh rumah tangga dan perusahaan dalam ekonomi. Atau kita dapat
mempelajari interaksi antara rumah tangga dengan perusahaan di pasar untuk barang
atau jasa yang spesifik. Atau kita dapat mempelajari operasi ekonomi secara keseluruhan.
Konteks pembahasan pada bagian berikut ini adalah melihat perekonomian yang terdiri
dari dua sektor yaitu perusahaan dan sektor rumah tangga.
A. Fungsi Konsumsi dalam Pendekatan Konvensional Versus Ekonomi Islam
Untuk memahami fungsi konsumsi, perlu dipelajari tingkah laku konsumen
dalam
ekonomi, dengan cara melihat bagaimana mereka mengalokasikan pendapatannya dan
bagaimana mereka memutuskan berapa banyak yang perlu dikonsumsi saat ini atau masa
datang.1
Untuk memahami hubungan antara pendapatan dengan konsumsi, terdapat 2
konsep berikut :
1.
Marginal Propensity to Consume (MPC)
yaitu perbandingan antara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan
pertambahan pendapatan (∆Yd) yang diperoleh.
MPC = ∆C/∆Yd, dimana (0<MPC<1).
2.
Average Propensity to Consume (APC)
yaitu perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan ketika
konsumsi tersebut dilakukan (Yd).
APC = C/Yd.
Dalam ekonomi konvensional, hubungan antara konsumsi dengan pendapatan dijelaskan
sebagai berikut :
C = a + bY
dimana a adalah konstan untuk a>0; dan b merupakan nilai MPC dengan 0<b<1
_____________________________________________________________________
1. Mankiw, N. Gregory, Principles of Economics, Third Edition, p. 26
0
C = pengeluaran konsumsi rumah tangga.
a = pengeluaran konsumsi rumah tangga apabila pendapatan masyarakat
tidak ada
b = MPC
Y = Pendapatan
Dalam ekonomi Islam, dengan adanya kewajiban zakat, terdapat dua persamaan
konsumsi. Persamaan ini membedakan antara penerima zakat (mustahiq) dan pemberi
zakat (muzaki). Pada pemberi zakat (z) terdapat juga komponen infaq (f). Dengan
demikian presamaan konsumsi menjadi sebagai berikut :
C1 = a + bY.(1 – z – f) (muzaki)
C2 = z.Y + f.Y
(mustahiq tanpa pendapatan)
Agregat total konsumsi dalam ekonomi islam adalah penjumlahan kedua persamaan
konsumsi ini, yaitu :
C = C1 + C2
sehingga C = a + b.Y.(1 – z – f) + z.Y + f.Y
Dimana fungsi zakat dan infaq ditunjukkan dengan persamaan :
Z = z.Y
F = f.Y
Dengan 0 < z + f < 1.
Apabila
pendapatan pembayaran zakat adalah
βY dan pendapatan peneriam zakat
selisihnya (1 – β).Y di mana 0 < β < 1. maka fungsi konsumsi dalam ekonomi Islam
menjadi:
C = a + b.(β.Y – z.Y – f.Y) + δ.{(1 – β).Y + z.Y + f.Y}
Dengan demikian Marginal Propensity to Consume untuk ekonomi Islam menjadi :
MPC = (dC/dY) = b.β – z.b – f.b + δ.(1 – β) + z.β + f.β
B. Fungsi Tabungan dalam Pendekatan Konvensional versus Ekonomi Islam
Teori ekonomi moderen menyimpulkan bahwa tabungan merupakan hal yang penting
dalam pertumbuhan ekonomi, semakin banyak tabungan semakin cepat pertumbuhannya.
Berlawanan dengan hal ini, dalam ekonomi Islam, disimpulkan oleh ekonomi moderen
bahwa tingkat tabungan dalam ekonomi islam lebih kecil karena terdapatnya komponen
_____________________________________________________________________
1
Zakat. Dalam hal ini zakat dianggap sebagai pajak dalam tabungan yang akan mengubah
alokasi dana dari tabungan kepada konsumsi saat ini.
Tabungan perorangan adalah merupakan sisa penerimaan seseorang sesudah dikurangi
konsumsinya. Sehingga persamaannya adalah sebagai berikut :
S=Y–C
dan
S=Y–T–C
Dimana
S
= tabungan
Y
= pendapatan
C
= konsumsi
T
= pajak
Persamaan kurva tabungan dapat diperoleh dengan memasukkan persamaan kurva
pengeluaran konsumsi pada persamaan C = a + b.Y, sehingga persamaan tabungan dalam
ekonomi konvensional menjadi:
S = -a + (1 – b).Y
Dimana (1 – b) adalah besarnya hasrat marginal untuk menabung atau MPS (Marginal
Propensity to Save). Dengan demikian besarnya MPS dapat ditulis:
MPS = 1 – MPC
Nilainya MPC dan MPS merupakan suatu parameter yang tidak tergantung dari besar
kecilnya pendapatan. MPC orang kaya akan sama besarnya dengan MPC orang yang
miskin dengan pendapatan kecil.
Menginkatnya konsumsi sebagai pengaruh redistribusi zakat menguntungkan kelompok
yang hasrat konsumsinya lebih tinggi. Akibatnya adalah konsumsi agregatnya akan
meningkat. 2
_____________________________________________________________________
2. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, BAB 5, hal 48
2
C. Fungsi Investasi dalam Pendekatan Konvensional versus Ekonomi Islam.
Fungsi investasi antara pendekatan konvensional dengan pendekatan ekonomi islam
sangat berbeda. Perbedaan ini terutama terletak pada unsur bunga yang merupakan unsur
yang disebut sebagai riba dalam Islam.
Apabila kita merujuk pada Negara Islam, investasi dipengaruhi oleh tiga faktor; 1. Ada
sanksi untuk pemegang aset yang kurang/tidak produktif, 2. tidak diperkenankannya
berbagai macam spekulasi/judi, 3. tingkat bunga untuk berbagai pinjaman adalah nol.
Dari kenyataan ini, seorang muslim dapat memegang kekayaannya dalam bentuk uang
(idle money), memegang tabungan
menginvestasikan tabungannya.
dalam bentuk aset yang tidak produktif, atau
Idle money dan aset yang tidak produktif tidak
dianjurkan dalam ekonomi Islam karena akan terbebani zakatnya padahal tidak
menghasilkan, sedangkan yang menginvestasikan tabungannya menurut sejumlah tokoh
agama, tabungannya tidak terbebani zakat, hanya hasilnya saja yang dikenai zakat. 3
Dalam ekonomi Islam, Fungsi Investasi dapat digambarkan sbb :
I = φ (r, ZA , Zπ, u), dan
R = r ( SI )
SF
__
__
Karena ZA = ZA dan Zπ = Zπ, yaitu tingkat zakat adalah tetap maka dapat ditulis
juga :
I = ψ (r, μ )
Dimana
I
= Permintaan akan investasi
r
= tingkat keuntungan yang diharapkan
SI
= bagian/pangsa keuntungan/kerugian Investor
SF
= bagian/pangsa keuntungan/kerugian peminjam dana
ZA
= tingkat zakat atas aset yang tidak/kurang produktif (dapat berkembang)
_____________________________________________________________________
3. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, BAB 5, hal 71
3
Zπ
= tingkat zakat atas keuntungan dari investasi
u
= pengeluaran lain selain zakat atas aset yang tidak/kurang produktif
Dalam ekonomi Islam yang mengenal ekonomi tanpa bunga tingkat keuntungan yang
diharapkan akan menentukan volume investasi, sehingga bila tingkat keuntungan yang
diharapkan nol, maka investasi masih terus berlangsung. Dan hal ini tidak terjadi dalam
suatu perekonomian yang tingkat bunganya positif pada ekonomi non Islam. 4
Dalam ekonomi yang menerapkan hukum islam, permintaan investasi baru akan menurun
sampai nol pada titik di mana tingkat keuntungan menjadi negatif yaitu pada nilai
ZA/( Zπ-1). Di atas titik tersebut, invesatasi menjadi suatu fungsi dari keuntungan yang
diharapkan akan terus meningkat.
Sedangkan dalam ekonomi non islam, permintaan investasi baru turun menjadi nol, jika
tingkat keuntungan yang diharapkan menurun ke tingkat minimum tapi masih positif.
Investor akan menbandingkan dengan tingkat bunga pasar Efisiensi Marjinal kapital yang
tidak pernah turun menjadi nol.
________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
1. Mankiw, N. Gregory, Principles of Economics, Thomson South-Western, 2004
2. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, Pt. Bangkit Daya Insana,1995
3. Bahan bacaan Lainnya.
4. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, BAB 5, hal 76-77
_____________________________________________________________________
4
Download