Cakupan Perlindungan

advertisement
INFOBPJS
MEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATAN
EDISI 45 TAHUN 2016
Kesehatan
Cakupan Perlindungan
Semesta
Kian Nyata
message
CEO
CEO
MESSAGE
PANTANG
MENYERAH
“
“
Di Gurun Sahara, gurun terluas di Afrika Utara, setiap pagi seekor rusa bangun dan tahu
bahwa ia harus berlari lebih cepat dari singa yang tercepat atau ia akan mati dimakannya.
Sementara, di tempat yang sama, setiap pagi seekor singa bangun dan tahu bahwa ia
harus berlari lebih cepat dari rusa yang paling lambat atau ia akan mati kelaparan karenanya.
Bayangkan jika hal itu terjadi pada diri kita. Entah anda seekor rusa atau bahkan seekor singa,
maka hari demi hari adalah sebuah perjuangan yang harus sangat terencana karena satu
kelalaian adalah akhir dari segalanya.
Pun demikian halnya dengan perjuangan di tempat kerja. Tantangan tak pernah ada habisnya,
dan kesibukan tak pernah ada putusnya. Selama organisasi ini masih bekerja, maka tantangan
dan kesibukan adalah nafas kehidupan yang tak akan terpisah daripadanya. Permasalahannya
adalah, sudah menjadi kodrat manusia, di saat bisnis berjalan baik-baik saja, ia akan merasa
tenang, nyaman dan kerasan di tempat kerja. Sebaliknya, ketika permasalahan, tantangan
dan kesulitan silih berganti datang melanda, tak kurang dari separuh isi organisasi merasa
tertekan dengan keadaan. Bayangkan, jika pegawai ibarat rusa yang satu hari saja jenuh untuk
berlari, maka dampaknya sang singa akan dengan mudah memangsanya di hari yang sama.
No reason for weakness, the only thing only try, try and try,
Ram Charan dalam bukunya “My Recovery Play Book” menegaskan, adalah keliru besar jika
pelaku bisnis bertanya, ”When will the business climate improve?”, “Forget about waiting
for normal to return, this ini the new normal.” Artinya, terus bergerak, jangan tunggu situasi
membaik, karena ketidakpastian situasi itu adalah yang paling normal terjadi.
Dalam cerita yang hampir sama dikatakan bahwa Jeff Immelt, CEO General Electric, pun
gusar dengan para manajernya yang berbulan-bulan menyiapkan laporan kondisi pasar
global yang sedang menurun dan lesu. Bagi Immelt, pekerjaan menyusun laporan seperti
ini hanyalah pengalihan keadaan pada proses pembenaran untuk hanya menunggu dan
bermental lemah serta berharap kondisi akan membaik suatu saat nanti. Daripada menunggu
dan terpaku, Immelt memecut para manajernya itu untuk berfikir secara tidak biasa, pantang
menyerah dan mencari solusi mengembangkan sayap mencari pasar baru.
Sikap pantang menyerah adalah sikap yang tidak mudah patah semangat dalam menghadapi
berbagai rintangan, selalu bekerja keras untuk mewujudkan tujuan, dan menganggap
rintangan/ hambatan yang selalu ada adalah peluang yang harus dituntaskan. Dalam diri harus
terpatri bahwa sikap menyerah sebelum mencapai tujuan adalah orang-orang yang gagal dan
tidak akan pernah mencapai kesuksesan. Sebagaimana HAMKA pernah berkata, “Peluang
yang besar itu datang secara tiba-tiba.... datang tidak menentu masa... datang di saat kita
kesempitan atau kesusahan. Nilailah peluang itu dengan secara bijaksana. Rebutlah peluang
yang besar itu, karena peluang yang besar itu boleh berlalu dengan tiba-tiba. Jangan jadikan
seribu alasan untuk tidak merebut peluang yang besar itu.”
Sikap pantang menyerah merupakan satu diantara sikap yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Kegagalan yang dialami saat memulai pekerjaan, jangan sampai membuat patah
semangat. Akan tetapi, jadikan pengalaman itu sebagai batu loncatan agar menjadi lebih
baik. Orang-orang yang ulet dan pantang menyerah selalu mencari jalan yang lebih baik untuk
maju dan mencapai sukses. Tentu sukses yang ditunjang oleh perjuangan, pengorbanan dan
keyakinan.
Sikap pantang menyerah ini pula yang kiranya harus dimiliki setiap Duta BPJS Kesehatan
dalam menghadapi setiap tantangan. Akan masuknya jutaan Badan Usaha di tahun
berikutnya, adalah tantangan sekaligus peluang yang harus mampu disikapi dengan semangat
perjuangan dan kegigihan dalam mewujudkan kesuksesan. Sukses untuk mewujudkan visi
bersama, pemenuhan kesejahteraan dan basic need bagi seluruh Rakyat Indonesia. Inilah
perjuangan, bakti sekaligus ibadah kita bagi negeri tercinta.
Direktur Utama
Fachmi Idris
INFOBPJS
Kesehatan
BULETIN DITERBITKAN OLEH
BPJS KESEHATAN :
Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta
Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940
PENGARAH
Fachmi Idris
PENANGGUNG JAWAB
Bayu Wahyudi
PIMPINAN UMUM
Budi Mohamad Arief
PIMPINAN REDAKSI
Irfan Humaidi
SEKRETARIS
Rini Rahmitasari
SEKRETARIAT
Ni Kadek M.Devi
Eko Yulianto
Paramita Suciani
REDAKTUR
Elsa Novelia
Ari Dwi Aryani
Asyraf Mursalina
Budi Setiawan
Dwi Surini
Tati Haryati Denawati
Angga Firdauzie
Juliana Ramdhani
Diah Ismawardani
DISTRIBUSI & PERCETAKAN
Erry Endri
Anton Tri Wibowo
Akhmad Tasyrifan
Arsyad
Ranggi Larrisa
DAFTAR ISI
BINCANG
5
Tiga Tahun Berjalan, JKN-KIS
Sudah On The Track
SALAM REDAKSI
Program JKN-KIS Makin Matang
Pembaca Setia Media Info BPJS Kesehatan,
HAMPIR tiga tahun program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berjalan. Untuk memastikan rakyat Indonesia memiliki perlindungan
kesehatan secara adil dan merata, serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, BPJS Kesehatan beserta pihak
terkait terus berupaya meningkatkan kualitas Program jaminan sosial kesehatan tersebut.
Perbaikan terus dilakukan baik dari sisi kepesertaan, pelayanan serta pembiayaan. Bagaimana BPJS Kesehatan terus
mengupayakan konsistensi dan perbaikan kinerja terlebih target Cakupan Semasta semakin dekat di pelupuk mata,
kesemuanya akan dibahas tuntas dalam Rubrik Fokus.
Dalam rubrik BINCANG, secara khusus kami menghadirkan Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf. Bagaimana pandangan
beliau, harapan serta evaluasi sebagai wakil suara rakyat dalam hal optimalisasi program JKN-KIS akan dikupas dalam rubrik
tersebut.
Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terimakasih atas berbagai dukungan dan tanggapan atas
terbitnya media ini. Kami pun terus berupaya dalam memberikan informasi yang baik, akurat dan diharapkan kehadiran media
ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan seluruh stakeholder. Selamat beraktivitas.
Secara umum berjalannya JKNKIS selama 3 tahun ini sudah on
the track, tapi ada beberapa hal
yang harus dibenahi kedepan
diantaranya meningkatkan jumlah
peserta aktif.
Fokus - Cakupan Perlindungan Semesta
Kian Nyata
3
Manfaat - Sakit Gigi dan Mulut , Dijamin
BPJS Kesehatan
6
Testimoni - Klub Prolanis Fanisa , Kompak
Layaknya Sebuah Keluarga
7
Persepsi - Obat JKN-KIS Bukan Obat
Murahan
8
Inspirasi - dr. Rudi Ridwan, Libatkan Anak
Muda Jadi Duta Prolanis
9
Sehat & Gaya Hidup - Resolusi Sehat
2017 Aktivitas Fisik Hindari Stres
10
Kilas & Peristiwa - Optimalisasi JKN-KIS
Melalui Penguatan Sinergi Kelembagaan
11
3
FOKUS
Cakupan Perlindungan Semesta Kian Nyata
P
dengan BPJS Kesehatan.
Sebanyak 27% penduduk dunia sama sekali tidak
terlindungi oleh program sosial. Dari mayoritas warga
dunia yang belum memiliki payung perlindungan hukum
tersebut, sebagian besar bermukim di kawasan negaranegara berkembang seperti Indonesia.
Sebagai perbandingan, berdasarkan populasi data CIA
World Fact Book 2016 dan Carrin G. and James C.
2005, Jerman membutuhkan waktu lebih dari 120 tahun
untuk menjangkau 85% populasi penduduk. Belgia
membutuhkan waktu 118 tahun untuk mencapai 100%,
Austria butuh waktu 79 tahun untuk mencapai 99%
populasi dan Jepang membutuhkan waktu hingga 36
tahun untuk mencapai 100% populasi penduduk.
Menurut Stoove, sudah menjadi kewajiban bagi setiap
negara untuk memperluas akses jaminan sosial bagi
warga negara mereka masing-masing. Artinya, setiap
pemerintahan di suatu negara harus berupaya sekuat
tenaga untuk menciptakan perlindungan semesta
(universal health coverage) jaminan sosial bagi seluruh
warganya. Pasalnya, jaminan sosial pada hakekatnya
merupakan fondasi bagi suatu negera untuk mewujudkan
kestabilan sosial, keadilan dan martabat manusia yang
sejahtera.
Sebagai salah satu badan/lembaga yang terlibat dalam
sistem jaminan sosial, Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan mempunyai tugas yang besar,
yakni untuk menciptakan perlindungan semesta bidang
kesehatan bagi seluruh warga Indonesia.
Saat tampil sebagai panelis di forum tersebut, Direktur
Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengakui bahwa
untuk menciptakan universal health coverage bidang
kesehatan memang bukanlah persoalan mudah. Namun,
dalam perjalanannya hampir genap tiga tahun mengelola
program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS), badan yang dia pimpin sejatinya telah
menorehkan prestasi yang luar biasa.
Tercatat hingga 18 November 2016, sudah terdapat
170.954.11 jiwa penduduk Indonesia yang telah mendaftar
sebagai peserta JKN-KIS. Total sudah terdapat 20.593
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang bermitra
Jika dibandingkan dengan negara lain, upaya yang
dilakukan BPJS Kesehatan demi mengejar pertumbuhan
peserta tergolong luar biasa. Pasalnya, hanya kurang
dalam waktu tiga tahun, 67,6% dari total 250 jutaan
populasi penduduk Indonesia sudah mendapatkan payung
perlindungan kesehatan dari program JKN-KIS.
“Saat ini bisa jadi program JKN-KIS adalah program
jaminan sosial terbesar yang ada di dunia,” ujar Fachmi
saat berbicara dalam forum tersebut.
Tantangan
Kendati pertumbuhannya cukup pesat, dan sempat
membuat kagum 1.000-an peserta forum dari 155
negara lainya, Fachmi mengakui bahwa menjadi
lembaga pengelola jaminan sosial terbesar di dunia
bukan berarti tidak menghadapi tantangan. Tantangan
utama implementasi JKN-KIS menurut dia terletak pada
kesenjangan atau gap dari sisi cakupan kepesertaan,
finansial serta kualitas pelayanan kesehatan.
“Masyarakat produktif, sehat dan mampu masih ada
yang belum mendaftar. Ini yang kita sebut dengan The
Missing Middle,” ujar dia.
Fachmi mencontohkan, sebagian pekerja penerima upah
(PPU) yang belum menjadi peserta JKN-KIS adalah salah
satu kendala yang harus bisa dicarikan solusinya. Menurut
dia, belum terdaftarnya sebagian PPU karena pendaftaran
JKN-KIS memakan waktu.
Direktur Utama BPJS Kesehatan
Fachmi idris
Untuk mengatasi kondisi tersebut, BPJS Kesehatan
telah membangun sistem E-DABU untuk memangkas
waktu pendaftaran calon peserta dari segmen badan
usaha. Selain itu, BPJS Kesehatan juga menciptakan
mekanisme Coordination of Benefit (CoB) yang dapat
mengkolaborasikan benefit non-medis antara BPJS
Kesehatan dengan asuransi swasta yang dimiliki calon
peserta mandiri tersebut.
Dari segi finansial, untuk mengatasi kesenjangan
antara penerimaan iuran peserta dengan beban biaya
pelayanan kesehatan, sejumlah upaya yang dilakukan
BPJS Kesehatan adalah dengan memperluas channel
pembayaran, menerapkan kebijakan virtual account atau
VA Keluarga (satu nomor VA untuk membayar seluruh
tagihan iuran satu keluarga.
Selain itu, guna meningkatkan peran kolektibilitas iuran,
perluasan program promotif preventif, peningkatan
Edisi 45 2016
INFO BPJS KESEHATAN
ada Konferensi International Social Security
Association (ISSA), di Panama, November lalu,
Presiden ISSA Frank Errol Stoove menegaskan
bahwa program jaminan sosial sejatinya
merupakan hak asasi penduduk di seluruh dunia. Namun,
dengan menyesal dia mengungkapkan bahwa hanya 73%
penduduk dunia yang terlindungi oleh jaminan tersebut.
4
FOKUS
Kerja sama dengan Kementerian
Sosial dilakukan untuk penyediaan data
masyarakat yang miskin dan tidak mampu
untuk dimasukkan ke dalam kategori
peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Untuk mewujudkan universal health
coverage, BPJS Kesehatan juga menjalin
kerja sama dengan pemerintah daerah.
Saat ini, kata dia, sebanyak 32 dari 34
provinsi telah mengintegrasikan sebagian/
seluruh peserta Jamkesdanya ke BPJS
Kesehatan.
Sedangkan untuk menciptakan
regulasi dan tatanan sistem jaminan
sosial kesehatan yang kokoh dan
berkesinambungan, pembangunan sarana
dan infrastruktur kesehatan, peningkatan
kualitas SDM tenaga medis, penguatan
sistem pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan, dan sebagainya, BPJS
Kesehatan bersinergi dengan Kementerian
Kesehatan.
infratruktur layanan dan sebagainya, BPJS Kesehatan
telah menjalin sinergi dengan sejumlah kementerian dan
lembaga.
INFO BPJS KESEHATAN
“Hingga November 2016, BPJS Kesehatan telah bekerja
sama dengan 30 kementerian dan lembaga pemerintah
maupun nonpemerintah,” ujar Fachmi.
Sebagai contoh, BPJS Kesehatan telah menjalin kerja
sama dengan Kementerian Dalam Negeri untuk integrasi
database yang berbasiskan Nomor Induk Kependudukan
(NIK) ke dalam sistem BPJS Kesehatan untuk
mempermudah pendaftaran dan validasi calon peserta
JKN-KIS.
Edisi 45 2016
“Mengingat program ini merupakan salah
satu Program Prioritas Pemerintahan
Presiden Jokowi-JK, kami berharap
kementerian dan lembaga dapat
memberikan support kepada BPJS
Kesehatan untuk mewujudkan universal
health coverage paling lambat 1 Januari
2019 kelak,” ujar Fachmi.
Kepesertaan
Dihubungi terpisah, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek
mengatakan bahwa perjalanan JKN-KIS saat ini sudah
berada di dalam relnya. Ini, kata dia, adalah merupakan
awal dari sebuah terwujudnya mimpi mencapai kondisi
universal coverage, yang artinya semua warga negara
nantinya akan memiliki jaminan kesehatan.
“Keberhasilan meraih target atau bahkan lanjut atau
tidaknya BPJS Kesehatan di masa datang sangat
tergantung dari pengelolaan institusi ini di tahun-tahun ini,”
sebut Nila.
Menteri Kesehatan
Nila F. Moeloek
Dia sendiri berharap
agar peserta BPJS
Kesehatan dari
kelompok PPU
terus bertambah.
Agar peserta terus
bertambah, Kemenkes
selaku regulator akan
berupaya menyokong
BPJS Kesehatan dalam
hal layanan, khususnya
dalam penguatan
fasilitas layanan
kesehatan di daerah
dan pusat.
“Kita ingin bagaimana pelayanan kesehataan itu semakin
dekat dengan rumah, transportasinya murah dan mudah
dijangkau. Ini tugas kita untuk membenahi puskesmas,
agar masyarakat dapat terlayani dengan baik,” ujar dia.
Pemerintah sendiri, lanjut Menkes, terus memperkuat
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti
puskesmas. Ke depan, kata dia, seluruh puskesmas
harus dirancang atau setidaknya direstrukturisasi kepada
fungsi dan tujuan awalnya. Yaitu sebagai tempat pertama
pengobatan atau gate keeper yang bisa menyaring pasien
sebelum berobat ke rumah sakit (RS), dan tentu fungsi
utamanya, yakni upaya kesehatan masyarakat.
Selain itu, paradigma di masyarakat juga harus diubah.
Puskesmas bukan hanya tempat untuk berobat. Datang ke
puskesmas tidak harus dalam keadaan sudah menderita
sakit. Saat sehat pun seyogianya publik bisa berkunjung ke
puskesmas untuk berkonsultasi perihal berbagai macam
masalah kesehatan.
Pasalnya, layanan puskesmas di bidang promotif beragam.
Mulai dari konsultasi gizi keluarga dan bayi, pencegahan
penyakit menular, pelayanan program Keluarga Berencana
(KB), pencegahan penyakit menular melalui penyehatan
lingkungan, kegiatan olahraga, perkumpulan bagi
penyandang penyakit kronis, dan sebagainya.
Penguatan di sektor layanan ini, lanjut Menkes diharapkan
bisa meningkatkan akses dan kualitas layanan pada
peserta. Langkah ini, lanjut dia, juga diharapkan bisa
meningkatkan jumlah peserta BPJS Kesehatan.
5
BINCANG
Ketua Komisi IX DPR-RI
Tiga Tahun Berjalan,
JKN-KIS Sudah On The Track
konsorsium yang terdiri dari beberapa asuransi. Itu bisa
mendorong mereka untuk berlomba memberi pelayanan
terbaik kepada peserta.
Hal-hal penting lain dalam kurun waktu tiga tahun
pelaksanaan JKN-KIS?
Kami paham kenapa BPJS Kesehatan terus-menerus
mengalami defisit yang salah satu penyebabnya adalah
besaran iuran belum sesuai dengan hitungan aktuaria.
Kemudian masalah pelayanan, dimana fasilitas kesehatan
belum mampu maksimal memberi pelayanan yang terbaik
bagi peserta. Jumlah peserta JKN-KIS yang sangat besar
membuat fasilitas kesehatan terutama RS mengalami
lonjakan kunjungan pasien mulai dari rawat jalan sampai
rawat inap.
Belum lagi persoalan pengadaan obat untuk JKNKIS sebagaimana tertera dalam formularium nasional
dan pengadaannya lewat mekanisme lelang melalui
e-catalog. Intinya masih banyak yang perlu dibenahi untuk
melaksanakan JKN-KIS ke depan.
Tapi untuk sebuah sistem jaminan sosial di bidang
kesehatan, JKN-KIS yang baru berjalan tiga tahun ini
sudah on the track. Perbaikan dan penyesuaian harus
terus dilakukan setiap saat, jika itu tidak dilakukan oleh
para pihak terkait, maka BPJS Kesehatan akan selalu
mengalami defisit.
Program Jaminan Kesehatan Nasional–Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan BPJS Kesehatan
sejak 1 Januari 2014 sudah berjalan hampir tiga tahun.
Walau beroperasi dalam waktu yang tergolong singkat
BPJS Kesehatan bisa meraih banyak capaian seperti
jumlah kepesertaan per 18 November 2016 mencapai 171
juta jiwa.
Bukan berarti dalam tiga tahun ini BPJS Kesehatan tidak
menghadapi tantangan dalam menyelenggarakan program
JKN-KIS sebagaimana amanat peraturan perundangundangan. Masih banyak PR yang perlu dituntaskan oleh
BPJS Kesehatan dan berbagai lembaga terkait seperti
pemerintah serta fasilitas kesehatan untuk memberikan
pelayanan yang terbaik terhadap seluruh peserta JKN-KIS.
Sebagaimana layaknya lembaga pemerintahan, kinerja
BPJS Kesehatan diawasi oleh lembaga eksternal salah
satunya Komisi IX DPR-RI. Sebagai lembaga pengawasan
sekaligus mitra kerja BPJS Kesehatan, Komisi yang
membidangi ketenagakerjaan, kesehatan, transmigrasi dan
kependudukan itu punya catatan.
Beruntung, redaksi Info BPJS Kesehatan berkesempatan
melakukan wawancara dengan Ketua Komisi IX DPRRI, Dede Yusuf Macan Effendi, mengenai tiga tahun
berjalannya JKN-KIS. Berikut ini petikan wawancaranya:
Bagaimana anda melihat pelaksanaan JKN-KIS dalam
kurun waktu tiga tahun ini ?
Saya melihat JKN-KIS berjalan dalam fase yang cepat tiga
tahun ini, tapi kelihatannya masih dipermukaan saja karena
yang disampaikan selalu capaian jumlah peserta yang
mendekati 172 juta jiwa. Pembahasan yang kurang selama
ini mengenai berapa jumlah peserta aktif atau yang rutin
membayar iuran.
Dalam catatan saya, dari 172 juta peserta JKN-KIS itu
sekitar 91 juta merupakan peserta penerima bantuan iuran
(PBI) yaitu peserta yang iurannya dibayar oleh pemerintah
melalui APBN. Tapi masih ada peserta JKN-KIS yang tidak
rutin membayar iuran, jumlahnya pun diperkirakan tidak
sedikit.
Oleh karenanya ke depan, Komisi IX sebagai pengawas
telah mendorong BPJS Kesehatan untuk membuat kriteria
kepesertaan dengan jenis peserta aktif dan pasif. Peserta
aktif yakni peserta yang rutin membayar iuran, sedangkan
peserta pasif sebaliknya. Selain itu perlu diingat dalam tiga
tahun ini bukan berarti program JKN-KIS telah memberi
pelayanan terhadap 172 juta pesertanya, yang sudah
mendapat pelayanan itu baru sebagian.
Perbaikan apa yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan program JKN-KIS?
Dalam berbagai kunjungan kerja ke berbagai tempat
termasuk ke luar negeri, ada kesimpulan yang menyebut
jumlah peserta yang ditangani BPJS Kesehatan terlalu
banyak. Praktik program jaminan kesehatan serupa yang
berjalan di negara lain menunjukan pengelolaan peserta itu
bisa dibagi ke beberapa institusi.
Misalnya, ada tiga jenis lembaga yang menyelenggarakan
jaminan sosial bidang kesehatan. Masing-masing lembaga
itu menangani peserta sesuai dengan penyakit yang
dialaminya. Bisa saja satu lembaga menangani penyakit
yang jenisnya non spesialistik sedangkan dua lembaga
sisanya khusus kasus spesialistik.
Jika badan penyelenggara itu menyerahkan pengelolaan
jaminan kesehatan kepada beberapa institusi, maka
masyarakat bisa punya banyak pilihan. Hal itu juga
mendorong antar institusi memberi pelayanan yang
kompetitif dan terbaik bagi peserta.
Walau dalam UU menyebut BPJS sebagai satu-satunya
lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial di bidang
kesehatan, tapi dalam pelaksanaannya bisa membuat
Ketua Komisi IX DPR RI
Dede Yusuf Macan Effendi
Perubahan regulasi INA-CBGs yang sudah dilakukan
pemerintah belum maksimal. Saya mendesak pemerintah
untuk aktif mengatasi defisit yang dialami BPJS Kesehatan
dan mencari terobosan membenahi INA-CBGs secara
signifikan.
Edisi 45 2016
INFO BPJS KESEHATAN
S
ecara umum berjalannya JKN-KIS selama 3 tahun
ini sudah on the track, tapi ada beberapa hal yang
harus dibenahi kedepan diantaranya meningkatkan
jumlah peserta aktif.
Paket pembayaran JKN-KIS untuk fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan atau RS melalui INA-CBGs harus
dirombak. Besaran paket yang ada dalam INA-CBGs
sudah tidak sesuai. Paket yang ada harus disusun lewat
pengalaman BPJS Kesehatan selama tiga tahun ini dalam
menyelenggarakan JKN-KIS.
6
MANFAAT
SAKIT
GIGI &
MULUT
Dijamin BPJS Kesehatan
P
enyakit gigi dan mulut merupakan
masalah kesehatan umum yang
dialami hampir semua orang. Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Kementerian Kesehatan 2013 menyebutkan
lima masalah gigi paling banyak di Indonesia,
ialah karies gigi atau gigi berlubang dan
penyakit. Dari 10 orang, 7 di antaranya memiliki
gigi berlubang. Dari 2007 hingga 2013,
prevalensi karies di antara penduduk naik dari
43,4 % menjadi 53,2%. Jika penduduk usia 15
tahun ke atas mencapai 176,6 juta lebih pada
2013, maka jumlah penduduk dengan karies
bisa mencapai sekitar 94 juta orang.
Banyak pasien sakit gigi kerap bertanya apakah
layanan kesehatan gigi, termasuk pembersihan
karang gigi (scalling) dijamin oleh BPJS
Kesehatan ? Benar. Program JKN-KIS yang
dikelola oleh BPJS Kesehatan menjamin semua
biaya pelayanan kesehatan gigi selama peserta
mengikuti prosedur dan ketentuan yang
berlaku. Tindakan medis yang dilakukan juga
harus berdasarkan indikasi medis yang jelas
dari dokter yang memeriksa.
Sesuai dengan Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014
Pasal 52 ayat 1, pelayanan kesehatan gigi yang dijamin BPJS
Kesehatan meliputi :
1.
INFO BPJS KESEHATAN
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Biaya administrasi pelayanan, meliputi biaya pendaftaran
peserta untuk berobat, biaya penyediaan dan pemberian
surat rujukan ke FKTL untuk penyakit yang tidak dapat
ditangani d FKTP/
Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis,
Premedikasi
Kegawatdaruratan orto-dental
Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi),
Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit,
Tumpatan komposit atau Glass Ionomer Cement (GIC),
Pembersihan karang gigi satu kali dalam setahun.
Edisi 45 2016
Peserta juga mendapat protesa gigi atau gigi palsu
sebagai layanan tambahan atau suplemen dengan
limitasi. Layanan prothesa gigi diberikan kepada
peserta yang kehilangan gigi sesuai indikasi medis
dan atas rekomendasi dari dokter gigi. Tarif maksimal
penggantian prothesa gigi adalah sebesar Rp 1.000.000
dengan ketentuan yang sudah diatur.
Untuk mendapatkan semua layanan tersebut,
pasien JKN-KIS harus melalui berbagai prosedur
dan mekanisme pendaftaran. Jika peserta memilih
terdaftar di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP),
seperti puskesmas/klinik pratama, maka faskes
tersebut wajib menyediakan jejaring, meliputi dokter
gigi, laboratorium, bidan dan sarana penunjang lain.
Peserta mendapatkan pelayanan gigi di dokter gigi
yang menjadi jejaring puskesmas/klinik. Tidak ada
pendaftaran peserta ke dokter gigi lain.
Jika peserta memilih terdaftar di dokter praktek
perorangan (dokter umum) sebagai FKTP, maka
peserta dapat mendaftar ke dokter gigi praktek
mandiri/perorangan sesuai pilihan dengan mengisi
Daftar Isian Peserta (DIP) yang disediakan oleh BPJS
Kesehatan. Pelayanan gigi kepada peserta diberikan
oleh dokter gigi sesuai pilihan peserta.
Penggantian Fasilitas Kesehatan Dokter Gigi
diperbolehkan minimal setelah terdaftar 3
(tiga) bulan di faskes tersebut.
Caranya, pasien yang datang ke FKTP,
menunjukkan kartu identitas peserta JKNKIS untuk proses administrasi. Faskes
melakukan pengecekan keabsahan kartu
peserta. Faskes melakukan pemeriksaan
kesehatan/pemberian tindakan/
pengobatan. Setelah mendapatkan
pelayanan peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar yang disediakan
faskes.
Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan
memperoleh obat. Rujukan kasus gigi dapat dilakukan jika
atas indikasi medis memerlukan pemeriksaan/ tindakan
spesialis/sub spesialis. Rujukan tersebut hanya dapat
dilakukan oleh dokter gigi, kecuali puskesmas/klinik yang
tidak memiliki dokter gigi.
Sementara jika pasien datang ke Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) dengan membawa
identitas peserta JKN-KIS serta surat rujukan dari
FKTP. Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan
memperlihatkan identitas dan surat rujukan. FKTL
bertanggung jawab melakukan pengecekan keabsahan
kartu dan surat rujukan serta melakukan input data
ke dalam aplikasi Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dan
melakukan pencetakan SEP. SEP akan dilegalisasi
oleh petugas BPJS Kesehatan di rumah sakit. Peserta
mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan
dan/atau perawatan dan/atau pemberian tindakan dan/atau
obat dan/atau Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani
bukti pelayanan pada lembar yang disediakan oleh masingmasing faskes. Layanan meratakan gigi atau pasang kawat
gogo atau behel tidak dijamin BPJS Kesehatan karena
masuk kategori estetika atau kosmetik.
7
TESTIMONI
Klub Prolanis Klinik Fanisa,Pariaman
Kompak Layaknya Sebuah
Keluarga
D
alam implementasi program Jaminan Kesehatan
Nasional -Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS),
diperlukan sebuah upaya untuk menjaga peserta
yang sehat agar tetap sehat, dan peserta yang
sakit tidak bertambah parah melalui program promotif dan
preventif.
Salah satu program promotif dan preventif yang sudah
dikembangkan BPJS Kesehatan bekerja sama dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), khususnya
untuk peserta penyandang Diabetes Melitus dan
dokter gigi, satu dokter spesialis penyakit dalam, satu
psikolog, serta dua apoteker.
Pimpinan Klinik Fanisa, Yulfi Aneta memparkan,
beberapa program unggulan yang sudah dijalankan untuk
mendukung program Prolanis antara lain “Klinik edukasi”
berupa pertemuan rutin dengan peserta Prolanis. Dalam
pertemuan tersebut, para peserta diberikan edukasi dan
kesadaran tentang penyakitnya, cara mengelola penyakit
agar bisa terkontrol dan tidak menjadi semakin parah,
serta langkah-langkah yang harus diambil apabila tiba-tiba
mengalami kondisi akut.
“Setiap kunjungan ke klinik, peserta Prolanis bisa melakukan
konsultasi secara personal dengan dokter umum atau dokter
spesialis. Edukasi ini juga kita berikan tiap kali ada kegiatan
kelompok, misalnya di kegiatan senam bersama,” papar Yulfi
Aneta.
Dalam kegiatan olahraga bersama yang dilakukan setiap
pekan, Klinik Fanisa juga melakukan berbagai inovasi
agar aktifitas tersebut jadi lebih menyenangkan dan
mudah dilakukan. Misalnya dengan membuat variasi
senam menggunakan alat bantu. Sebab mayoritas
peserta Prolanis di Klinik Fanisa juga mengalami masalah
neuropati.
Agar konsultasi dapat dilakukan kapan saja dan di mana
saja, seluruh peserta klub Prolanis juga disatukan dalam
sebuah group chat di aplikasi pesan instan. Melalui media
tersebut, peserta Prolanis bisa langsung berkonsultasi
dengan dokter umum, dokter spesialis maupun psikolog
tentang keluhan yang sedang dirasakannya. "Untuk pasienpasien yang berisiko, kita juga melakukan scoring diabetes.
Nantinya akan dilakukan intervensi khusus terhadap pasien
tersebut sesuai dengan nilainya," tutur dia.
Sudah Seperti Keluarga
Agar peserta Prolanis bisa secara aktif mengikuti
berbagai kegiatan Prolanis yang disiapkan, Yulfi berupaya
membentuk hubungan di antara peserta Prolanis layaknya
sebuah keluarga. Sehingga kegiatan kumpul-kumpul tidak
hanya dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit saja.
Hipertensi. Tujuan dari program ini supaya penyandang
penyakit kronis bisa mengelola kesehatannya dengan baik,
agar kualitas hidup pasien tersebut tetap optimal.
Karenanya, FKTP perlu melakukan pengembangan
pelayanan dengan berbagai inovasi, sehingga program
Prolanis benar-benar dirasakan manfaatnya oleh pasien
penyakit kronis. Seperti yang dilakukan Klinik Fanisa di
Pariaman. Klinik tersebut merupakan salah satu contoh
terbaik bagaimana menjalankan program Prolanis. Saat
ini rasio peserta prolanis yang rutin berkunjung ke Klinik
Fanisa sudah mencapai 80-90 persen. Bahkan baru-baru
ini Klinik Fanisa juga mendapatkan perhargaan dari BPJS
Kesehatan atas performanya dalam program Prolanis.
"Untuk peserta Prolanis, kita selalu buat acara gathering
tahunan. Bila ada yang sakit, kita akan jengkuk bersamasama. Kalau ada yang hajatan, datangnya pun sama-sama.
Sehingga ada keterikatan yang kuat antara anggota klub
Prolanis. Alhamdulliah kondisi ini membuat mereka jadi
aktif mengikuti kegiatan. Kalau tidak datang, justru mereka
merasa ada yang kurang,” paparnya.
Hal penting lainnya adalah keramahan dalam melayani
pasien. “Pasien penyakit kronis ini datang ke klinik karena
ada harapan. Kita tinggal memenuhi saja harapan itu,
lebih bagus lagi kalau bisa lebih. Karena kalau harapannya
itu tidak bisa kita penuhi, secara perlahan mereka akan
menjauh,” tuturnya.
Klinik Fanisa saat ini menangani sekitar 8.500 peserta
JKN-KIS. Dari jumlah tersebut, 258 pesertanya tergabung
dalam klub Prolanis, khususnya penderita Diabetes
Melitus.
Selain edukasi, kegiatan home visit sebagai salah satu pilar
Prolanis juga rutin yang dilakukan. "Dari buku pemantauan
pasien di bagian rekam medik, di situ bisa ketahuan pasien
mana saja yang perlu dikunjungi karena perlu penanganan
lanjut. Peserta klub Prolanis yang tidak datang ke klinik
juga menjadi sasaran kegiatan home visit. Jadi prinsipnya
tidak boleh ada pasien klub Prolanis yang tidak minum obat
hanya karena tidak datang ke klinik," tegasnya.
Selain memiliki empat dokter umum, klinik yang beralamat
di Jalan Pierre Tendean, Kelurahan Kampung Baru
Pariaman, Sumatera Barat tersebut juga memiliki dua
Di samping itu, kegiatan home visit tersebut juga sangat
penting untuk mengetahui latar belakang penyakit yang
diderita seorang pasien. “Setiap penyakit itu punya latar
Aktif Beri Edukasi
Pimpinan KIinik Fanisa
Yulfi Aneta
belakang, salah satunya karena pengaruh lingkungan
rumahnya. Makanya kita perlu melakukan home visit untuk
tahu permasalahan yang ada di keluarga tersebut. Misalnya
kenapa gula darah orang tuanya kembali naik atau kenapa
malas datang ke klinik. Berdasarkan hal itu, kita bisa
melakukan intervensi yang tepat. Edukasi untuk anggota
keluarga yang merawat pasien juga sangat penting. Karena
sebetulnya tingkat kesembuhan pasien 90 persennya itu
ditentukan oleh diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar.
Peran dokter hanya 10 persen saja. Karena walaupun
dokter sudah kasih obat tapi tidak diminum secara teratur,
tidak menjaga pola makan dan malas olahraga, apa yang
dilakuan dokter akan percuma saja. Di sini peran keluarga
menjadi sangat penting,” tuturnya.
Harapan untuk BPJS Kesehatan
Dalam menjalankan berbagai kegiatan Prolanis, diakui Yulfi
dukungan yang diberikan BPJS Kesehatan sudah sangat
baik. Selain bisa melakukan klaim kegiatan Prolanis di luar
dana Kapitasi, BPJS Kesehatan juga aktif mengadakan
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi para tenaga
kesehatan, termasuk tenaga kesehatan di Klinik Fanisa.
“Pengayoman dari BPJS Kesehatan sudah bagus. Kita kan
sekarang fokusnya di kualitas pelayanan. BPJS Kesehatan
juga cukup aktif mengadakan kegiatan pembinaan untuk
tenaga kesehatan,” tutur Yulfi.
Namun Yulfi berharap kegiatan yang dilakukan BPJS
Kesehatan tersebut bisa lebih ditingkatkan, misalnya
berbentuk workshop yang lebih dalam lagi. “Untuk klaim
program Prolanis, saya harapkan juga tidak disamaratakan.
Untuk FKTP yang punya inovasi lebih baik, saya harapkan
bisa mendapat nilai yang lebih,” pungkasnya.
Edisi 45 2016
INFO BPJS KESEHATAN
Rasio peserta Prolanis (Program
Pengelolaan Penyakit Kronis) rutin
berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) merupakan salah satu
indikator penilaian dalam pelaksanaan
pembayaran Kapitasi Berbasis Komitmen
Pelayanan (KBK). Untuk mencapai
target yang ditetapkan, apa yang sudah
dilakukan Klinik Fanisa bisa menjadi
contoh yang baik. Salah satunya
pendekatan kekeluargaan yang berhasil
membuat pasien penyakit kronis rajin
berkunjung ke klinik.
8
PERSEPSI
M
asyarakat Indonesia sangat antusias menjadi
peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS). Sakit bisa datang
kapan saja, pada siapa saja. Sementara biaya
pelayanan kesehatan semakin mahal. Hal ini membuat
masyarakat semakin menyadari pentingnya perlindungan
diri melalui program JKN-KIS. Bukti menunjukkan,
betapa kehadiran program JKN-KIS ini sangat membantu
peserta yang sedang sakit bisa untuk tetap mendapatkan
pengobatan tanpa mengkhawatirkan biaya.
Tempra, dan sebagainya.Inilah yang disebut dengan
obat generik bermerek.Obat-obatan ini kemudian juga
dipasarkan dengan mengontrak selebriti-selebriti papan
atas sebagai bintang iklannya.Unsur kemasan dan
pemasaran seperti iklan, menambah biaya produksi obat
ini. Biaya tersebut selanjutnyaakan dibebankan kepada
konsumen dalam wujud harga yang lebih mahal. Tak
heran, satu butir panadol yang tak lain tak bukan adalah
paracetamol, melonjak hingga sepuluh kali lipat harga obat
generiknya.
Meski demikian, tidak dipungkiri masih ada sebagian
masyarakat yangenggan mendaftar sebagai peserta JKNKIS dengan berbagai alasan. Survey menunjukkan masih
ada segelintir orang yang berpikir bawah program JKNKIS adalah program berobat murah bahkan gratis, untuk
masyarakat kelas bawah.Kualitas pelayanan kesehatan
progam ini pun diragukan. Ada yang mengatakan,“obatnya
paling pakai yang murahan, murah kok mau cepet
sembuh!”.
Istilah paten bermakna terdapat modifikasi kimia tertentu
pada suatu obat tanpa mengubah khasiat aslinya.Paten
ini kemudian didaftarkan oleh produsen obat untuk
memperoleh hak eksklusif sehingga produsen pesaing
secara legal dilarang untuk menirunya. Sebagai contoh,
vitamin C ada yang dijual dengan harga Rp5000,- per
kemasan, tapi ada yang mencapai ratusan ribu untuk
jumlah yang sama. Hal ini karena vitamin C yang mahal
tersebut telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
harganya pun terjangkau. Seluruh peresepan obat bagi
peserta program JKN-KIS mengacu pada Fornas.
Terkait ketersediaan obat-obatan di dalam Fornas, otonomi
daerah memegang peranan penting.Obat yang tertera
di dalam Fornas dibagi ke dalam tiga tingkatan. Tingkat
pertama adalah obat yang dipergunakan dan didistribusikan
untuk pelayanan kesehatan primer di kabupaten atau
kota. Tingkat kedua, adalah untuk pelayanan kesehatan
di tingkat provinsi. Tingkat ketiga, untuk pelayanan yang
lebih tersier. Ketiga tingkatan tersebut memiliki daftar obat
esensial masing-masing.
Pengelolaan obat esensial ini tidak bisa dilepaskan kepada
mekanisme pasar bebas karena menyangkut kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat.Oleh karenanya, meskipun
penyediaan dan pengelolaan anggaran pengadaan
obat esensial bagi masyarakat menjadi tanggungjawab
pemerintah daerah, pemerintah pusat masih tetap
mempunyai kewajiban untuk penyediaan obat .Diantaranya
OBAT JKN-KIS BUKAN OBAT MURAHAN
Peserta penerima bantuan iuran (PBI) sering merasa
tidak pede karena dianggap “peserta gratisan”, sehingga
sering diperlakukan kurang baik oleh petugas rumah
sakit. Seorang warga menanggapinya dengan satir dan
berkomentar, “namanya juga gratisan ya harus maklum,
dikasih obat yang murah atau mahal ya nggak tahu, yang
penting sembuh”.
Terlepas bahwa esensi obat bukan pada harga, melainkan
pada khasiatnya, kenyataannya obat-obatan yang diberikan
kepada peserta JKN-KIS bukanlah obat-obatan murah
semata.Obat untuk pasien cuci darah, sebagai contoh,
harganya mencapai Rp1juta per satu kali tindakan atau
tak kurang dari Rp8juta per bulan.Padahal pasien yang
gagal ginjal harus menjalani cuci darah ini seumur
hidupnya.Obat-obatan untuk penyakit kanker, thalasemia,
skizofrenia, sirosis hepatitis, stroke, dan lupus bahkan
mencapai puluhan juta rupiah per paket nya.
INFO BPJS KESEHATAN
Persepsi obat JKN-KIS adalah obat murah, utamanya
dipicu oleh pemahaman masyarakat yang keliru tentang
obat. Ada tiga jenis obat yang di kenal di Indonesia yaitu
obat generik, obat generik bermerek, dan obat paten.
Masyarakat beranggapan obat generik adalah obat murah,
sementara obat generik bermerek dan obat paten adalah
obat mahal yang pasti bagus khasiatnya.
Kata generik berarti umum. Dalam konteks obat,
generik berarti zat aktif yang ada di dalam obat tersebut.
Paracetamol, adalah nama generik dari obat yang
mengandung bahan kimia para-acetylaminophenol yang
berfungsi meredakan nyeri (analgesic) dan menurunkan
demam (antipyretic). Tanpa kemasan tertentu, paracetamol
berharga kurang dari Rp100,00 per tablet.
Dipasaran, paracetamol kemudian dikemas dan diberi
berbagai macam merek dagang seperti Panadol, Sanmol,
Edisi 45 2016
penyerapannya oleh tubuh berlangsung secara bertahap
dan tidak mengakibatkan efek samping nyeri lambung.
Namun esensi obat yang dikonsumsi tetaplah vitamin C.
Sama seperti kemasan dan iklan, paten juga menjadi biaya
tambahan dalam produksi obat yang pada akhirnya akan
dibebankan kepada konsumen melalui harga jual obat.
Direktur Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang,
menjelaskan bahwa obat yang berkualitas adalah obat
yangmemiliki kandungan zat aktif dandiberikan dalam
dosis yang sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Obat
generik pun, dalam hal ini adalah obat yang berkualitas.
Karena obat generik diatur secara ketat oleh pemerintah,
sesungguhnya obat ini lebih terjamin. Harganya yang
murah pun sebenarnya menguntungkan pihak RS yang
meresepkannya karena peluang rumah sakit untuk
memperoleh surplus lebih besar dibandingkan jika
menggunakan obat bermerek maupun obat paten.
Efisien dalam memberikan obat bukan berarti tetap
menggunakan obat bermerek atau obat paten tapi
mengurangai jatah pemberian obat tersebut, sehingga
untuk mendapatkan jumlah sesuai yang diresepkan
seringkali pasien JKN-KIS dikenakan iur biaya. Efisien
dalam memberikan obat adalah dengan menggunakan
obat generik.
Obat menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam program
JKN-KIS. Pemerintah mengatur tata kelola penyediaan obat
bagi peserta JKN-KIS melalui suatu pedoman yang disebut
dengan Fomularium Nasional (Fornas).
Fornas berisikan daftar obat-obatan berkhasiat yang
disusun dan direkomendasikanpara pakar farmasi
berdasarkan bukti-bukti ilmiah.Obat-obatan yang masuk
ke dalam daftar Fornas dijamin berkhasiat, aman dan
obat-obatan program kesehatan tertentu seperti obat
TBC, HIV/AIDS, dan sebagainya serta dan persediaan
obat penyangga (buffer stock) demi menjamin keamanan,
khasiat dan ketersediaan obat bagi masyarakat.
Di era JKN-KIS ini, pengadaan obat di tiap-tiap Puskesmas
sudah dapat dilakukan melalui sistem lelang secara mandiri
dengan katalog elektronik alias e-katalog. E-katalog adalah
daftar obat yang bisa dibeli oleh badan layanan kesehatan
dan dapat di akses secara online di internet.
Melalui sistem ini, unit pelayanan kesehatan mulai dari
puskesmas, rumah sakit tingkat kabupaten/kota, provinsi
dan pusat, dapat mempersiapkan Rencana Kebutuhan
Obat (RKO) untuk melakukan pengadaan obat esensial
yang diinginkan. Selanjutnya, pemerintah pusat tinggal
memonitor pengadaan, serta menunggu inisiatif daerah
dalam menggunakan APBD-nya untuk belanja obat ini.
Permintaan-permintaan dari daerah melalui Dinas
Kesehatan inilah yang nantinya akan dilelang melalui
e-katalog oleh pemerintah pusat. Disinilah, industri farmasi
bersaing harga untuk memenuhi kebutuhan obat generik.
Selanjutnya, pemenangnya yang berhak mendistribusikan
obat generik.
Secara biaya, harga-harga obat e-katalog memang
jauh lebih murah. Namun, harga murah bukan berarti
kualitasnya rendah atau disebut “murahan”. Itulah yang
ingin ditegaskan pemerintah melalui program JKN-KIS
yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.
Harga obat yang terdaftar dalam e-katalog itu murah
karena pabrik yang memproduksi obat dalam e-katalog ini
mendapat kepastian pembeli dalam jumlah besar. Harga
yang murah dari e-katalog ini bagi pemerintah sangat
bermanfaat untuk menekan biaya kesehatan yang amat
tinggi.
9
INSPIRASI
dr. Rudi Ridwan (Dokter Prakter Perorangan)
D
alam Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) yang dikembangkan BPJS Kesehatan
bekerja sama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP), salah satu pilarnya adalah
melakukan edukasi kepada peserta program Prolanis yang
merupakan penyandang diabetes melitus dan hipertensi.
Untuk program tersebut, dokter praktek perorangan
(DPP) dr. Rudi Ridwan melakukan sebuah inovasi, dimana
kegiatan edukasi tidak hanya menyasar para orang tua
penyandang penyakit kronis saja, tetapi juga melibatkan
anak muda sebagai Duta Prolanis.
“Edukasi tentang pencegahan penyakit kronis seperti
diabetes melitus dan hipertensi juga penting untuk diketahui
anak muda. Apalagi penyakit ini tidak datang secara tibatiba, melainkan hasil dari sebuah gaya hidup tidak sehat yang
dijalani saat muda,” papar dr. Rudi Ridwan yang praktek di
Apotek Manggala Jaya, Pangkal Pinang, Bangka Belitung.
Karenanya, anak muda juga perlu menjadi sasaran
kegiatan edukasi program Prolanis, sehingga mereka
bisa melakukan langkah-langkah pencegahan dan mulai
menjalani pola hidup sehat. Di sisi lain, mereka juga dapat
menjadi Duta Prolanis, penyambung informasi untuk
lingkungan sekitar dan juga keluarganya.
dr. Rudi menjelaskan, kegiatan edukasi pencegahan
penyakit kronis ini dilakukan bersama tim yang
dibentuknya di sekolah-sekolah hingga kantor organisasi
kepemudaan. Antusiasme anak muda yang menjadi target
utama kegiatan ini diakuinya sangatlah besar “Dengan
mendapatkan informasi yang cukup tentang pencegahan
penyakit diabetes melitus dan hipertensi, diharapkan anakanak muda ini bisa menjadi Duta Prolanis untuk diri mereka
sendiri dan juga orang lain, khususnya untuk keluarga
mereka,” imbuhnya.
Untuk kegiatan Prolanis yang memang sudah menjadi
program BPJS Kesehatan, aktifitas yang dilakuan dr.
Rudi di antaranya melakukan edukasi klub, pemantauan
kesehatan melalui pemeriksaan penunjang, senam
Prolanis setiap akhir pekan, home visit, serta pelayanan
obat secara rutin.
“Untuk kegiatan yang memang sudah diwajibkan dalam
program Prolanis, itu tetap saya lakukan. Tim saya juga
secara aktif melakukan home visit untuk pasien-pasien
penyakit kronis yang memang perlu mendapatkan
perhatian khusus. Sedangkan kegiatan Duta Prolanis hanya
tambahan saja supaya tujuan program Prolanis bisa lebih
mudah tercapai,” tuturnya.
Angka Kontak Tinggi
Dalam kegiatan Jambore Nasional Pelayanan Primer
2016, dr. Rudi juga memperoleh penghargaan dari BPJS
Kesehatan atas prestasinya mencapai nilai yang tinggi
untuk angka kontak dengan peserta JKN-KIS yang terdaftar
di tempat prakteknya. Bentuk Kontak yang dilakukan dr.
Rudi tidak hanya berlangsung ketika si peserta dalam
keadaan sakit, tetapi juga ketika dalam keadaan sehat.
“Yang datang ke tempat praktek saya bukan hanya yang
sakit. Yang sehat pun juga datang untuk konsultasi.
Dokter Praktek Perorangan
dr. Rudi Ridwan
Ini tentunya memudahkan kerja sama, jadi tidak harus
datang satu persatu ke rumah mereka untuk memberikan
edukasi,” paparnya.
Dikatakan dr. Rudi, sejak mulai praktek pada awal tahun
2000-an, ia memang selau berusaha menjaga hubungan
baik dengan pasiennya seperti halnya dokter keluarga.
Pada akhirnya timbul kepercayaan yang besar dari pasienpasien yang pernah diobatinya. Sehingga mereka tak
sungkan lagi untuk datang ke tempat prakteknya, meski
pun tidak dalam kondisi sakit. Selain itu, ponselnya pun
selalu siap melayani permintaan konsultasi dari pasien.
“Saya praktek sudah 15 tahun, jadi sudah lama sekali
membina hubungan baik dengan para pasien. Karena
sudah percaya, tiap kali akan dilakukan tindakan oleh
dokter spesialis di rumah sakit, mereka juga biasanya
konsultasi dulu ke saya, padahal saya itu dokter umum.
Jadi benar-benar seperti dokter keluarga karena memang
sudah ada trust,” ujarnya.
Melalui pertemuan yang intens tersebut, lanjut dr.
Rudi, pemahaman pasien tentang gaya hidup sehat jadi
meningkat. Kesadaran untuk menjaga kesehatan pun
menjadi lebih tinggi. Pada akhirnya peserta yang sakit jadi
berkurang, sehingga dana kapitasi yang diterimanya setiap
bulan tidak banyak terpakai.
Mulai bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sejak
Agustus 2014, saat ini dr. Rudi menangani 5.000 peserta
JKN-KIS. Artinya sudah mencapai batas maksimal untuk
dokter prakter perorangan. Tidak hanya melayani peserta
JKN-KIS, di tempat prakteknya dr. Rudi juga masih
menangani pasien umum, meski pun jumlahnya sudah
sangat sedikit.
“Mayoritas yang berobat memang peserta JKN-KIS.
Adanya program ini (JKN-KIS) saya lihat memang memberi
banyak kemudahan bagi masyarakat untuk berobat. Kalau
dulu mungkin mau ke dokter masih ragu karena tidak ada
uang, tapi sekarang tidak sakit pun mereka semangat
datang karena dari sisi biaya sudah dipermudah,” tutur dr.
Rudi.
Edisi 45 2016
INFO BPJS KESEHATAN
Sebagai gatekeeper untuk menjamin
keberlangsungan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) – Kartu
Indonesia Sehat (KIS), Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
seperti puskesmas, klinik pratama
maupun dokter praktek perorangan
memang dituntut untuk mampu
memaksimalkan program-program
promotif dan preventif. Berbagai
inovasi juga diperlukan, contohnya
saja yang dilakukan dr. Rudi Ridwan
lewat progran Duta Prolanis yang
melibatkan anak-anak muda di
daerahnya.
Libatkan Anak Muda
Jadi Duta Prolanis
SEHAT & GAYA HIDUP
10
Kesehatan bukanlah
segalanya namun tanpa
kesehatan semuanya menjadi
tidak berarti. Pernahkah
Anda terbaring lemah di
ruang perawatan rumah sakit
atau melihat kerabat yang
sakit terbaring? Ketika jatuh
sakit dan harus berbaring
di rumah sakit, apa artinya
harta yang melimpah, apa
artinya rumah yang mewah,
tak bisa menikmati makanan
sesuai selera sendiri. Karena
sakit menjadi tak berdaya.
Namun sebagian masyarakat sering mengabaikan soal
kesehatan. Kebiasaan merokok misalnya, dianggap
tidak berbahaya, ditambah lagi jarang berolahraga, dan
mengonsumsi makanan yang tidak seimbang dan tidak
memenuhi kebutuhan gizi. Tanpa disadari kebiasaan itu
menjadi sumber yang memicu datangnya penyakit.
Sinyal-sinyal peringatan pun muncul seperti kepala terasa
pusing, tubuh demam, jantung berdebar, perasaan gelisah,
tubuh menjadi lemah. Namun, masih saja hal itu dianggap
enteng.
Jangan tunggu sakit. Yuk, di tahun 2017 membuat resolusi
sehat, mengubah kebiasaan buruk di hari-hari yang sudah
lewat menjadi kebiasaan cara hidup yang sehat mulai hari
ini dan seterusnya.Hasil yang ingin dicapai tentunya sehat
fisik dan mentalnya.
Mulai dengan mengatur pola makan yang baik untuk
menjaga kesehatan. Selain itu melakukan aktivitas fisik
atau berolahraga secara teratur dan terukur. Lakukan mulai
yang sederhana seperti berjalan kaki setiap pagi selama
minimal 15 menit. Bisa juga lari, bersepeda, berenang,
atau bergabung dengan komunitas olahraga di tempat
kebugaran atau fitnesscenter.
Untuk mendukung kegiatan berolahraga, tidak ada
salahnya mulai menyiapkan dana untuk membeli sepatu
untuk olah raga atau sepeda atau membeli alat treadmill
agar bisa mengukur kemampuan larinya.
Melakukan olahraga secara teratur dapat memelihara
kebugaran fisik dan mental, memperkuat sistem kekebalan
tubuh, serta mencegah munculnya penyakit tidak
menular atau degeneratif, seperti diabetes dan hipertensi.
Menurut sebuah penelitian, olahraga secara teratur bisa
meningkatkan fungsi otak sehingga dapat mencegah
penyakit otak, seperti alzheimer dan parkinson.
Aktivitas fisik akan menguatkan otot jantung, menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan kolesterol "baik" (HDL)
dan menurunkan kolesterol "jahat" (LDL), memperbaiki
aliran darah dan meningkatkan kapasitas kerja jantung.
Jantung yang kuat, sehat dan selalu mendapatkan oksigen
yang penuh, mempunyai daya tahan yang lebih kuat
dalam keadaan krisis oksigen. Namun bagi Anda yang
mempunyai keluhan jantung, sebaiknya konsultasi dengan
dokter keluarga Anda sebelum memutuskan jenis olahraga
yang akan ditekuni.
Dengan berolahraga teratur juga dapat menurunkan
tekanan darah yang tinggi. Hal ini disebabkan karena
aktivitas fisik akan mengurangi lemak tubuh. Saat ini
banyak kelompok usia muda sudah mengidap hipertensi
atau darah tinggi. Jika diabaikan tanpa melakukan
penanggulangan dini, maka bisa berlarut dan memicu
terjadinya serangan jantung dan masalah kesehatan
lainnya.
Berolahraga juga bisa mencegah terjadinya penumpukan
gula dalam darah. Bagi penderita diabetes yang belum
bergantung pada insulin dapat “disembuhkan”(stabil
kondisi kadar gula dalam darahnya) dengan pengaturan
makanan dan olahraga yang tepat. Sehingga hidup lebih
berkualitas.
Pelari marathon yang pernah menjadi Runner Up lari 10
kilometer (10K) OJK, Sri Ayomi, kini rutin lari 10 kilometer
dua kali seminggu, sebelum berangkat ke kantor atau
minimal seminggu sekali saat hari libur. Ayomi mengaku
sudah tidak memiliki limfa dan sering kolesterolnya tinggi.
Sehingga dia harus menjaga betul kesehatan tubuhnya.
Secara bertahap mulai dari latihan lari menggunakan alat
treadmill hingga akhirnya sudah setahun ini rutin lari dan
mengikuti sejumlah kegiatan 10K bahkan ikut marathon
21K di Bali belum lama ini. Selama setahun ini Ayomi telah
mengumpulkan 10 medali mencapai finis. Ayomi tampak
bugar dan sehat.
2017
Aktivitas Fisik Hindari Stres
RESOLUSI SEHAT
INFO BPJS KESEHATAN
Lari bisa mengurangi lemak tubuh dan diganti dengan
otot. Kemampuan tubuh untuk menggunakan kalori juga
menjadi lebih baik. Kurangnya bergerak telah menjadi
penyebab utama dalam kegemukan seperti banyak
dialami masyarakat modern saat ini. Kehilangan lemak
tubuh setelah olahraga dan menjalani pola makan sehat
akan mengurangi tingkatan glukosa dan insulin kepada
penderita diabetes yang tidak bergantung kepada insulin.
Selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga penting
untuk diperhatikan. Menurut penelitian, olahraga ternyata
mampu memperbaiki suasana hati dan rasa percaya diri.
Sehingga akan mencegah terjadinya stres dan kecemasan.
Tidur yang cukup bisa ditambahkan dalam daftar resolusi
sehat. Kelihatannya sederhana tetapi kenyataannya banyak
orang sulit menerapkan pola tidur sehat. Idealnya, orang
dewasa membutuhkan rata-rata tujuh jam perhari untuk
tidur. Jika tidak tercapai minimal bisa tidur berkualitas,
karena tidur sangat berperan penting bagi kesehatan tubuh
dan pikiran.
Menurut sebuah penelitian, kurang tidur dapat melambat
proses berpikir otak. Hal ini berdampak pada munculnya
masalah memori di otak, peningkatan risiko depresi,
kurangnya kekebalan tubuh, memicu tekanan darah tinggi,
diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. Nah, di tahun 2017,
mulailah menata kamar tidur agar nyaman, hindari suara
bising dan mematikan lampu atau kurangi cahaya saat
tidur.
Hindari stres di tahun 2017, agar tubuh lebih kuat
menangkal berbagai penyakit. Caranya, antara lain dengan
melakukan meditasi sambil mendengarkan musik yang
tenang. Menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya,
dan bersosialisasi dengan berkumpul menjalin silaturahmi
dengan teman atau keluarga.
Penelitian menunjukkan, sosialisasi atau bersilaturahmi
bisa memperpanjang usia karena mampu menangkal
penyakit seperti demensia dan alzheimer. Terhubung
dengan banyak orang akan membuat seseorang merasa
lebih didukung dan dicintai. Oleh karena itu, tidak
selamanya, media sosial (medsos) itu berdampak buruk,
sebagian masyarakat memanfaatkannya sebagai cara
untuk menyambung silaturahmi.
Mengasah kecerdasan emosional juga sangat berkaitan
dengan kesehatan mental. Kesehatan emosional yang
rendah bisa membuat orang sulit mencapai pikiran yang
sehat. Oleh karena itu, belajar mengenali emosi sendiri
dan mampu mengontrolnya serta berempati dengan
orang lain adalah cara yang bisa meningkatkan kesehatan
mental.
Masih ada hal penting yang perlu masuk dalam resolusi
sehat Anda yaitu melakukan medical check up (cek
kesehatan), bisa cek kesehatan lengkap atau sebagian
saja. Minimal setiap bulan cek tekanan darah, gula darah,
kolesterol, asam urat. Semakin dini diketahui yang tidak
normal dalam tubuh kita semakin mudah untuk diobati
atau dicegah agar tidak sampai menjadi komplikasi. Hidup
sehat hidup berkualitas, sehat fisik dan sehat mentalnya.
Edisi 45 2016
KILAS & PERISTIWA
11
Optimalisasi JKN-KIS Melalui Penguatan Sinergi Kelembagaan
JAKARTA
30 November 2016
Sebagai badan hukum publik yang beroperasi sejak 1
Januari 2014 mengelola program Jaminan Kesehatan
Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS Kesehatan
selalu berupaya memenuhi amanat Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN serta UndangUndang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Untuk
mencapai cakupan jaminan kesehatan semesta, diperlukan
sinergi yang kokoh antara BPJS Kesehatan dengan
segenap pihak, di antaranya kementerian dan lembaga,
baik yang berstatus pemerintah maupun non pemerintah.
“Selama hampir tiga tahun terakhir, BPJS Kesehatan
telah menjalin kerja sama dan sinergi dengan berbagai
kementerian dan lembaga melalui nota kesepahaman
maupun perjanjian kerja sama strategis antar lembaga.
Kerja sama tersebut sangat bermanfaat untuk mendukung
program JKN-KIS, terutama dalam hal perluasan
kepesertaan, kolekting iuran, kepatuhan, dan optimalisasi
pelayanan kesehatan. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak/Ibu sekalian untuk setiap dukungan, kerja
sama, dan sinergi yang telah terbangun selama ini, karena
hal ini sangat berarti untuk mendukung sustainabilitas
program JKN-KIS,” kata Direktur Hukum, Komunikasi dan
Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi
dalam acara Bincang JKN-KIS bersama Andy F. Noya, Rabu
(30/11).
Hingga November 2016, BPJS Kesehatan telah bekerja
sama dengan 30 kementerian dan lembaga pemerintah
maupun non pemerintah. Berikut sejumlah contoh kerja
sama kemitraan BPJS Kesehatan dengan kementerian
dan lembaga:
1. Kementerian Dalam Negeri (melalui Dirjen
Kependudukan dan Pencatatan Sipil): integrasi
database yang berbasiskan Nomor Induk
Kependudukan ke dalam sistem BPJS Kesehatan
untuk mempermudah pendaftaran dan validasi
calon peserta JKN-KIS;
2. Kementerian Sosial: pendataan dan penyediaan
data masyarakat yang miskin dan tidak mampu
untuk dimasukkan kedalam kategori peserta
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Penerima Bantuan Iuran (PBI);
Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan:
pengawasan implementasi
program JKN-KIS tepat
sasaran dan berjalan sesuai
dengan amanat undangundang;
Dirjen Bina Administrasi
Kewilayahan (BAK):
percepatan pendaftaran
melalui kantor Pelayanan
Terpadu Satu Atap (PTSP)
untuk mendorong pengusaha
mendaftarkan karyawan dan
keluarganya saat proses
pengurusan perizinan;
Pemerintah Daerah:
integrasi Jamkesda untuk
mewujudkan universal
health coverage. Saat ini
sebanyak 32 dari 34 provinsi
telah mengintegrasikan sebagian/seluruh peserta
Jamkesdanya ke BPJS Kesehatan;
Kementerian Kesehatan: menciptakan regulasi
dan tatanan sistem jaminan sosial kesehatan yang
kokoh dan berkesinambungan, pembangunan
sarana dan infrastruktur kesehatan, peningkatan
kualitas SDM tenaga medis, penguatan sistem
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan, dan
sebagainya;
Mitra perbankan (Bank Mandiri, BNI, BRI, dan
BTN) dan non-perbankan (PT Pos, Pegadaian,
dan agen Payment Point Online Banking/PPOB):
meningkatkan kolektabilitas iuran dan menjaga
sustainibilitas program JKN-KIS;
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR): berkontribusi
dalam hal pengawasan, pengesahan anggaran,
serta penegakan regulasi tentang implementasi
program JKN-KIS di tengah masyarakat; dll.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun
2013, BPJS dapat bekerja sama dengan kementerian dan
lembaga pemerintah dalam rangka peningkatan pelayanan
kepada peserta dan pemenuhan manfaat, kelembagaan,
SDM, pengelolaan sistem informasi, peningkatan
kesadaran dan kepatuhan masyarakat untuk memenuhi
kewajibannya, dan/atau kerja sama lain yang disepakati
bersama.
“Mengingat program ini merupakan salah satu Program
Prioritas Pemerintahan Presiden Jokowi-JK yang
tercantum dalam Nawacita ke-5, yaitu Peningkatan Kualitas
Hidup Manusia Indonesia melalui inisiasi Kartu Indonesia
Sehat, kami berharap kementerian dan lembaga dapat
memberikan support kepada BPJS Kesehatan untuk
mewujudkan universal health coverage paling lambat 1
Januari 2019 kelak,” ujar Bayu Wahyudi.
BPJS Kesehatan Sinergi dengan PT ASABRI dalam Penanggungan Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
JAKARTA
07 Desember 2016
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama BPJS
Kesehatan Fachmi Idris serta Direktur Utama PT ASABRI
(Persero) Sonny Widjaja, di Kantor Pusat BPJS Kesehatan
(07/12). Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris
mengungkapkan, Perjanjian Kerjasama ini adalah sebagai
pedoman dalam mengatur penanganan kepada Peserta
sehingga manfaat yang diberikan sesuai kewajiban
dan tanggung jawab masing-masing pihak sebagai
penyelenggara Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
penyelenggara Program Jaminan Kesehatan.
Program Jaminan Kecelakaan Kerja adalah program yang
memberikan perlindungan kepada peserta ASABRI aktif
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintah terhadap kecelakaan kerja yang dialaminya.
Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja termasuk kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya, dan penyakit akibat kerja, sedangkan Penyakit
Akibat Kerja (PAK) adalah sakit yang diderita sebagai akibat
langsung dari pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kerja,
yang diderita peserta dalam hubungan kerja, meliputi
faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja,
material yang dipakai, yang dinyatakan oleh Pejabat yang
Berwajib dan dibuktikan oleh hasil pemeriksaan medis.
“Peserta ASABRI juga merupakan peserta JKN-KIS yang
sudah sejak awal telah menjadi peserta BPJS Kesehatan
(kerena merupakan peserta eks-Askes). Dan kami
harapkan apabila peserta mengalami kecelakaan kerja
ataupun penyakit akibat kecelakaan kerja, pada saat di
rumah sakit tidak kebingungan siapa yang akan menjamin
pelayanan kesehatannya. Melalui perjanjian kerjasama ini,
diharapkan di lapangan nanti pelayanan kesehatan dapat
diberikan secara lebih maksimal,” ujar Fachmi.
Ruang Lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi
Pelaksanaan sinergi pelayanan Jaminan KK dan PAK bagi
prajurit TNI, anggota POLRI, PNS Kemhan, calon PNS
Kemhan, PNS POLRI, dan calon PNS POLRI, Pengajuan
penggantian klaim program KK atau PAK, pelaksanaan
sosialisasi tentang koordinasi pelayanan kesehatan
jaminan KK/PAK dan Kerja sama lain yang disepakati oleh
BPJS Kesehatandan PT ASABRI. Mekanisme Pelayanan
dan Penjaminan ini diatur, dimana BPJS Kesehatan
bertindak sebagai penjamin pertama terhadap kasus yang
diduga kasus KK atau PAK, tetapi belum dapat dibuktikan
selambat-lambatnya dalam waktu 3 hari kerja, sementara
PT ASABRI bertindak sebagai penjamin terhadap kasus KK
atau PAK yang telah dibuktikan dalam waktu 3 hari kerja.
BPJS Kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab
yaitu menjamin peserta ASABRI aktif terhadap kasus yang
belum terbukti sebagai kecelakaan kerja pada fasilitas yang
bekerjasama dengan menerbitkan Surat Eligibilitas Peserta
(SEP) dalam kondisi PT ASABRI belum dapat memberikan
keterangan jaminan dalam waktu paling lama 3 x 24 jam
hari kerja, dan mengajukan klaim/reimburse kepada PT
ASABRI terhadap penjaminan KK atau PAK jika terbukti
merupakan kasus KK atau PAK, yang dilampiri berita acara
kejadian/surat kepastian KK-PAK dari Satuan Kerja peserta
yang mengalami KK atau PAK.
Sedangkan PT ASABRI mempunyai tugas dan tanggung
jawab yaitu menjamin Peserta ASABRI aktif terhadap kasus
yang dapat dibuktikan sebagai kecelakaan kerja, dalam 3
(tiga) hari kerja atau paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja sejak pasien masuk RS, menjamin dan menerbitkan
SJP bagi Peserta ASABRI aktif terhadap kasus yang
terbukti KK atau PAK,membayar klaim/reimburse yang
diajukan oleh BPJS Kesehatan paling lambat 15 (lima
belas) hari kalender setelah berkas diterima secara
lengkap, dan Menerbitkan Surat Keterangan kepada BPJS
Kesehatan.
“Kami berharap sinergi ini terus diperkuat, harapannya
peserta ASABRI yang juga merupakan peserta BPJS
Kesehatan akan mendapatkan benefit pelayanan yang
sesuai dengan haknya,” himbau Fachmi.
Edisi 45 2016
INFO BPJS KESEHATAN
Guna meningkatkan kualitas pelayanan dan memberikan
kepastian penjaminan kepada peserta Jaminan Kesehatan
Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) khususnya
bagi peserta dari unsur Prajurit Tentara Nasional
Indonesia (Prajurit TNI), Anggota Kepolisian Republik
Indonesia (Anggota Polri), Pegawai Aparatur Sipil Negara
di lingkungan Kementerian Pertahanan (Pegawai ASN
Kemhan) dan Pegawai Aparatur Sipil Negara Kepolisian
Republik Indonesia (Pegawai ASN Polri), yang juga
merupakan peserta ASABRI, BPJS Kesehatan dan PT
ASABRI sepakat untuk saling menjalin koordinasi dan
kerja sama secara terpadu sesuai dengan kewenangannya
masing-masing, dalam hal penanganan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kecelakaan kerja.
SEGENAP JAJARAN
DEWAN DIREKSI & DEWAN PENGAWAS
BPJS KESEHATAN
MENGUCAPKAN
MUNDIHARNO
KARUN
BAYU WAHYUDI
MIRA ANGGRAINI
MISBAHUL MUNIR
SRI HARTATI
FACHMI IDRIS
CHAIRUL RADJAB
NASUTION
MAYA AMIARNY
RUSADY
ANDAYANI BUDI
LESTARI
LA TUNRENG
KEMAL IMAM
SANTOSO
RONI FEBRIANTO
SELAMAT TAHUN BARU
WAHYUDDIN BAGENDA
MICHAEL JOHANNIS
LATUWAEL
Download