MODUL PERKULIAHAN ETIKA Membangun Masyarakat Modern Fakultas Program Studi Ilmu Komputer Informasitika Tatap Muk a Kode MK 02 Disusun Oleh Dr. Rais Hidayat Abstract Kompetensi Sumber Ajaran Islam Menjelaskan sumber-sumber ajaran Islam. Menguraikan Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam. Memahami komitmen umat Islam yang seharusnya terhadap sumber ajaran Islam. Menjelaskan fungsi sumber ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Kesempurnaan beribadah menurut sumber-sumber Islam Beberapa fenomena mutakdir di dunia Islam semakin memperkuat asumsi yang berkembang; umat Islam melanda krisis ajaran. Di satu sisi, umat islam rajin beribadah. Tetapi di sisi lain, tugas-tugas sosial (mu’amalah) acap kali terbengkalai. Islam mendukung penuh perdamaian tetapi tidak sedikit umat Islam mengandung praktek kekerasan . islam mengedepankan persatuan tetapi tidak sedikit umat Islam yang selalu bertingkai, bahkan sesame muslim. Apa yang terjadi oleh umat Islam? Suatu saat, dikala sebagian sahabat berkumpul dengan Nabi, datang seseorang yang serba berpakaian putih. Dengan gaya dan nada yang akrab, orang tersebut bertanya kepada Nabi, Muhammad apa itu Islam? Nabi menjawab 1. Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah 2. Lakukan shalat 3. Memberikan zakat 4. Berpuasa di bulan Ramadhan 5. Melaksanakan Haji Kemudian orang tadi bertanya lagi apa itu Iman? Nabi Muhammad menjawab 1. Beriman kepada Allah 2. Beriman kepada Malaikat 3. Beriman kepada Kitab Suci 4. Beriman kepada semua Rasul 5. Hari akhir dan takdir Apa itu Insan (Berbuat baik)? Lanjut orang itu Nabipun Menjawab, menyembah Allah seperti kamu melihatnya, bila kita tidak melihatnya sesungguhnya dia melihatmu. Setelah orang serba putih pergi, Nabi diceritakan kepada sahabat; itu adalah malaikat jibril yang meyamar sebagai manusia (syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, hal. 16) Sumber Ajaran Islam 1. Al-Qu’an sebagai sumber ajaran islam a. Arti dalam definisi Al-Qur’an Sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad. Wahyu Allah itu ditrunkan dalam bahasa Arab dan secara otentik terhimpun dalam mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci yang demikian masyur sehingga sulit untuk menemukan satu defisi yang mecangkup keseluruhan Al-Qur’an karena itu definisi yang ada masih bersifat parsial: tergantung kepada jenis kajian yang dilakukan. Dr. Dawud al-attar (1979) menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah Wahyu Allah yang diturunkan kepada Allah Nabi Muhammad secara lisan, makna serta gaya bahasanya yang tertulis dalam kitab yang ditulis secara mutawatir. Definisi di atas mengandung beberapa kekhusuan sebagai berikut: 1) Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang seluruh ayatnya adalah wahyu Allah: tidak ada satupun kata yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi Muhammad. 2) Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Al-Qur’an datang dari AlQur’an sendiri. 3) Al-Qur’an dinukilkan secara mutawatir, artinya Al-Qur’an disampaikan kepada orang lain secara terus menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah dan berbeda-beda tempatnya tinggal mereka. b. Kandungan dan nama Al-Qur’an Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz, 114 surat dan 6.666 ayat suci. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun pada periode mekkah (Ayat Makiyah) sebanyak 4.780 ayat yang tercangkup dalam 86 surat, dan pada periode Madinah (Ayat Madinah) sebanyak 1.456 ayat yang tercangkup dalam 28 surat. Sifat bacaan menghendaki dekatna dengan lidah dan teliga serta masuknya bacaan itu ke dalam pikiran dan hati manusia. Sifat ini mengisyaratkan fungsi al-Qur;an untuk di hayati dan kemudian menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia. Arti al-qur’an sebagai bacaan juga menunjukan adanya kewajiban setiap insan untuk senantiasa membacanya secara berrulang-ulang sehingga dapat mempedomaninya sebagaimana mestinya. Selain Al-Qur’an, wahyu Allah diberi nama-nama lain oleh Allah , yaitu: 1. Al-Kitab, Berarti sesuatu yang ditulis (Ad-dukhan, 4:2) Di dalam nama ini mengandung isyarat perintah agar firman Allah itu ditulis nabi serta mengandung prediksi bahawa Al-Qur’an akan menjadi kitab abadi yang dapat di baca manusia. 2. Al-Kalam, berarti ucapan (At-Tubah, 9:6) Nama ini maenunjukan bahwa Al-Qur’an seluruhnya ucapan Allah. Dalam kaitan ini terkandung jaminan bahawa Al-Qur’an itu suci dan luru sebab datang dari yang Maha Suci dan Maha Besar. 3. Al-Zikra, berarti peringatan (Al-Haijr, 15:9) Nama ini menunjukan fungsin Al-Qur’an selaku motifator amal, yaitu agar manusia beramal baik dan konsisten dengan kebijkan lantaran amal perbuatan manusia akan diminta pertangungjawaban kelak di hari pembalasan. 4. Al-Qasas, berarti cerita-cerita (Ali-Imran, 3:62) Al-Qur’an membawa cerita nyata tentang masyarakat mas asilam bahkan sejak kejadian pertama kali. Kenyataan ini membenarkan pernyataan bahwa Al-Qur’an adalah kitab sejarah tertua. 5. Al-Huda, berarti petunjuk (At-Taubah, 9:33) Nama ini menunjukan fungsi Al-Qur’an selaku petunjuk yang hanya dengan manusia dapat mecapai keridhoan Allah. 6. Al-Furqon, berarti pemisah (Al-Furqon, 25:1) Sebagai pedoman hidup dan pedoman manusia, Al-Qu’an menyajikan norma dan etika secara jelas, tegas dan tuntas terutama dalam soal kebaikan dan keburukan. 7. Al-Mau’izah berarti nasehat (Al-Yunus 10:57) Meskipun disana sini terdapat peringatan dan bahkan ancaman, namun secara hukum gaya penyampaian Al-Qur’an amat halus . Semakin di dekati Al-Qur’an semakin menjadi teman dialog dengan nasehat-nasehatnya yang menyejukan. 8. As-Syifa, berarti obat atau penawar jiwa (Al-Isra 17:82) Sesungguhnya akar problematika manusia terletak didalam dadanya. Dan Al-Qur’an memberi solusi atas problematika manusia itu melaui akarnya. 9. An-Nur, berarti cahaya (An-Nisa 4:174) Nama ini menunjukan fungsi Al-Qur’an sebagai wadah. Sebutkan cahaya meengilustrasikan bahwa Al-Qur’an menjadi cermin yang mengwadahi sinar yang terpancar dari sang maha peitata dan kemudian memancarkan cahayanya ke manusia. 10. Ar-Rahman, berarti karunia (Amn-Naml 27:77) Segala pemberian tuhan akan menjadi rahmat di dunia dan di akhirat. Ketika pemberian itu diterima, dijalani, dan di kembangkan dengan landasan Al-Qur’an. c. Sejarah turunya Al-Qur’an 1. Periode pertama Diketahui bahwa Nabi Muhammad., pada awal turunya wahyu pertama (iqra), belum di lantik menjadi rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru merupakan seorang Nabi yang ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah itu turun wahyu yang kedua beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang di terimanya, dengan adanya firman Allah: “wahai yang berselimut, bangkitlah dan berilah peringatan” (QS 74:1-2) Kemudian, setelah itu kandungan wahyu ilahi berkaisar dalam tigal hal: a. Pendidikan bagi Rasululah dalam membentuk kepribadiannya. b. Pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai tauhid. c. Keterangan mengenai dasar-dasar Akhlak Islamiah, serta tambahantambahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliyah ketika itu. Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksireaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok, yaitu: 1) Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Quran 2) Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran-ajaran AlQur’an karena kebodohan mereka, keteguhan memepertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang. mereka 3) Dakwah Al-Qr’an mulai melebar melampaui batasan mekkah menuju daerah-daerah sekitarnya. 2. Periode kedua Periode kedua dari sejarah turunya Al-Qur’an berlangsung selama 8-9 tahun, dimana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliyah. Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan system untuk menghalangi kemajuan dakwah Islam. 1) Dimulai dari fitnah, intimidasi, penganiayaan, yang mengakibatkan para penganut ajaran Al-Qur’an ketika di paksa berhijrah ke Hasyah dari pada akhirnya seluruh kaum Muslim termasuk Rasulullah hijrah kemadinah. 2) Ayat-ayat Al-Qur’an, disatu pihak silih berganti turun menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi ketika itu. Dari sejarah diturunkannya Al-Qur’an dapat diambil kesimpilan bahwa Al-Qur’an mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut: a. Pokok-pokok keyakinan atau keimanan terhadap Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul dan hari akhir. b. Pokok-pokok peraturan atau hukum, yaitu garis-garis yang besar aturan tentang hubungan dengan Allah antara manusia, dan hubungan manusia dengan alam yang melahirkan syariat hukum atau ilmu fiqih. c. Pokok-pokok atau aturan akhlak yang menerangkan norma-norma keagamaan atau kesusialaan yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individu atau kolektif. d. Pokok-pokok dasar tentang tanda-tanda alam yang menunjukan eksistensi dan kebesaran tuhan sebagai pencipta. e. Kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu. f. Informasi tentang alam gaib, seperti adanya jin, kiamat, surge dan neraka. c. Bukti Kebenaran Al-Qur’an Al-Qur’an mempunyai sekian banyak fungsi diantaranya adalah menajdi bukti kebenaran Nabi Muhammad bukti kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantangan yang sifanya bertahap. 1. Menantang siapapun yang meragukannya untuk menyusun semacam AlQur’an secara keseluruhan (QS 52:34) 2. Menantang mereka untuk menyusun sepuluh surat semacam Al-Qur’an (QS 11:13) sedangkan seluruh Al-Qur’an berisi 114 surat. 3. Menantang mereka untuk menyusun satu surat saja semacam Al-Qur’an (QS 2:23) 2. As-Sunnah sebagai Sumber Ajaran a. Pengertian As-Sunnah Ditinjau dari segi bahasa, As-Sunnah berarti cara, jalan, kebiasaan, dan tradisi. Kebiasaan dan tradisi mencangkup yang baik dan buruk kata Assunnah di dalam Al-Qur’an diulang 16 kali pada 11 surat. Makna Sunnah secara etimologi menurut Muhammad Ajaj Al-Khatib identic dengan Al-Hadis, yaitu berupa ucapan, perbuatan atau ketetapan yang disadarkan kepada Nabi Muhammad. b. Kedudukan As-Sunnah c. Posisi As-Sunnah 4. Fungsi As-Sunnah terhadap Al-Qur’an a. As-Sunnah sebagai penguat Al-Qur’an Dalam menguatkan pesan-pesan Al-Qur’a,As-Sunnah berperan antara lain: 1) Menegaskan kedudukan hukum, penyebutan hukum wajib atau pardu. 2) Menerangkan posisi kewajiban atau larangan dalam syariat Allah. 3) Menjelaskan sangsi hukum bagi pelanggarnya. b. As-Sunnah sebagai penjelas Al-Qur’an 1) Menjelaskan tentang makna-makna yang rumit. 2) Menjelaskan tentang makna-makna yang bersifat lepas. 3) Mengkhususkan ketetapan-ketetapan yang di sebut Al-Qur’an secara umum. 4) Menjelaskan ruang lingkup masalah. c. As-sunnah sebagai pembuatan hukum As-sunnah menerapkan hukum yang belum di terapkan oleh Al- Qur’an.misalnya Al-Qur’an menyebutkan empat macam makanan yang haram. 3. Ijtihad Ijtihad berasal dari kata jahada, artinya berusaha bersungguh-sungguhnya. Dalam pengertian termologi hukum, Prof Mukti Ali menyebutkan bahwa ijtihad adalah bersaha sekeras-kerasnya untuk membentuk penilaian yang bebas tentang sesuatu masalah hukum. Komitmen Kepada Al-Qur’an, AsSunnah dan Ijtihad Setidak-tidaknya ada enam sikap yang menunjukan komitmen muslim terhadap AlQur’an, As-sunnah dan Ijtihad: 1. Mengimani Al-Qur’an Meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Ia mengandung kebenaran yang mutlak dan merupakan syariat akhir yang meyempurnakan syariat-syariat yang diturunkan Allah sebelumnya. 2. Mempelajari Al-Qur’an Merupakan pengejawantahan Rahmat Allah, mempelajari berarti membuka pintu rahmat Allah. Mempelajari berarti membuka pintu rahmat Allah. Sebaliknya ketidak pedulian terhadap Al-qur’an berarti menutup rahmat Allah yang mengakibatkan terputusnya hidup dari berkahnya. 3. Mengamalkan Al-Qur’an Pengamalan Al-Qur’an adalah inti dari komitmen setiap muslim karena segala yang dikandungnya bukan hanya di tujukan untuk dipaham, melainkan membentuk mental dan sikap jiwa Al-Qur’ani. 4. Mendakwahkan Al-Qur’an Yaitu mensosialisasikan nilai-nilai yang mengandung dalam Al-Qur’an kepada orang lain dari mulai lingkungan keluarga hingga masyarakat pada umunya. 5. Mencontoh dan menteladani serta melaksanakan perilaku yang di praktekan Nabi SAW dalam kehidupan sehari-hari. 6. Mempelajari As-sunnah dan Ijtihad mencoba mengekspresikan semua orang yang ada dari keduanya dalam kehidupan keseharian. Fungsi Ajaran Islam Dalam Kehidupan Bermasyarakat Pada prinsip fungsi utama hukum Islam adalah untuk menciptakan kebijakan manusia di dunia dan di akhirat, atau dengan kata lain untuk menciptakan kesejahteraan umat manusia , karena hukum Islam berorientasi pada keadilan dan kesetaraan manusia. Mempertahankan ajaran Islam dan agama Islam menjadi satu keharusan dalam Islam, baik dengan harta maupun jiwa, karena agama Islam adalah kebutuhan manusia dalam hidupnya. Oleh karena itu kehancuran agama Islam adalah kehancuran manusia. Hukum Islam amat memperhatikan keselamatan jiwa dan akal manusia yaitu dengan cara melarang manusia melakukan tindakan-tindakan yang bisa merusak akal dan kehilangan jiwa, misalnya melarang minum-minum keras dan mengkonsumsi narkoba karena merusak fungsi syaraf otak dan mengakibatkan kematian. Rusaknya fungsi syaraf tak akan mempersulit manusia untuk mempelajari ilmu. Kajian Kasus: Polemik Pemberlakukan Peraturan Daerah Perda Sebagai Pintu Membangun Moral Bangsa Peraturan Daerah (perda) bernuasa syariat Islam saat ini telah diperlakukan lebihkurang di 22 kabupaten dan kotamadya diseluruh Indonesia. Beberapa daerah yang sudah melahirkan perda tersebut antara lain: pemkab Cianjur (Jawa Barat), Pemkot Tanggerang (Jawa Barat), pemkot Makassar (Sulawesi Selatan), dan pemkot Padang (Sumatrea Barat), sementara sejumlah daerah hendak meniru perda itu, sebagian masyarakat lainnya justru meperotes pembuatan perda tersebut. Daftar Pustaka 1. Anwar C. 2000. Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad XXI. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2. Departemen Agama RI. 1971. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama. Jakarta. 3. Harun, Nasution. 1995. Islam Rasional. Mizan. Bandung. 4. Rasjid S. 2000. Fiqih Islam. Sinar Baru Agresindo. Bandung. 5. Shihab, M.Q. 1997. Mukjizat Al-Qur’an. Mizan. Bandung. 6. Turner H.R. 2004. Sains Islam yang Megagumkan. Nuansa. Bandung. 7. Srijanti, Dkk, 2009, Edisi ke dua, “Etika Membangun Masyarakat Islam”, Graha Ilmu.