Analisis Data Kuantitatif

advertisement
Analisis Data Kuantitatif
1. Metode Pengumpulan Data Kuantitatif
Setelah melaksanakan penelitian kualitatif dilakukan penelitian kuantitatif
mengenai nelayan dewasa yang tinggal di Desa Gili Indah. Pada bulan Januari
dilakukan kegiatan survey KAP. Survey KAP di desa Gili Indah adalah suatu
survey kuantitatif yang dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap
dan komunikasi interpersonal serta untuk mengetahui perilaku masyarakat
nelayan desa Gili Indah. Survey ini penting untuk dilakukan sebagai base line
data untuk melihat dampak kampanye yang akan dilakukan pada fase
implementasi nantinya. Penelitian kuantitatif ini nanti akan dilakukan kembali
Pada akhir kampanye. Sebelaum melakukan survey terlebih dahulu dilakukan
pelatihan
enumerator.
Enumerator
ini
nantinya
akan
bertugas
untuk
menyebarkan kuesioner kepada nelayan. Pelatihan ini juga penting dilakukan
agar enumerator bisa mengambil data sesuai dengan apa yang diharapkan dari
hasil survey tersebut. Pelatihan enumerator dilakukan di Gili Air dengan
menggunakan 11 enumerator.
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 – 20 Januari 2013 di Desa Gili
Indah, dengan besarnya sampel ditentukan berdasarkan persebaran nelayan
dalam komunitas. Perkiraan populasi nelayan dewasa Desa Gili Indah
berdasarkan data RPJMDes 2010 sebanyak 492 jiwa. Karena jumlah individu
nelayan dewasa di Desa Gili Indah kurang dari 500 jiwa maka pengambilan data
dilakukan secara sensus, yaitu mengambil data di semua nelayan dewasa di
desa Gili Indah. Setelah dilakukan sensus data yang sebenarnya ditemukan di
lapangan sebanyak 171 nelayan. Hal ini mungkin disebabkan karena terjadinya
kesalahan pada data desa yang tidak pernah dilakukan pembaharuan data.
Selain itu banyak juga masyarakat yang sudah merubah usahanya dari nelayan
menjadi pelaku wisata. Nelayan-nelayan yang teridentifikasi ini adalah nelayannelayan yang masih menggantungkan hidupnya hanya sebagai nelayan dan
tidak memiliki usaha yang lain. Semua enumerator disebarkan ketiga Gili dan
menyasar semua rumah yang ada di desa Gili Indah. Banyak juga ditemukan
nelayan yang tidak dijumpai berada dirumahnya karena pergi melaut, tetapi pada
keesokan harinya nelayan tersebut di cari lagi dan diusahakan sampai bisa
dilakukan wawancara. Akan tetapi jika mereka tidak mau diwawancara maka
langsung ditinggalkan dan tidak perlu dipaksa untuk diwawancarai. Survey
diselenggarakan dari rumah ke rumah dengan menggunakan 11 enumerator
yang terlatih. Masing-masing enumerator membawa peta kawasan TWP Gili
Matra, dan menyasar setiap rumah di Desa Gili Indah
Antara pengambilan data dan input data dilakukan pada waktu yang
bersamaan yaitu dengan cara melakukan input data setiap data yang sudah
terkumpul. Ini dilakukan untuk menghemat waktu, sehingga survey KAP bisa
lebih cepat diselesaikan. Data-data yang sudah terkumpul dimasukkan dalam
survey pro dan dianalisis.
.
2.
Analisis Hasil Penelitian Kuantitatif
Dari hasil penelitian kuantitatif yang sudah dilakukan memberikan
gambaran yang nyata mengenai kondisi nelayan di desa Gili Indah. Dari semua
nelayan yang diambil datanya, 115 nelayan (67%) berasal dari Gili Air, 46
nelayan (26.9%) berasal dari Gili Meno dan sisanya 10 nelayan (5.8%) berasal
dari Gili Trawangan. jadi total semua nelayan yang ada di desa Gili Indah adalah
sebanyak 171 nelayan. Sedikitnya nelayan di desa Gili Indah disebabkan oleh
banyaknya masyrakat di desa tersebut yang sudah beralih mata pencaharian
dari nelayan menjadi pelaku wisata, sehingga sebagian besar penduduk desa
Giili Indah adalah bermata pencaharian sebagai pelaku wisata.
Sementara itu tingkat pendidikan nelayan desa Gili Indah sebagian besar
tidak tamat Sekolah Dasar yaitu sebanyak 72 nelayan (44.4%), 51 nelayan tamat
SD, 16 nelayan tamat SMA dan 12 nelayan tamat SMP. Sisanya adalah tidak
tamat SMA dan tidak tamat SMP. Terdapat 1 orang nelayan yang sudah tamat
perguruan tinggi. sedangkan dilihat dari segi usianya, nelayan di desa Gili Indah
paling banyak berusia sekitar 21-30 tahun yaitu sebanyak 56 nelayan atau
34.6% dari seluruh nelayan yang ada di Gili Indah. Adapun jumlah nelayan yang
usianya diatas 51 tahun adalah sebanyak 25 nelayan. Rendahnya tingkat
pendidikan nelayan desa Gili Indah disebabkan oleh kurangnya lembaga
pendidikan di desa Gili Indah. Desa Gili Indah adalah desa kepulauan yang
terdiri dari 3 dusun dan masing-masing dusun harus ditempuh menggunakan
perahu. Tingkat pendidikan di dusun Gili Air hanya sampai setingkat SMP di Gili
Meno setingkat SD dan hanya di Gili Trawangan yang terdapat sekolah setingkat
SMA. Hal ini pula yang menyebabkan masyarakat memiliki pendidikan yang
cukup rendah.
Gambar Grafik persentase tingkat pendidikan nelayan desa Gili Indah
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat nelayan di desa Gili Indah berdampak
pada tingkat pengetahuan nelayan terkait zonasi di Gili Matra. Dari hasil survey KAP
yang dilakukan untuk tingkat pengetahuan nelayan semua pertanyaan tentang
pengetahuan yang menjawab benar, semua berada di bawah 10%. Ini memperlihatkan
rendahnya pengetahuan nelayan tentang zonasi. Untuk pertanyaan mengenai
pengetahuan nelayan tentang persamaan dari zona inti, pemanfaatan, perlindungan dan
rehabilitasi 75.3% nelayan tidak tahu dan 20.4% nelayan menjawab salah dan hanya
4.3% yang menjawab benar. Hal ini menunjukkan masih banyaknya nelayan yang tidak
tahu peruntukan dari zona larang tangkap. Pengetahuan nelayan juga sangat rendah
mengenai peruntukan zona perikanan berkelanjutan yaitu dari semua nelayan yang ada
di desa Gili Indah hanya 5.6% nelayan yang mnjawab benar. Tingkat pengetahuan ini
akan berdampak pada susahnya nelayan untuk mau mengadopsi perilaku yang baru.
Tingkat pengetahuan ini harus ditingkatkan jika ingin mereka lebih mudah untuk
merubah perilakunya.
Salah satu penyebab nelayan juga susah untuk menerima perilaku yang baru
adalah kepercayaan nelayan terkait sumberdaya perikanan di alam sangat rendah.
Sebanyak 93.2% nelayan tidak percaya ikan di laut bisa habis. Nelayan percaya bahwa
ikan di laut tidak akan pernah habis sehingga walaupun ditangkap sebanyak-banyaknya
ikan-ikan tersebut tidak akan pernah berkurang. Pengetahuan ini juga perlu dirubah
agar nelayan juga bisa lebih mudah memahami manfaat dari dibuatnya zona-zona
tersebut. Rendahnya tingkat pengetahuan nelayan juga disebabkan oleh tingkat
pendidikan nelayan yang juga cukup rendah.
Tabel Tingkat pengetahuan nelayan desa Gili Indah tentang zonasi dan koperasi di desa
Gili Indah
Pertanyaaan dalam survey
(Q12)Menurut Bapak apa manfaat pengaturan kawasan
dengan zonasi di TWP Gili Matra yang sesuai dengan SK
Menteri Kelautan dan Perikanan nomor
KEP.67/MEN/2009?
(Q13) Menurut Bapak apakah manfaat lainnya dari
pengaturan kawasan dengan zonasi di TWP Gili Matra?
(Q14) Apakah yang Bapak ketahui mengenai persamaan
dari zona inti, zona rehabilitasi, zona pemanfaatan, dan
zona perlindungan di TWP Gili Matra?
(Q15) Apakah manfaat dari dibuatnya zona-zona
tersebut?
(Q16) Apakah peruntukan dari zona perikanan
berkelanjutan di TWP Gili Matra yang bapak ketahui?
(10) Terkait sumber daya perikanan, menurut Bapak
bagaimana supaya ikan ada terus?
(11) Apakah manfaat koperasi yang Bapak ketahui?
(Q17) Apakah Bapak percaya ikan akan habis?
Respons Jumlah
Persentase
benar
8
4.90%
benar
15
9.30%
benar
7
4.30%
benar
13
8.00%
benar
9
5.60%
benar
6
3.70%
benar
11
6.80%
Tidak
151
93.20%
Ya
11
6.80%
Selain pengetahuan, dalam survey KAP juga di ambil data tentang sikap nelayan
terhadap zonasi di TWP Gili Matra. Dari hasil survey didapatkan bahwa sikap nelayan
terhadap zonasi cukup tnggi. Nelayan yang setuju untuk kawasan TWP Gili Matra diatur
dengan zonasi sebanyak 30.9% dan nelayan yang setuju untuk menangkap ikan di zona
perikanan berkelanjutan sebanyak 11.1%. persentase yang cukup tinggi juga ditemukan
pada tingkat persetujuan nelayan untuk mengelola sumberdaya perikanan dan
pembentukan koperasi. Pendapat nelayan tentang pernyataan menangkap ikan di zona
perikanan berkelanjutan cukup beragam sebanyak 31.5% tidak setuju, dan 16% nelayan
menyatakan sangat tidak setuju. Data ini menunjukkan bahwa lebih banyak nelayan
tidak mau ada zonasi di Gili Matra. Sikap ini mungkin disebabkan juga oleh tingkat
pengetahuan mereka tentang zonasi yang masih sangat rendah. Akan tetapi cukup
berbeda ketika nelayan ditanya megenai perlunya pengelolaan sumberdaya perikanan,
hasil yang didapatkan cukup berbanding terbalik dengan kepercayaan nelayan tentang
keberadaan sumberdaya perikanan di laut, yaitu hamper semua dari nelayan tidak
percaya ikan akan habis tetapi 53.7% nelayan setuju untuk mengelola sumberdaya
perikanan agar ikan ada terus. Pernyataan nelayan ini menunjukkan bahwa
sesungguhnya banyak orang yang menginginkan pengelolaan sumberdaya perikanan
walaupun secara sadar mereka juga tidak percaya di laut ikan bisa habis.
Tabel Sikap nelayan desa Gili Indah terkait zonasi dan koperasi di desa Gili Indah
Pertanyaan dalam survey
Respons Jumlah nelayan Persentase
Saya akan membacakan serangkaian pernyataan dan minta
Bapak menyatakan apakah Bapak setuju, sangat setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju, ragu-ragu, atau tidak tahu:
(Q21) Kawasan di TWP Gili Matra perlu diatur dengan zonasi setuju
50
30.90%
supaya selain untuk kepentingan wisata perairan dan
rekreasi juga untuk menjamin ketersediaan sumber daya
perikanan
(Q22) Menangkap ikan di zona perikanan berkelanjutan
setuju
18
11.10%
(Q23) Sumberdaya perikanan perlu dikelola agar ikan ada
setuju
87
53.70%
terus
(Q24) Pembentukan koperasi bertujuan untuk mengumpulkan
setuju
94
58.00%
modal usaha
Selain melihat tingkat pengetahuan dan sikap nelayan, dari hasil penelitian
survey KAP ini juga didapatkan tingkat komunukasi nelayan antar mereka tentang zonasi
di TWP Gili Matra. Sebanyak 54.3% nelayan tidak pernah berbicara tentang perlunya
pengaturan kawasan dengan zonasi di Gili Matra, 45,7% yang tidak pernah berbicara
tentang lokasi menangkap ikan di zona perikanan berkelanjutan, 51.9% tidak pernah
berbicara tentang perlunya pengelolaan sumberdaya perikanan agar ikan ada terus.
Sedangkan yang pernah berbicara tentang zonasi hanya dibawah 20%. Ini menunjukkan
bahwa tingkat komunikasi yang tejadi diantara masyarakat nelayan desa Gili Indah
tentang zonasi masih kurang terjadi. Hal ini perlu di tingkatkan agar pemahaman
nelayan tentang zonasi juga bisa lebih mudah ditingkatkan. Dengan semakin seringnya
mereka berbicara tentang zonasi diantara mereka maka akan semakin mudah untuk
mereka bisa mengetahui segala sesuatu tentang zonasi dan akan mempermudah lagi
nelayan untuk mengadopsi perilaku yang baru.
Tabel Tingkat komunikasi interpersonal nelayan desa Gili Indah terkait zonasi dan
koperasi di desa Gili Indah.
Pertanyaaan dalam survey
Tolong berikan jawaban sesuai apa yang bapak rasakan.
Dalam 6 bulan terahir apakah ada orang lain yang
berdiskusi dengan bapak mengenai:
(Q25)Perlunya pengaturan kawasan dengan zonasi di
TWP Gili Matra selain tujuannya untuk kepentingan
wisata perairan dan rekreasi juga untuk menjamin
ketersediaan sumber daya perikanan
(Q26) Lokasi menangkap ikan di zona perikanan
berkelanjutan di TWP Gili Matra
Respons
(tingkat
Jumlah
keseringan)
Persentase
Pernah
25
15.40%
Pernah
26
16.00%
(Q27) Perlunya pengelolaan sumberdaya perikanan agar
ikan ada terus
Pernah
20
12.30%
(Q28) Perlunya pembentukan koperasi untuk
mengumpulkan modal usaha
Pernah
17
10.50%
Selain pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal diantara nelayan tentang zonasi,
yang perlu diperhatikan juga adalah halangan kunci yang membuat nelayan sulit untuk merubah
perilakunya. Halangan tersebut perlu dihilangkan sehingga masyarakat akan lebih mudah dalam
mengadopsi perilaku yang baru. Dalam hal ini dari hasil penelitian kualitatif halangan kunci yang
teridentifikasi adalah alasan ekonomi. Sehingga tehnik penyingkiran halangan yang di ambil adalah
pembuatan koperasi di desa Gili Indah. Oleh karena itu tingkat pengetahuan, sikap dan komunikasi
interpersonal di halayak nelayan terkait koperasi juga perlu di bangun. Dari hasil penelitian survey
awal didapatkan tingkat pengetahuan nelayan tentang manfaat dibentuknya koperasi masih
sangat kurang yaitu hanya 6.8% nelayan yang menjawab benar, 34% menjawab salah dan sisanya
59.3% menjawab tidak tahu. Sedangkan jika dilihat tingkat persetujuan mereka tentang perlunya
pembentukan koperasi adalah sebanyak 58% setuju untuk dibentuk koperasi sedangkan yang
tidak setuju hanya 5.6%. dari hasil survey juga dapat dilihat tingkat komunikasi diantara nelayan
tentang koperasi. Hasil survey menunjukkan bahwa tingkat komunikasi antar nelayan tentang
koperasi masih cukup rendah yaitu yang pernah berbicara tentang koperasi hanya sebanyak 10.5%
dan sebanyak 56.8% mengatakan tidak pernah. Walaupun tingkat pengetahuan dan tingkat
keseringan komunikasi nelayan tentang koperasi masih sangat rendah akan tetapi yang
mendukung untuk dibentuk koperasi cukup banyak. Walaupun masih banyak yang setuju untuk
dibuat koperasi akan tetapi sikap ini juga masih perlu dibangun karena masih dibawah 60%. Untuk
tingkat pengetahuan dan komunikasi interpersonal terkait koperasi masih sangat penting untuk
ditingkatkan sehingga strategi penyingkiran halangan yang diambil yaitu mengaktifkan kembali
koperasi nelayan di desa Gili Indah juga bisa menjadi solusi yang benar-benar nyata dan
berdampak positif bagi perubahan perilaku masyarakat nelayan di desa Gili Indah.
Download