PENGEMBANGAN MODUL FISIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER 2 DI SMK NEGERI 3 SINGARAJA Sang Putu Sri Jaya Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK Penelitian pengembangan ini bertujun menghasilkan produk berupa modul fisika kontekstual untuk peserta didik kelas X semester 2 di SMK Negeri 3 Singaraja yang teruji kelayakan dan keunggulannya untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran fisika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pengembangan (research and development), dengan desain pengembangan yang dipilih adalah menggunakan model pengembangan De geng. Langkah-langkah pengembangan nya adalah sebagai berikut. 1) analisis tujuan dan karakteristik bidang studi; 2) analisis sumber belajar; 3) analisis karakteristik pebelajar; 4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran; 5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran; 6) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran; 7) mene tapkan strategi pengelolaan pembelajaran; dan 8) pengembangan prosedur pengu kuran hasil pembelajaran. Validasi draft mencakup 1) uji ahli isi dan media pembelajaran; 2) uji ahli desain pembela jaran; 3) uji siswa perorangan; 4) uji siswa kelompok kecil; dan 4) uji lapangan. Hasil review dari ahli isi dan ahli media menyatakan bahwa modul fisika kontekstual yang dikembangkan sudah sesuai. Hasil tanggapan ahli desain untuk uji ahli desain pembelajaran memper lihatkan bahwa ahli desain memberikan tanggapan sangat baik dengan persentase 90%. Hasil tanggapan peserta didik untuk uji siswa perorangan memperlihatkan bahwa peserta didik memberikan tangga pan sangat baik sebanyak 33,3%, baik sebanyak 66,7 %, dan sebanyak 0% untuk kategori cukup, kurang dan sangat kurang. Hasil persentase keseluruhan peserta didik untuk uji siswa perorangan sebesar 91% terletak pada kualifikasi sangat baik. Hasil tanggapan peserta didik untuk uji kelom pok kecil memperlihatkan bahwa peserta didik memberikan tanggapan sangat baik sebanyak 22,2%, baik sebanyak 66,7%, cukup sebanyak 11,1% dan sebanyak 0% untuk kategori kurang dan sangat kurang. Hasil persentase keseluruhan peserta didik untuk uji kelompok kecil sebesar 85% terletak pada kualifikasi baik. Hasil tangga pan pendidik untuk uji lapangan memper lihatkan bahwa pendidik memberikan tanggapan baik dengan persentase 83%. Hasil tanggapan peserta didik untuk uji lapangan memperlihatkan bahwa peserta didik memberikan tanggapan sangat baik sebanyak 55%, baik sebanyak 45%, dan sebanyak 0% untuk kategori cukup, ku rang dan sangat kurang. Hasil persentase keseluruhan peserta didik untuk uji lapangan sebesar 90% terletak pada kualifikasi sangat baik. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t memberikan hasil sig sebesar 0,001 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest dan posttest peserta didik. Nilai rata-rata pretest (Mean=75,17, Standard Deviation=9,03) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata posttest (Mean = 30,21, Standard Deviation = 7,75). Kata kunci: pengembangan, model pengembangan Degeng, modul fisika kontekstual, hasil belajar fisika 1 CONTEXTUAL PHYSICS MODULE DEVELOPMENT TO IMPROVE STUDENTS’ACHIEVEMENT IN STUDYING PHYSICS FOR CLASS X IN SEMESTER 2 OF SMK NEGERI 3 SINGARAJA Sang Putu Sri Jaya Educational Technology Post-graduate Program Ganesha University of Education. ABSTRACT This development research aimed to produce a contextual physics module for class X in semester 2 students of SMKN 3 Singaraja in which the feasibility and advantages had been tested to improve learning achievements in learning Physics. The research method used was the research and development method. The chosen of the design development was Degeng model. The Development steps were as follows.1) analysis goals and characteristics of the study area, 2) analysis of learning resources, 3) analysis of the characteristics of learners; 4) establish learning objectives and content of learning; 5) determine the organization of learning content strategy; 6) establish a strategy delivery of learning content; 7) determine the learning management strategies, and 8) the development of learning outcomes measurement procedures. Validation draft covered : 1) the content expert test and learning media, 2) the instructional design experts test, 3) individual student test, 4) a small group of students test, and 4) field test. The results of the expert review of content and media stated that contextual physics module had been developed accordingly. The results of design experts responses toward the expert learning design test showed that the learning design experts gave very well positive responses in the percentage of 90%. The results of learner responses to individual students' test showed that students’ responses very well was 33.3%, good was 66.7% and 0% was for the category of enough, less and poor. The overall percentage of students to test individual students by 91% is located in a very good qualification. The results of the responses of students to small groups of test showed that students respond very well 22.2%, 66.7% good, just 11.1% and 0% for the category of less and less. The result of the overall percentage of students to test small groups of 85% is located in a good qualification. The results of the response of educators to the field test showed that educators respond well to the percentage of 83%. The results of the responses of students to the field test showed that students respond very well 55%, both 45% and 0% for the category of pretty, less and less. The result of the overall percentage of students for field testing by 90% is located in a very good qualification. The results of calculations using the t-test sig yield of 0.001 is smaller than 0.05. This shows that H0 is rejected and H1 accepted. It can be said that there were differences in the average value of study of students before and after learning. The average value after learning (mean = 75.17, standard deviation = 9:03) was higher than before the study (mean = 30.21, standard deviation = 7.75). Key words: development, degeng model, contextual physics module, physics learning achievement 2 bangnya potensi peserta didik agar 1. Pendahuluan Dalam era globalisasi, sangat menjadi manusia yang beriman dan dibutuhkan sumber daya manusia bertakwa kepada Tuhan Yang Maha yang ber kualitas tinggi. Sumber Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, daya manusia yang berkualitas tinggi cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi menjadi tumpuan utama agar suatu warga negara yang demokratis serta bangsa dapat berkompetisi dengan bertanggung jawab. bangsa lain. Terwujudnya sumber Pada hakikatnya pendidikan daya manusia yang berkualitas tinggi adalah suatu usaha penyiapan subjek tidak terlepas dari jalur pendidikan. didik untuk menghadapi lingkungan Melalui hidup jalur pendidikan, ilmu yang selalu pengetahuan dan teknologi semakin perubahan berkembang dengan pesat. Pendidikan juga merupakan kiat Menurut yang mengalami semakin pesat. Undang-Undang dalam menerapkan prinsip-prinsip Republik Indonesia Nomor 20 tahun ilmu pengetahuan dan teknologi bagi 2003 tentang Sistem Pendidikan pembentukan Nasional, pendidikan adalah usaha Pendidikan harus mampu menghasil sadar dan terencana untuk mewujud kan lulusan yang mampu berpikir kan suasana belajar dan proses pem global (think globally), dan mampu belajaran agar peserta didik secara bertindak local (act locally), serta aktif mengembangkan potensi diri dilandasi oleh ahlak yang mulia nya untuk memiliki kekuatan spiri (Bhawayasa, 2011). tual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, manusia seutuhnya. Upaya yang dilakukan peme akhlak rintah untuk menghasilkan sumber mulia, serta keterampilan yang di daya manusia yang berkualitas dan perlukan dirinya, masyarakat, bangsa professional adalah meningkatkan dan negara. Pendidikan nasional ber kualitas pendidikan, yaitu dengan fungsi mengembangkan kemampuan melakukan penyempurnaan sistemik dan serta terhadap seluruh komponen pendidik peradaban bangsa yang bermartabat an seperti peningkatan kualitas dan dalam rangka mencerdaskan kehidup pemerataan an bangsa, bertujuan untuk berkem sumber belajar, kurikulum, sarana membentuk watak penyebaran pendidik, 1 dan prasarana yang memadai, serta di tahun sekali yang tergabung dalam dukung oleh berbagai the pemerintah dengan kebijakan mendesentrali Organization Cooperation for and Economic Development sasikan pendidikan ke daerah kota (OECD) yang berkedudukan di Paris dan kabupaten yang sejalan dengan (Perancis), di mana studi yang konsep otonomi daerah dan meng dilakukan adalah memonitor hasil anggarkan biaya pendidikan minimal capaian belajar peserta didik di tiap 20% dari APBN/APBD (Raharjo, negara 2011). literasi membaca (reading literacy), Dengan adanya berbagai peserta yang usaha pemerintah ini, seyogyanya literasi mutu pendidikan nasional menjadi literacy), dan literasi sains (scientific lebih baik. literacy), menunjukkan peringkat capaian Kenyataan di lapangan me matematika mencakup (mathematic sains bahwa untuk nunjukkan kualitas mutu pendidikan Indonesia berada pada peringkat 60 di Indonesia saat ini sangat mempri dari 65 negara yang mengikuti studi hatinkan. Seperti diberitakan Kom PISA 2009, dengan rincian sebagai pas (3/3/2011) halaman 12 pada berikut: literasi membaca berada kolom “Pendidikan dan Kebudaya pada pringkat 57, literasi matematika an”, dalam berada pada peringkat 61, dan literasi Education for ALL (EFA) Global sains berada pada peringkat 60 Monitoring (www.pisa.oecd.org). berdasarkan Report data 2011 yang dikeluarkan UNESCO dan diluncur Sejalan dengan hasil studi kan di New York pada Senin, 1 PISA tersebut, di SMK N 3 Singaraja Maret 2011, indeks pembangunan hasil belajar sains khususnya mata pendidikan Indonesia berada pada pelajaran urutan 69 dari 127 negara yang menggembirakan. Dalam semester disurvei. ganjil tahun pelajaran 2011/2012, (the fisika masih belum Berdasarkan hasil studi PISA hasil belajar fisika yang dicapai Program siswa kelas X rata-rata sebesar 76 for International Student Assesment), sebuah studi dari yang dikembangkan oleh beberapa ketuntasan belajar rata-rata 90% negara maju di dunia setiap tiga (SMK Negeri 3 Singaraja, 2011). standar KKM 75, dengan 2 Berdasarkan hasil wawancara lisan dominasi teori-teori yang berbentuk dengan guru bidang studi fisika di verbal (Andreas dalam Bhawayasa, SMK Negeri 3 Singaraja, untuk 2011). mendapatkan nilai hasil belajar fisika menyarankan dalam belajar sains di atas standar KKM sangatlah sulit agar dicapai. Untuk mencapai nilai KKM, kesempatan kepada peserta didik banyak siswa yang harus menempuh secara aktif memperoleh pengetahu remidi sampai berulang kali. Bahkan an, keterampilan berpikir, apresiasi ada beberapa siswa walaupun sudah dan pengertian tentang materi subjek berulang kali (subjek matter) (Raharjo, 2011). menempuh remidi masih juga belum bisa mencapai nilai standar KKM. Carin & diarahkan Sund pada (1975) pemberian Berdasarkan hasil wawancara lisan dengan guru bidang studi fisika Temuan tersebut mengindi di SMK Negeri 3 Singaraja dan kasikan bahwa upaya-upaya yang siswa yang telah mempelajari mata dilakukan meningkatkan pelajaran fisika di kelas X, pembe kualitas pendidikan belum mencapai lajaran fisika di SMK N 3 Singaraja hasil maksimal. Masih rendahnya sampai saat ini masih menggunakan hasil belajar peserta didik tersebut buku-buku atau bahan ajar cetak merupakan konvensional. Pendidik hanya meng kualitas untuk indikator mutu rendahnya pendidikan. Oleh gunakan sebuah buku sebagai satu- karena itu, perlu dianalisis secara satunya bahan ajar. Bahan ajar cetak cermat tersebut faktor-faktor penyebab hanya berisi ringkasan rendahnya hasil belajar peserta didik materi, contoh soal dan latihan- tersebut. latihan soal dalam pembelajaran Rendahnya hasil belajar peser fisika. Strategi pengorganisasian dan ta didik di bidang sains termasuk fisi penyampaian isi di dalam bahan ajar ka ditenggarai berhubungan dengan tersebut tidak terstruktur dengan baik proses pembelajaran yang belum dan memberikan peluang bagi peserta menarik. Materi yang disajikan di didik mengembangkan dalam bahan ajar cetak tersebut kemampuan bernalar secara kritis, banyak yang bersifat abstrak dan pola pengajaran yang cenderung di rumit sehingga siswa enggan untuk untuk kemasannya sangat tidak 3 membacanya apalagi mempelajari penggunaan gambar, foto, bagan, nya. Khusus untuk bahan ajar yang skema dan yang lainnya. Demikian berupa bahan cetak seperti modul pula belum banyak digunakan. Hal ini dijelaskan diduga sebagai salah satu penyebab sederhana, sesuai dengan tingkat rendahnya hasil belajar fisika peserta berfikir peserta didik kelas X di SMK Negeri 3 menjadi lebih Singaraja. Modul dapat membantu sekolah Modul sendiri yang oleh dikembangkan pendidik materi dalam yang rumit, dapat dengan cara yang didik, mudah mewujudkan sehingga dipahami. pembelajaran dapat yang berkualitas. Penerapan modul disesuaikan dengan karakteristik pe dapat menyediakan kegiatan pembela serta didik. Selain lingkungan sosial, jaran lebih terencana dengan baik, budaya, dan geografis, karakteristik mandiri, tuntas dan dengan hasil peserta didik juga mencakup tahapan (output) yang jelas. Modul dapat perkembangan peserta didik, kemam memfasilitasi peserta didik lebih puan awal yang telah dikuasai, tertarik dalam belajar, peserta didik minat, latar belakang keluarga, dan otomatis lain-lain. modul prerequisites, dan dapat meningkat dapat menjawab atau memecahkan kan hasil belajar (Depdiknas, 2008a). Pengembangan masalah ataupun kesulitan dalam belajar Menurut bertolak Santyasa (2009), belajar (Depdiknas, 2008a). Terdapat keuntungan sejumlah materi pembelajaran yang pembelajaran seringkali peserta didik sulit untuk modul adalah sebagai berikut: 1) memahaminya ataupun pendidik sulit meningkatkan motivasi peserta didik, untuk Kesulitan karena setiap kali mengerjakan tugas tersebut dapat saja terjadi karena pelajaran yang dibatasi dengan jelas materi tersebut abstrak, rumit, dan dan sesuai dengan kemampuan; 2) asing. Apabila materi pembelajaran setelah dilakukan evaluasi, pendidik yang bersifat abstrak, maka modul dan peserta didik mengetahui benar, mampu membantu peserta didik pada modul yang mana peserta didik menggambarkan yang telah berhasil dan pada bagian modul abstrak tersebut, misalnya dengan yang mana mereka belum berhasil; menjelaskannya. sesuatu yang dari diperoleh dengan dari penerapan 4 3) peserta didik mencapai hasil rumus, contoh soal, dan latihan soal. sesuai dengan kemampuannya; 4) Permasalahan-permasalahan bahan pelajaran terbagi lebih merata disajikan di dalam tersebut juga satu pendidikan karena semester; lebih bahan dan berdaya pelajaran 5) lain yang bahan bersifat ajar akademis guna, semata. Permasalahan yang disajikan disusun mengandung objek dan kejadian menurut jenjang akademik. Faktor dalam yang yang diidealkan yang tidak memiliki diduga kaitan dengan realitas peserta didik. sebagai penyebab rendahnya hasil Variabel-variabel belajar sains khususnya mata pelajar diketahui terspesifikasikan dengan an fisika di SMK Negeri 3 Singaraja jelas pada akhir kalimat soal dan adalah pembelajaran fisika yang variabel dijalankan oleh pendidik selama ini secara konsisten dilaporkan dalam masih satuan memisahkan pengetahuan yang yang perlu tidak dipecahkan yang konsisten. Hal ini formal fisika peserta didik dengan tampak mendorong strategi pemilih pengalaman sehari-hari peserta didik, an formula yang diingat yang berisi sehingga peserta didik berasumsi semua variabel yang tidak diketahui bahwa dan diketahui. pelajaran fisika tidak mempunyai hubungan dengan ke Berbagai penulis (Schank & hidupan mereka. Dari hasil review Cleary, Resnick, dan Johnson dalam peneliti terhadap bahan ajar kelas X Westera, semester digunakan bahwa sistem sekolah yang telah kegiatan muncul selama berabad-abad terakhir pendidik genap yang dalam 2011) mengungkapkan pembelajaran fisika di kelas di menghasilkan dapatkan bahwa, materi ajar yang belajar, karena tidak adanya konteks tersaji di dalam bahan ajar tersebut dunia nyata. Mereka berpendapat tidak pernah dikaitkan dengan objek- bahwa sekolah cenderung menjadi objek atau kejadian-kejadian aktual fokus di dunia nyata yang akrab dengan sendiri, peserta didik. Materi ajar yang pemisahan mendasar antara pem disajikan hanya berupa definisi dari belajaran dan dunia luar. Sebagai suatu konsep, sekumpulan rumus- akibatnya, sebagian besar anak-anak dalam yang efek dunia buruk internal pada itu mempromosikan 5 sekolah tidak dapat membuat si peserta didik dan kesulitan- hubungan antara apa yang mereka kesulitan dalam pembelajar an sains pelajari dan bagaimana pengetahuan (Duit & Treagust, 2003; Osborne & akan digunakan. Kebanyakan pada Freyberg, 1985; Skamp, 2008 dalam kelas-kelas Garbett, 2011). Pendidik-pendidik fisika, tujuan utama pembelajaran fisika adalah untuk sains mengajar peserta didik bagaimana menghilangkan memecahkan di didik dan memerangi sikap apatis akhir bab (Kim & Pak, 2001). mereka dengan mengandalkan pada Pemecahan masalah pada dasarnya unsur-unsur sains yang memancing bergantung pada konteks di mana kegembiraan masalah dan (Vanderlinden, 2007). Pembelajaran dihadirkan serta kemampuan peserta di sekolah-sekolah secara meningkat ‘correct menempatkan pembelajaran dengan context’ dan juga merujuk ke pola kebanyakan active learning modali kognitif terkait lainnya di mana ties. Modalities baru ini sering mungkin diaktifkan pada konteks membutuhkan pembelajaran lebih lain Kese kontekstual (contextual), konstruktif ditenggarai (constructive), belajar mandiri (self- sebagai penyebab rendahnya hasil directed), dan melibatkan peserta belajar fisika peserta didik kelas X di didik pada tugas-tugas higher order SMK Negeri 3 Singaraja. thinking meliputi analysis, synthesis, didik masalah-masalah diperkenalkan untuk mengenali (Finkelsteins, luruhan hal 2001). tersebut Sains adalah bidang yang biasanya berupaya untuk ke takutan peserta dan kekaguman dan evaluation. Kebanyakan active memancing beragam tanggapan dari student-centered peserta didik, umumnya termasuk dorong pendekatan yang lebih dalam kegembiraan, kagum, apatis dan untuk belajar dan dapat meningkat ketakutan (excitement, awe, apathy, kan hasil belajar (Macaulay, Damme and fear) (Vanderlinden, 2007). & Walker, 2009). Sains merupakan subjek learning men yang Untuk menjadikan pembelajar kompleks dan luas dan literatur an fisika lebih diminati oleh peserta penelitian pendidikan sains penuh didik menyajikan kajian-kajian miskonsep dalam kelas tidak bisa dipisahkan maka pembelajaran fisika 6 dari pengalaman dan lingkungan Jadi salah satu hal yang dapat sehari-hari peserta didik. Lave & diharapkan Wenger berargumen bahwa tidak ada masalah rendahnya pembelajaran konteks fisika peserta didik kelas X di SMK (context-free learning). Pengetahuan Negeri 3 Singaraja adalah dengan bebas situated merupakan memecahkan hasil belajar terikat menerapkan modul fisika konteks konteks (context-bound) (Libman, tual. Modul fisika kontekstual adalah 2010). bahwa modul fisika yang komponen ke harus giatan belajarnya dikaitkan dengan terhubung ke situasi kehidupan nyata objek-objek atau kejadian-kejadian di aktual di dunia nyata yang akrab Ini informasi menyiratkan yang mana dipelajari siswa menggunakannya. integrasi dan untuk cenderung Kurikulum diorganisasikan ter dengan kehidupan peserta didik. sekitar Pembelajaran kontekstual berkaitan masalah-masalah dunia nyata (real dengan life problems) dan menempatkan isu- kemampuan peserta didik dalam isu yang sama pentingnya untuk anak menggunakan muda dan orang dewasa (Vars, 1993 prinsip-prinsip yang dipelajari untuk dalam Mustafa, 2011). Kurikulum memecahkan masalah-masalah dunia terintegrasi nyata yang terkait dengan kehidupan fokus pada refleksi adanya tuntutan konsep-konsep Contextual akan dan learning relevansi kurikulum ke dunia nyata, sehari-hari. itu greatly benefits students by placing meningkatkan keterampilan dan their learning in relevant real life mendorong pendidik untuk mengajar situations which is the way many of lebih dalam waktu yang relatif us learn best (Macaulay, Damme & singkat. Allsopp, Kyger, dan Lovin Walker, 2009). berpikir (2007) tingkat tinggi menyatakan bahwa Wilkonson menguraikan pembelajaran yang menjadikan manfaat pembelajaran dengan me pengalaman dan lingkungan masukkan konteks, yaitu: 1) motivasi dan engagement sekeliling peserta didik dalam proses peserta didik pembelajaran akan sangat membantu sebagai hasil peserta didik untuk meningkatkan belajaran minat dan pemahaman peserta didik. didapatkan dari fenomena-fenomena dipahaminya yang relevan pem yang 7 dan contoh-contoh kehidupan nyata; menekankan pada penerapan konsep- dan 2) pengembangan berpikir kritis konsep dan prinsip-prinsip fisika dan daripada rumus-rumus apa yang akan keterampilan pemecahan masalah dengan pertanyaan dipusat digunakan. kan di sekitar konteks yang familiar Dengan akan pasti lebih efektif dalam pem contoh-contoh belajaran (Wan & Nguyen, 2006). tersebut, the “cold” physics theories Masalah kontekstual mengan cara membahas kehidupan nyata dapat menjadi masuk akal (sensible) dung objek dan kejadian aktual di dan dunia nyata yang akrab dengan pengalaman peserta didik. Dalam permasalahan Functions, limitations, dan relations kontekstual tampak adanya motivasi dari teori fisika dijelaskan dan atau alasan untuk mengetahui objek dipraktekan atau kejadian aktual di dunia nyata karena itu belajar fisika menjadi yang akrab dengan peserta didik. lebih Sebelum canggih (sophisticated) dan heuristic manipulasi dilakukan, memutuskan peserta 1) matematik didik harus mengidentifikasi relevan (relevant) hidup sehari-hari. berulang bermakna terhadap kali, oleh (meaningful), (Buncick, Betts & Horgan dalam Chang, 2011). variabel-variabel spesifik yang ber Hasil penelitian Kvam (2000) guna untuk menjawab pertanyaan; 2) mengindikasikan bahwa menggunak ragam konsep dan prinsip fisika yang an dapat diterapkan untuk menemukan meliputi variabel tersebut; 3) jenis informasi materials daripada hanya dengan yang diperlukan; dan 4) tempat dan mathematical concepts dan artificial cara informasi diperolah (Srijaya, problems 2005). Jadi terdapat konsep-konsep memori jangka panjang dengan lebih dan prinsip-prinsip tertentu, yang baik (Narli, 2011). diperlukan, dipertimbangkan, metode pembelajaran understandable dapat yang real mengembangkan dan Menurut Zimmerman, pem diputuskan dalam proses pemecahan belajaran kontekstual dapat mengem masalah dalam hal mengorganisasi bangkan kan perolehan informasi yang tepat. bahwa: 1) peserta didik diasumsikan Jadi pemecahan masalah kontekstual memiliki kesadaran diri dari potensi self-regulated learning, 8 yang mereka miliki dan dapat pada kontrol aktivitas kognitif sendiri digunakan dengan baik dalam proses dan menggunakan seluruh sumber self-regulating mencapai daya yang dimiliki individu, tugas output pembelajaran yang optimal; dan konteks sosial dalam rangka dan 2) peserta didik memiliki self- mencapai tujuan (Zimmerman, 1995; orientation terhadap siklus umpan Zimmerman & Martinez-Pons, 1988 balik dan refleksi selama proses dalam belajar terjadi (Komalasari, 2009). Zimmerman dan Martinez (dalam Beberapa Wibowo, 2011) menunjukkan bahwa untuk literatur menunjukkan Mih bahwa minat dalam fisika sangat keterampilan terkait dengan physics self-concept membentuk (Hoffman, mandiri 2002; Hannover & & Mih, 2010). self-regulated peserta dalam didik dapat yang melaksanakan Kassels, 2002; Hannover, 1991) dan kegiatan belajar. Pebelajar secara physics self-efficacy (Zhu, 2007) aktif (dalam Semela, 2010). informasi Belajar merupakan pengetahu regulasi mengkonstruksi dengan diri berbagai melaksanakan serta menciptakan an pribadi dari berbagai sumber lingkungan yang dapat mendukung (learning is self knowledge from kegiatan belajarnya. Keterampilan various resources). Hal ini muncul self-regulated berkontribusi terhadap dari keinginan terhadap pengetahuan kemampuan peserta dari diri peserta didik sendiri. Peserta mengelola pembelajaran dan pen didik rencana capaian akademiknya. Kitsantas dan (Kobsiripat, Zimmerman (dalam Wibowo, 2011) akan mereka menentukan sendiri Kidrakarn & Ruangsuwan 2011). menyatakan Self-regulated learning definitions self-regulated dapat memfasilitasi have involved learners who set goals, peserta didik dapat mengerjakan implement learning tugas-tugas evaluate, and plans, pembelajaran yang diberikan sehingga mampu mencapai and sasaran akademiknya. Self-regulated domain knowledge (Loyens et al., learning dapat memandu peserta 2008 didik dalam use keterampilan of metacognition, make self- bahwa didik untuk motivation Francom, 2010). Metakognisi berarti mencerminkan untuk belajar, dan jika lingkungan belajar diorganisasikan 9 secara kondusif ke dalam belajar bangan modul fisika kontekstual? 5) mandiri pem Bagaimanakah dan penelitian, yang dapat diukur dengan bertahan lama (durable) (Kobsiripat, melihat perbedaan antara skor-skor Kidrakarn & Ruangsuwan 2011). pretest dan posttest yang dicapai Pintrich (1999), yakin bahwa self- peserta didik dalam pembelajaran regulated learning mengacu pada dengan menggunakan modul fisika strategi yang digunakan peserta didik kontekstual? akan belajaran menciptakan efektif (effective) efektifitas produk untuk mengatur kondisi kognitif mereka dan mengelola sumber daya (manage resources), arti Pengembangan modul fisika operasi dan pengendalian lingkungan kontekstual ini menggunakan model the pengembangan Degeng. Langkah- environment) (Cheng, 2011). Ke langkah desain pembelajaran yang semuanya bermuara pada peningkat dikemukakan oleh Degeng (dalam an hasil belajar peserta didik. Tegeh & Kirna, 2010) (operating and dalam 2. Metode Pengembangan controlling adalah se Berdasarkan latar belakang bagai berikut. 1) analisis tujuan dan masalah tersebut, penelitian ini me karakteristik bidang studi; 2) analisis musatkan perhatian untuk menjawab sumber belajar; 3) analisis karak 5 (lima) pertanyaan penelitian. 1) teristik pebelajar; 4) menetapkan Bagaimanakah ahli tujuan belajar dan isi pembelajaran; terhadap draft pengembangan modul 5) menetapkan strategi pengorgani fisika kontekstual? 2) Bagaimanakah sasian isi pembelajaran; 6) menetap tanggapan peserta didik dalam uji kan perorangan terhadap draft pengem pembelajaran; 7) menetapkan strategi bangan modul fisika kontekstual? 3) pengelolaan pembelajaran; dan 8) Bagaimanakah pengembangan prosedur pengukuran tanggapan tanggapan peserta strategi penyampaian didik dalam uji kelompok kecil hasil pembelajaran. terhadap draft pengembangan modul Uji coba produk isi dalam fisika kontekstual? 4) Bagaimanakah penelitian pengembangan ini meli tanggapan user (pendidik) dalam uji puti 1) rancangan uji coba; 2) subyek lapangan terhadap draft pengem uji coba; 3) jenis data; 4) instrumen 10 pengumpulan data; dan 5) teknik lapangan diambil sampel dari satu analisis data. Uji coba dilakukan kelas peserta didik kelas X SMK N 3 dalam beberapa tahap yakni a) Singaraja ( 30 orang peserta didik) review oleh ahli isi dan ahli media; dan 1 orang pendidik. Instrumen b) review ahli desain pembelajaran; yang digunakan untuk mengump c) uji perorangan; d) uji kelompok ulkan kecil; dan 6) uji lapangan. Uji coba pengembangan ini adalah angket dan produk di review oleh, 1) ahli isi, ahli tes hasil belajar. Angket digunakan media dan ahli desain; 2) Uji coba untuk mengumpulkan hasil review perorangan diambil sampel 3 orang para ahli, peserta didik perorangan, peserta didik. Terdiri dari satu orang peserta peserta didik yang memiliki prestasi pendidik belajar tinggi, satu orang peserta lapangan. Sedangkan tes hasil belajar didik yang memiliki prestasi belajar digunakan untuk mengetahui hasil sedang, dan satu orang peserta didik belajar peserta didik sebelum dan yang memiliki prestasi belajar rendah sesudah menggunakan modul fisika pada kontekstual pada uji lapangan. mata pelajaran fisika. data didik dan dalam penelitian kelompok peserta kecil, didik uji Penentuan prestasi belajar didasarkan Dalam penelitian ini meng pada hasil prestasi belajar fisika gunakan dua teknik analisis data, peserta didik pada semester ganjil; 3) yaitu 1) teknik analisis deskriptif Uji coba kelompok kecil kualitatif diambil dan analisis deskriptif dari 9 orang peserta didik. Sembilan kuantitatif. Teknik analisis deskriptif orang peserta didik tersebut terdiri kualitatif digunakan untuk mengolah atas tiga orang peserta didik yang data hasil uji coba dari ahli isi, ahli memiliki prestasi belajar tinggi, tiga desain, ahli media, peserta didik orang peserta didik yang memiliki perseorangan, peserta didik kelom prestasi belajar sedang, dan tiga pok kecil peserta didik uji lapangan orang peserta didik yang memiliki dan pendidik, sedangkan analisis prestasi belajar rendah. Penentuan deskriptif prestasi belajar didasarkan pada hasil untuk mengolah data yang diperoleh prestasi belajar fisika peserta didik dari angket dalam bentuk deskriptif pada semester ganjil; 4) Uji coba prosentase. Rumus yang digunakan kuantitatif digunakan 11 untuk menghitung persentase dari masing-masing subjek adalah se 3. Hasil Penelitian bagai berikut. P Setelah draft modul fisika jawaban bobot pilihan 100% n bobot tertinggi kontekstual selesai dibuat yang kemudian disebut draft I, uji coba tahap pertama dilakukan review oleh Selanjutnya meng ahli isi dan ahli media dengan hitung persentase keseluruhan subjek menggunakan instrumen angket ahli digunakan rumus sebagai berikut. isi dan ahli media. Ahli isi dan ahli Persentase untuk F N media yang dilibatkan dalam me Data yang diolah pada uji lapangan adalah data hasil pretest dan posttest. kepada Pretest peserta didik diberikan sebelum pembelajaran dengan modul fisika kontekstual diberikan dan posttest diberikan kepada peserta didik setelah pembelajaran dengan modul fisika kontekstual selesai diberikan. Hipotesis penelitian diuji dengan ujit (paired samples t-test) dan dibantu dengan lunak menggunakan SPSS 16.0. adalah sebagai perangkat Ketentuannya berikut: 1) jika probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima, dan 2) jika probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak. Untuk memaknai keefektifan peningkatan hasil belajar, maka skor rata-rata posttest akan dococokkan dengan konversi kualifikasi hasil belajar SMK Negeri 3 Singaraja. review modul fisika kontekstual ini adalah seorang dosen yang juga merupakan guru besar pendidikan fisika di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Hasil review dari ahli isi dan media ini menyatakan bahwa modul fisika kontekstual yang dikembangkan sudah sesuai. Ahli isi memberikan saran agar contoh- contoh permasalahan realistik diper banyak. Berdasarkan hasil uji ahli isi dan ahli media tersebut dapat disimpulkan bahwa modul fisika kontekstual yang dikembangkan su dah layak untuk digunakan namun tidak menutup kemungkinan untuk diadakannya evaluasi kembali. Draft I yang sudah dirivew oleh ahli isi dan media kemudian direvisi sehingga menjadi draft II. Langkah selanjutnya draft II yang sudah direvisi diberikan kepada 12 ahli desain untuk direview dengan cantumkan browsing-browsing inter menggunakan instrumen ahli desain. net. Dari data angket ahli desain Ahli desain yang dilibatkan dalam yang diolah didapatkan persentase merivew modul fisika kontekstual ini sebesar adalah sangat seorang belajaran teknolog Program Universitas pem Pascasarjana baik dengan (Lampiran kualifikasi 2). Ber dasarkan hasil uji ahli desain tersebut Ganesha dapat disimpulkan bahwa modul Singaraja yang saat ini menjabat fisika kontekstual yang dikembang sebagai Sekretaris Program Studi kan sudah layak untuk digunakan Teknologi Pasca namun tidak menutup kemungkinan Pendidikan untuk diadakannya evaluasi kembali. Ganesha Singaraja. Hasil review dari Draft II yang sudah direview oleh ahli ahli sarjana Pendidikan 90% Pembelajaran Universitas desain ini secara umum memberikan komentar bahwa modul desain kemudian direvisi sehingga menjadi draft III. fisika kontekstual ini sudah baik. Draft III kemudian diuji coba Ahli desain memberikan beberapa oleh siswa perseorangan. Uji coba saran terhadap perseorangan dilakukan oleh tiga penyempurnaan modul fisika konteks orang peserta didik kelas XII TMM tual ini, diantaranya 1) susunan yang memiliki kemampuan tinggi, indikator 2) sedang dan rendah dalam mata konstruksi kompetensi dasar dan pelajaran fisika. Instrumen yang indikator hasil belajar disempurna digunakan adalah angket uji coba kan lagi; 3) sajian konsep/prinsip perorangan. Dari data angket siswa dibuat beda dengan sajian teks perseorangan yang diolah didapatkan lainnya; 4) rangkuman agar dibuat persentase keseluruhan subjek se strukturnya agar lebih menarik; 5) besar 91% dengan kualifikasi sangat untuk membuat hal-hal yang khusus baik (Lampiran 3). Berdasarkan hasil atau penekanan konsep, contoh dan uji coba siswa perseorangan tersebut yang lainya agar jenis huruf, warna dapat disimpulkan bahwa modul atau spasinya dibedakan; 6) penjelas fisika kontekstual yang dikembang an umum modul perlu diperjelas lagi; kan sudah layak untuk digunakan dan 7) daftar pustaka agar men namun tidak menutup kemungkinan dan komentar perlu dicermati; 13 untuk diadakannya evaluasi kembali. (Pendidik) yang diolah didapatkan Draft III yang sudah di uji coba persentase perorangan kemudian direvisi se kualifikasi baik (Lampiran 5). Uji hingga menjadi draft IV. coba lapangan juga dilaksanakan sebesar 83% dengan Draft IV kemudian diuji coba pada satu kelas peserta didik kelas X oleh kelompok kecil, dalam hal ini TKR 1 yang jumlahnya 29 orang. kelompok kecil adalah 9 orang Instrumen yang digunakan adalah peserta didik kelas XII TMM dengan angket menggunakan kelompok Berdasarkan data angket uji coba kecil. Dari data angket kelompok lapangan (Peserta didik) yang diolah kecil didapatkan persentase keseluruhan angket yang persentase diolah didapatkan keseluruhan subjek sebesar 85% dengan kualifikasi baik subjek dan tes sebesar hasil 90% belajar. dengan kualifikasi sangat baik. (Lampiran 4). Berdasarkan hasil uji Berdasarkan tes hasil belajar dapat didapatkan data skor-skor pretest dan disimpulkan bahwa modul fisika posttest kemudian dilakukan uji-t kontekstual dengan coba kelompok kecil yang dikembangkan taraf signifikansi 5% sudah layak untuk digunakan namun (α=0,05). Nilai rata-rata skor pretest tidak menutup kemungkinan untuk didapatkan sebesar 30,21, posttest diadakannya evaluasi kembali. Draft sebesar 75,17, dan nilai sig=0,001. IV coba Dengan demikian nilai sig 0,001< perseorangan dan kelompok kecil 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 kemudian direvisi kembali. Hasil diterima. Dengan kata lain terdapat revisi draft IV dicetak kembali perbedaan nilai rata-rata hasil belajar menjadi draft V. peserta didik setelah menggunakan yang sudah diuji Draft V kemudian diuji coba lapangan. Draft V diuji coba modul fisika kontekstual dengan peserta didik sebelum menggunakan lapangan oleh 1 orang pendidik modul fisika kontekstual. Ber fisika di SMK Negeri 3 Singaraja. dasarkan hasil uji lapangan tersebut Instrumen yang digunakan adalah dapat disimpulkan bahwa modul angket uji coba lapangan (Pendidik). fisika kontekstual yang dikembang Dari data angket uji coba lapangan 14 kan sudah teruji kelayakan dan terhubung ke situasi kehidupan nyata kefektifannya. di mana siswa cenderung mengguna kannya. Allsopp, Kyger, & Lovin 4. Pembahasan Berdasarkan data angket dalam uji siswa perorangan, kelom pok kecil, dan uji lapangan yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa modul fisika kontekstual yang dikembangkan ini rata-rata mendapat respon baik dari responden. Hal ini sejalan dengan hasil penelitiannya Gravenjer & Doorman, Hadi, Setya, Tuan, Wubles, dan Zulkardi dalam Syamaun, Chairawati & Zakaria (2010), yang menunjukkan bahwa peserta didik akan belajar lebih aktif dan berminat dengan penggunaan pendekatan realistik dalam proses belajar mengajar. Untuk menjadikan pembelajar an fisika lebih diminati oleh peserta didik maka pembelajaran fisika dalam kelas tidak bisa dipisahkan dari pengalaman dan lingkungan sehari-hari peserta didik. Lave & Wenger berargumen bahwa tidak ada pembelajaran bebas konteks (context-free learning), pengetahuan merupakan situated dan terikat konteks (context-bound) (Libman, 2010). informasi Ini menyiratkan yang dipelajari bahwa harus (2007) menyatakan belajaran yang bahwa menjadikan pem pe ngalaman dan lingkungan sekeliling peserta didik dalam proses pem belajaran akan sangat membantu peserta didik untuk meningkatkan minat dan pemahaman peserta didik. Luaran uji-t dengan meng bantuan SPSS 16.0 for gunakan Windows Evaluation Version menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest adalah 30,21 dan rata-rata nilai posttest adalah 75,17. Nilai probabilitasnya sebesar 0,001 < 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan modul fisika kontekstual tidak sama. Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik setelah menggunakan modul fisika kontekstual dengan peserta didik sebelum menggunakan modul fisika kontekstual. Dilihat dari konversi hasil belajar di SMK Negeri 3 Singaraja, nilai rata-rata posttest peserta didik 75,17 berada pada kualifikasi Baik, dan berada di atas 15 nilai KKM mata pelajaran fisika menyarankan bahwa pembelajaran sebesar 75. Melihat nilai rerata atau harus mean posttest yang lebih besar dari disetel untuk situasi kehidupan nyata nilai rerata atau mean pretest, dapat (Westera, 2011). Finkelstein (2001), dikatakan fisika mengemukakan bahwa pembelajaran meningkatkan bukan kegiatan sendiri, tetapi sebuah kontekstual bahwa modul dapat hasil belajar fisika siswa. dikontekstualisasikan dan kegiatan sosial yang dipengaruhi Hasil ini sesuai dengan hasil oleh konteks lokal, formasi tugas, penelitiannya Darta, Hardi Wirata, situasi dan budaya. Konteks ini Setiawan, Supartapa, dan Tika dalam secara analisis tidak terpisah, tetapi Bawayasa (2011), yang menyatakan menyatu dalam pembelajaran peserta bahwa pembelajaran kontekstual dan didik. konvensional memberikan dampak greatly benefits students dengan yang signifikan menempatkan pembelajaran mereka terhadap hasil belajar peserta didik, pada situasi kehidupan nyata yang di mana pembelajaran kontekstual relevan di mana merupakan jalan lebih untuk kebanyakan dari kita untuk belajar pencapaian hasil belajar peserta didik lebih baik (Bransford, Brown & dan mampu meningkatkan kualitas Cocking, 2000 ; dan Kolb, 1984 proses dan hasil belajar peserta didik. dalam Macaulay, Damme, & Walker, berbeda efektif secara digunakan Premis dasar dari contextual Pembelajaran kontekstual 2009). learning adalah pembelajaran tidak Wilkonson menguraikan dapat terjadi dalam a vacuum, tetapi manfaat pembelajaran dengan me dengan masukkan konteks, yaitu: 1) motivasi bagaimanapun harus dihubungkan dengan atribut dunia peserta didik dan engagement nyata yang masuk akal bagi peserta sebagai hasil dari dipahaminya didik. tersebut pembelajaran yang relevan didapat memungkinkan peserta didik untuk kan dari fenomena-fenomena dan menghubungkan pembelajaran contoh-contoh kehidupan nyata; dan simbolis seperti konsep dan prinsip- 2) pengembangan berpikir kritis dan prinsip untuk referen dunia nyata keterampilan mereka (Westera, 2011). Dewey dengan pertanyaan dipusatkan di Konteks praktis isi pemecahan masalah 16 sekitar konteks yang familiar akan pangkal tolak pembelajaran, mem pasti berikan berbagai keuntungan, seperti: lebih efektif dalam pem belajaran (Wan & Nguyen, 2006). Raharjo dalam peserta didik menjadi bersikap positif penelitiannya menunjukkan bahwa terhadap masalah, dan peserta didik hasil belajar kimia pada peserta didik akan tertantang untuk memecahkan yang mengikuti model pembelajaran masalah dengan berbagai cara. kontekstual (2011) peserta didik menjadi termotivasi, lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Sujanem et al (2009) dalam penelitiannya menunjukan hasil bahwa modul fisika kontekstual interaktif berbasis web relatif berhasil menurunkan jumlah peserta didik yang mengalami miskonsepsi. Dalam penelitiannya, Sujanem, Suwindra & Tika juga mengungkapkan hasil bahwa modul fisika kontekstual interaktif berbasis web dapat meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik. Sri Jaya (2005) melalui menunjukkan bahwa penelitiannya kinerja pe mecahan masalah fisika peserta didik yang belajar dengan menggunakan masalah realistik lebih baik daripada kinerja pemecahan masalah fisika peserta didik yang belajar dengan menggunakan masalah akademik. Hasil penelitian Suharta (2001) menunjukkan bahwa peng gunaan masalah realistik sebagai 5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan rumusan masa lah, hasil analisis data dan pem bahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1) Ahli isi dan media pembelajaran memberikan tanggapan bahwa modul fisika kontekstual ini sudah sesuai dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Ahli desain pembelajaran tanggapan bahwa memberikan modul fisika kontekstual ini sangat baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajar an, 2) Peserta didik dalam uji perorangan memberikan tanggapan bahwa modul fisika kontekstual ini sangat baik, 3) Peserta didik dalam uji kelompok kecil tanggapan bahwa kontekstual ini memberikan modul baik, 4) fisika User (pendidik) dalam uji lapangan mem berikan tanggapan bahwa modul fisika kontekstual ini baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajar 17 an, dan 5) Berdasarkan uji-t dengan bagai berikut. 1) Pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16.0 for produk yang dihasilkan hanya berupa Windows Evaluation Version me bahan ajar cetak yaitu modul fisika nunjukkan kontekstual, maka disarankan untuk bahwa rata-rata nilai pretest adalah 30,21 dan rata-rata pengembangan nilai posttest adalah 75,17. Nilai ngemas produk ini dalam bentuk probabilitasnya sebesar 0,001 < 0,05, bahan ajar elektronik seperti CD maka H0 ditolak. Hal ini berarti interaktif fisika kontekstual atau bahwa nilai rata-rata hasil belajar modul fisika kontekstual berbasis sebelum dan sesudah menggunakan blog/web. 2) Berdasarkan data yang modul fisika kontekstual tidak sama. didapatkan, Dengan dapat sampai pada tahap pre-eksperimen dikatakan bahwa terdapat perbedaan dengan hasil uji-t yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar peserta maka penelitian ini dapat dilanjutkan didik setelah menggunakan modul dengan tahap quasi eksperimen yang fisika kontekstual dengan peserta melibatkan kelompok kontrol. Kelom didik sebelum menggunakan modul pok eksperimen diberi perlakuan fisika dari pembelajaran dengan menggunakan konversi hasil belajar di SMK Negeri modul fisika kontekstual sedangkan 3 Singaraja, nilai rata-rata posttest kelompok kontrol diberi perlakuan peserta didik 75,17 berada pada pembelajaran dengan menggunakan kualifikasi Baik, dan berada di atas modul fisika konvensional. Karakter nilai KKM mata pelajaran fisika istik modul fisika kontekstual sangat sebesar 75. Melihat nilai rerata atau cocok dikombinasikan dengan model mean posttest yang lebih besar dari kooperatif Group Investigation (GI). nilai rerata atau mean pretest, dapat Variabel dikatakan fisika pemecahan masalah fisika, pemaham meningkatkan an konsep siswa atau kemampuan ungkapan kontekstual. kontekstual bahwa dapat lain Dilihat modul hasil belajar fisika siswa. selanjutnya penelitian terikatnya ini bisa me hanya kinerja berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan, maka dapat diajukan beberapa saran se 18 DAFTAR PUSTAKA Adnyana, P. B. 2004. Pengembangan model pembelajaran ko operatif bermodul yang berwawasan sains tenologi dan masyarakat (STM) dan pengaruh implementasinya terhadap hasil belajar biologi siswa SMA di Singaraja. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Ma lang. Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for learning, teaching, and assessing. New York: Longman. Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Ja karta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara. Atiomo, W. 2009. A constructivist strategy for medium/large student groups-the contex tual learning model. The Open Medical Education Journal. 2. 1-9. Bawayasa, I P. G. 2011. Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar fisika peserta didik kelas X SMA ditinjau dari moti vasi berpretasi. Tesis (Tidak dipublikasikan). Singaraja: Program Pasca Sarjana Universitas Pendi dikan Ganesha. Candiasa, I M. 2010. Pengujian instrumen penelitian diser tai aplikasi iteman dan bigsteps. Singaraja: Univer sitas Pendidikan Ganesha. Chang, W. 2011. Limitation and function: Four examples of integrating thermodyna mics. Asia-Pasific Forum on Science Learning and Teaching. 12(1). 1-8. Cheng, E. C. K. 2011. The role of self regulated learning in enhancing learning perfor mance. The International Journal of Research and Review. 6(1). 1-16. Cole, M. 1996. Cultural Psycology: A once and future discipline. Cambridge: Har vard University Press. Crawford, M. 2001. Teaching in context builds understand ding. Contextual Teaching Exchange. 1(1). 1-2. Depdiknas. 2008a. Panduan pe ngembangan bahan ajar. Dirjen Dikdasmen Direk torat Pembinaan SMA. Depdiknas. 2008b. Teknik pe nyusunan modul. Dirjen Dikdasmen Direktorat Pembinaan SMK. Depdiknas. 2008c. Penyusunan la poran hasil belajar peserta didik. Dirjen Dikdas men Direktorat Pembinaan SMA. 19 Depdiknas. 2008d. Panduan pe ngembangan indikator. Dirjen Dikdasmen Direkto rat Pembinaan SMA. Depdiknas. 2008e. Panduan pe ngembangan materi pem belajaran. Dirjen Dikdas men Direktorat Pembinaan SMA. Depdiknas. 2008f. Penulisan modul. Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tena ga Kependidikan. Etuk, E. N., Etuk, G. K., Eyo, E. U. E., & Samuel, J. 2011. Constructivist instructional strategy pupils’ achieve ment and attitude toward primary science. Bulgarian Journal of Science and Education Policy. 5(1). 3046. Fakir, R. M., & Kumari, R. 2007. Effective use of textbooks: A neglected aspect of education in Pakistan. Journal of Education for International Deve lopment, 3(1), 1-12. Finkelsteins, N. D. 2001. Context in the context of physics and learning. San Diego: Department of Physics and Laboratory of Compa rative Human Cognition University of California. Available at: http://lchc.ucsd.edu/nfinkels/perc.context. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2011. Francom, G. M. 2010. Teach me how to learn: Principle for fostering students’ selfdirected learning skils. International Journal of Self-Directed Lear ning. 7(1). 29-39. Garbett, D. 2011. Constructivitism deconstructed in science teacher education. Australi an Journal of Teacher Education. 36(1). 36-49. Horsley, M., Knight, B., & Huntly, H. 2010. The role of textbooks and other teach ing and learning resources in higher education in Australia: Change and continuity in supporting learning. IARTEM 1Journal. 3(2). 43-61. Kobsiripat, W., Kidrakarn, P., & Ruangsuwan, C. 2011. The development of self directed learning by using SDL e-training system. European Journal of Social Science. 21(4). 556562. Komalasari, K. 2009. The effect of contextual learning in civic education on students’ civic competence. Journal of Social Science. 5(4). 261-270. Libman, Z. 2010. Integrating real-life data analysis in teaching descriptive statistics: A constructivist approach. Journal of Statistics Educations. 18(1). 1-23. 20 Macaulay, J. O., Damme, V., & Walker, K. Z. 2009. The use of contextual learning to teach biochemistry to dietetic students’. Bio chemistry and Molekular Biology Education. 37(3). 137-143. Mahayukti, G. A. 2003. Pengaruh penerapan pendekatan re alistik terhadap penalaran dan komunikasi mate matika peserta didik SLTP 1 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 75-77. Mariawan, I. M., & Suma, K. 2009. Pengembangan perangkat pembelajaran fisika SMP berotientasi contextual open-ended problem solv ing. Laporan Penelitian. Lemlit Undiksha. Mih, C., & Mih, V. 2010. Component of self regulated learning: Impli cation for school perform ance. Acta Didactica Napocensia. 3(1). 39-48. Mustafa, J. 2011. Proposing a model for intergration of social issues in school curri culum. International Jour nal of Academic Research. 3(1). 925-931. Narli, S. 2011. Is constructivist learning environment realy effective on learning and long-term knowledge reten tion in mathematics? Exam ple of the infinity concept. Eduational Research and Review. 6(1). 36-49. Nugraheni, D. 2007. Meningkatkan minat belajar sains (IPA) dengan menggunakan pen dekatan kontekstual (CTL) pada pokok bahasan cahaya peserta didik kelas V semester II sekolah dasar negeri kedungmudu 01 semarang tahun pelajaran 2006/2007. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Negeri Semarang. Oka, G. P. A. 2011. Pengembangan bahan ajar interaktif ber basis component display theory (CDT) pada mata kuliah multimedia jurusan teknologi pendidikan FIP Undiksha. Tesis (Tidak dipublikasikan). Singaraja: Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Raharjo, S. 2011. Pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar kimia ditinjau dari moti vasi berprestasi: Studi eksperimen pada peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kuta. Tesis (Tidak dipublikasikan). Singaraja: Program Pasca Sarjana Universitas Pen didikan Ganesha. Rusmono, D. 2009. Sajian materi penulisan modul. Bandung: Universitas Pen didikan Indonesia. 21 Sadiman, A. S., Raharjo, R., Haryono, A., & Rahar djito. 2005. Media pen didikan: Pengertian, pe ngembangan dan pe manfaatannya. Jakarta: PT RajaGra findo Persada. Santrock, J. W. 2008. Psikologi pendidikan, edisi kedua. Jakarta: Kencana. Santyasa, I W. 2003. Pendidikan, pembelajaran, dan penilaian berbasis kom petensi. Makalah. Disaji kan dalam seminar akademik HMJ pendidikan fisika IKIP Negeri Singaraja tanggal 27 Februari 2003. Santyasa, I W. 2004. Pengaruh model dan seting pem belajaran terhadap remidi asi miskonsepsi, pemaham an konsep dan hasil belajar fisika pada peserta didik SMU. Orasi ilmiah (tidak dipublikasikan). Pengenal an Jabatan Pendidik Besar Tetap dalam Disiplin Ilmu Pendidikan Fisika Universi tas Pendidikan Ganesha Singaraja tanggal 28 Agustus 2006. Santyasa, I W. 2006. Pengakomo dasian perubahan para digma peserta didik dalam pembelajaran. Makalah disajikan dalam pelatihan bagi para pendidik TK, SD, SMP, SMA, dan SMK tanggal 12-14 januari 2009, di kecamatan Nusa Penida kabupaten Klung kung. Santyasa, I W. 2009. Metode penelitian pengembangan dan teori pengembangan modul. Makalah disajikan dalam pelatihan bagi para pendidik TK, SD, SMP, SMA, dan SMK tanggal 12-14 januari 2009, di kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Santyasa, I W. 2011. Pengembangan tes: Analisis butir dan konsistensi internal-nya (bahan ajar mata kuliah metode penelitian dan analisis data kuan-titatif). Singaraja: Program Pascasarjana Undiksha. Seels, B. B., & Richey, R. C. 1994. Instructional technology: The definition and domains of the field. Washington: Association for Educational and Technology. Semela, T. 2010. Who is joining physics and why? Factor influencing the choice of physics among Ethiopin university students. Inter national Journal of en vironmental & Science Education. 5(3). 319-340. Setiawan, I. G. A. N. 2008. Penerap an pengajaran kontekstual berbasis masalah untuk meningkatkahn hasil bela jar biologi peserta didik kelas X2 SMA Labo ratorium Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengem 22 bangan Pendidikan. 2(1). 45-59. Srijaya, S. P. 2005. Pengaruh tipe masalah dalam pembelajar an pemecahan masalah dengan setting kelas kelom pok kompetitif terhadap kinerja pemecahan masa lah fisika peserta didik SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2004/2005. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Sudjana. 1996. Metoda Statika. Bandung: Tarsito. Suharta, I. G. P. 2001. Pendidikan matematika realistik Indo nesia (PMRI): Pengem bangan dan pengimple mentasian prototype I dan II pada peserta didik SD di Singaraja. Makalah disaji kan dalam konferensi nasional matematika XI dan kongres HMI di UM. 22–25 Juli. Sujanem, R., Suwindra, I. N. P., & Tika, K. 2009. Pengem bangan modul fisika kontekstual interaktif ber basis web untuk mening katkan pemahaman konsep dan hasil belajar fisika peserta didik SMA di singaraja. Laporan pe nelitian. Lemlit Undiksha. Syamaun, M., Chairawati., & Zakaria, F. 2010. Pen dekatan matematika realis tik: Cara efektif meningkat kan pemahaman logika matematika peserta didik. Makalah diseminarkan di SepNas FKIP Unsyiah, Banda Aceh, 24–25 Juni 2010. Tegeh, IM., & Kirna,IM. 2010. Pengembangan bahan ajar metode penelitian pengem bangan pendidikan dengan ADDIE model. Laporan Penelitian. Puslit Undik sha. Vanderlinden, D. W. 2007. Teaching the content and context of science: The effect of using historical narratives to tech the nature of science and science content in an under graduate introductory geology course. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Iowa: Iowa State University. Vesali, M., & Noori, N. 2009. The role of context in students’ styles of answering physics questions. Pro ceedings of the 2nd International Conference of Teaching and Learning. Malaysia: INTI University Colege. Wan, N., & Nguyen, V. T. 2006. Investigating the integrati on of everyday phenomena and practical work in physics teaching in Vietnamese high schools. International Education Journal. 7(1). 36-50. 23 Warpala, I W. S. 2011. Pedoman dasar pengembangan ba han ajar cetak dan pemilih an media pembelajaran. Makalah disampaikan da lam Pelatihan pengembang an bahan ajar bagi pendidik-pendidik SD, SMP, SMA dan SMK se Propinsi Bali, pada tanggal 9 – 13 Mei 2011. Warsita, B. 2011. Teknologi pem belajaran: Landasan dan aplikasinya. Jakarta: Ri neka Cipta. Webmaster, M. 2003. On-line diction ary. Avaliable at: http:// www.webmaster-.com/. Diakses pada tanggal 12 November 2011. Westera, W. 2011. On the changing nature of learning context: Anticipating the virtual extensions of the world. Educational Technology & Society. 14(2). 201-212. Wibowo, I G. A. W. 2011. Ke terampilan self-regulated peserta didik dalam pem belajaran fisika dan kaitannya dengan prestasi belajar: Studi kasus di kelas XI IA 5 SMA Negeri 1 Semarapura. Tesis (Ti dak dipublikasikan). Singa raja: Program Pasca Sar jana Universitas Pendidi kan Ganesha. Wren, J., & Wren, B. 2009. Enhancing learning by integrating theory and practice. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. 21(2). 258-265. 24