PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 91 KANDUNGAN KLOR TANAMAN KELAPA SAWIT BERDASARKAN JENIS TANAH DAN PENGGUNAAN PUPUK Dedi Soleh Effendi 1) dan A. Kasno 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2 Balai Penelitian Tanah 1 ABSTRAK Perkembangan tanaman kelapa sawit tidak lepas dari peningkatan penggunaan pupuk. Pupuk sumber K yang umum digunakan adalah KCl, MOP dan NPK. Sumber pupuk tersebut mengandung hara Cl sebagai ikutan. Klor (Cl) merupakan hara yang mobile dalam tanaman, fungsinya berhubungan dengan pembukaan stomata dan respirasi daun tanaman. Kisaran optimal konsentrasi Cl dalam tanaman adalah 0,3 – 1,0 g Cl/kg berat kering. . Unsur klorida dalam kelapa sawit berasal dari penggunaan pupuk yang mengandung klorida seperti pupuk KCl (47,55% Cl), MOP (47,55% Cl), NPK, CaOCl. Tujuan penelitian ini adalah menelaah kadar klor dalam tanaman dan tanah pada perkebunan kelapa sawit berkaitan dengan penggunaan pupuk dan jenis tanah. Penelitian dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah, daun dan buah kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit di Cikelet, Garut; Malingping, Pandeglang; PT Agricinal, Bengkulu Utara, dan Eno, Indragiri Hilir. Contoh tanah, daun dan buah kelapa sawit diambil pada kebun kelapa sawit yang telah menghasilkan, pada jenis tanah yang bervariasi. Prinsip analisis Cl adalah Cl- ditetapkan secara argentometri metode Mohr. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kadar Cl dalam tanah dan buah kelapa sawit dalam kondisi rendah, sedangkan kadar Cl dalam daun termasuk sedang, (2) kadar Cl dalam tanah dipengaruhi secara positif oleh Corganik dan negatif oleh KTK tanah, (3) kadar Cl dalam daun dan buah kelapa sawit tidak dipengaruhi oleh kadar Cl dalam tanah. Namun kadar Cl dalam daun berpengaruh terhadap kadar Cl dalam buah kelapa sawit, (4) applikasi bahan organik tandan kelapa sawit kosong dapat menurunkan kadar Cl dalam buah, dan (5) kadar Cl dalam buah kelapa sawit terendah pada tanah Ordo Ultisol. Kata kunci : Kelapa sawit, chlor, jenis tanah, pupuk PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang sangat pesat perkembangannya di Indonesia. Luas tanaman kelapa sawit pada periode 2000-2006 meningkat 46%. Perkembangan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan, masing-masing 45 dan 57%. Pada periode yang sama produksi kelapa sawit di Indonesia meningkat 91% (7,00 – 13,39 juta ton) (www.deptan.go.id). Perkembangan tanaman kelapa sawit tidak lepas dari peningkatan penggunaan pupuk. Pupuk sumber K yang umum digunakan adalah KCl, MOP dan NPK. Sumber pupuk tersebut mengandung hara Cl sebagai ikutan. Pada awalnya pupuk KCl yang diperhitungkan hanya hara K, namun belakangan diketahui bahwa hara Cl juga merupakan hara mikro esensial yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Klor merupakan hara yang mobile dalam tanaman, fungsinya berhubungan dengan pembukaan stomata dan respirasi daun tanaman. Kekurangan klor terjadi pada tanah berpasir dengan curah hujan tinggi. Kisaran optimal konsentrasi Cl dalam 92 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 tanaman adalah 0,3 – 1,0 g Cl/kg berat kering (Marschner, 1995). Kadar Cl dalam daun kelapa dikatakan kekurangan, optimum, dan kelebihan apabila mengandung Cl < 0,25, 0,50 0,70, dan >1,00% (von Uexkull, 2004). Di dalam minyak kelapa sawit ditemukan senyawa 3-monochloro-propan-1,2-diol ester (3-MCPD Ester) yang termasuk dalam kelompok chloropropanol yang bersifat genotoxin carcinogen. Unsur klorida dalam kelapa sawit berasal dari penggunaan pupuk yang mengandung klorida seperti pupuk KCl (47,55% Cl), MOP (47,55% Cl), NPK, CaOCl. Makalah ini menelaah kadar klor dalam tanaman dan tanah pada perkebunan kelapa sawit berkaitan dengan penggunaan pupuk dan jenis tanah. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah, daun dan buah kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit di Cikelet, Garut; Malingping, Pandeglang; PT Agricinal, Bengkulu Utara, dan Eno, Indragiri Hilir. Contoh tanah, daun dan buah kelapa sawit diambil pada kebun kelapa sawit yang telah menghasilkan, pada jenis tanah yang bervariasi. Contoh tanah diambil secara komposit, satu contoh tanah merupakan gabungan dari 8-10 contoh. Contoh tanah diambil pada piringan tanaman kelapa sawit menggunakan bor tanah dengan kedalaman 0-30 cm. Contoh tanah dijadikan satu, dicampur dan diaduk sampai rata kemudian diambil + 1 kg. Diberi label blok, desa, kecamatan dan kabupaten. Selanjutnya contoh tanah dikeringkan, ditumbuk dan diayak dengan ayakan berukuran 2 mm, dan dianalisis kadar Cl di laboratorium. Contoh daun diambil ditempat dimana contoh tanah diambil. Contoh daun tanaman kelapa sawit diambil pada daun (pelepah) No 17. Setiap tanaman diambil satu daun (pelepah), setiap pelepah diambil 4 helai daun yang berada ditengah-tengah pelepah pada tempat terjadi julur pada tulang daun. Setiap contoh daun terdiri dari 24 helai daun atau 6 pelepah yang diambil dari 6 tanaman. Contoh daun dimasukkan ke dalam kantong kertas yang sudah diberi lubang perfurator, untuk menghindari pembusukan saat transportasi. Contoh daun dicuci agar bersih dari debu atau kotoran yang menempel dan lidi dibuang, kemudian dikeringkan dengan oven dengan suhu 70o C selama 24 jam. Selanjutnya digiling dan dianalisis hara Cl di laboratorium. Tandan buah segar kelapa sawit diambil pada saat buah matang panen pada tanaman kelapa sawit yang diambil contoh daunnya. Matang panen dicirikan dengan kulit buah telah berwarna orange (jingga) dan terdapat kurang dari 10 brondolan yang jatuh pada piringan. Satu tandan kelapa sawit diambil 15 buah secara acak, dan dijadikan satu. Buah kelapa sawit diambil dan dikeringkan di oven, dan digiling, kemudian dianalisis hara Cl. Jenis tanah dapat diketahui dari peta tanah setiap kebun atau kondisi tanah di lapang. Untuk melengkapi data pada saat pengambilan contoh tanah perlu ditanyakan jenis pupuk yang digunakan, dosis pemberian setiap pohon atau per ha. Metode pemberian pupuk yang dilakukan oleh perusahaan atau petani. Prinsip analisis Cl adalah Cl- ditetapkan secara argentometri metode Mohr. Cl- dalam ekstrak diberi indikator khromat, maka ion perak dari AgNO3 dengan ion Cl- akan memberikan endapan putih dan kelebihan Ag+ dengan khromat membentuk endapan berwarna merah bata. PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 93 Cara kerja: 1 g contoh ditimbang ke dalam labu ukur 100 ml, ditambah 50 ml aquadest, dikocok dengan mesin pengocok selama 30 menit dengan kecepatan 200 goyangan/menit. Kemudian ditambah air aquadest sampai tera 100 ml, dikocok dengan tangan (cara bolak balik). Larutan disaring dengan kertas saring sampai jernih. Pipet 10 ml ekstrak jernih ke dalam erlenmeyer, ditambah beberapa tetes indikator kromat 5%. Dititar dengan larutan AgNO3 0,01N, sampai terbentuk endapan merah bata. Catat volume titran (Vc), dibuat juga penetapan blangko dari air aquadest (Vb). HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Cl pada kebun kelapa sawit Malingping, Pandeglang Kebun kelapa sawit di Malingping, Pandeglang terletak pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 2.554 – 3.715 mm/tahun dengan hari hujan berkisar antara 111 – 157 hari/tahun. Pupuk yang digunakan untuk pemupukan kelapa sawit adalah Urea, TSP, MOP, Kalphos dan Dolomit. Tanah di Malingping, Pandeglang, Banten termasuk Ordo Ultisol dan Oxisol. Tanah Oxisol bertekstur liat, ber pH agak masam, kadar C-organik dan N-total rendah. Kadar P terekstrak HCl 25 % dan Bray 1 tinggi. Kadar K terestrak HCl 25 % dan K terekstrak NH4OAC 1N pH 7 termasuk sedang –tinggi. Kadar Ca, Mg, Na, dan KTK rendah. Kejenuhan basa tanah rendah, hal ini berarti tanah didominasi oleh kation yang bersifat masam, kejenuhan al 25-36 %. Kejenuhan Al dikatakan rendah dan agak rendah apabila kejenuhan Al tanah 30 dan 35 % ( Dierolf et al., 2000 ). Tanah Ultisol di Malingping bertekstur liat,dengan pH agak masam (berkisar antara 4,85-5,60). Kadar P terekstrak HCL 25 % dan Bray 1 bervariasi dari rendah sampai tinggi. Kadar K terekstrak HCL 25 % termasuk sedang sampai tinggi, dan K teresktrak NH4Oac 1N pH 7 rendah. Kadar Ca, Mg tinggi, dan KTK rendah, serta kejenuhan al rendah. Dari hasil analisis daun di laboratorium angka batas kritis hara N, P, K dan Cl pada daun kelapa sawit No. 17 berturut-turut adalah 2,50; 0,15; dan 1,00 ( Fairhurst dan Mutert, 1999 ). Kadar N dan P pada tanah di Malingping, Pandeglang berada pada kisaran batas krisis. Sedangkan berdasarkan Fairhurst et al., (2006 ) kadar N berada dalam kondisi kekurangan, sedangkan hara P berada dalam kondisi optimum. Kadar K berada di bawah batas kritis dan dalam kondisi kekurangan. Kadar Cl dalam tanah bervariasi dari 0,002-0,012%, dalam daun bervariasi 0,700,84%, serta kadar Cl dalam buah bervariasi antara 0,19-0,40% (Tabel 1). Berdasarkan Von Uexkull (2004), kadar Cll dalam daun termasuk optimum. Tidak terdapat perbedaan yang nyata kadar Cl baik dalam tanah, daun dan buah antara pada tanah Ultisol dan Oxisol. Tabel 1. Kadar Cl dalam tanah, daun dan buah kelapa sawit di Malingping, Pandeglang Jenis tanah Oxisol Oxisol Ultisol Ultisol Ultisol Ultisol 94 Tanah 0,002 0,004 0,005 0,005 0,006 0,004 Kadar Cl (%) dalam Daun 0,84 0,76 0,72 0,79 0,77 0,70 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 Buah 0,26 0,32 0,31 0,29 0,40 0,19 Cikelet, Garut Perkebunan kelapa sawit di Cikelet, Kabupaten Garut terletak pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 2.039 – 2.510 mm. Pupuk yang digunakan untuk pemupukan kelapa sawit adalah Urea, KCl dan SP-36. Tanah di Cikelet, Garut, Jawa Barat termasuk Ordo Entisol dan Inceptisol. Tanah pada perkebunan kelapa sawit di Cikelet, Garut bertekstur lempung berliat, bersifat agak masam dengan pH berkisar antara 5,20-5,46. Kadar C-organik sedang dan Ntotal rendah sampai sedang. Rendahnya kadar C-organik karena tandan kosong dan pelepah daun tidak dikelola secara optimal sebagai bahan organik, sebagai pembenah tanah digunakan zeolit. Terdapat hubungan yang erat antara kadar C-organik dan N-total ( Kasno dan Subarja, 2010 ). Kadar P dan K dalam tanah cukup tinggi, kadar Ca, Mg dan kejenuhanbasa tinggi, serta kejenuhan Al rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembatas kesuburan tanah pada perkebunan di Cilelet adalah kadar C-organik dan N-total. Kadar Cl dalam tanah bervariasi dari 0,006-0,010%, dalam daun bervariasi 0,580,71%, serta kadar Cl dalam buah bervariasi antara 0,19-0,30% (Tabel 2). Berdasarkan Von Uexkull (2004), kadar Cl dalam daun termasuk optimum. Tidak terdapat perbedaan yang nyata kadar Cl baik dalam tanah, daun dan buah antara pada tanah Entisol dan Inceptisol. Tabel 2. Kadar Cl dalam tanah, daun dan buah kelapa sawit di Cikelet, Garut Jenis tanah Tanah 0,009 0,006 0,008 0,010 Entisol Inceptisol Inceptisol Inceptisol Kadar Cl (%) dalam Daun 0,65 0,71 0,58 0,66 Buah 0,22 0,28 0,30 0,19 Pasar Sebelat, Bengkulu Utara Perkebunan kelapa sawit terletak pada lahan dengan jenis tanah dominan Ultisol. Lahan dikelola dengan memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit dengan dosis 30 t/ha, ditambah 1 kg dolomit dan 1 kg P-alam/pohon. Lahan kebun kelapa sawit bertekstur liat, dengan tanah agak masam (pH 5,10 – 5,78), kadar C-organik bervariasi dari sedang sampai tinggi, N-total rendah. Hara P dan K bervariasi dari rendah sampai tinggi. Kadar Ca dan Mg tinggi, KTK rendah, serta kejenuhan basa bervariasi dari 28 – 88%. Kejenuhan Al dalam tanah bervariasi dari 0 – 30%, namun sebagian besar <10%. Kadar Cl dalam tanah sangat bervariasi dari 0,006 – 0,022%, kadar Cl dalam daun kelapa sawit bervariasi dari 0,58 – 0,81% dan dalam buah berkisar antara 0,08 – 0,16%. PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 95 Tabel 3. Kadar Cl dalam tanah, daun dan buah kelapa sawit di Pasar Sebelat, Bengkulu Utara Jenis tanah Ultisol Ultisol Ultisol Ultisol Ultisol Ultisol Ultisol Ultisol Tanah 0,008 0,007 0,008 0,022 0,006 0,014 0,007 0,013 Kadar Cl (%) dalam Daun 0,69 0,66 0,68 0,66 0,61 0,61 0,58 0,81 Buah 0,15 0,11 0,09 0,15 0,16 0,08 0,09 0,14 Eno, Indragiri Hilir Perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Eno, Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada tanah gambut. Pupuk yang digunakan dalam perkebunan adalah urea, P-alam CIRP, MOP, kaptan dan janjang kososng kelapa sawit. Sebagian besar tanaman tumbuh melengkung, dan banyak terdapat serangan Ganoderma. Kadar Cl dalam tanah gambut bervariasi dari 0,048 – 0,081%, dalam daun kelapa sawit berkisar antara 0,46 – 0,99%, dan dalam buah berkisar antara 0,20 – 0,26%. Kadar Cl dalam tanah gambut lebih tinggi daripada tanah mineral. Tabel 4. Kadar Cl dalam tanah, daun dan buah kelapa sawit di Eno, Indragiri Hilir Jenis tanah Gambut Gambut Gambut Gambut Gambut Gambut Tanah 0,049 0,079 0,075 0,048 0,081 0,055 Kadar Cl (%) dalam Daun 0,73 0,99 0,79 0,46 0,50 0,46 Buah 0,26 0,25 0,23 0,20 0,21 0,18 Hubungan sumber pupuk dengan kadar Cl dalam tanah, daun dan buah Pupuk sumber Cl yang digunakan pada perkebunan kelapa sawit di Malingping adalah pupuk KCl dan NPK, Pameungpeuk menggunakan pupuk NPK, di Seblat, Putri Hijau, Bengkulu Utara menggunakan pupuk organik dari tandan kosong, sedangkan di Indera Giri Ilir, Riau menggunakan pupuk MOP. Kadar Cl dalam tanah cukup rendah, yaitu < 0,012%, tertinggi pada tanah yang diberi pupuk organik tandan kosong kelapa sawit (Gambar 1). Sedangkan yang menggunakan pupuk NPK dan KCl lebih rendah. 96 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 K a d a r C l d a l a m ta n a h ( % ) 0 ,0 1 2 0 ,0 1 0 ,0 0 8 0 ,0 0 6 0 ,0 0 4 0 ,0 0 2 0 N PK KC l T an d an k os ong L o k a s i P e n e liti a n Gambar 1. Kadar Cl dalam tanah pada berbagai sumber Cl yang digunakan Kadar Cl dalam tanah dipengaruhi secara positif pH H2O, kadar pasir, C-organik, Ntotal dan kejenuhan basa. Sedangkan dipengaruhi secara negatif oleh Ca, KTK, dan kadar Al (Tabel 5). Kadar Cl dalam daun tertinggi pada lahan yang dipupuk dengan KCl, dan yang dipupuk NPK dan bahan organik tandan kosong (Gambar 2). Kadar Cl dalam buah kelapa sawit terendah pada tanah yang diberi bahan organik tadan buah kelapa sawit kosong (Gambar 2 dan 3). Hal ini mungkin bahan organik dapat mengikat Cl dan tidak tersedia bagi tanaman. Tabel 5. Korelasi beberapa sifat kimia tanah terhadap kadar Cl dalam tanah Kad ar C l d alam d a u n (% ) Sifat kimia tanah pH H2O Pasir C-organik N-total Nilai korelasi 0,27 0,38 0,60 0,38 Sifat kimia tanah Ca KTK KB Al Nilai korelasi -0,35 -0,46 0,05 -0,22 0 ,9 0 ,8 0 ,7 0 ,6 0 ,5 0 ,4 0 ,3 0 ,2 0 ,1 0 N PK KC l Tan d an kosong L o k a s i P e n e lit i a n Gambar 2. Kadar Cl dalam daun kelapa sawit pada berbagai sumber Cl yang digunakan PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 97 bu a h (% ) Kad ar C l d alam 0 ,4 0 ,3 5 0 ,3 0 ,2 5 0 ,2 0 ,1 5 0 ,1 0 ,0 5 0 NPK KCl T an d an kosong L o k a s i P e n e lit i a n Gambar 3. Kadar Cl dalam buah kelapa sawit pada berbagai sumber Cl yang digunakan Hubungan kadar Cl dalam tanah daun dan buah 1 0,5 0 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 Kadar Cl dalam tanah (%) Kadar Cl dalam buah (%) Kadar Cl dalam daun (%) Kadar Cl dalam daun dan buah kelapa sawit tidak dipengaruhi oleh kadar Cl dalam tanah. Sementara berdasarkan data dari perkebunan Indragiri Hilir diketahui bahwa penambahan pupuk MOP dari tahun 2006 sampai 2009 tidak berpengaruh terhadap kadar Cl dalam daun. Sementara kadar Cl dalam daun berpengaruh terhadap kadar Cl dalam buah (Gambar 4). Bagaimana dinamika Cl dalam tanah, serta pengaruh Cl dalam daun terhadap Cl dalam daun belum diketahui. y = -8,229x + 0,275… 0,50 0,00 0 0,01 0,02 0,03 Kadar Cl dalam tanah (%) Kadar Cl dalam buah (%) y =0,5 0,582x - 0,197 R² = 0,224 0 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 Kadar Cl dalam daun (%) Gambar 4. Hubungan kadar Cl dalam tanah, daun dan buah 98 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 KESIMPULAN 1. Kadar Cl dalam tanah dan buah kelapa sawit termasuk kategori rendah, sedangkan kadar Cl dalam daun termasuk kategori sedang. 2. Kadar Cl dalam tanah dipengaruhi secara positif oleh C-organik dan negatif oleh KTK tanah. 3. Kadar Cl dalam daun dan buah kelapa sawit tidak dipengaruhi oleh kadar Cl dalam tanah. Namun kadar Cl dalam daun berpengaruh terhadap kadar Cl dalam buah kelapa sawit. 4. Applikasi bahan organik tandan kelapa sawit kosong dapat menurunkan kadar Cl dalam buah. 5. Kadar Cl dalam buah kelapa sawit terendah pada tanah Ordo Ultisol. DAFTAR PUSTAKA Dierolf Thomas, T.H. Fairhurst, and E. Mutert. 2000. Soil fertility kit: a toolkit for acid upland soil fertility management in Southeast Asia. Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH; Food and Agriculture Organisation; PT Katom; and Potash & Phosphate Institute (PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC). Page 132. Fairhurst, T.H., J. P. Caliman, R. Hảrdter, and C. Witt. 2006. Kelapa sawit: kelainan hara dan pengelolaannya. PPI. Hal. 52 Fairhurt, T.H. and E. Mutert. 1999. Interpretation and management of oil palm leaf analysis data. Better Crop International. Vol. 13, No. 1, May 1999:48-51. Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. 2nd ed. Academic Press, San Diego, NY. Von Uexkull, H.R. 2004. Oil Palm. PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 99