BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Modal merupakan pasar yang memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang terdiri dari Surat Pengakuan Hutang, Obligasi, Saham, Surat Berharga Komersial, Tanda Bukti Hutang, dan Reksa Dana. Pasar Modal juga merupakan salah satu pilar perekonomian di Indonesia yang berperan sebagai wadah investasi dan sumber pembiayaan bagi perusahaan di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan munculnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyatakan bahwa Pasar Modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Masyarakat maupun pemerintah akan memeroleh banyak manfaat dari adanya Pasar Modal (Sari dan Purwanto, 2012), diantaranya: a. Pasar Modal menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus melakukan alokasi dana secara optimal. b. Memberikan wahana investasi bagi masyarakat. c. Dapat dijadikan sebagai indikator ekonomi suatu negara. d. Masyarakat dapat ikut serta dalam kepemilikan perusahaan. e. Meningkatkan terciptanya keterbukaan, profesionalisme, serta lapangan pekerjaan. Menurut penelitian Sari dan Purwanto (2012), salah satu bentuk investasi Pasar Modal yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah Reksa Dana. 1 2 Reksa Dana merupakan salah satu bentuk investasi yang menguntungkan dan tidak memerlukan modal yang besar, karena Reksa Dana dikelola oleh pihak yang ahli dalam bidang investasi yaitu Manajer Investasi. Sumber dana yang digunakan dalam investasi Reksa Dana bersifat kolektif, sehingga masyarakat yang memiliki dana terbatas juga dapat ikut serta dalam berinvestasi. Reksa Dana muncul karena umumnya investor mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri secara terpisah pada berbagai efek yang ada. Kesulitan yang dihadapi investor antara lain menyangkut kemampuan dan pengalaman untuk melakukan berbagai analisa dan memonitor kinerja efek maupun kondisi pasar secara terus-menerus yang menyita banyak waktu dan tenaga. Disamping itu dibutuhkan pula dana yang relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada berbagai surat berharga yang ditawarkan oleh pasar. Reksa Dana berasal dari kata “Reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata “Dana” berarti uang. Sehingga Reksa Dana pada umumnya diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara. Definisi Reksa Dana menurut Mujtaba (2013) yaitu tempat untuk menghimpun dana dari masyarakat investor yang memiliki modal untuk dikelola oleh seorang manajer yang kemudian akan diinvestasikan dalam portofolio efek. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, Pasal 1 (27) Reksa Dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Portofolio efek merupakan kumpulan surat berharga yang terdiri dari saham, obligasi, deposito dan surat berharga lainnya. Dalam 3 kamus bisnis Reksa Dana didefinisikan sebagai perusahaan yang menyatukan uang dari beberapa pemilik modal kemudian diinvestasikan. Dari beberapa definisi Reksa Dana yang sudah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 unsur penting dalam Reksa Dana yaitu: adanya kumpulan dana dari masyarakat (individu maupun institusi), adanya investasi bersama dalam bentuk portofolio efek serta adanya Manajer Investasi yang dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor. Dilihat dari segi basis operasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi Reksa Dana Konvensional dan Reksa Dana Syari’ah (Purnomo, 2007). Reksa Dana Konvensional maupun Syari’ah dikategorikan sebagai Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Reksa Dana Konvensional merupakan instrumen Reksa Dana yang keberadaannya tidak berlandaskan prinsip syari’ah Islam mulai dari akad, operasional, investasi, transaksi, serta pembagian keuntungannya. Jenis Reksa Dana ini bebas berinvestasi di berbagai instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dari berbagai bidang, misalnya perjudian, makanan dan minuman haram, lembaga keuangan ribawi, dan lembaga lain yang tidak menerapkan prinsip syari’ah Islam. Reksa Dana Syari’ah merupakan instrumen Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syari’ah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal dengan Manajer Investasi maupun antar Manajer Investasi dengan pengguna investasi. Kebijakan investasi pada Reksa Dana Syari’ah berpedoman pada fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama 4 Indonesia (DSN-MUI) yaitu melalui proses penyaringan (Screening) dan pembersihan (Cleansing). Proses penyaringan (Screening) adalah pemilihan saham-saham yang sesuai dengan prinsip syari’ah Islam dan telah mendapat izin dari DSN-MUI, sedangkan proses pembersihan (Cleansing) adalah pemotongan hasil dalam bentuk shodaqoh yang akan mengurangi Nilai Aktiva Bersih (NAB). Melalui dua proses tersebut, Reksa Dana Syari’ah tidak akan menginvestasikan dananya pada saham atau obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan prinsip syari’ah Islam, misalnya industri peternakan babi, bisnis hiburan yang berbau maksiat, jasa keuangan ribawi serta pabrik minuman beralkohol. Kegiatan investasi yang bernafaskan Islam khususnya Reksa Dana Syari’ah sangat menarik, hal ini dikarenakan kegiatan investasi merupakan salah satu bentuk kegiatan mu’amalah dalam Islam. Reksa Dana Syari’ah dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk berinvestasi pada instrumen pasar modal dengan cara yang halal dan sesuai dengan prinsip syari’ah Islam. Pangsa pasar Reksa Dana Syari’ah saat ini juga telah menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Hal ini dapat dibuktikan dari besarnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada Reksa Dana Syari’ah yang mengalami perkembangan dari tahun ketahun. Total NAB Reksa Dana Syari’ah dari tahun 2003 – 2013 telah mencapai Rp 8.540,46 Milyar yang menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 60%. Jumlah tersebut diproyeksikan akan terus 5 meningkat dengan makin banyaknya investor yang kini mulai melirik berinvestasi pada Reksa Dana Syari’ah yang dianggap lebih menguntungkan (Putri, 2012). Dari penjelasan di atas, Reksa Dana yang menjadi alternatif masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim adalah Reksa Dana Saham Syari’ah. Hal ini dikarenakan Reksa Dana tersebut akan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi, namun tetap berpedoman pada kaidah dan prinsip syari’ah Islam. Penilaian terhadap kinerja Reksa Dana sangat penting dilakukan untuk membantu Manajer Investasi dalam memilih Reksa Dana yang layak untuk diinvestasikan. Penilaian ini juga digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu Reksa Dana dalam bersaing dengan Reksa Dana lainnya di pasar dan kemampuan suatu Reksa Dana untuk menghasilkan keuntungan/tingkat pengembalian (return). Tingkat pengembalian (return) dari Reksa Dana dikenal dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB), dimana nilainya akan diperbaharui setiap hari berdasarkan hasil transaksi pada hari tertentu. Besarnya NAB Reksa Dana menjadi sebuah kunci utama untuk menilai kinerja Reksa Dana. Dalam menilai kinerja Reksa Dana, kita perlu memerhatikan beberapa indikator yang dapat memengaruhi kinerja suatu Reksa Dana. Indikator-indikator yang dapat memengaruhi kinerja Reksa Dana antara lain pemilihan saham, besarnya tingkat risiko yang dihadapi serta ukuran Reksa Dana. Penelitian mengenai indikator-indikator atau faktor-faktor yang 6 memengaruhi kinerja Reksa Dana sudah banyak dilakukan, diantaranya penelitian Purnomo (2007), Arifiani (2009), Nurcahya dan Bandi (2010), Winingrum (2011), Panjaitan (2011), serta Sari dan Purwanto (2012). Pertama, penelitian mengenai pengaruh faktor pemilihan saham terhadap kinerja Reksa Dana dilakukan Purnomo (2007). Hasil penelitian Purnomo (2007) menyatakan bahwa pemilihan saham berpengaruh positif terhadap kinerja Reksa Dana Syari’ah. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Nurcahya dan Bandi (2010) yang menyatakan bahwa pemilihan saham berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham. Hal serupa juga diungkapkan dalam penelitian Sari dan Purwanto (2012) Kedua, penelitian mengenai pengaruh faktor tingkat risiko terhadap kinerja Reksa Dana dilakukan oleh Arifiani (2009). Hasil penelitian Arifiani (2009) menyatakan bahwa ukuran Reksa Dana berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Campuran. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Panjaitan (2011) yang menyatakan bahwa tingkat risiko berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Winingrum (2011) yang menyatakan bahwa ukuran Reksa Dana berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham. Ketiga, penelitian mengenai pengaruh fakor ukuran Reksa Dana terhadap Kinerja Reksa Dana dilakukan oleh Nurcahya dan Bandi (2010). Hasil penelitian yang dilakukan Nurcahya dan Bandi (2010) menyatakan 7 bahwa tingkat risiko berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Arifiani (2009). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari dan Purwanto (2012) yang menyatakan bahwa tingkat risiko berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana Saham. Berdasarkan latar belakang tersebut dan ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA REKSA DANA SAHAM SYARI’AH”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Nurcahya dan Bandi (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti memerbaharui waktu perioda pengamatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 menjadi tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan mengganti objek penelitian menjadi Reksa Dana Saham Syari’ah. Peneliti fokus pada Reksa Dana Saham Syari’ah atas pertimbangan bahwa jenis Reksa Dana Saham paling banyak diminati oleh para investor, sedangkan basis operasi syari'ah dipilih dengan pertimbangan semakin tingginya kesadaran religi penduduk Indonesia yang mayoritas muslim dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam berinvestasi. Mayoritas masyarakat muslim adalah investor yang menginginkan perolehan pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius sesuai dengan prinsip syari’ah Islam. Peneliti juga menambahkan satu variabel 8 independen yaitu ukuran Reksa Dana berdasarkan penelitian yang dilakukan Panjaitan (2011). Peneliti menghapus variabel independen kebijakan alokasi aset dengan pertimbangan bahwa untuk jenis Reksa Dana Saham khususnya Reksa Dana Saham Syariah, minimal 80% asetnya harus dialokasikan ke saham dan 20% sisanya hanya disalurkan ke deposito dan pasar uang tidak dialokasikan ke obligasi yang mengandung unsur riba. Artinya, kebijakan alokasi aset tidak akan menjadi variabel yang berpengaruh. B. Batasan Masalah 1. Jenis Reksa Dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah Reksa Dana Saham Syari’ah. 2. Sampel yang digunakan adalah seluruh Reksa Dana Saham Syari’ah yang listing di BAPPEPAM-LK dan masih aktif beroperasi sepanjang tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. C. Rumusan Masalah 1. Apakah Pemilihan Saham berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham Syari’ah? 2. Apakah Tingkat Risiko berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham Syari’ah? 3. Apakah Ukuran Reksa Dana berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham Syari’ah? 9 D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah Pemilihan Saham berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham Syari’ah. 2. Untuk mengetahui apakah Tingkat Risiko berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham Syari’ah. 3. Untuk mengetahui apakah Ukuran Reksa Dana berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham Syari’ah. E. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam beberapa bidang, antara lain: 1. Teoritis. a. Memberikan pemahaman mengenai kinerja Reksa Dana Saham Syari’ah. b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti judul dan topik yang serupa. 2. Praktis. a. Dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi para investor dan calon investor dalam memilih produk Reksa Dana yang sesuai dengan kemampuannya untuk menanggung risiko serta memberikan tingkat pengembalian (return) yang tinggi. b. Diharapkan dapat membantu para Manajer Investasi dalam mengelola dana masyarakat yang dipercayakan kepada mereka untuk disalurkan dalam bentuk Reksa Dana.