1. Meningeal sign Meningeal adalah tanda-tanda adanya perangsangan selaput otak. Terjadi oleh karena infeksi (meningitis), zat kimia (bahan kontras), darah (perdarahan subarachnoid / SAH), atau invasi neoplasma (meningitis carcinomatosa). Yang perlu di perhatikan pada pemeriksaan ini adalah timbulnya gejala yang disebut “meningismus” dimana pada pemeriksaan fisik di dapatkan kekakuan leher tetapi tidak ada proses patologis di daerah selaput otak. (http://rhizaners.blogspot.com/2011/05/meningeal-sign.html) 2. Patofisiologi seizure Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, thalamus, dan korteks serebellum sertabatang otak umumnya tidak memicu kejang. Ditingkat membran sel, kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut: Instabilitas membrane sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetil kolin atau defisiensi asam gamaaminobutirat (GABA) Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabakan peningkatan berlebihan neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik. Berbagai faktor, di antaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membran neuron, sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Na dan Ca dari ruangan ekstrasel ke intrasel. Hal ini dapat menyebabkan ketidak seimbangan potensial membrane sehingga neuron melepas muatan listrik yang berlebihan. Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan melibatkan daerah di sekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak dan terjadilah kejang. Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan kejang, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron di serebelum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan kejang. (http://id.scribd.com/doc/98444834/patofisiologi-kejang) 3. Patofisiologi epilepsy Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial membrane neuron bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron, yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K dari ruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalam sel terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaan sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang menimbulkan potensial membran. Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrite-dendrit dan badanbadan neuron yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi membran neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate,aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat, membrane neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membrane neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik. Oleh berbagai factor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membaran neuron sehingga membrane mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membrane dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsy. Suatu sifat khas serangan epilepsy ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga system-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepasmuatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsy terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak. (Anonim. 2009. Epilepsi. http://medicafarma.blogspot.com/. diakses 17 oktober 2012) 4. Embriologi system saraf 5. Patofisiologi syncope Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanyahanya beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen pada bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunankesadaran aliran darah, pengisian oksigenasi cerebral, resistensi serebrovaskuler yang dapat ditunjukkan. Jika iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek pada otak. Iskemia yang lama mengakibatkan nekrosis jaringanotak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler dari arteriserebralis mayor.Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe: 1.Penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsic atauterjadi penurunan klinis volume darah yang signifikan. 2.Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return. 3.Penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada penurunan perfusi serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori iniada beberapa factor umum, yaitu gangguan oksigenasi otak yang memadaimengakibatkan perubahan kesadaran sementara. (Lindsay, K.W., Bone,Ian, & Callander, Robin. 2004. Neurology Neurosurgey llustrated 4th edition. Toronto : Churchill Livingstone) and 6. Komplikasi epilepsy 7. Pada cedera kepala, apa-apa saja yang terlibat 8. Defenisi epilepsy Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi akibat lepas muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara paroksismal dengan berbagai macam etiologi. Sedangkan serangan atau bangkitan epilepsi yang dikenal dengan nama epileptic seizure adalah manifestasi klinis yang serupa dan berulang secara paroksismal, 2 yang disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang spontan dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (“unprovoked”). (Shorvon S. Handbook of Epilepsy Treatment. Blackwell Science, 2000: 25-36)