52 KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN MAHAR

advertisement
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN MAHAR (Kleinhovia hospita L.) DI DESA
BATU TANGGA KECAMATAN BATANG ALAI TIMUR
Oleh : Ema Lestari1
Dosen Politeknik Tanah Laut1
ABSTRAK
Kajian etnobotani adalah ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam
keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Masyarakat banjar Desa Batu Tangga
Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki berbagai
jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan
pangan, ramuan obat dan bahan industri. Metode penelitian yang digunakan yaitu
metode wawancara yang meliputi: kajian botani, etnofarmakologi, etnoantropologi,
etnoekonomi, etnolinguistik dan etnoekologi. Hasil penelitian etnobotani tumbuhan
mahar yaitu bentuk hidup pohon, batang simpodial, akar tumbuhan merupakan akar
tunggang, daun mahar termasuk daun tunggal, bunga mahar merupakan bunga yang
majemuk, berbentuk tandan, mahar bertipe buah kotak yaitu buah bumbung (kajian
botani). Daun untuk mencegah pertumbuhan uban dan juga dapat digunakan
sebagai obat mimisan (kajian etnofarmakologi).Tumbuhan mahar ini tidak memiliki
nilai etnoantropologi (kajian etnoantropologi). Kayu sebagai pegangan pisau atau
disebut “kumpang parang” dalam bahasa daerah setempat(kajian etnoekonomi).
Pemberian nama tumbuhan diberi nama mahar karena tumbuhan ini bentuk daunnya
seperti simbol cinta atau berbentuk jantung yang biasanya juga digunakan sebagai
simbol mahar perkawinan pada masyarakat setempat (kajian etnolinguistik).
Tumbuhan mahar di daerah tersebut tumbuh dengan suhu udara 30-320C,
kelembaban udara 63-70%, kelembaban tanah 80-100%, pH tanah 6,4-6,6,
intensitas cahaya 2100-3100 Lux, kecepatan angin 0,6-0,65 (m/s), ketinggian tempat
60-62 mdpl (kajian etnoekologi).
Kata Kunci : Kajian etnobotani, tumbuhan mahar, masyarakat banjar
PENDAHULUAN
Kalimantanmemiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar, baikspesies
flora dan fauna yang tersebar di berbagai daerah khususnya daerah Kalimantan
Selatan yaitu di masyarakat banjar desa Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Daerah Batu Tangga memiliki berbagai jenis
tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai
bahan pangan, ramuan obat dan bahan industri. Salah satu tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat secara tradisional adalah tumbuhanmahar.
Secara gramatikal (tata bahasa), etnobotani adalah ilmu botani mengenai
pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi
etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomis saja, tetapi menyangkut
52
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan, yakni berupa tinjauan interpretasi dan
asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman,
menyangkut
serta
pemanfaatan
tanaman
tersebut
lebih
diutamakan
untuk
kepentingan budaya dan kelestarian sumber daya alam (Dharmono, 2007).
Tumbuhan maharmerupakan sumber daya alam hayati Indonesia yang perlu
diberdayakan secara alamiah karena mengandung senyawa bahan alam yang dapat
dimanfaatkan secara tradisional untuk keperluan hidup manusia (Yunita, dkk 2009).
Mahar merupakan salah satu tumbuhan dalam family Sterculiaceae selain
Erythropsis, Heritiera, Melochia, Commersonia, Abroma dan Theobroma. Menurut
Steenis (2003) tumbuhan mahar ini memiliki bakal buah dan benang sari pada ujung
dasar bunga yang yang berbentuk tiang. Tanaman daun mahar dapat digunakan
untuk pengobatan penyakit hati (kuning/ hepatitis), dengan cara meminum air
rebusannya (Raflizar & Sihombing, 2009). Selain itu menurut Yunita, dkk (2009) dari
skrining fitokimia diperoleh hasil bahwa tanamanMahar mengandung senyawa
golongan alkaloid, flavonoid dan saponin. Di daerah Batu Tangga Tumbuhan mahar
dikenal masyarakat sebagai tumbuhan obat.
Menurut Sudirman (1990) dalamJuniarti (2010), tumbuhan obat ialah semua
tumbuhan baik yang dibudidayakan maupun belum dibudidayakan yang bagian
tumbuhannya (daun, batang dan akar) mempunyai khasiat sebagai obat yang dapat
digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional.
Tumbuhan mahar (Kleinhovia hospita L.) yang digunakan masyarakat banjae desa
Batu Tangga sebagai tumbuhan obat belom pernah dikaji secara etnobotani.
Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mendokumentasikan
pengetahuan masyarakat tradisional, masyarakat awam yang telah menggunakan
berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupannya. Pendukung
kehidupan untuk kepentingan makaan, pengobatan, bahan bangunan, upacara adat,
budaya, bahan pewarna dan lainnya. Semua kelompok masyarakat sesuai karakter
wilayah dan adatnya memiliki ketergantungan pada berbagai tumbuhan, paling tidak
untuk sumber pangan. Dalam kehidupan modern telah dikenal lebih dari seratus
jenis tumbuhan untuk sumber makanan, tetapi sebenarnya telah dipergunakan
ribuan jenis tumbuhan di berbagai belahan bumi oleh berbagai etnik (Suryadarma,
2008).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang nilai
etnobotani tumbuhan yang meliputi; kajian botani, etnofarmakologi, etnoantropologi,
53
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
etnoekonomi, etnolinguistik dan etnoekologi dari tumbuhan mahar di masyarakat
banjarDesa Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang etnobotani
menyangkut kajian botani, kajian etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian
etnoekonomi dan kajian etnolinguistik dari tumbuhan mahar di masyarakat desa Batu
Tangga Kecamatan Batang Alai Timur.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode
wawancara.Pengambilan
sampel
tumbuhan dilakukan di area pemukiman warga masyarakat banjar di desa Batu
Tangga, mengamati morfologi tubuh tumbuhan yang meliputi: jenis perakaran,
percabangan batang, serta mengukur bagian-bagian batang (tinggi dan diameter),
daun, bunga dan buah di habitat aslinya untuk data kajian etnobotaninya. Mengukur
parameter lingkungan tempat tumbuhan tersebut hidup untuk data kajian
etnoekologinya. Mengambil gambar dari sampel-sampel yang telah diambil.
Mewawancarai masyarakat banjar di desa Batu Tangga mengenai sampel tumbuhan
yang diambil tentang kajian etnofarmakologi, etnoantropologi, etnoekonomi dan
etnolinguistik. Data hasil penelitian dianalisissecara deskripsi dengan mengacu pada
studi pustaka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Hasil pengamatan terhadap kajian etnobotani terhadap tumbuhan mahar di
Desa
Batu
Tangga
meliputi
kajian
botani,
kajian
etnofarmakologi,
kajian
etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik dan kajian etnoekologi
didapatkan hasil seperti di bawah ini :
Tabel 1. Etnobotani Tumbuhan Mahar
No
1
Parameter
Kajian botani
2
Kajian etnofarmakologi
3
Kajian etnoantropologi
4
Kajian etnoekonomi
Hasil
Bentuk hidup pohon. Batang simpodial. Akar tumbuhan
merupakan akar tunggang. Daun mahar termasuk daun
tunggal. bunga mahar merupakan bunga yang majemuk,
berbentuk tandan. Mahar bertipe buah kotak yaitu buah
bumbung.
Daunnya untuk mencegah pertumbuhan uban (rambut
putih) dan juga dapat digunakan sebagai obat mimisan.
Belum ada kajian etnoantropologi yang diketahui
masyarakat tentang tumbuhan mahar ini.
Dapat diolah menjadi barang yang memiliki nilai jual yaitu
kayunya sebagai pegangan pisau atau disebut “kumpang
parang” dalam bahasa daerah setempat.
54
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
Tabel Lanjutan
No
5
6
Parameter
Kajian etnolinguistik
Kajian etnoekologi
Hasil
Pemberian nama tumbuhan mahar karena bentuk
daunnya seperti simbol cinta atau berbentuk jantung yang
biasanya juga digunakan sebagai simbol mahar
perkawinan pada masyarakat setempat.
0
Suhu udara 30-32 C, Kelembaban Udara 63-70%,
Kelambaban tanah 80-100%, pH tanah 6,4-6,6, Intensitas
cahaya 2100-3100 Lux, Kecepatan angin 0,6-0,65 (m/s),
ketinggian tempat 60-62 mdpl.
PEMBAHASAN
Kajian Botani
Kajian botani adalah kajian mengenai morfologi tubuh yang meliputi bentuk
hidup, jenis perakaran. percabangan batang, serta mengukur bagian-bagian batang
(tinggi dan diameter), daun, bunga dan buah di habitat aslinya. Hasil pengamatan
terhadap tumbuhan mahardapat dijelaskan sebagai berikut :
Tumbuhan mahar memiliki bentuk hidup pohon. Bereproduksi secara generatif.
Batangnya simpodial dengan bentuk bulat, memiliki warna coklat dengan arah
tumbuh batang tegak lurus, memiliki tinggi sekitar 180 - 210 cm dan diameter batang
antara 2 – 5,3 cm.Akar tumbuhan merupakan akar tunggang dengan warna akar
coklat.Daun termasuk daun tunggal, dengan tata letak daun berseling, tepi daunnya
rata, permukaan daunnya kasap, dengan warna daun hijau, pangkal daunnya
berlekuk dengan ujung daun meruncing. Ukuran panjang daun dengan rentang 11,212,5 cm dan lebar dengan rentang 11,4-12cm. Ciri tersebut sesuai yang
dikemukakan oleh Steenis (2003) yaitu tumbuhan mahar memiliki karakteristik
berupa pohon dengan tinggi sekitar 5-20 meter. Tumbuhan ini mempunyai daun
bertangkai panjang, berbentuk jantung lebar, dan pada pangkalnya bertulang daun
menjari.
Bunga mahar termasuk jenis bunga majemuk, berbentuk tandan, berwarna
merah muda, dan letaknya di berseling, kaliks dalam 1 bunga ada 5 dalam keadaan
lepas, korola ada 5 dalam keadaan lepas juga, stamen berjumlah banyak, stylus
berjumlah 1 dalam satu bunga dalam keadaan menumpang. Mahar bertipe buah
kotak yaitu buah bumbung, buah ini tersusun atas sehelai daun buah, mempunyai
satu ruangan dengan banyak biji di dalamnya, jarang sekali hanya mempunyai satu
biji. Jika sudah masak, buah pecah menurut salah satu kampuhnya, biasanya pecah
55
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
menurut kampuh perutnya. Berwarna hijau kalau masih muda namun akan menjadi
coklat jika sudah tua. Ciri ini juga sesuai menurut Steenis (2003) mahar bunganya
lebar dan berambut halus, serta mempunyai 5 helai daun mahkota. Buah mahar
memiliki bakal buah beruang 5,bertipe buah kotak berbentuk buah pir, melambung
seperti bertaju 5, panjang ± 2 cm, membuka menurut ruang.
Kedudukan Mahar dalam taksonomi tumbuhan menurut Cronquist (1981) adalah
sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Ordo
: Malvales
Familia
: Sterculiaceae
Genus
: Kleinhovia
Species
: Kleinhovia hospita L.
Kajian Etnofarmokologi
Kajian etnofarmakologi adalah kajian tentang penggunaan tumbuhan yang
berfungsi sebagai obat atau ramuan yang dihasilkan penduduk setempat untuk
pengobatan (Martin, 1998). Hasil kajian etnofarmokologi terhadap tumbuhan mahar
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bagian tanaman maharyang berguna dari tanaman ini adalah daunnya yang di
gunakan sebagai obat mimisan dan mencegah pertumbuhan uban (rambut putih).
a. Obat mimisan
Cara pembuatannya untuk obat mimisan yaitu dengan mengambil daun
tumbuhan mahar kemudian meremas bagian daun tersebut dibikin lonjong atau
menggulung. Cara menggunakannya yaitu daun tumbuhan mahar yang sudah
menggulung tadi dimasukkan ke lubang hidung yang mimisan. Reaksi dari cara
penggunaan ini adalh akan membuat darah yang keluar dari hidung (mimisan) tadi
berhenti.
b. Mencegah pertumbuhan uban
Untuk mencegah pertumbuhan uban yaitu mengambil daun tumbuhan mahar,
menumbuk daunnya sampai halus dengan sebuah alat penumbuk digunakan dengan
cara dipakai untuk keramas.Hasil wawancara menunjukan bahwa mereka tidak
mengetahui mengapa tumbuhan mahar dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
56
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
Mereka hanya mendapatkan pengetahuan tersebut secara turun-temurun dari nenek
moyangnya. Oleh sebab itu agar pengetahuan masyarakat banjar desa Batu Tangga
tentang pemanfaatan tumbuhan mahar sebagai obat dapat dilestarikan, diperlukan
data kimia yang dapat menjelaskan hal tersebut. Yunita, dkk (2009) berhasil
melaporkan dari skrining fitokimia diperoleh hasil bahwa daun mahar mengandung
senyawaan golongan alkaloid (positif uji Wegner), flavanoid dan saponin. Menurut
Robinson (1995), senyawa yang berkhasiat menghentikan darah pada kulit adalah
flavanoid. Dengan adanya hasil penelitian tersebut, membuktikan bahwa tumbuhan
mahar adalah tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat.
Kajian Etnoantropologi
Kajian etnoantropologiadalah kajian mengenai penggunaan tumbuhan dalam
acara ritual keagamaan, kepercayaan dan mitos yang diyakini oleh masyarakat
setempat yang sifatnya khas (Martin, 1998). Tumbuhan mahar ini tidak memiliki nilai
etnoantropologi.
Kajian Etnoekonomi
Martin (1998) menjelaskan bahwa kajian etnoekonomi adalah kajian mengenai
nilai ekonomi suatu tumbuhan adalah Nilai Lingkungan, yaitu nilai pemanfaatannya
sebagai pangan, sandang, papan, obat, ritual, peneduh, dan peran ekosistem
lainnya seperti produsen oksigen, penahan erosi, penahan angin dan lain-lainnya.
Hasil kajian Etnoekonomi terhadap tumbuhan mahardi desa Batu Tangga
Kecamatan Batang Alai Timur yaitu kayunya dapat diolah menjadi barang yang
memiliki nilai jual dibuat sebagai pegangan pisau atau disebut “kumpang parang”
dalam bahasa daerah setempat. Sedangkan batangnya digunakan untuk kayu
bakar.Selain itu ditinjau dari segi nilai lingkungan, tumbuhan mahar juga merupakan
salah komponen yang penting dalam ekosistem yang merupakan komponen biotik
menghasilkan komponen abiotik yaitu sebagai salah satu pengahasil oksigen yang
diperlukan oleh mahkluk hidup di sekitarnya termasuk masyarakat desa Batu
Tangga. Selain itu tumbuhan ini dapat berguna sebagai penahan erosi.
Kajian Etnolinguistik
Kajian etnolinguistik adalah kajian yang mempelajari tentang asal mula kejadian
pemberian nama suatu tumbuhan dalam bahasa daerah tersebut (Martin, 1998).
57
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
Berdasarkan
hasil
wawancara
pemberian
nama
tumbuhan
diberi
nama
mahardisebabkan karena tumbuhan bentuk daunnya seperti simbol cinta atau
berbentuk jantung yang biasanya juga digunakan sebagai simbol mahar perkawinan
pada masyarakat setempat. Dalam konteks bahasa pemberian nama tersebut
didasarkan atas analogi yaitu pemberian nama atas dasar persamaan atau
persesuaian antara dua benda atau hal yang berbeda; kesepadanan antara bentukbentuk bahasa yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk lain; sesuatu yang
sama dalam bentuk, tujuan, atau fungsi tetapi berlainan asal usul sehingga tidak ada
hubungan kekerabatan, kesamaan, sebagai ciri antara 2 benda atau hal yang dapat
dipakai sebagai dasar perbandingan atau kata itu digunakan dalam suatu ujaran
yang maknanya di persamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari
kata itu.
Kajian Etnoekologi
Kajian etnoekologi adalah kajian untuk mengetahui keterkaitan antara tumbuhan
yang dikaji terhadap kondisi ekologi atau lingkungannya seperti; kondisi fisiko-kimia
tanah, iklim, air dan interaksi tumbuhan tersebut dengan tumbuhannya lainnya,
misalnya fungsi allelopati, parasit, pesaing dan lain-lain (Martin, 1998). Hasil kajian
etnoekologi terhadap tumbuhan mahar dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini.
Tumbuhan maharyang diambil dari lingkungan hidup masyarakat banjar di desa
Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur.
Pengamatan terhadap parameter lingkungan tempat hidup tumbuhan mahar
seperti pada table berikut ini:
Tabel 2. Parameter Lingkungan
No
Parameter lingkungan
0
1
Suhu Udara ( C)
2
Kelembaban Udara (%)
3
Kelembapan Tanah (%)
4
pH Tanah
5
Intensitas Cahaya (Lux)
6
Kecepatan Angin (m/s)
7
Ketinggian Tempat (mdpl)
Keterangan :
a
Karmawatidkk (2010)
b
Irwanto (2006)
Hasil Pengukuran
30-32
63-70
80-100
6,4 - 6,6
2100-3100
0,6-0,65
60-62
c
Pustaka
a
18 – 32
b
20 – 80
a
6 - 7,5
c
>1000
c
1200
Surasana dan Taufikurrahman (1994)
Berdasarkan data pengukuran parameter lingkungan faktor yang dianalisis
secara deskriptif dengan pustaka menunjukkan kondisi faktor lingkungan di
masyarakat banjar desa Batu Tangga sesuai bagi kehidupan mahar.
58
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
Dengan adanya hasil penelitian diharapkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang kandungan kimia secara terperinci yang terdapat pada tumbuhan ini.
Sehingga upaya mendokumentasikan nilai etnobotani tumbuhan ini lebih baik lagi.
PENUTUP
Kesimpulan
Kajian etnobotani terhadap tumbuhan mahar di desa Batu Tangga kecamatan
Batang Alai Timur meliputi kajian botani yaitu bentuk hidup pohon, batang simpodial,
akar tumbuhan merupakan akar tunggang, daun mahar termasuk daun tunggal,
bunga mahar merupakan bunga yang majemuk, berbentuk tandan, mahar bertipe
buah kotak yaitu buah bumbung. Kajian etnofarmakologi yaitu daunnya untuk
mencegah pertumbuhan uban (rambut putih) dan juga dapat digunakan sebagai obat
mimisan, sedangkan untuk kajian etnoantropologi tumbuhan mahar ini tidak memiliki
nilai etnoantropologi. Kajian etnoekonomiyaitu kayunya sebagai pegangan pisau atau
disebut “kumpang parang” dalam bahasa daerah setempat. Kajian etnolinguistikyaitu
bentuk daunnya seperti simbol cinta atau berbentuk jantung yang biasanya juga
digunakan sebagai simbol mahar perkawinan pada masyarakat setempat dan kajian
etnoekologimahar di daerah tersebut tumbuh dengan suhu udara 30-320C,
kelembaban udara 63-70%, kelambaban tanah 80-100%, pH tanah 6,4-6,6,
intensitas cahaya 2100-3100 Lux, kecepatan angin 0,6-0,65 (m/s), ketinggian tempat
60-62 mdpl.
Saran-saran
Perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan kimia yang dimiliki oleh tiaptiap tumbuhan agar kajian fitokimianya dapat dikembangkan lebih lajut. Selain itu
perlu dilakukan pengembangan pembelajaannya terhadap generasi muda di daerah
tersebut agar pengetahuan lokal terhadap tumbuhan di masyarakat berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Cronquist A. 1981. An Integrated System Of Classification of Flowering Plants.
Columbia University Press, New York.
Dharmono. 2007. Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) Di Suku
dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado.Jurnal Bioscientiae. 4 (2) 71-78.
59
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
Irwanto. 2006. Perspektif Silvika Dalam Keanekaragaman Hayati dan Silvikultur.
http.//www.Irwantoshut.com.
Juniarti, 2010. Pengetahuan Etnobotani Masyarakat Desa Pakuli Dalam
Pemanfaatan Jenis-jenis Tanaman Sebagai Obat Tradisional Penyakit Usus
Buntu Di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Tadulako.
Karmawati Elna, Zainal Mahmud, M. Syakir, S. Joni Munarso, Ketut Ardana, dan
Rubiyo. 2010. Budidaya dan Pascapanen Kakao. Puslitbang Perkebunan.
Bogor.
Martin, G. J. 1998. Etnobotani : Sebuah manual pemeliharaan Manusia dan
Tumbuhan. Edisi Bahasa Melayu Terjemahan Maryati Mohamed, Natural
History Publications (Borneo) Sdn. Bhd. Kinabalu. Sabah. Malaysia.
Raflizar & Marice Sihombing. 2009. Dekok daun Paliasa (Kleinhovia hospita L.)
sebagai obat radang hati akut.Jurnal Ekologi Kesehatan. 8 (2) 984-993.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Prof. Dr.
Kosasih Padmawita. ITB, Bandung.
Steenis, V.C.C.T.G.I. 2003. Flora. Paradya Pratama. Jakarta
Surasana, E.S. & Taufikkurrahman. 1994. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB.
Bandung.
Suryadarma. 2008. Diktat Kuliah Etnobotani. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Yunita, Azidi Irwan, dan Radna Nurmasari. 2009. Skrining Fitokimia Daun Tumbuhan
Katimaha (Kleinhovia hospita L.).Jurnal Ilmiah Berkala Sains dan Terapan
Kimia. 3 (2) 112-123.
60
Download