Strategi Komunikasi Komunitas dalam Mempertahankan Solidaritas

advertisement
BAB II
KERANGKA TEORI
Menurut (Singarimbun, 2006:37) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak,
defenisi, dan posisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan
merumuskan hubungan antara konsep. Dengan adanya kerangka konsep teori akan
mempermudah peneliti dalam menganalisa masalah penelitian.
Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah : Komunikasi,
Komunikasi Organisasi atau kelompok, , Solidaritas.
2.1. Komunikasi
Carl I. Hovland mendefenisikan ilmu komunikasi adalah proses dimana seorang
(komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah
prilaku orang lain (komunikan), (Efendy, 2002:48). Bernard Berelson dan Garry A dalam
karyanya “Human Behavior” mendefenisikan komunikasi adalah penyampaian informasi,
gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang,
kata-kata, gambar-gambar bilangan, grafika dan sebagainya. Kegiatan atau proses
penyampaian inilah yang biasa disebut komunikasi (Effendy, 2002:48).
Dapat diartikan bahwa komunikasi untuk mengubah prilaku itulah yang menjadi
objek studi komunikasi, yakni bagaimana caranya agar seseorang atau sejumlah orang
berperilaku tertentu, melakukan kegiatan tertentu atau melakukan tindakan tertentu sesuai
dengan yang diinginkan pelaku komunikasi. Harold Lasswell mengemukakan “bahwa cara
yang paling tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan, siapa yang menyampaikan pesan, apa yang disampaikan, melalui salauran apa,
kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2000:18). Everett M. Rogers
mendefenisikan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
satu penerima atau lebih, dengan maksud utnuk merubah tingkah laku mereka (Cangara,
2000:19). Dari defenisi-defenisi tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi
adalah bentuk interaksi manusia saling pengaruh-mempengaruhi, satu sama lainnya, karena
itu jika kita berada dalam situasi berkomunikasi maka kita memiliki beberapa persamaan
dengan orang lain seperti kesamaan bahasa yang digunakan.
2.2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa
orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Anwar
Arifin,
1984).
Michael
Burgoon (dalam
Wiryanto,
2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga
orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga
diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik
pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di
atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan
rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah,
atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan
teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
2.2.1. Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya.
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi,
namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi
dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati
kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.
Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif
dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri
sendiri atau untuk membentuk sikap.
Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok
dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan,
ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a.
kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar.
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi
jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah
kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui
diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya.
Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan.
Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial
politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an
menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh
anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright
mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja
bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
2.2.2. Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila
sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.
Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekanrekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan
anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan
seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan
anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan
kualitas
kerja
karena
ditonton
kelompok.
Kelompok
mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965)
menjelaskan
bahwa
kehadiran
orang
lain-dianggap-menimbulkan
efek
pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi
sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang
meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang
dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang
dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon
dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan
yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu,
peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja
individu.
Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum
diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan
tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu.
Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a.
melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya.
Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance)
tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok
dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka
keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota
kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam
kegiatan kelompok.
Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik
kelompok, yaitu:
1. Ukuran kelompok, yaitu kelompok dilihat dari besar kecilnya jumlah anggota.
2. Jaringan komunikasi, di mana kelompok menggunakan jaringan-jaringan relasi
komunikasi antar anggota.
3. Kohesi kelompok, tingkat keeratan antar anggota kelompok.
4. Kepemimpinan, bagaimana kepemimpinan diterapkan dalam kelompok
sehingga ada ”aturan-aturan” yang disepakati serta dijalankan. (Jalaluddin
Rakhmat, 1994).
2.3. Solidaritas
Secara etimologi arti solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakkan. Dalam
bahasa Arab berarti tadhamun (ketetapan dalam hubungan) atau takaful (saling
menyempurnakan atau melindungi). Pendapat lain mengemukakan bahwa solidaritas
adalah kombinasi atau persetujuan dari seluruh elemen atau individu sebagai sebuah
kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa solidaritas
diambil dari kata Solider yang berarti mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu.
Dengan demikian, bila dikaitkan dengan kelompok sosial dapat disimpulkan bahwa
solidaritas adalah: rasa kebersamaan dalam suatu kelompok tertentu yang menyangkut
tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan keinginan yang sama. Solidaritas
dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan, karena agar bisa menjalin kerja sama yang
baik untuk bisa mempertahakan suatu orgnisasi tersebut, karena dalam suatu organisasi
kalo salah satu anggota ataupun kelompok tidak solid maka tidak akan bisa
mempertahankan suatu komunitasnya ataupun organisasi tersebut.
2.4. Teori Pertukaran Sosial
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah
psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961),
Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Teori ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley, pemuka utama
dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari
seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal
dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari
segi ganjaran dan biaya”. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan
pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata
lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita.
Teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan
yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas
orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku
yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward),
pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang
diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang
dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku
sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan
untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan,
persahabatan – hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa
teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya,
akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku
tersebut tidak ditampilkan. Empat Konsep pokok : Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat
perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini.
Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai
yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang
lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain. Buat orang kaya
mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang. Buat si miskin, hubungan
interpersonal yang dapat mengatasi kesulitan ekonominya lebih memberikan ganjaran
daripada hubungan yang menambah pengetahuan.
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu
dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan
kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat
menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun
berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat di dalamnya.
Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam
suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan
mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Misalnya, Anda mempunyai kawan
yang pelit dan bodoh. Anda banyak membantunya, tetapi hanya sekedar supaya
persahabatan dengan dia tidak putus. Bantuan Anda (biaya) ternyata lebih besar
daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang Anda terima. Anda rugi. Menurut teori
pertukaran sosial, hubungan anda dengan sahabat pelit itu mudah sekali retak dan
digantikan dengan hubungan baru dengan orang lain.
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai
kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat
berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka
baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami hubungan interpersonal
yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila seorang gadis pernah
berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang bahagia, ia akan mengukur
hubungan interpersonalnya dengan kawan pria lain berdasarkan pengalamannya
dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia ia pada hubungan interpersonal
sebelumnya, makin tinggi tingkat perbandingannya, berarti makin sukar ia
memperoleh hubungan interpersonal yang memuaskan.
Homans dalam bukunya “Elementary Forms of
Social Behavior,
1974
mengeluarkan beberapa proposisi dan salah satunya berbunyi :”Semua tindakan yang
dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh
imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi “. Proposisi
ini secara eksplisit menjelaskan bahwa satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika
ada imbalannya. Proposisi lain yang juga memperkuat proposisi tersebut berbunyi :
“Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan
perbuatan tersebut diulanginya kembali”. Bagi Homans, prinsip dasar pertukaran sosial
adalah “distributive justice” – aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus
sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan dengan prinsip tersebut
berbunyi ” seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan
imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah
dikeluarkannya – makin tingghi pengorbanan, makin tinggi imbalannya – dan keuntungan
yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya – makin tinggi
investasi, makin tinggi keuntungan”. Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran
sosial adalah perilaku sosial seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa
diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box). Semua teori yang dipengaruhi oleh
perspektif ini menekankan hubungan langsung antara perilaku yang teramati dengan
lingkungan. Pendekatan Obyektif Teori Pertukaran sosial ada di pendekatan objektif.
Pendekatan ini disebut “obyektif” berdasarkan pandangan bahwa objek-objek, perilakuperilaku dan peristiwa-peristiwa eksis di suatu dunia yang dapat diamati oleh pancaindra
(penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pembau), dapat diukur dan diramalkan.
Teori Pertukaran sosial beranggapan orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Pada pendekatan obyektif
cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya
disebabkan kekuatan-kekuatan sosial di luar diri mereka. Pendekatan ini juga berpendapat,
hingga derajat tertentu perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan tersebut
tidak setepat ramalan perilaku alam. Dengan kata lain, hukum-hukum yang berlaku pada
perilaku manusia bersifat mungkin (probabilistik). Misalnya, kalau mahasiswa lebih rajin
belajar, mereka (mungkin) akan mendapatkan nilai lebih baik; kalau kita ramah kepada
orang lain, orang lain (mungkin) akan ramah kepada kita; bila suami isteri sering
bertengkar, mereka (mungkin) akan bercerai.
2.5. Kelompok sosial dan organisasi sosial
1.5.1. Pengertian
Kita memahami bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, karena itu manusia tidak
dapat hidup tanpa manusia lainnya. Untuk melangsung-kan kehidupannya manusia
senantiasa hidup berkelompok.Ada kelom-pok berburu, kelompok tani, kelompok arisan,
kelompok belajar, kelompok pecinta lingkungan hidup, dan lain-lain. Selanjutnya,
seseorang mungkin dilahirkan di rumah sakit, dididik di sekolah formal, mencari nafkah
dengan bekerja di suatu perusahaan, mengadakan kegiatan sosial dengan aktif di organisasi
kemasyarakatan dan sebagainya diatur oleh institusi/organisasi tertentu. Dengan demikian,
kehidupan manusia tidak lepas dari sosial kemasyarakatan yang dimanifestasikan dalam
kelompok sosial maupun organisasi sosial.Selanjutnya perlu kita bahas secara mendalam
mengenai kelompok sosial dan organisasi sosial.
1. Kelompok Sosial
Pengertian kelompok sosial yang pertama adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari
sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan
bersama. Tentunya perlu dipertajam lebih lanjut mengenai pengertian ini karena
interaksi saja tidak cukup, karena dua orang saja sudah dapat membentuk kelompok.
Pengertian interaksi di sini haruslah diartikan sebagai interaksi tatap muka, di mana
mereka terlibat dalam ruang dan waktu. Dari sinilah muncul pengertian kedua, yaitu
sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena
mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh normanorma; tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan
peranan
(role)
masing-masing
dan
antara
orang-orang
itu
terdapat
rasa
ketergantungan satu sama lain.
2. Organisasi Sosial
Pengertian organisasi sosial menurut Amitai Etzioni organisasi adalah unit sosial
(pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan
penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Etzioni menjelaskan
umumnya organisasi ditandai ciri sebagai berikut : (1) pembagian kerja, kekuasaan,
dan tanggung jawab komunikasil; (2) ada satu atau beberapa pusat kekuasaan yang
berfungsi mengawasi usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi dalam
mencapai tujuan; (3) ada pergantian tenaga (kaderisasi) bila ada individu yang tak
mampu menjalankan tugas-tugas organisasi. Pengertian lainnya : organisasi adalah
suatu sistem sosial yang bersifat langgeng, formal, memiliki identitas kolektif yang
tegas,
daftar
anggotanya
terinci,
dan
mempunyai
sifat
hirarkis.
Gagasan penting kedua dalam organisasi adalah adanya tujuan atau maksud
melakukan koordinasi. Selanjutnya, proses pelaksanaan tugas dapat berjalan efektif
bila dilakukan terpadu/ terintegrasi yang dilaksa-nakan oleh anggota-anggotanya.
1.5.2. Klasifikasi
1. Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur dan norma
yang
ada.
Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa,
antara lain:
a. Kelompok Primer. Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi
sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam
kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan
sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi
dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung
(bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan
sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain
b. Kelompok Sekunder. Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung,
berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya
bersifat
lebih
objektiv.
Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain
c. Kelompok Formal. Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau
Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada.
Anggotanya
diangkat
oleh
organisasi.
Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki
AD/ART.
d. Kelompok Informal. Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses
interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan
kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik
bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas
yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan
simpati
Misalnya: kelompok arisan.
e. Kelompok referensi. Merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi
seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan
perilakunya. Seseorang itu telah menyetujui norma, sikap, dan tujuan dari
kelompok tersebut.
f. Kelompok membership. Merupakan kelompok di mana setiap orang secara
fisik
menjadi
anggota
kelompok
tersebut.
Ukuran utama bagi keanggotaan seseorang dengan interaksinya dengan
kelompok sosial yang bersangkutan. Keenam kelompok sosial di atas
merupakan
kelompok
sosial
yang
teratur.
Adapun kelompok sosial yang tidak teratur adalah : kerumunan (crowd) dan
publik dalam berbagai bentuk.
2. Organisasi Sosial
a. Organisasi Normatif. Adalah pihak elit menjalankan organisasi/ mengawasi
anggota lebih dominan menggunakan kekuasaan normatif (persuasif). Bentuk
partisipasi anggota adalah dengan komitmen moral.
b. Organisasi Utilitarian. Adalah pihak elit mengawasi anggota dominan
menggunakan
kekuasaan
utilitarian.
Partisipasi
anggota
berdasarkan
komitmen perhitungan yaitu pemikiran hubungan bisnis, sangat perhitungkan
untung rugi.
c. Organisasi Koersi. Adalah pihak elit menggunakan kekuasaan koersi dalam
mengawasi anggotanya. Koersi adalah segala jenis paksaan, ancaman, dan
intimidasi yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
1.5.3. Proses pembentukan Kelompok dan Organisasi Sosial
Pada dasarnya, pembentukan kelompok dan organisasi sosial dapat diawali
dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam
memenuhi kebutuhannya. Dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal
berikut:
a.
Persepsi.
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang
dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya
kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang
lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan
tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
b.
Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok
untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok.
Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu
kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota
lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.
c.
Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas kelompok atau individu.
d.
Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses
kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan
secara lebih efesien dan efektif.
e.
Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan
disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide,
pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap
berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
f.
Interaksi Interaksi
Merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan
interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang
didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.
2.6. Kerangka Berpikir
H
O
B
KOMUNITAS
KICAU MANIA
STRATEGI
KOMUNIKASI
Kelompok
PERTUKARAN
SOSIAL
B
Y
Bagan 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Komunitas Kicau Mania merupakan sebuah komunitas yang terbentuk berdasarkan latar
belakan kesamaan hobby para anggotanya yakni memelihara burung berkicau. Dalam komunitas
yang memiliki anggota dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda terdapat strategistrategi komunikasi yang teraplikasikan dalam rangkaian relasi-relasi pertukaran sosial sehingga
menimbulkan solidaritas di antara anggota komunitasnya.
Download