Ns. M. Nurman, M.Kep FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG Ns. M. Nurman, M.Kep Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau ABSTRACT Documentation contains complete data are real and recorded not only on the level of pain of patients, but also the kind or type, quality and quantity of health services to meet the needs of patients. Nursing care quality and can be achieved if the implementation of nursing care perceived as an honor held by the nurses in demonstrating their right to humane care, safety, and compliance with the standards and ethics of the nursing profession and consists of continuous assessment activities, planning, implementation plans, and evaluation of nursing actions that have been given. This study aims to determine how factors - factors related to nursing documentation IN Space Inpatient Hospital Bangkinang. The shape of this research is descriptive analytic cross-sectional design. The sample in this study are all nurses who served in the inpatient unit, amounting to 44 people with a total sampling sampling techniques. The collection of data through questionnaires.Processing data using univariate and bivariate analysis. The results showed most respondents aged 31-40 years were 19 people (43.2%) and aged 20-30 years as many as 11 people (25%). And age> 40 years as many as 14 people (31.8%), the majority of respondents DIII / SI that 34 people (77.3%) and educated PK / SPK many as 10 people (22.7%), most respondents have a future work 6 - 1year that 21 people (47.7%) and has a service life of <5 years of 11 people (25%) and has a service life of> 10 years as many as 12 people (27.3%), most respondents knowledgeable enough that 24 people (64.6%), good knowledge of 10 people (22.7%), and respondents who have less knowledge as many as 10 people (22.7 %%). Chi-square test results showed that there was a significant correlation between (age, education, tenure, knowledge) with the nursing documentation in patient wards of hospitals Bangkinang Daftar Bacaan : 19 (2001 - 2013) Keywords : Factors-factors related of nursing, documentation FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG PENDAHULUAN Terbukanya pasar bebas bisa mengakibatkan tingginya kompetisi disektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit baik swasta, pemerintah maupun rumah sakit asing akan semakin keras. Untuk merebut pasar yang semakin terbuka bebas, dan tuntutan terhadap pelayanan di rumah sakit, dimana rumah sakit harus memberikan pelayanan kepada pasien langsung dapat dilayani secara cepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau. Arus demokrasi dan peningkatan supremasi hukum dengan diberlakukanya Undang – Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menuntut pengelola rumah sakit lebih transparan, berkualitas dan memperhatikan kepentingan pasien. Dengan semakin pesatnya perkembangan layanan kesehatan persaingan tidak dapat dihindari lagi. Untuk menghadapi persaingan tersebut penyedia layanan kesehatan berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik dari pesaingnya (Martini,2007). Upaya peningkatan derajat kesehatan secara optimal menuntut profesi keperawatan mengembangkan mutu pelayanan yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat di era globalisasi. Keperawatan menjadi salah satu profesi terdepan bagi tenaga kesehatan dalam upaya menjaga mutu tempat pelayanan kesehatan baik di masyarakat negeri maupun swasta. Standar asuhan keperawatan merupakan salah satu strategi mewujudkan bentuk pertanggung jawaban tenaga keperawatan professional. Dengan demikian, pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di sarana pelayanan kesehatan. Perawat diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang bermutu untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan (Wedati,2003). Menyusun suatu asuhan keperawatan dengan baik, seorang perawat terlebih dahulu perlu memahami tahapan-tahapan dalam proses keperawatan. Tahapantahapan ini merupakan suatu landasan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau pasiennya. Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respons manusia terhadap masalahmasalah kesehatan dan membuat rencana yang bertujuan mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalahmasalah kesehatan dapat berkaitan dengan klien, keluarga, orang terdekat, dan masyarakat. Proses keperawatan adalah membantu klien dalam mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang maksimal. Proses keperawatan juga menjamin perawatan yang berkualitas (Triyana, 2013). Asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh para perawat dalam memperlihatkan haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika profesi keperawatan yang Ns. M. Nurman, M.Kep berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian, perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan. Jumlah rumah sakit yang menerapkan pelayanan keperawatan sesuai standar dan pedoman sebanyak 160 rumah sakit di Indonesia (Depkes RI, 2010). Asuhan keperawatan di Rumah Sakit seharusnya dilakukan oleh tenaga profesional dengan tingkat pendidikan minimal D3 Keperawatan. Namun di BPRSUD Kota Salatiga yang bertugas di rawat inap berjumlah 129 perawat dibagi dalam 3 shif jaga, dengan distribusi pendidikan 2 orang berpendidikan S1 , 91 dengan pendidikan D3 Keperawatan, 13 orang berpendidikan D1 , 16 orang berpendidikan SPK, 8 orang berpendidikan PKU/PKC.menurut Permenkes No. 262/ MenKes/ per/ VII/ 1997 untuk Rumah Sakit tipe C yaitu dengan rasio 1 : 1 yang artinya satu pasien dirawat oleh satu perawat. Masih ada perawat dengan tingkat pendidikan DI keperawatan, SPK yang memberikan asuhan keperawatan, padahal minimal tingkat pendidikan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah D3 keperawatan. Tingkat pendidikan seseorang dapat berpengaruh dalam kelengkapan dokumentasi keperawatan. (Martini,2007). Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan. Gilmer dalam frazer ( 1992 ) mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang berfikir secara luas, makin tinggi daya inisiatifnya dan makin mudah pula untuk menemukan cara – cara yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya dengan baik termasuk dalam pencatatan dokumentasi keperawatan (Diyanto, 2007). Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Dokumentasi merupakan faktor kunci dalam mendukung konsistensi dan kualitas perawatan pasien dalam pengaturan rumah sakit (Hidayat, 2001) Dokumentasi terutama digunakan untuk mengomunikasikan implementasi instruksi medis, bukan untuk mengobservasi, mengkaji, atau mengevaluasi status pasien. Sejak awal tahuan 70-an dokumentasi keperawatan menjadi lebih penting, mencerminkan perubahan pada praktik keperawatan, berkaitan dengan kebutuhan lembaga, dan pedoman hukum ( Iyer dan Camp, 2004 ). Dokumentasi keperawatan dalam bentuk dokumen asuhan keperawatan merupakan salah satu alat pembuktian atas perbuatan perawat selama menjalankan tugas pelayanan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan menjadikan hal yang penting sebagai alat bukti tanggung jawab FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugasnya. Perawat profesional dihadapkan pada suatu tuntutan tanggung jawab yang lebih tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan yang dilaksanakan. Artinya intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien harus dihindarkan terjadinya kesalahan - kesalahan (negligence) dengan melakukan pendekatan proses kepeerawatan dan pendokumentasian yang akurat dan benar (Nursalam, 2001). Perawat memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah dalam pemeliharaaan pencatatan/dokumentasi kegiatan serta petunjuk dalam membuat pola/format pencatatan tepat, bukti pencatatan dan pelaporan tentang status klien dan digunakan sebagai alat komunikasi yang akurat dan lengkap. Perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan tetapi juga dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Seringkali perawat tidak patuh dan melakukan secara rutinitas tanpa memperhatikan aspek legalitasnya, walaupun banyak faktor yang menpengaruhi pendokumentasian. Oleh karena itu, dokumentasi keperawatan harus memenuhi standar yang telah ditentukan( Rosyidah,2010). Berdasarkan prosedur tetap rumah sakit kelas C dan D setiap petugasrumah sakit yang melayani atau melakukan tindakan kepada pasiendiharuskan mencatat semua tindakan kepada pasien pada lembarancacatan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Adanya ketidaklengkapan dalam pendokumentasian asuhankeperawatan akan berdampak pada tidak tercapainya tujuanpendokumentasian asuhan keperawatan yang antara lain untukmengidentifikasi status kesehatan pasien dalam rangka mencatatkebutuhan pasien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan,dan mengevaluasi tindakan,untuk penelitian, keuangan, hukum danetika. Dari hasil prasurvei tentang pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi rawat inap BPRSUD Kota Salatiga pada bulan tanggal 5 Desember 2006 didapatkan hasil dari 302 rekam medik yang masuk di bagian sub bidang rekam medik dapat diperoleh informasi bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan masih ada yang kurang lengkap dalam penulisannya meliputi pengkajian 55%, diagnose keperawatan 55%, perencanaan keperawatan 54%, tindakan keperawatan 55% dan evaluasi tindakan keperawatan 57% (Martini, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diyanto (2007) menunjukkan bahwa penatalaksana an pengisian dokumentasi asuhan keperawatan yaitu proporsi terbesar dalam kategori kur ang (48%), yang selanjutnya diikuti sedang (35%) dan baik (17%). Hasil wawancara dengan perawat m enunjukkan bahwa pengarahan d an bimbingan tidak pernah dilak ukan oleh Kepala Ruang. Obser vasi hanya difokuskan terhadap Catatan keperawatan pasien yang akan pulang saja. Evaluasi juga tidak dilakukan oleh Kepala Ruang. Faktor penghambat yang dihadap ai dalam pendokumentasian askep Ns. M. Nurman, M.Kep diantaranya tidak seimbang dengan jumlah tenaga perawat dengan pekerjaan yang Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Herdiansyah (2011) mengatakan bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD. Kepatuhan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap tetapi dipengaruhi oleh faktor – faktor lainnya. Prilaku terbentuk oleh beberapa faktor yang meliputi faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, sikap, keyakinan dan nilai, faktor pendukung terdiri dari lingkungan fisik, tersedian dan tidak fasilitas dan sarana, dan faktor pendorong terdiri dari sikap dan prilaku petugas kesehatan, dan kelompok referensi dari prilaku masyrakat. Survey awal yang penulis lakukan di RSUD Bangkinang di dapatkan format asuhan keperawatan perawat yang lengkap yaitu satu orang dari lima format asuhan keperawatan (20%)yang dilihat sedangkan empat format asuhan keperawatan lainnya tidak lengkap (80%). Berdasarkan wawancara peneliti pada beberapa pegawai RSUD Bangkinang diperoleh informasi bahwa sistem pendokumentasian keperawatan hanya satu ruangan yang berjalan yaitu ruangan VIP sedangkan ruangan rawat inap lainnya belum berjalan dengan baik.Padahal format asuhan keperawatan disediakan pada setiap ruangan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pendokumentasian keperawatan kurang lengkap anatara lain kurangnya dasar ilmiah (pengetahuan) yang digunakan dalam melaksanakan peran, tugas ada, formnya terlalu panjang, peraw at harus mendampingi visite do kter, dan malas. dan fungsinya. Selain itu evaluasi dan penelitian penelitian dokumentasi asuhan keperawatan belum pernah dilakukan di RSUD Bangkinang. Dokumentasian keperawatan penting dalam pemberian asuhan keperawatan, oleh karena itu perlu adanya penelitian yang terkait dengan dokumentasi asuhan keperawatan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menjadi tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang faktorfaktor yang berhubungan denganpendokumentasian keperawatan di ruang rawat inap RSUD Bangkinang. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan desain penelitian cross sectional dimana variabel independen (umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan) dan variabel dependen (pendokumentasian keperawatan) diteliti pada saat yang bersamaan. Populasi penelitian iniadalah semua perawat yang ada di ruang rawat inap RSUD Bangkinang yang berjumlah 98 orang dan termasuk kepala ruangan. Tetapi peneliti hanya mengambil empat ruangan yaitu Ruang Anak, Bedah, Interne dan VIP. Sampel yang akan diambil berasal dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi seperti Perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Bangkinag dan Perawat yang bersedia menjadi responden, sedangkan criteria eksklusi yaitu Perawat yang sedang cuti dan Perawat IGD, ICU, Perinatologi dan Ruang Kebidanan. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling yaitu pengambilan HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat sampel secara keseluruhan yang berjumlah 44 perawat. Analisa data secara univariat dan bivariat. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi PerawatBerdasarkan Faktor Umur yang BerhubunganPendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang No 1. 2. 3. Umur 21 – 30 tahun 31 – 40 tahun > 40 tahun Jumlah Frekuensi 11 19 14 44 Persentase 25% 43,2% 31,8% 100% berumur antara 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 19 orang (43,2 %). Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa yang terbanyak responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi PerawatBerdasarkan Faktor Pendidikan yang Berhubungan dengan Pendokumentasiankeperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang No 1. 2. Pendidikan SPK/D3 SI Jumlah Frekuensi 34 10 44 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden Persentase 77,3% 22,7% 100% memiliki pendidikan SPK/D3 sebanyak 34 orang (77,3 %). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi PerawatBerdasarkan Faktor Masa Kerja yang Berhubungan dengan Pendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang No 1. 2. 3. Masa Kerja < 5 Tahun 6 – 10 Tahun >10 Tahun Jumlah Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dilihat dari masa kerja, yang terbanyak responden Frekuensi 11 21 12 44 Persentase 25% 47,7% 27,3% 100% memiliki masa kerja 6 – 10 tahun yaitu sebanyak 21 orang (47,7 %). Ns. M. Nurman, M.Kep Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Faktor Pengetahuan yang Berhubungan dengan Pendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang No 1. 2. 3. Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dilihat dari pengetahuan reposnden, maka sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup Perawat yang berumur 31 – 40 tahuan melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebanyak 5 orang (11,4%), perawat yang berumur 31 – 40 tahun melakukan pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 14 orang (31,8%), perawat yang berumur 21 – 30 tahun melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebnayak 5 orang (11,4%), perawat yang berumur 21 – 30 tahun melakukan pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 6 orang (13,6%%), perawat yang berumur > 40 yang melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebanyak 6 orang (13,6%), dan perawat yang berumur > 40 tahun yang memiliki pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 8 orang (18,2%). Perawat yang berpendidikan SPK/D3 melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebanyak 20 orang (45,4%), perawat yang berpendidikan SPK/D3 melakukan pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 14 orang (31,8%), perawat yang berpendidikan S1 melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebnayak 5 orang (11,4%), Frekuensi 10 24 10 44 Persentase 22,7% 54,6% 22,7% 100% tentang pendokumentasian keperawatan yaitu sebanyak 24 orang (54,6 %). perawat yang berpendidikan SI keperawatan melakukan pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 5 orang (11,4%). Pendugaan faktor pendidikan responden terhadap kelengkapan pendokumentasian keperawatan didapatkan OR sebesar 2,091 artinya probabilitas untuk membuat kelengkapan pendokumentasian keperawatan pada perawat berpendidikan SI 2 kali dibandingkan perawat yang berpendidikan PK DIII/SPK. Perawat yang memiliki masa kerja < 5 tahun melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebanyak 6 orang (13,6%), perawat yang memiliki masa kerja < 5 tahun melakukan pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 5 orang (11,4%), perawat yang memiliki masa kerja 6 – 10 tahun melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebnayak 5 orang (11,4%), perawat yang memiliki masa kerja 6 – 10 tahun melakukan pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 16 orang (36,3%), perawat yang memiliki masa kerja > 10 tahun melakukan pendokumentasian keperawatan FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG lengkap sebanyak 5 orang (11,4%), dan perawat yang memiliki masa kerja > 10 tahun yang memiliki pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 7 orang (15,9%). Pendugaan faktor masa kerja responden terhadap kelengkapan pendokumentasian keperawatan didapatkan OR sebesar 2,760 artinya probabilitas untuk membuat kelengkapan pendokumentasian keperawatan pada kelompok masa kerja 6 – 10 tahun dan > 10 tahun 3 kali dibandingkan perawat yang memiliki masa kerja < 5 tahun. Perawat yang berpengetahuan baik melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebanyak 5 orang (11,4%), perawat yang berpengetahuan baik melakukan pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 5 orang (11,4%), perawat yang berpengetahuan cukup melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebnayak 6 orang (13,6%), perawat yang berpengetahuan cukup melakukan pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 18 orang (40,8%), perawat yang berpengetahuan kurang yang melakukan pendokumentasian keperawatan lengkap sebanyak 5 orang (11,4%), dan perawat yang berpengetahuan kurang yang memiliki pendokumentasian keperawatan tidak lengkap sebanyak 5 orang (11,4%). Pendugaan factor pengetahuan responden terhadap kelengkapan pendokumentasian keperawatan didapatkan OR sebesar 0,478 artinya tidak ada probabilitas untuk membuat kelengkapan pendokumentasian keperawatan pada kelompok berpengetahuan baik dan berpengetahuan kurang. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian telah diperoleh data khusus dari responden yang merupakan keadaan nyata pada responden dalam pendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang. Data tersebut dapat dijadikan acuan dan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dilihat sebagai berikut : 1. Faktor Umur Dari hasil penelitian tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagaian besar responden berumur31 - 40 tahun yaitu 19 orang (43,2 %) dan berumur21 -30 tahun sebanyak 11 orang (25 %), dan responden yang berumur > 40 tahun sebanyak 14 orang (31,8 %). Setelah dilakukan pengolahan data dengan Uji ChiSquare, maka dapat dilihat dari tabel 4.5 bahwa ada hubungan antara faktor umur dengan pendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang dengan nilai X² hitung > X² table yaitu 10,531 > 5,591 Dari hasil penelitian diatas maka peneliti berasumsi bahwa faktor umur mempengaruhi pendokumentasian keperawatan, karena semakin tua umur perawat maka tingkat kematanagan dalam mengambil keputusan semakin baik. Perawat yang memiliki umur yang lebih tua akan lebih bertanggung jawab dalam melakukan tugasnya serta lebih mementingkan aturan – aturan yang berlaku ditempat kerjanya serta profesinya dibandingkan perawat yang memiliki umur muda. Untuk itu pendokumentasian keperawatan perawat yang memiliki umur 31 – 40 Ns. M. Nurman, M.Kep tahun akan lebih lengkap dibandingkan pendokumentasian keperawatan yang dibuat oleh perawat yang usia lebih muda. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Martini (2007) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara umur perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut Susilo (2010) bahwa usia lanjut umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal ini terjadi kemungkinan usia yang lebih muda kurang berpengalaman. Secara fisiologi pertumbuhan dan perkembangan sesorang dapat digambarkan dengan pertambahan umur, peningkatan umur diharapkan terjadi pertambahan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan seseorang pada titik tertentu akan terjadi kemunduran akibat faktor degeneratip. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Yamin (2003) mengatakan bahwa umur dapat mempengaruhi seseorang berperilaku. Kematangan dalam mengambil keputusan salah satunya dipengaruhi oleh faktor umur, semakin bertambah umur secara psikologis maka kedewasaan seseorang dalam bertindak semakin baik.) menggambarkan bahwa umur ibu yang memiliki. Dengan kata lain bahwa semakin dewasa umur seseorang, maka akan semakin baik perilakunya. Demikian juga dengan umur perawat, semakin dewasa umurnya maka akan semakin meningkat motivasinya dalam membuat pendokumentasian keperawatan. Gunarsa (2000) mengatakan bahwa umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari di luar faktor pendidikannya (Sedioetama, 2006). Umur akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang seiring dengan perkembangan fisik dan mental orang tersebut sehingga perilakunya akan semakin matang dengan bertambahnya umur 2. Faktor Pendidikan Dari hasil penelitian tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikanSI yaitu sebanyak 10orang (22,7%) dan berpendidikan/ SPK/D3sebanyak 34orang (77,3%). Dan setelah dilakukan pengolahan data dengan Uji Chi-Square, maka dapat dilihat dari tabel 4.7 bahwa ada hubungan antara faktor pendidikan dengan pendokumentasian keperawatan dengan nilai X² hitung > X² table yaitu 8,361 > 3,481. Berdasarkan hasil tersebut diatas, peneliti berpendapat bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi sesorang dalam melakukan tindakan atau pekerjaan begitu juga dengan seorang perawat. Semakin tinggi tingkat pendidikan perawat maka semakin baik pelaksanaan pendokumentasian keperawatan. Perawat yang berpendidikan SPK dengan DIII sudah tentu baik pendokumentasian keperawatan perawat yang berpendidikan DIII, karena ilmu pengetahuan perawat DIII sudah lebih tinggi setingkat dibandingkat perawat tamatan SPK dan cara pandang perawat DIII lebih memperdepankan protap keperawatan dalam pekerjaanya, FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG apalagi jika seorang perawat yang memiliki tingkat pendidikan SI, maka cara berpikirnyapun akan lebih rasional dibandingkan perawat DIII apalagi perawat SPK. Sehingga perawat SI bertindak sesuai dengan rasional yang sesuai dengan teori yang ada dan yang didapat di institusi pendidikan yang mereka lalui. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelengkapan pendokumentasian keperawataan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan perawat. Untuk itu perawat yang masih memiliki pendidikan DIII apalagi SPK untuk bisa melanjutkan jenjang pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rhona Sandra (2012) yang mengatkan bahwa perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Pariaman yang meliputi 9 ruang rawat inap dengan jumlah 86 perawat pelaksana sebagai responden dengan uji statistic bivariat chisquare menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pendokumentasian keperawatan (p=0,004) Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Khalimah (2007) yang mengatakan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai dasar seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tingkatan dan jenis pendidikan yang diikutinya. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya . Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat berdasarkan lamanya atau jenis pendidikan yang dialami seseorang. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan. Gilmer dalam frazer ( 1992 ) mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang berfikir secara luas, makin tinggi daya inisiatifnya dan makin mudah pula untuk menemukan cara – cara yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. 3. Faktor Masa Kerja Dari hasil penelitian tabel 4.3 menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki masa kerja6 – 10 tahun yaitu 21 orang (47,7 %) responden yang memiliki masa kerja< 5 tahun sebanyak 11 orang (25 %), dan yang memiliki masa kerja > 10 tahun sebanyak 12 orang (27,3 %) . Dan setelah dilakukan pengolahan data dengan Uji ChiSquare, maka dapat dilihat dari tabel 4.9 bahwa ada hubungan antara faktor masa kerjadengan pendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang dengan nilai X² hitung > X² table yaitu 18,862 > 5,591. Dari hasil penelitian dan teori yang dikemukakan oleh beberapa para ahli, maka peneliti berasumsi bahwa faktor masa kerja berhubungan dengan pendokumentasian keperawatan. Semakin lama masa kerja maka semakin baik prilaku perawat dalam melaksanankan tugasnya sebagai perawat termasuk dalam Ns. M. Nurman, M.Kep melaksanakan pendokumentasian keperawatan. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rhona Sandra (2012) yang mengatkan bahwa perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Pariaman yang meliputi 9 ruang rawat inap dengan jumlah 86 perawat pelaksana sebagai responden dengan uji statistic bivariat chisquare menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan pendokumentasian keperawatan (p=0,002) Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eni (2005) menyatakan bahwa seseorang akan mencapai kepuasan tertentu bila sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka .Para karyawan yang relatip baru cenderung kurang terpuaskan karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi. Semakin lama masa kerja bidan maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki dalam memberikan pelayanan dibanding dengan bidan yang baru. 4. Faktor Pengetahuan Dari hasil penelitian tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 24 orang (54,6 %), berpengetahuan baiksebanyak 10 orang (22,7 %), dan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 10 orang (22,7%). Dan setelah dilakukan pengolahan data dengan Uji Chi-Square, maka dapat dilihat dari tabel 4.11 bahwa ada hubungan antara faktor pengetahuan dengan pendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang dengan nilai X² hitung > X² table yaitu 32,133 > 5,591 Dari hasil penelitian dan teori yang dikemukakan oleh beberapa para ahli, maka peneliti berasumsi bahwa faktor pengetahuan mempengaruhi pendokumentasian keperawatan. Untuk meningkatkan pelaksanaan praktek pendokumentasian asuhan keperawatan pengetahuan perawat perlu ditingkatkan, beban kerja perawat yang merupakan kegiatan tidak langsung perlu dievaluasi kembali, monitoring dan evaluasi perlu dilaksanakan secara rutin dan terus menerus serta dilakukan pencatatan dan pelaporan, perlu diterbitkan prosedur tetap penulisan dokumentasi asuhan keperawatan. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Martini (2007) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu menunjukan pengetahuan perawat 52% yang mempunyai pengetahuan baik pvalue 0,0001. Format tersedia 61% p value 0,001. Standar asuhan keperawatan tersedian 59% p value 0,001 serta hasil pendokumentasian asuhan keperawatan penkajian 43%, diagnosa 29,6%, perencanaan keperawatan 29,8%, tindakan 57,8%, evaluasi 53,4%, catatan asuhan keperawatan 69%. Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang dilakukan dengan berdasarkan pada pengetahuan akan FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG bertahan lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku yang melekat pada seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu seseorang melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah kumpulan informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu – waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Penelitian Rogers 1994 terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ia harus tahu terlebih dahulu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau bagi organisasi Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan perilaku praktek pendokumentasian asuhan keperawatan maka perawat harus punya pengetahuan mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan agar dalam memberikan pelayanan ada kesinambungan. Pengetahuan dasar yang harus dimiliki perawat antara lain pengertian pendokumentasian, sumber data pendokumentasian, arti pentingnya pendokumentasian, tujuan pendokentasian, manfaat pendokumentasian. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya tentang hubungan faktor – factor yang berhubungan dengan pendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor umur dengan Pendokumentasian keperawatan. 2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor pendidikan dengan pendokumentasian keperawatan. 3. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor masa kerja dengan pendokumentasian keperawatan. 4. Adanya hubunganyang signifikan antara faktor pengetahuan dengan pendokumentasian keperawatan. DAFTAR PUSTAKA Budiarto, E. (2002). Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Dermawan, Deden. (2012). Proses Keperawatan ; Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publising. Departemen Kesehatan RI. (2010). Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014.Dari RIhttp// www.depkes.go.id. Diakses Tanggal 01 Juni 2013. Depkes, RI. (2002).Rumah Sakit. Dari http//www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 05 Mei 2013. Diyanto. (2007). Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Keperawatan. Jurnal. Ns. M. Nurman, M.Kep Herdiansyah. (2011). Analisis Faktor – Faktor Pendokumentasian Keperawatan. Tesis . (2010). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. .(2003). Pengantar konsep Dasar Asuhan Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika. .(2001). Dokumentasi proses Asuhan keperawatan. Jakarta : EGC Iyer, Patricia Dokumentasi Jakarta : EGC. . (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan ; Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika. W. (2004). Keperawatan. . (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2010). Rosyidah, Citra E.L. (2010). Analisis Kepatuhan Perawat Pada Standar Asuhan Keperawatan Di Unit Rawat Inap Kelas III RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Yogyakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. Machfoedz, dkk. (2005). Metode Penelitian Untuk Mahasiswa Institusi Kesehatan Keperawatan Dan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Martini. (2007). Hubungan Karakteristik Perawat, Sikap, Beban Kerja,Ketersediaan Fasilitas Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rawat Inap BPRSUD Kota Salatiga. Tesis. Notoadmojo, S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Triyana, Yani F. (2013). Teknik Prosedur Keperawatan. Yogyakarta : D-Medika (Anggota IKAPI). Wedati, Sri . (2003). Kumpulan Makalah Manajemen Keperawatan.Yogyakarta :UGM.