Ns. M. Nurman, M.Kep FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

advertisement
Ns. M. Nurman, M.Kep
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI RUANG
RAWAT INAP RSUD BANGKINANG
Ns. M. Nurman, M.Kep
Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
ABSTRACT
Documentation contains complete data are real and recorded not only
on the level of pain of patients, but also the kind or type, quality and quantity
of health services to meet the needs of patients. Nursing care quality and can be
achieved if the implementation of nursing care perceived as an honor held by
the nurses in demonstrating their right to humane care, safety, and compliance
with the standards and ethics of the nursing profession and consists of
continuous assessment activities, planning, implementation plans, and
evaluation of nursing actions that have been given. This study aims to
determine how factors - factors related to nursing documentation IN Space
Inpatient Hospital Bangkinang. The shape of this research is descriptive
analytic cross-sectional design. The sample in this study are all nurses who
served in the inpatient unit, amounting to 44 people with a total sampling
sampling techniques. The collection of data through questionnaires.Processing
data using univariate and bivariate analysis. The results showed most
respondents aged 31-40 years were 19 people (43.2%) and aged 20-30 years as
many as 11 people (25%). And age> 40 years as many as 14 people (31.8%),
the majority of respondents DIII / SI that 34 people (77.3%) and educated PK /
SPK many as 10 people (22.7%), most respondents have a future work 6 - 1year that 21 people (47.7%) and has a service life of <5 years of 11 people
(25%) and has a service life of> 10 years as many as 12 people (27.3%), most
respondents knowledgeable enough that 24 people (64.6%), good knowledge
of 10 people (22.7%), and respondents who have less knowledge as many as 10
people (22.7 %%). Chi-square test results showed that there was a significant
correlation between (age, education, tenure, knowledge) with the nursing
documentation in patient wards of hospitals Bangkinang
Daftar Bacaan : 19 (2001 - 2013)
Keywords : Factors-factors related of nursing, documentation
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG
PENDAHULUAN
Terbukanya pasar bebas bisa
mengakibatkan tingginya kompetisi
disektor kesehatan. Persaingan antar
rumah sakit baik swasta, pemerintah
maupun rumah sakit asing akan
semakin keras. Untuk merebut pasar
yang semakin terbuka bebas, dan
tuntutan terhadap pelayanan di
rumah sakit, dimana rumah sakit
harus
memberikan
pelayanan
kepada pasien langsung dapat
dilayani secara cepat, akurat,
bermutu dengan biaya terjangkau.
Arus demokrasi dan peningkatan
supremasi
hukum
dengan
diberlakukanya Undang – Undang
No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen menuntut
pengelola rumah sakit lebih
transparan,
berkualitas
dan
memperhatikan kepentingan pasien.
Dengan
semakin
pesatnya
perkembangan layanan kesehatan
persaingan tidak dapat dihindari
lagi. Untuk menghadapi persaingan
tersebut penyedia layanan kesehatan
berusaha memberikan pelayanan
yang lebih baik dari pesaingnya
(Martini,2007).
Upaya peningkatan derajat
kesehatan secara optimal menuntut
profesi
keperawatan
mengembangkan mutu pelayanan
yang profesional sesuai dengan
tuntutan
masyarakat
di
era
globalisasi. Keperawatan menjadi
salah satu profesi terdepan bagi
tenaga kesehatan dalam upaya
menjaga mutu tempat pelayanan
kesehatan baik di masyarakat negeri
maupun swasta. Standar asuhan
keperawatan merupakan salah satu
strategi
mewujudkan
bentuk
pertanggung
jawaban
tenaga
keperawatan professional. Dengan
demikian, pelayanan keperawatan
memegang peranan penting dalam
upaya menjaga dan meningkatkan
kualitas pelayanan di sarana
pelayanan
kesehatan.
Perawat
diharapkan
dapat
memberikan
asuhan keperawatan yang bermutu
untuk
meningkatkan
kualitas
pelayanan kesehatan (Wedati,2003).
Menyusun suatu asuhan
keperawatan dengan baik, seorang
perawat terlebih dahulu perlu
memahami tahapan-tahapan dalam
proses
keperawatan.
Tahapantahapan ini merupakan suatu
landasan bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan
kepada klien atau pasiennya. Proses
keperawatan adalah suatu metode
yang sistematis untuk mengkaji
respons manusia terhadap masalahmasalah kesehatan dan membuat
rencana yang bertujuan mengatasi
masalah-masalah tersebut. Masalahmasalah kesehatan dapat berkaitan
dengan klien, keluarga, orang
terdekat, dan masyarakat. Proses
keperawatan adalah membantu klien
dalam mencapai tingkat kesehatan
dan kesejahteraan yang maksimal.
Proses keperawatan juga menjamin
perawatan
yang
berkualitas
(Triyana, 2013).
Asuhan keperawatan yang
bermutu dan dapat dicapai jika
pelaksanaan asuhan keperawatan
dipersepsikan
sebagai
suatu
kehormatan yang dimiliki oleh para
perawat dalam memperlihatkan
haknya untuk memberikan asuhan
yang manusiawi, aman, serta sesuai
dengan standar dan etika profesi
keperawatan
yang
Ns. M. Nurman, M.Kep
berkesinambungan dan terdiri dari
kegiatan pengkajian, perencanaan,
implementasi rencana, dan evaluasi
tindakan keperawatan yang telah
diberikan. Jumlah rumah sakit yang
menerapkan pelayanan keperawatan
sesuai standar dan pedoman
sebanyak 160 rumah sakit di
Indonesia (Depkes RI, 2010).
Asuhan keperawatan di
Rumah Sakit seharusnya dilakukan
oleh tenaga profesional dengan
tingkat pendidikan minimal D3
Keperawatan. Namun di BPRSUD
Kota Salatiga yang bertugas di rawat
inap berjumlah 129 perawat dibagi
dalam 3 shif jaga, dengan distribusi
pendidikan 2 orang berpendidikan
S1 , 91 dengan pendidikan D3
Keperawatan,
13
orang
berpendidikan D1 , 16 orang
berpendidikan SPK, 8 orang
berpendidikan PKU/PKC.menurut
Permenkes No. 262/ MenKes/ per/
VII/ 1997 untuk Rumah Sakit tipe C
yaitu dengan rasio 1 : 1 yang artinya
satu pasien dirawat oleh satu
perawat. Masih ada perawat dengan
tingkat pendidikan DI keperawatan,
SPK yang memberikan asuhan
keperawatan,
padahal
minimal
tingkat pendidikan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan
adalah D3 keperawatan. Tingkat
pendidikan
seseorang
dapat
berpengaruh dalam kelengkapan
dokumentasi
keperawatan.
(Martini,2007).
Tingkat
pendidikan
seseorang
berpengaruh
dalam
memberikan
respon
terhadap
sesuatu yang datang dari luar. Orang
berpendidikan tinggi akan lebih
rasional dan kreatif serta terbuka
dalam menerima adanya bermacam
usaha pembaharuan. Gilmer dalam
frazer ( 1992 ) mengatakan bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah seseorang berfikir
secara luas, makin tinggi daya
inisiatifnya dan makin mudah pula
untuk menemukan cara – cara yang
efisien
guna
menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik termasuk
dalam pencatatan dokumentasi
keperawatan (Diyanto, 2007).
Dokumentasi keperawatan
sangat penting bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Dokumentasi ini penting karena
pelayanan
keperawatan
yang
diberikan pada klien membutuhkan
catatan dan pelaporan yang dapat
digunakan sebagai tanggung jawab
dan tanggung gugat dari berbagai
kemungkinan masalah yang dialami
klien baik masalah kepuasan
maupun ketidakpuasan terhadap
pelayanan
yang
diberikan.
Dokumentasi merupakan faktor
kunci dalam mendukung konsistensi
dan kualitas perawatan pasien dalam
pengaturan rumah sakit (Hidayat,
2001)
Dokumentasi
terutama
digunakan
untuk
mengomunikasikan
implementasi
instruksi medis, bukan untuk
mengobservasi, mengkaji, atau
mengevaluasi status pasien. Sejak
awal tahuan 70-an dokumentasi
keperawatan menjadi lebih penting,
mencerminkan perubahan pada
praktik keperawatan, berkaitan
dengan kebutuhan lembaga, dan
pedoman hukum ( Iyer dan Camp,
2004 ).
Dokumentasi keperawatan
dalam bentuk dokumen asuhan
keperawatan merupakan salah satu
alat pembuktian atas perbuatan
perawat selama menjalankan tugas
pelayanan
keperawatan.
Dokumentasi asuhan keperawatan
menjadikan hal yang penting
sebagai alat bukti tanggung jawab
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG
dan tanggung gugat dari perawat
dalam
menjalankan
tugasnya.
Perawat profesional dihadapkan
pada suatu tuntutan tanggung jawab
yang lebih tinggi dan tanggung
gugat
setiap
tindakan
yang
dilaksanakan. Artinya intervensi
keperawatan yang diberikan kepada
klien harus dihindarkan terjadinya
kesalahan - kesalahan (negligence)
dengan melakukan pendekatan
proses
kepeerawatan
dan
pendokumentasian yang akurat dan
benar (Nursalam, 2001).
Perawat memerlukan standar
dokumentasi sebagai petunjuk dan
arah
dalam
pemeliharaaan
pencatatan/dokumentasi
kegiatan
serta petunjuk dalam membuat
pola/format pencatatan tepat, bukti
pencatatan dan pelaporan tentang
status klien dan digunakan sebagai
alat komunikasi yang akurat dan
lengkap. Perawat tidak hanya
dituntut
untuk
meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan tetapi
juga
dituntut
untuk
dapat
mendokumentasikan secara benar.
Seringkali perawat tidak patuh dan
melakukan secara rutinitas tanpa
memperhatikan aspek legalitasnya,
walaupun banyak faktor yang
menpengaruhi pendokumentasian.
Oleh karena itu, dokumentasi
keperawatan
harus
memenuhi
standar yang telah ditentukan(
Rosyidah,2010).
Berdasarkan prosedur tetap
rumah sakit kelas C dan D setiap
petugasrumah sakit yang melayani
atau melakukan tindakan kepada
pasiendiharuskan mencatat semua
tindakan kepada pasien pada
lembarancacatan sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya.
Adanya ketidaklengkapan dalam
pendokumentasian
asuhankeperawatan akan berdampak
pada
tidak
tercapainya
tujuanpendokumentasian
asuhan
keperawatan yang antara lain
untukmengidentifikasi
status
kesehatan pasien dalam rangka
mencatatkebutuhan
pasien,
merencanakan,
melaksanakan
tindakan
keperawatan,dan
mengevaluasi
tindakan,untuk
penelitian,
keuangan,
hukum
danetika.
Dari hasil prasurvei tentang
pendokumentasian
asuhan
keperawatan di instalasi rawat inap
BPRSUD Kota Salatiga pada bulan
tanggal 5
Desember 2006
didapatkan hasil dari 302 rekam
medik yang masuk di bagian sub
bidang rekam medik dapat diperoleh
informasi bahwa pendokumentasian
asuhan keperawatan
masih ada
yang kurang lengkap dalam
penulisannya meliputi pengkajian
55%, diagnose keperawatan 55%,
perencanaan keperawatan 54%,
tindakan keperawatan 55% dan
evaluasi tindakan keperawatan 57%
(Martini, 2007).
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Diyanto (2007)
menunjukkan bahwa penatalaksana
an pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan
yaitu
proporsi terbesar dalam kategori kur
ang (48%), yang selanjutnya diikuti
sedang (35%) dan baik (17%). Hasil
wawancara dengan perawat m
enunjukkan bahwa pengarahan d
an bimbingan tidak pernah dilak
ukan oleh Kepala Ruang. Obser
vasi hanya difokuskan terhadap
Catatan
keperawatan
pasien
yang akan pulang saja. Evaluasi
juga tidak dilakukan oleh Kepala
Ruang.
Faktor penghambat yang dihadap
ai dalam pendokumentasian askep
Ns. M. Nurman, M.Kep
diantaranya tidak seimbang dengan
jumlah tenaga perawat dengan
pekerjaan
yang
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Herdiansyah (2011)
mengatakan bahwa tidak adanya
hubungan antara pengetahuan dan
sikap perawat terhadap dokumentasi
asuhan keperawatan di RSUD.
Kepatuhan seseorang tidak hanya
dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sikap tetapi dipengaruhi oleh faktor
– faktor lainnya. Prilaku terbentuk
oleh beberapa faktor yang meliputi
faktor predisposisi terdiri dari
pengetahuan, kepercayaan, sikap,
keyakinan
dan
nilai,
faktor
pendukung terdiri dari lingkungan
fisik, tersedian dan tidak fasilitas
dan sarana, dan faktor pendorong
terdiri dari sikap dan prilaku petugas
kesehatan, dan kelompok referensi
dari prilaku masyrakat.
Survey awal yang penulis
lakukan di RSUD Bangkinang di
dapatkan
format
asuhan
keperawatan perawat yang lengkap
yaitu satu orang dari lima format
asuhan keperawatan (20%)yang
dilihat sedangkan empat format
asuhan keperawatan lainnya tidak
lengkap
(80%).
Berdasarkan
wawancara peneliti pada beberapa
pegawai
RSUD
Bangkinang
diperoleh informasi bahwa sistem
pendokumentasian
keperawatan
hanya satu ruangan yang berjalan
yaitu ruangan VIP sedangkan
ruangan rawat inap lainnya belum
berjalan dengan baik.Padahal format
asuhan keperawatan disediakan pada
setiap ruangan. Ada beberapa faktor
yang
menyebabkan
pendokumentasian
keperawatan
kurang lengkap anatara lain
kurangnya
dasar
ilmiah
(pengetahuan) yang digunakan
dalam melaksanakan peran, tugas
ada, formnya terlalu panjang, peraw
at harus mendampingi visite do
kter, dan malas.
dan fungsinya. Selain itu evaluasi
dan
penelitian
penelitian
dokumentasi asuhan keperawatan
belum pernah dilakukan di RSUD
Bangkinang.
Dokumentasian keperawatan
penting dalam pemberian asuhan
keperawatan, oleh karena itu perlu
adanya penelitian yang terkait
dengan
dokumentasi
asuhan
keperawatan. Berdasarkan latar
belakang tersebut penulis menjadi
tertarik untuk meneliti lebih jauh
tentang
faktorfaktor
yang
berhubungan
denganpendokumentasian
keperawatan di ruang rawat inap
RSUD Bangkinang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode Deskriptif Analitik dengan
desain penelitian cross sectional
dimana variabel independen (umur,
pendidikan,
masa
kerja,
pengetahuan) dan variabel dependen
(pendokumentasian
keperawatan)
diteliti pada saat yang bersamaan.
Populasi penelitian iniadalah semua
perawat yang ada di ruang rawat
inap RSUD Bangkinang yang
berjumlah 98 orang dan termasuk
kepala ruangan. Tetapi peneliti
hanya mengambil empat ruangan
yaitu Ruang Anak, Bedah, Interne
dan VIP. Sampel yang akan diambil
berasal dari populasi penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi seperti
Perawat yang bertugas di ruang
rawat inap RSUD Bangkinag dan
Perawat yang bersedia menjadi
responden,
sedangkan
criteria
eksklusi yaitu Perawat yang sedang
cuti dan Perawat IGD, ICU,
Perinatologi dan Ruang Kebidanan.
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan
total sampling yaitu pengambilan
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
sampel secara keseluruhan yang
berjumlah 44 perawat. Analisa data
secara univariat dan bivariat.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi PerawatBerdasarkan Faktor Umur yang
BerhubunganPendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Bangkinang
No
1.
2.
3.
Umur
21 – 30 tahun
31 – 40 tahun
> 40 tahun
Jumlah
Frekuensi
11
19
14
44
Persentase
25%
43,2%
31,8%
100%
berumur antara 31 – 40
tahun yaitu sebanyak 19
orang (43,2 %).
Berdasarkan tabel 4.1 di
atas, dapat dilihat bahwa
yang terbanyak responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi PerawatBerdasarkan Faktor Pendidikan yang
Berhubungan dengan Pendokumentasiankeperawatan di Ruang Rawat
Inap RSUD Bangkinang
No
1.
2.
Pendidikan
SPK/D3
SI
Jumlah
Frekuensi
34
10
44
Berdasarkan tabel 4.2 di
atas, dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden
Persentase
77,3%
22,7%
100%
memiliki
pendidikan
SPK/D3 sebanyak 34 orang
(77,3 %).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi PerawatBerdasarkan Faktor Masa Kerja yang
Berhubungan dengan Pendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat
Inap RSUD Bangkinang
No
1.
2.
3.
Masa Kerja
< 5 Tahun
6 – 10 Tahun
>10 Tahun
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.3 di
atas, dilihat dari masa kerja,
yang terbanyak responden
Frekuensi
11
21
12
44
Persentase
25%
47,7%
27,3%
100%
memiliki masa kerja 6 – 10
tahun yaitu sebanyak 21
orang (47,7 %).
Ns. M. Nurman, M.Kep
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Faktor Pengetahuan yang
Berhubungan dengan Pendokumentasian keperawatan di Ruang Rawat
Inap RSUD Bangkinang
No
1.
2.
3.
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.4 di atas,
dilihat dari pengetahuan reposnden,
maka sebagian besar responden
memiliki
pengetahuan
cukup
Perawat yang berumur 31 – 40
tahuan melakukan pendokumentasian
keperawatan lengkap sebanyak 5
orang (11,4%), perawat yang
berumur 31 – 40 tahun melakukan
pendokumentasian keperawatan tidak
lengkap sebanyak 14 orang (31,8%),
perawat yang berumur 21 – 30 tahun
melakukan
pendokumentasian
keperawatan lengkap sebnayak 5
orang (11,4%), perawat yang
berumur 21 – 30 tahun melakukan
pendokumentasian keperawatan tidak
lengkap sebanyak 6 orang (13,6%%),
perawat yang berumur > 40 yang
melakukan
pendokumentasian
keperawatan lengkap sebanyak 6
orang (13,6%), dan perawat yang
berumur > 40 tahun yang memiliki
pendokumentasian
keperawatan
tidak lengkap sebanyak 8 orang
(18,2%).
Perawat yang berpendidikan
SPK/D3
melakukan
pendokumentasian
keperawatan
lengkap sebanyak 20 orang (45,4%),
perawat yang berpendidikan SPK/D3
melakukan
pendokumentasian
keperawatan tidak lengkap sebanyak
14 orang (31,8%), perawat yang
berpendidikan
S1
melakukan
pendokumentasian
keperawatan
lengkap sebnayak 5 orang (11,4%),
Frekuensi
10
24
10
44
Persentase
22,7%
54,6%
22,7%
100%
tentang
pendokumentasian
keperawatan yaitu sebanyak 24
orang (54,6 %).
perawat yang berpendidikan SI
keperawatan
melakukan
pendokumentasian keperawatan tidak
lengkap sebanyak 5 orang (11,4%).
Pendugaan
faktor
pendidikan
responden terhadap kelengkapan
pendokumentasian
keperawatan
didapatkan OR sebesar 2,091 artinya
probabilitas
untuk
membuat
kelengkapan
pendokumentasian
keperawatan
pada
perawat
berpendidikan
SI
2
kali
dibandingkan
perawat
yang
berpendidikan PK DIII/SPK.
Perawat yang memiliki masa
kerja < 5 tahun melakukan
pendokumentasian
keperawatan
lengkap sebanyak 6 orang (13,6%),
perawat yang memiliki masa kerja <
5
tahun
melakukan
pendokumentasian keperawatan tidak
lengkap sebanyak 5 orang (11,4%),
perawat yang memiliki masa kerja 6
–
10
tahun
melakukan
pendokumentasian
keperawatan
lengkap sebnayak 5 orang (11,4%),
perawat yang memiliki masa kerja 6
–
10
tahun
melakukan
pendokumentasian keperawatan tidak
lengkap sebanyak 16 orang (36,3%),
perawat yang memiliki masa kerja >
10
tahun
melakukan
pendokumentasian
keperawatan
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG
lengkap sebanyak 5 orang (11,4%),
dan perawat yang memiliki masa
kerja > 10 tahun yang memiliki
pendokumentasian
keperawatan
tidak lengkap sebanyak 7 orang
(15,9%). Pendugaan faktor masa
kerja
responden
terhadap
kelengkapan
pendokumentasian
keperawatan didapatkan OR sebesar
2,760 artinya probabilitas untuk
membuat
kelengkapan
pendokumentasian keperawatan pada
kelompok masa kerja 6 – 10 tahun
dan > 10 tahun 3 kali dibandingkan
perawat yang memiliki masa kerja <
5 tahun.
Perawat yang berpengetahuan
baik melakukan pendokumentasian
keperawatan lengkap sebanyak 5
orang (11,4%), perawat yang
berpengetahuan baik melakukan
pendokumentasian keperawatan tidak
lengkap sebanyak 5 orang (11,4%),
perawat yang berpengetahuan cukup
melakukan
pendokumentasian
keperawatan lengkap sebnayak 6
orang (13,6%), perawat yang
berpengetahuan cukup melakukan
pendokumentasian keperawatan tidak
lengkap sebanyak 18 orang (40,8%),
perawat yang berpengetahuan kurang
yang melakukan pendokumentasian
keperawatan lengkap sebanyak 5
orang (11,4%), dan perawat yang
berpengetahuan
kurang
yang
memiliki
pendokumentasian
keperawatan tidak lengkap sebanyak
5 orang (11,4%). Pendugaan factor
pengetahuan responden terhadap
kelengkapan
pendokumentasian
keperawatan didapatkan OR sebesar
0,478 artinya tidak ada probabilitas
untuk
membuat
kelengkapan
pendokumentasian keperawatan pada
kelompok berpengetahuan baik dan
berpengetahuan kurang.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian telah
diperoleh data khusus dari responden
yang merupakan keadaan nyata pada
responden dalam pendokumentasian
keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Bangkinang. Data tersebut
dapat dijadikan acuan dan tolak ukur
dalam melakukan pembahasan dan
sebagai hasil akhir dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Faktor Umur
Dari hasil penelitian tabel 4.1
menunjukkan bahwa sebagaian besar
responden berumur31 - 40 tahun
yaitu
19 orang (43,2 %) dan
berumur21 -30 tahun sebanyak 11
orang (25 %), dan responden yang
berumur > 40 tahun sebanyak 14
orang (31,8 %). Setelah dilakukan
pengolahan data dengan Uji ChiSquare, maka dapat dilihat dari tabel
4.5 bahwa ada hubungan antara
faktor
umur
dengan
pendokumentasian keperawatan di
Ruang
Rawat
Inap
RSUD
Bangkinang dengan nilai X² hitung
> X² table yaitu 10,531 > 5,591
Dari hasil penelitian diatas
maka peneliti berasumsi bahwa
faktor
umur
mempengaruhi
pendokumentasian
keperawatan,
karena semakin tua umur perawat
maka tingkat kematanagan dalam
mengambil keputusan semakin baik.
Perawat yang memiliki umur yang
lebih tua akan lebih bertanggung
jawab dalam melakukan tugasnya
serta lebih mementingkan aturan –
aturan yang berlaku ditempat
kerjanya
serta
profesinya
dibandingkan perawat yang memiliki
umur
muda.
Untuk
itu
pendokumentasian
keperawatan
perawat yang memiliki umur 31 – 40
Ns. M. Nurman, M.Kep
tahun
akan
lebih
lengkap
dibandingkan
pendokumentasian
keperawatan yang dibuat oleh
perawat yang usia lebih muda.
Hasil penelitian diatas sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Martini (2007) menunjukkan
adanya hubungan bermakna antara
umur
perawat
dengan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan. Menurut Susilo (2010)
bahwa usia lanjut umumnya lebih
bertanggung jawab dan lebih teliti
dibanding dengan usia muda, hal ini
terjadi kemungkinan usia yang lebih
muda kurang berpengalaman. Secara
fisiologi
pertumbuhan
dan
perkembangan
sesorang
dapat
digambarkan dengan pertambahan
umur, peningkatan umur diharapkan
terjadi pertambahan kemampuan
motorik sesuai dengan tumbuh
kembangnya.
Akan
tetapi
pertumbuhan dan perkembangan
seseorang pada titik tertentu akan
terjadi kemunduran akibat faktor
degeneratip.
Berdasarkan
teori
yang
dikemukakan oleh Yamin (2003)
mengatakan bahwa umur dapat
mempengaruhi
seseorang
berperilaku. Kematangan dalam
mengambil keputusan salah satunya
dipengaruhi oleh faktor umur,
semakin bertambah umur secara
psikologis
maka
kedewasaan
seseorang dalam bertindak semakin
baik.) menggambarkan bahwa umur
ibu yang memiliki. Dengan kata lain
bahwa semakin dewasa umur
seseorang, maka akan semakin baik
perilakunya. Demikian juga dengan
umur perawat, semakin dewasa
umurnya maka akan semakin
meningkat
motivasinya
dalam
membuat
pendokumentasian
keperawatan.
Gunarsa (2000) mengatakan
bahwa umur berpengaruh terhadap
terbentuknya kemampuan, karena
kemampuan yang dimiliki dapat
diperoleh
melalui
pengalaman
sehari-hari
di
luar
faktor
pendidikannya (Sedioetama, 2006).
Umur akan berpengaruh terhadap
perilaku seseorang seiring dengan
perkembangan fisik dan mental
orang tersebut sehingga perilakunya
akan semakin matang dengan
bertambahnya umur
2.
Faktor Pendidikan
Dari hasil penelitian tabel 4.2
menunjukkan
bahwa
mayoritas
responden berpendidikanSI
yaitu
sebanyak 10orang (22,7%) dan
berpendidikan/
SPK/D3sebanyak
34orang (77,3%). Dan setelah
dilakukan pengolahan data dengan
Uji Chi-Square, maka dapat dilihat
dari tabel 4.7 bahwa ada hubungan
antara faktor pendidikan dengan
pendokumentasian
keperawatan
dengan nilai X² hitung > X² table
yaitu 8,361 > 3,481.
Berdasarkan hasil tersebut
diatas, peneliti berpendapat bahwa
tingkat
pendidikan
sangat
mempengaruhi
sesorang
dalam
melakukan tindakan atau pekerjaan
begitu juga dengan seorang perawat.
Semakin tinggi tingkat pendidikan
perawat
maka
semakin
baik
pelaksanaan
pendokumentasian
keperawatan.
Perawat
yang
berpendidikan SPK dengan DIII
sudah tentu baik pendokumentasian
keperawatan
perawat
yang
berpendidikan DIII, karena ilmu
pengetahuan perawat DIII sudah
lebih tinggi setingkat dibandingkat
perawat tamatan SPK dan cara
pandang
perawat
DIII
lebih
memperdepankan
protap
keperawatan dalam pekerjaanya,
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG
apalagi jika seorang perawat yang
memiliki tingkat pendidikan SI,
maka cara berpikirnyapun akan lebih
rasional dibandingkan perawat DIII
apalagi perawat SPK. Sehingga
perawat SI bertindak sesuai dengan
rasional yang sesuai dengan teori
yang ada dan yang didapat di
institusi pendidikan yang mereka
lalui. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kelengkapan
pendokumentasian
keperawataan
dipengaruhi
oleh
tingkat pendidikan perawat. Untuk
itu perawat yang masih memiliki
pendidikan DIII apalagi SPK untuk
bisa melanjutkan jenjang pendidikan
ketingkat yang lebih tinggi.
Hasil penelitian diatas sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
Rhona
Sandra
(2012)
yang
mengatkan bahwa perawat pelaksana
yang bertugas di ruang rawat inap
RSUD Pariaman yang meliputi 9
ruang rawat inap dengan jumlah 86
perawat pelaksana sebagai responden
dengan uji statistic bivariat chisquare menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara
pendidikan
dengan
pendokumentasian
keperawatan
(p=0,004)
Hasil penelitian diatas sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Khalimah (2007) yang mengatakan
bahwa pendidikan dapat berfungsi
sebagai dasar seseorang untuk
berperilaku sesuai dengan tingkatan
dan jenis pendidikan yang diikutinya.
Pendidikan orang tua merupakan
salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak, karena
dengan pendidikan yang baik, orang
tua dapat menerima segala informasi
dari luar terutama tentang cara
pengasuhan
anak
yang
baik,
bagaimana
menjaga
kesehatan
anaknya,
pendidikannya
dan
sebagainya . Tingkat pendidikan
seseorang dapat dilihat berdasarkan
lamanya atau jenis pendidikan yang
dialami seseorang.
Tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh dalam memberikan
respon terhadap sesuatu yang datang
dari luar. Orang berpendidikan tinggi
akan lebih rasional dan kreatif serta
terbuka dalam menerima adanya
bermacam usaha pembaharuan.
Gilmer dalam frazer ( 1992 )
mengatakan bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah
seseorang berfikir secara luas, makin
tinggi daya inisiatifnya dan makin
mudah pula untuk menemukan cara –
cara
yang
efisien
guna
menyelesaikan pekerjaannya dengan
baik.
3. Faktor Masa Kerja
Dari hasil penelitian tabel 4.3
menunjukkan bahwa paling banyak
responden memiliki masa kerja6 – 10
tahun yaitu 21 orang (47,7 %)
responden yang memiliki masa
kerja< 5 tahun sebanyak 11 orang
(25 %), dan yang memiliki masa
kerja > 10 tahun sebanyak 12 orang
(27,3 %) . Dan setelah dilakukan
pengolahan data dengan Uji ChiSquare, maka dapat dilihat dari tabel
4.9 bahwa ada hubungan antara
faktor
masa
kerjadengan
pendokumentasian keperawatan di
Ruang
Rawat
Inap
RSUD
Bangkinang dengan nilai X² hitung
> X² table yaitu 18,862 > 5,591.
Dari hasil penelitian dan teori
yang dikemukakan oleh beberapa
para ahli, maka peneliti berasumsi
bahwa
faktor
masa
kerja
berhubungan
dengan
pendokumentasian
keperawatan.
Semakin lama masa kerja maka
semakin baik prilaku perawat dalam
melaksanankan tugasnya sebagai
perawat
termasuk
dalam
Ns. M. Nurman, M.Kep
melaksanakan
pendokumentasian
keperawatan.
Hasil penelitian diatas sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rhona Sandra (2012) yang
mengatkan bahwa perawat pelaksana
yang bertugas di ruang rawat inap
RSUD Pariaman yang meliputi 9
ruang rawat inap dengan jumlah 86
perawat pelaksana sebagai responden
dengan uji statistic bivariat chisquare menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara
masa
kerja
dengan
pendokumentasian
keperawatan
(p=0,002)
Hasil penelitian diatas sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Eni (2005) menyatakan bahwa
seseorang akan mencapai kepuasan
tertentu
bila
sudah
mampu
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan. Semakin lama karyawan
bekerja mereka cenderung lebih
terpuaskan dengan pekerjaan mereka
.Para karyawan yang relatip baru
cenderung kurang terpuaskan karena
berbagai pengharapan yang lebih
tinggi. Semakin lama masa kerja
bidan maka semakin banyak
pengalaman yang dimiliki dalam
memberikan pelayanan dibanding
dengan bidan yang baru.
4.
Faktor Pengetahuan
Dari hasil penelitian tabel 4.4
menunjukkan
bahwa
mayoritas
responden berpengetahuan cukup
yaitu sebanyak 24 orang (54,6 %),
berpengetahuan baiksebanyak 10
orang (22,7 %), dan responden yang
memiliki
pengetahuan
kurang
sebanyak 10 orang (22,7%). Dan
setelah dilakukan pengolahan data
dengan Uji Chi-Square, maka dapat
dilihat dari tabel 4.11 bahwa ada
hubungan antara faktor pengetahuan
dengan
pendokumentasian
keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Bangkinang dengan nilai X²
hitung > X² table yaitu 32,133 >
5,591
Dari hasil penelitian dan teori
yang dikemukakan oleh beberapa
para ahli, maka peneliti berasumsi
bahwa
faktor
pengetahuan
mempengaruhi
pendokumentasian
keperawatan. Untuk meningkatkan
pelaksanaan
praktek
pendokumentasian
asuhan
keperawatan pengetahuan perawat
perlu ditingkatkan, beban kerja
perawat yang merupakan kegiatan
tidak langsung perlu dievaluasi
kembali, monitoring dan evaluasi
perlu dilaksanakan secara rutin dan
terus menerus serta dilakukan
pencatatan dan pelaporan, perlu
diterbitkan prosedur tetap penulisan
dokumentasi asuhan keperawatan.
Hasil penelitian diatas sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Martini (2007) menunjukkan
adanya hubungan bermakna antara
pengetahuan
perawat dengan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan
yaitu
menunjukan
pengetahuan perawat 52% yang
mempunyai pengetahuan baik pvalue
0,0001. Format tersedia 61% p value
0,001. Standar asuhan keperawatan
tersedian 59% p value 0,001 serta
hasil pendokumentasian asuhan
keperawatan
penkajian
43%,
diagnosa
29,6%,
perencanaan
keperawatan 29,8%, tindakan 57,8%,
evaluasi 53,4%, catatan asuhan
keperawatan 69%.
Hasil penelitian diatas sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2007) menyatakan
bahwa pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang.
Perilaku yang dilakukan dengan
berdasarkan pada pengetahuan akan
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANGKINANG
bertahan
lebih
lama
dan
kemungkinan menjadi perilaku yang
melekat
pada
seseorang
dibandingkan jika tidak berdasarkan
pengetahuan.
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu seseorang
melakukan pengideraan terhadap
suatu objek tertentu.
Pengetahuan adalah kumpulan
informasi yang dipahami, diperoleh
dari proses belajar selama hidup dan
dapat digunakan sewaktu – waktu
sebagai alat penyesuaian diri baik
terhadap diri sendiri maupun
lingkungannya. Penelitian Rogers
1994 terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan dan kesadaran. Sebelum
seseorang mengadopsi perilaku ia
harus tahu terlebih dahulu apa arti
dan manfaat perilaku tersebut bagi
dirinya
atau
bagi
organisasi
Pengetahuan sangat erat hubunganya
dengan
perilaku
praktek
pendokumentasian
asuhan
keperawatan maka perawat harus
punya
pengetahuan
mengenai
pendokumentasian
asuhan
keperawatan agar dalam memberikan
pelayanan
ada
kesinambungan.
Pengetahuan dasar yang harus
dimiliki
perawat
antara
lain
pengertian
pendokumentasian,
sumber data pendokumentasian, arti
pentingnya
pendokumentasian,
tujuan pendokentasian, manfaat
pendokumentasian.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan
pembahasan
pada
bab-bab
sebelumnya tentang hubungan faktor
– factor yang berhubungan dengan
pendokumentasian keperawatan di
Ruang
Rawat
Inap
RSUD
Bangkinang
dapat
disimpulkan
sebagai berikut:
1. Adanya
hubungan
yang
signifikan antara faktor umur
dengan
Pendokumentasian
keperawatan.
2. Adanya
hubungan
yang
signifikan
antara
faktor
pendidikan
dengan
pendokumentasian keperawatan.
3. Adanya
hubungan
yang
signifikan antara faktor masa
kerja dengan pendokumentasian
keperawatan.
4. Adanya
hubunganyang
signifikan
antara
faktor
pengetahuan
dengan
pendokumentasian keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, E. (2002). Biostatistik
Untuk
Kedokteran
Dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC.
Dermawan, Deden. (2012). Proses
Keperawatan
;
Penerapan
Konsep dan Kerangka Kerja.
Yogyakarta : Gosyen Publising.
Departemen Kesehatan RI. (2010).
Rencana
Strategi
Kementerian Kesehatan Tahun
2010 – 2014.Dari RIhttp//
www.depkes.go.id.
Diakses
Tanggal 01 Juni 2013.
Depkes, RI. (2002).Rumah Sakit.
Dari
http//www.depkes.go.id.
Diakses pada tanggal 05 Mei
2013.
Diyanto. (2007). Hubungan Tingkat
Pendidikan dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian
Keperawatan. Jurnal.
Ns. M. Nurman, M.Kep
Herdiansyah. (2011). Analisis Faktor
– Faktor Pendokumentasian
Keperawatan. Tesis
.
(2010).
Ilmu
Prilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Hidayat, A.A. (2007). Metode
Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam. (2003). Konsep Dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan
Instrument
Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
.(2003).
Pengantar
konsep
Dasar Asuhan Keperawatan.
Jakarta :Salemba Medika.
.(2001). Dokumentasi proses
Asuhan keperawatan. Jakarta :
EGC
Iyer,
Patricia
Dokumentasi
Jakarta : EGC.
.
(2008).
Proses
dan
Dokumentasi Keperawatan ;
Konsep dan Praktik. Jakarta :
Salemba Medika.
W.
(2004).
Keperawatan.
. (2001). Pendekatan Praktis
Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta: Sagung Seto.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(2010).
Rosyidah, Citra E.L. (2010). Analisis
Kepatuhan
Perawat
Pada
Standar Asuhan Keperawatan
Di Unit Rawat Inap Kelas III
RSU PKU Muhammadiyah
Bantul. Yogyakarta : Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas Ahmad Dahlan.
Machfoedz, dkk. (2005). Metode
Penelitian Untuk Mahasiswa
Institusi
Kesehatan
Keperawatan Dan Kebidanan.
Yogyakarta : Fitramaya.
Martini.
(2007).
Hubungan
Karakteristik Perawat, Sikap,
Beban
Kerja,Ketersediaan
Fasilitas
Dengan
Pendokumentasian
Asuhan
Keperawatan di Rawat Inap
BPRSUD Kota Salatiga. Tesis.
Notoadmojo, S. (2005). Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Triyana, Yani F. (2013). Teknik
Prosedur
Keperawatan.
Yogyakarta
:
D-Medika
(Anggota IKAPI).
Wedati, Sri . (2003). Kumpulan
Makalah
Manajemen
Keperawatan.Yogyakarta
:UGM.
Download