Untuk menjamin HAM setelah kejadian genosida

advertisement
STUDI EVALUASI HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP
KASUS KEJAHATAN KEMANUSIAAN (GENOSIDA)
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat nilai UAS mata kuliah Hukum Internasional
Dosen Pengajar : Aria Rangga Kusumah
Dewi Febriani
1042500858
HJ
FISIP 2010
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HUBUNGAN INTERNASIONAL
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... i
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
I.1
LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1
I.2
RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 2
I.3
KERANGKA TEORI....................................................................................................... 3
I.3.1 HUKUM INTERNASIONAL ......................................................................................... 3
I.3.2 HAK ASASI MANUSIA ................................................................................................. 3
I.3.3 HAM DALAM HUKUM INTERNASIONAL................................................................ 5
I.3.4 GENOSIDA ..................................................................................................................... 6
BAB II............................................................................................................................................. 8
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 8
II.1
GENOSIDA DALAM PANDANGAN HUKUM INTERNASIONAL .......................... 8
II.2 EVALUASI PENYELESAIAN KASUS GENOSIDA DALAM HUKUM
INTERNASIONAL..................................................................................................................... 9
BAB III ......................................................................................................................................... 19
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | i
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Genosida merupakan sebuah kejadian tragis yang sangat menarik perhatian para
masyarakat dunia. Dalam hal ini genosida merupakan sebuah usaha suatu etnik untuk
menghancurkan suatu etnik lainnya dengan cara pembunuhan massal.1 Kasus ini merupakan
pelanggaran HAM yang sangat berat dalam yurisdiksi International Criminal Court,2 karena hal
ini merupakan kejahatan kemanusiaan dengan cara pembunuhan massal atau disebut juga
sebagai pembantaian.
Bukan hanya pemusnahan terhadap suatu etnik tertentu, tetapi juga dilakukan terhadap
penguasa-penguasa otoriter dan diktator terhadap para mahasiswa, politisi, dan semua yang kritis
terhadap pemerintah, menghilangkan lawan-lawan politik pemerintah, kebijaksanaan apartheid 3
yang menghina dan menderitakan sejumlah besar manusia, dan sebagainya dengan cara yang
berbeda-beda.4
Kasus genosida ini banyak terjadi di berbagai negara di seluruh dunia. Namun,
penanganannya tidak dilakukan secara tuntas. Salah satu faktornya karena hukum internasional
yang terkait masalah tersebut pun baru didirikan pada tahun 2002, padahal aksi tindakan
pembantaian atau genosida ini telah terjadi di abad sebelum masehi.
Menurut rentetan sejarahnya, genosida muncul oleh pembantaian kaum yahudi terhadap
bangsa Kanaan di abad sebelum masehi, kemudian disusul oleh pembantaian bangsa Helvetia
yang dilakukan oleh Julius Caesar pada abad ke-1 SM, kemudian pembantaian suku bangsa
1
John McCain dan Mark Slater, Karakter-Karakter Yang Menggugah Dunia, 2009, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama, hlm 69
2
International Criminal Court atau ICC ialah Mahkamah Pidana Internasional yang dapat mengadili kasus
pelanggaran terhadap kemanusiaan, genosida, dan kejahaan perang.
3
Apartheid (arti dari bahasa Afrikaans: apart memisah, heid sistem atau hukum) adalah sistem pemisahan ras yang
diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990.
4
Antonio Cassese, Hak Asasi Manusia Yang Berubah, 2005, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, hlm xiii
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 1
Keltik oleh bangsa Anglo-Saxon di Britania dan Irlandia pada abad ke-7, serta berbagai kejadian
genosida besar lainnya seperti Nazi terhadap Yahudi serta Rwanda.5
Berawal dari tindakan rasisme suatu kelompok kemudian menjadi sebuah pembantaian
besar-besaran terhadap suatu kelompok, ras, suku, maupun agama karena dianggap tidak pantas
untuk lebih berkuasa daripada kaum yang melakukan penindasan tersebut, dapat dikatakan kaum
yang melakukan penindasan tersebut merupakan kaum superior. Hal ini menimbulkan kerugian
yang sangat besar karena menyebabkan pembunuhan terhadap orang yang tidak bersalah serta
melanggar hak mereka atas kebebesan terutama untuk hidup. Kekerasan genosida ini telah
menjadi perbincangan dunia sejak pertengahan tahun 1940-an dan masuk dalam pembahasan
hukum internasional karena merupakan sebuah tindak pelanggaran HAM serta merupakan
permasalahan dunia karena benar-benar merugikan banyak kelompok yang tertindas dan juga
mengancam perdamaian dunia.
I.2
RUMUSAN MASALAH
Setiap manusia memiliki hak untuk melakukan berbagai hal yang telah diatur dalam
sebuah hukum. Hak-hak mereka telah ditulis dalam hukum negaranya bahkan hukum
internasional untuk memberikan jaminan terhadap mereka agar terjamin atas segala kebebasan
mereka. Kasus genosida ini muncul menjadi pusat perhatian mata internasional yang menyoroti
berbagai pelanggaran terhadap HAM. Adanya pembantaian dengan pembunuhan massal,
menyingkirkan suatu etnik tertentu hingga melenyapkannya merupakan sebuah ketidak-sadaran
akan hak-hak bagi manusia dalam kebebasan mereka untuk hidup.
Dalam hal ini, penulis menyoroti berbagai permasalahan yang tersirat atas kasus genosida
ini, yaitu:
1. Bagaimana pandangan Hukum Internasional terhadap kasus Genosida yang jelas-jelas
melanggar konvesi mengenai HAM?
2. Bagaimana aplikasi hukum internasional sendiri terhadap genosida?
5
Skripsi Farida Febriana, Genosida Rwanda dan tindakan yang dilakukan oleh hukum internasional dalam
menanganinya, 2008, hlm 3
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 2
3. Bagaimana peran mata internasional, khususnya PBB dalam menindaklanjuti kasus
tersebut?
I.3
KERANGKA TEORI
I.3.1
HUKUM INTERNASIONAL
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional.6 Mulanya, hukum internasional hanya menjelaskan perilaku dan hubungan
antarnegara, tetapi semakin berkembangnya pola hubungan internasional yang semakin
kompleks, pengertian ini semakin meluas dan memiliki arti bahwa hukum internasional juga
mengawasi struktur dan perilaku organisasi internasional, perusahaan internasional, bahkan
individu.
Menurut J.G. Starke, dalam bukunya Stark’s International Law), bahwa hukum
internasional adalah sekumpulan hukum yang untuk sebagian besar terdiri dari azas-azas dan
peraturan-peraturan tingkah laku di mana negara-negara itu sendiri merasa terikat dan
menghormatinya, dan dengan demikian negara-negara itu juga harus menghormati atau
mematuhinya dalam hubungannya satu sama lain, dan yang juga mencakup :
a) peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan berfungsinya lembaga-lembaga atau
organisasi-organisasi internasional, hubungan antara organisasi internasional dengan organisasi
internasional lainnya, hubungan antara organisasi internasional dengan negara serta hubungan
antara organisasi internasional dengan individu,
b) peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu dan subyeksubyek hukum bukan negara (non state entities) sejauh hak-hak dan kewajiban individu dan
subyek hukum bukan negara itu bersangkut paut dengan persoalam masyarakat internasional.
I.3.2
HAK ASASI MANUSIA
Hak Asasi Manusia merupakan hak yang dimiliki oleh semua manusia, yang melekat atau
inheren pada diri manusia. HAM telah mendapatkan beberapa piagam penting yang didapatkan
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_internasional diakses pada tanggal 06/12/2011 pukul 09:44
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 3
dari hasil Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948), Kovenan Internasional Hak Sipil dan
politik serta Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (1966), dan Deklarasi
Wina (1993).7
Dalam pasal terakhir No. 29 dijelaskan bahwa: “Setiap negara mempunyai kewajiban
terhadap masyarakatnya dan bahwa dalam pelaksanaannya hak-hak dan kekuasaankekuasaannya setiap orang hanya dapat dibatasi oleh hukum yang semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan yang layak atas hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain,
dalam rangka memenuhi persyaratan-persyaratan yang adil dalam hal moralitas, kesusilaan,
ketertiban umum, dan kesejahteraan umum yang adil dalam masyarakat yang demokratis.”
Dalam Mukadimah Konvenan Internasional hak sipil dan politik pada tahun 1966,
dicanangkan bahwa hak-hak tersebut diperoleh dari harkat dan martabat manusia, hak ini sangat
fundamental sifatnya dan yang mutlak diperlukan oleh manusia untuk berkembang sesuai dengan
bakat, cita-cita, serta martabatnya. HAM merupakan hak universal yang dimiliki semua manusia
tanpa ada perbedaan baik bangsa, ras, agama, atau jender.
Selain itu, untuk melindungi HAM ada beberapa instrumen terkait hukum yang menjamin
penegakkan HAM, diantaranya:8
1. Magna Charta 1215, yang merupakan catatan beberapa hak yang diberikan oleh Raja
John terhadap tuntutan bangsawan Inggris dan juga sebagai pembatas kekuasaannya.
2. Bill of Rights 1698, yang merupakan undang-undang pertama parlemen Inggris setelah
perlawanan terhadap Raja James II.
3. Declaration des droits de l’homme et du citoyen 1789, naskah dalam revolusi Perancis
sebagai perlawanan terhadap rezim yang lama.
4. Declaration of Independence, naskah yang disusun oleh masyarakat Amerika yang
kemudian menjadi konstitusi Amerika tahun 1971.
7
8
Prof. Miriam Budiarjo. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Hlm 211
Ibid, Prof. Miriam Budiarjo. 2009. Hlm 213
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 4
Hak-hak yang dihasilkan dari dokumen-dokumen diatas memuat dan merinci beberapa
kebebasan yang dberikan kepada individu, yaitu:
1. kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech);
2. kebebasan beragama (freedom of religion);
3. kebebasan dari ketakutan (freedom from fear);
4. kebebasan dari kemelaratan (freedom from want).
Life, Liberty, dan Property merupakan 3 hak alam yang dikemukakan oleh John Locke
dengan maksud Life artinya hak untuk hidup, Liberty dengan kebebasan, dan Property yang
berarti hak milik serta pemikiran bahwa penguasa harus memerintah dengan persetujuan rakyat
(government by consent).
I.3.3
HAM DALAM HUKUM INTERNASIONAL
Dengan adanya Declarations of Human Rights yang ditandatangani oleh 50 negara
merupakan awal dari penegakkan HAM di kancah internasional. Sudah terbentuk 101 instrumen
(alat hukum) yang telah melindungi hak asasi manusia, dengan beberapa dokumen penting
seperti The Universal Declaration of Human Rights, International Convention on Economic,
Social and Cultural Rights, dan International Convention on Civil and Political Rights.
Dalam hal ini, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai organsasi internasional telah
berkontribusi terhadap penegakkan perlindungan HAM internasional dengan membuat dokumen
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) pada tanggal 10 Desember 1948. UDHR ini
mengambil dasar dari pemikiran HAM kebudayaan Barat dan tidak ada negara anggota yang
melawan hal itu, meskipun beberapa negara seperti Arab Saudi, Afrika Selatan, dan blok Soviet
bersikap abstain.
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 5
Pada tahun 1966 PBB berhasil membuat International Convention on Civil and Political
Rights (ICCPR), dan International Convention on Economic, Social, and Cultural Rights
(ICESCR). Kedua kovenan ini mengikat negara-negara anggota PBB dan mengatur tentang:9
Dalam ICCPR, terdapat hak-hak seperti hak untuk hidup, pelanggaran penyiksaan,
pelanggaran perlakuan tidak manusawi dan merendahkan, pelanggaran perbudakan, adanya
kedudukan yang sama dalam hukum, kebebasan berfikir dan beragama, kebebasan berkumpul
dan berekspresi. Sedangkan dalam ICESCR tercantum berbagai hak seperti hak untuk bekerja,
hak untuk mendapatkan lingkungan pekerjaan yang baik, hak untuk bersindikat, hak untuk
mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan jaminan sosial.
Setelah disepakatinya dua kovenan internasional tersebut, kemudian muncul instrumen
hukum lain yang lahir setelah ICCPR dan ICESCR yang substansinya mengatur berbagai hal :
1. Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide
2. Convention relating to the Status of Refugees
3. International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination
4. Convention on the Elimination of Discrimination against Women
Sejalan dengan didirikannya berbagai instrumen internasional yang dikeluarkan oleh
PBB dan organisasi lainya, ternyata dalam peraturan perundang-undangan (hukum positif) yang
berlaku pada suatu negara dimungkinkan adanya penyerapan unsur penegakkan HAM. Ini
menunjukkan wujud implementasi hukum internasional dalam hukum domestik HAM.
I.3.4
GENOSIDA
Genosida berasal dari dua suka kata Yunani dengan “Genos” artinya suku dan “cide”
adalah pembunuhan, yang berarti merupakan pembunuhan suku. (Raphael Lemkin: 1993).
9
http://pirhot-nababan.blogspot.com/2007/09/perlindungan-ham-dalam-kerangka-hukum.html diakses pada tanggal
11/12/2011 pukul 21:13
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 6
Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,
genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama
dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang
berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan
kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran
dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain.10
10
http://www.preventgenocide.org/ab/1998/ diakses pada tanggal 06/12/2011 07:04
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 7
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
GENOSIDA DALAM PANDANGAN HUKUM INTERNASIONAL
Menurut Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide
(CPPCG), genosida didefinisikan sebagai:11
“…any of the following acts committed with intent to destroy, in whole or in part, a
national, ethnical, racial or religious group, as such:
(a) Killing members of the group;
(b) Causing serious bodily or mental harm to members of the group;
(c) Deliberately inflicting on the group conditions of life calculated to bring about
its physical destruction in whole or in part;
(d) Imposing measures intended to prevent births within the group;
(e) Forcibly transferring children of the group to another group.”
Genosida merupakan salah satu jenis pelanggaran berat yang menarik perhatian dunia
internasional. Karena genosida telah menjadi sebuah ancaman yang melanggar berat Hak Asasi
Manusia terhadap suatu kelompok yang menjadi korban pembantaian. Pelanggaran ini juga
termaktub dalam yurisdiksi International Criminal Court bersamaaan dengan kejahatan terhadap
kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.
Menurut hukum internasional dalam pasal II konvensi,12 genosida merupakan sebuah
kejahatan yang menurut hukum internasional harus dicegah dan dihukum yang berdasarkan
dengan kesepakatan meraka dalam Convention on the Prevention and Punishment of the Crime
of Genocide (CPPCG) tanggal 9 Desember 1948.
Dalam pencegahan dan penghukuman yang tertuang dalam konvensi genosida tersebut,
dalam konvensi menyetujui suatu pengadilan internasional yang mempunyai yurisdiksi untuk
mengadili individu-individu yang melakukan genosida, dapat dibentuk di negara-negara peserta
11
12
http://www.preventgenocide.org/ab/1998/ diakses pada tanggal 06/12/2011 07:10
http://www.preventgenocide.org/id/hukum/konvensi.htm diakses pada tanggal 06/12/2011 07:15
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 8
kelak, namun pasal itu juga mengharuskan pengadilan yang berwenang dari negara-negara yang
ikut serta dalam konvensi untuk menyetujui yurisdiksi atas pelanggaran sebelum adanya
pengadilan internasional, apabila kejahatan itu dilakukan di wilayahnya. Demikianlah genosida
dianggap sebagai kejahatan dalam hukum internasional yang menarik yuridiksi universal dan
norma ius cogens.13
II.2
EVALUASI
PENYELESAIAN
KASUS
GENOSIDA
DALAM
HUKUM
INTERNASIONAL
Beberapa kejadian yang dianggap sebagai tindakan genosida adalah :14
1. Pembunuhan massal terhadap etnis Kurdi oleh Turki di wilayah Dersim pada tahun 19371938;
2. Pembunuhan massal terhadap suku Hutu oleh suku Tutsi di Burundi 1972
3. Pembunuhan massal oleh Khmer Merah di Kamboja pada pertengahan 1970
4. Kebijakan melawan Kurdi yang dikeluarkan oleh Anfal pada tahun 1988.
5. Okupasi Indonesia terhadap Timor Timur selama tahun 1975 sampai 1999.
6. Pembunuhan massal Sabra dan Shatila yang terjadi pada September 1982, ketika terjadi
konflik bersenjata antara milisi Lebanon yang didukung oleh Israel melawan Palestina.
7. Invasi Uni Soviet terhadap Afghanistan selama tahun 1979-1989.
Kejadian-kejadian diatas tidak pernah diproses secara hukum, baik melalui pengadilan
nasional ataupun International Court of Justice (ICJ). Namun dalam perkembangannya, ada
13
Ius cogen (mengandung asas-asas umum dan berlaku umum) norma yang diterima dan diakui seluruh komunitas
negara-negara internasional sebagai norma yang tidak boleh ada pengurangan apa pun dan yang hanya dapat
dimodifikasi oleh norma hukum internasional selanjutnya yang memiliki karakter yang sama. Reservations to the
Genocide Convention Case, dipost pada tanggal 27-05-2011, 06:33 PM, oleh rajagodzila diakses pada 11/12/2011
pukul 13:44
14
Ibid, http://pirhot-nababan.blogspot.com/2007/09/perlindungan-ham-dalam-kerangka-hukum.html
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 9
beberapa kasus yang kemudian diadili oleh badan peradilan internasional baik permanen maupun
adhoc15, yaitu :
1. International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR). Pengadilan ad hoc ini didirikan oleh
Dewan Keamanan PBB untuk mengadili pelaku pembunuhan massal terhadap suku Tutsi
dan Hutu moderat oleh Hutu pada perang saudara di Rwanda. Selama sekitar 100 hari
pada tahun 1994, sekitar 937.000 suku Tutsi dan Hutu moderat dibunuh oleh suku Hutu.
Sampai sejauh ini ICTR telah menyelesaikan 21 pengadilan dan menjatuhkan tuntutan
kepada 28 orang. Pengadilan pertama di ICTR dilangsungkan pada tahun 1997, dengan
tertuduh Jean-Paul Akayesu.
2. Konflik bersaudara di Darfur (Sudan), yang diadili oleh ICC.
3. Perang Saudara di Yugoslavia, yang diadili oleh International Criminal Tribunal for the
Former Yugoslavia (ICTY), dan khusus untuk kejadian Srebrenica Massacre atau yang
lebih dikenal dengan Bosnian Genocide sempat menjadi perkara di ICJ pada tahun 2007.
Dari berbagai peristiwa genosida diatas, dapat dikatakan bahwa peran mahkamah
pengadilan hukum internasional tidak menjalankan pencegahan serta pengadilan yang adil
terhadap kasus genosida. Alasannya karena beberapa negara menolak amnesti yang diberikan
oleh mahkamah pengadilan bagi para pelaku pelanggaran berat hak asasi manusia. Mereka
menilai bahwa mengadili pelaku kejahatan tidak menjamin akan terulangnya kejadian yang
serupa di masa depan.
Beberapa sumber kewajiban untuk mengadili terdapat dalam konvensi internasional yang
menyatakan bahwa Hak negara untuk memberikan amnesti terhadap suatu kejahatan dapat
dilangkahi oleh perjanjian yang ditandatangani negara tersebut. Seperti dijelaskan Pasal 27
Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian, “salah satu pihak tidak boleh menggunakan
ketentuan hukum nasionalnya sebagai justifikasi atas kegagalannya menaati sebuah perjanjian.”
Beberapa konvensi yang diberlakukan diantaranya adalah konvensi jenewa 1949, konvensi
genosida, dan konvensi penyiksaan.16 Konvensi-konvensi tersebut diberlakukan untuk pemberian
amnesti terhadap orang-orang yang memiliki kriteria sesuai definisi dalam konvensi tersebut
15
16
Adhoc adalah sementara, namun dalam bahasa latin ialah untuk tujuan tertentu
Ifdhal Kasim, Pengadilan HAM dalam konteks nasional dan internasional, ...
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 10
yang dinegosiasikan dalam konteks perang dingin, jadi konvensi tersebut diberlakukan hanya
dalam situasi tertentu saja.
 Konvensi Jenewa 1949
Dalam konvensi ini, telah mengkodifikasi aturan internasional tentang perlakuan terhadap
tawanan perang dan warga sipil di wilayah konflik. Dalam konvensi ini memuat pernyataan
spesifik tentang pelanggaran HAM berat, yaitu kejahatan perang di bawah hukum internasional
yang memiliki liabilitas individual dan wajib diadili oleh negara. Pelanggaran berat tersebut
mencakup pembunuhan, penyiksaan dan segala perlakuan tidak manusiawi.
Para negara yang menandatangani konvensi Jenewa ini memiliki hak untuk menyelidiki,
mengadili serta menghukum para pelanggar HAM berat tersebut, kecuali mereka menyerahkan
hak tersebut kepada pihak negara lainnya. Commentary to the Conventions, merupakan bukti
yang mewajibkan untuk mengadili para pelaku pelanggar HAM tersebut dan bersifat mutlak
memberikan imunitas atau amnesti dari pengadilan terhadap pelanggaran berat. Namun,
kewajiban untuk mengadili tersebut terbatas untuk konteks konflik bersenjata internasional.
Kemudian dalam memberikan amnesti terhadap pelanggar HAM tersebut, dalam
konvensi Jenewa terdapat kriteria yang mewajibkan negara-negara yang menandatangani
konvensi ini sebagai berikut:

perlu ada jumlah kekerasan yang amat besar untuk bisa disebut sebagai konflik
bersenjata, untuk membedakannya dari gangguan dengan tingkat lebih rendah seperti
kerusuhan atau pertempuran sporadis yang terisolir.

kekerasan di negara-negara tersebut tidak memiliki karakter internasional seperti yang
dimuat dalam Konvensi Jenewa.
 Konvensi Genosida
Konvensi ini mulai berlaku sejak tanggal 12 Januari 1952 dan telah diratifikasi oleh
banyak negara. Dalam konvensi ini, telah memberikan kewajiban mutlak untuk mengadili pelaku
yang bertanggung jawab atas terjadinya tindakan genosida. Namun, dalam konvensi ini juga
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 11
terdapat persyaratan untuk mewajibkan negara-negara dalam konvensi ini dalam mengadili
kejahatan genosida, yaitu:

konvensi tersebut hanya berlaku pada mereka yang memiliki tujuan spesifik untuk
menghancurkan sebagian besar populasi kelompok yang menjadi sasaran.

para korban harus merupakan salah satu kelompok yang dijelaskan dalam Konvensi
Genosida, yaitu nasional, etnik, rasial atau religius.
 Konvensi Penyiksaan
Konvensi ini berlaku pada tanggal 26 Juni 1987 dan disahkan oleh 79 negara. Dalam
konvensi ini mensyaratkan kepada semua negara yang menandatangani konvensi ini untuk
menjadikan semua tindakan penyiksaan sebagai pelanggaran hukum domestiknya, menerapkan
yurisdiksinya terhadap pelanggaran tersebut apabila tersangka pelaku adalah warga negara
tersebut, dan bila negara tidak mengekstradisi tersangka penyiksaan, Konvensi mewajibkannya
untuk menyerahkan kasus tersebut pada otoritas yang kompeten untuk proses pengadilan.
Menurut pengamat, konvensi penyiksaan ini tidak memberikan kewajiban mutlak
terhadap pelanggaran HAM dan tidak secara eksplisit mewajibkan terlaksananya pengadilan,
apalagi pemberian sanksi hukuman, karena konvensi penyiksaan hanya mewajibkan negara
untuk memberikan kasus yang berkaitan dengan tuduhan penyiksaan kepada otoritas yang
mampu memproses kasus tersebut dalam pengadilan dan hanya mewajibkan negara untuk
menjadikan penyiksaan itu dapat dihukum dengan sanksi yang tepat sesuai sifat kejahatannya.
 Konvensi umum HAM
Dalam konvensi ini, berbeda dengan konvensi-konvensi yang telah disebutkan diatas.
Konvensi umum HAM ini meliputi kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan politik, Konvensi
Eropa untuk perlindungan HAM dan kebebasan mendasar tidak memiliki kewajiban untuk
mengadili para pelaku pelanggaran terhadap hal tersebut, tetapi memang dalam konvensikonvensi tersebut mewajibkan negara-negaranya untuk melindungi dan menjamin HAM atas
masyarakatnya.
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 12
 Hukum Kebiasaan Internasional
Beberapa pendapat menyatakan bahwa tindakan kejahatan merupakan tindakan
pelanggaran terhadap HAM yang sangat berat dan dalam hukum ini terdapat kewajiban untuk
mengadili para pelanggar HAM tersebut dan memberikan amnesti karena hal itu merupakan
pelanggaran hukum internasional.
Beberapa kriteria yang terdapat dalam hukum ini yang dapat dikatakan sebagai genosida
adalah, antara lain:
 Membedakan kejahatan terhadap kemanusiaan dari tindakan yang tidak melanggar
hukum (seperti pemenjaraan atau deportasi) yang dilakukan setelah keputusan hukum
atau administratif yang valid setelah proses yang lengkap dan adil.
 Mensyaratkan bahwa tindakan tidak manusiawi tersebut tersebar luas atau sistematis,
bukan hanya tindakan terisolir atau random.
 Kejahatan terhadap kemanusiaan dibatasi pada tindakan tidak manusiawi yang dilakukan
terhadap warga sipil, bukan anggota angkatan bersenjata.
 Mencakup tindakan yang dilakukan atas dasar politik, menunjukan perbedaan penting
antara kejahatan terhadap kemanusiaan dalam hukum kebiasaan internasional dan
 Kejahatan genosida yang oleh konvensi genosida dibatasi di luar “kelompok politik.”
II.3
PERAN INTERNASIONAL : PBB DAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM
MENANGANI GENOSIDA
Untuk menjamin HAM setelah kejadian genosida tersebut, akhirnya PBB berhasil
membuat International Convention on Civil and Political Rights (ICCPR), dan International
Convention on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR) pada tahun 1966 yang mengikat
anggota-anggota negara PBB. Dalam konvensi tersebut telah mengatur berbagai hal hak-hak
manusia secara sama dalam hukum.
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 13
Sejalan diberlakukannya kedua konvensi itu, muncul beberapa instrumen yang lain dan
hadir seperti:17
 Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide
 Convention relating to the Status of Refugees
 International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination
 Convention on the Elimination of Discrimination against Women
Kemunculan instrumen-instrumen tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar dalam
pencegahan pelanggaran HAM, seperti kejahatan genosida maupun pelanggaran berat terhadap
HAM lainnya. International Criminal Court (ICC), dalam hal ini sebagai wadah untuk mengadili
para pelaku pelanggaran HAM yang didirikan berdasarkan Rome Statue tahun 1998. Dalam
Rome Statute tersebut disebutkan bahwa “the most serious crimes of concern to the international
community as a whole”,18 yang mencakup kejahatan genosida (genocide); kejahatan terhadap
kemanusiaan (crimes against humanity); kejahatan perang (war crimes); dan agresi (agression).
Konsep mengenai genosida sendiri telah dilegalkan dalam dokumen formal pasal 6 (c)
dari piagam Nuremburg pada 8 Oktober 1945. Beberapa pelaku pelanggaran berat mendapatkan
pengadilan dan dituduh melakukan tindak genosida, yaitu ‘the extermination of racial and
national groups, against the civilian populations of certain occupied territories in order to
destroy particular races and classes of people and national, racial or religious groups’. Hal ini
menyebabkan Majelis Umum PBB secara bulat mengeluarkan resolusi yang mengatakan bahwa
Genosida merupakan kejahatan yang melanggar hukum internasional. Berdasarkan resolusi
Dewan Ekonomi dan Sosial PBB dibentuklah ad hoc committee on Genocide yang bertugas
merumuskan rancangan konvensi Genosida. Konvensi ini disetujui oleh Majelis Umum PBB 8
bulan kemudian setelah diajukan.
Dalam konvensi genosida juga telah menyatakan bahwa genosida merupakan suatu
kejahatan internasional yang dapat dihukum, baik ia melakukan di waktu perang maupun damai.
17
18
Ibid, http://pirhot-nababan.blogspot.com/2007/09/perlindungan-ham-dalam-kerangka-hukum.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Pidana_Internasional diakses pada tanggal 06/12/2011 09:11
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 14
Konvensi genosida telah memiliki 4 mekanisme untuk mengadili pelaku tindak genosida ini,
yaitu:19
(1)
Diadili didepan pengadilan negara yang di wilayahnya telah dilakukan tindakan
genosida tersebut.
(2)
Pelaku tindakan genosida diajukan didepan pengadilan internasional.
(3)
Pelaku tindakan genosida dapat diajukan ke badan-badan PBB yang berwenang.
(4)
Diajukan kedepan mahkamah pengadilan internasional.
Tabel perkembangan hukum internasional terhadap pelanggarab HAM yang berat
19
ibid, Antonio Cassese, Hak Asasi Manusia Yang Berubah, hlm xiii
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 15
II.3.1 Konvensi tentang pencegahan dan penghukuman tindakan genosida20
Dalam mengatur segala hal tentang genosida, Majelis Umum telah meratifikasi resolusi
96 (I) tertanggal 11 Desember 194-6 bahwa genosida adalah merupakan kejahatan menurut
hukum internasional, bertentangan dengan jiwa dan tujuan-tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa,
dan dikutuk oleh dunia yang beradab. Genosida telah menimbulkan banyak kerugian-kerugian
besar pad kemanusian dan untuk mencegah semua ini, semua negara wajib melakukan kerja
sama internasional.
Beberapa pasal yang disetujui sebagai pertimbangan dalam pencegahan dan
penghukuman tindakan genosida:
Pasal 1
Para Negara Peserta menguatkan bahwa genosida, apakah dilakukan pada waktu damai atau pada
waktu perang, merupakan kejahatan menurut hukum internasional, di mana mereka berusaha
untuk mencegah dan menghukumnya.
Pasal 2
Dalam Konvensi ini, genosida berarti setiap dari perbuatan-perbuatan berikut, yang dilakukan
dengan tujuan merusak begitu saja, dalam keseluruhan ataupun sebagian, suatu kelompok
bangsa, etnis, rasial atau agama seperti:
(a) Membunuh para anggota kelompok;
(b) Menyebabkan luka-luka pada tubuh atau mental para anggota kelompok;
(c) Dengan sengaja menimbulkan pada kelompok itu kondisi hidup yang menyebabkan
kerusakan fisiknya dalam keseluruhan ataupun sebagian;
(d) Mengenakan upaya-upaya yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran di dalam kelompok
itu;
20
......., Konvensi tentang pencegahan dan penghukuman kejahatan genosida, (http://bestbuydoc.com/id/docfile/6852/konvensi-tentang-pencegahan-dan-penghukuman-kejahatan-genosida.html diakses pada 06/12/2011
09:40
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 16
(e) Dengan paksa mengalihkan anak-anak dari kelompok itu ke kelompok yang lain.
Pasal 3
Perbuatan-perbuatan berikut ini dapat dihukum:
(a) Genosida;
(b) Persekongkolan untuk melakukan genosida;
(c) Hasutan langsung dan di depan umum, untuk melakukan genosida;
(d) Mencoba melakukan genosida;
(e) Keterlibatan dalam genosida.
Pasal 4
Orang-orang yang melakukan genosida atau setiap dari perbuatan-perbuatan lain yang
disebutkan dalam pasal 3 harus dihukum, apakah mereka adalah para penguasa yang
bertanggungjawab secara Konstitusional, para pejabat negara, atau individu-individu biasa.
Pasal 5
Para Negara Peserta berusaha membuat, sesuai dengan Konstitusi mereka masing-masing,
perundang-undangan yang diperlukan untuk meinberlakukan ketentuan-ketentuan dalam
Konvensi ini, dan, terutama, untuk mcnjatuhkan hukuman-hukuman yang efektif bagi orangorangyangbersalah karena melakukan genosida atau setiap dari perbuatan-perbuatan lain yang
disebutkan dalam pasal 3.
Pasal 6
Orang-orang yang dituduh melakukan genosida atau setiap dari perbuatan-perbuatan lain yang
disebutkan dalam pasal 3, harus diadili oleh suatu tribunal yang berwenang dari Negara Peserta
yang di dalam wilayahnya perbuatan itu dilakukan, atau oleh semacam tribunal pidana
internasional seperti yang mungkin mempunyai yurisdiksi yang berkaitan dengan para Negara
Peserta yang akan menerima yurisdiksinya.
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 17
Pasal 7
Genosida dan perbuatan-perbuatan lain yang disebutkan dalam pasal 3 tidak dapat dianggap
sebagai kejahatan-kejahatan politik untuk tujuan ekstradisi. Para Negara Peserta bersepakat,
dalam kasus-kasus tersebut, untuk memberikan ekstradisi sesuai dengan - undang-undang
mereka dan perjanjian-perjanjian internasional yang berlaku.
Pasal 8
Setiap Negara Peserta dapat meminta organ-organ Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berwenang
untuk mengambil tindakan menurut Piagain Perserikatan Bangsa-Bangsa, seperti yang mereka
anggap tepat untuk pencegahan dan penindasan perbuatan-perbuatan genosida atau setiap dari
perbuatan-perbuatan lain apa pun yang disebutkan dalam pasal 3.
Pasal 9
Perselisihan antara Para Negara Peserta mengenai penafsiran, penerapan, atau pemenuhan
Konvensi ini, termasuk perselisihan yang berkaitan dcngan tanggung jawab suatu Negara Peserta
untuk perbuatan genosida atau untuk setiap dari perbuatan-perbuatan lain yang disebutkan dalam
pasal 3, harus diajukan ke depan Mahkamah Pengadilan Internasional atas permintaan setiap dari
Negara Peserta yang berselisih.
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 18
BAB III
KESIMPULAN
Genosida muncul pada abad ke-1 SM oleh bangsa Helvetia dan berbagai negara lainnya
setelahnya dan mulai diperbincangkan pada pertengahan tahun 1940-an karena telah merugikan
banyak orang yang menjadi korban dan menggangu stabilitas perdamaian dunia. Dalam hal ini,
PBB berhasil mendirikan Universal Declaration of Human Right (1948) untuk menegakkan
perlindungan HAM di dunia serta beberapa konvensi lainnya seperti International Convention on
Civil and Political Rights (ICCPR), dan International Convention on Economic, Social, and
Cultural Rights (ICESCR). Yang didalamnya termaktub hak atas perlindungan dari penyiksaan
dan hak untuk hidup.
Dalam hukum internasional, genosida merupakan masalah yang harus dicegah dan harus
diadili sesuai dengan hukum yang telah diciptakan. Dalam yurisdiksi International Criminal
Court, genosida merupakan pelanggaran HAM berat. Namun, ternyata pengadilan yang akan
diberikan kepada para pelanggar kejahatan kemanusiaan tidak mudah diberikan, karena dalam
konvensi-konvensi hukum internasional terdapat beberapa syarat yang menyebutkan kasus
kejahatan tersebut termasuk dalam kejahatan genosda atau tidak.
Aplikasi hukum internasional terhadap kasus genosida ternyata belum efektif walau
masalah ini telah banyak termuat dalam banyak konvensi baik yang diratifikasi oleh PBB
maupun instrumen-instrumen lainnya. Ternyata Mahkamah Internasional tidak memiliki
kekuatan yang besar dalam menegakkan keputusannya mengenai hukum internasional dan tidak
semua negara memberlakukan hukum internasional di dalam negaranya. Sehingga negara-negara
hanya memberlakukan hukum internasional berdasarkan kemauan maupun kehendak dari negara
masing-masing.
kedaulatan negara merupakan faktor yang kuat yang dapat memperlemah hukum
internasional. Bahkan setelah PBB mensahkan Konvensi Genosida tahun 1948, hukum
internasional tersebut berlaku tergantung negara-negara yang menyetujuinya atau negara-negara
yang ingin meratifikasi konvensi tersebut ke dalam negaranya sendiri. Hal inilah yang masih
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 19
menyulitkan berlakunya konvensi ini dan mempersulit penegakan hukumnya, dalam hal ini
masalah pencegahan maupun pengadilan terhadap para pelaku kejahatan kemanusiaan
(genosida).
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 20
DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Prof. Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Cassese, Antonio. 2005. Hak Asasi Manusia Yang Berubah. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia
McCain, John, dan Mark Slater. 2009. Karakter-Karakter Yang Menggugah Dunia. Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama
Artikel Ifdhal Kasim, Pengadilan HAM dalam konteks nasional dan internasional
Skripsi Farida Febriana, Genosida Rwanda dan tindakan yang dilakukan oleh hukum
internasional dalam menanganinya, 2008
Situs Web
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_internasional 06/12/2011 pukul 09:44
http://pirhot-nababan.blogspot.com/2007/09/perlindungan-ham-dalam-kerangka-hukum.html
11/12/2011 pukul 21:13
http://www.preventgenocide.org/ab/1998/ 06/12/2011 07:04
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/pelaku-genosida-srebrenica-penjara-seumur-hidup
Hak Asasi Manusia: Aplikasi Hukum Internasional Terhadap Kasus Genosida | 21
Download