perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PERAN HUBUNGAN KONJUNGTIF DALAM MEMBANGUN STRUKTUR WACANA/TEKS 5.1 Pengertian genre Untuk membahas peran hubungan konjungtif dalam membangun struktur teks, kita perlu membahas pengertian genre terlebih dahulu. Hal ini disebabkan jenis genre akan mempengaruhi struktur wacananya. Istilah genre telah dikenal di Eropa, terutama di Perancis, untuk merujuk tekstur potongan horizontal kayu. Istilah ini kemudian digunakan untuk merujuk jenis-jenis karya sastra seperi puisi, prosa, dan drama (lihat Moessner, 2001). Di bidang antropologi istilah ini digunakan untuk merujuk foklor, mitos, legenda, fable dan lain sebagainya. Di dalam kehidupan sehari-hari, istilah genre ini juga digunakan untuk merujuk proses sosial kita sehari-hari seperti, konferensi pers, memorandum of understanding (MOU), musik, dan showbiz (Swales, 1990). Di linguistik mula-mula istilah ini kurang diperhatikan. Hal ini disebabkan karena linguistik struktural dan formal yang pada saat itu menguasai perspektif linguistik cenderung melihat bahwa objek studi linguistik adalah kalimat. Di samping itu linguistik hanya melihat realitas dualisme suatu bahasa seperti langue dan parole (Barthes, 2007; Saussure, 1966) atau competence dan performance (Chomsky, 1957, 1975). Keengganan para linguis menggunakan istilah genre ini, menurut Levinson (dalam Swales, 1990), juga dipengaruhi oleh kenyataan bahwa istilah ini berbau sastra atau seni yang sering dianggap tidak ilmiah. Seperti yang telah dibahas sedikit di Bab I, genre merupakan suatu proses sosial, yang merupakan realisasi dari nilai dan norma kultural. Genre masih berupa aturan yang harus dianut di dalam melaksanakan suatu proses social. Kenyataanya terdapat dua macam proses sosial di dalam masyarakat kita yaitu proses sosial verbal dan proses sosial-non verbal. Proses sosial verbal yaitu suatu proses sosial yang menggunakan bahasa sebagai media utama, sedangkan proses sosial non-verbal yang ada di dalam proses sosial verbal ini bersifat periferal. commit to user 69 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Proses sosial verbal ini termasuk proses sosial mendengarkan radio, membaca koran, diskusi, musyawarah, dan sebagainya. Kemudian proses sosial non-verbal adalah proses sosial yang menggunakan non-kebahasaan sebagai medium utamanya, sedangkan penggunaan bahasa dalam proses sosial ini bersifat periferal. Contoh proses sosial non-verbal meliputi kegiatan ekonomi, olah raga, politik, seni dan lain sebagainya. Figur 5.1 berikut menggambarkan klasifikasi ini. Figure 5.1: Proses social verbal dan non-verbal Proses social verbal Proses social non-verbal Non-verbal Bahasa Bahasa Non-verbal Secara semiotik genre merupakan prototipe proses sosial verbal yang masih berupa aturan. Oleh karena itu genre bukan bahasa, genre masih berada di dalam konteks kultural (Martin, 1992) atau masih dalam bentuk konsep sosial (Reinolds dalam Vestergaard, 2000). Di dalam dua dekade terakhir istilah genre telah digunakan secara luas di bidang linguistik. Oleh karena itu tidak heran apabila banyak bermunculan arti genre di antara linguis. Kenyataanya di dunia ini, ada tiga aliran yang kuat dalam studi mengenai genre, yaitu English for Specific Purposes (ESP), New Rhetoric, and Australian Genre theories (Hyon, 1996). Peneliti di bidang ESP mendifinisikan genre sebagai kejadian komunikasi ‘communicative events’ di dalam suatu masyarakat wacana. Kejadian komunikasi ini ditandai dengan tujuan komunikasi dan variasi pola kebahasaan yang digunakan untuk merelasisasikan tujuan tersebut. Variasi pola tersebut meliputi struktur, isi, dan audiens yang dituju (Kurzon, 1997; Swales, 1990). Tujuan komunikasi tersebut ditandai dengan pergerakan struktural ‘structural moves’ commit to user struktural tersebut bervariasi pada kejadian komunikasi tersebut. Pergerakan 70