JET BLUE AND THE VETERANS ADMINISTRATION : THE CRITICAL IMPORTANCE OF IT PROCESSES (CASE 4) Oleh : Srihadiyati Ayu Bestari NRP P056134092.54E Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen Dosen Pengampu : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc. (CS) Penyerahan Tugas : 10 Januari 2014 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 PENDAHULUAN Profil Perusahaan JetBlue Airways merupakan sebuah maskapai penerbangan penumpang inovatif yang memenangkan penghargaan di tiket kompetitif terutama pada rute point-to-point. JetBlue didirikan pada bulan Agustus 1998 oleh David Neeleman, dengan Joel Peterson sebagai Ketua dan David Barger sebagai Presiden dan CEO. Pada tanggal 31 Desember 2009, mulai dioperasikan 600 penerbangan setiap hari ke 60 tujuan di 20 negara bagian dan Puerto Rico, dan 11 negara di Karibia dan Amerika Latin melalui armada 110 pesawat Airbus A320 dan 41 Embraer 190 pesawat armada termuda dan paling hemat bahan bakar diantara maskapai penerbangan utama AS. Perusahaan, melalui anak perusahaannya, LiveTV, LLC, juga menyediakan hiburan dalam penerbangan, komunikasi suara, dan layanan data konektivitas untuk pesawat penerbangan komersial dan umum, termasuk satelit televisi siaran langsung disetiap kursi, radio satelit digital, pesawat link layanan data nirkabel, dan sistem surveilans kabin. Memiliki perjanjian kerjasama dengan American Airlines Inc. JetBlue Airways Corporation menawarkan pelanggan sebuah produk berkualitas tinggi, pesawat hemat bahan bakar, jok kulit, hiburan gratis dalam penerbangan di setiap kursi, tempat duduk kulit dan kinerja yang handal. Perusahaan yakin telah mengembangkan budaya perusahaan yang berorientasi-layanan yang kuat dan dinamis dibangun pada lima nilai-nilai kunci yaitu Keselamatan, Peduli, Integritas, Menyenangkan dan Bergairah. Maskapai regional, seperti SkyWest Airlines dan Comair, biasanya mengoperasikan pesawat yang lebih kecil pada rute dengan volume yang lebih rendah daripada maskapai jaringan tradisional. Pemasaran jasa ini melalui iklan dan promosi di koran, majalah, televisi, radio, melalui internet, billboard outdoor, dan melalui hubungan masyarakat dan promosi yang ditargetkan. Saat ini perusahaan berpartisipasi dalam tiga GDSS utama (Sabre, Travelport dan Amadeus) dan empat besar agen perjalanan online, atau OTAs (Expedia,Travelocity, Orbitz, dan Priceline). Gambar 1. Interface JetBlue Airways Ringkasan Kasus JetBlue Perusahan airlines JetBlue awalnya memutuskan untuk tidak menggunakan sistem IT sebagai salah satu alat dalam kegiatan operasionalnya. JetBlue mengalami kondisi sulit saat mereka terpaksa membatalkan 1000 penerbangan akibat badai salju pada Februari 2007. Saat itu, mereka tidak memiliki sistem untuk mengatur ulang reservasi tiket dan layanan informasi kepada penumpang mengenai re-booking tiket dan jadwal penerbangan. Masa kritis tersebut menjadi titik balik manajemen untuk memutuskan penggunaan TI yang terintegrasi dalam kegiatan operasional perusahaan. Veteran Adminitration Pada September 2007, House Committee on Veteran Affairs, mempelajari mengenai kegagalan sistem pencatatan fasilitas medis aplikasi kunci di 17 Veteran Administrations. Setelah seluruh unit VA di California gagal mengakses VISTA dan CPRP (sistem pencatatan pasien) pada Agustus 2007, muncullah keputusan manajemen untuk memindahkan server sistem yang tadinya lokal menjadi terfokus pada satu tempat sebagai pusat data. PEMBAHASAN STUDI KASUS Pertanyaan Studi Kasus 1. Eric Brinker dari JetBlue mencatat bahwa database yang dikembangkan selama krisis tersebut belum diperlukan sebelumnya karena perusahaan belum pernah mengalami kehancuran. Apa risiko dan manfaat yang terkait dengan pendekatan ini untuk perencanaan TI? Berikan beberapa contoh dari masing-masing. Jawaban : Kendala cuaca seharusnya bukan masalah bagi perusahaan penerbangan terutama perusahaan penerbangan besar seperti JetBlue serta pengaturan penjadwalan penerbangan. Pada kasus ini, JetBlue gagal menghadapi situasi tersebut, karena mempunyai kekurangan dibidang manajemen operasi dan krisis manajemen. Pada saat JetBlue sedang menghadapi krisis yang disebabkan oleh cuaca yang sangat buruk sehingga mengakibatkan ribuan jadwal penerbangan tertunda. Hal ini dikarenakan regulasi yang tidak memungkinkan pesawat untuk take off dalam kondisi landasan pacu yang sangat licin. Karena penundaan ini maka puluhan ribu calon penumpang yang sudah akan berangkat tidak dapat diberangkatkan. Setelah terjadinya kekacauan jadwal penerbangan pasca terjadinya badai salju tersebut baru disadari bahwa sistem teknologi informasi yang baik pada sebuah perusahaan penerbangan sangat diperlukan. Penggunaan teknologi informasi pada perusahaan pada dasarnya adalah bertujuan untuk mengalokasikan serta mengefektifkan sumber daya yang tersedia seperti sumberdaya manusia sehingga dapat berkolaborasi atau berintegrasi untuk menghasilkan keuntungan yang optimal dengan pengeluaran (cost) yang dapat diperhitungkan (reasonable dan visible). Pembuatan database crew dilakukan dengan manual dengan cara pihak off air operator JetBlue menguhubungi crew nya ataupun crew yang menghubungi off air operator untuk meng-update lokasi mereka dan disesuaikan dengan sistem dispatcher mereka dimana beberapa data sudah tidak akurat lagi. Hal ini sangatlah beresiko dimana input dilakukan dalam kondisi krisis dan dilakukan secara manual serta untuk proses pengupdatean data dilakukan melalui sambungan telepon. Dalam hal ini, pelaksanakan pembuatan database ini juga mempunyai resiko juga karena tentunya tidak melalui proses Modeling and Analytic Capability yang sesuai dan tanpa reporting yang lengkap karena sebelumnya tidak ada dalam perencanaan mereka untuk sistem tersebut. Pada saat JetBlue membatalkan lebih dari 1000 jadwal penerbangan pasca badai salju, disaat yang sama para staff mereka tidak dapat mengambil keputusan yang cepat dikarenakan mereka tidak mengerti akan sistem reservasi untuk menjadwal ulang schedule keberangkatan pesawat berikutnya dan kaitannya dengan sistem database adalah mereka kesulitan menghubungi crew yang berada di lapangan apakah mereka berada di lokasi sesuai dengan database atau berada di tempat lain. Kondisi ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan. Untuk memperbaiki kinerja perusahaan penerbangan JetBlue, perusahaan perlu melakukan perbaikan dalam sistem database, dengan melakukan perbaikan sistem, semua langkah manual yang memperlambat kinerja tersebut akan berkurang. Pengambilan langkah ini sangat tepat sesuai dengan tahapan pertama dalam langkah perencanaan IT adalah menggunakan sumber data yang tepat dan benar untuk memudahkan IT mendukung bisnis. Sumber data ini diambil langsung dari crew dimana petugas pengumpul data menghubungi crew atau sebaliknya. Dengan sumber yang sudah benar ini langsung dibandingkan dengan data yang terdapat disistem. Tanpa melakukan ini, dengan sistem atau alat secanggih apapun tidak akan dapat menghasilkan sesuatu yang berguna bagi bisnis jika data yang disajikan tidaklah up to date dan tepat. Ketika data terkumpul dengan baik maka keputusan untuk melakukan penerbangan, menentukan rute dan memilih crew yang tepat dapat diambil dengan cepat dan efektif. Contohnya, jika cuaca disuatu tempat sudah membaik dan tujuan dari penerbangan itu sudah membaik pula, maka pesawat dapat diterbangkan, dengan begitu crew yang ada disekitar daerah tersebut dapat dipanggil untuk bekerja. Setelah kondisi buruk tersebut terjadi, perusahaan JetBlue melakukan perbaikan sistem informasi yang merupakan tuntutan setiap perusahaan pada saat ini guna meningkatkan pelayanan sebelum dan sesudah flight services terhadap para customer. JetBlue mengimplementasikan full-time system dan melakukan perbaikan terhadap personil, juga melakukan perbaikan terhadap bagaimana mereka berkomunikasi dengan customernya. Perbaikan sistem ini menghasilkan beberapa keuntungan diantaranya meminimumkan waktu respon terhadap layanan pelanggan dan efisiensi di berbagai bidang. Sistem database juga dapat dijadikan sebagai nilai tambah lain yang menguntungkan perusahaan dan pelanggan. Dengan dikembangkannya sistem database yang baik, pelanggan akan menjadi lebih mudah dalam menggunakan layanan yang ditawarkan perusahaan. Sebagai contoh pada perusahaan penerbangan ini digunakan untuk mengingatkan jadwal keberangkatan/reservasi melalui email yang dapat di install pada gadget (Mobile Phone, Smart Phone, Blackberry, IPhone, IPad, dsb) sehingga akan memuaskan pelanggan yang akan berdampak positif menghasilkan keutungan kepada perusahaan kedepannya. 2. Dengan melihat ke belakang, kita sekarang tahu bahwa keputusan yang dibuat oleh Eric Raffin dari VA untuk tidak mengalihkan data ke situs Denver adalah yang benar. Namun, kegagalan terjadi untuk mengikuti prosedur cadangan ditetapkan. Dengan informasi yang ia miliki saat itu, alternatif lain apa yang dia bisa pertimbangkan? Kembangkan setidaknya dua dari alternatif tersebut. Jawaban : Dalam kasus tersebut diketahui bahwa VISTA system di VA mengalami gangguan di site. Pada awalnya Eric Raffin melihat permasalahan ini hanya pada software saja dan tidak terkait kedalam sistem informasi keseluruhan. Dengan asumsi jika permasalahan ada di software maka dengan sistem yang tersinkronisasi dengan baik maka file yang rusak dari primary computer akan terduplikasi ke secondary computer, demikian seterusnya. Oleh karena itu Eric Raffin tidak melakukan backup data ke Denver site hal tersebut dilakukan dengan maksud agar tidak mengganggu site-site dibawah Denver. Selanjutnya tim di Sacramento segera melakukan troubleshooting dengan melakukan backup data untuk file read only di server ataupun tapping dari PC local untuk mengamankan database pasien yang tersimpan didalamnya. Ternyata Eric Raffin lengah bahwa dia tidak mendapatkan data perubahan apa saja yang telah dilakukan terakhir kali sebelum masalah ini terjadi. Terdapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu melalui perubahan pada aspek-aspek berikut, diantaranya : Melakukan perbaikan ke arah pengembangan yang menyeluruh terhadap teknologi informasi yang saat ini digunakan yaitu kontrol atau monitoring sistem TI dan database yang semula dilakukan secara lokal diubah menjadi sistem TI regional atau terpusat. Dengan sistem terpusat ini, maka semua data base dan perubahan-perubahan yang dilakukan, secara cepat dapat di-back up oleh sistem pusat secara real time dan tersimpan secara aman. Dengan adanya server maka data menjadi terpusat dan mampu dikelola dengan baik oleh sebuah sistem kelola yang baik pula. Memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang menjadi pengelola melalui kegiatan pelatihan maupun pergantian. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pengelolaan system. Melakukan perubahan dalam struktur organisasi perusahaan (VA) dari proses lokal menjadi proses data terpusat di regional. Seperti halnya yang kita ketahui bahwa VA mempunyai IT Service, bagian yang berwenang untuk pengalokasian dana dan IT Staff yang masing-masing berdiri sendiri. Semua putusan yang berhubungan dengan proses IT dibuat antara pimpinan IT lokal dan direktur. Kebijakan yang dibuat harus satu visi sehingga team dapat melakukan pekerjaan secara maksimal sehingga setiap perubahan harus dilakukan antisipasi langkah pengambilan keputusan yang cepat serta tidak lupa memicu energi perubahan yang dapat menganalisis setiap potensi permasalahan yang ada. Menggunakan jasa pakar yang memang ahli di bidang tersebut, dalam hal ini jasa konsultan IT atau service IT provider. Alternatif ini membutuhkan investasi yang realtif mahal dikarenakan mereka dapat memberikan solusi berdasarkan pengalaman dan keahlian di bidangnya. 3. Sebuah perubahan kecil didokumentasikan mengakibatkan runtuhnya sistem VA, terutama karena keterkaitan yang tinggi antara aplikasi. Apa sisi positif dari tingkat tinggi interkoneksi, dan bagaimana hal ini memberikan manfaat bagi pasien? Berikan contoh-contoh dari kasus ini untuk membenarkan jawaban Anda. Jawaban : High degree interconnection dapat diartikan sebagai hubungan secara langsung (interkoneksi) antara dua atau lebih sistem IT dengan tujuan berbagi data atau sumber sumber informasi lainnya. Pada dasarnya interkoneksi dapat dipaparkan dalam empat bagian life-cycle, yaitu: 1. Planning the Interconnection Pada cycle awal ini semua pihak harus menjabarkan dan mengevalusi semua aspek teknikal, sekuritas dan administrasi yang relevan kemudian membuat perjanjian yang mengatur manajemen, operasi dan kegunaan interkoneksi ini. 2. Establishing the Interconnection Kelompok interkoneksi ini akan melakukan mengembangan dan pelaksanaan interkoneksi pada tahap ini. Termasuk dalam tahap ini adalah menjalankan atau melakukan konfigurasi yang berhubungan dengan security. 3. Maintaining the Interconnection Kelompok interkoneksi ini akan melakukan maintainance (perawatan) dalam hal ini untuk menjamin kelancaran koneksi yang telah dihubungkan. Hal ini untuk menjamin agar sistem yang dibuat berjalan dengan baik dan aman. 4. Disconnected the Interconnection Satu atau lebih dari anggota interkoneksi ini dapat melakukan pemutusan hubungan. Pemutusan hubungan interkoneksi ini harus dilakukan dengan perencanaan yang matang agar tidak mengganggu sistem dari pihak lainnya. Dalam kondisi darurat semua anggota interkoneksi dapat melakukan pemutusan sistem interkoneksi secepatnya, tanpa perencanaan. Dalam kasus sistem Veterans Administration (VA), interkoneksi terjadi melalui integrasi sistem yang dimiliki. Dimana VA menggunakan 2 aplikasi utama TI untuk pasien, yaitu Vista dan CPRS. VISTA atau Veteran Health Information Sytem and Technology Architecture merupakan aplikasi sistem TI yang digunakan untuk memantau hasil rekaman kesehatan pasien secara elektronik. Sedangkan CPRS atau the Computerized Patient Record System merupakan perangkat aplikasi kesehatan yang memberikan rekaman data-data kesehatan yang saling terkait dari para Veteran. Untuk mendapatkan data-data dari CPRS, petugas harus masuk ke aplikasi VISTA. Dengan terintegrasinya kedua sistem tersebut, dokter, suster dan petugas lainnya dapat mengambil data-data rekaman kesehatan pasien yang diperlukan. Dengan datadata tersebut, dokter dapat melakukan diagnosa penyakit dari pasien secara lebih tepat dan lebih cepat. Melalui sistem ini petugas kesehatan juga dapat memperoleh informasi-informasi penting yang diperlukan bagi proses penyembuhan dan perawatan pasien, seperti informasi real time mengenai jadwal kunjungan pasien yang dirawat, waktu-waktu khusus untuk pemeriksaan dan juga jadwal check up rutin bagi pasien. Tentunya dengan adanya sistem tersebut, sangat bermanfaat bagi pasien dalam hal penyembuhan, perwatan, maupun mempertahankan kondisi kesehatan pasien. Terdapat sisi positif lain dari adanya penggunaan sistem tersebut yaitu pentingnya nilai sebuah dokumentasi melalui sebuah koneksi yang baik. Dengan sistem yang sudah terkoneksi dengan baik, ketika bagian tertentu mengalami masalah maka terdapat bagian lain dalam sistem tersebut yang mampu mem-backup masalahnya. Dengan koneksi yang baik informasi akan akurat. Sehingga segala informasi terkait kondisi pasien, baik tindakan medis apa sudah dilakukan dan yang dilarang terhadap pasien dapat diketahui dan sebelum dilakukan tindakan selanjutnya, pihak medis telah mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat tentang kondisi pasien. Yang semuanya akan membantu tindakan terbaik yang akan dilakukan terhadap pasien. Sebagai contoh adalah ketika sebuah rumah sakit melakukan tindakan medis terhadap seorang pasien dimana tindakan tersebut sebenarnya sudah pernah dilakukan dan tidak memberikan hasil yang positif.