deskripsi mtaeri pertemuan 10 proses order costing

advertisement
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN KE-10:PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PROSES
( PROSES ORDER COSTING)
Mata Kuliah : Akuntansi Biaya & lab
Dosen Pengampu: Rudy.H, S. E, M. M, C. R. B. D.
Assalamu’alaikum Warohmatulohi Wabarokatuh………..
Selamat siang………. salam sejatera buat kita semua…………………..
Perkuliahan kita pada pertemuan ke 10 ini, kita akan membahas materi tentang Perhitungan
Biaya Berdasarkan proses ( Proses Order Costing).
Dalam materi ini banyak dibahas tentang perlakuan akuntansi terhadap bahan baku, tenaga
kerja langsung dan Fctori Overhead. Selain itu juga kita akan membahas bagaimana cara
membuat laporan biaya produksi, baik produksi satu departemen, atau produksi lebih dari
1
satu departemen. Mohon kiranya, teman-teman mahasiswa lebih serius dan lebih teliti dalam
hal membuat laporann biaya produksi.
A. Pendahuluan
Biaya proses adalah sistem biaya produk yang mengakumulasikan biaya biaya
berdasarkan proses atau departemen dan tugas tugas mereka menjadi jumlah yang besar
dari produk yang hampir sama. Jenis perusahaan yang memakai proses biaya karyawan
yang di standarisasi proses produksi menjadi perusahaan industri dengan prosuk sama.
Biaya proses menyiapkan informasi untuk manajer dalam menganalisa produk dan
keuntungan pelanggan dalam menentukan harga, produk campuran dan proses
perbaikan.
Pada kebanyakan bisnis manufaktur, biaya produksi menggunakan salah satu
dari dua sistem akumulasi; sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan atau proses.
Pada umumnya, sistem perhitungan biaya berdasarkan proses lebih ekonomis daripada
sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Sebaliknya, sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses hanya dapat digunakan apabila yang diproduksi dalam satu
departemen atau pusat biaya adalah produk yang sejenis atau homogen.
2
Untuk menetapkan biaya ke produk, banyak perusahaan menggunakan kalkulasi
biaya pesanan, kalkulasi biaya proses atau kalkulasi biaya operasi. Manajemen
berdasarkan kegiatan dapat digabungkan dengan sistem kalkulasi biaya produk tersebut.
Suatu batch, kontrak, atau pesanan menyerap biaya dengan menggunakan system
pesanan pekerjaan(job order).
Bahan langsung dan tenaga kerja langsung yang
berkaitan dengan setiap pekerjaan diidentifikasikan dan diakumulasi pada kartu biaya
pesanan, karena sumber daya overhead pabrik biasanya tidak dapat ditelusuri pada suatu
pekerjaan tertentu, overhead ditetapkan atas dasar hubungan sebab akibat.
Kalkulasi biaya proses mengakumulasikan biaya per departemen untuk suatu
periode waktu dan mengalokasikan biaya tersebut di antara produk yang diproses selama
periode berjalan. Kalkulasi biaya proses mengetahui biaya setiap job lebih besar
daripada biaya tambahan yang dikeluarkan jika menggunakan system kalkulasi biaya
pesanan. Suatu perusahaan mungkin menemukan bahwa gabungan system kalkulasi
biaya proses dan kalkulasi biaya pesanan adalah adalah system yang paling baik dalam
memenuhi kebutuhan;system seperti itu adalah system kalkulasi biaya operasi. Baik
3
organisasi jasa maupun manufaktur harus memilih system yang paling baik untuk
memenui kebutuhan mereka masing-masing.
B. Aliran produksi secara fisik
Tiga bentuk aliran produksi fisik yang berhubungan dengan perhitungan biaya
berdasarkan proses adalah sebagai berikut :
1) Aliran produk parallel
Dalam aliran ini, bagian tertentu dari pekerjaan dilakukan secara simultan
dan kemudian disatukan pada proses – proses final untuk diselesaikan dan ditransfer
ke barang jadi. Pemrosesan bagian-bagian dari kayu dimulai dengan departemen
pemotongan. Secara simlutan, pemrosesan bagian-bagian dari logam dimulai di
departemen peleburan. Di kedua departemen tersebut, bahan baku, tenaga kerja dan
overhead pabrik digunakan. Pekerjaan yang telah selesai di departemen pemotongan
ditransfer ke departemen pengamplasan, di mana tambahan tenga kerja dan overhead
pabrik digunakan. Pekerjaan yang telah selesai di departemen pengampalsan maupun
4
pekerjaan yang telah selesai di departemen percetakan, keduanya ditransfer ke
departemen perakitan, di mana tambahan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead
pabrik digunakan. Dari sana pekerjaan kemudian berpindah ke departemen
pengecetan, di mana tambahan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik
digunakan. Akhirnya produk berpindah ke gudang barang jadi.
2) Aliran produk berurutan
Dalam aliran ini produk berurutan, setiap produk diproses dalam urutan
langkah-langkah yang sama. Pemrosesan ini dimulai di departemen pemotongan di
mana bahan baku dikombinasikan dan biaya tenaga kerja langsung serta overhead
ditambahkan. Ketika pekerjaan selesai dilakukan di departemen pemotongan,
pekerjaan berpindah ke departemen perakitan, di mana tambahan biaya tenaga kerja
langsung dan overhead terjadi. Setiap departemen setelah departemen pertama
mungkin menambahkan bahan baku atau seperti departemen perakitan dalam contoh
ini, hanya menambahkan biaya tenaga kerja dan overhead pabrik. Setelah produk
5
diproses oleh departemen perakitan, produk-produk tersebut ditransfer ke departemen
pengepakan dimana tambahan bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik
digunakan. Setelah penyelesaian di departemen pengepakan, unit sudah selesai dan
ditransfer ke persediaan baran jadi untuk disimpan sampai dibeli oleh pelanggan.
3) Aliran produk selektif
Dalam aliran ini, produk berpindah ke departemen-departemen berbeda
dalam suatu pabrik, tergantung pada produk final apa yang akan dihasilkan. Akunakun yang ditunjukkan mengilustrasikan aliran selektif di pabrik pengolahan daging.
Setelah proses penjagalan atau pemotongan awal selesai, beberapa produk langsung
ditransfer ke departemen pengepakan dan kemudian ke barang jadi. Sebagian produk
ditransfer ke departemen pengasapan, kemudian ke departemen pengepakan dan
akhirnya ke barang jadi. Sebagian lainnya dipindahkan ke departemen penggilingan,
kemudian ke departemen pengepakan dan akhirnya ke barang jadi.
Karakteristik dari Process costing :
6
Digunakan untuk produksi yang berkesinambungan dan masal
Biaya dibebankan ke perkiraan barang dalam proses pada tiap departemen
Informasi biaya produk digunakan untuk menghitung total biaya dan biaya per
unit
Barang dalam proses pada akhir periode dinilai dengan ekuivalen unit yang
berarti unit produk dalam proses yang dinyatakan dalam ukuran produk selesai.
Biaya unit jadi dari suatu departemen ditransfer ke departemen selanjutnya,
sehingga dapat diketahui total biaya pada akhir periode untuk barang jadi dan
untuk barang dalam proses
C. Akuntansi pada process costing
a. Akuntansi untuk bahan baku
Didasarkan
pada
formulir
permintaan
barang
dan
departemen
yang
membutuhkan.
Jurnal pencatatan bahan baku langsung yang digunakan:
Barang dalam proses-departemen perakitan
Rpxxx
7
. Persediaan bahan baku
Rpxxx
b. Akuntansi untuk Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dibebankan ke departemen yang
bersangkutan.
Jurnalnya:
Barang dalam proses-departemen perakitan
Rpxxx
Barang dalam proses-departemen pengujian
Rpxxx
Barang dalam proses-departemen penyelesaian
Rpxxx
Biaya gaji
Rpxxx
c. Akuntansi untuk factory overhead
Biaya FOH yang actual dicatat dalam Foh control pada saat dikeluarkan.
Jurnalnya adalah:
Pengendali overhead pabrik
Rpxxx
Akumulasi penyusutan
Rpxxx
Bahan baku tidak langsung
Rpxxx
Tenaga kerja tidak langsung
Rpxxx
Pembebanan biaya overhead ke departemen dilakukan pada akhir period ke
perkiraan FOH Applied (overhead pabrik dibebankan).
Jurnalnya adalah:
Barang dalam proses-departemen perakitan
Rpxxx
Barang dalam proses-departemen pengujian
Rpxxx
Barang dalam proses-departemen penyelesaian
Rpxxx
Overhead pabrik dibebankan
Rpxxx
8
d. Laporan biaya produksi
Mencerminkan jumlah unit yang diselesaikan menggunakan bahan baku, tenaga
kerja dan overhead yang dikeluarkan selama satu periode
Contoh:
Unit yang diselesaikan dan ditransfer 45.000 unit
Barang dalam proses dalam sebanyak 4.000 unit(50% selesai) masih
memerlukan 50% biaya tenaga kerja dan biaya overhead.
Maka unit ekuivalen = Unit Jadi + (% x Barang dalam proses)
Bahan baku
: 45.000 + 4000 = 49.000 unit
Tenaga kerja FOH
: 45.000 + (50% X 4.000 )
= 47.000 unit
Metode rata-rata tertimbang dan FIFO merupakan dua pendekatan untuk
menangani persediaan awal dalam kalkulasi biaya proses. Kalkulasi biaya FIFO
menunjukkan unit persediaan awal yang terpisah dari biaya yang dibebankan
pada unit yang dimulai dan diselesaikan dalam suatu periode. Perhitungan unit
9
ekuivalen dalam dua metode ini berbeda karena perlakuan terhadap persediaan
awal.
Dengan menggunakan manufaktur just in time, akuntan dapat mengabaikan
kalkulasi unti ekuivalen secara keseluruhan karena terdapat sedikit atau tidak
sama sekali barang dalam proses akibat pengurangan waktu tenggang. Akibat
pengurangan yang substansial atas tingkat persediaan barang dalam proses dan
barang jadi, kebutuhan untuk mengalokasikan biaya secara terpisah ke
persediaan akhir menjadi berkurang. Sistem just in time membebankan biaya
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik ke harga pokok penjualan secara
langsung dan bukan ke barang dalam proses dan barang jadi.
Dalam membuat laporan biaya produksi, ada dua metode yang dapat digunakan,
yakni;
1. Metode Rata-Rata tertimbang
10
2. Metode FIFO
Pada Metode Rata-Rata Terimbang, penentuan Ekuivalen produk sebagai
berikut:
Ekuivalen Produk = Produk Jadi + (% Penyelesaian x BDP akhir)
Sedangkan dalam metode FIFI, rumusnya adalah sbb;
Ekuivallen Produk =
Produk Jadi + ( % Penyelesaian x BDP ahir) – ( % Penyelesaian x BDP
Awal )
Contoh;
Persediaan awal PDP
= 500 unit
(Tingkat penyelesaian : 100% bahan baku, dan 60% biaya konversi)
Produk masuk proses
= 2.000 unit
Produk selesai ditransfer
= 1.900 unit
Persediaan akhir PDP
=
600 unit
(Tingkat penyelesaian : 100% bahan baku, 70% biaya konversi)
Perhitungan Unit Ekuivalen Produk ( Metode Rata-Rata Tertimbang);
Bahan Baku = 1.900 Unit + ( 600 unit x 100%) = 2.500 unit
By.Konversi = 1.900 unit + ( 600 unit x 70% ) = 2.320 unit
Perhitungan Unit Ekuivalen Produk ( Metode FIFO);
Bahan Baku = 1.900 + ( 600 x 100%) - ( 500 x 100%) = 2.000 unit
By.Konversi = 1.900 + ( 600 x 70% ) - ( 500 x 60% ) = 2.020 unit
11
Berdasarkan penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan kesetiap
departemen produksi dapat diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk
masing-masing departemen. Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki
format yang beragam, dengan informasi menunjukkan :
1. Skedul Kuantitas, memuat informasi produk dalam proses awal, produk
masuk proses pada periode bersangkutan, produk selesai yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau gudang, produk dalam proes akhir, produk
hilang, produk rusak, dan produk cacat.
2. Biaya Dibebankan, memuat informasi biaya yang dibebankan dari
departemen sebelumnya, total biaya dibebankan periode bersangkutan, unit
equivalen dan biaya per unit masing-masing elemen biaya.
3. Pertanggungjawaban Biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau gudang, biaya produk yang hilang akhir
proses,biaya produk rusak, biaya produk cacat. Biaya yang telah diserap
produk dalam proses.
Contoh;
PT Bandar Lampung, perusahaan nanas yang melalui satu tahap pengolahan yaitu
melalui departemen pengolahan. Pada awal Maret 2016 perusahaan baru mulai
beroperasi, dengan mengolah nanas sebanyak 11.000 kg, pada akhir Maret produk
selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 10.000 kg, sedangkan yang 1.000 kg masih
dalam proses dengan tingkat penyerapan biaya 100% bahan baku, 75% biaya tenaga
kerja, dan 80% biaya overhead pabrik. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah nanas
yaitu biaya bahan baku Rp 8.250.000, biaya tenaga kerja Rp 5.375.000 dan biaya
overhead pabrik sebesar Rp 4.320.000.
Diminta :
Susunlah Laporan Biaya Produksi PT Bandar Lampung untuk bulan Maret.
12
PT Bandar Lampung
Departemen Pengolahan
Laporan Biaya Produksi Untuk bulan Maret 2016
1. Skedul Kuantitas
Produk Masuk proses
= 11.000 kg
Produk Selesai
= 10.000 kg
Proses Dalam Proses Akhir
= 1.000 kg
(100% bahan, 75% tenaga kerja, 80% BOP)
= 11.000 kg
2.
Biaya Dibebankan
Elemen Biaya
Total
Unit
Ekuivalen*
Biaya/kg
Bahan baku
Rp 8.250.000
11.000 kg
Rp
750
Tenaga kerja
Rp 5.375.000
10.750 kg
Rp
500
BOP
Rp 4.320.000
10.800 kg
Rp
400
Total
Rp 17.945.000
Rp 1.650
*Unit ekuivalen = Produk selesai + (PDP Akhir) x Tingkat Penyelesaian)
Bahan baku
= 10.000 kg + (1.000 kg x 100%)
= 11.000 kg
Tenaga kerja = 10.000 kg + (1.000 kg x 75%)
= 10.750 kg
BOP
= 10.800kg
= 10.000 kg + (1.000 kg x 80%)
3. Pertanggungjawaban Biaya
- Biaya produk selesai transfer
= 10.000 kg x Rp 1.650=
Rp 16.500.000
- Produk Dalam Proses Akhir;
Bahan baku
= 1.000 kg x (100%) x Rp 750
= Rp 750.000
Tenaga kerja
= 1.000 kg x (75%) x Rp 500
= Rp 375.000
BOP
= 1.000 kg x (80%) x Rp 400
= Rp 320.000 +
=Rp 1.445.000 +
= Rp 17.945.000
13
Penambahan Bahan Pada Departemen Lanjutan
Penambahan biaya bahan pada departemen lanjutan dapat mempengaruhi :
1.Kenaikan unit yang dihasilkan.
2.Kenaikan biaya per unit, tetapi unit yang dihasilkan tidak mengalami perubahan.
3.Kenaikan biaya per unit dan unit yang dihasilkan.
Contoh;
PT TSM adalah perusahaan minuman dalam kemasan, mempunyai departemen
produksi, yaitu departemen penvampuran dan departemen pengolahan.
Data Produk
Departemen Pencampuran;
Produk Masuk Proses
15.000 liter
Produk Ditransfer ke departemen pengolahan
14.800 liter
Produk dalam proses akhir
200 liter
(Tingkat penyelesaian 100% bahan, 80% biaya konversi)
Departemen Pengolahan:
Produk diterima dari departemen pencampuran
Penambahan unit produk
14.800 liter
1.000 liter
Produk ditransfer ke gudang
15.200 liter
Produk dalam proses akhir
600 liter
(Tingkat penyelesaian 100% bahan, 75% biaya konversi)
Departemen
Departemen
Pencampuran
Pengolahan
Biaya Bahan
Rp 1.800.000
Rp 1.264.000
Biaya Tenaga Kerja
Rp 1.122.000
Rp
Biaya Overhead Pabrik
Rp 1.496.000
Total
Rp 4.418.000
Rp
939.000
626.000
Rp 2.829.000
14
Penyelesaian:
Unit Ekuivalen
Departemen Pencampuran;
Produk Selesai + (PDP akhir x Tingkat Penyelesaian)
Bahan
: 14.800 liter + (200 liter x 100%)
Biaya konversi : 14.800 liter + (200 liter x 80%)
= 15.000 liter
= 14.960 liter
Departemen Pengolahan
Bahan baku
: 15.200 liter + (600 liter x 100%)
Biaya konversi : 15.200 liter + (600 liter x 75%)
= 15.800 liter
= 15.650 liter
PT TSM
Laporan Biaya Produksi
Departemen Pengolahan
Bulan Agustus 2016
1.
Skedul kuantitas
Produk Diterima dari departemen pencampuran
= 14.800 liter
Produk tambahan
= 1.000 liter
= 15.800 liter
Produk Ditransfer ke gudang
2.
Biaya Dibebankan
= 15.200 liter
Total
Unit Ekuivalen
Biaya/unit
Rp 4.366.000
15.800 liter
Rp
276,33
Bahan baku
Rp 1.264.000
15.800 liter
Rp
80
Tenaga kerja
Rp
939.000
15.650 liter
Rp
60
BOP
Rp
626.000
15.650 liter
Rp
40
Total
Rp 7.195.000
Rp
456,33
Elemen Biaya
HP.
Dari
Departemen
Pencampuran
15
Pertanggungjawaban Biaya
HP. Selesai ditransfer ke gudang
15.200 liter x Rp 456,33
Rp 6.936.216
HP. Produk dalam Proses
HP. Departemen pencampuran : 600 x Rp 276,33
= Rp 168.798
Biaya Bahan
: 600 x 100% x Rp 80
= Rp 48.000
Biaya Tenaga Kerja
: 600 x 75% x Rp 60
= Rp 27.000
Biaya Overhead
: 600 x 75% x Rp 40
= Rp 18.000 +
Rp
258.798 +
Rp 7.195.014
Refferensi:



Buku Akuntansi Biaya, Karangan William K. Carter
Jurnal
Internet
16
Download