KETERBATASAN VARIASI GENETIK PADA POPULASI IKAN LEMURU (SARDINELLA LEMURU BLEEKER) : KERAGAMAN GENETIK PADA POPULASI YANG HOMOGEN Gusti Ngurah Permana1), Haryanti1), Mochamad Muchlisin 2) dan Sukoso3) 1) Balai Besar Reset Perikana Budidaya Laut Gondol-Bali 2) Balai Pendidikan dan Pelatihan perikanan Banyuwangi 3) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang Struktur populasi ikan lemuru, Sardinella lemuru menggunkan sampel dari perairan pantai dari Perairan Utara Jawa Timur (Brondong-Lamongan), Perairan Selatan Jawa Timur (Prigi - Trenggalek), Perairan Selat Bali (Muncar - Banyuwangi), Perairan Selat Lombok (Lembar – Lombok Barat) dan Perairan Selat Sunda (Bakauheuni – Lampung Selatan). Sample dianalisis menggunakan protein elektroforesis (satu kontrol dari selat sunda dengan geographic outlier). Elektroforesis protein yang dikodekan pada 15 loci genetik mengungkapkan rendahnya nilai variasi genetik, variasi dari frekuensi allele yang kecil di antara sampel, dan jarak genetik yang rendah antara sampel. Aliran Gen tinggi dan yang secara efektif membuat homogen variasi genetik di antara lokasi sampling, hal ini menandakan bahwa satu populasi tunggal, populasi panmictic ikan lemuru terjadi sedikitnya dari perairan selatan Jawa ke selat Bali. Sebagai alternatif, analisa electrophoresis mungkin belum mendeteksi substruktur yang terjadi. Itu tampak bahwa untuk ikan kaleng, yang perihal lain clupeids, protein elektroforesis adalah bermanfaat dalam menentukan pola evolusi dari struktur populasi. Kata kunci: Jarak genetik, populasi, Sardinella lemuru, variasi genetik EVALUASI GENETIK PADA POPULASI (MACROBRACHIUM ROSENBERGII) KOMPOSIT UDANG GALAH Lies Emmawati Hadie dan Wartono Hadie Pusat Riset Perikanan Budidaya Heritabilitas untuk karakter dressing out pada populasi udang galah memiliki nilai yang tinggi. Oleh karena itu, perbaikan mutu genetik dalam karakter tersebut akan berhasil apabila dilakukan melalui program seleksi. Udang galah yang digunakan untuk membentuk populasi dasar berasal dari tiga lokasi, yaitu Cimanuk (Tanjung air, Jawa Barat), Kalipucang (Pamarican, Jawa Barat), dan Musi (Palembang, Sumatera Selatan). Seleksi dilakukan dengan struktur seleksi famili. Tetua di seleksi berdasarkan nilai pemuliaan individu. Untuk memproduksi F1 dalam populasi komposit digunakan metode pemijahan secara alami. Larva udang galah dipelihara dengan sistem air jernih tanpa plankton, pendederan pasca-larva dilakukan dalam bak beton dan pembesaran juwana udang dilakukan di kolam tanah. Estimasi respon terhadap seleksi dilaksanakan pada waktu udang mencapai umur lima bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam program pemuliaan udang galah telah dihasilkan populasi komposit dengan nilai heritabilitas pada karakter dressing out sebesar 0.56+0.07; diferensial seleksi 13.74 dan intensitas seleksi 4.05. Dari nilai parameter genetik tersebut perkiraan perbaikan mutu genetik adalah sebesar 7.69 % per generasi. Implementasi populasi komposit ini akan mencegah degradasi gen pada populasi udang galah dan mendukung konsep manajemen genetik yang efisien di masa yang akan datang. Kata kunci: Komposit, populasi, seleksi, udang RESPONS SELEKSI SIFAT TOLERANSI SALINITAS (MACROBRACHIUM ROSENBERGII) PADA GENERASI KEDUA UDANG GALAH Wartono Hadie Peneliti Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta, [email protected] Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respons seleksi udang galah yang dipelihara dalam salinitas hingga generasi kedua. Udang galah dipelihara dalam lingkungan air payau dengan salinitas 0‰, dan 15‰. Penelitian dilakukan hingga generasi kedua dalam lingkungan yang sama. Metoda seleksi pada generasi pertama dan kedua dilakukan dengan seleksi keluarga (family selection). Seleksi pada masing-masing generasi dilakukan pada karakter pertumbuhan dalam masing-masing lingkungan salinitas. Secara keseluruhan respons seleksi kelenturan harapan untuk semua genotipe mencapai 5.26 g per generasi dan respons seleksi kelenturan kenyataan untuk semua genotipe mencapai 8.24 g per generasi di atas rataan tetua. Hasil seleksi ini berlaku pada lngkungan hingga salinitas 15‰. Kata kunci: Generasi kedua, Macrobrachium rosenbergii, pertumbuhan, respon seleksi, salinitas PERKEMBANGAN EMBRIO DAN (NEOCARIDINA HETEROPODA) LAMA INKUBASI TELUR UDANG HIAS Bastiar Nur dan Asep Permana Balai Riset Budidaya Ikan Hias Jl. Perikanan No. 13 Pancoran Mas, Depok 16436 Email : [email protected] Udang Neocaridina heteropoda merupakan salah satu spesies udang hias berukuran kecil, memiliki warna yang menarik dan banyak diminati oleh para hobiis sehingga sangat potensial untuk dikembangkan, namun belum banyak diketahui data embriologinya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tahapan perkembangan embrio serta masa pengeraman (inkubasi) telur udang hias dalam lingkungan terkontrol. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengamati tahapan perkembangan embrio serta masa inkubasi telur udang hias. Perkembangan embrio diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali yang dilakukan setiap dua hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perkembangan embrio udang hias N. heteropoda terdiri atas tiga tahapan yaitu: tahap sebelum nauplius (pre-nauplius), nauplius dan setelah nauplius (post-nauplius). Telur udang hias menetas menjadi larva setelah 13 hari masa inkubasi pada suhu 27,6 – 29,4oC. Kata kunci: Masa inkubasi, Neocaridina heteropoda, perkembangan embrio KERAGAMAN GENETIK EPIGRAMMATA) IKAN HIAS LAUT BALONG PADANG (PREMNAS Sari Budi Moria S., K.M. Setiawati, J.H. Hutapea Dan I.K. Wardana Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali PO.Box 140 Singaraja Bali, 81101. Telp: 0362-92278; Fax:0362-92272 Email : [email protected] Ikan hias laut Balong Padang (Premnas epigrammata) merupakan salah satu jenis ikan hias laut yang banyak digemari, karena warna tubuhnya yang menarik. Studi analisa keragaman genetik ikan hias laut Balong Padang dilakukan dalam upaya membantu pengembangan perbenihan dan budidaya ikan laut di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman genetik ikan hias tersebut menggunakan analisis individu dengan total sampel yang dianalisa sebanyak 15 ekor. Penelitian ini menggunakan metode Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Data dianalisis menggunakan metode Tools for Population Genetic Analysis (TFPGA). Dari 7 primer yang dicobakan, hanya 4 primer (OPF 1; 2; 5 dan 7) yang mampu mengamplifikasi dan menghasilkan nilai rata-rata keragaman genetik sebesar 0.671. Hal ini menunjukkan bahwa ikan hias laut Balong Padang dapat digunakan dalam pengembangan perbenihan dan budidaya ikan hias sehingga kelestarian terumbu karang dapat dipertahankan. Kata Kunci: Ikan hias laut balong padang, Keragaman genetik, RAPD ISOLASI GEN VIRULENSI STREPTOCOCCUS INNIAE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN VAKSIN DNA STREPTOCOCCUS IKAN NILA Sutanti, Irvan Faizal, Ratu Siti Aliah, M.Husni Amarullah, Dody Irawan dan Suhendar I Sachoemar Pusat Teknologi Produksi Pertanian – Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT), Jakarta Salah satu masalah utama dalam budidaya ikan nila adalah penyakit akibat bakteri Streptococcus iniae. Penggunaan vaksin konvensional yaitu berupa bakteri yang dilemahkan/dimatikan dapat menimbulkan resiko rentannya terhadap bakteri ini akibat terinfeksi secara langsung oleh bakteri pada ikan nila. Oleh karena itu, diperlukan upaya pembuatan vaksin yang bersifat generik, aman, dan tidak menimbulkan resiko infeksi bakteri penyakit. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan gen virulen S.iniae sebagai bahan dasar untuk pengembangan produksi vaksin DNA untuk pengendalian Streptococcosis pada ikan Nila. Penelitian ini meliputi beberapa tahapan antara lain: ekstraksi DNA bakteri Steptococcus innae, isolasi gen virulensi S.iniae, verifikasi hasil isolasi gen, Purifikasi, dan Sekuensing. Gen virulensi S.iniae telah berhasil diisolasi dan dipurifikasi dengan ukuran 1800 bp serta didukung dengan data hasil sekuensing yang memberikan hasil homologi yang tinggi dengan gen virulensi S.iniae di GeneBank. Kata kunci: Ikan Nila, Streptococcus iniae, Streptococcosis, vaksin DNA, virulence PEMIJAHAN INDUK IKAN KERAPU BEBEK, CROMILEPTES ALTIVELIS, GENERASI KE-2 (F-2) DALAM MENUNJANG TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN LAUT Tridjoko Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Tel / Fax : ( 0362 ) 92278 / 92272 Po Box 140 Singaraja Bali Penggunaan induk ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis untuk hatcheri selama ini dipenuhi dari hasil penangkapan di alam. Sedangkan induk hasil budidaya masih belum dimanfaatkan untuk dipijahkan di panti-panti pembenikan ikan kerapu. Padahal induk hasil budidaya dapat juga dipijahkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemijahan ikan kerapu bebek generasi ke2 (F-2) pada media pemeliharaan secara terkontrol. Lima puluh ekor induk kerapu bebek F-2 dengan berat tubuh antara 700 - 1100 gr/ekor dan panjang total : 30 - 37 cm, yang dipelihara dalam bak beton berbentuk bulat dengan volume 75 m 3 dan kedalaman air 2 meter. Bak tersebut dilengkapi dengan airasi dan system air mengalir dengan laju pergantian air antara 300 – 450%/hari . Pengamatan dilakukan terhadap tingkat kematangan gonad dan pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gonad ikan kerapu bebek F-2 yang dipelihara di bak terkontrol dapat berkembang dengan baik, dapat memijah dan menghasilkan benih F-3. Namun kualitas dan kuantitas telur serta benih yang dihasilkan masih kurang baik. Kata kunci: Induk kerapu bebek F-2, larva generasi ke-3, pemijahan,perkembangan gonad PEMELIHARAAN SERTA PENGAMATAN PERTUMBUHAN DAN KEMATANGAN GONAD IKAN KERAPU RAJA SUNU (PLECTROPOMA LAEVIS) DI BAK PEMELIHARAAN Bejo Slamet dan Ketut Suwirya Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut - Gondol Kotak Pos 140 Singaraja, Bali. [email protected] Ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis) merupakan salah satu jenis ikan kerapu yang bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemeliharaan serta pertumbuhan dan perkembangan kematangan gonad calon induk ikan kerapu raja sunu di bak pemeliharaan. Pemeliharaan calon induk dilakukan di bak beton volume 100 m 3 dengan sirkulasi air 300-400% per hari dan diberi pakan campuran ikan dan cumi-cumi (2:1) I kali per hari sampai kenyang (2-5% biomass per hari). Hasil penelitian pada pemeliharaan selama 8 bulan menunjukkan bahwa ikan kerapu raja sunu pada pemelihaan di bak terkontrol dapat hidup dengan baik dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibanding kerapu sunu jenis lain. Hasil pengamatan perkembangan gonad selama 8 bulan menunjukkan bahwa persentase jumlah induk betina yang matang gonad yaitu mengandung telur dalam gonad (oocyt) dengan diameter >400 um pada bulan April dapat mencapai 3 ekor, pada bulan Mei 5 ekor, Juni 6 ekor, Juli 5 ekor, Agustus 6 ekor, September 4 ekor, Oktober 4 ekor dan Nopember 3 ekor yang memperlihatkan bahwa puncak musim matang gonad adalah pada bulan Mei sampai Agustus. Kata kunci: Kerapu raja sunu, pemeliharaan, pematangan, Plectropoma laevis. IMPLEMENTASI INDEKS SELEKSI DALAM PENINGKATAN PERTUMBUHAN UDANG GALAH (MACROBRACHIUM ROSENBERGII) Lies Emmawati Hadie & Wartono Hadie Pusat Riset Perikanan Budidaya Beberapa karakter penting pada udang galah memiliki heritability yang tinggi, maka upaya perbaikan mutu genetik udang tersebut dapat berhasil bila menggunakan metode seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan udang galah dengan metode indeks seleksi. Udang uji yang digunakan berasal dari Kalipucang, kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Struktur seleksi berdasarkan nilai total fenotipe. Induk udang di seleksi berdasarkan skor individu. Perbenihan udang galah dilakukan dengan sistem air jernih. Pendederan pasca-larva dilaksanakan di dalam bak beton dan uji pertumbuhan dilakukan di kolam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi udang yang di seleksi mempunyai pertumbuhan 28,87 % lebih tinggi dibandingkan dengan populasi kontrol. Korelasi genetik antara karakter bobot dan persentase karapas mencapai 0,319, dan korelasi fenotipe mencapai 0,388. Respon terhadap seleksi memperlihatkan peningkatan mutu genetik sebesar 1,82 % per generasi. DISTRIBUSI TINGKAT KEMATANGAN GONAD (TKG) (POLYMESODA EROSA) DARI SEGARA ANAKAN CILACAP KERANG TOTOK Ani suryanti1 Supriharyono2 dan Ita Widowati2 1 Mahasiswa Program DD Beasiswa Unggulan MSDP Konsentrasi Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Universitas Diponegoro Semarang Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kelautan, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta Program DD Beasiswa Unggulan MSDP Konsentrasi Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Universitas Diponegoro Semarang Spesies Polymesoda erosa banyak dijumpai di hutan mangrove Segara Anakan Cilacap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi tingkat kematangan gonad kerang Totok dari Segara Anakan Cilacap. Sampel diambil dari enam stasiun yaitu: Pulau Tiranggesit, Gombol, Ujung Alang, Kembangkuning, Sapuregel dan Jojok Segara Anakan Cilacap. Pengambilan sampel kerang dengan metode transek kuadrat, transek yang dibuat berukuran 5 X 5 m 2 sebanyak tiga transek di setiap stasiun. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2010. Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukan bahwa kerang totok ada pada stadia unidentified dan gonad jantan serta betina ada pada tiga tingkat kematangan gonad. Sampel kerang yang diperoleh selama penelitian pada setiap stasiun umumnya didominasi oleh Tingkat Kematangan Gonad 3. Kata kunci: Distribusi, Cilacap, Polymesoda erosa, TKG. KARAKTERISASI GENETIK IKAN TENGADAK (BARBONYMUS SCHWANENFELDII) DARI BERBAGAI LOKASI DI KALIMANTAN BARAT DENGAN METODE RAPD Iskandariah1, Irin Iriana Kusmini1, dan Anang Hari Kristanto 2 1Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, BRKP KKP. Jl. Sempur No.1, Bogor e-mail korespondensi: [email protected] 2Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta Ikan Tengadak merupakan ikan perairan umum asli Kalimantan yang potensial untuk dikembangkan. Penelitian mengenai karakterisasi genetik ikan Tengadak telah dilakukan di Laboratorium Molekuler Biologi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor. Populasi ikan tengadak yang diamati diambil dari 3 lokasi di Kalimantan Barat yaitu Sintang, Kapuas Hulu dan Sekadau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter genetik dan kekerabatan ikan Tengadak dengan menggunakan metode RAPD (Random Amplified Polymorphism DNA). Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase polimorfisme berkisar antara 43,4783%-78,2609%, dengan nilai heterozigositas 0,18310,2279 dan jarak genetik antar populasi 0,3759-0,4832. Jarak genetik terjauh antara Tengadak Sekadau dengan Tengadak Kapuas hulu dan terdekat antara Tengadak Sintang dengan Kapuas Hulu. Kata kunci: Barbonymus schwanenfeldii,genetik, RAPD, populasi, tengadak. KERAGAAN REPRODUKSI UDANG WINDU (PENAEUS MONODON FABRICIUS, 1798) ASAL SULAWESI SELATAN Sharifuddin Bin Andy Omar dan Hamzah Sunusi Laboratorium Biologi Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10, Makassar 90245, Telpon/Faks: 0411-586025, E-mail: [email protected] Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang keragaan reproduksi induk udang asal perairan Pinrang, Takalar, dan Siwa (Sulawesi Selatan) yang meliputi frekuensi pemijahan, derajat pemijahan, fekunditas, tingkat penetasan, dan diameter telur. Derajat perkembangan gonad dan derajat pemijahan seluruh induk yang digunakan sebesar 100% dan memijah minimal tiga kali. Pemijahan pertama berkisar 3 – 18 hari, pemijahan kedua 6 – 23 hari, dan pemijahan ketiga 9 – 35 hari setelah ablasi. Rerata fekunditas udang windu asal Pinrang adalah 849,130 ± 191,587 butir telur, asal Siwa 894,722 ± 172,361 butir telur, dan asal Takalar 339,789 ± 93,571 butir telur. Fekunditas relatif udang asal Pinrang adalah 5314 – 10,836 butir telur g-1 bobot tubuh, asal Siwa 6085 – 10,260 butir telur g-1 bobot tubuh, dan terendah asal Takalar (1865 – 4651 butir telur g-1 bobot tubuh). Telurtelur udang windu asal Takalar memiliki tingkat penetasan yang tertinggi, dengan rerata 80,86 ± 10,17%, dan diikuti oleh telur asal Pinrang 77,61 ± 19,37% dan telur asal Siwa 65,51 ± 8,34%. Diameter telur asal Pangkajene Kepulauan berkisar 275 – 310 mikron dengan rata-rata 299.39 ± 5.36 mikron, sedangkan diameter telur asal Siwa berkisar 250 – 320 mikron dengan rata-rata 288.58 ± 15.97 mikron. Kata kunci: Keragaan reproduksi, Sulawesi Selatan, udang windu ANALISIS KERAGAMAN GENETIK IKAN GURAME DI TASIKMALAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA GENETIK RAPD-PCR Yuniar Mulyani dan M. Untung K. Agung Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Jatinangor KM.21 Jatinangor, Bandung UBR. 40600 Telp/Fax (022) 87701519/87701518, E-mail : [email protected] Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, pada bulan April 2008 sampai November 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dan peta sidik jari (fingerprint) dari beberapa strain gurame dengan menggunakan penanda DNA metode RAPD (Random Ampliflied Polymorphism DNA). Sampel ikan Gurame sebagai sumber DNA diambil dari sentra benih di Tasikmalaya. DNA yang telah diisolasi diamplifikasi dengan RAPD-PCR menggunakan dua primer acak yaitu OPG-02 dan OPG-16. DNA amplifikasi diperiksa dengan elektroforesis pada gel agarosa 1% dengan menggunakan marker DNA Lambda yang telah dipotong dengan enzim EcoRI dan HindIII. Hasil elektroforesis menunjukkan pola larik yang diterjemahkan ke dalam bentuk data numerik (1/0) dan dianalisis menggunakan program NTSYS-pc. Hasil analisis UPGMA memperlihatkan adanya keragaman genetik dari lima jenis gurame yang diteliti dan hubungan kekerabatan kelima strain gurame tersebut. Kata kunci : Fingerprint, gurame Keragaman genetik, program NTSYS-pc, RAPD-PCR DOMESTIKASI IKAN RASBORA (RASBORA AXELRODI SP) UNTUK MENUNJANG BUDIDAYA IKAN HIAS Nurhidayat Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok Jl. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Kota Depok Telp : (021)-7520482 e-mail :[email protected] Rasbora sp. merupakan salah satu ikan hias air tawar Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis penting. Sampai saat ini pemenuhan kebutuhan pasar masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Permintaan Rasbora sp. yang terus meningkat dapat mengakibatkan berkurangnya sumberdaya di alam bahkan bisa mengalami kepunahan. Penelitian ikan hias rintisan dilakukan untuk menjawab kebutuhan teknologi dalam memenuhi permintaan pasar ikan Rasbora axelrodi dan menghindari kepunahan plasma nutfah. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat reproduksi dan sintasan ikan Rasbora axelrodi yang dipelihara dalam substrat berbeda. Satuan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: A. Melati air, B. enceng gondok C. tali plastik dan D. Kontrol (hidryla). Parameter yang diamati meliputi kematangan gonad, reproduksi, larva, sintasan benih dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan pertambahan panjang tertinggi diperoleh perlakuan A. 1.46 cm/ekor, diikuti perlakuan D. 0.85 cm, B. 0.70 cm/ekor dan C. 0.44 cm/ekor. Sedangkan pertumbuhan bobot tertinggi diperoleh perlakuan B. dan C dengan berat 0.07 gram/ekor diikuti A. 0.06 gram/ekor dan D. 0.04 gram/ekor. Selama pemeliharaan diperoleh nilai sintasan yang diperoleh di akhir penelitian yaitu tali plastik 83.33% diikuti oleh ganggang 80.6%, enceng gondok 53.3% dan tanaman air 47.8%. Kualitas air selama pemeliharaan masih dalam kisaran yang baik untuk ikan Rasbora sp. Bulan kelima pemeliharaan ikan dengan substrat tali plastik memijah namun benih yang dihasilkan masih sedikit hal ini dikarenakan ikan yang memijah sudah masuk masa tidak produktif. Kata kunci: kematangan gonad, reproduksi, sintasan, substrat DERAJAT FERTILISASI, PENETASAN DAN DEFORMITAS LARVA PATIN HASIL HIBRIDISASI ANTARA BETINA PATIN SIAM (PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) DENGAN JANTAN PATIN NASUTUS (PANGASIUS NASUTUS) Bambang Iswanto dan Evi Tahapari Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Jl. Raya 2 Sukamandi Subang Jawa Barat 52613 Telp./Fax. 0260-520500 e-mail: [email protected] Upaya pengembangan budidaya patin nasutus maupun patin jambal sebagai komoditas ekspor patin daging putih sulit direalisasikan karena keterbatasan fekunditasnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui hibridisasi dengan betina patin siam. Hibridisasi antara betina patin siam dengan jantan patin nasutus sedang dilakukan dan dalam tahap evaluasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi potensi hibrida tersebut berkaitan dengan kapasitas produksi dalam upaya produksi massalnya melalui evaluasi derajat fertilisasi, penetasan dan deformitas larva. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hibrida tersebut potensial untuk dikembangkan karena derajat fertilisasi dan penetasannya tinggi, sedangkan derajat deformitas larvanya rendah sehingga mendukung dalam upaya produksi massalnya. Derajat fertilisasi hibrida tersebut berkisar 90,18-97,58% (rata-rata 93,223,26%), tidak berbeda nyata (P > 0,05) dari patin siam (berkisar 78,38-98,85%, rata-rata 91,448,11%) maupun patin nasutus (berkisar 60,37-96,05%, rata-rata 80,2313,55%). Derajat penetasannya berkisar 81,01-95,85% (rata-rata 86,645,32%), tidak berbeda secara nyata (P > 0,05) dari patin siam (berkisar 64,57-89,93%, rata-rata 80,6710,32%) dan secara nyata (P < 0,05) lebih tinggi dari patin nasutus (berkisar 30,49-79,05%, rata-rata 54,3719,23%). Derajat deformitasnya berkisar 0,00-4,67% (rata-rata 2,721,71%), tidak berbeda secara nyata (P > 0,05) dari patin siam (berkisar 0,00-7,08%, rata-rata 3,502,39%) dan secara nyata (P < 0,05) lebih rendah dari patin nasutus (berkisar 7,41-57,63%, rata-rata 28,6619,12%). Kata kunci: Deformitas, fertilisasi, hibrida, patin siam, patin nasutus, penetasan. PEMATANGAN GONAD IKAN KELABAU (OSTEOCHILUS MELANOPLEURA BLKR) MELALUI MANIPULASI LINGKUNGAN Sidi Asih1 dan Gleni Hasan Huwoyon1 1 Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Jl. Sempur no. 1 Bogor. Telp. 0251-8313200 Fax. 0251-8327890. E-mail korespondensi: [email protected] Penelitian pematangan gonad ikan Kalabau (Osteochilus melanopleura blkr) yang berasal dari alam Sungai Kapuas dilakukan di dua lokasi yaitu di Unit Pembenihan Ikan Sentral (UPIS) Anjungan, Pontianak mengunakan sebanyak 25 ekor induk betina 0,5-2,2 kg (± 1,308) dan 15 ekor induk jantan 0,75 -1,75 kg (± 0,0854) yang dipelihara di dalam wadah berupa waring berukuran 4x4x2 m 3 sebanyak 2 buah. Sedangkan pada Instalasi Riset Perikanan Air Tawar Cijeruk, Bogor, sebanyak 25 ekor betina 0,33-2,2 kg (± 0,9304) dan jantan 5 ekor yang dipelihara dalam bak beton ukuran 2x5x1 m3 sebanyak 2 buah. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kadar protein 35% diberikan 2% dari bobot biomas sebanyak 3 kali sehari. Hasil pematangan di Inris Cijeruk diketahui 8 ekor induk berukuran 0,38-0,87 kg belum ada telur, 0,81-1,2 kg mulai ada oosyte atau folekel <0,2 mm dan ukuran 1,32-16,62 kg belum matang dengan ukuran oosit 0,38-1,28 mm dan 8 ekor induk 1,9-2,4 kg mulai matang dengan diameter oosit 1,30-1,32 mm dengan posisi inticell telur (central-periveral). Pematangan di Unit Pembenihan Ikan Sentral (UPIS) Anjungan, Pontianak diketahui 15 ekor telah matang gonad atau TKG IV dengan posisi inti telur central (GVBD), 10 ekor mengandung oosit kurang dari 0,2 mm. Induk ukuran 1,1-2,2 kg yang matang dipijahkan dengan ransangan hormonal ovaprim dengan dosis 0,6 ml per kg induk. Gonado-Somatic Index untuk ikan kelabau adalah 13,4-27,58%. Parameter lingkungan yang tepat dominan untuk pematangan kalabau adalah suhu 27-31ºC dan cukup oksigen dapat merangsang pematangan gonada lebih serempak dalam populai selama 4 bulan. Kata kunci: Diameter, gonad, kalabau, Osteochilus melanopleura ISOLASI DAN IDENTIFIKASI LEVEL EKSPRESI GEN TRANSFERRIN PADA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) MENGGUNAKAN REAL-TIME PCR Bagus T. Nugroho1), Irvan Faizal1), Ratu Siti Aliah1), Alimuddin2), M.Husni Amarullah1), Dody Irawan1) dan Suhendar I Sachoemar1) 1) Pusat Teknologi Produksi Pertanian – Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT), Jakarta 2) Fakultas Perikanan dan lmu Kelautan – Institut Pertanian Bogor Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan budidaya air tawar utama yang mempunyai sifat eurihaline dimana memungkinkan ikan ini bisa dibudidayakan pada air dengan kisaran salinitas yang tinggi. Gen transferrin memberikan pengaruh pada ketahanan ikan nila terhadap salinitas). Pada penelitian ini, gen transferrin diisolasi dari liver beberapa strain ikan nila (Merah, GESIT-Genetically Supermale Indonesian Tilapia, Umbulan, Chitra Lada, Putih) dan diberikan perlakuan salin shock pada pada kisaran salinitas 0 ppt, 15 ppt, 25 ppt dan 35 ppt. Selanjutnya, identifikasi level ekspresi gen transferrin dilakukan untuk memberikan suatu rekomendasi yang tepat mengenai kisaran salinitas optimum dan strain ikan nila yang cocok untuk dibudidayakan pada air bersalinitas tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan metoda isolasi RNA untuk menghasilkan cDNA library yang selanjutnya dilakukan perbandingan level ekspresi gen transferrin pada salinitas yang berbeda menggunakan SYBR Green qPCR (quantitativePCR atau Real-Time PCR). Level ekspresi dihitung berdasarkan perbedaan Ct (Cycle Threshold) gen transferrin yang didapatkan dengan nilai ekspresi gen β-actin sebagai referensi (∆Ct). Nilai ∆Ct yang tertinggi sebesar 14.18 didapatkan pada strain ikan GESIT pada salinitas 15-25 ppt yang menunjukkan level ekspresi gen transferrin tertinggi pada strain uji. Kata kunci: Gen transferrin, level ekspresi, Oreochromis niloticus, Real-Time PCR. KERAGAAN BIOREPRODUKSI PERSILANGAN EMPAT STRAIN IKAN NILA (BEST, NIRWANA, RED NIFI DAN MERAH LIDO) Kadek Prana Mahardika2, Sutrisno1, Otong Zenal Arifin1 dan MH. Fariduddin Ath-thar1 1 Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor, Jl. Sempur No. 1 Bogor 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor email : [email protected] Permintaan Ikan Nila yang semakin meningkat dan target pencapaian kenaikan produksi budidaya ikan Indonesia sebesar 353% pada 2014 menuntut perbaikan kualitas strain-strain ikan nila. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan kuailtas strain-strain ikan nila tersebut adalah dengan melakukan persilangan untuk mendapatkan ikan nila dengan kualitas yang lebih baik. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat keunggulan ikan nila hasil persilangan adalah keragaan bioreproduksi. Pada penelitian ini didapatkan hasil perbandingan keragaan bioreproduksi yaitu jumlah larva, sintasan benih dan komposisi warna dari ikan hasil persilangan. Empat strain dasar yang digunakan sebagai bahan persilangan adalah : ikan nila BEST, Red NIFI, NIRWANA dan nila merah lokal. Persilangan dilakukan secara resiprokal sehingga menghasilkan 16 jenis persilangan. Kata kunci: Ikan nila, persilangan, sebaran warna benih, sintasan UJI KAPASITAS PRODUKSI LARVA TIGA JENIS IKAN RAINBOW ASAL PAPUA Siti Subandiyah, Gigih Setia Wibawa, Tutik kadarini, dan Rina Hirnawati Balai Riset Budidaya Ikan Hias Jl. Perikanan No 13 Pancoran Mas Depok Ikan Rainbow adalah merupakan salah satu jenis ikan hias asli Indonesia endemik Papua yang mempunyai banyak jenis. Dimana habitatnya mulai rusak karena terjadinya eksploitasi sumberdaya yang semakin tidak terkontrol. Hal ini dapat menimbulkan kepunahan, untuk menanggulangi kejadian tersebut maka perlu dilakukan penelitian, pengamatan tentang pemijahan pembenihan sehingga bisa mengatasi masalah kepunahan spesies ikan rainbow asal Papua. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan produksi dari 3 jenis ikan rainbow asal Papua. Penelitian dilakukan dengan memelihara 3 jenis ikan asal Papua yaitu rainbow asal sungai Gelap, danau Kurumoi dan sungai Sawiat, dalam container dari fiberglass bervolume 1000 L yang diisi air sepertiganya, jumalah induk betina 20 ekor dan induk jantan 10 ekor .pakan yang diberikan adalah pakan buatan berupa pellet dan pakan alami yaitu cacing darah atau Bloot worm sekemyangnya, sebagai shelter untuk meletakkan telur adalah enceng gondok. Dari hasil pengamatan 3 jenis ikan rainbow asal Papua yang dapat menghasilkan larva adalah Rainbow asal danau Kurumoi,diikuti sungai Gelap dan terakhir adalah rainbow asal sungai Sawiat. Kata kunci: Induk, larva, produksi PERTUMBUHAN DAN POLA REPRODUKSI IKAN BADA RASBORA ARGYROTAENIA PADA RASIO KELAMIN YANG BERBEDA Djamhuriyah S.Said dan Novi Mayasari Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Komplek LIPI Cibinong Jl. Raya Bogor Km 46,6 Cibinong-Bogor 16911 Telp. 021 8757071 Fax. 021 8757076 E-mail: [email protected] Ikan Rasbora argyrotaenia merupakan ikan asli Indonesia yang tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Ikan tersebut memiliki beberapa nama daerah dan khusus di Danau Maninjau Sumatera Barat dikenal dengan nama ikan bada. Secara alami ikan tersebut hidup bergerombol (schooling fish). Ikan bada merupakan ikan konsumsi lokal sebagai sumber protein, dan pada skala nasional berpotensi sebagai ikan hias. Penelitian ini mencoba memproduksi ikan bada secara ex-situ agar budidaya ikan ini dapat optimal. Salah satu teknologi yang diterapkan yaitu rasio kelamin terbaik untuk pemijahan optimal. Penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Limnologi-LIPI, Cibinong pada bulan Juni-Juli 2009. Rasio kelamin ikan jantan dan betina (♂:♀) yang diuji adalah: 1:1; 2:1: 3:1 dan 4:1. Pemijahan dilakukan secara individual maupun massal. Parameter pengamatan meliputi derajat pembuahan (FR), derajat penetasan (HR), sintasan 7 hari (SR 7) hingga 21 hari pertama (SR21). Ikan bada menyenangi kawin secara massal pada rasio kelamin jantan:betina = 2:1. Nilai FR(%) yang dicapai sebesar 92,29 (85,7—98,61)%; nilai HR(%): 60,61 (51,72—69,01)%; SR7 (%) sebesar 100%, dan SR21 sebesar 88,61 (81,63—95,56)%. Pertumbuhan dalam 3 bulan pengamatan mencapai 30,74 mm dengan sintasan akhir sebesar 60%. Kata Kunci: Pertumbuhan, Rasbora argyrotaenia, rasio kelamin, reproduksi