PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone/Fax: 085297686091 E-mail: [email protected] Abstrak Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam terbentuknya perilaku seseorang. Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluargannya sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga. Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan total sampling yakni ibu yang tinggal di lingkungan IV berjumlah 35 orang. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan data demografi ibu yakni sebagian besar ibu berada pada rentang umur 32-41 tahun berjumlah 18 orang (51,4%), kebanyakan ibu memiliki anggota keluarga 3-6 orang berjumlah 16 orang (45,7%), pekerjaan ibu sebagian besar petani berjumlah 22 orang (62,9%), pendidikan terakhir ibu sebagian besar adalah SMA berjumlah 16 orang (45,7%), penghasilan ibu mayoritas berada pada rentang Rp.800.000- Rp.2.000.000 berjumlah 18 orang (51,4%). Pengetahuan ibu didapatkan pengetahuan ibu kurang berjumlah 2 responden (5,7%), pengetahuan cukup 10 responden (28,6%) dan pengetahuan baik 23 responden (65,7%). Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga sehingga ibu dapat mengaplikasikan apa yang sudah diketahui tentang gizi seimbang pada keluarga. Keyword: Gizi seimbang, Ibu, Keluarga ditemukan 56.941 kasus anak balita gizi buruk. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dapat diatasi dengan konsumsi garam beryodium tetapi masalah konsumsi di rumah tangga adalah hanya 62,3%. Cakupan pemberian kapsul vitamin A secara nasional pada anak balita sebesar 69,8% sedangkan pada ibu hamil meningkat menjadi 52,2% pada tahun 2010. Secara nasional, wanita usia subur (WUS) dengan kekurangan energi kalori (KEK) menurun dalam satu dekade terakhir 16,7 % pada tahun 2003 menjadi 13,6% pada tahun 2007. Anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko kematian ibu, di perkotaan 19,7% WUS menderita anemia dan 24,5% menderita anemia pada saat hamil. Anemia gizi kurang zat besi PENDAHULUAN Perilaku merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi status kesehatan seseorang untuk mengatasi gizi lebih diperlukan perubahan sosial baik gaya hidup, aktivitas fisik, perilaku makan dan disertai penyiapan lingkungan yang kondusif (Notoatmodjo, 2003). Fenomena gizi saat ini lebih merupakan ancaman yang serius karena terjadi di berbagai strata ekonomi, pendidikan, baik di desa maupun di kota. Prevalensi kurus dan sangat kurus berdasar BB/TB pada anak balita tidak turun bermakna pada 3 tahun terakhir yakni 13,3% anak balita masih ditemukan kurus dan sangat kurus. Pada tahun 2009 35 masih dijumpai pada 26,3% balita. (Bappenas, 2011). Penanggulangan masalah gizi kurang, perlu dilakukan melalui upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan (Almatsier, 2003). Menurut Depkes RI (2005) ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya gizi buruk/ KEP berat di tingkat rumah tangga yaitu ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badan, memberikan ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan, memberikan MP-ASI sesuai dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan, memberikan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya, ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/ kader bila balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan, menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas kesehatan. Dalam keluarga biasanya seorang ibu akan berperan dalam mengatur makanan keluarga termasuk persiapan makanan, pengolahan makanan sampai penyajian untuk seluruh anggota keluarga. Penatalaksanaan gizi seimbang adalah memakan aneka ragam makanan, memakan makanan yang memenuhi kecukupan energy, memakan makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energy, membatasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energy, menggunakan garam beryodium, memakan makanan yang kaya akan zat besi, memberikan Air Susu Ibu saja kepada bayi sampai umur empat bulan, membiasakan makan pagi setiap hari, meminum air bersih dan sehat dalam jumlah yang cukup, berolah raga dengan teratur untuk menjaga kebugaran badan, menghindari minum minuman beralkohol, memakan makanan yang aman bagi kesehatan, membaca label pada makanan yang dikemas (Soekirman, 2000). Berdasarkan hasil survey, data yang diperoleh dari POSKESDES desa Siborboron dengan jumlah penduduk 1082 jiwa, jumlah bayi yang terdapat di pos penimbangan pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Balita yang mengalami gizi kurang yang diketahui dari Kartu Menuju Sehat (KMS) yakni garis pertumbuhan yang berada di bawah garis merah meningkat dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Jumlah ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kalori (KEK) mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir. Masalah akibat kekurangan zat gizi lainnya juga masih ditemukan seperti berat badan bayi lahir rendah (BBLR) defisiensi zat besi pada ibu hamil dan lansia, kekurangan yodium dan vitamin A. Di lingkungan IV sendiri ditemukan kasus terbanyak yang berhubungan dengan masalah gizi dibandingkan dengan lingkungan yang lain yakni 10 kasus pada tahun 2011. Upaya upaya yang sudah dilakukan oleh Poskesdes Siborboron untuk meningkatkan status gizi masyarakat antara lain dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang gizi seimbang, cara pengolahan makanan, pemberian makanan tambahan kepada lansia berupa bubur kacang ijo, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) kepada bayi dalam bentuk roti, pemberian susu bagi ibu hamil, pemberian tablet Fe bagi ibu hamil dan lansia, pemberian tablet vitamin A bagi balita dan ibu hamil 1 x 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus. Pemerintah, Poskesdes, dan kader- kader yang terkait dengan pembangunan kesehatan di desa tersebut sudah melakukan upaya- upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki status gizi tetapi kasus- kasus yang berhubungan dengan masalah gizi belum sepenuhnya teratasi. Keberhasilan program itu juga tergantung kepada masyarakat misalnya, peran masyarakat dalam pendidikan kesehatan, pengetahuan masyarakat dan yang paling penting adalah perilaku masyarakat dalam mengatasi masalah gizi serta untuk peningkatan derajat kesehatan. Dengan melihat fenomena yang terjadi yakni ketidaksesuaian antara upaya peningkatan status gizi dengan adanya 36 masalah gizi di lingkungan IV desa Siborboron maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga di lingkungan IV desa Siborboron. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga di lingkungan IV desa Siborboron. Tabel 1.1 Data Demografi Ibu di Lingkungan IV Karakteristik Ibu Umur: 22-31 tahun 32-41 tahun 42-51 tahun 52-62 tahun Total Jumlah Anggota Keluarga: <3 orang 3-6 orang >6 orang Total Pekerjaan: Ibu rumah tangga Petani PNS Wiraswasta Total Pendidikan SD SMP SMA D3 Total Penghasilan/bulan: < Rp.800.000 Rp.800.000Rp.2.000.000 Rp.2.000.000Rp.3.000.000 Total METODE Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang berdomisili di lingkungan IV desa Siborboron. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara mengambil keseluruhan dari populasi yakni seluruh ibu yang berdomisili di lingkungan IV sebanyak 35 orang. Desain penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga. Analisa data dimulai dari tahap editing yakni memeriksa kelengkapan data kemudian diberikan kode dan diolah dengan teknik komputerisasi dengan analisa deskriptif dan hasilnya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian yang dilakukan di lingkungan IV desa Siborboron Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada tabel berikut: Frekue nsi (n) Persent asi (%) 7 18 7 3 35 20 51,4 20 8,6 100 5 16 14 35 14,3 45,7 40 100 3 22 8 2 35 8,6 62.9 22,9 5,7 100 8 8 16 3 35 22,9 22,9 45,7 8,6 100 9 18 25,7 51,4 8 22,9 35 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar umur ibu berada pada rentang umur 32-41 tahun yaitu berjumlah 18 orang (51,4%). Karakteristik ibu dilihat dari jumlah anggota keluarga yakni kebanyakan ibu memiliki jumlah anggota keluarga 3-6 orang yaitu berjumlah 16 orang (45,7%). Pekerjaan ibu sebagian besar adalah petani berjumlah 22 orang (62,9%). Pendidikan terakhir ibu sebagian besar adalah SMA berjumlah 16 orang (45,7%). Penghasilan ibu sebagian besar berada 37 pada rentang Rp.800.000-Rp.2.000.000 berjumlah 18 orang (51,4%). penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat (Suhardjo, 2003) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh. Pada penelitian ini mayoritas Tingkat Skor Frekue Perse pengetahuan nsi (n) ntasi (%) Baik 27-39 23 65,7 Cukup 14-26 10 28,6 Kurang 0-13 2 5,7 Total 35 100 pekerjaan ibu adalah petani berjumlah 22 orang (62,9%). Petani merupakan pekerjaan yang memerlukan interaksi dengan orang lain sehingga pada saat melakukan pekerjaannya akan memberikan kesempatan kepada responden untuk memperoleh informasi tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga dari orang lain. Penghasilan responden pada penelitian ini sebagian besar berada pada rentang Rp.800.000-Rp.2.000.000 yaitu 18 responden (51,4%). Strauss dan Thomas (1998) mengatakan bahwa peningkatan pendapatan dapat meningkatkan konsumsi pangan yang sehat, sanitasi dan perilaku yang sehat dan pengingkatan penggunaan pelayanan kesehatan yang akhirnya meningkatkan status gizi keluarga. Astuti (2010) mengatakan bahwa faktor kebutuhan akan benda ekonomi dapat menyebabkan malnutrisi terutama pada saat krisis, kemampuan daya beli menjadi rendah, sehingga makanan bagi keluarga kurang mendapat perhatian. Berdasarkan jumlah skor yang didapatkan oleh ibu pada kuesioner pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga didapatkan 2 orang ibu memiliki pengetahuan kurang dengan skor masing- masing 12 dan 13. Dilihat dari data demografi, ibu yang memiliki pengetahuan kurang memiliki pendidikan terakhir SD dan SMP. Menurut Notoatmodjo (2003) faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah Tabel 1.2 Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan Gizi Seimbang Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga sebagian besar adalah baik yakni 23 orang (65,7%). Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga yakni pengetahuan ibu kurang berjumlah 2 responden (5,7%), pengetahuan cukup 10 responden (28,6%) dan pengetahuan baik 23 responden (65,7%). Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia responden dimana pada penelitian ini usia responden berada dalam rentang usia 3241 tahun (n=18;51,4%). Pada rentang usia ini merupakan usia yang produktif dimana fungsi kognitif ibu masih baik untuk menerima informasi, mengelola informasi dan belum terjadi penurunan daya ingat. Menurut Hurlock (1999) umur dalam rentang ini merupakan masa dewasa madya dimana dalam rentang usia ini merupakan usia yang produktif dan belum terjadi penurunan daya ingat. Menurut Notoatmodjo (2003) usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi pengetahuan, dengan bertambahnya usia seseorang maka pengetahuan yang diperolehnya tentang suatu masalah juga akan mengalami pertambahan. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu memiliki pendidikan terakhir SMA yakni sebanyak 16 orang (45,7%). Responden yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memiliki kemampuan berpikir yang semakin baik dan lebih terbuka dalam menerima informasi termasuk pengetahuan tentang 38 pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Suhardjo, 2003). Depkes RI. (2005). Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Desember 2, 2012. http://www.repository.ipb.ac.id Hurlock & Elizabeth, B. (1999) Psikologi Perkembangan:” Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”, Jakarta: Penerbit Erlangga SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Maret 2012 di lingkungan IV desa Siborboron Kecamatan Sijamapolang, didapatkan Sebagian besar ibu sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga. Pengetahuan yang baik diharapkan dapat mempengaruhi sikap dan tindakan ibu tentang penatalaksanaan gizi seimbang pada keluarga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan dalam pengembangan keperawatan lebih lanjut khususnya di bidang keperawatan komunitas. Notoatmodjo, S. (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT.Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2003) Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT.Rineka Cipta Tingkat Kecukupan Energi dan Protein pada Balita di Kelurahan Wirun Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Juli 25, 2006. http://www.etd.eprints.ums.ac.id Soekirman (2000) Ilmu gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar ILMU GIZI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Strauss, J. & Thomas, D. (1998) Health, Nutrition and Economic Development. Journal Economic Literatur Astuti,W. H. (2010) Ilmu Gizi dalam Keperawatan, Jakarta:Trans Info Media Bappenas. (2011). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 20012015. Desember 03, 2010. http://www.bappenas.go.id Suhardjo (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakart: PT Bumi Aksara 39