PENGARUH TERAPI MUSIK DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI DESA KEPUH KECAMATAN PALIMANAN KABUPATEN CIREBON Herdiman* *Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan PPNI Jawa Barat Jl. Muhammad No. 34A Bandung 40173 Telp. 022-6004498, 022-6121914, Fax.022-6121914 Email: [email protected] Abstrak Terapi komplementer musik diyakini efektif karena memiliki efek terapeutik melalui pikiran dan fisiologi tubuh manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi musik dalam menurunkan tekanan darah. Penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen dengan pendekatan pretest-post test desain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 responden pada pasien hipertensi di Desa Kepuh RW 04 dan 05 Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Pengambilan sampel dengan cluster random sampling. Uji statistik menggunakan dependen t test. Hasil analisis data menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terapi musik dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan p value 0,001. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar terapi komplementer dan dapat diterapkan sebagai intervensi mandiri dan inovatif pada asuhan keperawatan pasien hipertensi. Kata kunci : Tekanan darah, hipertensi, musik Abstract Complementary therapies in music therapy are beleaved effective because Quranic verses can have a therapeutic effect through the mind and physiology of human this study was to identify differences influence of music therapy in lowering blood pressure, This study used a quasi-experimental with a pretest-posttest approach design. The sample used in this study were 30 respondents in Kepuh village of used Rw 04 and 05 Palimanan Cirebon sampling technique cluster rondom sampling. Statistical tests using dependent t test. Results of data analysis showed there is significant difference music therpy from loweing blood pressure to patien hipertention, whith p value 0,001. The results of this study are expected to be the basis of complementary therapies and can be implemented as an independent and innovative interventions in the nursing care of patients with hypertension. Keywords: Blood pressure, hypertensi, music Pengaruh Terapi Musik dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi (Herdiman) bermain musik, gerakan ritmis mendengarkan musik (Djohan, 2005). PENDAHULUAN Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Menurut National Basic Health Survey (2013), prevalensi hipertensi pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7%, usia 25-34 tahun 14,7%, usia 35-44 tahun 24,8%, usia 45-54 tahun 35,6%, usia 55-64 tahun 45,9%, usia 65-74 tahun 57,6 %, dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8 persen (Kartika 2014). Data di Indonesia menunjukkan masalah hipertensi cenderung meningkat. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 31,7% penduduk menderita hipertensi dan ini menunjukkan angka peningkatan dibandingkan tahun 2001 sebesar 8,3 % penduduk dan tahun 2004 sebesar 27,5% penduduk (Rahajeng & Tuminah, 2009). dan METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen dengan pendekatan pretest-post test desain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 responden pada pasien hipertensi di Desa Kepuh RW 04 dan 05 Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Pengambilan sampel dengan cluster random sampling. HASIL PENELITIAN Analisis tabel 1 didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi musik pada pasien hipertensi adalah 158,07 mmHg dengan standar deviasi 10,096 mmHg. Pada pengukuran setelah terapi musik didapatkan rata-rata tekanan darah menjadi 154,20 mmHg dengan standar deviasi 2,624 mmHg sehingga terdapat selisih rata-rata antara tekanan darah sistol sebelum dan sesudah terapi musik 3,867 mmHg dengan standar deviasi 4,274 mmHg. Dari hasil uji statistik didapatkan p-value 0,001 maka dapat disimpulkan pada alpha 5% terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistol sebelum dan sesudah terapi musik. Penelitian tentang terapi komplementer suara diantaranya adalah terapi musik. Banyak penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan efek terapi musik. Salah satunya, terapi musik dapat membantu orang-orang yang memiliki masalah emosional dalam mengeluarkan perasaan mereka, membuat perubahan positif pada suasana hati, membantu memecahkan masalah, dan memperbaiki konflik. Metode yang digunakan dalam terapi musik adalah ; bernyanyi, Tabel 1. Distribusi Rata-rata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Musik di Desa Kepuh RW 04 dan 05 Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, 2014 Mean SD SE Selisih Mean SD selisih mean p- value N Tekanan darah sistolik Sebelum Sesudah 158,07 154,20 10,096 10,164 2,607 2,624 3,867 4,274 0,001 15 Tekanan darah diastolik Sebelum Sesudah 89,67 88,27 8,261 5,861 2,133 1,513 1,400 1,178 0,001 15 Variabel 26 Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 2 No. 1, Januari 2015: 25-29 Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terapi musik pada pasien hipertensi adalah 89,67 mmHg dengan standar deviasi 8,261 mmHg. Pada pengukuran setelah terapi musik didapatkan rata-rata tekanan darah diastol menjadi 88,67 mmHg dengan standar deviasi 5,861 mmHg, sehingga rata-rata tekanan darah diastol sebelum dan sesudah terapi musik 1,400 mmHg dengan standar deviasi 4,564. Dari hasil uji statistik didapatkan pvalue 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastol sebelum dan sesudah terapi musik. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sistol pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah terapi musik, dengan p value 0,001, demikian juga pada tekanan darah diastole ada pengaruh tekanan darah diastole dalam menurunkan tekanan darah dengan p value 0,001. Musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik religi Indonesia dan semua responden memilh jenis musik sholawat yang berjudul Assalammuali dan Sholawatun bisalmil mubini. Musik-musik tersebut adalah musik yang memiliki nada rendah. Menurut Wiliam dan Ching (2012), musik yang memiliki nadanada rendah atau bernada minor memiliki efek rileks. Musik pertama kali diproses di lobus temporalis kemudian dikirim ke korteks asosiasi. Korteks asosiasi merupakan tempat paling tinggi dari proses berpikir, memori jangka panjang, bahasa, bicara, kemampuan bermusik, berhitung, keahlian motorik kompleks, daya berpikir simbolis, dan abstrak (Djohan, 2006). Sistem limbik bertanggung jawab terhadap pengendalian emosi, memiliki tugas dalam proses belajar dan daya ingat. Sistem limbik berhubungan dengan cigulate gyrus, hippocampus, forniks, badan-badan mamilari, hipothalamus, traktus mamilotalamik, thalamus anterior dan bulbus olfaktorius. Pada saat musik didengarkan maka seluruh daerah tersebut terstimulasi menghasilkan perasaan dan ekspresi (Kemper dan Denheur, 2005). Musik juga merangsang sekresi feniletilamin yaitu suatu neuroamin yang bertanggung jawab pada perasaan cinta (Tuner 2010). Musik juga mempengaruhi sistem saraf otonom (sistem saraf simpatis dan parasimpatis). Pada saat musik didengarkan, musik dapat memberikan rangsangan pada saraf simpatik dan parasimpatik untuk menghasilkan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi yang ditimbulkan berupa penurunan laju nadi, nafas dalam teratur, relaksasi otot, tidur, dan perangsangan frekuensi gelombang alfa otak yang menghasilkan kondisi relaks. Cara kerja dari syaraf otonom tersebut saling berlawanan yaitu mencetuskan atau menghambat. Sistem syaraf simpatis meningkatkan kontraksi secara umum dan sistem parasimpatis menurunkan kekuatan dan frekuensi kontraksi. Pada saat kondisi relaksasi, syaraf parasimpatis bekerja lebih dominan termasuk relaksasi pembuluh darah yang berdampak menurunkan tahanan perifer dan akhirnya tekanan darah menjadi turun (Ellis & Thayet, 2010). Sistem tubuh lain yang dipengaruhi musik adalah sistem neuroendokrin, yang bertanggungjawab dalam memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi hormonhormon oleh zat kimia ke dalam darah. Pada saat musik didengarkan, terdapat tiga jalur yang dipengaruhi oleh sistem neuroendokrin, yaitu, pertama, merangsang kelenjar pituitary untuk mengeluarkan endorphine yang berguna dalam mengurangi nyeri, 27 Pengaruh Terapi Musik dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi (Herdiman) mempengaruhi mood, dan memori. Kedua, mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin, sehubungan dengan penurunan katekolamin tersebut maka terjadi penurunan laju nadi, tekanan darah, dan pengurangan konsumsi oksigen. Ketiga, musik juga berdampak terhadap penurunan kadar kortikosteroid adrenal, corticotrophinreleasing hormone (CRH), dan adrenocortotropic hormon (ACTH), yang disekresi pada saat stress (Tuner, 2010). Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian (Klementina Saing (2007) yang meneliti pengaruh musik pada tekanan darah. Pada penelitian tersebut membuktikan bahwa mendengarkan musik klasik dapat menurunkan tekanan darah dibandingkan kelompok yang tidak mendengarkan musik. Penelitian lain tentang musik juga dilakukan oleh Purwati Rustina dan Sabri (2010), yang membuktikan bahwa terapi musik juga dapat menurunkan nyeri pada anak pra sekolah yang dilakukan pemasangan infus. Terapi komplementer suara musik diyakini efektif karena suara yang ditimbulkan oleh lantunan lagu memiliki efek terapeutik pada pikiran dan tubuh, serta mempengaruhi fisiologi tubuh pada aktivasi korteks sensori dengan aktivasi sekunder pada neokorteks, dan beruntun ke dalam sistem limbik, hipotalamus, serta sistem syaraf otonom (Djohan 2009; Oken, 2004). Musik memiliki efek terhadap aspek fisiologis, psikologis, dan spiritual pada manusia. Faktor lingkungan, kepribadian, pendidikan dan faktor budaya sangat mempengaruhi respon individu. Musik dapat menimbulkan perubahan pada hormon stress pasien. Pada saat musik didengarkan dan ditangkap oleh serabut sensori kemudian disampaikan ke korteks serebri maka akan terjadi penurunan aktivitas lobus frontal yang menyebabkan terjadinya sekresi hormon 28 kortisol dan penurunan hormon stres yang dapat meningkatkan rasa nyaman, sehingga menimbulkan sensasi menyenangkan pada pasien karena lebih memfokuskan perhatiannya kepada musik daripada pikiranpikiran yang menegangkan, khususnya untuk prosedur-prosedur yang menimbulkan tanda dan gejala yang menyakitkan (Synder, and Lindquist, 2002). Jadi, musik merupakan salah satu terapi yang dapat menjadi pengalih perhatian yang efektif dalam manajemen menurunkan tekanan darah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tekanan darah sebelum diberi terapi musik menunjukkan bahwa tekanan darah sistol termasuk kategori 4 atau hipertensi derajat 1 dan tekanan darah diastol termasuk kategori 3 atau hipertensi derajat normal tinggi. 2. Tekanan darah setelah diberi terapi musik menunjukkan bahwa tekanan darah sistol termasuk kategori 4 atau hipertensi derajat 1, sedangkan tekanan darah diastol termasuk kategori 3 yaitu hipertensi derajat normal tinggi. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan terapi musik dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan p value 0,001. Saran 1. Bagi pelayanan keperawatan Terapi musik dapat dijadikan salah satu kegiatan rutin dalam pemberian intervensi keperawatan mandiri untuk membantu menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Berdasarkan penelitian ini, diharapkan perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat melakukan evidence based practice. Perawat juga dapat memberikan terapi Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 2 No. 1, Januari 2015: 25-29 musik pada pasien hipertensi baik di layanan rumah sakit maupun di komunitas, serta dapat melatih pasien atau keluarga sehingga mereka dapat melakukannya secara mandiri. 2. Bagi pendidikan keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber bagi perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu keperawatan khususnya yang terkait intervensi keperawatan mandiri pada pasien hipertensi dengan menitikberatkan pada terapi musik. Bagi pendidikan keperawatan diharapkan dapat memasukkan materi terapi musik dalam asuhan keperawatan spiritual dan diaplikasikan kedalam kurikulum pendidikan keperawatan pada mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia dan Keperawatan Medikal Bedah. 3. Bagi peneliti selanjutnya a. Penelitian ini menjadi rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan. b. Melanjutkan penelitian dengan meneliti pengaruh terapi musik terhadap kadar hormon kortisol darah. c. Melanjutkan penelitian dengan desain yang memiliki validitas tinggi misalnya randomized controlled trial (RCT), jumlah sampel yang lebih besar, dan randomisasi sampel sehingga dapat menyempurnakan penelitian ini. d. Penelitian selanjutnya dapat dilaksanakan di rumah sakit dengan ruang rawat yang sama. e. Penelitian selanjutnya mengukur tekanan darah dan tingkat stress. DAFTAR PUSTAKA Dahlan, M. Sopiyudin. (2012). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS (Edisi 5). Jakarta: Salemba Medika. Ellis, J. R. Thayer, J. F. (2010). Music and Autonomic Nerveus System (ANS) Function Music Percept ; 27 (4) ; 317 326. Kartika, U. (2014). Hipertensi Bukan Sekedar Darah Tinggi. Helat.Compas.Com. Kemer, J. Kathi, Danhauerc Suazane. (2005). Music as Theraphy Comlpementary and Alternative Medicine Sothern Medical Association. Pp 282 - 288. Purwati, N. H., Rustina, Y., & Sabri, L. (2010). Penurunan Tingkat Nyeri Anak Prasekolah yang Menjalani Penusukan Intravena untuk Pemasangan Infus melalui Terapi Musik. Jurnal Keperawatan Indonesia, 49 – 53. Rahajeng, E. & Tuminah, S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kesehatan Indonesia, 580-587. Synder, M, & Lindquist, R (2002). Compementary / alternative therapies in nursing (4th ed). Springer publishing Company) Saing, K. S. (2007). Pengaruh Musik Terhadap Penurunan Tekanan Darah. 20 Maret 2014, http//www.usu e. respiratory. Tuner, W. A. (2001). Music Therapy org. Diperoleh 26 Juni 2014. 29