Mempromosikan SURABAYA : Menuju Komunitas Kota-Kota Kelas Dunia Oleh : LEONID JULIVAN RUMAMBI - Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen PETRA - Business Community Manager – PETRA Business Forum, Surabaya Saat ini, dunia pariwisata berlomba-lomba menjadi duta bagi negaranya dalam menarik turis. Bagaimana tidak, BALI yang terkenal sebagai “The Island of Paradise” memang bukanlah satu-satunya tempat wisata yang terkenal sebagai kawasan yang eksotik. Seiring dengan semakin kurang kondusifnya situasi keamanan di BALI, khususnya karena kasus-kasus yang mencoreng wisata Indonesia yang dikenal dengan Bali Blast yang sudah dua kali terjadi, perlahan turis mulai menjaga jarak dengan tempat-tempat beresiko seperti ini. Padahal Bali adalah tempat yang pernah dinobatkan sebagai “The Favorite Holidays Destination in Asia” oleh majalah Time (Asia) pada tahun 2001. Wisata mancanegara semakin bergeliat, bagaimanapun pariwisata adalah sektor yang menggiurkan dan terlalu sayang untuk dilepaskan. Setiap negara dan kota seakan bersaing ketat menunjukkan karakter dan daya tariknya. Masing-masing berupaya untuk menunjukkan kecantikannya dan keunikannya untuk menarik turis berkunjung. Kampanye Kota-Kota Asia Kelas Dunia Thailand pada tahun awal 2002 mempromosikan negaranya melalui jaringan komunikasi internasional seperti CNN dan AOL Time Warner. Thailand dengan tema kampanye “Be My Guest” senilai kurang lebih US$ 1 milyar bermaksud untuk mengundang turis berkunjung ke Thailand. Negara ini menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya, keramahan penduduk serta stabilitas politiknya. Thaksin Shinawatra sebagai Perdana Menteri Thailand menjadi ujung tombak dalam mempromosikan kampanye Thailand dalam mengundang turis. 1 Saat Singapore memperkenalkan dirinya sebagai “The New Asia”, sebenarnya Singapore berusaha menggambarkan perpaduan yang sungguh harmonis antara yang terbaik dari dunia barat (the best of the west) dan dunia timur (the best of the east). Kalau kemudian Singapore mengganti identitasnya menjadi “Uniquely Singapore” setelah 8 tahun dengan slogan yang lama, maka Singapore ingin menggambarkan bahwa di dunia ini, tidak ada yang dapat menyerupai keunikan Singapore sebagai kota metropolitan yang sibuk. Hal ini dapat terlihat dari makanan, gaya hidup masyarakat, seni maupun unsur-unsur kebudayaan lain yang bisa dilihat dari kota negara ini. Sebelumnya, Singapore dapat mendatangkan 6,1 juta wisatawan pada tahun 2003. Dengan slogan yang baru ini ditargetkan akan meningkatkan kunjungan wisatawan sampai 7,6 juta orang untuk tahun berikutnya. Malaysia adalah sebuah negara yang industri pariwisatanya menjadi pendapatan utama kedua setelah minyak bumi. Negara ini melakukan pembangunan banyak proyek spektakuler seperti kota wisata terpadu Sunway Lagoon di Selangor, yang merupakan arena pariwisata modern hasil perubahan dari wajah lamanya sebagai areal bekas penggalian tambang timah. Yang lebih mengejutkan lagi adalah pembangunan Menara Kembar Petronas setinggi 452 meter yang merupakan salah satu menara tertinggi di dunia. Malaysia melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik memunculkan iklan tentang Malaysia yang bertemakan “Malaysia Truly Asia”. Slogan yang berusaha untuk menampilkan keanekaragaman warga negara Malaysia yang terdiri dari budaya Melayu, India, Cina dan berbagai kekayaan budaya yang lain. Kita dapat melihat sebuah kota membutuhkan sebuah visi yang baik untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hong Kong memiliki slogan terkenal sebagai “Asia’s World City”. Pada kondisi ini sebenarnya Hong Kong ingin menggambarkan kepada dunia bahwa Hong Kong adalah kota yang selalu hidup dan dinamis. Pentingnya slogan ini bagi Hong Kong adalah upaya untuk memperbaiki citra Hong Kong setelah sindrom SARS yang dimulai dari kota ini. Kampanye Indonesia dan Daerah-Daerah 2 Indonesia memiliki kampanye baru bertemakan “Indonesia, Ultimate in Diversity” setelah kampanye lain “Indonesia Just a Smile Away” yang sudah berumur tiga tahun diakhiri. Kampanye baru Indonesia diluncurkan di Berlin, 15 Maret 2004 di International Tourist Beaureau menggantikan kampanye lama yang kurang sukses karena terpuruk oleh krisis dan terorisme beberapa waktu terakhir ini. Bagaimana dengan kota-kota lain ? Batam punya cerita sendiri untuk mengundang investor. Mereka menawarkan strategi “Same for Less” secara khusus kepada dunia industri. Strategi ini dimaksudkan untuk menawarkan fasilitas yang kurang lebih sama dengan Singapore, dengan biaya yang lebih murah. Selain bisa mengakses fasilitas pelabuhan internasional di Singapore, investor Batam juga tidak dikenai cukai untuk barang modal dan bahan baku yang keluar masuk Batam. Riau berambisi menjadi pusat ekonomi Asia Tenggara dengan Proyek Pengembangan Riau. Riau memperkenalkan diri sebagai “Indonesia’s Richest Treasure for Investment” dengan menjadi alternatif pilihan wisata selain Malaysia dan Singapore di kawasan selat Malaka. Gambaran serius pemerintah propinsi Riau ini sebagai tempat berinvestasi diperlihatkan dengan dipersiapkannya rencana pembangunan Pekanbaru Waterfront City dengan pembangunan pusatpusat perbelanjaan, hiburan, olah raga & hobi. Selain itu juga ada proyek pengembangan Dumai Waterfront City yang terdiri atas pembangunan berbagai sarana dan fasilitas rekreasi serta pusat perbelanjaan di kota pelabuhan Dumai. Sebagai ujung tombak tujuan wisata adalah pengembangan pulau Rupat yang merupakan pulau yang sangat indah yang dikelilingi dengan pantai berpasir putih. Jogjakarta sangat terkenal sebagai kota yang memelihara tradisi budaya Jawa. Jogja tidak ingin tertinggal dan bertekad menjadi bagian dari kota-kota kelas dunia. Jogja menciptakan identitas baru “Jogja Never Ending Asia” untuk mensejajarkan diri dengan beberapa “Asia” yang lain seperti kampanye Malaysia, Hong Kong & Singapore. Jogja disini memiliki kredibilitas dan otoritas secara budaya yang menggambarkan “Keharmonisan Asia”. Bagaimanapun 3 Jogja memiliki tempat-tempat suci dan bersejarah dari agama-agama besar di Asia yaitu Kerajaan Mataram (Islam), Borobudur (Buddha), Prambanan (Hindu) dan Sendang Sono (Kristen Katolik). Jakarta menawarkan slogan “Enjoy Jakarta” sebagai gambaran akan Jakarta yang tepat dan tidak muluk. Setiap tahunnya jumlah wisatawan asing yang datang rata-rata 1 juta orang. Para tamu yang datang ke Jakarta umumnya 92 % mengatakan memiliki urusan bisnis, sisanya 8 % untuk berwisata. Slogan ini dipakai untuk menggantikan slogan lama “Jakarta : We Do Care”. Jakarta berupaya melakukan beberapa event untuk mengangkat citranya, antara lain Jakarta Great Sale (JGS), Festival Pasar Baru, Jakarta Fair, dll. Jakarta Great Sale (JGS) misalnya, event ini diadakan untuk menyambut hari jadi kota Jakarta dengan memberikan pesta diskon (20 – 70 % SALE). Kampanye yang oleh diprakarsai KADIN Jakarta dan difasilitasi oleh Pemda DKI Jakarta dilakukan pada tahun 2004 dengan melibatkan 1.700 peserta, antara lain 23 shopping mall, 101 department store, 1.514 gerai, 18 hotel, 3 spa dan 41 restoran. Sayangnya pesta diskon ini kurang bisa menarik wisawatan asing. Beberapa diantaranya adalah infrastruktur pariwisata yang berstandar internasional, juga lengkapnya pusat perbelanjaan, restoran & rumah makan, resort dan hiburan malam. Saat ini pembangunan sistem transportasi terpadu seperti busway, monorail dan angkutan air yang akan memanfaat beberapa ruas sungai di Jakarta juga dipersiapkan untuk mendukung program “Enjoy Jakarta” ini. Kya-Kya Kembang Jepun merupakan salah satu daya tarik baru sebagai di waktu malam yang unik khas Surabaya. Event rutin ini sudah sering dijadikan percontohan untuk diadakan di beberapa kota yang mengadakan studi banding ke Surabaya serta dibanggakan sebagai salah satu icon dari Surabaya walau beberapa kota lain di Indonesia sebenarnya juga memiliki Chinatown dengan aktivitas yang hampir sama. Dolly jelas bukanlah sebuah pilihan walaupun disebutkan terkenal sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Harapan kita kan bukan untuk menjadi kota yang terkenal sebagai surga seks atau lokalisasi, tentu akan menyedihkan sekali bagi Surabaya bila ini terjadi. 4 Bukan rahasia lagi bahwa keberhasilan atau upaya untuk memulai langkah-langkah memasarkan daerah maupun negara memerlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan dunia bisnis secara khusus. Identitas merek adalah pintu gerbang awal yang memiliki nilai penting untuk memulai semuanya. Bagaimana dengan Surabaya ? Setidaknya beberapa infrastruktur harus dibenahi dulu, contohnya jalan-jalan berlubang yang sering kita temui dimanamana, maupun membangun taman kota, kawasan wisata potensial selain surga berbelanja, dll. Semua tentu sudah tidak sabar menantikan wajah Surabaya yang baru. *) Source : “Attracting Tourist, Traders, Investor” – Kartajaya & Yuswohady. PT. Gramedia Pustaka Utama 5