Dari Redaksi Customer Survey 2008 KSEI telah menuntaskan survei kepuasan pelanggan untuk tahun ini. Hasilnya, secara umum ditemukan adanya peningkatan pada tingkat kepuasan pemakai jasa KSEI apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu. KSEI sangat berterimakasih atas berbagai masukan dan usulan perbaikan serta pengembangan yang disampaikan para pemakai jasa, yang tentunya akan segera ditindaklanjuti. Pada Fokuss kali ini, selain kami menulis artikel seputar perkembangan Surat Utang Negara, implementasi SWIFT, dan berbagai artikel lain, kami ingin mengajak para pembaca yang juga pelaku pasar modal untuk bersikap optimis terhadap kebangkitan pasar modal Indonesia. Diharapkan kita semua tidak mudah terpancing rumor-rumor yang pada akhirnya memperburuk keadaan. Mari kita bersamasama dengan pemerintah menyukseskan pasar modal Indonesia! Selamat Membaca Redaksi ������������� �������������� daftar Cara Ksei Berbenah Diri Kegiatan tahunan Customer Survey KSEI 2008 menjadi momen penting bagi KSEI untuk memperbaiki diri dan menyempurnakan layanan jasanya. S eperti tahun-tahun sebelumnya, KSEI melaksanakan survei kepuasan pemakai jasa pada empat jenis institusi terkait, yaitu Pemegang Rekening (Perusahaan Efek dan Bank Kustodian), Emiten, BAE, dan Manajer Investasi. Pelaksanaan Survei Kepuasan Pemakai Jasa ini dilatarbelakangi keinginan KSEI untuk selalu berusaha memenuhi harapan pemakai jasa ��������������� ����������������� ������������������ isi 1 Customer Survey 2008 3 5 Implementasi Swift 6 Securities Processing Asia 2008 7 8 Pelaku Pasar Modal Indonesia: Tetap Optimis Cara Ksei Berbenah Diri Sun, Pilihan Investasi yang Relatif Aman Efisiensi Pasar Domestik & Lintas Negara aktivitas & Statistik dan memenuhi salah satu persyaratan ISO 9001:2000, yaitu: Fokus Pelanggan. Survei kepuasan pemakai jasa juga di­­ adakan sebagai dasar KSEI dalam mela­kukan perbaikan dan peningkatan berkesinam­ bungan atas pelayanan yang diberikan kepada pemakai jasa. Sehingga, diharapkan dapat memenuhi standar kriteria yang diharapkan pemakai jasa. 05 Edisi Tahun 2008 ������������� ���������� Indeks Kepuasan per aspek Indeks Kepuasan per jenis pemakai jasa 4 3,5 4 3 3,5 2,5 3 2 2,5 1,5 2 1 1,5 0,5 1 0 0,5 -0,5 0 2007 2008 Edisi 05, 2008 Gap Fokuss AB-BK 3,11 3,18 0,07 Emiten 3,11 3,10 -0,01 BAE 2,97 3,00 0,03 Melalui survei ini, KSEI dapat menge­ ta­hui seberapa jauh tingkat kepuasan atas pelayanan yang telah dilakukan KSEI kepada pemakai jasa, terutama dari segi Pelayanan Pelanggan; Jasa, Informasi dan Komunikasi; Teknologi; Proses Transaksi; serta Pengembangan Bisnis dan Sistem. Kelima sektor inilah yang menjadi indikator tingkat kepuasan pemakai jasa serta yang akan menjadi dasar pengembangan pelayanan KSEI di tahun mendatang. Pemahaman kebutuhan pemakai jasa KSEI sangat diperlukan untuk mengidentifikasikan area-area yang memerlukan perhatian KSEI untuk melakukan efisiensi sumber daya dengan tujuan peningkatan berkesinambungan. Informasi penting ini tidak datang secara otomatis di dalam perusahaan, tetapi diperoleh dengan cara meminta pemakai jasa KSEI untuk me­ “Pemahaman kebutuhan pemakai jasa KSEI sangat diperlukan untuk mengidentifikasikan area-area yang memerlukan perhatian KSEI untuk melakukan efisiensi sumber daya dengan tujuan peningkatan berkesinambungan.” Manajer Investasi 2,77 2,98 0,21 2007 2008 Gap 1 3,07 3,12 0,05 2 3,09 3,08 -0,01 3 3,02 3,08 0,06 4 3,19 3,23 0,04 5 3,09 Keterangan:[1] Pelayanan Pelanggan [2] Jasa, Informasi, Komunikasi [3] Teknologi [4] Proses Transaksi [5] Pengembangan Bisnis dan Sistem nyampaikan pendapat mereka mengenai jasa yang KSEI berikan, dan area dimana KSEI membutuhkan perbaikan. Guna mendapatkan masukan yang optimal, metode pelaksanaan survei dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu: v Kuesioner, yang disebarkan kepada se­lu­ruh pemakai jasa KSEI, yang terdiri dari empat kelompok: Perusahaan Efek dan Bank Kustodian, Emiten, BAE dan Manajer Investasi. Periode distribusi dan pengumpul­an kuesioner: 4 Agustus - 12 September 2008. v Kunjungan ke beberapa pemakai jasa untuk menggali masukan-masukan, ko­mentar atau usulan pengembangan se­cara lebih dalam. Periode kunjungan: 12 Agustus - 11 September 2008. v Focus Group Discussion (FGD), berupa pertemuan dan diskusi antara KSEI de­ ngan beberapa wakil dari pemakai jasa guna membahas hasil kuesioner dan menentukan Action Plan 2008-2009. Pelaksanaan: 20 - 21 Oktober 2008. Dalam melakukan survei kepuasan pemakai jasa tahun ini, KSEI telah menunjuk konsultan independen Bright Consulting yang juga berperan sebagai pengolah data hasil kuesioner serta menjadi fasilitator dalam kegiatan kunjungan serta dalam FGD sehingga hasil survei ini dapat lebih obyektif. Berikut ini adalah data statistik jumlah kuesioner yang diisi dan dikirimkan kembali oleh pemakai jasa KSEI: Jenis Pemakai Jasa Jumlah Institusi Pemegang Rekening (AB & BK) Kuesioner Masuk Jumlah (%) 146 127 87% Emiten 470 190 40% BAE 10 10 100% Manajer Investasi 100 49 49% Berdasarkan jumlah kuesioner yang masuk ini, sesuai pendapat Bright Consulting bahwa data tersebut sudah dapat mewakili keseluruhan pemakai jasa KSEI, khususnya yang sangat sering berinteraksi dalam kegiatan operasional sehari-hari dengan KSEI, yaitu Pemegang Reke­ning. Hasilnya, secara umum ditemukan ada­ nya peningkatan pada tingkat kepuasan pemakai jasa KSEI apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu, tentunya disertai dengan berbagai masukan dan usulan perbaikan serta pengembangan yang akan ditindaklanjuti KSEI. Berdasarkan Indeks Kepuasan (skala tingkat kepuasan: 1-4), secara umum dari seluruh nilai kuesioner yang masuk, terlihat adanya peningkatan kepuasan selu­ ruh pemakai jasa hampir di seluruh aspek. Aspek yang mengalami penurunan dan Penerbit: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) • Penasihat: Direksi KSEI • Dewan Redaksi: Zylvia Thirda, Dharma Setyadi, Susiyanti, Novian Harry Wibowo, Rachmat Irfan, Regina Natalia, Annisa Indri Hapsari • Penanggung Jawab: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI • Alamat Redaksi: Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta 12190, Telp. 52991099, Fax. 52991199 • Sirkulasi: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI masih perlu mendapat perhatian lebih dari KSEI adalah aspek Jasa, Informasi dan Komunikasi yang menurun tipis sebesar 0.01 dari tahun sebelumnya. Sedangkan dari jenis kelompok pema­ kai jasa, juga terdapat peningkatan indeks kepuasan yang sangat berarti; l Indeks kepuasan kelompok AB/BK (Ang­ gota Bursa/Bank Kustodian) meningkat dari 3.11 di tahun 2007 menjadi 3.18 di tahun 2008 dan menjadi score tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Indeks kepuasan kelompok BAE (Biro Administrasi Efek) meningkat dari 2.97 di tahun 2007 menjadi 3.00 di tahun 2008. l l Indeks kepuasan kelompok MI (Manajer Investasi) walaupun masih di bawah 3, tetapi mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 0.21 dari 2.77 pada tahun 2007 menjadi 2.98 pada tahun 2008 ini. Indeks kepuasan Emiten masih tetap di atas 3 walaupun terjadi penurunan sedikit dari 3.11 di tahun 2007 menjadi 3.10 di tahun 2008. Dalam Focus Group Discussion yang dilaksanakan pada tanggal 20-21 Oktober 2008, KSEI menerima banyak masuk­ an dari hasil diskusi peserta FGD melalui hasil kuesioner, kunjungan dan masukanmasukan dalam forum diskusi itu sendiri. Dari hasil diskusi tersebut telah diusulkan rancangan Action Plan yang akan menjadi dasar perbaikan dan pengembangan layanan jasa KSEI di tahun 2008 - 2009, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: Implementasi Swift Sejalan dengan upaya pengembangan sistem C-BEST, KSEI mulai mengaktifkan fasilitas SWIFT. Layanan baru ini berguna untuk menjembatani koneksi dan komunikasi data antara KSEI dan pemakai jasanya. Mengembangkan Customer Care Center/Helpdesk. v Pem­buatan FAQ (Frequently Asked Ques- tion). v Mempercepat penyampaian informasi Corporate Action. v Menyediakan alternatif vendor jaring­an. v Blocking Efek per balance. v Realisasi Realtime Interface data distribution. v Penyediaan Transaksi Repo di C-BEST. v Mempercepat ketersediaan Daftar Peme- gang Saham (DPS) harian (Emiten/BAE). v Standardisasi informasi dan alamat pa­da daftar pemegang Efek (Emiten/BAE). Action plan tersebut merupakan seba­ gian dari usulan pemakai jasa KSEI da­lam FGD, yang semuanya bertujuan untuk menambah dan meningkatkan la­yan­an jasa KSEI kepada seluruh pemakai jasa di tahun-tahun mendatang. l (Dharma Setyadi) [1] Aktivasi Member SWIFT. KSEI mendapat respon sangat positif dari pihak SWIFT mengenai keinginannya menjadi anggota SWIFT, antara lain dengan mengenalkan SWIFT kepada KSEI dan meminta pihak terkait untuk aktivasi SWIFT mendiskusikan kepada KSEI. Walaupun KSEI harus menyediakan piranti dan fasilitas jaringan pendukung operasional SWIFT serta harga keanggotaan yang cukup tinggi dibandingkan dengan kegunaan fasilitas ini pada tahap awal, namun KSEI memutuskan untuk tetap melakukan hal ini sebagai salah satu ben- tuk pengembangan. Kedepannya, fasilitas ini akan digunakan sebagai sarana komunikasi oleh seluruh pemodal asing yang menggunakan SWIFT dan juga kemungkinan penggunaan oleh seluruh pemakai jasa KSEI yang tidak memiliki fasilitas SWIFT. Dengan aktifnya KSEI, maka kode Bank Identifier Code (BIC) untuk KSEI me­ ngalami perubahan dari KSEIIDJ1 menjadi KSEIIDJA. BIC ini adalah kode khusus dan unik untuk setiap institusi financial yang terdaftar di SWIFT. BIC ini dapat merupakan institusi yang aktif atau pasif. Untuk Efek yang diperdagangkan di Bursa, kode BIC atas Central Securities Depository (CSD) di negara yang bersangkutan harus dimasukkan (Mandatory) untuk semua ins­ truksi penyelesaian yang menggunakan SWIFT. Penjelasan KSEIIDJA adalah KSEI : Singkatan dari KSEI itu sendiri. ID : Indonesia. J : Domisili KSEI di Jakarta (J). A : Aktif. Pada tahap aktivasi ini, terdapat ke­ kha­watiran Bank Kustodian atas perubah­ an BIC KSEI menjadi aktif (KSEIIDJA) akan menyulitkan operasional karena semua instruksi SWIFT sejak saat itu mengharuskan BIC CODE KSEI (sebagai CSD Indonesia) untuk menggunakan KSEIIDJA. Dikhawatirkan, jika instruksi da­tang dari nasabah atau reply SWIFT yang ma­sih menggunakan KSEIIDJ1, maka akan ditolak sistem. Namun, setelah dilakukan pembica­ Fokuss v S ebagai bentuk komitmen KSEI untuk memberikan layanan terbaik bagi pemakai jasanya, KSEI resmi menjadi anggota The Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) aktif pada tanggal 6 September 2008. Aktivasi SWIFT ini memungkinkan KSEI untuk berkomunikasi dengan pengguna SWIFT lainnya sehingga menunjang aktivitas pemakai jasa. Fasilitas ini diharapkan dapat menggantikan semi manual yang digunakan saat ini melalui proses upload dan download file. Pada akhirnya, informasi dari KSEI kepada pemakai jasa akan lebih mudah diteruskan kepada pemodal global yang juga sudah terhubung ke SWIFT, demikian pula sebaliknya, instruksi dari para pemodal kepada pemakai jasa dapat lebih mudah diproses untuk diteruskan ke sistem C-BEST. Dalam implementasi SWIFT tesebut, beberapa langkah yang telah dilakukan KSEI adalah: Edisi 05, 2008 l PENYEBARAN INFORMASI AKTIVITAS CORPORATE ACTION ���� ����������� ������������������ ��������������� ��������������������� ����������� ��������������� ����������� ��������������� ��������� ����������� ��������������� ���������������� ��������������������������������������������������������� ���������������������� Edisi 05, 2008 ������������ ������������ ���� Fokuss ������ ���� ra­an serta adanya dukungan yang baik de­ngan Bank Kustodian selaku member KSEI, pihak SWIFT mengizinkan KSEI meng­ gunakan 2 (dua) kode BIC secara pa­ra­lel sehingga memperlancar ope­rasi­onal dan tidak mengganggu member KSEI pada pengiriman message tersebut. jenis kegiatan CA (dividen tunai, dividen saham, saham bonus, bunga obligasi, dan sebagainya). Selanjutnya tim SWIFT juga mendatangi KSEI untuk melakukan pembahasan yang lebih intensif mengenai segala sesuatunya terkait implementasi SWIFT. [2] Pembahasan bersama dengan pihak SWIFT. Langkah kedua, tim KSEI dan SWIFT bertemu di Singapura untuk membahas mengenai jenis SWIFT dan format ma­singmasing jenis tersebut. Awalnya, SWIFT yang akan dikirimkan adalah untuk keperluan pengumuman Corporate Action (CA) adalah SWIFT 564 dengan format sesuai [3] Pembahasan bersama antara KSEI dengan pemakai jasa. Dari jenis SWIFT dan format tersebut, maka KSEI bertemu dengan Pemegang Rekening KSEI yang seluruhnya adalah Bank Kustodian dan telah lebih dahulu menjadi anggota SWIFT. Pertemuan ini untuk menyepakati mekanisme pengiriman, jenis dan format SWIFT yang akan dikirimkan. Pemegang Rekening yang telah menggunakan SWIFT hadir dan memberikan banyak masukan pada pertemuan tersebut. Ada beberapa format SWIFT tidak sama dengan yang dilakukan sesama Pemegang Rekening KSEI sendiri, sehingga melalui pertemuan ini KSEI menyamakan perbedaan tersebut. Hal ini dilakukan agar pada saat implementasi SWIFT akan berjalan dengan baik dan lancar serta pemakai jasa KSEI telah mengetahui informasi SWIFT yang dikirimkan KSEI. “Aktivasi SWIFT ini memungkinkan KSEI untuk berkomunikasi dengan pengguna SWIFT lainnya sehingga menunjang aktivitas pemakai jasa.” [4] Implementasi pengiriman message. Sebelum pengiriman SWIFT ini, KSEI harus melakukan pengiriman dan pertukaran Bilateral Key Exchange (BKE) yang merupakan kode khusus untuk alamat SWIFT kepada pemakai jasa KSEI. Tujuan­ nya, agar Pemegang Reke­ning KSEI selaku ��������� ���� pihak counterpart mengetahui dan mau menerima messa­ge SWIFT dari KSEI. Pe­ ngiriman BKE dilakukan sebelum dan se­ su­­dah KSEI aktif sebagai anggota SWIFT (6 September 2008). Pada implementasi awal, KSEI mengirimkan message SWIFT kepada Deutsche Bank, Citibank, HSBC dan Bank Danamon. Selama waktu berjalan, telah ber­tambah beberapa Pemegang Reke­ning KSEI lainnya yang menerima message tersebut. Pada awalnya, SWIFT dilakukan KSEI untuk pengiriman peng­umuman CA dan masih dilakukan secara manual kepada beberapa Bank Kustodian. Petugas KSEI memasuk­kan data CA ke dalam sistem SWIFT dan me­ngirimkannya satu persatu. Se­lan­­jutnya, akan dikembangkan sis­tem pengiriman secara otomatis se­s­uai data yang sudah ada CA di C-BEST sehingga pengiriman akan lebih cepat dan mudah. Sehingga diharapkan akan memuaskan Pemegang Rekening selaku pemakai jasa KSEI dalam menyampaikan informasi ini kepada nasabah asingnya. Secara teknis dan operasional, KSEI telah siap menggunakan SWIFT. Selanjutnya secara bertahap akan dikembangkan penggunaan SWIFT ini untuk dapat memberikan instruksi penyelesaian de­ ngan format SWIFT dari dengan nasabah asingnya. Bagi Pemegang Rekening KSEI lainnya yang belum menjadi anggota SWIFT, nantinya KSEI dapat memfasilitasi pengiriman dan penerimaan melalui SWIFT ini. l (Gusrinaldi Akhyar) Sun, Pilihan Investasi yang Relatif Aman yang disesuaikan dengan tingkat risiko terkini akibat situasi krisis finansial global, terutama akibat ketidakpastian krisis di AS. “Harga SUN sudah ada di pricing of risk, jadi semua aset keuangan itu sudah di-reprice kembali risikonya. Dan saya kira dilihat dari kuotasi yield dengan situasi yang baru proses equilibrium-nya masih berjalan,” tuturnya. Rahmat mengatakan, dirinya berharap rencana pemerintah AS untuk melakukan bailout sebesar US$ 700 miliar terhadap sektor keuangan di sana akan berjalan sesuai rencana agar mengurangi tekanan kerugian yang dialami sektor keuangan AS yang berdampak secara global. Indonesia mau tak mau pasti akan kena pengaruhnya. Namun menurut Rahmat, persetuju­ an bailout diharapkan bisa meredakan ber­ bagai kekalutan di pasar. Mengenai kondisi Indonesia, Rahmat mengatakan, fundamental Indonesia sa­ ngat bagus. Kinerja bank-bank pun yang selama ini aktif di pasar obligasi masih baik. Namun, karena pertimbangan pasar keuangan dunia yang sangat berfluktuasi saat ini, yang berimbas pada pasar keuang­ an domestik, pemerintah mengambil sebuah langkah kebijakan. Kebijakan tersebut terkait dengan penerbitan SUN yang disampaikan Departemen Keuangan melalui press release Kepala Biro Humas Samsuar Said pada awal Oktober lalu. Isinya antara lain menyampaikan, pe­ me­rintah meniadakan lelang penerbit­an SUN di pasar perdana yang awalnya dijad­ walkan 14 Oktober 2008. Pemerintah me­ nia­­dakan pula lelang SUN hingga akhir ta­ hun ini. Pemerintah tidak akan membi­a­yai defisit APBN-P 2008 melalui SUN, ka­re­na pemerintah akan mengadakan opti­ma­ li­sasi pengeluaran negara. Hingga akhir 2008, pemerin­tah mem­perkirakan angka defisit anggaran akan menurun. Tetapi, dijelaskan dalam surat tersebut, pemerintah masih membuka peluang lelang SUN di pasar perdana, hanya apabila pasar SUN telah cukup stabil dalam rangka pengelolaan portofolio SUN. Pemerintah Indonesia selama ini telah menerbitkan sejumlah seri SUN mulai dari SUN FR001, sampai FR0050. Selain itu, pemerintah menerbitkan pula obligasi negara ritel atau yang disebut Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Sejak diterbitkan pertama pada Agustus 2006, kini sudah ada lima seri ORI. Seri terakhir yang diterbitkan adalah ORI 005 pada 3 September 2008. Surat utang lain yang diterbitkan adalah SPN (Surat Perbendaharaan Negara) atau surat utang negara jangka pendek sebanyak dua seri. Dan zero coupon bond yang hingga kini sudah terbit sebanyak lima kali. Pemerintah juga telah menerbitkan sukuk atau Government Islamic Securities pada Agustus lalu sebanyak dua seri sekaligus, yaitu IFR0001 dan IFR0002. Sedangkan untuk kebutuhan pendanaan dalam dolar AS, diterbitkan obligasi negara dolar di luar negeri. Saat ini, ada delapan seri SUN berdominasi dolar yang dalam posisi outstanding per September 2008. l “Pemerintah tidak akan membi­arkan yield SUN naik terlampau tinggi”. Fokuss G ejolak ekonomi dan pasar modal global, ikut dirasakan pasar modal domestik. Tidak hanya pasar saham yang mengalami penurunan, pasar obligasi Indonesia juga mengalami tekanan. Tingkat imbal hasil atau yield Obligasi Pemerintah RI atau yang dikenal dengan Surat Utang Negara (SUN) ikut naik. Walaupun begitu, para pelaku pasar obligasi menilai saat ini adalah waktu yang tepat bagi pemodal lokal untuk membeli SUN karena tingkat yield-nya sangat menarik. Penurunan harga SUN di pasar sekunder terjadi karena banyak pemodal asing yang kini tengah membutuhkan likuiditas melepas portofolionya di pasar domestik. Pemodal lokal punya kesempat­ an baik untuk menggantikan posisi pemodal asing. SUN diterbitkan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan APBN. Penerbitan surat utang di dalam negeri ini sebagai upaya untuk menghilangkan ketergantung­an Indonesia pada utang luar negeri. Namun, penerbitan SUN tak cuma membuat negara kita menjadi mandiri, juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan keuntungan dari investasi­ nya pada SUN. Dirjen Pengelola Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto me­nga­ta­ kan, pemerintah tidak akan membi­arkan yield SUN naik terlampau tinggi. Ia pun memastikan tak akan membiarkan harga SUN bergerak tidak menentu karena ulah spekulator. “Ditjen Pengelola Utang (PU) terus memantau pasar, sehingga tidak menimbulkan kepanikan pasar. Ada ba­ nyak langkah yang bisa digunakan untuk menenangkan pasar,” ungkap Rahmat saat menanggapi gejolak di pasar obligasi. Menurutnya, harga SUN di pasar mulai mengalami penyesuaian ke tingkat harga keseimbangan (ekuilibrium) baru, Edisi 05, 2008 Di tengah kondisi pasar keuangan dunia yang bergejolak, pemerintah berkomitmen menjaga pergerakan Surat Utang Negara (SUN). Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan anggaran, penerbitan SUN memberikan kesempatan bagi masyarakat mendapatkan keuntungan lewat investasi di pasar obligasi. Syafruddin Securities Processing Asia 2008 Efisiensi Pasar Domestik & Lintas Negara Straight Through Processing sudah menjadi mekanisme penting dalam industri pasar modal. Semua proses penyelesaian transaksi menjadi lebih cepat karena dilakukan secara otomatis tanpa intervensi manual. Aktivitas pelaku pasar menjadi lebih efektif dari segi biaya dan mengurangi risiko kesalahan. Edisi 05, 2008 T Fokuss opik ini menjadi pembahasan uta­ ma dalam penyelenggaraan Seminar Securities Processing- Driving Toward Automation and Efficiency in Domestic and Cross Border Trade awal September lalu, tepatnya pada 4-5 September 2008 di JW Marriot Hotel, Hong Kong. KSEI berpartisipasi menghadiri seminar yang diikuti oleh 35 peserta dari beberapa institusi di bidang keuangan dan perbankan, serta beberapa vendor penyedia sistem (software solution) yang juga menjadi pembicara seminar. Secara garis besar, para pembicara menyampaikan topik cara mencapai otoma­ tisasi Straight Through Processing (STP), per- “Kemajuan STP dan cross border dapat tercapai dengan cara memperbaiki infrastruktur pasar, mendorong kemudahan untuk masuk ke pasar internasional, dan mengembangkan produk dan instrumen baru guna menarik minat investor.” siapan mencapai STP untuk perdagangan domestik dan cross border, efisiensi STP, dan peranan STP untuk menurunkan risiko ope­ rasional dalam securities processing. Setelah dibuka oleh Mr Dominic Wu, Head of Operational Risk Management Asia & Asia Risk Management and Credit Nomura International (HK) Limited, presentasi pertama disampaikan Mr Philippe Dirckx, Ge­ neral Manager, Regional Head, Asia Pasific Euroclear Hong Kong Branch dengan tema An Overview of APAC Securities Processing. Menurutnya, untuk memahami pasar regi­onal APAC dan pasar glo­bal dalam memasuki perkembangan STP diperlukan harmonisasi dan konsolidasi untuk me­ ngurangi risiko operasional. Presentasi selanjutnya dilakukan oleh Mr YF Cheung, Head Wholesale Bank Ope­ rations Hong Kong Standard Chartered, de­ ngan tema Achieving STP/Automation in Internal Processing. Beberapa kendala dalam mencapai STP, menurut YF Cheung, salah satunya kemajuan teknologi. Para pelaku seharusnya sudah bisa melakukan secara otomatisasi namun masih tetap menggunakan media telepon atau fax untuk melakukan proses Pre-matching. Disamping itu, lanjutnya, respons pasar atas kemajuan teknologi turut menjadi perhatian. Perbedaan mekanisme dan waktu penyelesaian di negara lain, perbedaan penanganan dalam cash management serta perbedaan nilai tukar juga menjadi kendala dalam mencapai STP. YF Cheung juga memberikan masukan bah­ wa kemajuan STP dan cross border dapat tercapai dengan cara memperbaiki infrastruktur pasar, mendorong kemudahan untuk masuk ke pasar internasional, dan mengembangkan produk dan instrumen baru guna menarik minat investor. Presentasi selanjutnya dibawakan oleh Mr Eddy Li, Sales Director, North East Asia Capital Market Solution (HK) Ltd dengan tema Driving Toward STP for Increased Effi­ ciency in Domestic and Cross Border Trading dan Mr Arnab Debnath, CEO Anshinsoft dengan tema Automation, Efficiency and Scalability in Securities Back Office Processing. Keduanya berasal dari perusahaan software solution bagi international capital market. Dalam presentasinya, dikenalkan kemampuan dan keandalan masing-masing sistem yang dapat mendukung implementasi STP. Presentasi dilanjutkan oleh Mr Dominic Wu, Head of Operational Risk Management Asia & Asia Risk Management and Credit Nomura International (HK) Limited dengan tema Reducing Operational Risk in Securities Processing. Ia memaparkan titik-titik risiko yang timbul dalam securities processing yang tersebar ke dalam tiga aktivitas securities processing, yaitu: Trading stage, yang menimbulkan risiko operasional. l Clearing and settlement stage, yang me­ nimbulkan risiko operasional, risiko kustodian, dan risiko liquidity. l Cross border settlement stage, yang me­ nimbulkan risiko operasional, risiko li­qui­ di­ty, risiko legal, dan risiko herstatt. l Penanganan risiko bukanlah tanggung jawab bagian internal audit saja, tetapi semua bagian harus turut meng­ambil bagian dalam menjaga dan meminimalisir risiko yang timbul selama aktivitas operasional sehari-hari. Presentasi hari pertama ditutup oleh Mr Edward Chiu, Senior Vice President Head of Operation Division Fubon Bank yang menekankan pentingnya peran risk management, compliance, technology, dan regulator dalam menjaga aktivitas operasional sehari-hari. Pada hari kedua, seminar dipandu oleh Mr Alex Merriman, Executive Director Pelaku Pasar Modal Indonesia: [Andy Koerniawan & Irna Yusanti] Tetap Optimis W alaupun ada keraguan publik mengenai ketidakpastian kondisi pasar modal Indonesia, KSEI optimis pasar modal Indonesia akan segera bangkit. Keyakinan dan optimisme inilah yang harus ditanamkan pada setiap pelaku pasar modal. Ketidakpastian pasar modal Indonesia yang dirasakan saat ini sebenar­nya hanya merupakan sentimen pasar yang bersifat sementara, di lain sisi secara keseluruhan kinerja Emiten yang tercatat di bursa mengalami peningkatan. Ketidakpastian masih dipicu gejolak perekonomian Amerika Serikat (AS) yang melambat. Perekonomian AS didominasi oleh sektor jasa yang didalamnya juga ter­­ masuk sektor keuangan, sehingga dam­pak krisis dan perlambatan ekonomi sangat dirasakan sektor keuangan Indonesia (pasar saham dan obligasi). Kondisi ini membuat sebagian investor kita menjadi ragu untuk masuk ke pasar saham atau pusing karena nilai investasinya semakin turun seiring dengan penurunan IHSG. Anomali pasar global yang terjadi ini membuat BEI melakukan suspension (penghentian transaksi sementara) pada 8 Oktober 2008 hingga 10 Oktober 2008 untuk mengantisipasi dampak penurunan IHSG yang semakin parah. Suspensi perdagangan pada 8 Oktober 2008 pukul 11.06 WIB itu dilakukan setelah IHSG turun tajam sebesar 168,052 poin menjadi 1.451,669. Ditambah lagi saat itu indeks LQ45 terkoreksi 38,261 atau 11,86 persen ke posisi 284,236. Penurunan IHSG ini sebagai runtutan kondisi bursa glo­bal regional, setelah sehari sebelumnya The Fed (bank sentral AS) tidak mampu meyakinkan para investor. Efeknya, krisis pada hari itu membuat indeks Dow Jones melorot 5,11 persen atau 508,38 poin menjadi 9.447,11. Situasi pasar pun semakin tidak normal dengan maraknya transaksi short selling yang sarat dengan tindakan spekulatif di mana hanya memperburuk keadaan pasar dan merugikan investor kecil. Sementara itu, harga komoditas dunia, seperti batu bara, nikel, timah, dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), masih menurun yang dipicu penurunan harga minyak dunia. Hal ini menyebabkan tekanan jual yang cukup besar pada saham-saham berbasis komoditas di BEI, mengingat sektor komoditas merupakan sektor yang aktif diperdagangkan sepanjang 2007 sampai saat ini. Akibat penurunan nilai saham yang terus-menerus pada sejumlah saham yang masuk dalam daftar saham yang dapat ditransaksikan melalui margin, membuat sebagian investor terpaksa menjual sahamnya (forced sell) sehingga tekanan jual yang melanda bursa saham semakin besar. Apa yang harus dilakukan pada saat kondisi pasar seperti ini? Semuanya tergantung para pelaku pasar modal dan masyarakat secara keseluruhan dalam bersikap. Situasi seperti ini memang tidak pernah diharapkan setiap pelaku pasar saham, namun bukan berarti tidak ada cara yang dapat ditempuh untuk menghadapi situasi ini. Pertama, satu investor harus memahami pasar modal adalah wahana berinvestasi, bukan berjudi atau mengadu nasib. Kedua, jangan panik karena dengan demikian investor tidak dapat mengambil putusan yang tepat dan jernih dalam mencerna informasi. Ketiga, jangan meng­ andalkan rumor pada saat memutuskan untuk investasi karena cenderung lebih menyesatkan dan menim­bulkan kerugian daripada memperoleh keuntungan. l “Semuanya tergantung para pelaku pasar modal dan masyarakat secara keseluruhan dalam bersikap.” Edisi 05, 2008 Kondisi fundamental ekonomi yang kuat, dan stabilitas politik akan membantu mempercepat pemulihan pasar modal domestik. Fokuss Wholesale and Regulation British Bankers’ Association dan pada kesempatan pertama yang melakukan presentasi adalah Mr Joydeep Dutta, CTO ICICI Securities dengan tema Achieving High Effiency and Flexible Processing System in India. Dalam presentasinya, dipaparkan manfaat STP di India, antara lain: efisiensi waktu dalam melakukan proses konfirmasi serta proses clearing dan settlement. Selain itu, STP dapat menurunkan risiko human error dan biaya operasional. STP juga mendukung proses otomatisasi dari trade lifecycle yang dimulai dari pre-trade hingga trade to post-trade operation. Dengan STP, India sekarang telah melalui tahapan settlement dari T+5 ke T+3 dan sekarang T+2, electronic matching of trade at the exchange, jaringan yang luas dengan para pelaku pasar, online koneksi dengan depository untuk memudahkan proses settlement, kemampuan melakukan elektronik transfer dana. Selanjutnya, Mr Felix Wu dan Mr Ding Wei dari Clearing and Settlement Department CITIC Securities, China mengenalkan struktur pasar yang terdapat di China yaitu Exchange Market yang terdiri dari Shanghai Exchange Market dan Shenzhen Exchange Market sedangkan OTC Market dijalankan oleh Interbank Market. Selain itu, mereka juga mengenalkan proses STP yang terjadi di China, dimana transaksi yang telah dilakukan di clearing house akan segera diselesaikan secara otomatisasi sehingga mengurangi intervensi pekerjaan manual. Beberapa pembicara selanjutnya membe­rikan paparan mengenai penting­ nya ker­jasama cross border dalam meng­a­ ko­mo­dasi perkembangan di masa datang. Seminar ditutup dengan presenta­ si Mr Alex Merriman, Executive Director Wholes­ale and Regulation British Bankers’ Association dengan tema Insight into European Market Harmonization. Dijelaskannya beberapa kemajuan yang terjadi di pasar Eropa, tren market di Eropa yang bisa dijadikan contoh untuk market Asia seperti single currency (euro), Europe financial integration, dan Europe legal framework. Berbagai informasi yang disampaikan dalam seminar ini menjadi masukan ber­ harga dalam persiapan implementasi STP di pasar modal Indonesia. l aktivitas Rangkaian Kegiatan HUT Pasar Modal Dalam rangka peringatan HUT Pasar Modal Indonesia ke-31 tanggal 10 Agustus 2008, keluarga besar BapepamLK dan SRO (BEI, KPEI dan KSEI) menyelenggarakan serangkaian acara dengan mengusung tema “Pasar Modal Untuk Kita Semua”. Berlangsung bulan Juni hingga November 2007, kegiatan ini meliputi aksi sosial seperti sahur keliling Jakarta, khitanan massal dan siraman rohani dan silaturah­ mi untuk karyawan. Diadakan juga acara pertandingan olah­ raga persahabatan, seperti bowling, badminton, billiar, tenis meja, tenis lapangan dan paintball) untuk meningkatkan hubungan baik antara karyawan Bapepam-LK dan SRO. Tidak ketinggalan kegiatan sosialisasi dan edukasi pasar modal akan digelar, meliputi lomba debat bahasa Inggris dan road show campus to campus. Rangkaian kegiatan HUT Pasar Modal ini akan ditutup dengan acara Investor Summit dan Capital Market Expo 2008 di akhir bulan November. l Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa KSEI kembali menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar bIasa (RUPSLB) pada tanggal 29 Oktober 2008. Bertempat di Ballroom III Hotel Mulia Senayan, Jakarta, acara ini dibuka oleh Bapak Arys Ilyas selaku Komisaris Utama KSEI pada pukul 10.26 WIB. Turut mendampingi Komisaris Utama dalam memimpin RUPSLB tersebut adalah Ibu Susiana Suhendra dan Bapak Uriep Budhi Prassetyo selaku Komisaris KSEI, Bapak Ananta Wiyogo selaku Direktur Utama KSEI serta Bapak Trisnadi Yulrisman dan Bapak Risbadi Purbowo selaku Direktur Perseroan. RUPSLB ini berhasil menyepakati agenda rapat, yaitu persetujuan atas Rencana Kerja dan Anggaran Tahun (RKAT) Perseroan Tahun Buku 2009.l Edisi 05, 2008 statistik Total Distribusi “Corporate Action” Periode Januari - September 2008 Jan - Sep 2008 Dana Fokuss ����������������������������������������� ���������������������������������� ��� ������� Rp (triliun) USD (juta) ��� ������ Equity (Dividen dan Exercise) 24,49 40,16 ��� ������ Debt (Bunga dan Pokok) 55,30 16,03 ��� ������� Total Dana 79,79 56,19 ��� ������ (Jumlah/Unit Efek) ��� ������ Saham 106.232.390.364 ��� ������ Waran 2.343.769.250 ��� ������ 110.915.413.612 ��� ������� Efek HMETD ������� ����������������������������������������������� ���������������������������������� ���������������������������������� ���������������������������������� ����������������������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� �������� �������� �������� �������� �������� �������� �������� �������� �������� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���