Customer Survey 2008: Cara KSEI Berbenah Diri Implementasi

advertisement
Dari Redaksi
Customer Survey 2008
KSEI telah menuntaskan
survei kepuasan pelanggan
untuk tahun ini. Hasilnya,
secara umum ditemukan
adanya peningkatan
pada tingkat kepuasan
pemakai jasa KSEI apabila
dibandingkan dengan
pencapaian tahun lalu.
KSEI sangat berterimakasih
atas berbagai masukan
dan usulan perbaikan
serta pengembangan yang
disampaikan para pemakai
jasa, yang tentunya akan
segera ditindaklanjuti.
Pada Fokuss kali ini,
selain kami menulis artikel
seputar perkembangan Surat
Utang Negara, implementasi
SWIFT, dan berbagai artikel
lain, kami ingin mengajak
para pembaca yang juga
pelaku pasar modal untuk
bersikap optimis terhadap
kebangkitan pasar modal
Indonesia. Diharapkan
kita semua tidak mudah
terpancing rumor-rumor yang
pada akhirnya memperburuk
keadaan. Mari kita bersamasama dengan pemerintah
menyukseskan pasar modal
Indonesia!
Selamat Membaca
Redaksi
�������������
��������������
daftar
Cara Ksei
Berbenah Diri
Kegiatan tahunan Customer Survey KSEI 2008 menjadi
momen penting bagi KSEI untuk memperbaiki diri dan
menyempurnakan layanan jasanya.
S
eperti tahun-tahun sebelumnya,
KSEI melaksanakan survei kepuasan pemakai jasa pada empat jenis
institusi terkait, yaitu Pemegang Rekening
(Perusahaan Efek dan Bank Kustodian),
Emiten, BAE, dan Manajer Investasi. Pelaksanaan Survei Kepuasan Pemakai Jasa ini
dilatarbelakangi keinginan KSEI untuk selalu
berusaha memenuhi harapan pemakai jasa
���������������
�����������������
������������������
isi
1
Customer Survey 2008
3
5
Implementasi Swift
6
Securities Processing Asia 2008
7
8
Pelaku Pasar Modal Indonesia: Tetap Optimis
Cara Ksei Berbenah Diri
Sun, Pilihan Investasi yang Relatif Aman
Efisiensi Pasar Domestik & Lintas Negara
aktivitas & Statistik
dan memenuhi salah satu persyaratan ISO
9001:2000, yaitu: Fokus Pelanggan.
Survei kepuasan pemakai jasa juga di­­
adakan sebagai dasar KSEI dalam mela­kukan
perbaikan dan peningkatan berkesinam­
bungan atas pelayanan yang diberikan kepada pemakai jasa. Sehingga, diharapkan dapat
memenuhi standar kriteria yang diharapkan
pemakai jasa.
05
Edisi
Tahun 2008
�������������
����������
Indeks Kepuasan per aspek
Indeks Kepuasan
per jenis pemakai jasa
4
3,5
4
3
3,5
2,5
3
2
2,5
1,5
2
1
1,5
0,5
1
0
0,5
-0,5
0
2007
2008
Edisi 05, 2008
Gap
Fokuss
AB-BK
3,11
3,18
0,07
Emiten
3,11
3,10
-0,01
BAE
2,97
3,00
0,03
Melalui survei ini, KSEI dapat menge­
ta­hui seberapa jauh tingkat kepuasan
atas pelayanan yang telah dilakukan KSEI
kepada pemakai jasa, terutama dari segi
Pelayanan Pelanggan; Jasa, Informasi dan
Komunikasi; Teknologi; Proses Transaksi;
serta Pengembangan Bisnis dan Sistem.
Kelima sektor inilah yang menjadi indikator tingkat kepuasan pemakai jasa serta
yang akan menjadi dasar pengembangan
pelayanan KSEI di tahun mendatang.
Pemahaman kebutuhan pemakai jasa
KSEI sangat diperlukan untuk mengidentifikasikan area-area yang memerlukan
perhatian KSEI untuk melakukan efisiensi
sumber daya dengan tujuan peningkatan
berkesinambungan. Informasi penting
ini tidak datang secara otomatis di dalam
perusahaan, tetapi diperoleh dengan cara
meminta pemakai jasa KSEI untuk me­
“Pemahaman kebutuhan pemakai
jasa KSEI sangat diperlukan untuk
mengidentifikasikan area-area
yang memerlukan perhatian KSEI
untuk melakukan efisiensi sumber
daya dengan tujuan peningkatan
berkesinambungan.”
Manajer Investasi
2,77
2,98
0,21
2007
2008
Gap
1
3,07
3,12
0,05
2
3,09
3,08
-0,01
3
3,02
3,08
0,06
4
3,19
3,23
0,04
5
3,09
Keterangan:[1] Pelayanan Pelanggan [2] Jasa, Informasi, Komunikasi [3] Teknologi
[4] Proses Transaksi [5] Pengembangan Bisnis dan Sistem
nyampaikan pendapat mereka mengenai
jasa yang KSEI berikan, dan area dimana
KSEI membutuhkan perbaikan.
Guna mendapatkan masukan yang
optimal, metode pelaksanaan survei dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu:
v Kuesioner, yang disebarkan kepada
se­lu­ruh pemakai jasa KSEI, yang terdiri dari empat kelompok: Perusahaan
Efek dan Bank Kustodian, Emiten, BAE
dan Manajer Investasi.
Periode distribusi dan pengumpul­an kuesioner: 4 Agustus - 12 September 2008.
v Kunjungan ke beberapa pemakai jasa
untuk menggali masukan-masukan,
ko­mentar atau usulan pengembangan
se­cara lebih dalam.
Periode kunjungan: 12 Agustus - 11 September 2008.
v Focus Group Discussion (FGD), berupa
pertemuan dan diskusi antara KSEI de­
ngan beberapa wakil dari pemakai jasa
guna membahas hasil kuesioner dan
menentukan Action Plan 2008-2009.
Pelaksanaan: 20 - 21 Oktober 2008.
Dalam melakukan survei kepuasan
pemakai jasa tahun ini, KSEI telah menunjuk konsultan independen Bright Consulting yang juga berperan sebagai pengolah
data hasil kuesioner serta menjadi fasilitator dalam kegiatan kunjungan serta
dalam FGD sehingga hasil survei ini dapat
lebih obyektif.
Berikut ini adalah data statistik jumlah
kuesioner yang diisi dan dikirimkan kembali oleh pemakai jasa KSEI:
Jenis Pemakai Jasa
Jumlah
Institusi
Pemegang Rekening
(AB & BK)
Kuesioner Masuk
Jumlah
(%)
146
127
87%
Emiten
470
190
40%
BAE
10
10
100%
Manajer Investasi
100
49
49%
Berdasarkan jumlah kuesioner yang
masuk ini, sesuai pendapat Bright Consulting bahwa data tersebut sudah dapat
mewakili keseluruhan pemakai jasa KSEI,
khususnya yang sangat sering berinteraksi dalam kegiatan operasional sehari-hari
dengan KSEI, yaitu Pemegang Reke­ning.
Hasilnya, secara umum ditemukan ada­
nya peningkatan pada tingkat kepuasan
pemakai jasa KSEI apabila dibandingkan
dengan pencapaian tahun lalu, tentunya
disertai dengan berbagai masukan dan
usulan perbaikan serta pengembangan
yang akan ditindaklanjuti KSEI.
Berdasarkan Indeks Kepuasan (skala
tingkat kepuasan: 1-4), secara umum dari
seluruh nilai kuesioner yang masuk, terlihat adanya peningkatan kepuasan selu­
ruh pemakai jasa hampir di seluruh aspek.
Aspek yang mengalami penurunan dan
Penerbit: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) • Penasihat: Direksi KSEI • Dewan Redaksi:
Zylvia Thirda, Dharma Setyadi, Susiyanti, Novian Harry Wibowo, Rachmat Irfan, Regina Natalia,
Annisa Indri Hapsari • Penanggung Jawab: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI • Alamat Redaksi:
Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta 12190, Telp.
52991099, Fax. 52991199 • Sirkulasi: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI
masih perlu mendapat perhatian lebih
dari KSEI adalah aspek Jasa, Informasi dan
Komunikasi yang menurun tipis sebesar
0.01 dari tahun sebelumnya.
Sedangkan dari jenis kelompok pema­
kai jasa, juga terdapat peningkatan indeks
kepuasan yang sangat berarti;
l Indeks kepuasan kelompok AB/BK (Ang­
gota Bursa/Bank Kustodian) meningkat
dari 3.11 di tahun 2007 menjadi 3.18 di
tahun 2008 dan menjadi score tertinggi
dibandingkan kelompok lainnya.
Indeks kepuasan kelompok BAE (Biro
Administrasi Efek) meningkat dari 2.97 di
tahun 2007 menjadi 3.00 di tahun 2008.
l
l Indeks kepuasan kelompok MI (Manajer
Investasi) walaupun masih di bawah 3,
tetapi mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 0.21 dari 2.77 pada tahun
2007 menjadi 2.98 pada tahun 2008 ini.
Indeks kepuasan Emiten masih tetap
di atas 3 walaupun terjadi penurunan sedikit dari 3.11 di tahun 2007 menjadi 3.10
di tahun 2008.
Dalam Focus Group Discussion yang
dilaksanakan pada tanggal 20-21 Oktober 2008, KSEI menerima banyak masuk­
an dari hasil diskusi peserta FGD melalui
hasil kuesioner, kunjungan dan masukanmasukan dalam forum diskusi itu sendiri.
Dari hasil diskusi tersebut telah diusulkan
rancangan Action Plan yang akan menjadi dasar perbaikan dan pengembangan
layanan jasa KSEI di tahun 2008 - 2009,
beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
Implementasi
Swift
Sejalan dengan upaya pengembangan sistem
C-BEST, KSEI mulai mengaktifkan fasilitas
SWIFT. Layanan baru ini berguna untuk
menjembatani koneksi dan komunikasi data
antara KSEI dan pemakai jasanya.
Mengembangkan Customer Care Center/Helpdesk.
v Pem­buatan FAQ (Frequently Asked Ques-
tion).
v
Mempercepat penyampaian informasi
Corporate Action.
v Menyediakan alternatif vendor jaring­an.
v
Blocking Efek per balance.
v
Realisasi Realtime Interface data distribution.
v Penyediaan Transaksi
Repo di C-BEST.
v Mempercepat ketersediaan Daftar Peme-
gang Saham (DPS) harian (Emiten/BAE).
v Standardisasi informasi dan alamat pa­da
daftar pemegang Efek (Emiten/BAE).
Action plan tersebut merupakan seba­
gian dari usulan pemakai jasa KSEI da­lam
FGD, yang semuanya bertujuan untuk
menambah dan meningkatkan la­yan­an
jasa KSEI kepada seluruh pemakai jasa di
tahun-tahun mendatang. l
(Dharma Setyadi)
[1] Aktivasi Member SWIFT.
KSEI mendapat respon sangat positif
dari pihak SWIFT mengenai keinginannya menjadi anggota SWIFT, antara lain
dengan mengenalkan SWIFT kepada KSEI
dan meminta pihak terkait untuk aktivasi
SWIFT mendiskusikan kepada KSEI. Walaupun KSEI harus menyediakan piranti
dan fasilitas jaringan pendukung operasional SWIFT serta harga keanggotaan
yang cukup tinggi dibandingkan dengan
kegunaan fasilitas ini pada tahap awal,
namun KSEI memutuskan untuk tetap
melakukan hal ini sebagai salah satu ben-
tuk pengembangan. Kedepannya, fasilitas ini akan digunakan sebagai sarana
komunikasi oleh seluruh pemodal asing
yang menggunakan SWIFT dan juga kemungkinan penggunaan oleh seluruh
pemakai jasa KSEI yang tidak memiliki
fasilitas SWIFT.
Dengan aktifnya KSEI, maka kode
Bank Identifier Code (BIC) untuk KSEI me­
ngalami perubahan dari KSEIIDJ1 menjadi
KSEIIDJA. BIC ini adalah kode khusus dan
unik untuk setiap institusi financial yang
terdaftar di SWIFT. BIC ini dapat merupakan institusi yang aktif atau pasif. Untuk Efek yang diperdagangkan di Bursa,
kode BIC atas Central Securities Depository
(CSD) di negara yang bersangkutan harus
dimasukkan (Mandatory) untuk semua ins­
truksi penyelesaian yang menggunakan
SWIFT.
Penjelasan KSEIIDJA adalah
KSEI : Singkatan dari KSEI itu sendiri.
ID : Indonesia.
J
: Domisili KSEI di Jakarta (J).
A
: Aktif.
Pada tahap aktivasi ini, terdapat ke­
kha­watiran Bank Kustodian atas perubah­
an BIC KSEI menjadi aktif (KSEIIDJA) akan
menyulitkan operasional karena semua
instruksi SWIFT sejak saat itu mengharuskan BIC CODE KSEI (sebagai CSD Indonesia) untuk menggunakan KSEIIDJA.
Dikhawatirkan, jika instruksi da­tang dari
nasabah atau reply SWIFT yang ma­sih
menggunakan KSEIIDJ1, maka akan ditolak sistem.
Namun, setelah dilakukan pembica­
Fokuss
v
S
ebagai bentuk komitmen KSEI untuk memberikan layanan terbaik
bagi pemakai jasanya, KSEI resmi
menjadi anggota The Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication
(SWIFT) aktif pada tanggal 6 September
2008. Aktivasi SWIFT ini memungkinkan
KSEI untuk berkomunikasi dengan pengguna SWIFT lainnya sehingga menunjang
aktivitas pemakai jasa. Fasilitas ini diharapkan dapat menggantikan semi manual yang digunakan saat ini melalui proses
upload dan download file.
Pada akhirnya, informasi dari KSEI
kepada pemakai jasa akan lebih mudah
diteruskan kepada pemodal global yang
juga sudah terhubung ke SWIFT, demikian pula sebaliknya, instruksi dari para
pemodal kepada pemakai jasa dapat lebih mudah diproses untuk diteruskan ke
sistem C-BEST.
Dalam implementasi SWIFT tesebut,
beberapa langkah yang telah dilakukan
KSEI adalah:
Edisi 05, 2008
l
PENYEBARAN INFORMASI AKTIVITAS CORPORATE ACTION
����
�����������
������������������
���������������
���������������������
�����������
���������������
�����������
���������������
���������
�����������
���������������
����������������
���������������������������������������������������������
����������������������
Edisi 05, 2008
������������
������������
����
Fokuss
������
����
ra­an serta adanya dukungan yang baik
de­ngan Bank Kustodian selaku member
KSEI, pihak SWIFT mengizinkan KSEI meng­
gunakan 2 (dua) kode BIC secara pa­ra­lel
sehingga memperlancar ope­rasi­onal dan
tidak mengganggu member KSEI pada
pengiriman message tersebut.
jenis kegiatan CA (dividen tunai, dividen
saham, saham bonus, bunga obligasi, dan
sebagainya). Selanjutnya tim SWIFT juga
mendatangi KSEI untuk melakukan pembahasan yang lebih intensif mengenai
segala sesuatunya terkait implementasi
SWIFT.
[2] Pembahasan bersama dengan pihak SWIFT.
Langkah kedua, tim KSEI dan SWIFT
bertemu di Singapura untuk membahas
mengenai jenis SWIFT dan format ma­singmasing jenis tersebut. Awalnya, SWIFT
yang akan dikirimkan adalah untuk keperluan pengumuman Corporate Action (CA)
adalah SWIFT 564 dengan format sesuai
[3] Pembahasan bersama antara KSEI
dengan pemakai jasa.
Dari jenis SWIFT dan format tersebut,
maka KSEI bertemu dengan Pemegang
Rekening KSEI yang seluruhnya adalah
Bank Kustodian dan telah lebih dahulu
menjadi anggota SWIFT. Pertemuan ini untuk menyepakati mekanisme pengiriman,
jenis dan format SWIFT yang akan dikirimkan. Pemegang Rekening yang telah
menggunakan SWIFT hadir dan memberikan banyak masukan pada pertemuan
tersebut. Ada beberapa format SWIFT tidak
sama dengan yang dilakukan sesama Pemegang Rekening KSEI sendiri, sehingga
melalui pertemuan ini KSEI menyamakan
perbedaan tersebut. Hal ini dilakukan agar
pada saat implementasi SWIFT akan berjalan dengan baik dan lancar serta pemakai
jasa KSEI telah mengetahui informasi
SWIFT yang dikirimkan KSEI.
“Aktivasi SWIFT ini
memungkinkan KSEI untuk
berkomunikasi dengan
pengguna SWIFT lainnya
sehingga menunjang
aktivitas pemakai jasa.”
[4] Implementasi pengiriman message.
Sebelum pengiriman SWIFT ini, KSEI
harus melakukan pengiriman dan pertukaran Bilateral Key Exchange (BKE) yang
merupakan kode khusus untuk alamat
SWIFT kepada pemakai jasa KSEI. Tujuan­
nya, agar Pemegang Reke­ning KSEI selaku
���������
����
pihak counterpart mengetahui dan mau
menerima messa­ge SWIFT dari KSEI. Pe­
ngiriman BKE dilakukan sebelum dan se­
su­­dah KSEI aktif sebagai anggota SWIFT
(6 September 2008). Pada implementasi
awal, KSEI mengirimkan message SWIFT
kepada Deutsche Bank, Citibank, HSBC
dan Bank Danamon. Selama waktu berjalan, telah ber­tambah beberapa Pemegang Reke­ning KSEI lainnya yang menerima message tersebut.
Pada awalnya, SWIFT dilakukan KSEI
untuk pengiriman peng­umuman CA dan
masih dilakukan secara manual kepada
beberapa Bank Kustodian. Petugas KSEI
memasuk­kan data CA ke dalam sistem
SWIFT dan me­ngirimkannya satu persatu.
Se­lan­­jutnya, akan dikembangkan sis­tem
pengiriman secara otomatis se­s­uai data
yang sudah ada CA di C-BEST sehingga
pengiriman akan lebih cepat dan mudah.
Sehingga diharapkan akan memuaskan
Pemegang Rekening selaku pemakai jasa
KSEI dalam menyampaikan informasi ini
kepada nasabah asingnya.
Secara teknis dan operasional, KSEI
telah siap menggunakan SWIFT. Selanjutnya secara bertahap akan dikembangkan penggunaan SWIFT ini untuk dapat
memberikan instruksi penyelesaian de­
ngan format SWIFT dari dengan nasabah
asingnya. Bagi Pemegang Rekening KSEI
lainnya yang belum menjadi anggota
SWIFT, nantinya KSEI dapat memfasilitasi pengiriman dan penerimaan melalui
SWIFT ini. l
(Gusrinaldi Akhyar)
Sun, Pilihan Investasi
yang Relatif Aman
yang disesuaikan dengan tingkat risiko
terkini akibat situasi krisis finansial global,
terutama akibat ketidakpastian krisis di AS.
“Harga SUN sudah ada di pricing of risk, jadi
semua aset keuangan itu sudah di-reprice
kembali risikonya. Dan saya kira dilihat
dari kuotasi yield dengan situasi yang baru
proses equilibrium-nya masih berjalan,” tuturnya.
Rahmat mengatakan, dirinya berharap
rencana pemerintah AS untuk melakukan
bailout sebesar US$ 700 miliar terhadap
sektor keuangan di sana akan berjalan
sesuai rencana agar mengurangi tekanan
kerugian yang dialami sektor keuangan AS
yang berdampak secara global. Indonesia
mau tak mau pasti akan kena pengaruhnya. Namun menurut Rahmat, persetuju­
an bailout diharapkan bisa meredakan ber­
bagai kekalutan di pasar.
Mengenai kondisi Indonesia, Rahmat
mengatakan, fundamental Indonesia sa­
ngat bagus. Kinerja bank-bank pun yang
selama ini aktif di pasar obligasi masih
baik. Namun, karena pertimbangan pasar
keuangan dunia yang sangat berfluktuasi
saat ini, yang berimbas pada pasar keuang­
an domestik, pemerintah mengambil sebuah langkah kebijakan. Kebijakan tersebut terkait dengan penerbitan SUN yang
disampaikan Departemen Keuangan melalui press release Kepala Biro Humas Samsuar Said pada awal Oktober lalu.
Isinya antara lain menyampaikan, pe­
me­rintah meniadakan lelang penerbit­an
SUN di pasar perdana yang awalnya dijad­
walkan 14 Oktober 2008. Pemerintah me­
nia­­dakan pula lelang SUN hingga akhir ta­
hun ini. Pemerintah tidak akan membi­a­yai
defisit APBN-P 2008 melalui SUN, ka­re­na
pemerintah akan mengadakan opti­ma­
li­sasi pengeluaran negara. Hingga akhir
2008, pemerin­tah mem­perkirakan angka
defisit anggaran akan menurun.
Tetapi, dijelaskan dalam surat tersebut,
pemerintah masih membuka peluang lelang SUN di pasar perdana, hanya apabila
pasar SUN telah cukup stabil dalam rangka
pengelolaan portofolio SUN.
Pemerintah Indonesia selama ini telah menerbitkan sejumlah seri SUN mulai
dari SUN FR001, sampai FR0050. Selain itu,
pemerintah menerbitkan pula obligasi negara ritel atau yang disebut Obligasi Ritel
Indonesia (ORI). Sejak diterbitkan pertama
pada Agustus 2006, kini sudah ada lima
seri ORI. Seri terakhir yang diterbitkan adalah ORI 005 pada 3 September 2008. Surat
utang lain yang diterbitkan adalah SPN
(Surat Perbendaharaan Negara) atau surat utang negara jangka pendek sebanyak
dua seri. Dan zero coupon bond yang hingga kini sudah terbit sebanyak lima kali.
Pemerintah juga telah menerbitkan
sukuk atau Government Islamic Securities
pada Agustus lalu sebanyak dua seri sekaligus, yaitu IFR0001 dan IFR0002. Sedangkan untuk kebutuhan pendanaan dalam
dolar AS, diterbitkan obligasi negara dolar
di luar negeri. Saat ini, ada delapan seri
SUN berdominasi dolar yang dalam posisi
outstanding per September 2008. l
“Pemerintah tidak akan
membi­arkan yield SUN naik
terlampau tinggi”.
Fokuss
G
ejolak ekonomi dan pasar modal
global, ikut dirasakan pasar modal domestik. Tidak hanya pasar
saham yang mengalami penurunan, pasar
obligasi Indonesia juga mengalami tekanan. Tingkat imbal hasil atau yield Obligasi
Pemerintah RI atau yang dikenal dengan
Surat Utang Negara (SUN) ikut naik.
Walaupun begitu, para pelaku pasar
obligasi menilai saat ini adalah waktu yang
tepat bagi pemodal lokal untuk membeli SUN karena tingkat yield-nya sangat
menarik. Penurunan harga SUN di pasar
sekunder terjadi karena banyak pemodal
asing yang kini tengah membutuhkan likuiditas melepas portofolionya di pasar
domestik. Pemodal lokal punya kesempat­
an baik untuk menggantikan posisi pemodal asing.
SUN diterbitkan pemerintah untuk
mencukupi kebutuhan APBN. Penerbitan
surat utang di dalam negeri ini sebagai upaya untuk menghilangkan ketergantung­an
Indonesia pada utang luar negeri. Namun,
penerbitan SUN tak cuma membuat negara kita menjadi mandiri, juga memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk
mendapatkan keuntungan dari investasi­
nya pada SUN.
Dirjen Pengelola Utang Departemen
Keuangan Rahmat Waluyanto me­nga­ta­
kan, pemerintah tidak akan membi­arkan
yield SUN naik terlampau tinggi. Ia pun
memastikan tak akan membiarkan harga
SUN bergerak tidak menentu karena ulah
spekulator. “Ditjen Pengelola Utang (PU)
terus memantau pasar, sehingga tidak
menimbulkan kepanikan pasar. Ada ba­
nyak langkah yang bisa digunakan untuk
menenangkan pasar,” ungkap Rahmat saat
menanggapi gejolak di pasar obligasi.
Menurutnya, harga SUN di pasar mulai mengalami penyesuaian ke tingkat
harga keseimbangan (ekuilibrium) baru,
Edisi 05, 2008
Di tengah kondisi pasar keuangan dunia yang bergejolak, pemerintah
berkomitmen menjaga pergerakan Surat Utang Negara (SUN). Tak hanya
untuk memenuhi kebutuhan anggaran, penerbitan SUN memberikan
kesempatan bagi masyarakat mendapatkan keuntungan lewat investasi
di pasar obligasi.
Syafruddin
Securities Processing Asia 2008
Efisiensi Pasar
Domestik &
Lintas Negara
Straight Through Processing sudah menjadi mekanisme penting
dalam industri pasar modal. Semua proses penyelesaian transaksi
menjadi lebih cepat karena dilakukan secara otomatis tanpa
intervensi manual. Aktivitas pelaku pasar menjadi lebih efektif
dari segi biaya dan mengurangi risiko kesalahan.
Edisi 05, 2008
T
Fokuss
opik ini menjadi pembahasan uta­
ma dalam penyelenggaraan Seminar Securities Processing- Driving Toward Automation and Efficiency in Domestic
and Cross Border Trade awal September
lalu, tepatnya pada 4-5 September 2008 di
JW Marriot Hotel, Hong Kong.
KSEI berpartisipasi menghadiri seminar yang diikuti oleh 35 peserta dari beberapa institusi di bidang keuangan dan
perbankan, serta beberapa vendor penyedia sistem (software solution) yang juga
menjadi pembicara seminar.
Secara garis besar, para pembicara menyampaikan topik cara mencapai otoma­
tisasi Straight Through Processing (STP), per-
“Kemajuan STP dan cross
border dapat tercapai
dengan cara memperbaiki
infrastruktur pasar,
mendorong kemudahan
untuk masuk ke pasar
internasional, dan
mengembangkan produk
dan instrumen baru guna
menarik minat investor.”
siapan mencapai STP untuk perdagangan
domestik dan cross border, efisiensi STP, dan
peranan STP untuk menurunkan risiko ope­
rasional dalam securities processing.
Setelah dibuka oleh Mr Dominic Wu,
Head of Operational Risk Management Asia
& Asia Risk Management and Credit Nomura
International (HK) Limited, presentasi pertama disampaikan Mr Philippe Dirckx, Ge­
neral Manager, Regional Head, Asia Pasific
Euroclear Hong Kong Branch dengan tema
An Overview of APAC Securities Processing. Menurutnya, untuk memahami pasar
regi­onal APAC dan pasar glo­bal dalam
memasuki perkembangan STP diperlukan
harmonisasi dan konsolidasi untuk me­
ngurangi risiko operasional.
Presentasi selanjutnya dilakukan oleh
Mr YF Cheung, Head Wholesale Bank Ope­
rations Hong Kong Standard Chartered, de­
ngan tema Achieving STP/Automation in Internal Processing. Beberapa kendala dalam
mencapai STP, menurut YF Cheung, salah
satunya kemajuan teknologi. Para pelaku
seharusnya sudah bisa melakukan secara
otomatisasi namun masih tetap menggunakan media telepon atau fax untuk
melakukan proses Pre-matching.
Disamping itu, lanjutnya, respons pasar atas kemajuan teknologi turut menjadi perhatian. Perbedaan mekanisme
dan waktu penyelesaian di negara lain,
perbedaan penanganan dalam cash management serta perbedaan nilai tukar juga
menjadi kendala dalam mencapai STP. YF
Cheung juga memberikan masukan bah­
wa kemajuan STP dan cross border dapat
tercapai dengan cara memperbaiki infrastruktur pasar, mendorong kemudahan
untuk masuk ke pasar internasional, dan
mengembangkan produk dan instrumen
baru guna menarik minat investor.
Presentasi selanjutnya dibawakan oleh
Mr Eddy Li, Sales Director, North East Asia
Capital Market Solution (HK) Ltd dengan
tema Driving Toward STP for Increased Effi­
ciency in Domestic and Cross Border Trading
dan Mr Arnab Debnath, CEO Anshinsoft
dengan tema Automation, Efficiency and
Scalability in Securities Back Office Processing. Keduanya berasal dari perusahaan
software solution bagi international capital
market. Dalam presentasinya, dikenalkan
kemampuan dan keandalan masing-masing sistem yang dapat mendukung implementasi STP.
Presentasi dilanjutkan oleh Mr Dominic
Wu, Head of Operational Risk Management
Asia & Asia Risk Management and Credit
Nomura International (HK) Limited dengan
tema Reducing Operational Risk in Securities
Processing. Ia memaparkan titik-titik risiko
yang timbul dalam securities processing
yang tersebar ke dalam tiga aktivitas securities processing, yaitu:
Trading stage, yang menimbulkan risiko
operasional.
l Clearing and settlement stage, yang me­
nimbulkan risiko operasional, risiko kustodian, dan risiko liquidity.
l Cross border settlement stage, yang me­
nimbulkan risiko operasional, risiko li­qui­
di­ty, risiko legal, dan risiko herstatt.
l
Penanganan risiko bukanlah tanggung
jawab bagian internal audit saja, tetapi
semua bagian harus turut meng­ambil bagian dalam menjaga dan meminimalisir
risiko yang timbul selama aktivitas operasional sehari-hari.
Presentasi hari pertama ditutup oleh
Mr Edward Chiu, Senior Vice President
Head of Operation Division Fubon Bank
yang menekankan pentingnya peran risk
management, compliance, technology, dan
regulator dalam menjaga aktivitas operasional sehari-hari.
Pada hari kedua, seminar dipandu
oleh Mr Alex Merriman, Executive Director
Pelaku Pasar Modal Indonesia:
[Andy Koerniawan & Irna Yusanti]
Tetap Optimis
W
alaupun ada keraguan publik
mengenai ketidakpastian kondisi pasar modal Indonesia,
KSEI optimis pasar modal Indonesia akan
segera bangkit. Keyakinan dan optimisme
inilah yang harus ditanamkan pada setiap
pelaku pasar modal. Ketidakpastian pasar
modal Indonesia yang dirasakan saat ini
sebenar­nya hanya merupakan sentimen
pasar yang bersifat sementara, di lain sisi
secara keseluruhan kinerja Emiten yang
tercatat di bursa mengalami peningkatan.
Ketidakpastian masih dipicu gejolak
perekonomian Amerika Serikat (AS) yang
melambat. Perekonomian AS didominasi
oleh sektor jasa yang didalamnya juga ter­­
masuk sektor keuangan, sehingga dam­pak
krisis dan perlambatan ekonomi sangat dirasakan sektor keuangan Indonesia (pasar
saham dan obligasi). Kondisi ini membuat
sebagian investor kita menjadi ragu untuk
masuk ke pasar saham atau pusing karena
nilai investasinya semakin turun seiring
dengan penurunan IHSG.
Anomali pasar global yang terjadi
ini membuat BEI melakukan suspension
(penghentian transaksi sementara) pada
8 Oktober 2008 hingga 10 Oktober 2008
untuk mengantisipasi dampak penurunan
IHSG yang semakin parah. Suspensi perdagangan pada 8 Oktober 2008 pukul 11.06
WIB itu dilakukan setelah IHSG turun tajam
sebesar 168,052 poin menjadi 1.451,669.
Ditambah lagi saat itu indeks LQ45 terkoreksi 38,261 atau 11,86 persen ke posisi
284,236. Penurunan IHSG ini sebagai runtutan kondisi bursa glo­bal regional, setelah
sehari sebelumnya The Fed (bank sentral
AS) tidak mampu meyakinkan para investor. Efeknya, krisis pada hari itu membuat
indeks Dow Jones melorot 5,11 persen
atau 508,38 poin menjadi 9.447,11. Situasi
pasar pun semakin tidak normal dengan
maraknya transaksi short selling yang sarat
dengan tindakan spekulatif di mana hanya
memperburuk keadaan pasar dan merugikan investor kecil.
Sementara itu, harga komoditas dunia,
seperti batu bara, nikel, timah, dan minyak
sawit mentah (crude palm oil/CPO), masih
menurun yang dipicu penurunan harga
minyak dunia. Hal ini menyebabkan tekanan jual yang cukup besar pada saham-saham berbasis komoditas di BEI, mengingat
sektor komoditas merupakan sektor yang
aktif diperdagangkan sepanjang 2007
sampai saat ini.
Akibat penurunan nilai saham yang
terus-menerus pada sejumlah saham yang
masuk dalam daftar saham yang dapat ditransaksikan melalui margin, membuat sebagian investor terpaksa menjual sahamnya (forced sell) sehingga tekanan jual yang
melanda bursa saham semakin besar.
Apa yang harus dilakukan pada saat
kondisi pasar seperti ini? Semuanya tergantung para pelaku pasar modal dan
masyarakat secara keseluruhan dalam
bersikap. Situasi seperti ini memang tidak
pernah diharapkan setiap pelaku pasar
saham, namun bukan berarti tidak ada cara
yang dapat ditempuh untuk menghadapi situasi ini. Pertama, satu investor harus
memahami pasar modal adalah wahana
berinvestasi, bukan berjudi atau mengadu
nasib. Kedua, jangan panik karena dengan
demikian investor tidak dapat mengambil putusan yang tepat dan jernih dalam
mencerna informasi. Ketiga, jangan meng­
andalkan rumor pada saat memutuskan
untuk investasi karena cenderung lebih
menyesatkan dan menim­bulkan kerugian
daripada memperoleh keuntungan. l
“Semuanya tergantung para
pelaku pasar modal dan
masyarakat secara keseluruhan
dalam bersikap.”
Edisi 05, 2008
Kondisi fundamental ekonomi yang kuat, dan stabilitas
politik akan membantu mempercepat pemulihan pasar
modal domestik.
Fokuss
Wholesale and Regulation British Bankers’
Association dan pada kesempatan pertama yang melakukan presentasi adalah Mr
Joydeep Dutta, CTO ICICI Securities dengan
tema Achieving High Effiency and Flexible
Processing System in India. Dalam presentasinya, dipaparkan manfaat STP di India, antara lain: efisiensi waktu dalam melakukan
proses konfirmasi serta proses clearing
dan settlement. Selain itu, STP dapat menurunkan risiko human error dan biaya
operasional. STP juga mendukung proses
otomatisasi dari trade lifecycle yang dimulai dari pre-trade hingga trade to post-trade
operation. Dengan STP, India sekarang telah melalui tahapan settlement dari T+5 ke
T+3 dan sekarang T+2, electronic matching
of trade at the exchange, jaringan yang luas
dengan para pelaku pasar, online koneksi
dengan depository untuk memudahkan
proses settlement, kemampuan melakukan
elektronik transfer dana.
Selanjutnya, Mr Felix Wu dan Mr Ding
Wei dari Clearing and Settlement Department CITIC Securities, China mengenalkan
struktur pasar yang terdapat di China yaitu
Exchange Market yang terdiri dari Shanghai
Exchange Market dan Shenzhen Exchange
Market sedangkan OTC Market dijalankan
oleh Interbank Market. Selain itu, mereka
juga mengenalkan proses STP yang terjadi di China, dimana transaksi yang telah
dilakukan di clearing house akan segera
diselesaikan secara otomatisasi sehingga
mengurangi intervensi pekerjaan manual.
Beberapa pembicara selanjutnya
membe­rikan paparan mengenai penting­
nya ker­jasama cross border dalam meng­a­
ko­mo­dasi perkembangan di masa datang.
Seminar ditutup dengan presenta­
si Mr Alex Merriman, Executive Director
Wholes­ale and Regulation British Bankers’
Association dengan tema Insight into European Market Harmonization. Dijelaskannya
beberapa kemajuan yang terjadi di pasar
Eropa, tren market di Eropa yang bisa dijadikan contoh untuk market Asia seperti
single currency (euro), Europe financial integration, dan Europe legal framework.
Berbagai informasi yang disampaikan
dalam seminar ini menjadi masukan ber­
harga dalam persiapan implementasi STP
di pasar modal Indonesia. l
aktivitas
Rangkaian Kegiatan HUT Pasar Modal
Dalam rangka peringatan HUT Pasar Modal Indonesia
ke-31 tanggal 10 Agustus 2008, keluarga besar BapepamLK dan SRO (BEI, KPEI dan KSEI) menyelenggarakan serangkaian acara dengan mengusung tema “Pasar Modal Untuk
Kita Semua”. Berlangsung bulan Juni hingga November
2007, kegiatan ini meliputi aksi sosial seperti sahur keliling
Jakarta, khitanan massal dan siraman rohani dan silaturah­
mi untuk karyawan. Diadakan juga acara pertandingan olah­
raga persahabatan, seperti bowling, badminton, billiar, tenis
meja, tenis lapangan dan paintball) untuk meningkatkan
hubungan baik antara karyawan Bapepam-LK dan SRO.
Tidak ketinggalan kegiatan sosialisasi dan edukasi pasar modal akan digelar, meliputi lomba debat bahasa Inggris
dan road show campus to campus. Rangkaian kegiatan HUT
Pasar Modal ini akan ditutup dengan acara Investor Summit
dan Capital Market Expo 2008 di akhir bulan November. l
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
KSEI kembali menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham
Luar bIasa (RUPSLB) pada tanggal 29 Oktober 2008. Bertempat di
Ballroom III Hotel Mulia Senayan, Jakarta, acara ini dibuka oleh Bapak
Arys Ilyas selaku Komisaris Utama KSEI pada pukul 10.26 WIB. Turut
mendampingi Komisaris Utama dalam memimpin RUPSLB tersebut
adalah Ibu Susiana Suhendra dan Bapak Uriep Budhi Prassetyo selaku
Komisaris KSEI, Bapak Ananta Wiyogo selaku Direktur Utama KSEI
serta Bapak Trisnadi Yulrisman dan Bapak Risbadi Purbowo selaku
Direktur Perseroan. RUPSLB ini berhasil menyepakati agenda rapat,
yaitu persetujuan atas Rencana Kerja dan Anggaran Tahun (RKAT)
Perseroan Tahun Buku 2009.l
Edisi 05, 2008
statistik
Total Distribusi “Corporate Action”
Periode Januari - September 2008
Jan - Sep 2008
Dana
Fokuss
�����������������������������������������
����������������������������������
���
�������
Rp (triliun)
USD (juta)
���
������
Equity (Dividen dan Exercise)
24,49
40,16
���
������
Debt (Bunga dan Pokok)
55,30
16,03
���
�������
Total Dana
79,79
56,19
���
������
(Jumlah/Unit Efek)
���
������
Saham
106.232.390.364
���
������
Waran
2.343.769.250
���
������
110.915.413.612
���
�������
Efek
HMETD
�������
�����������������������������������������������
����������������������������������
����������������������������������
����������������������������������
�����������������������
������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� �������
��������
��������
��������
��������
��������
��������
��������
��������
��������
�������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
������� ���
���
���
���
���
���
���
���
���
Download