PDF - Jurnal UNESA

advertisement
PENGEMBANGAN MODUL IPA “GAYA GRAVITASI” UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V DI SDN TANAH
KALI KEDINDING VIII SURABAYA
Fitri Medawati1, Damajanti K. D2
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Kampus Lidah Wetan
1
[email protected]
2
[email protected]
Abstrak: Modul merupakan media pembelajaran yang bersifat selfinstructional yang memuat satu konsep atau unit dari bahan pembelajaran.
Kemandirian dan pengalaman siswa terlibat secara aktif lebih diutamakan
dalam memanfaatkan modul. Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan
kemandirian adalah mata pelajaran IPA.
Tujuan pengembangan modul IPA “Gaya Gravitasi” diharapkan siswa dapat
belajar mandiri dan menemukan jawaban sendiri atas kegiatan yang ada pada
modul, sehingga siswa dapat meningkatkan kemandirian dalam belajar IPA
dan dapat meningkatkan prestasi belajar.
Teknik pengumpulan data dari ahli materi dan ahli media adalah
menggunakan instrumen berbentuk angket, sedangkan untuk siswa
menggunakan instrumen wawancara dan tes. Hasil dari angket dan wawancara
tersebut digunakan sebagai acuan dalam merevisi produk, sedangkan tes untuk
mengetahui prestasi belajar siswa setelah menggunakan modul.
Berdasarkan hasil tahapan uji coba kelompok besar, yakni uji coba pada kelas
VA diperoleh data t hitung lebih besar dari t tabel yakni 17,562 > 2,021.
Maka, dapat disimpulkan bahwa modul IPA “Gaya Gravitasi” tergolong
efektif karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata kunci : pengembangan, modul, Ilmu Pengetahuan Alam, prestasi belajar
1. PENDAHULUAN
Kurikulum yang terdapat pada
pendidikan IPA berdasarkan pedoman
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, Permendiknas No 23
tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, dan Permendiknas No 24
tentang Pelaksanaan Permendiknas No 22
dan 23. Berikut adalah Standar Isi Mata
Pelajaran IPA SD/MI mengandung pesan
penting yang harus dipahami oleh setiap
praktisi pendidikan dan pembelajaran IPA
SD/MI.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan proses penemuan. Proses
pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung dan
kemandirian siswa untuk mengembangkan
kompetensi
agar
menjelajahi
dan
memahami alam sekitar secara ilmiah,
sehingga siswa memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pembelajaran
IPA
sebaiknya
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja, dan
bersikap
ilmiah
serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD/MI menekankan
pada kemandirian siswa dan pemberian
pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Gaya gravitasi adalah satu materi
yang terdapat pada mata pelajaran IPA.
Materi Gaya gravitasi termasuk kedalam
ruang lingkup energi dan perubahannya.
Materi ini memiliki tujuan agar siswa
dapat mendeskripsikan hubungan antara
gaya, gerak,dan energi melalui percobaan
gaya gravitasi. Berdasarkan Standar Isi
Mata Pelajaran IPA SD/MI yang
menekankan pada kemandirian siswa dan
pemberian pengalaman belajar secara
langsung, maka materi gaya gravitasi
diperlukan adanya suatu media yang
mendukung aktivitas siswa dalam
mempelajari gaya gravitasi sehingga siswa
dapat
belajar
mandiri
dan
mengembangkan potensi bepikirnya.
Namun, hal tersebut tidak tampak disalah
satu SD di Kelurahan Kedinding.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan pada semester gasal 2010/2011
di SDN Tanah Kali Kedinding VIII
Surabaya dalam pemanfaatan media untuk
pelajaran IPA siswa hanya menggunakan
buku paket dan LKS. Buku paket dan
LKS yang digunakan siswa dalam
pembelajaran merupakan media by
utilization, yaitu media jadi yang siap
digunakan tanpa menganalisis kebutuhan
sekolah. Meskipun buku paket tersebut
dapat digunakan, namun isi yang
terkandung belum mewakili seluruh materi
yang telah ditetapkan sesuai dengan
kurikulum sekolah dan standar isi mata
pelajaran IPA,
sehingga ketercapaian
tujuan pembelajaran tidak optimal.
Dari hasil dokumentasi diperoleh
nilai rata-rata ulangan harian pada
pelajaran IPA hanya mencapai 6,3 dengan
ketuntasan
56%.
Kondisi
ini
menggambarkan bahwa pemahaman siswa
dalam proses pembelajaran masih rendah
sehingga menyebabkan hasil belajar siswa
cenderung rendah meskipun telah
menggunakan buku paket.
Berdasarkan wawancara terhadap
siswa diperoleh informasi bahwa siswa
mengalami kesulitan mempelajari materi
IPA pada buku paket, selain itu siswa
bosan dengan metode yang diajarkan oleh
guru dalam menerangkan pelajaran IPA
yang dilakukan secara klasikal dengan
metode ceramah. Pada dasarnya siswa
kelas V di SDN Tanah Kali Kedinding
VIII Surabaya rata-rata berusia 10-11
tahun. Menurut tahapan perkembangan
kognitif Piaget (Trianto, 2007:15) pada
rentang usia ini anak berada pada periode
operasional konkrit. Untuk itu dalam
penyampaian
materi
seharusnya
memberikan kemandirian dan pengalaman
belajar secara langsung sehingga siswa
dibiasakan untuk mengembangkan potensi
berpikirnya.
Salah satu media yang efektif,
efisien, dan mengutamakan kemandirian
adalah media berbasis cetak modul. Para
ahli menyatakan proses belajar dengan
menggunakan modul menuntut keaktifan
siswa agar dapat belajar mandiri dengan
bantuan minimal dari guru.
Modul merupakan paket pengajaran
yang bersifat self-instructional yang
memuat satu konsep atau unit daripada
bahan pembelajaran. Kemandirian dan
pengalaman siswa terlibat secara aktif
lebih diutamakan dalam memanfaatkan
media
modul.
Menurut
Winkel
(2009:472), bahwa modul merupakan
satuan program belajar mengajar yang
terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri
secara perseorangan atau diajarkan oleh
siswa kepada dirinya sendiri (selfinstructional). Anwar (2010) menyatakan
bahwa modul adalah bahan ajar yang
disusun secara sistematis dan menarik
yang mencakup isi materi, metode dan
evaluasi yang dapat digunakan secara
mandiri untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan.
Berdasarkan masalah tersebut, maka
sangat perlu dikembangkan suatu media
pembelajaran by design. Salah satu media
pembelajaran by design yang tepat untuk
digunakan dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam khususnya materi Gaya
Gravitasi adalah dengan menggunakan
media cetak modul, sehingga siswa dapat
belajar secara mandiri menggunakan
modul dengan bantuan minimal dari guru.
Tujuan pengembangan modul ini,
adalah untuk membantu siswa belajar
secara dengan mandiri, karena dengan
modul siswa dapat mengerjakan lembar
kerja secara individu agar dapat
meningkatkan prestasi belajar.
Modul yang akan dikembangkan
memiliki spesifikasi sebagai berikut:
a. Pendahuluan
yang
terdiri
atas
deskripsi,
kemampuan
prasyarat,
kompetensi dasar, indikator, pokokpokok
pelajaran,
prosedur
pembelajaran, dan evaluasi
b. Pembahasan yang terdiri atas teks
bacaan, lembar kegiatan siswa, lembar
kerja siswa
c. Penutup terdiri atas tes evaluasi dan
pedoman Penilaian
2. KAJIAN PUSTAKA
Seels & Richey (Warsita, 2008:13),
mengemukakan
bahwa
”Teknologi
pembelajaran adalah teori dan praktik
dalam
desain,
pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi
tentang proses dan sumber untuk belajar”.
Menurut Soeharto, dkk (2008:15),
bahwa teknologi pembelajaran adalah
proses yang kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang prosedur, ide, peralatan,
dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari cara pemecahan,
melaksanakan,
mengevaluasi
dan
mengelola pemecahan masalah-masalah
dalam situasi dimana kegiatan belajar itu
mempunyai tujuan dan terkontrol.
Ada lima domain atau bidang
garapan
teknologi
pembelajaran
berlandaskan definisi AECT 1994, yaitu
desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, dan penilaian tentang proses
dan sumber untuk belajar. (Warsita,
2008:20).
Kawasan
desain
atau
perancangan menurut Seels & Richey
(Warsita, 2008:21), mencakup penerapan
berbagai teori, prinsip, dan prosedur dalam
melakukan perencanaan atau mendesain
suatu program atau kegiatan pembelajaran
yang dilakukan secara sistemis dan
sistematis.
Kawasan
pengembangan
menurut Seels & Richey (Warsita,
2008:26), dapat diorganisasikan dalam
empat katagori : teknologi cetak, teknologi
audio visual, teknologi berbasis komputer,
dan multimedia. Seels & Richey (Warsita,
2008:28), menyatakan bahwa teknologi
cetak adalah cara untuk memproduksi atau
menyampaikan bahan, seperti buku-buku,
modul dan bahan-bahan visual yang statis,
terutama melalui proses pencetakan
mekanis atau fotografis. Seels & Richey
(Warsita,
2008:29),
mengemukakan
bahwa teknologi audio visual adalah cara
memproduksi dan menyampaikan bahan
dengan menggunakan peralatan dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan
audio dan visual. Seels & Richey (Warsita,
2008:33), menyatakan bahwa teknologi
berbasis komputer merupakan cara-cara
memproduksi dan menyampaikan bahan
belajar dengan menggunakan perangkat
yang bersumber pada mikroprosesor. Seels
&
Richey
(Warsita,
2008:36),
mengemukakan bahwa multimedia atau
teknologi terpadu merupakan cara untuk
memproduksi dan menyampaikan bahan
belajar dengan memadukan beberapa jenis
media yang dikendalikan komputer.
Kawasan
pemanfaatan
merupakan
tindakan menggunakan metode dan model
instruksional, bahan dan peralatan media
untuk meningkatkan suasana pembelajaran
(Warsita, 2008:37). Fungsi pemanfaatan
sangat penting karena keterkaitannya
antara peserta didik dengan bahan belajar
atau sistem pembelajaran. Kawasan
pengelolaan menurut Seels & Richey
(Warsita, 2008:50), meliputi pengendalian
teknologi
pembelajaran
melalui:
perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinisasian dan supervisi.
Kawasan pengelolaan menurut Seels
& Richey (Warsita, 2008:50), terdiri atas
pengengelolaan
proyek,
pengelolaan
sumber, pengelolaan sistem penyampaian,
dan pengelolaan informasi. Kawasan
penilaian menurut Seels & Richey
(Warsita, 2008:53), merupakan proses
penentuan
memadai
tidaknya
pembelajaran dan belajar yang mencakup:
(1) analisis masalah; (2) pengukuran acuan
patokan; (3) penilaian formatif; dan (4)
penilaian sumatif.
Berdasarkan kawasan teknologi
pembelajaran, maka keterkaitan modul
dengan teknologi pembelajaran terletak
pada kawasan pengembangan yaitu
khususnya pada pengembangan teknologi
cetak.
Menurut Winkel (2009:472), bahwa
modul merupakan satuan program belajar
mengajar yang terkecil, yang dipelajari
oleh siswa sendiri secara perseorangan
atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya
sendiri (self-instructional). Anwar (2010),
menyatakan bahwa modul adalah bahan
ajar yang disusun secara sistematis dan
menarik yang mencakup isi materi,
metode dan evaluasi yang dapat digunakan
secara
mandiri
untuk
mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Menurut Wijaya (1988:129), ciriciri pengajaran modul adalah :
a. Siswa dapat belajar individual, ia
belajar dengan aktif tanpa bantuan
maksimal dari guru.
b. Tujuan pelajaran dirumuskan secara
khusus. Rumusan tujuan bersumber
pada perubahan tingkah laku.
c. Tujuan dirumuskan secara khusus
sehingga perubahan tingkah laku
yang terjadi pada diri siswa segera
dapat diketahui. Perubahan tingkah
laku diharapkan sampai 75%
penguasaan tuntas (mastery learning)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis untuk menguasai
pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, proses penemuan, dan
memiliki sikap ilmiah (Panut, 2007).
Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam
sekitarnya serta dalam menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran IPA menekankan pada
kemandirian siswa untuk mengembangkan
kompetensi
agar
menjelajahi
dan
memahami alam sekitar secara ilmiah,
sehingga siswa memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan prestasi belajar adalah
“Penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”.
Qahar
(Djamarah,
1994:20)
menyatakan bahwa prestasi adalah apa
yang telah dapat diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan keuletan
kerja. Sedangkan Harahap (Djamarah,
1994:20) berpendapat bahwa prestasi
adalah "penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan siswa
berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada siswa.
Sehingga diharapkan dengan adanya
modul IPA “Gaya Gravitasi” siswa dapat
belajar
secara
mandiri
dengan
mengerjakan lembar kegiatan siswa serta
dapat meningkatkan prestasi belajar.
Dalam mengembangkan modul IPA
“Gaya Gravitasi” terdapat tiga pilihan
model pengembangan yakni model
Banathy, model Paulina Pannen dan model
Sadiman. Model pengembangan yang
dipilih
oleh
peneliti
dalam
mengembangkan media cetak modul
sebagai media pembelajaran adalah
model pengembangan Arif Sadiman
dengan alasan bahwa :
a. Model pengembangan Sadiman
dapat digunakan sebagai acuan
dalam
pengembangan
media
modul, karena tahapan awal model
ini adalah menganalisis kebutuhan
untuk mengetahui karakterisitik
siswa dan permasalahan apa yang
dialami dalam kegiatan belajar
mengajar
sebelum
mengembangkan
media.
Sedangkan model Banathy dan
model Paulina Pannen pada
tahapan awal adalah merumuskan
tujuan
tanpa
menganalisis
kebutuhan siswa terlebih dahulu.
b. Model pengembangan Sadiman,
dipandang lebih tepat karena
mengarah
pada
proses
pengembangan
yang
menghasilkan produk, sedangkan
model Banathy mengarah pada
desain pembelajaran
3. METODE PENGEMBANGAN
Berdasarkan
beberapa
model
pengembangan yang telah disebutkan pada
Bab II, maka model pengembangan yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
mengembangkan media cetak modul ini
adalah model pengembangan). Langkahlangkah pengembangan tersebut sebagai
berikut:
a. Menganalisis
Kebutuhan
dan
Karakteristik Siswa.
b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran.
c. Merumuskan Butir-Butir Materi Secara
Terperinci
Yang
Mendukung
Tercapainya Tujuan.
d. Mengembangkan
Alat
Pengukur
Keberhasilan.
e. Pembuatan Naskah Media (lay out)
f. Mengadakan uji coba dan revisi
Adapun desain uji coba yang
dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Kegiatan awal pengembangan
Pada tahap ini, kegiatan yang
dilakukan
adalah
melakukan
konsultasi dengan pembimbing
untuk menentukan ahli materi dan
ahli media. Konsultasi ini bertujuan
untuk mendapatkan saran dan
masukan tentang pengembangan
modul lebih lanjut. Hasil dari
kegiatan
awal
pengembangan
adalah konsep dasar yang nantinya
akan dijadikan sebagai bahan
pembuatan modul cetak.
b. Tahap pertama
Menyusun bahan yang telah
dikonsultasikan dari kegian awal
menjadi
draft
I.
Kemudian
dilakukan uji coba satu-satu pada
siswa. Untuk mengetahui pendapat
siswa
terhadap
modul
yang
dikembangkan.
c. Tahap Kedua
Menyusun draft II yang dilakukan
berdasarkan pada hasil analisis
tahap pertama. Setelah penyusunan
draft II selesai dilakukan maka
kegiatan
selanjutnya
adalah
melakukan uji coba pada kelompok
kecil
d. Tahap ketiga
Setelah melakukan uji coba pada
kelompok kecil, dan merevisi media
sesuai dengan hasil analisis. Maka
tahap selanjutnya adalah menyusun
draft III. Draft III inilah yang
nantinya akan digunakan sebagai
bahan uji coba lapangan. Peneliti
melakukan percobaan terhadap
siswa
kelas
VA
dengan
menggunakan
media
modul,
sedangkan untuk siswa kelas VB
menggunakan buku paket. untuk
mengetahui apakah ada perbedaan
nilai
sebelum
dan
sesudah
menggunakan, maka rumus t-tes
yang digunakan menurut Suharsimi
(2006:306) sebagai berikut :
......................(1)
Keterangan :
Md
= mean dari perbedaan pre test
dengan post test (post testpre test)
xd
= deviasi masing-masing
subjek (d- Md)
2
∑X d = jumlah kuadrat deviasi
N
= subjek pada sampel
d.b. = ditentukan dengan N – 1
Berdasarkan perhitungan rumus
di atas dengan taraf signifikan 5%
maka db = N – 1 = X kemudian
dikonsultasikan dengan t tabel = Y.
Jika ternyata t hitung lebih besar dari t
tabel maka hal ini menunjukkan bahwa
prestasi belajar siswa kelas VA
mengalami
peningkatan
setelah
memanfaatkan modul yang telah
dikembangkan
oleh
pengembang
B
daripada kelas V . Namun jika t hitung
lebih kecil dari t tabel maka hasil
belajar siswa kelas VA mengalami
penurunan setelah memanfaatkan
modul yang telah dikembangkan oleh
pengembang.
4. HASIL PENGEMBANGAN
Produk yang dihasilkan dalam
pengembangan ini adalah berupa
modul yang terdiri dari dua komponen,
yaitu modul dan kunci jawaban. Modul
yang dimaksud dalam pengembangan
adalah
berupa
bahan
cetak.
Pengembangan modul cetak ini
berdasarkan
pada
model
pengembangan
Sadiman
dengan
langkah-langkah yang telah dijelaskan
pada Bab III.
Spesifikasi Modul IPA “Gaya
Gravitasi” sebagai berikut:
a. Bentuk modul adalah Persegi panjang.
b. Ukuran panjang modul (25,7 cm),
Lebar (18,2cm) disesuaikan dengan
genggaman anak SD berumur 10-11
tahun.
c. Ukuran tulisan isi materi (12).
d. Jenis tulisan isi materi (Times New
Roman dan Tahoma).
e. Warna tulisan pada isi materi (hitam,
birun dan merah) dan cover (merah,
kuning, putih).
f. Gambar pada cover disesuaikan dengan
materi gaya gravitasi dan karakteristik
siswa SD.
g. Bahan yang digunakan untuk cover
(kertas glossy ketebalan 210 gsm) dan
Isi materi (kertas dengan ketebalan
70gsm).
Untuk kunci jawaban dicetak
terpisah dengan modul, tujuannya
adalah untuk melatih kreativitas siswa,
sehingga siswa mampu menjawab
pertanyaan yang disediakan di dalam
modul sesuai dengan kemampuan dan
daya nalar siswa.
Uji coba dilaksanakan setelah
pengembang menyelesaikan draft I media.
Media yang telah dikembangkan ini
diujicobakan pada ahli materi, ahli media
dan juga siswa. Uji coba yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui tingkat
keefektifan, efisiensi dan kemenarikan
modul yang dikembangkan. Semua data
yang diperoleh dari kegiatan uji coba akan
dijelaskan lebih rinci pada keterangan
berikut :
Berdasarkan reviu ahli materi
diperoleh bahwa daya tarik media
modul 79,80% hal ini berarti bahwa
daya tarik media adalah baik dan
menarik. Pemahaman media 76,66%
hal ini berarti bahwa pemahaman
media adalah baik dan mudah
dipahami siswa. Credibility media 80%
hal ini berarti bahwa credibility media
adalah baik dan sesuai dengan standar
isi mata pelajaran IPA. Standar teknis
media 80% hal ini berarti bahwa
standar teknis media adalah baik.
Reviu ahli media diperoleh bahwa
daya tarik media 87,62% hal ini berarti
bahwa daya tarik media adalah sangat
baik sekali. Pemahaman media 82,26%
hal ini berarti bahwa pemahaman
adalah sangat baik. Standart teknis
media 86,66% hal ini berarti bahwa
standar teknis adalah sangat baik
sekali. Hasil wawancara pada uji coba
perorangan diperoleh daya tarik media
93,34% hal ini berarti bahwa daya tarik
media adalah sangat baik sehingga
tidak perlu direvisi. Pemahaman media
66,67% hal ini berarti bahwa pemahaman
adalah baik sehingga tidak perlu direvisi.
Sedangkan dari hasil wawancara pada
kelompok kecil diperoleh bahwa daya
tarik media 100% ini berarti bahwa
daya tarik media adalah sangat baik
sehingga
tidak
perlu
direvisi.
Pemahaman media 96,66% hal ini
berarti bahwa pemahaman adalah
sangat baik sehingga tidak perlu
direvisi.
Berdasarkan perhitungan uji t
dengan taraf signifikan 5 %, nilai db
=N–1= 41–1= 40, maka diperolehlah t
tabel 2,021. Dengan demikian maka t
hitung lebih besar dari t tabel yakni
17,562 > 2,021. Maka hasil pre tes
dan pos tes untuk kelas VA berbeda
secara signifikan. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa kelas VA SDN Tanah
Kali Kedinding VIII Surabaya
mengalami
peningkatan
setelah
memanfaatkan modul
pengembangan ini.
cetak
hasil
5. SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian diatas dapat
diambil simpulan dan saran yang akan
dijelaskan pada sub bab selanjutnya.
5.1 Simpulan
Dilihat dari seluruh proses
pengembangan yang telah dilakukan
mulai dari melakukan observasi untuk
mengidentifikasi
masalah
pembelajaran pada SDN Tanah Kali
Kedinding VIII Surabaya, hingga
kegiatan uji coba dengan konsultasi
pada ahli materi untuk mengetahui
apakah materi telah sesuai dengan
standar isi mata pelajaran IPA dan
konsultasi dengan ahli media untuk
mengetahui modul yang dikembangkan
sesuai dengan karakteristik siswa SD
kelas V, serta uji coba perorangan uji
dan coba kelompok kecil untuk
mengetahui pendapat siswa tentang
modul yang dikembangkan. Berikut
adalah hasil pengembangan modul
cetak tentang IPA ”Gaya Gravitasi” :
a. Berdasarkan hasil uji coba kepada
ahli materi dan ahli media diperoleh
data kuantitatif dengan prosentase
hasil 76,66% dan 82,26% untuk
aspek pemahaman materi dan
kemudian
menghasilkan
data
kualitatif yang menyatakan bahwa
modul
berkategorikan
baik,
sehingga modul yang diproduksi
layak
dimanfaatkan
karena
membantu
guru
dalam
menerangkan materi.
b. Media modul IPA Gaya Gravitasi
dikembangkan
berdasarkan
kebutuhan di SDN Tanah Kali
Kedinding VIII Surabaya, agar
siswa dapat belajar mandiri sesuai
dengan standar isi mata pelajaran
IPA dan dapat meningkatkan
prestasi belajar.
c. Berdasarkan hasil tahapan uji coba
kelompok besar, yakni uji coba
pada kelas VA diperoleh data t
hitung lebih besar dari t tabel yakni
17,562 > 2,021. Artinya bahwa ada
peningkatan prestasi belajar setelah
menggunakan modul.
Maka dapat disimpulkan bahwa
diperlukan
modul
IPA
“Gaya
Gravitasi” ini karena didesain sesuai
dengan standar isi mata pelajaran IPA
yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran mandiri, sehingga siswa
dapat memanfaatkan modul meskipun
tanpa kehadiran guru di kelas. Selain
itu, didalam modul terdapat Lembar
Kegiatan Siswa dan soal-soal, sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
5.2 Saran
Penelitian pengembangan modul
IPA “Gaya Gravitasi” ini, memiliki
saran antara lain :
a. Modul cetak ini didesain dilengkapi
dengan lembar kerja siswa.
Pemanfaatan modul ini dalam
pembelajaran, guru memberikan
kepercayaan pada siswa untu dapat
belajar mandiri dan guru tidak lagi
menjadi sumber informasi tunggal
di dalam kelas, melainkan guru
berperan sebagai fasilitator.
b. Produk pengembangan ini tidak
hanya terfokus pada materi IPA
tentang gaya gravitasi, tetapi dapat
dikembangkan pada bab selanjutnya
seperti gaya gesek dan gaya magnet.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan
Bahan Ajar. Bahan Kuliah
Online.
(Http://
File.upi.edu/direktori/FPMIPA/
jur-penmatematika/195503031980021darhim/strategidanperen-pembmat/11pengembangan-bahanajar.ppt.) diakses tanggal 21
Februari 2011.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan. Kamus Besar
Bahasa
Indonesia.
1999
Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994.
Prestasi
Belajar
dan
Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional
Panut, dkk. 2007. Dunia IPA. Bogor :
Yudhistira.
Sadiman,
Arief.
2007.
Media
Pendidikan.
Jakarta:
PT.
Rajagrafindo Persada.
Soeharto, Karti. dkk. 2008. Teknologi
Pembelajaran.
Surabaya:
Surabaya Intellectual Club.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan
Praktek.
Jakarta:
Prestasi
Pustaka Publisher.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi
Pembelajaran: Landasan dan
Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Wijaya, Cece,.dkk. 1988. Upaya
Pembaharuan
Dalam
Pendidikan dan Pengajaran.
Bandung: Remadja Karya.
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran.
Yogyakarta : Media Abadi.
Download