PENGEMBANGAN MODUL IPA “GAYA GRAVITASI” UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V DI SDN TANAH KALI KEDINDING VIII SURABAYA Fitri Medawati1, Damajanti K. D2 Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan 1 [email protected] 2 [email protected] Abstrak: Modul merupakan media pembelajaran yang bersifat selfinstructional yang memuat satu konsep atau unit dari bahan pembelajaran. Kemandirian dan pengalaman siswa terlibat secara aktif lebih diutamakan dalam memanfaatkan modul. Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan kemandirian adalah mata pelajaran IPA. Tujuan pengembangan modul IPA “Gaya Gravitasi” diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan menemukan jawaban sendiri atas kegiatan yang ada pada modul, sehingga siswa dapat meningkatkan kemandirian dalam belajar IPA dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Teknik pengumpulan data dari ahli materi dan ahli media adalah menggunakan instrumen berbentuk angket, sedangkan untuk siswa menggunakan instrumen wawancara dan tes. Hasil dari angket dan wawancara tersebut digunakan sebagai acuan dalam merevisi produk, sedangkan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah menggunakan modul. Berdasarkan hasil tahapan uji coba kelompok besar, yakni uji coba pada kelas VA diperoleh data t hitung lebih besar dari t tabel yakni 17,562 > 2,021. Maka, dapat disimpulkan bahwa modul IPA “Gaya Gravitasi” tergolong efektif karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kata kunci : pengembangan, modul, Ilmu Pengetahuan Alam, prestasi belajar 1. PENDAHULUAN Kurikulum yang terdapat pada pendidikan IPA berdasarkan pedoman Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Permendiknas No 24 tentang Pelaksanaan Permendiknas No 22 dan 23. Berikut adalah Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD/MI mengandung pesan penting yang harus dipahami oleh setiap praktisi pendidikan dan pembelajaran IPA SD/MI. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kemandirian siswa untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada kemandirian siswa dan pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Gaya gravitasi adalah satu materi yang terdapat pada mata pelajaran IPA. Materi Gaya gravitasi termasuk kedalam ruang lingkup energi dan perubahannya. Materi ini memiliki tujuan agar siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak,dan energi melalui percobaan gaya gravitasi. Berdasarkan Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD/MI yang menekankan pada kemandirian siswa dan pemberian pengalaman belajar secara langsung, maka materi gaya gravitasi diperlukan adanya suatu media yang mendukung aktivitas siswa dalam mempelajari gaya gravitasi sehingga siswa dapat belajar mandiri dan mengembangkan potensi bepikirnya. Namun, hal tersebut tidak tampak disalah satu SD di Kelurahan Kedinding. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada semester gasal 2010/2011 di SDN Tanah Kali Kedinding VIII Surabaya dalam pemanfaatan media untuk pelajaran IPA siswa hanya menggunakan buku paket dan LKS. Buku paket dan LKS yang digunakan siswa dalam pembelajaran merupakan media by utilization, yaitu media jadi yang siap digunakan tanpa menganalisis kebutuhan sekolah. Meskipun buku paket tersebut dapat digunakan, namun isi yang terkandung belum mewakili seluruh materi yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum sekolah dan standar isi mata pelajaran IPA, sehingga ketercapaian tujuan pembelajaran tidak optimal. Dari hasil dokumentasi diperoleh nilai rata-rata ulangan harian pada pelajaran IPA hanya mencapai 6,3 dengan ketuntasan 56%. Kondisi ini menggambarkan bahwa pemahaman siswa dalam proses pembelajaran masih rendah sehingga menyebabkan hasil belajar siswa cenderung rendah meskipun telah menggunakan buku paket. Berdasarkan wawancara terhadap siswa diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan mempelajari materi IPA pada buku paket, selain itu siswa bosan dengan metode yang diajarkan oleh guru dalam menerangkan pelajaran IPA yang dilakukan secara klasikal dengan metode ceramah. Pada dasarnya siswa kelas V di SDN Tanah Kali Kedinding VIII Surabaya rata-rata berusia 10-11 tahun. Menurut tahapan perkembangan kognitif Piaget (Trianto, 2007:15) pada rentang usia ini anak berada pada periode operasional konkrit. Untuk itu dalam penyampaian materi seharusnya memberikan kemandirian dan pengalaman belajar secara langsung sehingga siswa dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Salah satu media yang efektif, efisien, dan mengutamakan kemandirian adalah media berbasis cetak modul. Para ahli menyatakan proses belajar dengan menggunakan modul menuntut keaktifan siswa agar dapat belajar mandiri dengan bantuan minimal dari guru. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instructional yang memuat satu konsep atau unit daripada bahan pembelajaran. Kemandirian dan pengalaman siswa terlibat secara aktif lebih diutamakan dalam memanfaatkan media modul. Menurut Winkel (2009:472), bahwa modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (selfinstructional). Anwar (2010) menyatakan bahwa modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan masalah tersebut, maka sangat perlu dikembangkan suatu media pembelajaran by design. Salah satu media pembelajaran by design yang tepat untuk digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya materi Gaya Gravitasi adalah dengan menggunakan media cetak modul, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri menggunakan modul dengan bantuan minimal dari guru. Tujuan pengembangan modul ini, adalah untuk membantu siswa belajar secara dengan mandiri, karena dengan modul siswa dapat mengerjakan lembar kerja secara individu agar dapat meningkatkan prestasi belajar. Modul yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut: a. Pendahuluan yang terdiri atas deskripsi, kemampuan prasyarat, kompetensi dasar, indikator, pokokpokok pelajaran, prosedur pembelajaran, dan evaluasi b. Pembahasan yang terdiri atas teks bacaan, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa c. Penutup terdiri atas tes evaluasi dan pedoman Penilaian 2. KAJIAN PUSTAKA Seels & Richey (Warsita, 2008:13), mengemukakan bahwa ”Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar”. Menurut Soeharto, dkk (2008:15), bahwa teknologi pembelajaran adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Ada lima domain atau bidang garapan teknologi pembelajaran berlandaskan definisi AECT 1994, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian tentang proses dan sumber untuk belajar. (Warsita, 2008:20). Kawasan desain atau perancangan menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:21), mencakup penerapan berbagai teori, prinsip, dan prosedur dalam melakukan perencanaan atau mendesain suatu program atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara sistemis dan sistematis. Kawasan pengembangan menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:26), dapat diorganisasikan dalam empat katagori : teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer, dan multimedia. Seels & Richey (Warsita, 2008:28), menyatakan bahwa teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti buku-buku, modul dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Seels & Richey (Warsita, 2008:29), mengemukakan bahwa teknologi audio visual adalah cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Seels & Richey (Warsita, 2008:33), menyatakan bahwa teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan belajar dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Seels & Richey (Warsita, 2008:36), mengemukakan bahwa multimedia atau teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan belajar dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Kawasan pemanfaatan merupakan tindakan menggunakan metode dan model instruksional, bahan dan peralatan media untuk meningkatkan suasana pembelajaran (Warsita, 2008:37). Fungsi pemanfaatan sangat penting karena keterkaitannya antara peserta didik dengan bahan belajar atau sistem pembelajaran. Kawasan pengelolaan menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:50), meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui: perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinisasian dan supervisi. Kawasan pengelolaan menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:50), terdiri atas pengengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian, dan pengelolaan informasi. Kawasan penilaian menurut Seels & Richey (Warsita, 2008:53), merupakan proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar yang mencakup: (1) analisis masalah; (2) pengukuran acuan patokan; (3) penilaian formatif; dan (4) penilaian sumatif. Berdasarkan kawasan teknologi pembelajaran, maka keterkaitan modul dengan teknologi pembelajaran terletak pada kawasan pengembangan yaitu khususnya pada pengembangan teknologi cetak. Menurut Winkel (2009:472), bahwa modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional). Anwar (2010), menyatakan bahwa modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut Wijaya (1988:129), ciriciri pengajaran modul adalah : a. Siswa dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa bantuan maksimal dari guru. b. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada perubahan tingkah laku. c. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75% penguasaan tuntas (mastery learning) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah (Panut, 2007). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya serta dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada kemandirian siswa untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Qahar (Djamarah, 1994:20) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan Harahap (Djamarah, 1994:20) berpendapat bahwa prestasi adalah "penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. Sehingga diharapkan dengan adanya modul IPA “Gaya Gravitasi” siswa dapat belajar secara mandiri dengan mengerjakan lembar kegiatan siswa serta dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam mengembangkan modul IPA “Gaya Gravitasi” terdapat tiga pilihan model pengembangan yakni model Banathy, model Paulina Pannen dan model Sadiman. Model pengembangan yang dipilih oleh peneliti dalam mengembangkan media cetak modul sebagai media pembelajaran adalah model pengembangan Arif Sadiman dengan alasan bahwa : a. Model pengembangan Sadiman dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan media modul, karena tahapan awal model ini adalah menganalisis kebutuhan untuk mengetahui karakterisitik siswa dan permasalahan apa yang dialami dalam kegiatan belajar mengajar sebelum mengembangkan media. Sedangkan model Banathy dan model Paulina Pannen pada tahapan awal adalah merumuskan tujuan tanpa menganalisis kebutuhan siswa terlebih dahulu. b. Model pengembangan Sadiman, dipandang lebih tepat karena mengarah pada proses pengembangan yang menghasilkan produk, sedangkan model Banathy mengarah pada desain pembelajaran 3. METODE PENGEMBANGAN Berdasarkan beberapa model pengembangan yang telah disebutkan pada Bab II, maka model pengembangan yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan media cetak modul ini adalah model pengembangan). Langkahlangkah pengembangan tersebut sebagai berikut: a. Menganalisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa. b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran. c. Merumuskan Butir-Butir Materi Secara Terperinci Yang Mendukung Tercapainya Tujuan. d. Mengembangkan Alat Pengukur Keberhasilan. e. Pembuatan Naskah Media (lay out) f. Mengadakan uji coba dan revisi Adapun desain uji coba yang dilakukan pada penelitian ini adalah: a. Kegiatan awal pengembangan Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan konsultasi dengan pembimbing untuk menentukan ahli materi dan ahli media. Konsultasi ini bertujuan untuk mendapatkan saran dan masukan tentang pengembangan modul lebih lanjut. Hasil dari kegiatan awal pengembangan adalah konsep dasar yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pembuatan modul cetak. b. Tahap pertama Menyusun bahan yang telah dikonsultasikan dari kegian awal menjadi draft I. Kemudian dilakukan uji coba satu-satu pada siswa. Untuk mengetahui pendapat siswa terhadap modul yang dikembangkan. c. Tahap Kedua Menyusun draft II yang dilakukan berdasarkan pada hasil analisis tahap pertama. Setelah penyusunan draft II selesai dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan uji coba pada kelompok kecil d. Tahap ketiga Setelah melakukan uji coba pada kelompok kecil, dan merevisi media sesuai dengan hasil analisis. Maka tahap selanjutnya adalah menyusun draft III. Draft III inilah yang nantinya akan digunakan sebagai bahan uji coba lapangan. Peneliti melakukan percobaan terhadap siswa kelas VA dengan menggunakan media modul, sedangkan untuk siswa kelas VB menggunakan buku paket. untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah menggunakan, maka rumus t-tes yang digunakan menurut Suharsimi (2006:306) sebagai berikut : ......................(1) Keterangan : Md = mean dari perbedaan pre test dengan post test (post testpre test) xd = deviasi masing-masing subjek (d- Md) 2 ∑X d = jumlah kuadrat deviasi N = subjek pada sampel d.b. = ditentukan dengan N – 1 Berdasarkan perhitungan rumus di atas dengan taraf signifikan 5% maka db = N – 1 = X kemudian dikonsultasikan dengan t tabel = Y. Jika ternyata t hitung lebih besar dari t tabel maka hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas VA mengalami peningkatan setelah memanfaatkan modul yang telah dikembangkan oleh pengembang B daripada kelas V . Namun jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka hasil belajar siswa kelas VA mengalami penurunan setelah memanfaatkan modul yang telah dikembangkan oleh pengembang. 4. HASIL PENGEMBANGAN Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah berupa modul yang terdiri dari dua komponen, yaitu modul dan kunci jawaban. Modul yang dimaksud dalam pengembangan adalah berupa bahan cetak. Pengembangan modul cetak ini berdasarkan pada model pengembangan Sadiman dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan pada Bab III. Spesifikasi Modul IPA “Gaya Gravitasi” sebagai berikut: a. Bentuk modul adalah Persegi panjang. b. Ukuran panjang modul (25,7 cm), Lebar (18,2cm) disesuaikan dengan genggaman anak SD berumur 10-11 tahun. c. Ukuran tulisan isi materi (12). d. Jenis tulisan isi materi (Times New Roman dan Tahoma). e. Warna tulisan pada isi materi (hitam, birun dan merah) dan cover (merah, kuning, putih). f. Gambar pada cover disesuaikan dengan materi gaya gravitasi dan karakteristik siswa SD. g. Bahan yang digunakan untuk cover (kertas glossy ketebalan 210 gsm) dan Isi materi (kertas dengan ketebalan 70gsm). Untuk kunci jawaban dicetak terpisah dengan modul, tujuannya adalah untuk melatih kreativitas siswa, sehingga siswa mampu menjawab pertanyaan yang disediakan di dalam modul sesuai dengan kemampuan dan daya nalar siswa. Uji coba dilaksanakan setelah pengembang menyelesaikan draft I media. Media yang telah dikembangkan ini diujicobakan pada ahli materi, ahli media dan juga siswa. Uji coba yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan, efisiensi dan kemenarikan modul yang dikembangkan. Semua data yang diperoleh dari kegiatan uji coba akan dijelaskan lebih rinci pada keterangan berikut : Berdasarkan reviu ahli materi diperoleh bahwa daya tarik media modul 79,80% hal ini berarti bahwa daya tarik media adalah baik dan menarik. Pemahaman media 76,66% hal ini berarti bahwa pemahaman media adalah baik dan mudah dipahami siswa. Credibility media 80% hal ini berarti bahwa credibility media adalah baik dan sesuai dengan standar isi mata pelajaran IPA. Standar teknis media 80% hal ini berarti bahwa standar teknis media adalah baik. Reviu ahli media diperoleh bahwa daya tarik media 87,62% hal ini berarti bahwa daya tarik media adalah sangat baik sekali. Pemahaman media 82,26% hal ini berarti bahwa pemahaman adalah sangat baik. Standart teknis media 86,66% hal ini berarti bahwa standar teknis adalah sangat baik sekali. Hasil wawancara pada uji coba perorangan diperoleh daya tarik media 93,34% hal ini berarti bahwa daya tarik media adalah sangat baik sehingga tidak perlu direvisi. Pemahaman media 66,67% hal ini berarti bahwa pemahaman adalah baik sehingga tidak perlu direvisi. Sedangkan dari hasil wawancara pada kelompok kecil diperoleh bahwa daya tarik media 100% ini berarti bahwa daya tarik media adalah sangat baik sehingga tidak perlu direvisi. Pemahaman media 96,66% hal ini berarti bahwa pemahaman adalah sangat baik sehingga tidak perlu direvisi. Berdasarkan perhitungan uji t dengan taraf signifikan 5 %, nilai db =N–1= 41–1= 40, maka diperolehlah t tabel 2,021. Dengan demikian maka t hitung lebih besar dari t tabel yakni 17,562 > 2,021. Maka hasil pre tes dan pos tes untuk kelas VA berbeda secara signifikan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VA SDN Tanah Kali Kedinding VIII Surabaya mengalami peningkatan setelah memanfaatkan modul pengembangan ini. cetak hasil 5. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian diatas dapat diambil simpulan dan saran yang akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. 5.1 Simpulan Dilihat dari seluruh proses pengembangan yang telah dilakukan mulai dari melakukan observasi untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran pada SDN Tanah Kali Kedinding VIII Surabaya, hingga kegiatan uji coba dengan konsultasi pada ahli materi untuk mengetahui apakah materi telah sesuai dengan standar isi mata pelajaran IPA dan konsultasi dengan ahli media untuk mengetahui modul yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa SD kelas V, serta uji coba perorangan uji dan coba kelompok kecil untuk mengetahui pendapat siswa tentang modul yang dikembangkan. Berikut adalah hasil pengembangan modul cetak tentang IPA ”Gaya Gravitasi” : a. Berdasarkan hasil uji coba kepada ahli materi dan ahli media diperoleh data kuantitatif dengan prosentase hasil 76,66% dan 82,26% untuk aspek pemahaman materi dan kemudian menghasilkan data kualitatif yang menyatakan bahwa modul berkategorikan baik, sehingga modul yang diproduksi layak dimanfaatkan karena membantu guru dalam menerangkan materi. b. Media modul IPA Gaya Gravitasi dikembangkan berdasarkan kebutuhan di SDN Tanah Kali Kedinding VIII Surabaya, agar siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan standar isi mata pelajaran IPA dan dapat meningkatkan prestasi belajar. c. Berdasarkan hasil tahapan uji coba kelompok besar, yakni uji coba pada kelas VA diperoleh data t hitung lebih besar dari t tabel yakni 17,562 > 2,021. Artinya bahwa ada peningkatan prestasi belajar setelah menggunakan modul. Maka dapat disimpulkan bahwa diperlukan modul IPA “Gaya Gravitasi” ini karena didesain sesuai dengan standar isi mata pelajaran IPA yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran mandiri, sehingga siswa dapat memanfaatkan modul meskipun tanpa kehadiran guru di kelas. Selain itu, didalam modul terdapat Lembar Kegiatan Siswa dan soal-soal, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 5.2 Saran Penelitian pengembangan modul IPA “Gaya Gravitasi” ini, memiliki saran antara lain : a. Modul cetak ini didesain dilengkapi dengan lembar kerja siswa. Pemanfaatan modul ini dalam pembelajaran, guru memberikan kepercayaan pada siswa untu dapat belajar mandiri dan guru tidak lagi menjadi sumber informasi tunggal di dalam kelas, melainkan guru berperan sebagai fasilitator. b. Produk pengembangan ini tidak hanya terfokus pada materi IPA tentang gaya gravitasi, tetapi dapat dikembangkan pada bab selanjutnya seperti gaya gesek dan gaya magnet. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. (Http:// File.upi.edu/direktori/FPMIPA/ jur-penmatematika/195503031980021darhim/strategidanperen-pembmat/11pengembangan-bahanajar.ppt.) diakses tanggal 21 Februari 2011. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1999 Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional Panut, dkk. 2007. Dunia IPA. Bogor : Yudhistira. Sadiman, Arief. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Soeharto, Karti. dkk. 2008. Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Surabaya Intellectual Club. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Wijaya, Cece,.dkk. 1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remadja Karya. Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.