Pandangan Orang Batak Toba tentang Penyembahan Roh Leluhur

advertisement
BAB IV
ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS
4.1 Kepercaya Terhadap Roh Leluhur atau Nenek Moyang Yang Memberikan
Pasu-Pasu (berkat )
Menurut Dr. A. Sudiarja yang dikutipoleh penulis dalam bukuMariasusai Dhavamony ,
ada dua bentuk dari kepercayaan dan praktik berkenanan dengan Leluhur :
1. Pemujaan terhadap Leluhur merupakan sebagai suatu kumpulan sikap, kepercayaan
dan praktik berhubungan dengan pendewaan orang-orang yang sudah meninggal dalam suatu
komunitas, khususnya dalam hubungan kekeluargaan.
2. Bentuk pemujaan mengandaikan bahwa Leluhur yang telah meninggal sebenarnya
masih hidup dalam wujud yang efektif dan bisa campur tangan dalam kehidupan manusia,
oleh karennya harus dihormati. 1
Kepercayaan terhadap Leluhur memainkan peranan yang amat sangat penting dalam
kehidupan manusia yang masih hidup khususnya keturunannya. Sikap ini hadir di dalam
kehidupan manusia dikarenakan mereka melihat bahwa kehidupan Leluhur disaat semasa
hidupnya mempunyai pengaruh dan dampak yang sangat baik dalam kehidupan
bermasyarakat. Dan mereka percaya bahwa Leluhur atau Nenek Moyang mempunyai dunia,
sama seperti dunia kehidupan. Maka dari itu jiwa-jiwa para Leluhur atau Nenek Moyang
kedudukan mereka selalu dipengang teguh oleh keturunannya. Jika keturunan ingin memiliki
sikap yang bijaksana, terpandang, orang yang berpengaruh, ingin memiliki kata-kata yang
bijak, dan kesuksesan. Maka dia harus membangun relasi yang baik dengan Leluhurnya, dan
hubungan atau relasi ini bukan hanya sekedar relasi biasa saja, tetapi harus intensif tulus dan
taat kepada mereka. Setiap kebiasaan dan kepercayaan yangdianut oleh masyarakat Batak
1
Mariasusai Dhavamony. Fenomenologi Agama, Kanisius Yogyakarta 1995. 79-82
Toba mempunyai fungsi tertentu yaitu untuk melestarikan kehidupan masyarakat sehingga
teratur dan masyarakat bisa tetap lestari dan hidup terus menurus dengan baik.
Kepercayaan terhadap Leluhur atau nenek Moyang yang dianut oleh masyarakat
Batak Toba bukan hanya sekedar kepercayaan biasa saja, namun kepercayaan ini mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, dan bahkan hal ini menjadi
pedoman kehidupan mereka. Jika dianalisis tentang kepercayaan terhadap Roh Leluhur yang
mereka pegang dalam kehidupan, ada dua pemahaman yang mereka pahami yaitu pertama,
orang yang mati atau bapa Leluhur yang telah meninggal sebenarnya mereka masih hidup,
dan kediaman mereka ada di sekitar manusia, dan tempat-tempat kediaman Roh Leluhur ini
menjadi tempat yang sakral dan suci, sehingga orang Batak Toba, harus menjaga dan
memelihara tempat itu, karena dari tempat kediaman nenek moyang inilah memberikan pasupasu bagi keturunannya dan sebaliknya dari tempat ini juga bisa memberikan kutuk dan
malapetaka. Kedua ialah, dengan kepercayaan terhadap Roh Leluhur atau Nenek moyang
membut kehudupan mereka bermoral saling menghargai dan menghormati, saling menolong
dan rasa salingmemiliki.
Seperti yang dipaparkan oleh penulis dalam bab II dan III orang Batak Toba
mempunyai konsep tentang jiwa dan roh yaitu, Tondi, Sahala, dan Begu. Menurut
E.H.Tambunan, Sahala ne opung ini selalu hidup dan dia berada di tempat yang
dikeramatkan maka orang Batak selalu memuja dan memberikan sesaji kepada Roh
Leluhurnya, supaya mereka diberkati dan dilindungi. 2
Oleh karena itu penulis mencoba menganalisa bahwa Orang Batak Toba sendiri
memposisikan Roh Leluhur atau Nenek Moyang, sebagai sumber pasu-pasudan
memposisikan sebagai ayah dan ibu, jadi seorang anak selalu mempunyai hubungan yang erat
dengan orang tuanya maka harus dihormati dan dihargai penuh dengan cinta kasih karena
2
E.H.Tambunan. Sekelumit mengenai masyrakat Batak Toba dan kebudayaannya, Tarsitao 1982. 48-50
ayah dan ibu telah melahirkan dan membesarkan, jika seorang anak tidak menghormati ayah
dan ibunya maka di dalam masyarakat kehidupan anak yang tidak menghargai tidak dianggap
ada, kehidupan yang dijalani penuh dengan kesukaran. Begitu juga hubungan dengan para
Roh Leluhur.
Menurut Tylor dan James G. Frazer yang dikutip oleh Koentjaraningrat dalam bukunya
sejarah teori antropologi mengatakan.Keyakinan kepada Roh Leluhur atau Nenek Moyang ini
merupakan “kepercayaan kepada makhluk spiritual”. Makhluk spiritual tersebut, menurut
para ahli dapat berupa roh yang memiliki kekuatan. Hal ini sering dinamakan animisme, yang
berasal dari bahasa Latin anima artinya roh. Keyakinan kepada roh sebenarnya merupakan
bentuk kepercayaan yang cukup tua. Keyakinan demikian tak berarti menyembah kepada
kekuatan bendawi, melainkan kepada anima. Anima, bagi orang penganut kepercayaan ini
memiliki makna khusus.
Penganut kepercayaan ini juga percaya bahwa di sekitar manusia juga dipercaya ada
kekuatan makhluk halus yang disebut spirit. Makhluk ini akan menempati sekeliling manusia,
menjadi penjaga, baik berupa bangunan, pohon, benda, tempat-tempat yang khusus dan
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan tempat-tempat tertentu menjadi keramat (sacer).
Itulah sebabnya, manusia sering melakukan ritual kepercayaan atau tradisi untuk menegosiasi
agar kekuatan halus tadi tidak mengganggu hidupnya. Ritual yang dimaksut disini adalah
untuk mendapatkan keselamatan. Sehingga dari hal ini ada Lima komponen. Komponen
tersebut memiliki peran sendiri-sendiri tetapi memiliki sistem kesatuan yang sangat erat.
keyakinan, ritus dan upacara, peralatan riuts dan upacara umat beragama, hal berkaitan erat
dan saling mempengaruhi sampai bertemu disatu titik komponen utama yaitu emosi
keagamaan.3
3
Koentjaraningrat. Teori Antropologi, Universitas Indonesi UPI (CLI-Press ), 2001. 46-55
Jadi kepercayaan ini merupakan kompas bagi kehidupan orang Batak Toba. Hubungan
antara orang Batak Toba dengan Roh Leluhurnya adalah hal ini membuat kekerabatan
didalam kehidupan mereka untuk saling menghargai, saling menolong satu dengan yang lain
dalam menjalani kehidupan mereka. Sikap ini timbul karena mereka menyadari bahwa
mereka satu nenek moyang. Ajaran dari kepercayaan ini juga adalah mengajarkan untuk
saling rasa memiliki dan harus saling tolong-menolong. Seperti yang telah dipaparkan
didalam bab II yang dikemukakan oleh Suh Sung Min, menyatakan bahwa orang Batak
Toba memahami bahwa Bapa Leluhur atau Nenek Moyang adalah sebagai pendorong adat
dan kematian bukanlah akhir dari segalanya, maka mereka percaya bahwa Roh Leluhur
mereka masih hidup dan ada disekitar menjaga dan melindungi mereka. Dari hal ini mereka
harus selalu menjaga relasi yang baik terhadap Leluhurnya. Hal ini terlihat jelas seperti yang
dipaparkan di bab III, bahwa kepercayaan terhadap Roh Leluhur atau Nenek moyang sebagai
Sumber Pasu-pasu merupakan hal yang sangat penting yang tidak bisa dilepaskan oleh
masyarakat, karena kepercayaan merupakan kompas hidup dan ini sudah melekat dan
mendarah danging di dalam diri mereka.
Maka dari itu penulis
mencoba
menganalisa bahwa kepercayaan terhadap Roh
Leluhur atau Nenek Moyang sebgai supber pasu-pasu yang dianut oleh orang Batak Toba
merupakan penghormatan, cinta kasih dan rasa takut mereka terhadap Roh Leluhurnya.
Karena apa bila mereka tidak taat atau melalaikan relasi ini maka mereka akan ditimpa
malapetaka dan kehidupan tidak damai sejahtera. Oleh sebab itu, jika ingin hidup damai
sejahtera harus membangun relasi yang baik memperhatikan Leluhur mereka supaya
kehidupan yang dijalani seperti yang diharapkan.
4.2 Makna penyembahan terhadap Roh Leluhur atau Nenek Moyang
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa kepercayaan terhadap Roh Leluhur atau
Nenek Moyang merupakan satu kepercayaan untuk mendapatkan pasu-pasu.Di dalam
kehidpan orang Batak Toba karena Roh Leluhur yang mereka percaya itu adalah merupakan
sember berkat, baik berupa kekayaan, keturunan, kesuksesan, kehormatan dan kebijakan.Oleh
karena itu penulis menganalisa.KarenaRoh Leluhur telah memberikannya kepada
keturunannya maka dari sini timbul adanya suatu perasaan Hormat, dan cinta kasih.Ini adalah
merupakan unsur dan makna yang sangat penting dalam penyembahan Nenek Moyang dan
rasa terimakasih dari keturunannya, karena Roh Leluhur telah memberikan pasu-pasu.Rasa
hormat dan cinta kasih ini hadir karena mereka mempunyai rasa takut, jika Roh Leluhur
marah dan mereka mendapatkan malapeta sebagai akibat dari kemarahan Leluhurnya.
Makadari itu hal ini memberikan satu pemahaman bahwa penyembahan atau
kepercayaanterhadap Roh Leluhur atau Nenek Moyang, ingin menyatakan bahwa
penyembahan ini merupakan satu sikap rasa hormat dan cinta kasih kepada Roh Leluhur dan
untuk itu kepercayaan ini selalu dipegang teguh oleh orang Batak.
4.3 Refleksi Teologis
Bagian refleksi teologis ini akan membahas tentang kepercayaan bersama dengan berkat
dan keselamatan yang berkatian dengan kepercayaan terhadap Leluhur atau Nenek Moyang
sebgai sumber pasu-pasu orang Batak Toba.
1. Kepercayaan dan Pasu-pasu (berkat)
Diatas telah dijelaskan seperti apa itu kepercayaan orang Batak Toba terhadap Leluhur
sehingga kepercayaan itu mendatangkan pasu-pasu (berkat) yang telah diterima oleh mereka.
Kepercayaan ini dipengang teguh supaya mereka terhindar dari segala malapetaka atau
kutuk.Dalam kepercayaan ini orang Batak Toba mempercayaai keberadaan Roh Leluhur atau
Nenek Moyang pada dasarnya ialah untuk mendapatkan kesejahteraan hidupan.
Dalam kehidupan ini kecenderungan manusia untuk mengarahkan ekseistensi untuk
pemenuhan aspek materialistis.Orang Batak Toba juga ikut mengambil bagian ini, hal ini
diperkuat dengan Falsafah 3Hyaitu Hamoraon (kekayaan), Hagabeon (keturunan/generasi),
dan Hasangapon (kehormatan). Eksistensi manusia dapat dikatakan sempurna apabila
memiliki ketiga unsur H ini. Prinsip 3H inilah kerapkali yang menjadi motivasi utama orang
Batak Toba dalam menapaki perjalanan kehidupan ini. Target pencapaian atau pemenuhan
3H membuat orang Batak Toba tanpa pikir panjang lebar. Oleh sebab itulah falsafat 3H ini
yang tanpa disadari menjadi tantangan dan godaan bagi peneguhan Iman kriseten orang Batak
Toba. Dalam konteks ini tidak ada penulis bermaksud untum mengungkapkan bahwa 3H ini
tidak penting, sebagaimanusia penulis mengungkapkan hal ini tetap penting, namun bukan
yang terpenting dalam menjalani kehidupan.
Maka dari itu sudah saatnya pandangan 3H ini dirubah menjadi 5H. dengan mengubah
prisnsip atau cara pandangan dari segi kacamata yang lain yaitu Iman, yaitu pandangan ini
diurutkan yang pertama. Haporseaon (Iman kepercayaan), Hademeon (kasih), Hamoraon
(kekayaan), Hasangapon ( kehormatan) danHagabeon (keturunan/generasi).
Sehingga bagian pertama dan kedua terletak dalam dimensi vertikal dan bagian
ketiga,empat dan lima terletak dalam dimensi horizontal hal ini mengambil satu sikap
pengambaran dan pemaknaan Salib Kristus.4
Inilah yang harus kita perlu pahami untuk menjalani kehidupan di dunia ini.sehingga
kebudayaan atau adat-istiadat yang kita miliki sebagai kebangaan bangsa dan juga
membentuk kepribadian kita kerena kebudayaan dan adat-istiadat juga yang mencakup pada
pengetahuan, kesenian, moral danpemersatu menjadi anggota masyarakat. oleh karena itu
penulis melihat bahwa orang Batak Toba sangat menghormati dan memegang teguh
kebudayan dan adat istiadat sebagai pedoman kehidupan, namun hal ini harus diperhatikan
dengan seksama agar tidak meleset dari Iman kita. Dan terlebih didalam suku Batak Toba
supaya buda yang ada agar semakin menjadi budaya dan adat-istidat yang sempurna.
2. Keselamatan
4
Hotman J. Lumban Gaol,S.Th. Sang Apostel Batak Dari Munson-Lyman Hingga Nommensen, Permata Aksara
Jakarta 2011. 1-6
Kepercayaan pada dasarnya adalah berujung pada keselamatan. Keselamatan yang
dimaksud disini bukan hanya keselamatan untuk yang akan datang, tapi keselamatan saat ini
juga, contph yakni keselamatan yang dimaksud saat ini adalah kebutuhan Pokok dan
terhindar dari malapetaka. Ketika kebutuhan ini didapatkan dan terpenuhi dan kehidupan
selalu berjalan baik tidak ada gangguan dari kuasa-kuasa Roh jahat maka keselamatan ada
pada diri mereka.Maka orang Batak Toba ketika mereka mempercayai Roh Leluhur atau
Nenek Moyang hal ini dianut agar supaya mereka mendapatkan keselamatan.Dalam arti kata
terhindar dari malapetaka dan hidup yang damaisejahtera. Hal inilah yang diharapkan oleh
karena itu kepercayaan terhadap Roh Leluhur dipengang teguh dan dipelihara dalam
kehidupan sampai menutup mata. Namun di dalam Iman Kristen juga Allah menyediakan
berkat bagi Umatnya dan Kesejahteraan apabila kita menyatukan diri bersama-Nya. Allah
tidak melarang setiap orang untuk memegang teguh kebudayaan atau adat-istiadat, namun
yang perlu dikritisi adalah bagaimana orang-orang memahami kebudayaan itu sendiri
sehingga tidak meleset dari Iman.
Seperti yang tertulis dalam Kitab Filipi 2 ayat 12-13. Yang mengatakan ”Hai saudarasaudarku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan Keselamatanmu
dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu Aku masih hadir,tetapi terlebih pula
sekarang waktu Aku tidak hadir.Kerena Allahlah yang mengerjakan didalam kamu baik
kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya5.Dalam ayat ini ingin menegaskan
bahwa ketia Dia menciptakan dunia ini ada tantangan yang harus dihadapi umat yang
dikasihi-Nya.
Dari teks ini salah satu tantangan yang dihadapi umat yang dikasihi-Nya adalah Dunia
Roh Leluhur itu nyata ada, dan secara tidak langsung Yesus ingin menyatakan ada kuasakuasa lain didunia ini selain dari pada kuasa Yesus itu sendiri. Namun yang menjadi
5
Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 2006
pertanyaanya dari teks ini untuk umat adalah “apakah kita memilih percaya dan ingin
mendapatkan keselamatan dari Dunia? Ataukah kita ada didunia tapi mempercayai Yesus
anak Allah sebagi sember segalanya dan keselamatan datang daripada-Nya? “.
Maka di ayat ini ditegaskan kerjakan Keselamatanmu dengan takut dan gentar.
Kepercayaan Imankepada Yesus mengambarkan bahwa kehidupan kita akan diberkati dan
diberikan apa yang menjadi bagian kita. Sehingga kehidupan kita menjadi damai sejahtera.
Pesan ini juga ingin mengatakan dalam kehidupan ini harus saling menghargai dan
menghormati satu dengan yang lain dalam kitab sering dikatakan dengan Kasih.
Penghormatan dan mengenang para Leluhur atau Nenek Moyang bisa saja menjadi
kebudayaan atau adat-istiadat yang harus dijaga dan dilestarikan sebagai penuntun untuk
saling menghormati sesama dan menghargai satu dengan yang lain. Namun kepercayaan
terhadap Roh Leluhur atau Nenek Moyang sebagai sumber pasu-pasu bukanlah hal yang
paling penting untuk tujuan hidup didunia. Karena ketika kita menggimani Yesus maka
dialah yang memberikan segala apa yang kita perlukan dalam kehidupan ini. Karena pusat
dari kehidupan ini adalah Allah sang pencipta meski ada kuasa lain didunia ini dan tidak ada
kuasa yang lebih besar dari pada kuasa-Nya.yang dikenal sebagai sumber Berkat ( pasupasu) didalam kehidupan.
Setelah ada penjelasan di atasdapat diketahui bahwa orang Batak Toba sangat menghormati
dan menjunjung tinggi kepercayaan terhadap Roh Leluhur atau Nenek Moyang. Kebudayaan
ini dan adat-istiadat ini tetap dijaga dan dilestarikan, namun jangan lupa bahwa Otoritas
Allahlah yang menjadi patokan utama dalam kehidupan ini.sehingga setiap orang yang
beriman kepada-Nya mampu memahami bahwa melaui kebudayaan yang ada Yesus ingin
memperlihatkan bahwa dialah yang berkuasa didalam dunia ini, sehingga tidak ada yang
mampu melebihi kusa-Nya.
Download