1 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-MS4 SMA NEGERI 1 LAWANG, MALANG Rara Prasetyan1, Noviar Darkuni2, Triastono Imam P.3 Universitas Negeri Malang E-mail:[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini mengakomodasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) yang terdiri dari 2 siklus yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-MS4 SMA Negeri 1 Lawang, Malang melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). Pengambilan data dilaksanakan tanggal 04-25 Maret 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi siswa. Kata Kunci: Pendekatan Kontekstual, Model TPS, Motivasi, Hasil Belajar. ABSTRACT: This study is 2 cycle action research which aims to increase motivation and learning outcomes of students of class X-MS4 SMA Negeri 1 Lawang, Malang, through the application of a contextual approach to the learning TPS model. Data retrieval is implemented 04-25 March 2014. The result showed that the application of the contextual approach to the learning TPS model can increase motivation and learning outcomes of Biology students. Keywords: Contextual approach, TPS Model, Motivation, and Learning Outcome. Biologi sering dianggap sebagai suatu pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa karena sering dianggap sebagai hafalan, sehingga siswa merasa jenuh yang akhirnya akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep. Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru menjadi faktor utama yang mempengaruhi proses belajar mengajar dan minat belajar siswa. Kondisi siswa saat menerima pelajaran juga akan sangat mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013. SMA Negeri 1 Lawang sudah menerapkan kurikulum 2013 tersebut. Kurikulum 2013 menerapkan Scientific Approach atau lima pendekatan sains yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan Scientific Approach erat kaitannya dengan pendekatan kontekstual karena dalam pendekatan Scientific Approach mencakup pendekatan kontekstual yang di dalamnya terdapat 7 prinsip yang juga berkaitan dengan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Scientific Approach. Ketuntasan kelas di SMA Negeri 1 Lawang dikatakan berhasil apabila 85% atau lebih siswa berhasil melebihi atau sama dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM di SMA Negeri 1 Lawang adalah 78. Pada saat Ujian Akhir Semester (UAS) pada semester 1, hasil belajar biologi untuk mata pelajaran biologi pada kelas X-MS4 SMA Negeri 1 Lawang hanya 11 siswa yang lulus, itu artinya hanya 36,6 % siswa yang mendapatkan skor diatas KKM. Ketidaktuntasan hasil belajar siswa ini disebabkan oleh banyak faktor. Faktor tersebut bisa faktor internal maupun eksternal. 2 Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran di kelas X-MS4 SMA Negeri 1 Lawang sewaktu PPL bulan Oktober-November 2013 yang dilakukan seminggu sekali yaitu tanggal 22 dan 29 Oktober serta 5 dan 12 November melalui hasil pengamatan di kelas dan wawancara dengan guru pelajaran Biologi kelas X-MS4, diketahui bahwa siswa kurang bersemangat ketika kegiatan pembelajaran biologi berlangsung. Ketika guru memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah, hampir 40% siswa terlihat malas dan tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Kebanyakan siswa sibuk sendiri dengan kegiatannya, minat untuk belajar Biologi kurang karena sekitar 20% siswa mengobrol dengan teman sebangku. Konsentrasi belajar siswa juga kurang karena 13 % siswa mengerjakan tugas pelajaran lain. Perhatian siswa juga kurang karena 23 % siswa sibuk bermain HP, dan bahkan 4% siswa ada yang tertidur. Respon dari siswa sangat kurang dalam hal tanya jawab dengan guru atau siswa yang lain. Ketika guru memberikan pertanyaan tampak hanya dua siswa saja yang aktif menjawab pertanyaan guru. Melalui pembelajaran kontekstual hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. (Nurhadi, 2004:4). Upaya lain untuk memperbaiki hasil belajar siswa yaitu dengan pembelajaran kooperatif (pembelajaran dengan kerja sama). Pada pembelajaran kooperatif, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berani berpikir, menyelesaikan suatu permasalahan, mengembangkan keterampilan kerja sama, dan kolaborasi serta tanya jawab. Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah TPS (Think Pair Share). Model pembelajaran TPS memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Pada pembelajaran kooperatif model TPS terdapat saling ketergantungan positif siswa karena mereka belajar dari satu sama lain, menjunjung akuntabilitas individu karena mau tidak mau mereka harus saling berbagi ide, interaksi antar siswa cukup tinggi karena siswa akan terlibat secara aktif dalam berkomunikasi antar sesama (sengaja berbicara atau mendengarkan), memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi (dalam hal mengemukakan pendapat dan merespon/ menanggapi suatu permasalahan) di kelas (Susilo, 2005:3). Model pembelajaran kooperatif TPS dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan suatu kesatuan yang dimungkinkan bisa meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa X-MS4 SMA Negeri 1 Lawang, khususnya untuk materi Plantae. Plantae merupakan materi yang membahas mengenai bagaimana cara menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi tumbuhan mulai dari tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan berbiji terbuka serta tumbuhan berbiji tertutup. Pada pendekatan kontekstual, siswa belajar secara langsung dengan obyek yang akan dipelajari. Pengetahuan yang didapat siswa diharapkan akan lebih masuk ke dalam memorinya karena siswa mengamati obyek pembelajarannya secara langsung. 3 METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang mengadopsi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi siswa melalui pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS. Penelitian dilaksakan di SMA Negeri 1 Lawang dengan subjek penelitian adalah siswa kelas X-MS4 yang berjumlah 30 siswa dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan selama dua siklus, siklus I terdiri dari dua kali pertemuan dan siklus II dua kali pertemuan. Data penelitian ini berupa keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa, motivasi belajar siswa yang dinilai dengan menggunakan lembar observasi dan hasil belajar siswa ranah kognitif berdasarkan hasil tes setiap akhir siklus. HASIL Motivasi Belajar Siswa Perbandingan motivasi belajar klasikal siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Perbandingan Motivasi Belajar Klasikal Siswa pada Siklus I dan Siklus II Indikator motivasi Minat Perhatian Konsentrasi Ketekunan MBK keseluruhan MBKI (%) (Siklus I) 53,33 53,33 74,44 65,56 61,66 MBKII (%) (Siklus II) 77,78 72,22 88,89 85,56 81,11 Peningkatan (%) 24,45 18,89 14,45 20,00 19,45 Data tentang motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi motivasi yang menunjukkan bahwa persentase minat siswa meningkat sebesar 24,45 % yakni 53,33 % pada siklus I menjadi 77,78 % pada siklus II. Perhatian siswa yang awalnya 53,33 % pada siklus I meningkat 18,89 % yang menjadi 72,22 % pada siklus II. Konsentrasi siswa meningkat 14,45 % yakni dari 74,44 % dari siklus I menjadi 88,89 % pada siklus II. Ketekunan siswa dalam belajar juga meningkat dari siklus I sebesar 65,56 % menjadi 85,56 % pada siklus II, yang artinya mengalami peningkatan sebesar 20,00 %. Hasil Belajar Kognitif Perbandingan Hasil Belajar Klasikal Siswa pada Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Perbandingan Hasil Belajar Klasikal Siswa pada Siklus I dan Siklus II HBKI (%) HBKII (%) Peningkatan (%) 53,33 86,67 33,34 Hasil belajar siswa pada ranah kognitif diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Dari data tersebut diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 33,34 % yakni dari 53,33 % pada siklus I menjadi 86,67 % pada siklus II. 4 PEMBAHASAN A. Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Model TPS Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar siswa pada penelitian ini ditinjau dari empat aspek, empat aspek tersebut adalah minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Motivasi belajar siswa dapat diciptakan diri sendiri, sebagaimana mereka merasa membutuhkan belajar. Dimyati (2006) menyatakan bahwa, siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Selain itu kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah, atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Berdasarkan hasil analisis data dapat dijelaskan bahwa motivasi siswa pada waktu prasiklus sangat rendah. Pada siklus I motivasi klasikal siswa sebesar 61,66 %. Pada siklus I ini motivasi siswa dinyatakan cukup baik, namun belum semua indikator motivasi dikategorikan cukup baik, indikator minat dan perhatian masih kurang. Pada siklus II motivasi siswa mengalami peningkatan sebesar 19,45 %, pada siklus II ini MBK keseluruhan adalah 81,11 %. Penerapan pembelajaran model TPS dengan pendekatan kontekstual juga dapat membuat siswa lebih aktif saat legiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat dengan bertambahnya jumlah siswa yang sering aktif bertanya maupun mengemukakan pendapat. Pada penelitian ini indikator motivasi meliputi empat aspek yaitu minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Sejalan dengan pernyataan Prayitno (1989) yang menyebutkan motivasi dalam belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan yang diuraikan sebagai berikut. 1. Minat Slameto (2003) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran model TPS dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat siswa, yaitu pada siklus I sebesar 53,33 % dengan kategori kurang meningkat pada siklus II menjadi 77,78 % dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan minat siswa dalam proses pembelajaran sebesar 24,45 %. Adanya peningkatan persentase minat siswa tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar Biologi. 2. Perhatian Gagne dan Barliner dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) mengatakan bahwa perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi aktivitas belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada diri siswa apabila bahan pelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan. Prayitno juga mengatakan bahwa motivasi hendaklah dianggap sebagai sesuatu yang terkait dengan kebutuhan. Slameto (2003) mengatakan bahwa perhatian timbul secara langsung, karena pada siswa sudah ada kesadaran akan tujuan dan keguunaan mata pelajaran yang merangsang siswa 5 berfikir, maupun menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran model TPS dengan pendekatan kontekstual dapat meiningkatkan perhatian siswa, yaitu pada siklus I sebesar 53,33 % dengan kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 72,22 % dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan perhatian siswa dalam proses pembelajaran sebesar 18,89 %. Peingkatan persentase tersebut dapat menunjukkan bahwa perhatian siswa mampu meningkat setelah diterapkannya pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS. Siswa menjadi lebih memperhatikan jalannya proses pembelajaran karena dengan diterapkannya model pembelajaran tersebut siswa dituntut untuk bisa bekerja secara individu maupun kelompok. 3. Konsentrasi Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar, konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu matapelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran (Slameto, 2003). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), konsentrasi seorang siswa sangat dipengaruhi leh kondisi jasmani dan rohani siswa. Seorang siswa yang merasa sakit, lapar, sedih, atau marah akan terganggu konsentrasi belajarnya. Sebaliknya, seorang siswa yang sedang senang atau gembira dan sehat akan mudah untuk memusatkan perhatiannya. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran TPS dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan konsentrasi siswa, yaitu pada siklus I sebesar 74,44 % dengan kategor baik meningkat pada siklus II menjadi 88,89 % dengan kategori yang sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran sebesar 14,45 %. Siswa yang awalnya kurang mampu berkonsentrasi saat proses pembelajaran menjadi lebih berkonsentrasi dengan diterapkannya pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS saat pembelajaran. Hal ini dapat dilihatpada saat jalannya kegiatan belajar mengajar berlangsung yang menunjukkan siswa bisa fokus dan berkonsentrasi terhadap masalah yang dibahas saat pembelajaran. 4. Ketekunan Prayitno (1989) yang menyatakan bahwa seorang siswa dikatakan memiliki motivasi kalau ia memperlihatkan tingkat keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Adanya minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan akan menyebabkan siswa aktif dalam belajar, siswa akan lebih senang belajar, siswa tidak bosan dalam belajar, siswa lebih terpusat untuk proses pembelajaran, menumbuhkan rasa percaya diri siswa karena siswa dapat mengetahui kekurangan pada diri sendiri dan lebih memahami materi yang akan diberikan guru, siswa merasa tertantang dalam mengikuti pembelajaran karena tiap siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap pertanyaan yang diberikan, siswa aktif dalam berdiskusi dan dapat menumbuhkan minat siswa untuk mempelajari materi yang diajarkan. Menurut Prayitno (1989), siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dalam belajar akan menampakkan minat besar dan perhatian penuh terhadap tugas-tugas belajarnya, sebaliknya pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan menampakkan keengganan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran model TPS dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan 6 ketekunan siswa, yaitu pada siklus I sebesar 65,56 % dengan kategori cukup meingkat pada siklus II menjadi 85,56 % dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan ketekunan siswa dalam proses pembelajaran sebesar 20 %. Adanya peningkatan persentase ketekunan siswa tersebut artinya dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan ketekunan siswa dalam belajar Biologi. Hal ini bisa dilihat dari masing-masing siswa yang mampu mengerjakan tugasnya dengan baik saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa saat bekerja secara individu maupun kelompok sudah menunjukkan ketekunannya dengan cara menyelesaikan semua tugasnya dengan baik. B. Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Model TPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan analisis hasil belajar pada Tabel 5.1 diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 61,66 % meningkat menjadi 81,11 % pada siklus II. Peningkatan hasil belajar ini juga dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 75,3 menjadi 80,8 pada siklus II. Hal ini berarti dengan adanya penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X-MS4 SMA Negeri 1 Lawang setelah penerapan TPS dengan pendekatan kontekstual sejalan dengan peningkatan motivasi siswa. Hal ini dikarenakan dalam TPS dengan pendekatan kontekstual siswa disajikan pemicu masalah dari dunia nyata baik dari lingkungan yang ada di sekitar mereka maupun lingkungan sekolah. Kegiatan belajar yang melibatkan siswa dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa akan merasa ingin lebih tahu. Seperti pernyataan yang dinyatakan oleh Sardiman (2009) yang menyatakan bahwa, memberikan motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu. Hal yang ingin dilakukan dalam hal ini adalah kegiatan untuk belajar. Keinginan untuk belajar akan mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Pengaruh motivasi terhadap hasil belajar dikemukakan oleh Winkel (1989) dalam Sutrisnawati (2006) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil belajar adalah motivasi belajar. Oleh karena itu peningkatan motivasi belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS mampu memberikan wadah dari berbagai aspek pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pembelajaran kontekstual juga mampu dilaksanakan dengan baik. Dalam tahap pengamatan, siswa bisa mengkonstruksi sendiri pemikirannya dan bisa menemukan jawaban atas soal-soal yang diberikan oleh guru pada lembar pengamatan. Tahapan TPS itu sendiri juga memberikan tempat yang luas bagi siswa untuk bertanya dan belajar bersama-sama. Pembelajaran kooperatif sangat bagus untuk dilakukan karena banyak manfaat positif dari pembelajaran tersebut. Refleksi juga dilakukan di akhir pembelajaran guna untuk memperbaiki apa saja yang bisa diperbaiki di pertemuan yang akan datang karena pada tahap ini guru dan siswa bersama-sama merefleksi pembelajaran yang dilakukan hari ini. Authentic Assesment juga dilakukan, misalnya saja saat tes guru membawakan bahan amatan yang harus diamati siswa secara langsung untuk menjawab soal tes. Hasil belajar adalah suatu produk akhir dari sebuah proses pembelajaran. Apabila kita ingin hasil belajar meningkat, proses pembelajaran harus diperbaiki. 7 Dalam suatu proses pembelajaran tersebut siswa memerlukan motivasi dalam belajar. Saat motivasi siswa meningkat, siswa tersebut akan lebih memperbaiki diri pada saat proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran siswa bisa menjalankan perannya dengan baik, siswa tersebut akan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut pasti akan berpengaruh terhadap pencapaian akhir siswa, yakni meningkatnya hasil belajar. PENUTUP Motivasi dan hasil belajar Biologi siswa kelas X-MS4 SMA Negeri 1 Lawang, Malang mampu meningkat dengan diterapkannya pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS. Berdasarkan kesimpulan dikemukakan saran-saran sebagai berikut; a) penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran TPS dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi siswa; b) Guru harus lebih memperhatikan masing-masing tahapan dalam sintaks pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan model TPS agar kegiatan pembelajaran benar-benar sesuai dengan sintaks; c) Pemberian penghargaan kepada siswa sebaiknya perlu dilakukan agar motivasi dan hasil belajar yang dicapai lebih meningkat; d) Pada saat tes akhir siklus guru sebaiknya membawa bahan amatan untuk tes agar semua prinsip kontekstual yang didalamnya termasuk penilaian otentik (Authentic Assesment) dapat terpenuhi. DAFTAR RUJUKAN Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Moedjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Prayitno, E. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bhineka Cipta. Susilo, H. 2005. Pelatihan PBMP (Perberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) Pada Pembelajaran Dengan Tema Pemberdayaan Kemampuan Berpikir Selama Pembelajaran Sebagai Langkah Strategi Implementasi Kurikulum 2004 Bagi Para Guru dan Mahasiswa Sains Biologi dalam RUKK VA. Malang 2005. Sutrisnawati, A. 2006. Penerapan PBL (Problem Based Learning) pada matapelajaran SAINS untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa III SD Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang. Jurusan Biologi FMIPA UM. Winkel. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.