ISSN 0215-8250 IMPLEMENTASI MODEL KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN IPS oleh Sukadi Jurusan PPKN Fakultas Pendidikan IPS, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Studi ini bertujuan menghasilkan buku pedoman praktis dan dokumen visualisasi VCD bagi para pendidik (guru dan dosen) PIPS tentang implementasi prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran IPS sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran menurut pandangan paradigma konstruktivisme, terutama konstruktivisme sosial, dapat diaplikasikan dalam pembelajaran PIPS berbasis kompetensi. Dengan hasil kajian ini direncanakan akan disusun satu buku pedoman (buku pintar) dan akan dikembangkan satu dokumen visualisasi VCD tentang penerapan prisip-prinsip belajar dan pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPS berbasis kompetensi yang dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan studi tahap berikutnya. Kata-kata kunci: konstruktivisme sosial, pembelajaran IPS, kurikulum berbasis kompetensi ABSTRACT The main objective of this study was to develop a guide book and a visual aid document (in a VCD) for social studies educators about the implementation of the principles of constructivism in a competency-based of social studies teaching and learning. The result of this study revealed that the principles of teaching and learning according to social constructivism paradigm can be applied in a competency-based of social studies teaching and learning. On the basis of this result the researcher planned to develop a guide book and a visual aid document about the implementation of the principles of constructivism in a competency-based of social studies teaching and learning. The plan will be conducted at the further study. Key words: social constructivism, social studies teaching, competency-based curruculum. __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 1. Pendahuluan Kurikulum IPS di Indonesia menurut Waterworth dan Supriatna (1997) menunjukkan bahwa IPS itu terdiri dari pengetahuan sosial, sejarah, geografi, dan ekonomi yang diajarkan berdasarkan pola expanding community (Stopsky and Lee, 1994). Dengan model seperti ini, sesungguhnya pendidikan IPS tidak lebih dari pengajaran ilmu-ilmu sosial (terutama sejarah, ekonomi, dan geografi) yang disesuaikan dengan tingkat umur dan perkembangan siswa. Dikaitkan dengan penerapan pembelajaran IPS di kelas, makna dan tujuan pendidikan IPS ternyata mengalami proses pendangkalan lagi. Penyebabnya adalah, di samping tujuan khusus pembelajaran IPS yang dikembangkan oleh guru hanya menyangkut segi-segi domain kognitif tingkat rendah, proses pembelajarannya pun lebih berpegang pada teori belajar behavioristik. Tidak mengherankan, kalau model evaluasi hasil belajar IPS didominasi oleh bentuk-bentuk tes objektif pilihan ganda yang lebih mengutamakan kemampuan memori dan pemahaman dengan sedikit sekali kemampuan aplikasi konsep. Hasilnya tentu sudah dapat diprediksi bahwa pendidikan IPS tidak lebih dari pada mata pelajaran untuk menghafal informasiinformasi pengetahuan sosial yang kurang powerful bagi kehidupan sosial siswa (NCSS, 2000). Menyadari berbagai kelemahan mendasar seperti di atas, beberapa ahli pendidikan IPS telah dan sedang melakukan pembaharuan untuk meningkatkan peranan IPS terhadap perubahan masyarakat. Dewasa ini pemerintah (Depdiknas) telah mengambil kebijakan untuk menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) termasuk untuk mata pelajaran IPS yang akan berubah nama menjadi Mata Pelajaran Ilmu Sosial. Kebijakan ini diambil sebagai upaya mengatasi masalah rendahnya mutu proses dan keluaran pendidikan di sekolah yang selama ini kurang memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung kepada kehidupan siswa untuk kepentingan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas, 2001). Untuk mencapai sasaran tersebut, integrasi konstruktivisme dalam implementasi KBK Pendidikan Ilmu Sosial, terutama dalam proses pembelajarannya, sangat diperlukan. Hal ini adalah untuk mencapai tujuan belajar yang lebih powerful dan bermakna, sebagai dijelaskan dalam kurikulum standar Social Studies di Amerika (NCSS, 2000) bahwa: “..., the subject matter standards __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 for social studies teachers that are presented assume that social studies should be taught in manners that are consistent with (1) a constructivis view of learning, and (2) the principles of teaching social studies that have been identified… as “essential characteristics of powerful social studies”. Dalam hal ini pandangan konstruktivisme tentang belajar, termasuk belajar IPS, adalah proses intelektual di mana pebelajar mengembangkan apa yang mereka ketahui melalui proses penyelarasan gagasan-gagasan baru dengan gagasan-gagasan yang telah dipelajari pada pengalaman sebelumnya, dan mereka melakukan penyesuaian itu melalui caracara yang unik dari mereka masing-masing. Dari uraian di atas tersirat bahwa pengetahuan IPS yang bermakna itu dibangun oleh pebelajar atau siswa sendiri. Pendukung konstruktivis berpendapat bahwa para siswa belajar sesuatu bergerak dari pengalamannya (pengetahuan sebelumnya). Para siswa belajar IPS, misalnya, tidaklah dengan pikiran yang kosong. Untuk membangun struktur kognitif yang bermakna bagi kehidupan siswa, dengan menggunakan pengalamannya, siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui proses-proses asimilasi, konflik kognitif, akomodasi, dan equilibrasi. Dengan kerangka berpikir di atas bisa diyakini bahwa pendekatan konstruktivisme perlu diintegrasikan dalam penerapan KBK Ilmu Sosial itu sendiri di kelas. Maksud dan tujuannya adalah untuk dapat memberikan hasil belajar PIPS yang lebih bermakna dalam pengembangan life skill siswa berkaitan dengan kemampuan sosialnya bila dibandingkan dengan pendekatan yang konvensional, seperti pendekatan behavioristik, yang selama ini diterapkan di sekolah. Masalahnya, sampai sekarang ini belum ada satu buku pedoman yang relatif memadai bagi guru-guru IPS, khususnya guru-guru PPKn, dan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran PPKn? Karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah menyusun satu buku pintar tentang penerapan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran IPS, khususnya PPKn, berbasis kompetensi. 2. Metode Penelitian Studi ini merupakan studi kepustakaan untuk kemungkinan pengembangan model pembelajaran konstruktiviosme ke dalam pembelajaran IPS/PKn berbasis kompetensi. Sumber data diperoleh dari berbagai buku teks, jurnal ilmiah, artikel __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 ilmiah di media massa (surat kabar), laporan penelitian, dan makalah-makalah seminar yang dipilih secara purpossive terkait dengan isu implementasi model pembelajaran konstruktivisme pada pembelajaran sain dan pendidikan ilmu sosial berbasis kompetensi. Data yang diperoleh dan telah dianalisis dikonsultasikan juga kepada beberapa ahli terkait dari IKIP Negeri Singaraja dan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Model analisis data yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Prinsip-prinsip dan Hasil Penelitian tentang Hakikat dan Mekanisme Belajar dan Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme Hakikat dan mekanisme belajar tidak bisa dilepaskan dari pandangan konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan (Suparno, 1997). Pengetahuan adalah konstruksi kognitif seseorang tentang kenyataan. Pengetahuan bukanlah kenyataan itu sendiri, melainkan akibat dari proses bagaimana seseorang itu menjadi tahu (Piaget, 1972). Berpijak dari hakikat pengetahuan seperti itu, belajar menurut pandangan konstruktivis adalah proses kognitif yang dilakukan pebelajar untuk membentuk dan mengembangkan kapabilitas baru yang diperlukan dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal, berdasarkan pengetahuan awal atau pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Belajar seperti di atas mengandung unsur-unsur: adanya pengetahuan awal; masukan data sensori (konsep-konsep) baru dari lingkungan; pembentukan makna oleh pebelajar sendiri secara aktif dan terus menerus melalui proses asimilasi, akomodasi, konflik kognitif, dan equilibrasi; ada hasil belajar yang bermakna berupa kapabilitas untuk memahami dunia realita; dan perkembangan personal serta interaksi sosial memudahkan pebelajar mengkonstruksi makna. Mekanisme pembelajaran yang relevan dengan makna belajar seperti di atas dapat dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran menurut Piaget (dalam Gredler, 1992:252-253). Prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivis tersebut menuntut peran guru dapat menjadi pengarah, pembimbing, fasilitator, dan menjadi mediator serta motivator belajar siswa. Mengutip Bettencourt, Suparno (1997) menjelaskan bahwa mengajar berarti berpartisipasi dengan pebelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 mengadakan justifikasi. Guru juga perlu menguasai bahan pembelajaran secara luas dan mendalam yang diperoleh dari berbagai sumber belajar. Dalam hubungan antara guru dan siswa, guru perlu berkolaborasi dengan siswa dalam seluruh aktivitas pembelajaran untuk memungkinkan siswa membangun makna baru dan meningkatkan pengertian spontannya ke tingkat pengertian ilmiah. Akhirnya, dengan mengutip pendapat Driver dan Oldham, Suparno (1997) menjelaskan beberapa ciri pembelajaran konstruktivis, yaitu: adanya fase orientasi; elicitasi; restrukturisasi ide yang terdiri dari klarifikasi ide, membangun ide yang baru, dan mengevaluasi ide baru dengan eksperimen; penggunaan ide dalam banyak situasi (transfer of learning); dan review bagaimana ide itu berubah. Hasil-hasil penelitian yang ada memberikan dukungan yang kuat terhadap penerapan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran konstruktivisme memberikan hasil belajar siswa yang lebih bermakna. Penelitian-penelitian itu antara lain oleh Trumper (1990); Trumper dan Gorsky (1993); Garnida (2002); Arif (2002); Roth dan Roychoudhury (1992); Pearsall, Skipper, dan Mintzes (1997); Lonning (1993); Sadia (1996); serta Sukadi, Nurdana, dan Kertih (1999). Dari berbagai penelitian di atas dapat diformulasikan bahwa, dalam proses belajar, siswa telah memiliki pengalaman sebelumnya (prior knowledge), dan pengalaman ini dapat membantu siswa dalam belajar atau bahkan menjadi resisten. Dengan memanfaatkan pengetahuan awal siswa dan dengan prosedur perubahan konseptual baik yang dilakukan melaui kegiatan mandiri, partisipastif, maupun secara kooperatif, pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis ini memberikan hasil belajar yang bermakna kepada siswa. 3.2 Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPS Berbasis Kompetensi dan Hambatan-hambatannya Pendidikan IPS pada dasarnya adalah bidang kurikulum pendidikan formal yang mempelajari manusia dengan segala aspek kehidupannya dan interaksinya dengan lingkungan baik dengan lingkungan fisik maupun dengan lingkungan sosialnya. Dengan pendidikan IPS ini, untuk tujuan-tujuan pendidikan di lembaga pendidikan formal, siswa diajak untuk membangun pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam berinteraksi di masyarakat baik sebagai anggota keluarga, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 Dewasa ini pemerintah sedang melakukan uji coba untuk kemungkinan penerapan kebijakan kurikukulum berbasis kompetensi (KBK) termasuk untuk mata pelajaran IPS (2001). Disebutkan bahwa ilmu sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan ekonomi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tujuan mata pelajaran Ilmu Sosial adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia masa lampau hingga kini sehingga siswa bangga sebagai bangsa Indonesia (Dekdiknas 2001). Model pembelajaran konstruktivis sangat relevan diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Sosial sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi di atas (Depdiknas, 2001), khususnya model pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme sosial yang menekankan pentingnya aspek sosio-moral dalam aktivitas akademis. Prinsip-prinsip yang perlu dilaksanakan, antara lain: 1) menciptakan situasi yang aktif terkait dengan tujuan-tujuan siswa; 2) memajukan interaksi sosial yang berpusat pada aktivitas akademis, 3) membangkitkan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi dan keinginan untuk berkolaborasi; 4) mengembangkan aktivitas akademis dalam konteks moral; 5) mendorong penalaran siswa mulai dari apa yang diketahui siswa, menghormati kesalahan siswa, dan mengajar disesuaikan dengan jenis pengetahuan (fisik, logika, dan sosial) yang ingin dibangun atau dikembangkan; dan 6) memberikan waktu yang cukup untuk proses konstruksi pengetahuan (DeVries and Zan, 1994: 254-262). Dalam aplikasinya, guru IPS perlu mempertimbangkan berbagai kendala atau hambatan penerapan model pembelajaran konstruktivis ini, antara lain meliputi: guru sering dibuat tidak sabar dan membutuhkan strategi kognitif yang tinggi; keterbatasan fasilitas, sarana, dan sumber belajar; kebiasaan guru yang ingin selalu mengindoktrinasi siswa karena keterbatasan kemampuan strategi kognitifnya; keterkungkungan guru dan siswa terhadap pengetahuan awal yang telah dimilikinya; besarnya jumlah siswa dalam tiap-tiap kelas; kesenjangan tingkat kemampuan antar siswa, antar kelas, dan antar sekolah yang masih tinggi untuk penerapan kurikulum standar; serta kurangnya kreativitas guru dalam mengatasi hambatan-hambatan __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 kurikulum dan sistem evaluasi terpusat (lihat juga Suparno, 1997; Sukadi, Nurdana, dan Kertih, 1999; Sadia, 1996). 3.3 Penerapan Pembelajaran IPS (PKn) dengan Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan pembelajaran PIPS/PKn berbasis portofolio dengan strategi kebijakan publik merupakan salah satu contoh penerapan model pembelajaran konstruktivis, dan dapat diterapkan dalam pembelajaran PIPS/PKn secara terpadu (Budimansyah, 2002). Model ini telah dikembangkan dan diujicobakan pada beberapa SLTP di 12 propinsi di Indonesia dengan sebutan Praktik Belajar Kewarganegaraan: “Pembangunan Kami Bangsa Indonesia” (Budimansyah, 2002; CCE, 2002). Dengan pendekatan pembelajaran ini, tidak saja siswa dapat mengembangkan konsep-konsep sendiri dalam memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tetapi siswa juga dapat mengembangkan wawasan sosial politik, mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya, mengembangkan prosedur berpikir ilmiah, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengembangkan keterampilanketerampilan sosial dalam ikut serta meningkatkan partisipasi sosial sebagai warga negara yang baik, bernalar, dan bertanggung jawab (Budimansyah, 2002; CCE, 2002). Pelaksanaan pembelajaran PKn berbasis portofolio dengan strategi kebijakan publik ini pada umumnya dapat dilakukan dalam beberapa fase pembelajaran. Prinsip-prinsip dan aplikasinya dalam pembelajaran mata pelajaran IPS (PPKn) inilah yang telah dikembangkan menjadi satu buku pintar berjudul: Implementasi Model Konstruktivis dalam Pembelajaran IPS (Model Praktik Belajar Kewarganegaraan pada Pembelajaran PPKn Tingkat SLTP) (Sukadi, et al., 2003), yang dapat dijadikan pedoman oleh guru IPS (PPKn) khususnya dalam mengembangkan dan menerapkan pendekatan konstruktivis sosial dalam pembelajaran IPS/PPKn di kelas. Setelah selesai fase-fase pembelajaran dilakukan, guru dapat mendokumentasikan seluruh hasil kerja siswa dalam laboratorium PKn serta mengembangkan aktivitas ko-kurikuler dan ekstrakurikuler siswa dalam mewujudkan partisipasi sosial politik kewarganegaraan siswa sesuai dengan kebijakan publik yang ditawarkan. Seluruh rangkaian pembelajaran ini haruslah __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 tidak luput dari proses penilaian guru dalam menilai kemajuan proses dan hasil belajar siswa secara komprehensif dan bermakna. Untuk ini guru perlu menerapkan model self-assessment, penilaian teman sekelas/sekelompok, penilaian dari dewan juri, dan penilaian guru sendiri dengan menggunakan berbagai alat evaluasi seperti format evaluasi diri, skala sikap, inventori nilai, pedoman observasi perilaku, format penilaian hasil portofolio dan dokumentasi siswa, format penilaian presentasi kelas, tes hasil belajar, dan sebagainya. Hanya dengan penerapan model evaluasi berbasis portofolio seperti inilah tampaknya penilaian hasil belajar PKn siswa dapat dilakukan secara komprehensif, autentik, objektif, fowerfull, dan bermakna (Budimansyah, 2002; CCE, 2002). 4. Penutup Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, belajar dan pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme, di dalamnya mengandung unsur-unsur: adanya pengetahuan awal; masukan data sensori (konsepkonsep) baru dari lingkungan; pembentukan makna oleh pebelajar sendiri secara aktif dan terus menerus melalui proses asimilasi, akomodasi, konflik kognitif, dan equilibrasi; ada hasil belajar yang bermakna berupa kapabilitas untuk memahami dunia realita; serta perkembangan personal dan interaksi sosial memudahkan pebelajar mengkonstruksi makna. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada, model pembelajaran tersebut memberikan hasil belajar yang lebih bermakna. Kedua, prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran konstruktivisme dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan IPS berbasis kompetensi. Prinsip-prinsip yang perlu dilaksanakan, antara lain: 1) perlunya menciptakan situasi yang aktif terkait dengan tujuan-tujuan siswa; 2) memajukan interaksi sosial yang berpusat pada aktivitas akademis, 3) membangkitkan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi dan keinginan untuk berkolaborasi; 4) mengembangkan aktivitas akademis dalam konteks moral; 5) mendorong penalaran siswa mulai dari apa yang diketahui siswa, menghormati kesalahan siswa, mengajar disesuaikan dengan jenis pengetahuan (fisik, logika, dan sosial) yang ingin dibangun atau dikembangkan; dan 6) memberikan waktu yang cukup untuk proses konstruksi pengetahuan. Dalam pelaksanaan prinsip-prinsip ini guru perlu mempertimbangkan juga hambatanhambatan atau kendala yang ada. __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 Ketiga, Pendekatan pembelajaran PIPS/PKn berbasis portofolio dengan strategi kebijakan publik merupakan salah satu contoh penerapan model pembelajaran konstruktivis, dan dapat diterapkan dalam pembelajaran PIPS/PKn secara terpadu. Dengan pendekatan pembelajaran ini, tidak saja siswa dapat mengembangkan konsep-konsep sendiri dalam memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tetapi siswa juga dapat mengembangkan wawasan sosial politik, mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya, mengembangkan prosedur berpikir ilmiah, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengembangkan keterampilanketerampilan sosial dalam ikut serta meningkatkan partisipasi sosial sebagai warga negara yang baik, bernalar, dan bertanggung jawab Dari hasil penelitian seperti di atas dapat disarankan kepada para dosen dan guru-guru IPS/PKn pada umumnya untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPS/PKn berbasis kompetensi di kelas dalam rangka ikut mensukseskan program Depdiknas untuk .melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi. Pendekatan pembelajaran ini lebih efektif dilaksanakan guru jika diterapkan secara terpadu pada pokok-pokok bahasan yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Untuk para peneliti IPS/PKn disarankan dapat mengembangkan berbagai pola pembelajaran IPS berpendekatan konstruktisme. DAFTAR PUSTAKA Arif, Muhamad. 2002. Pengembangan Pendekatan Sosio-Kultural-Religius dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Kegiatan dakwah Jama’ah Tabligh: Studi Kasus pada Tiga Masjid di Bandung. Jurnal Pendidikan Program Pascasarjana, Vol. 1, No. 1, Feb. 2002, 109-110. Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung: Grafindo. CCE. 2002. Kami Bangsa… Indonesia. Calabasas, CA: CCE. Depdiknas, 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Mata Pelajaran Ilmu Sosial untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 DeVries, Rheta and Betty Zan. 1994. Moral Classrooms, Moral Children: Creating a Constructivist Atmosphere in Early Education. New York and London: Teachers College Press. Garnida, Dadang. 2002. Pembelajaran Konsep Panas melalui Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses IPA, dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa: Penelitian Tindakan Kelas di Salah Satu SD Negeri di Kota Bandung. Jurnal Pendidikan Program Pasca Sarjana, Volume 1 Nomor 1 Februari 2002, hal. 107-108. Gredler, Margaret E. 1992. Learning and Instruction: Theory into Practice. Second Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Lonning, Robert A. 1993. Effect of Cooperative Learning Strategies on Student Verbal Interactions and Achievement during Conceptual Change Instruction in 10th Grade General Science. Journal of Research in Science Teaching, Vol. 30, No. 9, 1087-1101. NCSS. 2000. National Standards for Social Studies Teachers. Washington, DC: NCSS. Pearsall, N. Renee., J.J. Skipper, dan J.J. Mintzes. 1997. Knowledge Restructuring in the Life Sciences: A longitudinal Study of Conceptual Change in Biology. John Wiley & Sons, Inc. Piaget, J. 1973. To Understand is to Invent: The Future of Education. New York: Grossman. Roth, Wolff-Michael and A. Roychoudhury. 1992. The Social Construction of Scientific Concepts or the Concept Map as Conscription Device and Tool for Social Thinking in High School Science. Science Education, 76(5): 531-557. Sadia, I Wayan. 1996. Pengembangan Model Belajar Konstruktivis dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP): Suatu Studi Pembelajaran IPA dalam Pandangan Paradigma Konstruktivisme di SMP Negeri di Singaraja. Disertasi (Tidak Dipublikasikan. Bandung: IKIP Bandung. Stopsky, Fred dan Sharon Lee. 1994. Social Studies in a Global Society. New York: Delmar Publishers Inc. Sukadi, et al., 2003. Implementasi Model Konstruktivis dalam Pembelajaran IPS (Model Praktik Belajar Kewarganegaraan pada Pembelajaran PPKn Tingkat SLTP). Buku Pintar (Tidak Diterbitkan). Singaraja: IKIP Singaraja. __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003 ISSN 0215-8250 Sukadi, I Wayan Kertih dan I Gede Nurdana. 1999. Menciptakan Iklim Konstruktivis dalam Pembelajaran Hukum Tata Negara Melalui Model Cooperative Learning pada Mahasiswa Program Studi PPKN STKIP Singaraja Tahun 1998/1999. Laporan Penelitian (Tidak dipublikasikan). Singaraja: STKIP Singaraja. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Trumper, R. 1990. Being Constructive: An Alternative Approach to the Teaching of Energy Concept. International Journal of Science Education, Vol. 12, No. 4. Trumper, R. and Paul Gorsky. 1993. Learning about Energy: The Imfluence of Alternative Frame Works, Cognitive Levels, and Closed Mindedness. JRST., Vol. 30, Issue 7. Waterworth, Peter dan Nana Supriatna. 1997. Tantangan dalam Kurikulum IPS. Mimbar Pendidikan, No. 2, XVI, 31-37. __________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003