Widja Artikerl - Pascasarjana UNDIKSHA

advertisement
ISSN 0215-8250
IMPLEMENTASI MODEL KONSTRUKTIVIS DALAM
PEMBELAJARAN IPS
oleh
Sukadi
Jurusan PPKN
Fakultas Pendidikan IPS, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Studi ini bertujuan menghasilkan buku pedoman praktis dan dokumen
visualisasi VCD bagi para pendidik (guru dan dosen) PIPS tentang implementasi
prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran IPS sesuai dengan kurikulum
berbasis kompetensi. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip belajar
dan pembelajaran menurut pandangan paradigma konstruktivisme, terutama
konstruktivisme sosial, dapat diaplikasikan dalam pembelajaran PIPS berbasis
kompetensi. Dengan hasil kajian ini direncanakan akan disusun satu buku pedoman
(buku pintar) dan akan dikembangkan satu dokumen visualisasi VCD tentang
penerapan prisip-prinsip belajar dan pembelajaran
konstruktivisme dalam
pembelajaran IPS berbasis kompetensi yang dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan
studi tahap berikutnya.
Kata-kata kunci: konstruktivisme sosial, pembelajaran IPS, kurikulum berbasis
kompetensi
ABSTRACT
The main objective of this study was to develop a guide book and a visual
aid document (in a VCD) for social studies educators about the implementation of
the principles of constructivism in a competency-based of social studies teaching
and learning. The result of this study revealed that the principles of teaching and
learning according to social constructivism paradigm can be applied in a
competency-based of social studies teaching and learning. On the basis of this result
the researcher planned to develop a guide book and a visual aid document about the
implementation of the principles of constructivism in a competency-based of social
studies teaching and learning. The plan will be conducted at the further study.
Key words: social constructivism, social studies teaching, competency-based
curruculum.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
1. Pendahuluan
Kurikulum IPS di Indonesia menurut Waterworth dan Supriatna (1997)
menunjukkan bahwa IPS itu terdiri dari pengetahuan sosial, sejarah, geografi, dan
ekonomi yang diajarkan berdasarkan pola expanding community (Stopsky and Lee,
1994). Dengan model seperti ini, sesungguhnya pendidikan IPS tidak lebih dari
pengajaran ilmu-ilmu sosial (terutama sejarah, ekonomi, dan geografi) yang
disesuaikan dengan tingkat umur dan perkembangan siswa.
Dikaitkan dengan penerapan pembelajaran IPS di kelas, makna dan tujuan
pendidikan IPS ternyata mengalami proses pendangkalan lagi. Penyebabnya adalah,
di samping tujuan khusus pembelajaran IPS yang dikembangkan oleh guru hanya
menyangkut segi-segi domain kognitif tingkat rendah, proses pembelajarannya pun
lebih berpegang pada teori belajar behavioristik. Tidak mengherankan, kalau model
evaluasi hasil belajar IPS didominasi oleh bentuk-bentuk tes objektif pilihan ganda
yang lebih mengutamakan kemampuan memori dan pemahaman dengan sedikit
sekali kemampuan aplikasi konsep. Hasilnya tentu sudah dapat diprediksi bahwa
pendidikan IPS tidak lebih dari pada mata pelajaran untuk menghafal informasiinformasi pengetahuan sosial yang kurang powerful bagi kehidupan sosial siswa
(NCSS, 2000).
Menyadari berbagai kelemahan mendasar seperti di atas, beberapa ahli
pendidikan IPS telah dan sedang melakukan pembaharuan untuk meningkatkan
peranan IPS terhadap perubahan masyarakat. Dewasa ini pemerintah (Depdiknas)
telah mengambil kebijakan untuk menerapkan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) termasuk untuk mata pelajaran IPS yang akan berubah nama menjadi Mata
Pelajaran Ilmu Sosial. Kebijakan ini diambil sebagai upaya mengatasi masalah
rendahnya mutu proses dan keluaran pendidikan di sekolah yang selama ini kurang
memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung kepada kehidupan siswa
untuk kepentingan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas,
2001).
Untuk mencapai sasaran tersebut, integrasi konstruktivisme dalam
implementasi KBK Pendidikan Ilmu Sosial, terutama dalam proses
pembelajarannya, sangat diperlukan. Hal ini adalah untuk mencapai tujuan belajar
yang lebih powerful dan bermakna, sebagai dijelaskan dalam kurikulum standar
Social Studies di Amerika (NCSS, 2000) bahwa: “..., the subject matter standards
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
for social studies teachers that are presented assume that social studies should be
taught in manners that are consistent with (1) a constructivis view of learning, and
(2) the principles of teaching social studies that have been identified… as
“essential characteristics of powerful social studies”. Dalam hal ini pandangan
konstruktivisme tentang belajar, termasuk belajar IPS, adalah proses intelektual di
mana pebelajar mengembangkan apa yang mereka ketahui melalui proses
penyelarasan gagasan-gagasan baru dengan gagasan-gagasan yang telah dipelajari
pada pengalaman sebelumnya, dan mereka melakukan penyesuaian itu melalui caracara yang unik dari mereka masing-masing.
Dari uraian di atas tersirat bahwa pengetahuan IPS yang bermakna itu
dibangun oleh pebelajar atau siswa sendiri. Pendukung konstruktivis berpendapat
bahwa para siswa belajar sesuatu bergerak dari pengalamannya (pengetahuan
sebelumnya). Para siswa belajar IPS, misalnya, tidaklah dengan pikiran yang
kosong. Untuk membangun struktur kognitif yang bermakna bagi kehidupan siswa,
dengan menggunakan pengalamannya, siswa membangun pengetahuannya sendiri
melalui proses-proses asimilasi, konflik kognitif, akomodasi, dan equilibrasi.
Dengan kerangka berpikir di atas bisa diyakini bahwa pendekatan
konstruktivisme perlu diintegrasikan dalam penerapan KBK Ilmu Sosial itu sendiri
di kelas. Maksud dan tujuannya adalah untuk dapat memberikan hasil belajar PIPS
yang lebih bermakna dalam pengembangan life skill siswa berkaitan dengan
kemampuan sosialnya bila dibandingkan dengan pendekatan yang konvensional,
seperti pendekatan behavioristik, yang selama ini diterapkan di sekolah.
Masalahnya, sampai sekarang ini belum ada satu buku pedoman yang relatif
memadai bagi guru-guru IPS, khususnya guru-guru PPKn, dan bagaimana
menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran PPKn? Karena itu,
tujuan utama penelitian ini adalah menyusun satu buku pintar tentang penerapan
prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme dalam
pembelajaran IPS, khususnya PPKn, berbasis kompetensi.
2. Metode Penelitian
Studi ini merupakan studi kepustakaan untuk kemungkinan pengembangan
model pembelajaran konstruktiviosme ke dalam pembelajaran IPS/PKn berbasis
kompetensi. Sumber data diperoleh dari berbagai buku teks, jurnal ilmiah, artikel
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
ilmiah di media massa (surat kabar), laporan penelitian, dan makalah-makalah
seminar yang dipilih secara purpossive terkait dengan isu implementasi model
pembelajaran konstruktivisme pada pembelajaran sain dan pendidikan ilmu sosial
berbasis kompetensi. Data yang diperoleh dan telah dianalisis dikonsultasikan juga
kepada beberapa ahli terkait dari IKIP Negeri Singaraja dan Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung. Model analisis data yang digunakan adalah dengan pendekatan
kualitatif.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Prinsip-prinsip dan Hasil Penelitian tentang Hakikat dan Mekanisme
Belajar dan Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme
Hakikat dan mekanisme belajar tidak bisa dilepaskan dari pandangan
konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan (Suparno, 1997). Pengetahuan adalah
konstruksi kognitif seseorang tentang kenyataan. Pengetahuan bukanlah kenyataan
itu sendiri, melainkan akibat dari proses bagaimana seseorang itu menjadi tahu
(Piaget, 1972). Berpijak dari hakikat pengetahuan seperti itu, belajar menurut
pandangan konstruktivis adalah proses kognitif yang dilakukan pebelajar untuk
membentuk dan mengembangkan kapabilitas baru yang diperlukan dalam upaya
beradaptasi dengan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal,
berdasarkan pengetahuan awal atau pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Belajar
seperti di atas mengandung unsur-unsur: adanya pengetahuan awal; masukan data
sensori (konsep-konsep) baru dari lingkungan; pembentukan makna oleh pebelajar
sendiri secara aktif dan terus menerus melalui proses asimilasi, akomodasi, konflik
kognitif, dan equilibrasi; ada hasil belajar yang bermakna berupa kapabilitas untuk
memahami dunia realita; dan perkembangan personal serta interaksi sosial
memudahkan pebelajar mengkonstruksi makna.
Mekanisme pembelajaran yang relevan dengan makna belajar seperti di atas
dapat dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran menurut Piaget
(dalam Gredler, 1992:252-253). Prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivis tersebut
menuntut peran guru dapat menjadi pengarah, pembimbing, fasilitator, dan menjadi
mediator serta motivator belajar siswa. Mengutip Bettencourt, Suparno (1997)
menjelaskan bahwa mengajar berarti berpartisipasi dengan pebelajar dalam
membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
mengadakan justifikasi. Guru juga perlu menguasai bahan pembelajaran secara luas
dan mendalam yang diperoleh dari berbagai sumber belajar. Dalam hubungan antara
guru dan siswa, guru perlu berkolaborasi dengan siswa dalam seluruh aktivitas
pembelajaran untuk memungkinkan siswa membangun makna baru dan
meningkatkan pengertian spontannya ke tingkat pengertian ilmiah. Akhirnya,
dengan mengutip pendapat Driver dan Oldham, Suparno (1997) menjelaskan
beberapa ciri pembelajaran konstruktivis, yaitu: adanya fase orientasi; elicitasi;
restrukturisasi ide yang terdiri dari klarifikasi ide, membangun ide yang baru, dan
mengevaluasi ide baru dengan eksperimen; penggunaan ide dalam banyak situasi
(transfer of learning); dan review bagaimana ide itu berubah.
Hasil-hasil penelitian yang ada memberikan dukungan yang kuat terhadap
penerapan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran konstruktivisme memberikan
hasil belajar siswa yang lebih bermakna. Penelitian-penelitian itu antara lain oleh
Trumper (1990); Trumper dan Gorsky (1993); Garnida (2002); Arif (2002); Roth
dan Roychoudhury (1992); Pearsall, Skipper, dan Mintzes (1997); Lonning (1993);
Sadia (1996); serta Sukadi, Nurdana, dan Kertih (1999). Dari berbagai penelitian di
atas dapat diformulasikan bahwa, dalam proses belajar, siswa telah memiliki
pengalaman sebelumnya (prior knowledge), dan pengalaman ini dapat membantu
siswa dalam belajar atau bahkan menjadi resisten. Dengan memanfaatkan
pengetahuan awal siswa dan dengan prosedur perubahan konseptual baik yang
dilakukan melaui kegiatan mandiri, partisipastif, maupun secara kooperatif,
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis ini memberikan hasil belajar yang
bermakna kepada siswa.
3.2 Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran
IPS Berbasis Kompetensi dan Hambatan-hambatannya
Pendidikan IPS pada dasarnya adalah bidang kurikulum pendidikan formal
yang mempelajari manusia dengan segala aspek kehidupannya dan interaksinya
dengan lingkungan baik dengan lingkungan fisik maupun dengan lingkungan
sosialnya. Dengan pendidikan IPS ini, untuk tujuan-tujuan pendidikan di lembaga
pendidikan formal, siswa diajak untuk membangun pengetahuan, sikap, nilai-nilai
dan keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam berinteraksi di masyarakat baik
sebagai anggota keluarga, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
Dewasa ini pemerintah sedang melakukan uji coba untuk kemungkinan
penerapan kebijakan kurikukulum berbasis kompetensi (KBK) termasuk untuk mata
pelajaran IPS (2001). Disebutkan bahwa ilmu sosial adalah suatu bahan kajian yang
terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang
diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah,
Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan ekonomi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa
tujuan mata pelajaran Ilmu Sosial adalah agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya,
mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia masa
lampau hingga kini sehingga siswa bangga sebagai bangsa Indonesia (Dekdiknas
2001).
Model pembelajaran konstruktivis sangat relevan diterapkan dalam
pembelajaran Ilmu Sosial sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi di atas
(Depdiknas, 2001), khususnya model pembelajaran menurut pandangan
konstruktivisme sosial yang menekankan pentingnya aspek sosio-moral dalam
aktivitas akademis. Prinsip-prinsip yang perlu dilaksanakan, antara lain: 1)
menciptakan situasi yang aktif terkait dengan tujuan-tujuan siswa; 2) memajukan
interaksi sosial yang berpusat pada aktivitas akademis, 3) membangkitkan
kebutuhan siswa untuk berkomunikasi dan keinginan untuk berkolaborasi; 4)
mengembangkan aktivitas akademis dalam konteks moral; 5) mendorong penalaran
siswa mulai dari apa yang diketahui siswa, menghormati kesalahan siswa, dan
mengajar disesuaikan dengan jenis pengetahuan (fisik, logika, dan sosial) yang ingin
dibangun atau dikembangkan; dan 6) memberikan waktu yang cukup untuk proses
konstruksi pengetahuan (DeVries and Zan, 1994: 254-262).
Dalam aplikasinya, guru IPS perlu mempertimbangkan berbagai kendala
atau hambatan penerapan model pembelajaran konstruktivis ini, antara lain meliputi:
guru sering dibuat tidak sabar dan membutuhkan strategi kognitif yang tinggi;
keterbatasan fasilitas, sarana, dan sumber belajar; kebiasaan guru yang ingin selalu
mengindoktrinasi siswa karena keterbatasan kemampuan strategi kognitifnya;
keterkungkungan guru dan siswa terhadap pengetahuan awal yang telah dimilikinya;
besarnya jumlah siswa dalam tiap-tiap kelas; kesenjangan tingkat kemampuan antar
siswa, antar kelas, dan antar sekolah yang masih tinggi untuk penerapan kurikulum
standar; serta kurangnya kreativitas guru dalam mengatasi hambatan-hambatan
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
kurikulum dan sistem evaluasi terpusat (lihat juga Suparno, 1997; Sukadi, Nurdana,
dan Kertih, 1999; Sadia, 1996).
3.3 Penerapan Pembelajaran IPS (PKn) dengan Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan pembelajaran PIPS/PKn berbasis portofolio dengan strategi
kebijakan publik merupakan salah satu contoh penerapan model pembelajaran
konstruktivis, dan dapat diterapkan dalam pembelajaran PIPS/PKn secara terpadu
(Budimansyah, 2002). Model ini telah dikembangkan dan diujicobakan pada
beberapa SLTP di 12 propinsi di Indonesia dengan sebutan Praktik Belajar
Kewarganegaraan: “Pembangunan Kami Bangsa Indonesia” (Budimansyah, 2002;
CCE, 2002). Dengan pendekatan pembelajaran ini, tidak saja siswa dapat
mengembangkan konsep-konsep sendiri dalam memecahkan masalah-masalah sosial
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tetapi siswa juga dapat
mengembangkan wawasan sosial politik, mengembangkan kepekaan terhadap
masalah-masalah sosial di lingkungannya, mengembangkan prosedur berpikir
ilmiah, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengembangkan keterampilanketerampilan sosial dalam ikut serta meningkatkan partisipasi sosial sebagai warga
negara yang baik, bernalar, dan bertanggung jawab (Budimansyah, 2002; CCE,
2002).
Pelaksanaan pembelajaran PKn berbasis portofolio dengan strategi kebijakan
publik ini pada umumnya dapat dilakukan dalam beberapa fase pembelajaran.
Prinsip-prinsip dan aplikasinya dalam pembelajaran mata pelajaran IPS (PPKn)
inilah yang telah dikembangkan menjadi satu buku pintar berjudul: Implementasi
Model Konstruktivis dalam Pembelajaran IPS (Model Praktik Belajar
Kewarganegaraan pada Pembelajaran PPKn Tingkat SLTP) (Sukadi, et al., 2003),
yang dapat dijadikan pedoman oleh guru IPS (PPKn) khususnya dalam
mengembangkan dan menerapkan pendekatan konstruktivis sosial dalam
pembelajaran IPS/PPKn di kelas.
Setelah selesai fase-fase pembelajaran dilakukan, guru dapat
mendokumentasikan seluruh hasil kerja siswa dalam laboratorium PKn serta
mengembangkan aktivitas ko-kurikuler dan ekstrakurikuler siswa dalam
mewujudkan partisipasi sosial politik kewarganegaraan siswa sesuai dengan
kebijakan publik yang ditawarkan. Seluruh rangkaian pembelajaran ini haruslah
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
tidak luput dari proses penilaian guru dalam menilai kemajuan proses dan hasil
belajar siswa secara komprehensif dan bermakna. Untuk ini guru perlu menerapkan
model self-assessment, penilaian teman sekelas/sekelompok, penilaian dari dewan
juri, dan penilaian guru sendiri dengan menggunakan berbagai alat evaluasi seperti
format evaluasi diri, skala sikap, inventori nilai, pedoman observasi perilaku, format
penilaian hasil portofolio dan dokumentasi siswa, format penilaian presentasi kelas,
tes hasil belajar, dan sebagainya. Hanya dengan penerapan model evaluasi berbasis
portofolio seperti inilah tampaknya penilaian hasil belajar PKn siswa dapat
dilakukan secara komprehensif, autentik, objektif, fowerfull, dan bermakna
(Budimansyah, 2002; CCE, 2002).
4. Penutup
Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pertama,
belajar dan pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme, di dalamnya
mengandung unsur-unsur: adanya pengetahuan awal; masukan data sensori (konsepkonsep) baru dari lingkungan; pembentukan makna oleh pebelajar sendiri secara
aktif dan terus menerus melalui proses asimilasi, akomodasi, konflik kognitif, dan
equilibrasi; ada hasil belajar yang bermakna berupa kapabilitas untuk memahami
dunia realita; serta perkembangan personal dan interaksi sosial memudahkan
pebelajar mengkonstruksi makna. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada,
model pembelajaran tersebut memberikan hasil belajar yang lebih bermakna.
Kedua, prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran konstruktivisme dapat
diterapkan dalam pembelajaran pendidikan IPS berbasis kompetensi. Prinsip-prinsip
yang perlu dilaksanakan, antara lain: 1) perlunya menciptakan situasi yang aktif
terkait dengan tujuan-tujuan siswa; 2) memajukan interaksi sosial yang berpusat
pada aktivitas akademis, 3) membangkitkan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi
dan keinginan untuk berkolaborasi; 4) mengembangkan aktivitas akademis dalam
konteks moral; 5) mendorong penalaran siswa mulai dari apa yang diketahui siswa,
menghormati kesalahan siswa, mengajar disesuaikan dengan jenis pengetahuan
(fisik, logika, dan sosial) yang ingin dibangun atau dikembangkan; dan 6)
memberikan waktu yang cukup untuk proses konstruksi pengetahuan. Dalam
pelaksanaan prinsip-prinsip ini guru perlu mempertimbangkan juga hambatanhambatan atau kendala yang ada.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
Ketiga, Pendekatan pembelajaran PIPS/PKn berbasis portofolio dengan
strategi kebijakan publik merupakan salah satu contoh penerapan model
pembelajaran konstruktivis, dan dapat diterapkan dalam pembelajaran PIPS/PKn
secara terpadu. Dengan pendekatan pembelajaran ini, tidak saja siswa dapat
mengembangkan konsep-konsep sendiri dalam memecahkan masalah-masalah sosial
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tetapi siswa juga dapat
mengembangkan wawasan sosial politik, mengembangkan kepekaan terhadap
masalah-masalah sosial di lingkungannya, mengembangkan prosedur berpikir
ilmiah, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengembangkan keterampilanketerampilan sosial dalam ikut serta meningkatkan partisipasi sosial sebagai warga
negara yang baik, bernalar, dan bertanggung jawab
Dari hasil penelitian seperti di atas dapat disarankan kepada para dosen dan
guru-guru IPS/PKn pada umumnya untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPS/PKn berbasis kompetensi di
kelas dalam rangka ikut mensukseskan program Depdiknas untuk .melaksanakan
kurikulum berbasis kompetensi. Pendekatan pembelajaran ini lebih efektif
dilaksanakan guru jika diterapkan secara terpadu pada pokok-pokok bahasan yang
memiliki keterkaitan satu sama lain. Untuk para peneliti IPS/PKn disarankan dapat
mengembangkan berbagai pola pembelajaran IPS berpendekatan konstruktisme.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhamad. 2002. Pengembangan Pendekatan Sosio-Kultural-Religius dalam
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Kegiatan dakwah Jama’ah
Tabligh: Studi Kasus pada Tiga Masjid di Bandung. Jurnal Pendidikan
Program Pascasarjana, Vol. 1, No. 1, Feb. 2002, 109-110.
Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis
Portofolio. Bandung: Grafindo.
CCE. 2002. Kami Bangsa… Indonesia. Calabasas, CA: CCE.
Depdiknas, 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Mata Pelajaran Ilmu Sosial
untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
DeVries, Rheta and Betty Zan. 1994. Moral Classrooms, Moral Children: Creating
a Constructivist Atmosphere in Early Education. New York and London:
Teachers College Press.
Garnida, Dadang. 2002. Pembelajaran Konsep Panas melalui Pendekatan
Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan
Proses IPA, dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa: Penelitian Tindakan
Kelas di Salah Satu SD Negeri di Kota Bandung. Jurnal Pendidikan
Program Pasca Sarjana, Volume 1 Nomor 1 Februari 2002, hal. 107-108.
Gredler, Margaret E. 1992. Learning and Instruction: Theory into Practice. Second
Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Lonning, Robert A. 1993. Effect of Cooperative Learning Strategies on Student
Verbal Interactions and Achievement during Conceptual Change Instruction
in 10th Grade General Science. Journal of Research in Science Teaching,
Vol. 30, No. 9, 1087-1101.
NCSS. 2000. National Standards for Social Studies Teachers. Washington, DC:
NCSS.
Pearsall, N. Renee., J.J. Skipper, dan J.J. Mintzes. 1997. Knowledge Restructuring
in the Life Sciences: A longitudinal Study of Conceptual Change in Biology.
John Wiley & Sons, Inc.
Piaget, J. 1973. To Understand is to Invent: The Future of Education. New York:
Grossman.
Roth, Wolff-Michael and A. Roychoudhury. 1992. The Social Construction of
Scientific Concepts or the Concept Map as Conscription Device and Tool for
Social Thinking in High School Science. Science Education, 76(5): 531-557.
Sadia, I Wayan. 1996. Pengembangan Model Belajar Konstruktivis dalam
Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP): Suatu Studi
Pembelajaran IPA dalam Pandangan Paradigma Konstruktivisme di SMP
Negeri di Singaraja. Disertasi (Tidak Dipublikasikan. Bandung: IKIP
Bandung.
Stopsky, Fred dan Sharon Lee. 1994. Social Studies in a Global Society. New
York: Delmar Publishers Inc.
Sukadi, et al., 2003. Implementasi Model Konstruktivis dalam Pembelajaran IPS
(Model Praktik Belajar Kewarganegaraan pada Pembelajaran PPKn Tingkat
SLTP). Buku Pintar (Tidak Diterbitkan). Singaraja: IKIP Singaraja.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
ISSN 0215-8250
Sukadi, I Wayan Kertih dan I Gede Nurdana. 1999. Menciptakan Iklim
Konstruktivis dalam Pembelajaran Hukum Tata Negara Melalui Model
Cooperative Learning pada Mahasiswa Program Studi PPKN STKIP
Singaraja Tahun 1998/1999. Laporan Penelitian (Tidak dipublikasikan).
Singaraja: STKIP Singaraja.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Trumper, R. 1990. Being Constructive: An Alternative Approach to the Teaching of
Energy Concept. International Journal of Science Education, Vol. 12, No.
4.
Trumper, R. and Paul Gorsky. 1993. Learning about Energy: The Imfluence of
Alternative Frame Works, Cognitive Levels, and Closed Mindedness. JRST.,
Vol. 30, Issue 7.
Waterworth, Peter dan Nana Supriatna. 1997. Tantangan dalam Kurikulum IPS.
Mimbar Pendidikan, No. 2, XVI, 31-37.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI April 2003
Download