Inventarisasi Tumbuhan Endemik di Pulau Waigeo ….......................................................................… (Sudarmono) INVENTARISASI TUMBUHAN ENDEMIK DI PULAU WAIGEO, KABUPATEN RAJA AMPAT, PROVINSI PAPUA BARAT (An Inventory of Endemic Plant in Waigeo Island, Raja Ampat Regency, West Papua Province) oleh/by : 1 Sudarmono 1 Peneliti Madya Pusat Konservasi Tumbuhan - Kebun Raya Bogor, LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Bogor 16003 Phone/Fax. 0251-8322187, e-mail: [email protected] Diterima (received): 18 Oktober 2010; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 12 April 2011 ABSTRAK Pulau Waigeo merupakan salah satu pulau besar di Raja Ampat Provinsi Papua Barat yang kaya akan tumbuhan endemik pada dataran rendah tanah kapur (karst). Tujuan penelitian ini untuk menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang unik dan endemik yang perlu dilindungi. Lokasi penelitian meliputi kawasan hutan primer di sepanjang Sungai Warambiae, Hutan Adat Distrik Teluk Mayalibit dan Wilayah Gunung Danai. Tumbuhan di Pulau Waigeo sangat tinggi keanekaragamannya dikarenakan tingginya jenis-jenis tumbuhan endemik, seperti: Pule Waigeo (Alstonia beatricis), Guioa waigeonensis, Calophyllum parvifolium, Nepenthes danseri, Schefflera apiculata, Hernandia origera, sapu tangan (Maniltoa rosea) dan lain-lain. Jenis-jenis anggrek, palma dan keluarga keladi termasuk tinggi keanekaragamannya. Kawasan hutan yang masih begitu luas terutama hutan primer yang ada di wilayah sepanjang aliran Sungai Warambiae dari hulu di Gunung Danai hingga bermuara di Teluk Mayalibit perlu dilindungi karena wilayahnya belum masuk dalam wilayah cagar alam. Kata kunci : Inventarisasi, Kabupaten Raja Ampat, Pulau Waigeo, Tumbuhan Endemik ABSTRACT Waigeo Island is one of the big islands in the Province of West Papua which is rich with endemic plants within lowland soil limestone (karst). The purpose of this research is to inventory the species of plants that are unique and endemic so that need to be protected. Location of research covering the area of primary forest along the Warambiae River, the indigenous forests of the Mayalibit Gulf District, Regions of Mt. Danai. Waigeo Island is high diversity and high of plants endemic, such as: Pule Waigeo (Alstonia beatricis), Guioa waigeonensis, Calophyllum parvifolium, Nepenthes danseri, Scefflera apiculata, Hernandia origera, handkerchief tree (Maniltoa rosea) etc. Species of orchids, palma and also included to the high diversities family. The forest is still primary forest in the region along the Warambiae River into the Mayalibit Gulf. This area needs to be protected because of its territory has not been included in the nature reserve area Keywords: Inventory, Raja Ampat Islands, Waigeo Island, Endemic Plant 77 Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 78 -84 PENDAHULUAN Pulau Waigeo merupakan bagian dari Kabupaten Raja Ampat dan salah satu pulau besar dari tiga pulau lainnya, yaitu P. Misool dan P. Salawati. Dari segi keanekaragaman floranya, Pulau Waigeo mempunyai kekayaan tumbuhan endemik yang sangat penting (Anonim, 2006). Tumbuhan umumnya merupakan hutan primer dan dataran rendah kapur. Formasi batuan pada kawasan Waigeo Timur dan Selatan pada umumnya merupakan batuan basah vulkanik dan kapur dengan lapisan tanah podsolik. Hingga saat ini, sebagian besar pulaupulau di bagian utara Kepala Burung Papua ini belum dieksplorasi dan diteliti secara seksama, khususnya kekayaan floranya. Informasi yang tersedia mengenai flora dan karakteristik ekologinya masih sangat sedikit, termasuk Pulau Waigeo. Sementara keanekaragaman floranya merupakan salah satu yang paling tinggi di daerah tropis (Johns, 1997). Keanekaragaman floranya dan tingkat endemisitasnya tinggi tersembunyi pada wilayah dengan curah hujan yang rendah dan seringnya musim kering. (Marshall & Beehler 2007). Suatu jenis tumbuhan dikatakan endemik apabila keberadaannya unik di suatu tempat atau wilayah dan tidak ditemukan di wilayah lain secara alami. Istilah ini biasanya diterapkan pada unit geografi suatu pulau atau kelompok pulau, tetapi kadangkadang dapat berupa negara, tipe habitat atau wilayah. (Sudarmono, 2008). Sedangkan Yuzammi dan Hidayat (2002) membatasi tumbuhan unik dan endemik sebagai jenis-jenis tumbuhan yang tiada duanya, langka dan tidak ada di tempat lain selain di lokasi tertentu saja. Penelitian oleh Webb (2005) dan Widyatmoko, dkk. (2007) menunjukkan bahwa di P. Waigeo, khususnya di Gunung Nok dan hutan di sekitarnya melimpah dengan populasi flora endemik dan habitat flora endemik tersebut terancam kepunahannya. 78 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran jenis-jenis tumbuhan yang unik dan endemik yang perlu dilindungi di P. Waigeo. METODOLOGI Lokasi Penelitian Gambar 1, merupakan lokasi penelitian, yang dilakukan di wilayah hutan primer sepanjang Sungai Warambiae (S. Orobiai) dari hulu sungai dekat Camp Belgia (sekitar Gunung Danae atau Danai) hingga hilir sungai di Teluk Mayalibit, Desa Warsamdin, Distrik Teluk Mayalibit (Mayalipit), Kabu-paten Raja Ampat dengan posisi 0°18’19,27” LS dan 130°52’57,43” BT (Google Map, 2010). Sungai Bambu, S. Waisos, S. Warwero maupun S. Biru merupakan anak-anak sungai dari S. Warambiae. Beberapa lokasi lain juga dianalisa keanekaragaman tumbuhannya, yaitu di Gunung Nok, Desa Waifoi, Kabupaten Raja Ampat. Data tumbuhan di Cagar Alam (CA) P. Waigeo Timur dan CA P. Waigeo Barat juga dianalisa. Ketinggian lokasi penelitian dari 11 – 244 m di atas permukaan air laut. 130° 52’57,43” BT U 130° 52’57,43” BT UU 0° 18’19,27” LS 400 KM INDONESIA Pulau Waigeo Pulau Waigeo PulauWaigeo G. Nok 0° 18’19,27” LS G. Danai G. Teluk Teluk Mayalipid Mayalipid Teluk Mayalipid Sorong Sorong 10 KM Gambar 1. Peta lokasi penelitian Koleksi sampel Metode yang digunakan dalam kegiatan ekplorasi adalah metode eksploratif untuk mendapatkan koleksi Inventarisasi Tumbuhan Endemik di Pulau Waigeo ….......................................................................… (Sudarmono) hidup dalam bentuk biji, stek, anakan maupun tumbuhan. Kegiatan ekplorasi dilakukan secara Purposive Random Sampling dengan mendatangi lokasi yang merupakan sumber plasma nutfah tumbuhan langka yang ada di Distrik Warsamdin di Pulau Waigeo. Di kawasan tersebut dicari dan diseleksi tumbuhan yang berpotensi langka dan unik serta tumbuhan lainnya yang belum dikoleksi Kebun Raya Bogor. Untuk kelengkapan data lapangan maka setiap sampel di lapangan dicatat data agroekologi serta dilakukan pelabelan. Selain koleksi berupa material tumbuhan hidup dibuat juga koleksi herbarium untuk koleksi tumbuhan yang belum diketahui jenisnya untuk kemudian disimpan di Herbarium Kebun Raya Bogor sebagai acuan identifikasi. Koleksi yang berupa anakan dipilih yang masih muda dan sehat. Pengoleksian anakan dilakukan dengan cara putaran yaitu menggali tanah di sekeliling perakaran anakan. Hal ini dilakukan dengan maksud agar perakaran anakan ikut serta dikoleksi untuk menghindari pelukaan pada akar anakan tersebut. Selanjutnya pada daerah perakaran anakan dibungkus dengan akar kadaka atau humus, disiram dengan air dan dibungkus dengan kantong plastik bening kemudian diikat kencang. Sedangkan tumbuhan epifit seperti anggrek dan sarang semut dilakukan perlakuan dengan moss sebagai pembungkus perakaran dan disungkup plastik agar kondisinya selalu lembap. dengan batang bambu yang dibuat persegi agar bagian tumbuhan itu tidak patah dan lembaran daunnya tidak berkeriput. Jumlah voucher bila memungkinkan dalam satu jenis ada tiga sampel. Di Herbarium Bogoriense voucher ini dioven hingga kering dengan suhu 45°C selama 45 menit untuk jenis herba atau 70°C selama 90 menit untuk bagian tumbuhan berkayu atau buahnya. Kemudian diberi label nama jenis, famili, nama lokal, lokasi, habitat, tanggal koleksi, kolektor dan catatan bunga, batang, dan lain-lain. Semua data spesimen herbarium dicatat untuk mengetahui sebaran, ciri morfologi dan lainnya. Gambar 2, memperlihatkan contoh herbarium untuk jenis herba Orthosiphon cf. waigeonensis (Lamiaceae) dari Pulau Waigeo. Studi Herbarium Pengumpulan data spesimen herbarium dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Cibinong Science Center. Koleksi tumbuhan herba atau bagian tumbuhan berkayu yang fertil (ada bagian bunga, buah dan biji) dipres atau dimasukkan diantara lipatan kertas koran dan diapit Gambar 2. Voucher herbarium HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 33 jenis tumbuhan unik dan endemik yang terseleksi, dimana lokasi persebaran ke-33 jenis tersebut tersaji 79 Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 77 - 84 pada Lampiran Gambar 1 dan jenisjenisna tersaji pada Lampiran Tabel 1. Jenis tumbuhan unik cukup banyak, yaitu 27 jenis, sedangkan jenis endemik ada 6 jenis. Jenis tumbuhan unik dan endemik meliputi suku Arecaceae atau Palmae (5 jenis), suku Orchidaceae atau Anggrek (5 jenis), suku Clusiaceae atau Manggis (2 jenis), suku Piperaceae atau Sirih (2 jenis), suku Nepenthaceae atau Kantung semar (2 jenis), Sarang semut dari suku Rubiaceae (2 jenis), Paku pakuan (3 jenis), Apocyna-ceae (2 jenis), suku yang lainnya seperti Moraceae, Lamiaceae, Hernandiaceae, Podocarpaceae, Sapinda-ceae, Araceae, Araucariaceae, Araliaceae, Gesneriaceae dan Caesalpiniaceae masing-masing 1 jenis. Koleksi tumbuhan di hutan sekitar aliran Sungai Warambiae dan anak sungainya, yaitu S. Bambu, S. Waisos, S. Warwero dan S. Biru (Gambar 3). Sepanjang perjalanan tepi S. Warambiae ditemukan beberapa jenis paku-pakuan pada lokasi Kali Bambu (Sungai Bambu) ditemukan jenis anggrek yaitu Agrostophylum majus dan Appendicula reflexa, sirih hutan (Piper decumanum), beberapa palem serta jenis suku Clusiaceae, dan lain-lain. Sedangkan jenis endemik yang ada ditemukan oleh Widyatmoko (2010), meliputi Guioa waigeoensis, Alstonia beatri-cis, Calophyllum parvifolium, Schefflera apiculata dan Nepenthes danseri di Gunung Nok yang mempunyai ekosistem yang sama dengan G. Danai (Oxana, 2010). Oleh karena itu diperkirakan jenis tersebut juga terdapat di wilayah G. Danai. Lokasi Camp Belgia dengan ketinggian 30-130 m dpl, didominasi oleh pohon matoa (Pometia pinnata), kayu besi (Intsia sp.), kenari (Canarium sp.), pisang pisang (Annonaceae), Diospyros, Mangifera, Callophylum inophyllum, Dracaena, Syzygium, Semecarpus (Webb, 2005). Widyatmoko, dkk (2007) mengemukakan bahwa jenis-jenis endemik yang ditemukan pada wilayah sekitar Gunung Nok termasuk jenis yang 80 terancam punah. Pada puncak G. Nok (700 m dpl), van Royen (1960) mengidentifikasi Evodia sp., Rhodomyrtus trineura, Drimys piperita, Elaeocarpus sp., Rhododendron cornu-bovis (jenis baru), Melastoma sp. dan Rapanea sp. Pada puncak G. Danai (300 m dpl) ditemukan Nageia wallichiana (sinonim= Podocarpus wallichianus), Hopea sp, dan Elaeocarpus sp. dan secara umum pada hutan dataran rendah yaitu Pandanus spp., Exocarpus latifolius, Ficus spp, Nepenthes sp., Sapotaceae, Aglaia sp. dan Glochidion sp. (Webb, 2005). Jenis yang dominan juga ditemukan pada hutan dataran rendah dengan vulkanik asam yaitu Intsia bijuga, Koorderiodendron pinnatum, Pometia pinnata, Terminalia cf. copelandii, Celtis, Ficus, Dysoxylum, Myristica, Alstonia scholaris, Gastonia serratifolia, Morinda citrifolia, dan Trema cannabina (Takeuchi, 2003). Dari berbagai jenis tumbuhan yang ada dan berbagai jenis tumbuhan yang ditemukan sebagai jenis baru maka indikasi bahwa masih banyak jenis-jenis endemik yang terdapat di Pulau Waigeo. Webb (2005) mengemukakan bahwa Gunung Danai mempunyai wilayah hutan primer yang luas dengan habitat hutan dataran rendah hingga submontana yang kaya akan tumbuhan endemik namun masih belum banyak digali informasi floranya (Anonim, 2003) dan bahkan faunanya (Moeliker, 2002). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada penelitian ini ditemukan 33 jenis tumbuhan unik dan endemik yang perlu dilindungi sesegera mungkin. Dari 33 jenis tersebut, yaitu 6 jenis yang ditemukan di Gunung Nok terancam punah. Saran Jenis-jenis tumbuhan di wilayah hutan dataran rendah P. Waigeo sangat beragam dan masih belum mengalami Inventarisasi Tumbuhan Endemik di Pulau Waigeo ….......................................................................… (Sudarmono) pembalakan liar sehingga sangat diprioritaskan untuk penelitian di masa mendatang. Kawasan hutan primer yang ada di sekitar Gunung Danai terutama di wilayah Camp Belgia termasuk hulu Sungai Warambiae perlu dilindungi dan direkomendasikan kepada Departemen Kehutanan sebagai wilayah Cagar Alam. Wilayah ini juga memiliki sejarah ditemukannya burung Bruijn's Brushturkey (Aepypodius bruijnii), burung endemik P. Waigeo yang telah dianggap punah selama 50 tahun dan ditemukan kembali tahun 2001 di areal G. Danai tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Rapid Ecological Assessment of The Raja Ampat Islands, Papua, Eastern Indonesia. Final Draft Report of The Nature Conservancy, WWF. Pemda Kabupaten Raja Ampat. Bali. Hal. 97-108. Anonim. 2006. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Irian Jaya Barat. The Nature Conservancy and Conservation International Indonesia, Jakarta. IUCN. 2008. IUCN Red List of Threatened Species (A Global Species Assess-ment). The IUCN Species Survival Commission. Johns, R. J. 1997. Background Papers for the Study of the Flora and Vegetation of the NE Kepala Burung, Irian Jaya, Indonesia. Royal Botanic Gardens, Kew. Marshall, A. J., B. M. Beehler 2007. The Ecology of Papua. Part One, Ecology of Indonesia Series, Periplus Edition, Hongkong. Moeliker, K. 2002. First Photograph of living Bruijn’s Brush-Turkey (Aepipodius bruijnii). Cited in http://www.geocities. com/ papuabirdclub/id.html (12 January 2002) Oxana. 2010. Kumpulan Tumbuhan Langka yang Dilindungi di Indonesia. Cited in http://oxana.blogdetik.com/2010/04/26/ kumpulan-tumbuhan-langka-yangdilindungi-di-indonesia/ (17 Agustus 2010). Sudarmono. 2008. Tumbuhan Endemik Tanah Serpentin. Biodiversitas Vol. 8(4), UNS, Surakarta: 330—335. Takeuchi, W. 2003. A Community-level Floristic Reconnaissance of the Raja Ampat Islands in New Guinea. SIDA 20, 1093-1138. van Royen, P 1960. The Vegetation of Some Parts of Waigeo Island. Novo Guinea, Botany 5, 25-68. Webb, C.O. 2005. Vegetation of the Raja Ampat Islands, Papua, Indonesia. A report to the Nature Conservancy. Arnold Arboretum of Harvard University, USA. Widyatmoko D, Pribadi D.O., Wihermanto, Saripudin, Sudarsono, Supardi, Rustandi, D. Mudiana, I.G. Tirta 2007. Laporan Eksplorasi dan Studi Keragaman Flora Cagar Alam Pulau Waigeo Timur dan Taman Wisata Alam Sorong, Papua Barat. PKTKebun Raya Bogor, LIPI. Widyatmoko D. 2010. Plant α-diversity and Composition in Mount Nok and the Waifoi Forest of the Waigeo Raja Ampat Islands: with Specieal Referente to the Threatened Species. Jurnal Biologi Indonesia 6(2): 195-209. Yuzammi, S dan Hidayat 2002. Flora Sulawesi, Unik, Endemik dan Langka. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, Bogor. 81 Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 77 - 84 U U 130° 52’57,43” BT PulauWaigeo Pulau Pulau Waigeo G. Nok 29 31 32 28 30 33 TelukMayalipid TelukMayalipid Teluk Mayalipid 0° 18’19,27” LS Sorong Sorong 10 KM UU 26 27 2 S. Warambiae 23 24 20 25 19 22 21 1 Warsamdin 1 KM 7 3 5 6 4 9 8 15 16 13 14 17 18 10 11 G. Danai 12 Lampiran Gambar 1. Peta lokasi 33 jenis tumbuhan unik dan endemik yang diteliti di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (Sumber: Google Map 2010). 82 Inventarisasi Tumbuhan Endemik di Pulau Waigeo ….......................................................................… (Sudarmono) Lampiran Tabel 1. Daftar Jenis Tumbuhan Unik dan Endemik di Distrik Teluk Mayalibit Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Latin (nama lokal); Suku Hydriastele costata (Beccari); Araceae Pithyrogramma calomelanos (L.) Link ex Britton & Millesp.; Pteridaceae Agrostophyllum majus Hook.f.; Orchidaceae Piper decumanum Brunet; Piperaceae Piper majusculum Blume; Piperaceae Ficus sineeata; Moraceae Appendicula reflexa Blume; Orchidaceae Trichomanes javanicum; Paku pakuan Hydnophitum cornicarum; Rubiaceae Nama Lokasi dan ketinggian (m dpl) Unik/En demik* Keunikan Tumbuh subur di batuan kapur, yang terjal Kampung Warsamdin; 8 m Unik Tepi S. Warambiae; 11 m Unik Bagian bawah daun keperakan Tepi S. Bambu; 27 m Unik Tumbuh di pohon dalam ukuran besar Tepi S. Bambu; 27 m Unik Daunnya besar. Tepi S. Bambu; 82 m Unik Tepi S. Bambu; 82 m Unik Tepi S. Bambu; 82 m Unik Gunung Kali Merek; 180 m Unik Gunung Kali Merek; 180 m Unik Daun merah sewaktu kecil Buah manis dan bias dimakan Batang besar dan daun mengkilap Tumbuhan paku air Tumbuhan tempat sarang semut Sejenis dengan tumbuhan kumis kucing Buahnya besar seperti alpukat, buahnya merah keunguan dan rasanya manis Bunganya putih dan bergelantungan di pohon Kantungnya besar dan berbinti-bintil Tumbuhan paku berdaun lebat sebagai tanaman hias Bunganya putih dengan kelopak berbentuk seperti balon Tumbuhan sarang semut menempel di dahan pohon dan berpotensi obat. Tangkai dan tepi daun merah muda 10 Orthosiphon cf. waigeonensis; Lamiaceae Tepi S. Waisos; 66 m Endemik 11 Garcinia altissima (Tuer bono); Clusiaceae Tepi S. Waisos; 66 m Unik 12 Hoya sp.; Apocynaceae Tepi S. Waisos; 66 m Unik 13 Nepenthes ampullaria; Nepenthaceae Trek Camp Belgia, tepi S. Warwero; 267 m Unik 14 Taenitis blechnoides (Willd) Sw.; Pteridaceae Trek Camp Belgia, tepi S. Warwero; 267 m Unik 15 Hernandia origera L.; Hernandiaceae Trek Camp Belgia, tepi S. Warwero; 267 m Unik 16 Hydnophytum moseleyanum (sarang semut); Rubiaceae Trek Camp Belgia, tepi S. Warwero; 267 m Unik Tepi S. Biru; 21 m Unik Tepi S. Biru; 21 m Unik Dau muda seperti sapu tangan Hutan Adat Warsamdin; 244 m Unik Bunga oranye terang berbintik-bintik coklat 17 18 19 Homalomena humilis (Jack) Hook.f.; Araceae Maniltoa rosea (K.Schum.)Meeuwen; Caesalpiniaceae Pteroceras sp.; Orchidaceae 83 Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 77 - 84 Lampiran Tabel 1. (Lanjutan) No. Nama Latin (nama lokal); Suku Nama Lokasi dan ketinggian (m dpl) Unik/ Endemik* Keunikan Anggrek tanah, bunganya putih dan berkelopak tebal hijau Daunnya seperti daun pinang dan bisa untuk atap serta tanaman hias 20 Tropidia sp.; Orchidaceae Hutan Adat Warsamdin; 244 m Unik 21 Drymophloeus sp.; Arecaceae Hutan Adat Warsamdin; 244 m Unik 22 Neuwiedia zollingeri Rchbf.; Orchidaceae Hutan Adat Warsamdin; 244 m Unik Anggrek tanah berbunga kuning besar 23 Licuala gramnifolia; Arecaceae Hutan Waindur, Kampung Warsamdin; 86 m Unik Daunnya seperti kipas dan besar 24 Calyptrocalyx sp.; Arecaceae Hutan Waindur, Kampung Warsamdin; 86 m Unik Jenis yang belum teridentifikasi dan berdaun besar dan tebal 25 Aeschynanthus longiflorus Jack.; Gesneriaceae Trek Warsamdin-Lopintol, Kampung Warsamdin; 198 m Unik Bunga menempel di batang yang merambat dan berwarna ungu kemerahan 26 Cerbera odallum Gaertn.; Apocynaceae Tepi S. Warambiae; 14 m Unik Buah masak berwarna oranye namun beracun 27 Agathis labillardieri Warb.; Araucariaceae Tepi S. Warambiae; 14 m Unik Pohon tinggi, lurus dan besar serta dilindungi (Oxana 2010) 28 Nageia wallichiana (C. Presl.)O. Kuntze; Podocarpaceae Desa Waifoi,G. Nok; 39 m Unik Terancam punah (IUCN 2008) 29 Guioa waigeoensis; Sapindaceae Desa Waifoi,G. Nok; 57 m Endemik Terancam punah (IUCN 2008) 30 Alstonia beatricis (Pule waigeo); Apocynaceae Desa Waifoi,G. Nok; 75 m Endemik Terancam punah (IUCN 2008) 31 Calophyllum parvifolium; Clusiaceae Desa Waifoi,G. Nok; 515 m Endemik Terancam punah (IUCN 2008) Desa Waifoi,G. Nok; 515 m Endemik Desa Waifoi,G. Nok; 86 m Endemik 32 33 Schefflera apiculata; Araliaceae Nepenthes danseri; Nepenthaceae Terancam punah (IUCN 2008) Terancam punah (IUCN 2008) Keterangan: * Unik secara ilmiah, belum banyak terungkap (Yuzammi dan Hidayat, 2002). Endemik untuk Pulau Waigeo saja (Webb, 2005). 84