inventarisasi tumbuhan endemik di pulau waigeo, kabupaten raja

advertisement
Inventarisasi Tumbuhan Endemik di Pulau Waigeo ….......................................................................… (Sudarmono)
INVENTARISASI TUMBUHAN ENDEMIK DI PULAU WAIGEO,
KABUPATEN RAJA AMPAT, PROVINSI PAPUA BARAT
(An Inventory of Endemic Plant in Waigeo Island, Raja Ampat Regency,
West Papua Province)
oleh/by :
1
Sudarmono
1
Peneliti Madya Pusat Konservasi Tumbuhan - Kebun Raya Bogor, LIPI
Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Bogor 16003
Phone/Fax. 0251-8322187, e-mail: [email protected]
Diterima (received): 18 Oktober 2010; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 12 April 2011
ABSTRAK
Pulau Waigeo merupakan salah satu pulau besar di Raja Ampat Provinsi Papua Barat
yang kaya akan tumbuhan endemik pada dataran rendah tanah kapur (karst). Tujuan
penelitian ini untuk menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang unik dan endemik yang
perlu dilindungi. Lokasi penelitian meliputi kawasan hutan primer di sepanjang Sungai
Warambiae, Hutan Adat Distrik Teluk Mayalibit dan Wilayah Gunung Danai. Tumbuhan di
Pulau Waigeo sangat tinggi keanekaragamannya dikarenakan tingginya jenis-jenis
tumbuhan endemik, seperti: Pule Waigeo (Alstonia beatricis), Guioa waigeonensis,
Calophyllum parvifolium, Nepenthes danseri, Schefflera apiculata, Hernandia origera, sapu
tangan (Maniltoa rosea) dan lain-lain. Jenis-jenis anggrek, palma dan keluarga keladi
termasuk tinggi keanekaragamannya. Kawasan hutan yang masih begitu luas terutama
hutan primer yang ada di wilayah sepanjang aliran Sungai Warambiae dari hulu di Gunung
Danai hingga bermuara di Teluk Mayalibit perlu dilindungi karena wilayahnya belum masuk
dalam wilayah cagar alam.
Kata kunci : Inventarisasi, Kabupaten Raja Ampat, Pulau Waigeo, Tumbuhan Endemik
ABSTRACT
Waigeo Island is one of the big islands in the Province of West Papua which is rich with
endemic plants within lowland soil limestone (karst). The purpose of this research is to
inventory the species of plants that are unique and endemic so that need to be protected.
Location of research covering the area of primary forest along the Warambiae River, the
indigenous forests of the Mayalibit Gulf District, Regions of Mt. Danai. Waigeo Island is high
diversity and high of plants endemic, such as: Pule Waigeo (Alstonia beatricis), Guioa
waigeonensis, Calophyllum parvifolium, Nepenthes danseri, Scefflera apiculata, Hernandia
origera, handkerchief tree (Maniltoa rosea) etc. Species of orchids, palma and also included
to the high diversities family. The forest is still primary forest in the region along the
Warambiae River into the Mayalibit Gulf. This area needs to be protected because of its
territory has not been included in the nature reserve area
Keywords: Inventory, Raja Ampat Islands, Waigeo Island, Endemic Plant
77
Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 78 -84
PENDAHULUAN
Pulau Waigeo merupakan bagian dari
Kabupaten Raja Ampat dan salah satu
pulau besar dari tiga pulau lainnya, yaitu
P. Misool dan P. Salawati. Dari segi
keanekaragaman floranya, Pulau Waigeo
mempunyai kekayaan tumbuhan endemik
yang sangat penting (Anonim, 2006).
Tumbuhan
umumnya
merupakan
hutan primer dan dataran rendah kapur.
Formasi batuan pada kawasan Waigeo
Timur dan Selatan pada umumnya
merupakan batuan basah vulkanik dan
kapur dengan lapisan tanah podsolik.
Hingga saat ini, sebagian besar pulaupulau di bagian utara Kepala Burung
Papua ini belum dieksplorasi dan diteliti
secara seksama, khususnya kekayaan
floranya.
Informasi
yang
tersedia
mengenai
flora
dan
karakteristik
ekologinya
masih
sangat
sedikit,
termasuk Pulau Waigeo. Sementara
keanekaragaman floranya merupakan
salah satu yang paling tinggi di daerah
tropis (Johns, 1997).
Keanekaragaman floranya dan tingkat
endemisitasnya tinggi tersembunyi pada
wilayah dengan curah hujan yang rendah
dan seringnya musim kering. (Marshall &
Beehler 2007). Suatu jenis tumbuhan
dikatakan
endemik
apabila
keberadaannya unik di suatu tempat atau
wilayah dan tidak ditemukan di wilayah
lain secara alami. Istilah ini biasanya
diterapkan pada unit geografi suatu pulau
atau kelompok pulau, tetapi kadangkadang dapat berupa negara, tipe habitat
atau
wilayah.
(Sudarmono,
2008).
Sedangkan Yuzammi dan Hidayat (2002)
membatasi tumbuhan unik dan endemik
sebagai jenis-jenis tumbuhan yang tiada
duanya, langka dan tidak ada di tempat
lain selain di lokasi tertentu saja.
Penelitian oleh Webb (2005) dan
Widyatmoko, dkk. (2007) menunjukkan
bahwa di P. Waigeo, khususnya di
Gunung Nok dan hutan di sekitarnya
melimpah dengan populasi flora endemik
dan habitat flora endemik tersebut
terancam kepunahannya.
78
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran jenis-jenis tumbuhan
yang unik dan endemik yang perlu
dilindungi di P. Waigeo.
METODOLOGI
Lokasi Penelitian
Gambar
1,
merupakan
lokasi
penelitian, yang dilakukan di wilayah
hutan
primer
sepanjang
Sungai
Warambiae (S. Orobiai) dari hulu sungai
dekat Camp Belgia (sekitar Gunung
Danae atau Danai) hingga hilir sungai di
Teluk Mayalibit, Desa Warsamdin, Distrik
Teluk Mayalibit (Mayalipit), Kabu-paten
Raja Ampat dengan posisi 0°18’19,27” LS
dan 130°52’57,43” BT (Google Map,
2010). Sungai Bambu, S. Waisos, S.
Warwero maupun S. Biru merupakan
anak-anak sungai dari S. Warambiae.
Beberapa lokasi lain juga dianalisa
keanekaragaman tumbuhannya, yaitu di
Gunung Nok, Desa Waifoi, Kabupaten
Raja Ampat. Data tumbuhan di Cagar
Alam (CA) P. Waigeo Timur dan CA P.
Waigeo Barat juga dianalisa. Ketinggian
lokasi penelitian dari 11 – 244 m di atas
permukaan air laut.
130°
52’57,43” BT
U
130°
52’57,43” BT
UU
0°
18’19,27” LS
400 KM
INDONESIA
Pulau Waigeo
Pulau
Waigeo
PulauWaigeo
G. Nok
0°
18’19,27” LS
G. Danai
G.
Teluk
Teluk Mayalipid
Mayalipid
Teluk
Mayalipid
Sorong
Sorong
10 KM
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Koleksi sampel
Metode yang digunakan dalam
kegiatan ekplorasi adalah metode
eksploratif untuk mendapatkan koleksi
Inventarisasi Tumbuhan Endemik di Pulau Waigeo ….......................................................................… (Sudarmono)
hidup dalam bentuk biji, stek, anakan
maupun tumbuhan. Kegiatan ekplorasi
dilakukan secara Purposive Random
Sampling dengan mendatangi lokasi
yang merupakan sumber plasma nutfah
tumbuhan langka yang ada di Distrik
Warsamdin di Pulau Waigeo. Di
kawasan tersebut dicari dan diseleksi
tumbuhan yang berpotensi langka dan
unik serta tumbuhan lainnya yang
belum dikoleksi Kebun Raya Bogor.
Untuk kelengkapan data lapangan
maka setiap sampel di lapangan dicatat
data agroekologi serta dilakukan
pelabelan. Selain koleksi berupa
material tumbuhan hidup dibuat juga
koleksi
herbarium
untuk
koleksi
tumbuhan
yang
belum
diketahui
jenisnya untuk kemudian disimpan di
Herbarium Kebun Raya Bogor sebagai
acuan identifikasi.
Koleksi yang berupa anakan dipilih
yang
masih
muda
dan
sehat.
Pengoleksian anakan dilakukan dengan
cara putaran yaitu menggali tanah di
sekeliling perakaran anakan. Hal ini
dilakukan
dengan
maksud
agar
perakaran anakan ikut serta dikoleksi
untuk menghindari pelukaan pada akar
anakan tersebut. Selanjutnya pada
daerah perakaran anakan dibungkus
dengan akar kadaka atau humus,
disiram dengan air dan dibungkus
dengan
kantong
plastik
bening
kemudian diikat kencang. Sedangkan
tumbuhan epifit seperti anggrek dan
sarang semut dilakukan perlakuan
dengan moss sebagai pembungkus
perakaran dan disungkup plastik agar
kondisinya selalu lembap.
dengan batang bambu yang dibuat
persegi agar bagian tumbuhan itu tidak
patah dan lembaran daunnya tidak
berkeriput.
Jumlah
voucher
bila
memungkinkan dalam satu jenis ada tiga
sampel.
Di Herbarium Bogoriense voucher ini
dioven hingga kering dengan suhu 45°C
selama 45 menit untuk jenis herba atau
70°C selama 90 menit untuk bagian
tumbuhan
berkayu
atau
buahnya.
Kemudian diberi label nama jenis, famili,
nama lokal, lokasi, habitat, tanggal
koleksi, kolektor dan catatan bunga,
batang, dan lain-lain. Semua data
spesimen
herbarium
dicatat
untuk
mengetahui sebaran, ciri morfologi dan
lainnya.
Gambar 2, memperlihatkan contoh
herbarium untuk jenis herba Orthosiphon
cf. waigeonensis (Lamiaceae) dari Pulau
Waigeo.
Studi Herbarium
Pengumpulan
data
spesimen
herbarium
dilakukan
di
Herbarium
Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi,
Cibinong Science Center.
Koleksi
tumbuhan herba atau bagian tumbuhan
berkayu yang fertil (ada bagian bunga,
buah dan biji) dipres atau dimasukkan
diantara lipatan kertas koran dan diapit
Gambar 2. Voucher herbarium
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat 33 jenis tumbuhan unik dan
endemik yang terseleksi, dimana lokasi
persebaran ke-33 jenis tersebut tersaji
79
Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 77 - 84
pada Lampiran Gambar 1 dan jenisjenisna tersaji pada Lampiran Tabel 1.
Jenis tumbuhan unik cukup banyak, yaitu
27 jenis, sedangkan jenis endemik ada 6
jenis. Jenis tumbuhan unik dan endemik
meliputi suku Arecaceae atau Palmae (5
jenis), suku Orchidaceae atau Anggrek (5
jenis), suku Clusiaceae atau Manggis (2
jenis), suku Piperaceae atau Sirih (2
jenis), suku Nepenthaceae atau Kantung
semar (2 jenis), Sarang semut dari suku
Rubiaceae (2 jenis), Paku pakuan (3
jenis), Apocyna-ceae (2 jenis), suku yang
lainnya seperti Moraceae, Lamiaceae,
Hernandiaceae,
Podocarpaceae,
Sapinda-ceae, Araceae, Araucariaceae,
Araliaceae,
Gesneriaceae
dan
Caesalpiniaceae masing-masing 1 jenis.
Koleksi tumbuhan di hutan sekitar
aliran Sungai Warambiae dan anak
sungainya, yaitu S. Bambu, S. Waisos, S.
Warwero dan S. Biru (Gambar 3).
Sepanjang perjalanan tepi S. Warambiae
ditemukan beberapa jenis paku-pakuan
pada lokasi Kali Bambu (Sungai Bambu)
ditemukan
jenis
anggrek
yaitu
Agrostophylum majus dan Appendicula
reflexa, sirih hutan (Piper decumanum),
beberapa palem serta jenis suku
Clusiaceae, dan lain-lain.
Sedangkan jenis endemik yang ada
ditemukan oleh Widyatmoko (2010),
meliputi Guioa waigeoensis, Alstonia
beatri-cis,
Calophyllum
parvifolium,
Schefflera apiculata dan Nepenthes
danseri di Gunung Nok yang mempunyai
ekosistem yang sama dengan G. Danai
(Oxana,
2010).
Oleh
karena
itu
diperkirakan jenis tersebut juga terdapat
di wilayah G. Danai.
Lokasi
Camp
Belgia
dengan
ketinggian 30-130 m dpl, didominasi oleh
pohon matoa (Pometia pinnata), kayu
besi (Intsia sp.), kenari (Canarium sp.),
pisang pisang (Annonaceae), Diospyros,
Mangifera,
Callophylum
inophyllum,
Dracaena,
Syzygium,
Semecarpus
(Webb, 2005). Widyatmoko, dkk (2007)
mengemukakan
bahwa
jenis-jenis
endemik yang ditemukan pada wilayah
sekitar Gunung Nok termasuk jenis yang
80
terancam punah. Pada puncak G. Nok
(700 m dpl), van Royen (1960)
mengidentifikasi Evodia sp., Rhodomyrtus
trineura, Drimys piperita, Elaeocarpus sp.,
Rhododendron cornu-bovis (jenis baru),
Melastoma sp. dan Rapanea sp. Pada
puncak G. Danai (300 m dpl) ditemukan
Nageia wallichiana (sinonim= Podocarpus
wallichianus), Hopea sp, dan Elaeocarpus
sp. dan secara umum pada hutan dataran
rendah yaitu Pandanus spp., Exocarpus
latifolius, Ficus spp, Nepenthes sp.,
Sapotaceae, Aglaia sp. dan Glochidion
sp. (Webb, 2005). Jenis yang dominan
juga ditemukan pada hutan dataran
rendah dengan vulkanik asam yaitu Intsia
bijuga,
Koorderiodendron
pinnatum,
Pometia
pinnata,
Terminalia
cf.
copelandii, Celtis, Ficus, Dysoxylum,
Myristica, Alstonia scholaris, Gastonia
serratifolia, Morinda citrifolia, dan Trema
cannabina (Takeuchi, 2003).
Dari berbagai jenis tumbuhan yang
ada dan berbagai jenis tumbuhan yang
ditemukan sebagai jenis baru maka
indikasi bahwa masih banyak jenis-jenis
endemik yang terdapat di Pulau Waigeo.
Webb (2005) mengemukakan bahwa
Gunung Danai mempunyai wilayah hutan
primer yang luas dengan habitat hutan
dataran rendah hingga submontana yang
kaya akan tumbuhan endemik namun
masih belum banyak digali informasi
floranya (Anonim, 2003) dan bahkan
faunanya (Moeliker, 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada penelitian ini ditemukan 33 jenis
tumbuhan unik dan endemik yang perlu
dilindungi sesegera mungkin. Dari 33
jenis tersebut, yaitu 6 jenis yang
ditemukan di Gunung Nok terancam
punah.
Saran
Jenis-jenis tumbuhan di wilayah hutan
dataran rendah P. Waigeo sangat
beragam dan masih belum mengalami
Inventarisasi Tumbuhan Endemik di Pulau Waigeo ….......................................................................… (Sudarmono)
pembalakan
liar
sehingga
sangat
diprioritaskan untuk penelitian di masa
mendatang. Kawasan hutan primer yang
ada di sekitar Gunung Danai terutama di
wilayah Camp Belgia termasuk hulu
Sungai Warambiae perlu dilindungi dan
direkomendasikan kepada Departemen
Kehutanan sebagai wilayah Cagar Alam.
Wilayah ini juga memiliki sejarah
ditemukannya burung Bruijn's Brushturkey (Aepypodius bruijnii), burung
endemik P. Waigeo yang telah dianggap
punah selama 50 tahun dan ditemukan
kembali tahun 2001 di areal G. Danai
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2003. Rapid Ecological
Assessment of The Raja Ampat
Islands, Papua, Eastern Indonesia.
Final Draft Report of The Nature
Conservancy,
WWF.
Pemda
Kabupaten Raja Ampat.
Bali. Hal.
97-108.
Anonim. 2006. Atlas Sumberdaya Wilayah
Pesisir Kabupaten Raja Ampat,
Provinsi Irian Jaya Barat. The Nature
Conservancy
and
Conservation
International Indonesia, Jakarta.
IUCN.
2008. IUCN Red List of
Threatened
Species (A Global
Species Assess-ment).
The IUCN
Species Survival Commission.
Johns, R. J. 1997. Background Papers for
the Study of the Flora and Vegetation
of the NE Kepala Burung, Irian Jaya,
Indonesia. Royal Botanic Gardens,
Kew.
Marshall, A. J., B. M. Beehler 2007. The
Ecology of Papua. Part One, Ecology
of Indonesia Series, Periplus Edition,
Hongkong.
Moeliker, K. 2002. First Photograph of
living
Bruijn’s
Brush-Turkey
(Aepipodius
bruijnii).
Cited
in
http://www.geocities.
com/
papuabirdclub/id.html
(12 January
2002)
Oxana.
2010. Kumpulan Tumbuhan
Langka yang Dilindungi di Indonesia.
Cited
in
http://oxana.blogdetik.com/2010/04/26/
kumpulan-tumbuhan-langka-yangdilindungi-di-indonesia/ (17 Agustus
2010).
Sudarmono. 2008. Tumbuhan Endemik
Tanah Serpentin. Biodiversitas Vol.
8(4), UNS, Surakarta: 330—335.
Takeuchi, W. 2003. A Community-level
Floristic Reconnaissance of the Raja
Ampat Islands in New Guinea. SIDA
20, 1093-1138.
van Royen, P 1960. The Vegetation of
Some Parts of Waigeo Island. Novo
Guinea, Botany 5, 25-68.
Webb, C.O. 2005. Vegetation of the Raja
Ampat Islands, Papua, Indonesia. A
report to the Nature Conservancy.
Arnold
Arboretum
of
Harvard
University, USA.
Widyatmoko D, Pribadi D.O., Wihermanto,
Saripudin,
Sudarsono,
Supardi,
Rustandi, D. Mudiana, I.G. Tirta 2007.
Laporan
Eksplorasi
dan
Studi
Keragaman Flora Cagar Alam Pulau
Waigeo Timur dan Taman Wisata
Alam Sorong, Papua Barat. PKTKebun Raya Bogor, LIPI.
Widyatmoko D. 2010. Plant α-diversity
and Composition in Mount Nok and the
Waifoi Forest of the Waigeo Raja
Ampat
Islands:
with
Specieal
Referente to the Threatened Species.
Jurnal Biologi Indonesia 6(2): 195-209.
Yuzammi, S dan Hidayat 2002. Flora
Sulawesi, Unik, Endemik dan Langka.
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Bogor-LIPI, Bogor.
81
Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 77 - 84
U
U
130°
52’57,43” BT
PulauWaigeo
Pulau
Pulau
Waigeo
G. Nok
29 31
32
28 30
33
TelukMayalipid
TelukMayalipid
Teluk
Mayalipid
0°
18’19,27” LS
Sorong
Sorong
10 KM
UU
26
27
2
S. Warambiae
23 24
20
25
19 22
21 1
Warsamdin
1 KM
7
3 5 6
4
9
8
15
16
13 14
17
18
10
11
G. Danai
12
Lampiran Gambar 1. Peta lokasi 33 jenis tumbuhan unik dan endemik yang diteliti di
Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat
(Sumber: Google Map 2010).
82
Inventarisasi Tumbuhan Endemik di Pulau Waigeo ….......................................................................… (Sudarmono)
Lampiran Tabel 1. Daftar Jenis Tumbuhan Unik dan Endemik di Distrik Teluk Mayalibit
Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama Latin (nama
lokal); Suku
Hydriastele costata
(Beccari); Araceae
Pithyrogramma
calomelanos (L.) Link ex
Britton & Millesp.;
Pteridaceae
Agrostophyllum majus
Hook.f.; Orchidaceae
Piper decumanum Brunet;
Piperaceae
Piper majusculum Blume;
Piperaceae
Ficus sineeata; Moraceae
Appendicula reflexa Blume;
Orchidaceae
Trichomanes javanicum;
Paku pakuan
Hydnophitum cornicarum;
Rubiaceae
Nama Lokasi dan
ketinggian
(m dpl)
Unik/En
demik*
Keunikan
Tumbuh subur di
batuan kapur, yang
terjal
Kampung Warsamdin; 8 m
Unik
Tepi S. Warambiae; 11 m
Unik
Bagian bawah daun
keperakan
Tepi S. Bambu; 27 m
Unik
Tumbuh di pohon
dalam ukuran besar
Tepi S. Bambu; 27 m
Unik
Daunnya besar.
Tepi S. Bambu; 82 m
Unik
Tepi S. Bambu; 82 m
Unik
Tepi S. Bambu; 82 m
Unik
Gunung Kali Merek; 180 m
Unik
Gunung Kali Merek; 180 m
Unik
Daun merah sewaktu
kecil
Buah manis dan bias
dimakan
Batang besar dan
daun mengkilap
Tumbuhan paku air
Tumbuhan tempat
sarang semut
Sejenis dengan
tumbuhan kumis
kucing
Buahnya besar
seperti alpukat,
buahnya merah
keunguan dan
rasanya manis
Bunganya putih dan
bergelantungan di
pohon
Kantungnya besar
dan berbinti-bintil
Tumbuhan paku
berdaun lebat
sebagai tanaman hias
Bunganya putih
dengan kelopak
berbentuk seperti
balon
Tumbuhan sarang
semut menempel di
dahan pohon dan
berpotensi obat.
Tangkai dan tepi
daun merah muda
10
Orthosiphon cf.
waigeonensis; Lamiaceae
Tepi S. Waisos; 66 m
Endemik
11
Garcinia altissima (Tuer
bono); Clusiaceae
Tepi S. Waisos; 66 m
Unik
12
Hoya sp.; Apocynaceae
Tepi S. Waisos; 66 m
Unik
13
Nepenthes ampullaria;
Nepenthaceae
Trek Camp Belgia, tepi S.
Warwero; 267 m
Unik
14
Taenitis blechnoides (Willd)
Sw.; Pteridaceae
Trek Camp Belgia, tepi S.
Warwero; 267 m
Unik
15
Hernandia origera L.;
Hernandiaceae
Trek Camp Belgia, tepi S.
Warwero; 267 m
Unik
16
Hydnophytum
moseleyanum (sarang
semut); Rubiaceae
Trek Camp Belgia, tepi S.
Warwero; 267 m
Unik
Tepi S. Biru; 21 m
Unik
Tepi S. Biru; 21 m
Unik
Dau muda seperti
sapu tangan
Hutan Adat Warsamdin; 244
m
Unik
Bunga oranye terang
berbintik-bintik coklat
17
18
19
Homalomena humilis
(Jack) Hook.f.; Araceae
Maniltoa rosea
(K.Schum.)Meeuwen;
Caesalpiniaceae
Pteroceras sp.;
Orchidaceae
83
Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 77 - 84
Lampiran Tabel 1. (Lanjutan)
No.
Nama Latin (nama lokal);
Suku
Nama Lokasi dan
ketinggian
(m dpl)
Unik/
Endemik*
Keunikan
Anggrek tanah,
bunganya putih dan
berkelopak tebal hijau
Daunnya seperti daun
pinang dan bisa untuk
atap serta tanaman
hias
20
Tropidia sp.; Orchidaceae
Hutan Adat Warsamdin; 244
m
Unik
21
Drymophloeus sp.;
Arecaceae
Hutan Adat Warsamdin; 244
m
Unik
22
Neuwiedia zollingeri
Rchbf.; Orchidaceae
Hutan Adat Warsamdin; 244
m
Unik
Anggrek tanah
berbunga kuning
besar
23
Licuala gramnifolia;
Arecaceae
Hutan Waindur, Kampung
Warsamdin; 86 m
Unik
Daunnya seperti
kipas dan besar
24
Calyptrocalyx sp.;
Arecaceae
Hutan Waindur, Kampung
Warsamdin; 86 m
Unik
Jenis yang belum
teridentifikasi dan
berdaun besar dan
tebal
25
Aeschynanthus longiflorus
Jack.; Gesneriaceae
Trek Warsamdin-Lopintol,
Kampung Warsamdin; 198
m
Unik
Bunga menempel di
batang yang
merambat dan
berwarna ungu
kemerahan
26
Cerbera odallum Gaertn.;
Apocynaceae
Tepi S. Warambiae; 14 m
Unik
Buah masak
berwarna oranye
namun beracun
27
Agathis labillardieri Warb.;
Araucariaceae
Tepi S. Warambiae; 14 m
Unik
Pohon tinggi, lurus
dan besar serta
dilindungi (Oxana
2010)
28
Nageia wallichiana (C.
Presl.)O. Kuntze;
Podocarpaceae
Desa Waifoi,G. Nok; 39 m
Unik
Terancam punah
(IUCN 2008)
29
Guioa waigeoensis;
Sapindaceae
Desa Waifoi,G. Nok; 57 m
Endemik
Terancam punah
(IUCN 2008)
30
Alstonia beatricis (Pule
waigeo); Apocynaceae
Desa Waifoi,G. Nok; 75 m
Endemik
Terancam punah
(IUCN 2008)
31
Calophyllum parvifolium;
Clusiaceae
Desa Waifoi,G. Nok; 515 m
Endemik
Terancam punah
(IUCN 2008)
Desa Waifoi,G. Nok; 515 m
Endemik
Desa Waifoi,G. Nok; 86 m
Endemik
32
33
Schefflera apiculata;
Araliaceae
Nepenthes danseri;
Nepenthaceae
Terancam punah
(IUCN 2008)
Terancam punah
(IUCN 2008)
Keterangan: * Unik secara ilmiah, belum banyak terungkap (Yuzammi dan Hidayat, 2002). Endemik
untuk Pulau Waigeo saja (Webb, 2005).
84
Download