HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PERKEMBANGAN JANIN DENGAN STIMULASI KECERDASAN JANIN DALAM KANDUNGAN DI BPM SRI LUMINTU SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan ProgramPendidikan Diploma III Kebidanan Oleh : DEWI NILAM SARI B.2010.0068 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 LEMBAR PERSETUJUAN Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan” Telahdiperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan StikesPKU Muhammadiyah Surakarta Di ajukan oleh : Dewi Nilam Sari B.2010.0068 Pada Hari : Rabu Tanggal : 26 Juni 2013 Mengetahui ii LEMBAR PENGESAHAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta Di susun oleh: Dewi Nilam Sari B.2010.0068 Penelitian ini diseminarkan dan diujikan Pada tanggal 1 Juli 2013 Susunan Tim Penguji Penguji I (Nevia Zulfatunnisa’, SST) iii Nilam Sari, Dewi. 2013.Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta.KTI.Program DIII Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Wijayanti, SST, M.Kes. Melati Artika W, SST. Kata kunci :Pengetahuanperkembangan janin, stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan ABSTRAK Latar Belakang :Pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak sangat penting. Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang stimulasi perkembangan anak sejak dini terutama selama masih dalam kandungan. Agar ibu mengetahui kapan stimulasi bisa dilakukan dengan tepat, terlebih dahulu ibu harus mengetahui kapan pancainderanya berkembang secara spesifik, artinya ibu harus mencari tahu perkembangan janin dalam kandungan. Tujuan :Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta dengan sampel sebanyak 30 orang dan menggunakan teknik quota sampling. Instrument yang digunakan kuesioner dan menggunakan uji statistik chi square dan akan diolah dengan SPSS 15 for Windows Hasil :Pengetahuan tentang perkembangan janin mayoritas mempunyai pengatahuan cukup sebanyak 14 responden (46,7%), sedangkan ibu hamil yang melakukan stimulasi mayoritasnya adalah kurang melakukan sepenuhnya sebanyak 18 responden (60,0%). Hasil uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha 0,05 diperoleh hasil x2 hitung lebih besar dari nilai x2 tabel (28,608) >(9,448) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan : Ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan ibuhamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri Lumintu. 15 i+87hal inti+14 tabel+2gambar+11 lampiran Pustaka : 22 ( 2003-2013 ) iv MOTTO ٍيَزْفَعِ اهللُ اَّل ِذ ْينَ آ َم ُنوْا ِمنْكُمْ وَاَّلذِ ْينَ ُأ ْو ُتوْااّلْعِلْ َم دَرَجت Artinya : “Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Depag RI, 1989 : 421) " Bermimpilah seolah - olah anda hidup selamanya. Hiduplah seakan-akan inilah hari terakhir anda " (James Dean) " Melalui kesabaran, seseorang dapat meraih lebih dari pada melalui kekuatan yang dimilikinya. " (Edmund Burke) “Sukses tidak begitu diukur dari posisi yang telah dicapai seseorang dalam hidupnya, tapi dari rintangan yang berhasil dilaluinya ketika mereka berusaha mencapai kesuksesan” (Penulis) “Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon” (Penulis) v PERSEMBAHAN Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan : 1. Kepada ALLAH SWT, hanya pada-Mulah aku memohon dan berserah diri, meminta cahaya penerangan dan ketabahan dalam hidupku. 2. Untuk ibu, bapak dan nenek tercinta terima kasih atas kasih sayang, doa dan perhatian yang telah kalian berikan, terima kasih atas cinta dan ketulusan kalian, terima kasih atas kerja keras dan kesabarannya, kalian akan selalu di hatiku dan tak kan ada yang bisa menggantikan kalian. 3. Untuk keluarga besarku terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini. 4. Untuk teman-teman ku tercinta Mbak Fitri (Pi‟i), Nita (Nricik) dan Rhyni (Sayem) senasib dan seperjuangan, terima kasih kalian selalu mendukungku dalam kondisi apapun dan tetaplah jadi sahabat sejatiku. 5. Keluarga besar kamar “B” yaitu mbak fitri (Pi‟i), mbak Nita (Nricik), mbak Rhyni (Sayem), dek Lia (Empleng), dek Deby (Debora), mbak Tatik (Simbah) yang selalu menghiburku didalam canda, tawa dan selalu membuatku tersenyum. 6. Teman-teman almamater STIKES PKU MUH SKA semester VI angkatan 2010 "Together We Build, Together We Can", yang berarti "Bersama kita membangun, bersama kita pasti bisa" 7. My “Oppa-oppa” kansamhamnida, kalian telah memberi dukungan pada ku walaupun secara tidak langsung karna disaat sedih ataupun senang dengan melihat dan mendengar suara kalian maka akan selalu membuatku tersenyum. vi KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Puja dan puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan” tepat pada waktunya meskipun banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini. Dari awal hingga selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan baik berupa masukan, pengetahuan maupun semangat dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Weni Hastuti, S.kep. M.Kes selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. 2. Sri Mintarsih, S.Kep. Ns. M. Kes selaku pembantu ketua I STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. 3. Tria Puspitasari, SST, M. Kes selaku Ketua Program Study D III Kebidanan. 4. Wijayanti, SST, M.Kes selaku pembimbing I yang telah telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta saran kepada peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini serta memberikan kesempatan dan sarana kepada peneliti untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Melati Artika W, SST selaku pembimbing II yang juga telah telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta saran kepada peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini vii 6. Sri Lumintu, Amd. Keb selaku pemilik dan pelaksana di BPM yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan memberikan saran untuk Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Para staf pengajar STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta PRODI DIII Kebidanan yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Kedua orangtua dan saudara- saudaraku yang senantiasa memberikan semangat dan nasihat dalam setiap langkah peneliti. 9. Teman- teman STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA tercinta yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan perhatian yang diberikan kepada peneliti 10. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Bersama dengan selesainya proposal ini peneliti mengharapkan banyak manfaat yang diperoleh untuk para pembaca. Atas perhatiannya peneliti mengucapkan banyak terima kasih. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb. Surakarta, 1 Juli 2013 Peneliti viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii ABSTRAK..................... ....................................................................................... iv MOTTO.............. .................................................................................................. v PERSEMBAHAN............... .................................................................................. vi KATA PENGANTAR. ......................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv BAB I BAB II : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5 E. Keaslian Penelitian ................................................................... 6 : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan.................................................................. ............ 8 B. Perkembangan Janin ................................................................. 12 C. Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan ................. ...... 39 D. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil ix Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan .................................................................. 47 E. Kerangka Teori ......................................................................... 48 F. Kerangka Konsep ...................................................................... 49 G. Hipotesis ................................................................................... 50 BAB III : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...................................................................... 51 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 51 C. Populasi dan Sampel ................................................................. 51 D. Varibel Penelitian ..................................................................... 53 E. Definisi Operasional ................................................................. 54 F. Instrumen Penelitian ................................................................. 56 G. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data ......................... 61 H. Alur Penelitian .......................................................................... 65 I. Jadwal Penelitian ..................................................................... 68 J. Etika Penelitian ........................................................................ 69 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V A. Hasil Penelitian ......................................................................... 71 B. Pembahasan .............................................................................. 78 : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 86 B. Saran ......................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 48 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 49 xi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pertumbuhan Janin dalam Uterus ...................................................... 39 Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat PengetahuanIbu Tentang Perkembangan Janin Sebelum Uji Validitas ..................................... 57 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat PengetahuanIbu Tentang Perkembangan Janin Setelah Uji Validitas ........................................ 57 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan . 58 Tabel 3.4 Rumus Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan .................................................................... 64 Tabel 3.5 Jadwal Penelitian ............................................................................... 68 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil di BPM Sri Lumintu .............................................................................. 72 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di BPM Sri Lumintu .............................................................................. 73 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil di BPM Sri Lumintu ............................................................................. 73 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Gravida Ibu Hamil di BPM Sri Lumintu .............................................................................. 74 Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin di BPM Sri Lumintu .............................................................................. 75 Tabel 4.6 Stimulasi Kecerdasan Janin di BPM Sri Lumintu ............................. 76 xii Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan DI bpm Sri Lumintu .............. 76 Tabel 4.8 Hasil Uji Chi Square ......................................................................... 77 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2. Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 4. Surat Ijin Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 7. Tabel Nilai-nilai r Produck Moment Lampiran 8. Kuesioner Penelitian Sesudah Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian Lampiran 10. Surat Keterangan Penyelesaian Penelitian Lampiran 11. Hasil Penelitian Lampiran 12. Frequencies (Tabel Frekuensi Data) Lampiran 13. Harga Kritik Tabel Chi Square Lampiran 14. Curiculum Vitae Lampiran 15. Lembar Konsultasi xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek yang perlu diperhatikan ibu untuk menjadikan tumbuh kembang anaknya menjadi optimal sebagai generasi bangsa adalah dengan memiliki anak cerdas. Kecerdasan (IQ) anak kecil tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor keturunan, tapi juga faktor stimulasi. Otak sebagai organ yang sangat berperan dalam menentukan kecerdasan seorang anak sudah dibentuk sejak usia kehamilan 8-14 minggu. Itu sebabnya ibu hamil sangat dianjurkan menjaga kesehatan kehamilannya. Misalnya saja dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan memberikan stimulasi kepada janin (Soedjatmiko, 2012). Dinas Kesehatan (2008) yang dikutip dalam Sasongko (2010) telah menyatakan mengenai analisa situasi orang tua dan anak di Dinas Kesehatan tingkat I Propinsi Jawa Tengah 2008 untuk deteksi tumbuh kembang balita di Jawa Tengah di tetapkan 80% tetapi cakupan diperiksa 40-59% dan mengalami perkembangan tidak optimal sebanyak 0,14%. Hal ini bisa disimpulkan bahwa rendahnya masyarakat terhadap tumbuh kembang anaknya. Sudjatmiko (2008), mengemukakan bahwa fase perkembangan anak tidak hanya terjadi saat anak lahir, tetapi juga saat anak masih di dalam kandungan. Karena kepribadian janin dipengaruhi oleh makanan, emosi, musik yang didengar dan interaksi dengan orang lain. Maka dari itu untuk mengontrol 1 2 perkembangan anak saat hamil, orangtua harus memperhatikan aspek biomedis, kasih sayang dan stimulasi(Annisa, 2013). Aspek biomedis yang dikemukakan oleh Sudjatmiko (2008), diantaranya adalah asupan protein, mineral, karbohidratdan zat gizi yang harus dipenuhi ibu hamil untuk menghasilkan anak cerdas. Aspek ini dipenuhi sejak wanita belum mengandung. Sayangnya di negara berkembang, kehamilan dipandang sebagai hal mengejutkan sehingga calon ibu hanya mempersiapkan gizi yang dikonsumsinya tetapi tidak memperhatikan kebutuhan dasar anak berupa aspek kasih sayang terkait dengan persepsi ibu hamil terhadap janin(Annisa, 2013). Rusmi (2010), mengemukakan bahwa rangsangan atau stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak. Kecerdasan dapat dideteksi sejak dini, yaitu sejak seorang anak mampu menampilkan perilaku tertentu. Kecerdasan anak dapat dilatih lewat ketajaman daya ingatnya. Latihan untuk menajamkan daya ingat anak kecil sebaiknya ibu lakukan selama dia masih dalam kandungan. Selama proses kehamilan, janin akan menyerap segala bentuk latihan yangibu berikan sehingga berpengaruh pada perkembangan otaknya di kemudian hari(Sasongko, 2010). Dinas Kesehatan (2009), mengemukakan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam optimalisasi perkembangan seorang anak. Orang tua harus selalu memberikan rangsang/stimulasi kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode 3 bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal(Sasongko, 2010). Stimulasi selama kehamilan dapat membuat janin setelah lahir lebih perhatian terhadap orangtuanya. Stimulasi bisa dilakukan berkomunikasi dengan janin seperti memberi sentuhan pada perut pada usia kehamilan 20 minggu keatas, mendengarkan musik atau menempelkan headphone pada perut ibu pada usia 24 minggu keatas, menempelkan senter pada perut pada usia kehamilan 26 minggu keatas dan masih banyak lainnya. Janin dalam perut juga dapat diajak berkomunikasi bersama orangtuanya. Dengan demikian, emosi bayi bekerja lebih cepat. Jadi, ketika lahir, bayi sudah mengembangkan kecerdasannya. Tentunya ini harus dilakukan dengan kontinyu dan suara yang jelas (Andriana, 2011; h: 65-69). Peran baik ayah dalam menenangkan ibu hamil dan janinnya sangat berkaitan dengan perkembangan sosial anak. Begitupula keterlibatan kakak akan membuat posisi seorang kakak tetap aman meski waktu orangtuanya telah berkurang karena calon adiknya (Anissa, 2013). Menurut Rusmi (2010) untuk dapat melakukan stimulasi maka diperlukan pengetahuan mengenai stimulasi tersebut. Pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak sangat penting. Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang stimulasi perkembangan pada anak sejak dini terutama selama anak masih dalam kandungan. Stimulasi perkembangan berkaitan baik dengan tujuan pemberian stimulasi(Sasongko, 2010). 4 Studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Sri LumintuSurakarta pada tanggal 21 Februari 2013 didapatkan jumlah ibu hamil tahun 2012 sebanyak 1.240 jiwa. Dari hasil wawancara sejumlah 10 orang ibu hamil diperoleh data bahwa diketahui sebanyak 4 orang (40%) diantaranya mengerti tentang stimulasi kecerdasan janin seperti melakukan stimulasi dengan cara memberikan sentuhan pada perut, mendengarkan musik klasik dan 6 orang (60%) kurang mengerti tentang stimulasi kecerdasan janindan melakukan stimulasi saja tanpa sadar seperti memberikan sentuhan. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembang janin dengan stimulasi perkembangan janin dalam kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan diBPM Sri Lumintu Surakarta? 5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri LumintuSurakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin di BPM Sri LumintuSurakarta. b. Untuk mengetahui stimulasi kecerdaskan janin dalam kandungan di BPM Sri LumintuSurakarta. c. Menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Aplikatif a. Tenaga Kesehatan Diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memberikan konseling pada ibu hamil tentang pentingnya stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan guna meningkatkan kecerdasan generasi penerus bangsa. b. Institusi Kesehatan Sebagai informasi dan bahan pustaka bagi pembaca di perpustakaan tentang pelaksanaan stimulasi kecerdasan berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan janin. janin 6 c. Ibu Hamil Diharapkan ibu hamil memahami dan mengerti tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan sekaligus menerapkannya. 2. Secara Teoritis Diharapkan dapat memberikan masukan teori mengenai pentingnya tingkat pengetahuan perkembangan janin oleh ibu hamil, sehingga dapat melakukan stimulasi kecerdasan janin sejak dalam kandungan. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh : Sasongko, B(2010),Pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Maesan kabupaten Bondowoso.Dalam penulisan inimenggunakan desain penelitian survei. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Maesan Kabupaten Bondowoso mulai bulan JuniAgustus 2010.Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun yang datang memeriksakan diri di wilayah kerja puskesmas Maesan pada bulan Juni-Agustus 2010 dengan jumlah 260 orang.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun yang datang memeriksakan diri di wilayah kerja puskesmas Maesan pada bulan Juni-Agustus 2010 dengan jumlah 249 orang.Cara pengambilan data dengan wawancara. Instrument pengumpulan data berupa angket atau kuesioner. Kesimpulandari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang 7 stimulasi perkembangan anak usia 0-5 tahun di Puskesmas Maesan Bondowoso lebih dari 50% berpengetahuan cukup yaitu 42 responden (55,56%), dari hasil perhitungan distribusi didapat mean lebih dari 50% berpengetahuan cukup yaitu 56,11%, median lebih dari50% berpengetahuan cukup yaitu 67,58%dan didapat modus lebih dari 75% berpengetahuan baik yaitu 86,06%. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003; h : 121). Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010; h : 10). 2. Tingkatan pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003;h: 122-123), pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata 8 9 kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 10 Kemampuan analisis ini dapat seperti dapat menggambarkan dilihat dari penggunaan kata kerja, (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 3. Cara memperoleh pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010; h: 1019), dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni : a. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah 1) Cara Coba-Salah (Trial and Error ) Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba- 11 coba atau dengan kata lain yang lebih dikenal “ trialanderror”. Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan yang ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode cobasalah/coba-coba. 2) Secara Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. 3) Cara Kekuasaan atau Otoritas Cara ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik 12 tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan pengalaman sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar. 4) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal, maka tidak akan menggunakan cara itu dan berusaha untuk mencaricarayanglain,sehinggadapat berhasil memecahkannya. 5) Cara Akal Sehat (Common Sence) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin 13 menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. 6) Kebenaran melalui wahyu Ajaran dan norma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasioanal atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia. 7) Kebenaran secara intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja. 14 8) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum kepada yang khusus. 9) Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataaan yang bersifat umum. 10) Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus. 15 b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahaun Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitiann (research methodology). 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010; h: 16-18), pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Faktor internal 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 2) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip Nursalam (2003) pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. 3) Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai 16 berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan Menurut Ann.Mariner yang dikutip Nursalam (2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. 5. Kriteria Tingkat pengetahuan Menurut Arikunto (2003) dikutip dalam Wawan dan Dewi (2010; h : 18). Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,yaitu : a. Baik : Hasil prosentase 76%-100% b. Cukup : Hasil prosentase 56%-75% c. Kurang : Hasil prosentase < 56% B. Perkembangan Janin 1. Definisi Perkembangan Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai 17 mati (The progressive and continue in the organism from birth to death). Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan–perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresifdan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Yusuf, 2011; h: 15). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Mansur, 2009; h: 25). Perkembangan adalah proses perubahan kualitatifyang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis (Yusuf, 2011, h: 25). a. Prinsip –prinsip perkembangan Prinsip – prinsip perkembangan menurut Yusuf (2011; h: 17-20) yaitu: 1) Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never Ending Process) Manusia secara terus-menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua. 18 2) Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi, maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat korelasi yang positif diantara aspekaspek tersebut. 3) Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan syarat bagi perkembangan selanjutnya. 4) Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan Perkembangan fisik dan mental mencapi kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat). 5) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas 6) Setiap individu yang normal akan mengalami tahap / fase perkembangan. Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase–fase perkembangan : janin, bayi, kanak – kanak, anak, remaja, dewasa dan masa tua. b. Fase–fase perkembangan Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri- 19 ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah pembabakan atau periodisasi perkembangan ini, para ahli berbeda pendapat . Pendapat–pendapat itu secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktisdan psikologi(Yusuf, 2011; h: 21). 1) Tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis Menurut Elizabeth Hurlock yang dikutip dari Yusuf (2011; h: 21) mengemukakan penahapan perkembangan individu, yakni sebagi berikut : a) Tahap I : Fase Prenatal (sebelum lahir), mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari. b) Tahap II : Infancy (orok), mulai lahir sampai usia 10 atau 14 hari. c) Tahap III : Babyhood (bayi), mulai dari 2 minggu sampai usia 2 tahun. d) Tahap IV : Childhood (kanak-kanak), mulai 2 tahun sampai masa remaja (puber). e) Tahap V : Adolesence / puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai usia 21 tahun. 20 2) Tahap perkembangan berdasarkan didaktis Yang dapat digolongkan kedalam penahapan berdasarkan didaktis atau instruksional antara lain pendapat dari Comenius dan pendapat Rosseau (Yusuf, 2011; h: 22). a) Comenius : Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang yaitu : (1) Sekolah ibu (Scola Maternal) untuk anak usia 0-6 tahun. (2) Sekolah bahasa ibu (Scola Vernaculan) untuk anak usia 612 tahun. (3) Sekolah latin ( Scola Latina) untuk remaja usia 12-18 tahun. (4) Akademi (Academica) untuk pemuda-pemudi usia 18-24 tahun. b) Rosseau : Perkembangan ini berupa : (1) Tahap I : 0-2 tahun, usia asuhan. (2) Tahap II : 2-12 tahun, masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera. (3) Tahap III : 12-15 tahun, periode pendidikan akal. (4) Tahap IV : 15-20 tahun, periode pendidikan watak dan pendidikan agama. 21 3) Tahap perkembangan berdasarkan psikologis Menurut Yusuf (2011; h: 22-23) perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode atau masa yaitu : a) Dari lahir sampai kegoncangan pertama (tahun kedua atau keempat yang biasa disebut masa kanak-kanak). b) Dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang disebut dengan keserasian bersekolah. c) Dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan. 2. Tahap Perkembangan janin Kehamilan normal biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu, atau 280 hari. Lama kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (HPMT). Akan tetapi sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir. Dengan demikian umur janin pasca konsepsi ada selisih kira-kira dua minggu, yakni 266 hari atau 38 minggu. Usia pasca konsepsi ini akan digunakan untuk mengetahui perkembangan janin (Kusmiati dalam rahim Y. Wahyuningsih H.P dan Sujiyatini, 2009; h : 37). Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan plasenta sebagai akar yang akan memberikan nutrisi. Umur janin yang sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi atau sekurang-kurangnya dari saat ovulasi.Menurut Kusmiati Y. Wahyuningsih H.P dan Sujiyatini (2009; h: 22 37), pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap penting yaitu: a. Tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak berbentuk dalam pertumbuhan. b. Tingkat embrio (mudiqah) antara umur 3-5 minggu dan sudah terdapat rancangan bentuk alat-alat tubuh. c. Tingkat janin (fetus) sudah berbentuk manusia dan berumur diatas 5 minggu Masa kehidupan intra uterin manusia secara umum menurut Yuliakhah (2006; h: 40) dibagi menjadi dua tahap yaitu : a. Masa embrional Masa embrional, meliputi masa pertumbuhan intrauterin sampai usia kehamilan 8 minggu, ketika ovum yang dibuahi (zigot) mengadakan pembelahan dan diferensiasi sel-sel menjadi organ-organ yang hampir lengkap sampai terbentuk struktur yang akan berkembang menjadi bentuk manusia. Proses pembentukan organ dari tidak ada menjadi ada (organogenesis) pada beberapa sistem organ, misalnya sistem sirkulasi, berlanjut terus sampai minggu ke-12 sehingga beberapa sumber mengklasifikasikan pertumbuhan masa embrional sampai dengan minggu ke-12 (trimester pertama kehamilan). b. Masa fetal Meliputi masa pertumbuhan intrauterin antara usia kehamilan minggu ke 8-12 sampai dengan sekitar minggu ke-40 (pada kehamilan 23 normal / aterm), ketika organisme yang telah memiliki struktur lengkap tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai pada keadaan yang memungkinkan untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (ekstra uterin). Sedangkan menurut Hani, dkk (2010; h: 39-40), terdapat 3 masa pertumbuhan janin : a. Masa pre-embrionik Berlangsung selama 2 minggu setelah terjadinya fertilisasi. Terjadi proses pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian inner-cell mass akan membentuk 3 lapisan utama yaitu: 1) Ektoderm, melapisi cavitas amniotica, merupakan lapisan sel tunggal yang bertanggung jawab atas pertumbuhan kulit, rambut, kuku, jaringan saraf, alat indera, kelenjar ludah, cavitas nasi bagian bawah canalis analis, traktus genetalisdan glandula mammae. 2) Endoderm, melapisi saccus vitellius dan berkembang membentuk traktus digestivus, hepar, pankreas, laring, trakhea, paru, vesika urinaria dan uretra. 3) Mesoderm, lapisan jaringan selain ektoderm dan endoderm yang berasal dari inner-cell mass, terletak disekitar cakram embrio, menghasilakan sistem sirkulasi dan limfatik, tulang, otot, ginjal, ureter, organ genetalia dan jaringan subkutan. 24 b. Masa embrionik Berlangsung sejak 2-8 minggu. Sistem utama didalam tubuh telah ada dalam bentuk radimenter (mengecil, menciut dan akhirnya menghilang). Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Sering kali disebut masa organogenesis atau masa pembentukan organ. Sebagai akibat pembentukan organ, maka ciri-ciri utama bentuk tubuh mulai jelas. 1) Lapisan mudiqah ektoderm berfungsi membentuk organ dan struktur tubuh yang memelihara hubungan dengan dunia luar yaiu susunan saraf pusat, sistem saraf tepi, epitel sensorik telinga, hidungdan mata, kulit, termasuk rambut dan kuku, kelenjar hipofisis, kelenjar mammae, kelenjar keringat dan email gigi. 2) Lapisan mesoderm, terutama mesoderm pada aksial yang membentuk somity dimana somit tersebut membentuk miotom (jaringan otot), sklerotom (tulang rawan dan hidung) dan dermatotom (jaringan subkutan kulit). Mesoderm juga membentuk sistem kemih-kelamin : ginjal, gonad dan saluran-salurannya (tetapi tidak termasuk kandung kemih), juga membentuk limpa dan korteks adrenal. 3) Lapisan endoderm menghasilkan lapisan epitel saluran pencernaan, saluran pernapasan, kandung kemih, membentuk parenkim tiroid, kelenjar paratiroid, hati dan kelenjar pankreas, serta kavum timpani dan tuba eustakhius. 25 c. Masa fetal Berlangsung setelah minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir. 3. Perkembangan janin dalam kandungan Perkembangan janin dalam kandungan akan menjadi salah satu hal yang sangat menyenangkan dalam proses kehamilan ini, karena hampir semua apa yang ibu lakukan berefek terhadap janin dalam kandungan (Maulana, 2010; h : 161). Berikut ini adalah perkembangan janin menurut Hutahaean (2009; h: 48-75) dalam minggu ke minggu : a. Trimester I (1-12 minggu) 1) Minggu ke-1 Minggu ini sebenarnya masih periode menstruasi, bahkan pembuahan pun belum terjadi. Sebab tanggal perkiraan kelahiran bayi dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir. Proses pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan informasi kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim. Saat ini janin sudah memiliki segala bekal genetik, sebuah kombinasi unik berupa 46 jenis kromosom manusia. Selama masa ini, yang dibutuhkan hanyalah nutrisi (melalui ibu) dan oksigen. Sel-sel telur berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yang mengelilingi matahari. Sel ini akan bertemu dengan sel-sel sperma dan melalui proses pembuahan. Lima juta sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir mereka yaitu sel 26 telur. Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tetapi pada akhirnya hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur. 2) Minggu ke-2 Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah dibuahi membelah dua, 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel telur bergerak di dalam lubang fallopi menuju rahim. Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Selsel mulai berkembang dan terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu blastosit terpaut dalam endometrium. 3) Minggu ke-3 Sampai usia kehamilan 3 minggu, ibu hamil mungkin belum sadar jika sedang mengandung. Sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm. 4) Minggu ke-4 Kini, bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan Chorionic Gonadotropin (HCG), sehingga apabila melakukan test kehamilan, hasilnya positif. Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta (urat besar yang membawa darah ke jantung). 27 5) Minggu ke-5 Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm, endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang paling atasyang akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut dan seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit, serta rambut. Lapisan mesoderm berada pada lapisan tengahyang akan membentuk organ jantung, buah pinggang, tulang dan organ reproduktif. Lapisan endoderm yaitu lapisan yang paling dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas dan pundi kencing. 6) Minggu ke-6 Ukuran embrio rata- rata 2-4 mm yang diukur dari puncak kepala hingga bokong. Tuba syaraf sepanjang punggung bayi telah menutup. Walaupun belum bisa mendegar, namun jantung bayi sudah mulai dibentuk, puncuk-puncuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai nampak. 7) Minggu ke-7 Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 mg, kira-kira sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bili kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat didalam paru-paru. 28 8) Minggu ke-8 Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi. Ujung hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula telinga. Bronchi, saluran yang menghubungkan paruparu dengan tenggorokan, mulai bercabang. Lengan semakin membesar dan memiliki satu siku. Semua ini terjadi hanya dalam 6 minggu setelah pembuahan. Bayi sudah mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang hidung, bibir, mulut serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan berada dibawah membran kulit yang tipis. Anggota tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna. 9) Minggu ke-9 Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut jari-jari kaki dan tangan mulai terbentuk. Bayi mulai bergerak walaupun ibu belum merasakannya. Dengan dopler, bidan bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya sekitar 22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gram. 10) Minggu ke-10 Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Bayi sudah mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dengan berat 7 gram. 29 11) Minggu ke-11 Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap. Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, atau malah jungkir balik yang kerap terasa menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri. 12) Minggu ke-12 Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jarijari tangan dan kaki yang mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada di dalam rongga perut. Akibat meningkatnya volume darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm dan beratnya 14 gram. Mulai proses penyempurnaan seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa milimeter setiap hari. Jari kaki dan tangan mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak mata. b. Trimester II (13-28 minggu) 1) Minggu ke-13 Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang 30 berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19 gram.Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang lain. Badannya juga semakin membesar untuk mengejar pembesaran kepala. 2) Minggu ke-14 Tiga bulan setelah pembuahan, panjangnya 80-110 mm dan beratnya 25 gram. Lehernya semakin panjang dan kuat. Lanugo, rambut halus yang tumbuh diseluruh tubuh pada minggu ini. Kelenjar prostat pada bayi laki-laki berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul. Detak jantung bayi mulai menguat tetapi kulit bayi belum tebal karena belum ada lapisan lemak. 3) Minggu ke-15 Tulang dan sumsum tulang di dalam sistem kerangka terus berkembang. Jika bayi anda perempuan, ovarium mulai mengasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit bayi masih sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan. Akhir minggu ini, beratnya 49 gram dan panjang 113 mm. Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jarinya. Kelopak matanya masih tertutup. 4) Minggu ke-16 Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi melalui plasenta. Bayi telah mempuyai tulang yang kuat dan mulai 31 bisa mendengar suara. Dalam proses pembentukan ini sistem peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi. Janin mulai bergerak, ibu kadang belum merasakannya. Semakin banyak kalsium yang disimpan dalam tulang bayi seiring dengan perkembangan kerangka. Bayi berukuran 116 cm dan beratnya 80 gram. 5) Minggu ke-17 Dengan panjang 12 cm dan beratnya 100 gram, bayi masih sangat kecil. Lapisan lemak coklat mulai berkembang, untuk menjaga suhu tubuh bayi setelah lahir. Saat lahir, berat lemak mencapai tiga perempat dari total berat badannya. Rambut, kening, bulu mata mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk. 6) Minggu ke-18 Mulailah bersenandung sebab janin mulai bisa mendengar pada minggu ini. Bayi bisa terkejut bila mendengar suara keras. Mata pun bisa berkembang. Bayi mulai mengetahui adanya cahaya. Panjangnya sudah 14 cm dan beratnya 140 gram. Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu. Hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat. 7) Minggu ke-19 Tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin yang melindungi kulit dari luka. Otak bayi telah mencapai jutaan 32 saraf motorik karenanya bayi mampu membuat gerakan sadar seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm. 8) Minggu ke-20 Setengah perjalanan telah diakui. Kini, beratnya mencapai 260 gram dan panjangnya 14-16 cm. Dibawah lapisan vernik, kulit bayi mulai membuat lapisan dermis, epidermis dan subcutaneous kuku tumbuh pada minggu ini. Proses penyempurnaan paru-paru dan sistem pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat. 9) Minggu ke-21 Usus bayi telah cukup berkembang sehingga sudah mampu menyerap atau menelan gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem pencernaan menuju usus besar. Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya 340 gram dan panjangnya 20 cm. 10) Minggu ke-22 Indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap minggu, wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala dan tubuh semakin proposional. 11) Minggu ke-23 Meskipun lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, kulitnya masih kendur sehingga tampak keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan lemak. Bayi memiliki kebiasaan “berolahraga”, menggerakkan otot jari-jari tangan dan 33 kaki, lengan dan kaki secara teratur. Beratnya hampir 450 mg. Tangan dan kakinya telah terbentuk dengan sempurna, jari juga terbentuk sempurna. 12) Minggu ke-24 Paru-paru mulai mengambil oksigen meskipun bayi masih menerima oksigen dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap mengembang, kulit bayi mulai menebal. 13) Minggu ke-25 Bayi mulai cegukan dan ini berarti bayi sedang latihan bernafas. Bayi menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, bayi akan cegukan. Tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat. Saluran darah di paru-paru bayi semakin berkembang. Garis disekitar mulut bayi sudah mulai membentuk dan fungsi menelan sudah semakin membaik. Indera penciuman bayi sudah semakin membaik karena diminggu ini bagian hidung bayi (nostrils) sudah mulai berfungsi. Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm. 14) Minggu ke-26 Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengaran dan penglihatannya sudah berfungsi. Berat 34 badan bayi sudah mencapai 750-780 gram, sedangkan tinggi badannya 35-38 cm. 15) Minggu ke-27 Paru-paru, hati dan sistem kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika bayi dilahirkan, memiliki peluang 85% untuk bertahan. Indera perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan air ketuban yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusianya 870-890 gram dengan tinggi badan 36-38 cm. 16) Minggu ke-28 Minggu ini beratnya 1100 gram dan panjangnya 27 cm. Otak bayi semakinberkembang dan meluas. Lapisan lemak semakin berkembang dan rambutnya terus tumbuh. Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah kebawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini bayi terlahir kedunia, kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup. c. Trimester II (29-40 minggu) 1) Minggu ke-29 Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan estrogen. Hormon ini akan menstimulasi hormon 35 prolaktin didalam tubuh ibu sehingga membuet kolostrum (air susu yang pertama kali keluar saat menyusui). Sensitifitas dari bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara, cahaya, rasa dan bau. Selain itu otak bayi bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu badan dari bayi. Postur dari bayi sudah semakin sempurna sebagai seorang manusia, berat badannya 1100-1200 gram, dengan tinggi badan 37-39 cm. 2) Minggu ke-30 Lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot bayi sekarang sekitar 1400 gram dan panjangnya 27 cm. Karena, bayi semakin besar, gerakannya semakin terasa. Mata indah bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan sudah mulai belajar untuk membuka dan menutup matanya. Cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin berkurang. Kini bayi pun sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan bayi 1510-1550 gram dengan tinggi 39-40 cm. 3) Minggu ke-31 Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah dari plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Bayi berkemih hampir sebanyak 500 ml sehari di dalam air ketuban. Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase ini, hanya berat badan bayilah yang akan bertambah. Selain itu lapisan lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya. 36 Tulang pada tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat dengan zat-zat penting seperti kalsium, zat besi, fosfor. Berkebalikan dengan perkembangan fisiknya, pada fase ini perkembangan otaknya berkembang pesat dengan menghasilkan bermilyaran sel. Apabila didengarkan musik, bayi akan bergerak. Berat badan bayi 1550-1560 gram dan tinggi 41-43 cm. 4) Minggu ke-32 Jari tangan dan jari kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, alis dan rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan berat badan 1800 gram dan panjangnya 29 cm, kemampuan untuk bertahan hidup diluar sudah lebih baik apabila dilahirkan pada minggu ini. Kulit bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan sistem pendengaran telah terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki sudah lengkap dan sempurna. Rambutnya semakin banyak dan semakin panjang. Bayi sudah mulai bisa bermimpi. 5) Minggu ke-33 Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan ibunya. Otak bayi semakin pesat berkembang. Pada saat ini juga otak bayi sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan. Walaupun tulang-tulang bayi 37 sudah semakin mengeras tetapi otot-otot bayi belum benar-benar bersatu. Bayi sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih didalam air. Apabila bayinya laki-laki maka testis bayi sudah mulai turun dari perut menuju skrotum. Berat badan bayi 18001900 gram, dengan tinggi badan sekitar 43-45 cm. 6) Minggu ke-34 Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata apabila mengantuk dan tidur, bayi juga sudah mulai mengedipkan matanya. Tubuh ibu sedang mengirimkan antibodi melalui darah ibu kedalam darah bayi yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat ibu mulai menyusui. Berat badan bayi 2000-2100 gram dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm. 7) Minggu ke-35 Pendengaran bayi sudah berfungsi secara sempurna. Lemak dari tubuh bayi sudah mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini berfungsi untuk memberikan kehangatan pada tubuhnya. Bayi sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim ibu. Apabila bayi laki-laki maka dibulan ini testisnya telah sempurna. Berat badan bayi 2300-2350 gram dengan tinggi badan sekitar 45-47 cm. 38 8) Minggu ke-36 Kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi. Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi. Ginjal dari bayi sudah bekerja dengan baik dan livernya telah memproduksi kotoran. Saat ini paru-paru bayi sudah bekerja baik bahkan sudah siap bertemu dengan mama dan papa. Berat badan bayi 2400-2450 gram dan tinggi badan 47-48 cm. 9) Minggu ke-37 Kepala bayi turun keruang pelvik. Bentuk bayi semakin membulat dan kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5 cm. Kuku terbentuk dengan sempurna. Bayi sudah mulai bisa melihat adanya cahaya diluar rahim. Bayi pada saat ini belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan didalam air. Berat badannya diminggu ini 2700-2900 gram dengan tinggi 48-49 cm. 10) Minggu ke-38-40 Proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan kedunia. 39 Tabel 2.1 Pertumbuhan Janin dalam Uterus Bulan Panjang Berat Tinggi rahim Keterangan 1 8-10 mm Kepala 1/3 mudiqah, saluran jantung terbentuk dan sudah berdenyut, permukaan kaki dan tangan berbentuk tonjolan. 2 250 mm Muka berbentuk muka manusia, mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki, kelamin tampak. 3 7-9 cm Atas simfisis Sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal, (tulang janin mulai bergerak. kemaluan 4 10-17 100 gr ½ atas Kalamin luar sudah dapat ditentukan cm simfisis jenisnya, kulit ditumbuhi rambut halus Prosesus atau lanugo, gerak mungkin dirasakan Xifoideus ibu. (Px) 5 18-27 300 gr Setinggi Bunyi jantung terdengar, kalau lahir cm pusat sudah berusaha bernafas. 6 28-34 600 gr Diatas pusat Kulit keriput, lemak mulai ada cm dibawah kulit, dan tertutup verniks kaseosa. 7 35-38 1000 gr ½ pusat Px Kalau lahir dapat hidup di dunia luar, cm kalau menangis mengeluarkan suaratangis lemah. 8 42,5 cm 1.700 gr 2/3 atas pusat Kulit merah, gerak aktif. 9 46 cm 2500 gr Setinggi Px Kulit penuh lemak, alat sudah sempurna. 10 50 cm 3000 gr Dua jari Kepala janin sudah masuk pintu atas bawah Px panggul (PAP), kuku panjang, testis telah turun, kulit halus hampir tidak ada lanugo. (Sumber : Kusmiati Y. Wahyuningsih H.P dan Sujiyatini, 2009; h: 39) C. Stimulasi Kecerdasan Janin 1. Pengertian Stimulasi menurut Kamus Bahasa Indonesia artinya pendorong (perangsang, pembangkit). Sedangkan menurut Oktaria (2007) stimulasi 40 adalah kegiatan yang dilakukan merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Sasongko, 2010). Menurut dr. Kusnandi Rusmi, Sp.A(k) MM (2010) mengemukakan bahwa stimulasi ini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang sistem indera (pendengaran, penglihatan, paraba, pencium, pengecap). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan gerak halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan perasaan bayi. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus-menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdaan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa, (linguistik), kecerdasan musikal, gerak (kinestetik), visual spasial, seni rupa (Sasongko, 2010). 2. Tujuan Stimulasi Menurut Suherman (2000), tujuan tindakan memberikan stimulasi adalah untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan.Tindakan ini meliputi berbagai aktifitas untuk merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak, berbicara, berfikir, kemandirian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan orangtua dan keluarga setiap ada kesempatan atau sehari hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi (Sasongko, 2010). 41 Salah satu aspek yang perlu diperhatikan ibu untuk menjadikan tumbuh kembang anaknya menjadi optimal adalah dengan memiliki anak cerdas.Hal ini juga merupakan tujuan stimulasi janin sejak masih dalam kandungan. Kecerdasan (IQ) anak kecil tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor keturunan, tapi juga faktor stimulasi. Menurut Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSiotak sebagai organ yang sangat berperan dalam menentukan kecerdasan seorang anak sudah dibentuk sejak usia kehamilan 8-14 minggu. Itu sebabnya ibu hamil sangat dianjurkan menjaga kesehatan kehamilannya. Misalnya saja dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan memberikan stimulasi kepada janin (Soedjatmiko, 2012). 3. Cara stimulasi janin dalam kandungan Banyak orang beranggapan bahwa mendidik anak baru akan dimulai saat anak sudah lahir, saat anak tumbuh besar, bayi, balita. Namun, penelitian semakin berkembang dan semakin menampakkan kenyataan yang berbeda dengan pemahaman itu. Sejak seorang ibu dinyatakan hamil, saat itu pula ibu dapat memulai pendidikan anaknya, meskipun masih berupa janin(Andriana, 2011; h: 127). Rahim ibu adalah dunia pertama janin, itu adalah pemandangan sehari-hari dan di rahim itu anak mulai belajar. Pendidikan yang ibu berikan dapat berupa stimulasi pada pendengarannya, pengecap, sentuhan, penglihatan dan sebagainya(Andriana, 2011; h: 127). Menurut Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MS stimulasi janin dalam kandungan dilakukan dengan mengajak berbicara, bercerita, menyanyikan 42 lagu, membacakan doa, lagu-lagu keagamaan, sambil mengelus-elus perut ibu. Dapat pula dengan memperdengarkan lagu melalui radio kaset yang ditempelkan di perut ibu (Putri, 2012). Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pancaindera maupun otaknya (Andriana, 2011; h: 127-133). a. Indera perasa Indera perasa pada janin terbentuk saat mendekati usia kehamilan delapan minggu dan yang pertama kali yang berfungsi adalah sensor terhadap sentuhan. Sesekalipun ketika usia kehamilan delapan minggu ibu belum dapat merasakan gerakan janin sejak usia kehamilan 20 minggu ke atas, gerakannya sudah mulai terasa. Cara menstimulasi yaitu mencoba membelai, menekan perlahan atau menyentuh perut saat ibu merasakan ada bagian tubuh janin yang bersentuhan dengan dinding rahim. Hal ini akan membantunya bereksplorasi terhadap sensor perasaannya. Mayoritas dokter spesialis anak saat ini percaya bahwa sentuhan ibu pada anaknya ketika masih di dalam rahim adalah sesuatu yang penting dalam membentuk ikatan batin ibu dan anaknya. Hal ini dimulai sejak bayi masih berada dalam rahim. Sentuhan pertama antara ibu dan anak adalah sesuatu yang istimewa, karena itu biarkan janin mengenali sentuhan ibunya, meskipun masih dalam rahim. Ketika bayi terlahir, sentuhan ibu akan menjadi nyata karena bayi harus langsung diletakkan di dada ibu untuk diberikan Air Susu Ibu (ASI). Inilah yang 43 disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD penting agar saat pertama bayi terlahir kedunia, sentuhan ibu yang sudah dikenal itulah yang menyambutnya. Segala keajaiban dapat disaksikan ketika proses IMD, terutama saat bayi yang baru lahir berusaha mencari puting susu ibunya untuk menyusu. Itulah naluri dan ikatan batin yang sudah terbentuk secara alamiah. Kurang lebih diminggu kedelapan, janin sudah dapat merasakan sentuhan pada kulitnya. Pertama-tama janin akan mulai merasakan sentuhan dari mulutnya, kemudian keatas kepalanya dan menjalar kebawah hingga kaki. Sekalipun ukurannya masih sebesar kacang, sistem sarafnya sudah berkembang, sehingga ketika tubuhnya menyentuh dinding rahim, bayi akan merespon dengan menggerakkan tubuhnya, lebih-lebih ketika bergesekan dengan sesuatu. b. Indera pengecap Indera pengecap janin mulai berfungsi saat kehamilan berusia 1315 minggu. Sari-sari makanan yang dikonsumsi ibu akan terbawa ke air ketuban, sehingga janin bisa mencium atau merasakan aromanya, bahkan menelan cairan ketuban. Cara menstimulasinya dengan mengkonsumsi makanan sehat yang rasanya agak tajam seperti bawang putih, rempah-rempah, atau bahkan rasa manis, asam dan lainnya untuk melatih janin merasakan beraneka macam aroma di lidahnya. Penelitian menunjukkan bahwa janin lebih banyak menelan air ketuban saat ibu 44 mengkonsumsi makanan yang manis dan berkurang ketika ibu mengkonsumsi makanan yang asam atau pahit. c. Indera penciuman Hidung pada janin mulai terbentuk saat usia kehamilan memasuki usia 11-15 minggu. Sejatinya, hal ini membingungkan karena bagaimana mungkin janin bisa mencium, sementara semua orang tahu bahwa proses mencium berhubungan dengan udara dan pernafasan. Stimulasi untuk indera penciuman ini bisa dilakukan dengan cara yang sama seperti stimulasi pada indera pengecap. Penelitian juga menunjukkan bahwa ketika bayi lahir, secara otomatis akan tertarik untuk merangkak menuju puting susu ibunya (saat melakukan IMD) yang ternyata disebabkan oleh aroma puting susu ibu sama dengan aroma air ketuban. d. Indera penglihatan Saat usia kehamilan 26 minggu, mata janin sudah mulai berkedip. Walaupun didalam rahim sangat gelap, retina matanya sudah dapat menangkap cahaya dari luar rahim. Cara menstimulasi yaitu dengan menempelkan senter yang menyala di perut ibu dan rasakan gerakan janin saat melihat adanya sinar. Permainan menempelkan senter ini akan membantu stimulasi mata dan keingintahuannya akan sesuatu. e. Indera pendengaran Telinga janin telah terbentuk dan sempurna saat memasuki usia kehamilan 24 minggu dan saat usia kehamilan 25 minggu, janin dalam 45 kandungan sudah bisa mendengar suara dari luar, meskipun suaranya agak terpendam dan lebih banyak mendengarkan suara dengan frekuensi rendah. Stimulasi untuk pendengaran janin adalah bentuk yang paling mudah dilakukan karena secara otomatis sudah sering mendengar suara di dalam tubuh ibunya, seperti suara detak jantung, cairan tubuh dan pencernaan. Namun, untuk menstimulasi dari luar, bisa dilakukan dengan mendengarkan musik-musik yang menenangkan, seperti musik relaksasi atau musik klasik. Jika ibu juga menyukai jenis musik yang dipilih, ikutlah mendengarkan bersama janin. Tidak perlu terlalu keras, karena air ketuban dapat menyalurkan suara dengan baik sehinggamusik akan terdengar oleh janin. Namun, jika ibu tidak menyukai jenis musiknya, biarkan janin mendengarkan musik tersebut melalui earphone atau headphone yang ditempelkan langsung ke bagian perutnya. Hal ini penting untuk mencegah rasa tidak nyaman pada ibu hamil jika terpaksa mendengarkan musik yang tidak disukai, karena akan memicu hormon stres dan rasa tidak nyaman, yang pada akhirnya akan mempengaruhi janin. Sejatinya, selain mendengarkan musik dari radio atau media elektronik lainnya, ada satu cara sederhana yang cukup efektif dan dapat didengarkan oleh janin yaitu suara ibunya. Dalam buku L. Ron Hubbard yang berjudul Dianetics : The Modern Science of Mental Health, disebutkan bahwa menurut penelitian janin sudah dapat 46 mendengar dan membedakan suara ibunya. Membacakan buku atau mengajaknya berbicara adalah hal yang sangat penting dalam stimulasi pendengarannya. Sejak dalam kandungan, janin sudah bisa membedakan suara ayah dan ibunya. Janin membedakan suara ayah dan ibunya dengan cara memprogram ritme dan intonasinya. Bahasa cinta adalah bahasa universal dan begitu pula halnya dengan alunan musik dan bahasa sentuhan. Jangan pernah meremehkan kemampuan dalam berkomunikasi, meskipun wujudnya secara fisik belum tampak didepan mata. Janin sudah dapat merasakan energi yang terkirim oleh ayah dan ibunya, karena energi tersebut “berbicara” padanya. Sekalipun tidak dalam suatu wujud bahasa maupun ucapan, janin dapat memahami keinginan atau perkataan orang tuanya dan dapat memberikan reaksi, bahkan jawaban, meskipun dengan caranya sendiri (umumnya berupa tendangan). Selain dapat mendengarkan musik, rangkaian doa dan suara ibu, beberapa orang percaya bahwa sesungguhnya janin mulai mengingat irama atau suara tersebut. Sekalipun penelitian tentang hal ini masih simpang siur, beberapa pengalaman yang berkaitan dengan musik, irama, doa dan segala sesuatu yang berkaitan dengan suara seolah-olah telah membuktikan sesuatu. 47 D. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan Salah satu aspek yang perlu diperhatikan ibu untuk menjadikan tumbuh kembang anaknya menjadi optimal sebagai generasi penerus bangsa adalah dengan memiliki anak cerdas. Hal ini juga merupakan tujuan stimulasi janin sejak masih dalam kandungan. Kecerdasan (IQ) si kecil tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor keturunan, tapi juga faktor stimulasi (Sudjatmiko, 2012). Sedangkan salah satu faktor penting yang dimiliki dan dapat distimulasi sejak dini adalah panca indera janin. Agar ibu mengetahui kapan stimulasi bisa dilakukan dengan tepat, terlebih dahulu ibu harus mengetahui kapan panca inderanya berkembang secara spesifik, artinya ibu harus mencari tahu perkembangan janin dalam kandungan (Andriana, 2011; h : 65). Menurut Rusmi (2010) pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak sangat penting. Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang stimulasi perkembangan pada anak sejak dini terutama selama anak masih dalam kandungan.Stimulasi perkembangan berkaitan baik dengantujuan pemberian stimulasi (Sasongko,2010). 48 E. Kerangka Teori Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. faktor internal :: Keterangan pendidikan, pekerjaan, umur. 2. faktor external : lingkungan, sosial budaya. a. Tahu (know) b. Memahami (comprehension) c. Aplikasi (Aplication) d. Analisis (Analysis) e. Sintesis (Synthesis) f. Evaluasi (Evaluation) Pelaksanaan stimulasi yaitu dengan menstimulasi 5 panca indera janin : 1. Indera perasa 2. Indera pengecap 3. Indera penciuman 4. Indera penglihatan 5. Indera pendengaran Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Mempengaruhi Gambar 2.1 Kerangka Teori [Sumber : Notoadmodjo (2003), Andriana (2012), Wawan dan Dewi (2010)] 49 F. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin Stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. faktor internal : pendidikan, pekerjaan, umur. 2. faktor external : lingkungan, sosial budaya. Gambar 2.2 Kerangka Konsep Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Mempengaruhi 50 G. Hipotesis Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta. Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasi deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang terjadi pada sebuah fenomena. Penggunaannya untuk mengidentifikasi hubungan yang terjadi sesaat, tanpa perlu kelompok kontrol atau uji coba (Suyanto, 2011; h : 35). Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko atau paparan dengan penyakit (Hidayat, 2007; h : 54-56). B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi tempat penelitian adalahBPM Sri Lumintu Surakarta. 2. Waktu Penelitiann Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2013. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2004), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitatis dan karakteristik 51 52 tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayah, 2007; h : 68). Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah Ibu Hamil yang melakukan kunjungan antenatal ke BPM Sri Lumintu Surakarta. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan teknik sampling. Menurut Hidayat (2007; h : 82),teknik sampling ini merupakan teknik Non Probability Sampling yaitu dengan tidak memberikan peluang yang sama dari setiap anggota populasi. Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling quota. Teknik sampling ini juga dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang telah ditentukan. Dalam mengumpulkan data, peneliti menghubungkan subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal masih dalam populasi). Biasanya yang dihubungkan adalah subyek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah. Yang penting diperhatikan disini adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan (Arikunto, 2010; h: 184-185). L.R Gay dalam buku Educational Research yang dikutip dari Riyanto (2012), menyatakan bahwa untuk riset deskriptif besar sampel 10% dari populasi riset korelasi 30 subjek riset kausal komparatif 30 subjek per kelompok dan riset eksperimental 50 subjek per kelompok. Untuk itu 53 peneliti mengambil sampel ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal ke BPM Sri Lumintu Surakarta mencapai 30 responden(rule of thumb), karena merupakan sampel ideal dalam penelitian korelatif. Menurut Hidayat (2007; h : 68) yang dikutip dari Nursalam (2003) kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi untuk sampel penelitian yang akan diambil dengan syarat : a. Ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal ke BPM Sri Lumintu Surakarta. b. Ibu hamil trimester II & III (usia kehamilan 12-40 minggu). Hidayat (2007; h : 68) juga mengemukakan tentang kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat. Kriteria eksklusi untuk sampel penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ibu hamil yang sakit pada saat dilakukan penelitian. b. Ibu yang menolak menjadi responden. D. Variabel Penelitian Variabel merupakanukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010; h : 169). 54 Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu: 1. Variabel bebas (independent) Menurut Hidayat (2007; h: 86), mengemukakan variabel bebas (independent) adalah merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini variabel bebas adalah pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin. 2. Variabel terikat (dependent) Hidayat (2007; h: 86), juga mengemukakan bahwa variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan. E. DefinisiOperasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007; h : 87). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas : Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan Janin. Menurut Notoatmodjo (2010; h : 10) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan 55 janin meliputi definisi perkembangan, prinsip perkembangan, masa dan tahap perkembangan janin. Menurut Arikunto (2003) yang dikutip dari Wawan dan Dewi (2010; h: 18) parameter kategori berupa : a. Baik : hasil prosentase 76-100% (responden menjawab pernyataan benar 16-22 soal dari 22 soal). b. Cukup : hasil prosentase 56-75% (responden menjawab pernyataanbenar 12-15 soal dari 22 soal). c. Kurang : hasil prosentase < 56% (responden menjawab pernyataan benar < 12 soal dari 22 soal). Alat ukur menggunakan kuesioner dengan skala pengukuran ordinal. 2. Variabel terikat : Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan. Menurut Oktaria (2007) yang dikutip dalam(Sasongko, 2010), stimulasi adalah kegiatan yang dilakukan merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Cara menstimulasi kecerdasan janin dalam kandungan meliputi 5 pancaindera seperti indera perasa, pengecap, penciuman, penglihatan, pendengaran. Parameter kategori berupa : a. Melakukan sepenuhnya: jika ibu melakukan semua stimulai pancaindera janin (responden menjawab 10 pernyataan Ya). b. Melakukan kurang sepenuhnya: jika ibu melakukan sebagian stimulai pancaindera janin (responden menjawab 3-9 pernyataan Ya). 56 c. Melakukan tidak sepenuhnya : jika ibu melakukan sedikit atau bahkan tidak melakukan stimulai pancaindera janin (responden menjawab 0-2 pernyataanYa). Alat ukur menggunakan kuesioner dengan skala pengukuran ordinal. F. Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan tentang perkembangan janin dan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan. Kuesioner disini dapat diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda tertentu. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berisikan tentang pertanyaan tertutup dan responden hanya memilih satu diantaranya sehingga responden dapat memilih jawaban sesuai dengan pendapatnya (Arikunto, 2010; h : 195). Alternatif jawaban yang dipilih oleh responden yaitu benar dan salah. Ketentuan untuk kuesioner favourable jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Untuk pertanyaan unfavourable jawaban salah diberi nilai 1 dan jawaban benar diberi nilai 0. Cara pengisian kuesioner dengan memberi tanda “” pada kata „‟Benar” jika pertanyaan dianggap benar dan pada kata “Salah” jika pertanyaan dianggap salah. 57 Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Janin Sebelum Uji Validitas No 1. Variabel Indikator Soal No 1-4 Tingkat a. Definisi pengetahu perkemba -an ibu -ngan hamil b. Prinsip 5-8 tentang perkemba perkemba -ngan ngan janin c. Fase 9-12 perkemba -ngan d. Masa dan 13-24 tahap perkemba -ngan janin Total 24 Pernyataan No C1 C2 C3 1,2, 3,4 Favour Unfavo -able -urable 1,3 2,4 5,6, 7,8 - - 6,7 5,8 9,10, 11,12 - - 9,11 10,12 - 15,16, 19,20, 21,22 13,14, 17,18, 23,24 14,16, 17,19, 22,23 13,15, 18,20, 21,24 12 6 6 12 12 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Janin Setelah Uji Validitas No 1. Variabel Indikator Tingkat a. Definisi pengetahu perkemba -an ibu -ngan hamil b. Prinsip tentang perkemba perkemba -ngan -ngan c. Fase janin perkemba -ngan d. Masa dan tahap perkemba -ngan janin Total Soal No 1-4 Pernyataan No C1 C2 C3 1,2, 3,4 Favour Unfavo -able -urable 1,3 2,4 5-8 5,6, 7,8 - - 6,7 5,8 9-12 9,10, 11,12 - - 9,11 10,12 13-22 - 15,16, 18,19, 20 13,14, 17,21, 22 14,16, 20,21 13,15, 17,18, 19,22 22 12 5 5 10 12 58 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan No 1. Variabel Indikator Stimulasi Stimulasi panca indera janin : kecerdasan janin a. Indera perasa dalam kandungan b. Indera pengecap & penciuman c. Indera penglihatan d. Indera pendengaran Total Soal No 1-2 3-5 6 7-10 10 Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner diuji validitas dan reabilitasnya terlebih dahulu. 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2010; h : 211-212). Uji validitas untuk mengukur tingkat pengetahuan dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment karena bisa digunakan pada variabel apapun dan paling sering digunakan untuk uji validitas (Hidayat, 2007 ; h : 106). 59 ∑ [ ∑ ∑ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ] Keterangan : r hitung = koefisiensi korelasi ∑Xi = jumlah skor hitung ∑Yi = jumlah skor total (item) n = jumlah responden Item dinyatakan valid jika rhitung ≥ rtabel pada taraf signifikasi 5%. Uji validitas dilakukan di BPM Ananda Tohudan Colomadu Karanganyar pada tanggal 1 April sampai 14 April 2013.Hasil uji validitas terhadap 24 pernyataan didapatkan nilai r hitung tertinggi sebesar 0,906 dan nilai r hitung terendah 0,038. Penentuan valid tidaknya pernyataan, dengan cara membandingkan r tabel pada N 30 dan taraf signifikasi 5% adalah 0,361. Hasil pengujian validitas didapatkan 2 pernyataan no 17 dan 19 dinyatakan tidak valid karena rhitung ≤ rtabel(0,038 dan 0,086 ≤ 0,361), sedangkan semua item pernyataan yang lain dinyatakan valid karena rhitung ≥ rtabel (0,725-0,906 ≥ 0,361). Untuk pernyataan yang dinyatakan tidak valid ini dihilangkan dan tidak perlu diganti dengan pernyataan baru karena poin tentang masa dan tahap perkembangan janin sudah diwakili pernyataan lain yang sudah dinyatakan valid. 2. Uji Reliabilitas Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena 60 instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama (Arikunto, 2010 ; h : 221). Rumus yang digunakan untuk mencari relibilitas instrumen dengan menggunakan rumus Spearman-Brown karena kuesionernya dalam penelitian ini berjumlah genap, sehingga bisa dibagi menjadi dua belahan atau kelompok (Arikunto, 2010; h : 223). Keterangan : r11 : koefisien reliabilitas internal seluruh item rb : korelasi product moment antara belahan Item dikatakan reliabel jika rhitung ≥ rtabel pada taraf signifikasi 5%. Hasil pengujian reliabilitas instrumen didapatkan nilai r11spearman brown sebesar 0,975. Penentuan reliabel tidaknya pernyataan, dengan cara membandingkan rtabel pada n = 30 dan taraf signifikasi 5% adalah 0,361. Nilai reliabilitas instrumen (0,975) >nilai rtabel 0,361, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dapat dipercaya sehingga bisa digunakan sebagai pengumpulan data. 61 G. Metode Pengumpulan Data & Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data Menurut Hidayat (2007; h : 51), data yang digunakan dalam penelitian terdiri atas dua jenis yaitu: a. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan penelitian. Dari penelitian ini peneliti memperoleh langsung dari responden melalui kuesioner. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada. Dari penelitian ini peneliti memperoleh data berdasarkan hasil pengamatan buku kunjung ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta. 2. Pengolahan dan Analisis Data Hidayat (2007; h :121-122), mengemukakan bahwa data diolah dan dikumpulkan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 62 b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka), terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Untuk mengolah data, variabel dikategorikan sebagai berikut : 1) Variabel pengetahuan Tingkat pengetahuan diukur dengan kuesioner dengan skala Guttmann dengan model jawaban benar dan salah. Dengan sistem penilaian sebagai berikut : a) Kalimat positif : Jika jawaban benar diberi nilai 1 Jika jawaban salah diberi nilai 0 b) Kalimat negatif : Jika jawaban benar diberi nilai 0 Jika jawaban salah diberi nilai 1 Menurut Arikunto (2003) dikutip dalam Wawan dan Dewi (2010; h : 18). Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,yaitu : a) Baik : Hasil prosentase 76%-100% b) Cukup : Hasil prosentase 56%-75% c) Kurang : Hasil prosentase < 56% 63 2) Variabel stimulasi kecerdasan Stimulasi dilakukan ibu tau tidak selama kehamilan ini. Kode 1 : jika responden menjawab ya Kode 0 : jika responden menjawab tidak c. Data entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi. d. Melakukan teknik analisis data Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang dianalisis. Analisis yang digunakan menggunakan Software Statistical Program Social Science (SPSS) 15.00 dan langkah-langkah analisis menurut Notoatmodjo (2010; h : 182-183) data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Analisis univariate (analisis diskriptif) Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Variabel yang dianalisis secara univariate dalam penelitian ini adalah karakteristik responden untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan. Rumus untuk memperoleh skor prosentase : 64 (Riwidikdo, 2010; h: 19) 2) Analisis bivariate Analisis bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Variabel yang dianalisis secara bivariate ini adalah hubungan antara variabel perkembangan janin dengan variabel stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan.Uji statistik menggunakan chi kuadrat karena data yang digunakan adalah data kategorik (Sunyoto, 2012; h: 111). Adapun untuk mempermudah perhitungan dapat dilihat dalam tabel kontingensi sebagai berikut: Tabel 3.4 Rumus Tabulasi Silang Pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin denganstimulasi kecerdasan janin dalam kandungan Stimulasi Kecerdasan Sepenuhnya Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah A D G a +d+g Kurang Tidak sepenuhnya sepenuhnya b e h b+e+h c f i c+f+i Jumlah a + b+ c d + d+f g+h+I Total 65 Adapan rumus yang digunakan sebagai berikut k fo fh2 i 1 fh X2 dimana: X2 = chi kuadrat fo = frekuensi yang diobservasi fh = frekuensi yang diharapkan Dengan ketentuan bahwa jika harga chi square hitung lebih besar atausama dengan dari tabel (X2hitung≥ X2tabel) maka hubungannya signifikan, yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima H. Alur Penelitian 1. Tahap persiapan a. Menentukan judul, konsultasi ke pembimbing I dan II. b. Melakukan studi pendahuluan di BPM Sri Lumintu Surakarta. c. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, konsultasi pembimbing I dan II. d. Mengajukan proposal untuk permohonan ijin ke lokasi penelitian sesuai dengan aturan yang berlaku. 2. Tahap pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di BPM Sri Lumintu Surakarta pada bulan April - Mei 2013 untuk melaksanakan penelitian dengan tahap sebagai berikut : a. Permintaan Surat Uji validitas, reabilitas dan ijin pengambilan penelitian dari STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. 66 b. Melakukan uji validitas dan reabilitas di BPM Ananda pada bulan April 2013 dengan kuesioner berisi 24 pernyataan pengetahuan tentang perkembangan janin untuk diujikan ke 30 responden. Hasilnya dari 24 pernyataan pengatahuan tentang perkembangan janin 2 soal diantaranya dinyatakan tidak valid. Kemudian dilakukan uji reliabilitas pada 30 responden dan hasilnya reliabel dan bisa dijadikan sebagai pengumpulan data. c. Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid dan reliabel maka langsung melakukan penelitian pada bulan Mei di BPM Sri Lumintu Surakarta. d. Menentukan populasi penelitian yaitu ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal (ANC) di BPM Sri Lumintu Surakarta. e. Memilih sempel sesuai dengan kriteria inklusi penelitian dengan cara setiap ada pasien ibu hamil trimester II dan III yang melakukan kunjungan antenatal (ANC) peneliti melakukan informed concent, menyebarkan kuesioner untuk diisi responden. Penelitian dilakukan kurang lebih selama 2 minggu. f. Setelah semua kuesioner responden terkumpul semua, kemudian kuesioner diperiksa mengenai kelengkapan serta kebenaran jawabannya(editing), memberi code numerik(coding), memasukkan data kedalam tebel atau database komputer (entry), dan yang terakhir baru melakukan analisis data menggunakan SPSS (15.00). 67 3. Tahap pelaporan Pelaporan dilakukan setelah data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa kemudian disajikan, dilaporkan, disimpulkan dan dibuat dalam bentuk laporan penelitian. 4. Penyelesaian penelitian Tahap akhir adalah penyusunan laporan penelitian dan dilanjutkan seminar hasil penelitian. 68 I. Jadwal Penelitian Tabel 3.5 Jadwal Penelitian Januari No Maret Februari April Mei juni Juli Kegiatan 1 1 Pengajuan Judul 2 Pembuatan proposal 3 Uji proposal 4 Revisi proposal penelitian 5 Penyusunan hasil laporan 6 Ujian laporan hasil penelitian 7 Revisi hasil penelitian dan pengumpulan KTI 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 69 J. Etika Penelitian Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi tempat penelitian dan peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti memperoleh rekomendasi dari prodi DIII Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta dan mendapat izin dari BPM Sri Lumintu Surakarta selaku tempat penelitian. Menurut Hidayat (2007, hal: 93-95) etika penelitian sebagai berikut : 1. Informed Consent (persetujuan) Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan cara memberikan lembar persetujuan. Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. 2. Anonimity Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 70 3. Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Lokasi Penelitian BPM Sri Lumintu Surakarta terletak di Kelurahan Jajar, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Batas sebelah barat adalah kelurahan Karang Asem, batas sebelah timur adalah Kelurahan Jajar, batas sebelah utara adalah perumahan Fajar Indah dan sebelah selatan adalah Kelurahan Pajang. BPM Sri Lumintu merupakan salah satu BPM yang cukup dikenal di wilayah Kelurahan Pajang dan sekitarnya karena memberikan pelayanan sepertipemeriksaan kehamilan (ANC), persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, terapi pijat bayi dan pelayanan imunisasi serta pengobatan sederhana anak sakit maupun pasien umum dengan sakit ringan. Selain itu terkenal dengan pelayanannya yang ramah, komunikatif dan bersahabat dengan pasien sehingga ramai dan banyak pasien yang datang untuk periksa. BPM Sri Lumintu saat ini memiliki 3 bidan dan 2 perawat. BPMSri Lumintu juga memiliki fasilitas 3 kamar inap, 1 kamar periksa, 1 ruang tamu (tunggu) dan 1 ruang administrasi. 2. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang dipakai dalam penelitian ini meliputi : a. Umur Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut ini: 71 72 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta No 1 2 3 4 Umur 21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun Total Jumlah 10 11 6 3 30 Persentase (%) 33,3 36,7 20,0 10,0 100 Sumber: Data Primer (Mei, 2013) Tabel 4.1 menunjukkan pembagian kelompok umur pada ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta. Pada tabel tersebut menunjukkan ibu hamil dengan umur 21-25 tahun sebanyak 10 responden (33.3%), ibu hamil dengan umur 26-30 tahun tahun sebanyak 11 responden (36,7%), ibu hamil dengan umur 31-35 tahun sebanyak 6 responden (20%), dan ibu hamil dengan umur 36-40 tahun sebanyak 3 responden (10%). Jadi sebagian besar umur responden di BPM Sri Lumintu adalah 26-30 tahun sebanyak 11 responden (36,7%). b. Pendidikan Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan pendidikan ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut ini: 73 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 SD 3 10,0 2 SMP 7 23,3 3 SMA 15 50,0 4 PT 5 16,7 Total 30 100 Sumber: Data Primer (Mei, 2013) Tabel 4.2 menunjukkan tingkat pendidikan pada ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta. Pada tabel tersebut menunjukkan ibu hamil dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 3 responden (10%), ibu hamil tingkat pendidikan SMP sebanyak 7 responden (23,3%), ibu hamil tingkat pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%) dan ibu hamil tingkat pendidikan PT (Perguruan Tinggi) sebanyak 5 responden (16,7%). Jadi sebagian besar tingkat pendidikan responden di BPM Sri Lumintu adalah pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%). c. Pekerjaan Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil di BPM SriLumintu Surakarta No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 Swasta 11 36,7 2 Buruh 8 26,7 3 PNS 5 16,7 4 Wiraswasta 6 20,0 Total 30 100 Sumber: Data Primer (Mei, 2013) 74 Tabel 4.3 menunjukkan jenis pekerjaan pada ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta. Pada tabel tersebut menunjukkan ibu hamil yang bekerja swasta sebanyak 11 responden (36,7%), ibu hamil yang bekerja sebagai buruh sebanyak 8 responden (26,7%), ibu hamil yang bekerja sebagai PNS sebanyak 5 responden (16,7%) dan ibu hamil yang bekerja di wiraswasta sebanyak 6 responden (20,0%). Jadi sebagian besar jenis pekerjaan responden di BPM Sri Lumintu adalah pekerja swasta sebanyak 11 responden (36,7%). d. Gravida Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan gravida ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Gravida Ibu Hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta No Gravida Jumlah Persentase (%) 1 G1P0A0 10 33,3 2 G2P1A0 14 46,7 3 G3P2A0 5 16,7 4 G4P3A0 1 3,3 Total 30 100 Sumber: Data Primer (Mei, 2013) Tabel 4.4 menunjukkan jenis gravida pada ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta. Pada tabel tersebut menunjukkan ibu hamil (G1P0A0)sebanyak 10 responden (33,3%), ibu hamil G2P1A0 sebanyak 14 responden (46,7%), ibu hamil (G3P2A0)sebanyak 5 responden (16,7%), dan ibu hamil (G4P3A0)sebanyak 1 responden (3,3%). Jadi 75 sebagian besar gravida responden di BPM Sri Lumintu adalah (G2P1A0) sebanyak 14 responden (46,7%). 3. Analisis Univariate a. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin Hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Perkembangan Janin di BPM Sri Lumintu Surakarta No 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Sumber: Data Primer Mei 2013 Jumlah 11 14 5 30 Persentase (%) 36,7 46,7 16,7 100,0 Tabel 4.5 menunjukkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin di BPM Sri Lumintu Surakarta, ibu hamil dengan pengetahuan baik sebanyak 11 responden (36,7%), ibu hamil dengan pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (46,7%) dan ibu hamil dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (16,7%). Jadi sebagian besar tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin di BPM Sri Lumintu adalah cukup, sebanyak 14 responden (46,7%). b. Stimulasi Kecerdasan Janin Hasil penelitianstimulasi kecerdasan janin di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut ini: 76 Tabel 4.6 Stimulasi Kecerdasan Janin di BPM Sri Lumintu Surakarta No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 Sepenuhnya 8 26,7 2 Kurang sepenuhnya 18 60,0 3 Tidak sepenuhnya 4 13,3 Total 30 100 Sumber: Data Primer Mei 2013 Tabel 4.6 menunjukkan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta, ibu hamil yang melakukan stimulasi sepenuhnya ada 8 responden (26,7%), ibu hamil yang melakukan stimulasi kurang sepenuhnya ada 18 responden (60,0%) dan ibu hamil yang tidak melakukan stimulasi sepenuhnya ada 4 responden (13,3%). Jadi sebagian besar ibu hamil di BPM Sri Lumintu melakukan stimulasi kurang sepenuhnya sebanyak 18 responden (60,0%). 4. Analisis Bivariate Hasil tabulasi silang hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan Di BPM Sri Lumintu Surakarta Stimulasi Pengetahuan Sepenuhnya F % Baik 6 20,0 Cukup 2 6,7 Kurang 0 0 Jumlah 8 26,7 Sumber: hasil olah data SPSS 15.00 Kurang Tidak sepenuhnya sepenuhnya F % F % 5 12 1 18 16,7 40,0 3,3 60,0 0 0 4 4 0 0 13,3 13,3 Jumlah F % 11 14 5 30 36,7 46,7 16,7 100 77 Pada tabel 4.7 di atas menunjukkan ibu hamil dengan pengetahuan baik sebanyak 11 responden (36,7%), yaituibu hamil yang dengan melakukan sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 6 responden (20,0%) dan ibu hamil yang kurang melakukan sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 5 responden (16,7%). Ibu hamil dengan pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (46,7%), yaitu ibu hamil yang melakukan sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 2 responden (6,7%) dan ibu hamil yang melakukan kurang sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 12 responden (40,0%). Ibu hamil dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (16,7%),yaitu ibu hamil yang melakukan kurang sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 1 responden (3,3%) dan ibu hamil yang tidak melakukan sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 4 responden (13,3%) Hasil uji chi square dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.8 Hasil Uji Chi Square Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Nominal by Nominal Value 28.608a 24.012 14.464 30 Contingency Coefficience N of Valid Cases Sumber: hasil olah data SPSS 15.00 df 4 4 1 Value .699 30 Asymp. Sig .000 .000 .000 Approx Sig .000 78 Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta dianalisis dengan menggunakan chi square test untuk taraf signifikan 95%. Hasil uji korelasi dengan menggunakan uji chi square berdasarkan nilai P-value atau membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel, apabila Pvalue < α (0,05) atau X2 hitung > X2 tabel maka, Ho ditolak dan Ha diterima, jadi ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil uji statistik Chi Square dengan n=30 α=5% didapatkan nilai X2 hitung sebesar 28,608 dan X2 tabel sebesar 9,448 pada tingkat kepercayaan 95 % dan derajat kebebasan (dk/df) adalah 4, serta P-value = 0,000 karena Pvalue (0,00) < 0,05 dan X2 hitung (28,608) > X2 tabel (9,448). Jadi bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan. B. Pembahasan 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat pengetahuan ibu hamil di BPM Sri Lumintu tentang perkembangan janinadalah cukup, yaitu sebanyak 14 responden (46,7%). Pengetahuan mengenai perkembangan janin dinilai jika seorang ibu hamil mengetahui dan memahami tentang 79 definisi perkembangan, prinsip perkembangan, fase perkembangan, masa dan tahap perkembangan janin dalam kandungan. Sesuai dengan teori Notoadmodjo (2003; h:121) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh: pendidikan, pengalaman, sosial ekonomi, lingkungan dan intelegensi. Pengetahuan yang baik tentang perkembangan janin akan mempengaruhi ibu dalam merawat janin selama kehamilan. Sejalan dengan teori Wawan dan Dewi (2010; h: 16-18) bahwa tingkat pengetahuan seseorang itu dipengaruhi beberapa faktor diantanya umur, pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan budaya. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin di BPM Sri Lumintu tingkat pengetahuannya adalah cukup karena mayoritas ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta berumur 26-30 tahun yang dikategorikan dalam usia reproduktif. Menurut Hurlock yang dikutip oleh Nursalam dalam Sasongko (2010) usia adalah umur individu yang dihitung mulai dari dilahirkan sampai saat berulang tahun. Tingkat pengetahuan atau perkembangan kognitif seseorang biasanya dipengaruhi usia. Semakin matang usia seseorang maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan dapat menambah pengetahuan. Usia tersebut memungkinkan lebih mengetahui pengetahuan tentang perkembangan janin seperti mencari tahu tentang perkembangan janinnya dalam kandungan agar bisa memantau bayinya sehingga bisa menciptakan generasi penerus yang berkualitas. 80 Selain faktor umur, faktor pendidikan dimungkinkan juga memiliki peran dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin di BPM Sri Lumintu.Menurut Nursalam yang dikutip dalam Sasongko (2010), bahwa makin tinggi pendidikan sesorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pendidikan sangat mempengaruhi seseorang dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam membangun kesehatan. Dari tingkat pendidikan responden sebagian besar berpendidikan sedang, yaitu SMA sehingga cukup untuk bisa menerima informasi tentang perkembangan janin dalam kandungan, seperti dengan membaca buku tentang perkembangan janin, mencari informasi di internet tentang perkembangan janin maupun mencari tahu informasi pada bidan, dokter kandungan atau orang yang lebih paham tentang hal itu. Jenis pekerjaan pada ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta sebagian besar pada sektor swasta. Kemungkinan seorang ibu hamil akan sibuk dengan pekerjaannya sehingga pengetahuan tentang perkembangan janin hanya terbatas tahu dari teman kerja atau mendapat informasi sedikit dari lingkungan luar.Hal ini sesuai teori yang dikutip oleh Kuntjoroningrat yang di kutip Nursalam dalam Sasongko (2010) menyebabkan bahwa, bekerja umumnya akan menyita waktu untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang benar. 81 Menurut Notoatmodjo dalam Sasongko (2010) mengatakan pengalaman merupakan guru yang baik, bermakna dan merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, dan pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Sebagian besar gravida responden di BPM Sri Lumintu adalah mempunyai pengalaman hamil yang kedua (G2P1A0). Gravida merupakan pengalaman ibu dalam kehamilan membesarkan anak. Pada ibu yang mempunyai anak lebih dari 1, sudah mempunyai pengalaman tentang perkembangan janin dalam kandungan seperti dimulainya gerakan bayi pertama kali dan mengetahui perkembangan organ-organ janin saat kehamilan. Untuk itu pengetahuan responden ibu hamil ini cukup karena sudah mempunyai pengalaman kehamilan sebelumnya. Menurut Notoadmodjo (2007) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Lingkungan disekitar penelitian mempunyai hubungan timbal balik atau saling berinteraksi baik sehingga masyarakat sekitar mempunyai pengetahuan yang cukup untuk bisa saling tukar informasi mengenai perkembangan janin. 2. Stimulasi Kecerdasan Janin Hasil penelitian dalam pemberian stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan adalah sebagian besar responden ibu hamil di BPM Sri Lumintu kurang sepenuhnya dalam melakukan stimulasi kecerdasan janin dalam 82 kandungan sebanyak 18 responden (60,0%). Stimulasi dinilai jika seorang ibu hamil melakukan stimulasi sepenuhnya meliputi stimulasi indera perasa, pengecap, penciuman, penglihatan, dan pendengaran. MenurutAndriana (2011; h: 65-69) stimulasi selama kehamilan dapat membuat janin setelah lahir lebih perhatian terhadap orang tuanya. Stimulasi bisa dilakukan berkomunikasi dengan janin seperti memberi sentuhan pada perut, mendengarkan musik atau menempelkan headphone padaperut ibu, menempelkan senter pada perut dan masih banyak lagi. Untuk dapat melakukan stimulasi dengan sepenuhnya maka diperlukan pengetahuan dari responden. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rusmi yang dikutip oleh Sasongko (2010) pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak itu sangat penting. Sesuai dengan teori diatas dalam melakukan stimulasi kemungkinan dipengaruhiolehtingkat pengetahuan ibu hamil di BPM Sri Lumintu yang sebagian besar pengetahuannya adalah cukup. Mayoritas responden kurang begitu mengerti apa saja stimulasi yang harus dilakukan agar dapat melahirkan generasi penerus yang cerdas dan berkualitas sesuai dengan harapan. Mereka hanya sekejar tahu dan melakukan stimulasi secara umum saja seperti mengajak bicara dan meletakkan headphone diperut itu merupakan cara menstimulasi indera pendengar. Sebenarnya dalam kegiatan sehari-hari mereka sudah melakukan stimulasi tapi ibu tidak menyadarinya, contohnya ibu mengelus perut saat ada gerakan janin itu merupakan menstimulasi indera parasa, mengkonsumsi makanan sehat yang rasanya 83 agak tajamseperti bawang putih, rempah-rempah, atau bahkan rasa manis, asam, pahit, untuk menstimulasi indera pengecap dan penciuman. Selain itu hal yang jarang diketahui dan dilakukan ibu hamil dalam menstimulasi kecerdasan janinnya adalah menempelkan senter yang menyala pada perut ibu. Mungkin ibu akan berfikir mengapa hal itu harus dilakukan, padahal sebenarnya hal itu bisa merangsang indera penglihatan. Pada umur kehamilan 6 bulan atau lebih, mata janin sudah mulai berkedip. Walaupun didalam rahim sangat gelap, retina matanya sudah dapat menangkap cahaya dari luar rahim.Permainan menempelkan senter ini akan membantu stimulasi mata dan keingintahuannya akan sesuatu. Notoadmodjo (2007) juga mengemukakan bahwa perilaku kesehatan seperti melakukan stimulasi, selain dipengaruhi oleh pengetahuan tapi juga dipengaruhi faktor pemungkin yaitu sumber daya meliputi fasilitas pelayanan kesehatan dan faktor penguat yaitu bisa berasal dari bidan, perawat dan dokter. Karena belum ada penyuluhan mengenai stimulasi yang benar maka responden kurang bisa melakukan sepenuhnya stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan. Untuk itu diperlukannya penyuluhan mengenai stimulasi yang tepat oleh petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan agar responden juga bisa melakukan stimulasi dengan baik dan benar. 84 3. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square dengan hasil X2Hitung (28,608) > X2tabel (9,448) dan p (0,00) < 0,05 artinya ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta. Hal ini membuktikan pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan. Hal ini sesuai dengan teori Rusmi yang dikutip dalam Sasongko (2010) bahwa pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak sangat penting. Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang stimulasi perkembangan pada anak sejak dini terutama selama anak masih dalam kandungan.Stimulasi perkembangan berkaitan baik dengantujuan pemberian stimulasi. Sedangkan menurut Andriana (2011; h : 65) salah satu faktor penting yang dimiliki dan dapat distimulasi sejak dini adalah panca indera janin. Agar ibu mengetahui kapan stimulasi bisa dilakukan dengan tepat, terlebih dahulu ibu harus mengetahui kapan panca inderanya berkembang secara spesifik, artinya ibu harus mencari tahu perkembangan janin dalam kandungan. Adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang perkembangan janin terhadap stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan berarti tingkat 85 pengetahuan yang dimiliki seseorang mempengaruhi prakteknya. Pengetahuan tertentu tentang kesehatan, misalnya tentang perkembangan janin merupakan hal yang penting sebelum seseorang melakukan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan. Hal ini disebabkan tindakan seseorang cenderung berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, jadi dengan pengetahuan yang baik tentang perkembangan janin diharapkan seseorang bisa melakukan sepenuhnya stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan meliputi stimulasi lima pancaindera. Orang tua memiliki peran penting dalam optimalisasi perkembangan seorang anak. Orang tua harus selalu memberikan rangsang/stimulasi kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Penelitian ini memiliki kesamaan 1 variabel dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi Sasongko (2010) dengan judul “Pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Maesan kabupaten Bondowoso”. Hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-5 tahun di Puskesmas Maesan Bondowoso lebih dari 50% berpengetahuan cukup. Jadi kesamaan dari hasilnya adalah sama-sama berpengetahuan cukup tentang stimulasi perkembangan anak. mayoritasnya