hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang

advertisement
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
PERKEMBANGAN JANIN DENGAN STIMULASI KECERDASAN
JANIN DALAM KANDUNGAN DI BPM SRI LUMINTU
SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka
Menyelesaikan ProgramPendidikan Diploma III Kebidanan
Oleh :
DEWI NILAM SARI
B.2010.0068
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2013
LEMBAR PERSETUJUAN
Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan
Janin dalam Kandungan”
Telahdiperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan tim penguji
Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan
StikesPKU Muhammadiyah Surakarta
Di ajukan oleh :
Dewi Nilam Sari
B.2010.0068
Pada
Hari
: Rabu
Tanggal : 26 Juni 2013
Mengetahui
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan
Janin
dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan
di BPM Sri Lumintu Surakarta
Di susun oleh:
Dewi Nilam Sari
B.2010.0068
Penelitian ini diseminarkan dan diujikan
Pada tanggal 1 Juli 2013
Susunan Tim Penguji
Penguji I
(Nevia Zulfatunnisa’, SST)
iii
Nilam Sari, Dewi. 2013.Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan di BPM Sri
Lumintu Surakarta.KTI.Program DIII Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
Wijayanti, SST, M.Kes. Melati Artika W, SST.
Kata kunci :Pengetahuanperkembangan janin, stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan
ABSTRAK
Latar Belakang :Pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak sangat penting.
Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang stimulasi
perkembangan anak sejak dini terutama selama masih dalam kandungan. Agar ibu
mengetahui kapan stimulasi bisa dilakukan dengan tepat, terlebih dahulu ibu harus
mengetahui kapan pancainderanya berkembang secara spesifik, artinya ibu harus mencari
tahu perkembangan janin dalam kandungan.
Tujuan :Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang
perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri
Lumintu Surakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasi
deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil
di BPM Sri Lumintu Surakarta dengan sampel sebanyak 30 orang dan menggunakan teknik
quota sampling. Instrument yang digunakan kuesioner dan menggunakan uji statistik chi
square dan akan diolah dengan SPSS 15 for Windows
Hasil :Pengetahuan tentang perkembangan janin mayoritas mempunyai pengatahuan
cukup sebanyak 14 responden (46,7%), sedangkan ibu hamil yang melakukan
stimulasi mayoritasnya adalah kurang melakukan sepenuhnya sebanyak 18
responden (60,0%). Hasil uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha
0,05 diperoleh hasil x2 hitung lebih besar dari nilai x2 tabel (28,608) >(9,448)
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan : Ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan ibuhamil
tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di
BPM Sri Lumintu.
15 i+87hal inti+14 tabel+2gambar+11 lampiran
Pustaka : 22 ( 2003-2013 )
iv
MOTTO
ٍ‫يَزْفَعِ اهللُ اَّل ِذ ْينَ آ َم ُنوْا ِمنْكُمْ وَاَّلذِ ْينَ ُأ ْو ُتوْااّلْعِلْ َم دَرَجت‬
Artinya : “Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Depag RI, 1989 : 421)
" Bermimpilah seolah - olah anda hidup selamanya. Hiduplah seakan-akan inilah hari
terakhir anda " (James Dean)
" Melalui kesabaran, seseorang dapat meraih lebih dari pada melalui kekuatan yang
dimilikinya. " (Edmund Burke)
“Sukses tidak begitu diukur dari posisi yang telah dicapai seseorang dalam hidupnya,
tapi dari rintangan yang berhasil dilaluinya ketika mereka berusaha mencapai
kesuksesan” (Penulis)
“Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.
Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat
meminta dan memohon” (Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan :
1.
Kepada ALLAH SWT, hanya pada-Mulah aku memohon dan berserah diri,
meminta cahaya penerangan dan ketabahan dalam hidupku.
2.
Untuk ibu, bapak dan nenek tercinta terima kasih atas kasih sayang, doa dan
perhatian yang telah kalian berikan, terima kasih atas cinta dan ketulusan kalian,
terima kasih atas kerja keras dan kesabarannya, kalian akan selalu di hatiku dan
tak kan ada yang bisa menggantikan kalian.
3.
Untuk keluarga besarku terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.
4.
Untuk teman-teman ku tercinta Mbak Fitri (Pi‟i), Nita (Nricik) dan Rhyni
(Sayem) senasib dan seperjuangan, terima kasih kalian selalu mendukungku
dalam kondisi apapun dan tetaplah jadi sahabat sejatiku.
5.
Keluarga besar kamar “B” yaitu mbak fitri (Pi‟i), mbak Nita (Nricik), mbak
Rhyni (Sayem), dek Lia (Empleng), dek Deby (Debora), mbak Tatik (Simbah)
yang selalu menghiburku didalam canda, tawa dan selalu membuatku tersenyum.
6.
Teman-teman almamater STIKES PKU MUH SKA semester VI angkatan 2010
"Together We Build, Together We Can", yang berarti "Bersama kita
membangun, bersama kita pasti bisa"
7.
My “Oppa-oppa” kansamhamnida, kalian telah memberi dukungan pada ku
walaupun secara tidak langsung karna disaat sedih ataupun senang dengan
melihat dan mendengar suara kalian maka akan selalu membuatku tersenyum.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Puja dan puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan Janin
dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan” tepat pada waktunya
meskipun banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
Dari awal hingga selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak
mendapatkan bantuan baik berupa masukan, pengetahuan maupun semangat dari
berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Weni Hastuti, S.kep. M.Kes selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta.
2.
Sri Mintarsih, S.Kep. Ns. M. Kes selaku pembantu ketua I STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta.
3.
Tria Puspitasari, SST, M. Kes selaku Ketua Program Study D III Kebidanan.
4.
Wijayanti, SST, M.Kes selaku pembimbing I yang telah telah meluangkan waktu
untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta saran kepada
peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini serta memberikan kesempatan
dan sarana kepada peneliti untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
5.
Melati Artika W, SST selaku pembimbing II yang juga telah telah meluangkan
waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta saran
kepada peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
vii
6.
Sri Lumintu, Amd. Keb selaku pemilik dan pelaksana di BPM yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan memberikan saran untuk Karya
Tulis Ilmiah ini.
7.
Para staf pengajar STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta PRODI DIII
Kebidanan yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
8.
Kedua orangtua dan saudara- saudaraku yang senantiasa memberikan semangat
dan nasihat dalam setiap langkah peneliti.
9.
Teman- teman STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA tercinta
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan
perhatian yang diberikan kepada peneliti
10. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan dan penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti
harapkan. Bersama dengan selesainya proposal ini peneliti mengharapkan banyak
manfaat yang diperoleh untuk para pembaca. Atas perhatiannya peneliti
mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 1 Juli 2013
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
iii
ABSTRAK..................... .......................................................................................
iv
MOTTO.............. ..................................................................................................
v
PERSEMBAHAN............... ..................................................................................
vi
KATA PENGANTAR. .........................................................................................
vii
DAFTAR ISI
....................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xv
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
5
E. Keaslian Penelitian ...................................................................
6
: TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan.................................................................. ............
8
B. Perkembangan Janin .................................................................
12
C. Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan ................. ......
39
D. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
ix
Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi
Kecerdasan Janin dalam Kandungan ..................................................................
47
E. Kerangka Teori .........................................................................
48
F. Kerangka Konsep ......................................................................
49
G. Hipotesis ...................................................................................
50
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................
51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
51
C. Populasi dan Sampel .................................................................
51
D. Varibel Penelitian .....................................................................
53
E. Definisi Operasional .................................................................
54
F. Instrumen Penelitian .................................................................
56
G. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data .........................
61
H. Alur Penelitian ..........................................................................
65
I.
Jadwal Penelitian .....................................................................
68
J.
Etika Penelitian ........................................................................
69
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Hasil Penelitian .........................................................................
71
B. Pembahasan ..............................................................................
78
: PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
86
B. Saran .........................................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Teori .............................................................................
48
Gambar 2.2
Kerangka Konsep .........................................................................
49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pertumbuhan Janin dalam Uterus ......................................................
39
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat PengetahuanIbu Tentang
Perkembangan Janin Sebelum Uji Validitas .....................................
57
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat PengetahuanIbu Tentang
Perkembangan Janin Setelah Uji Validitas ........................................
57
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan .
58
Tabel 3.4 Rumus Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan
Janin dalam Kandungan ....................................................................
64
Tabel 3.5 Jadwal Penelitian ...............................................................................
68
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil di
BPM Sri Lumintu ..............................................................................
72
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di
BPM Sri Lumintu ..............................................................................
73
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil di
BPM Sri Lumintu .............................................................................
73
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Gravida Ibu Hamil di
BPM Sri Lumintu ..............................................................................
74
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin di
BPM Sri Lumintu ..............................................................................
75
Tabel 4.6 Stimulasi Kecerdasan Janin di BPM Sri Lumintu .............................
76
xii
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin dengan Stimulasi
Kecerdasan Janin dalam Kandungan DI bpm Sri Lumintu ..............
76
Tabel 4.8 Hasil Uji Chi Square .........................................................................
77
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2.
Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3.
Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 4.
Surat Ijin Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 5.
Hasil Uji Validitas
Lampiran 6.
Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 7.
Tabel Nilai-nilai r Produck Moment
Lampiran 8.
Kuesioner Penelitian Sesudah Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 9.
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 10. Surat Keterangan Penyelesaian Penelitian
Lampiran 11. Hasil Penelitian
Lampiran 12. Frequencies (Tabel Frekuensi Data)
Lampiran 13. Harga Kritik Tabel Chi Square
Lampiran 14. Curiculum Vitae
Lampiran 15. Lembar Konsultasi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan ibu untuk menjadikan tumbuh
kembang anaknya menjadi optimal sebagai generasi bangsa adalah dengan
memiliki anak cerdas. Kecerdasan (IQ) anak kecil tidak sepenuhnya dipengaruhi
oleh faktor keturunan, tapi juga faktor stimulasi. Otak sebagai organ yang sangat
berperan dalam menentukan kecerdasan seorang anak sudah dibentuk sejak usia
kehamilan 8-14 minggu. Itu sebabnya ibu hamil sangat dianjurkan menjaga
kesehatan kehamilannya. Misalnya saja dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dan memberikan stimulasi kepada janin (Soedjatmiko, 2012).
Dinas Kesehatan (2008) yang dikutip dalam Sasongko (2010) telah
menyatakan mengenai analisa situasi orang tua dan anak di Dinas Kesehatan
tingkat I Propinsi Jawa Tengah 2008 untuk deteksi tumbuh kembang balita di
Jawa Tengah di tetapkan 80% tetapi cakupan diperiksa 40-59% dan mengalami
perkembangan tidak optimal sebanyak 0,14%. Hal ini bisa disimpulkan bahwa
rendahnya masyarakat terhadap tumbuh kembang anaknya.
Sudjatmiko (2008), mengemukakan bahwa fase perkembangan anak tidak
hanya terjadi saat anak lahir, tetapi juga saat anak masih di dalam kandungan.
Karena kepribadian janin dipengaruhi oleh makanan, emosi, musik yang
didengar dan interaksi dengan orang lain. Maka dari itu untuk mengontrol
1
2
perkembangan anak saat hamil, orangtua harus memperhatikan aspek biomedis,
kasih sayang dan stimulasi(Annisa, 2013).
Aspek biomedis yang dikemukakan oleh Sudjatmiko (2008), diantaranya
adalah asupan protein, mineral, karbohidratdan zat gizi yang harus dipenuhi ibu
hamil untuk menghasilkan anak cerdas. Aspek ini dipenuhi sejak wanita belum
mengandung. Sayangnya di negara berkembang, kehamilan dipandang sebagai
hal mengejutkan sehingga calon ibu hanya mempersiapkan gizi yang
dikonsumsinya tetapi tidak memperhatikan kebutuhan dasar anak berupa aspek
kasih sayang terkait dengan persepsi ibu hamil terhadap janin(Annisa, 2013).
Rusmi (2010), mengemukakan bahwa rangsangan atau stimulasi sejak dini
adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan
kecerdasan anak. Kecerdasan dapat dideteksi sejak dini, yaitu sejak seorang anak
mampu menampilkan perilaku tertentu. Kecerdasan anak dapat dilatih lewat
ketajaman daya ingatnya. Latihan untuk menajamkan daya ingat anak kecil
sebaiknya ibu lakukan selama dia masih dalam kandungan. Selama proses
kehamilan, janin akan menyerap segala bentuk latihan yangibu berikan sehingga
berpengaruh pada perkembangan otaknya di kemudian hari(Sasongko, 2010).
Dinas Kesehatan (2009), mengemukakan bahwa orang tua memiliki peran
penting dalam optimalisasi perkembangan seorang anak. Orang tua harus selalu
memberikan rangsang/stimulasi kepada anak dalam semua aspek perkembangan
baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi ini harus
di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode
3
bermain
dan
lain-lain.
Sehingga
perkembangan
anak
akan
berjalan
optimal(Sasongko, 2010).
Stimulasi selama kehamilan dapat membuat janin setelah lahir lebih perhatian
terhadap orangtuanya. Stimulasi bisa dilakukan berkomunikasi dengan janin seperti
memberi sentuhan pada perut pada usia kehamilan 20 minggu keatas,
mendengarkan musik atau menempelkan headphone pada perut ibu pada usia 24
minggu keatas, menempelkan senter pada perut pada usia kehamilan 26 minggu
keatas dan masih banyak lainnya. Janin dalam perut juga dapat diajak
berkomunikasi bersama orangtuanya. Dengan demikian, emosi bayi bekerja lebih
cepat. Jadi, ketika lahir, bayi sudah mengembangkan kecerdasannya. Tentunya ini
harus dilakukan dengan kontinyu dan suara yang jelas (Andriana, 2011; h: 65-69).
Peran baik ayah dalam menenangkan ibu hamil dan janinnya sangat
berkaitan dengan perkembangan sosial anak. Begitupula keterlibatan kakak
akan membuat posisi seorang kakak tetap aman meski waktu orangtuanya telah
berkurang karena calon adiknya (Anissa, 2013).
Menurut Rusmi (2010) untuk dapat melakukan stimulasi maka
diperlukan pengetahuan mengenai stimulasi tersebut. Pengetahuan ibu dalam
memberikan stimulasi pada anak sangat penting. Banyak ibu yang masih belum
mempunyai pengetahuan yang benar tentang stimulasi perkembangan pada
anak sejak dini terutama selama anak masih dalam kandungan. Stimulasi
perkembangan berkaitan baik dengan tujuan pemberian stimulasi(Sasongko,
2010).
4
Studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Sri LumintuSurakarta pada
tanggal 21 Februari 2013 didapatkan jumlah ibu hamil tahun 2012 sebanyak
1.240 jiwa. Dari hasil wawancara sejumlah 10 orang ibu hamil diperoleh data
bahwa diketahui sebanyak 4 orang (40%) diantaranya mengerti tentang
stimulasi kecerdasan janin seperti melakukan stimulasi dengan cara
memberikan sentuhan pada perut, mendengarkan musik klasik dan 6 orang
(60%) kurang mengerti tentang stimulasi kecerdasan janindan melakukan
stimulasi saja tanpa sadar seperti memberikan sentuhan.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih jauh adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
perkembang janin dengan stimulasi perkembangan janin dalam kandungan di
BPM Sri Lumintu Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan penelitian ini
adalah Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan
diBPM Sri Lumintu Surakarta?
5
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil dengan
stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di BPM Sri LumintuSurakarta.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan
janin di BPM Sri LumintuSurakarta.
b.
Untuk mengetahui stimulasi kecerdaskan janin dalam kandungan di
BPM Sri LumintuSurakarta.
c.
Menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan
di BPM Sri Lumintu Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1.
Secara Aplikatif
a.
Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memberikan konseling
pada ibu hamil tentang pentingnya stimulasi kecerdasan janin dalam
kandungan guna meningkatkan kecerdasan generasi penerus bangsa.
b.
Institusi Kesehatan
Sebagai informasi dan bahan pustaka bagi pembaca di
perpustakaan
tentang
pelaksanaan
stimulasi
kecerdasan
berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan janin.
janin
6
c.
Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil memahami dan mengerti tentang perkembangan
janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan sekaligus
menerapkannya.
2.
Secara Teoritis
Diharapkan dapat memberikan masukan teori mengenai pentingnya
tingkat pengetahuan perkembangan janin oleh ibu hamil, sehingga dapat
melakukan stimulasi kecerdasan janin sejak dalam kandungan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh :
Sasongko, B(2010),Pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak usia
0-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Maesan kabupaten Bondowoso.Dalam
penulisan inimenggunakan desain penelitian survei. Penelitian ini dilaksanakan
di wilayah kerja Puskesmas Maesan Kabupaten Bondowoso mulai bulan JuniAgustus 2010.Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki
anak usia 0-5 tahun yang datang memeriksakan diri di wilayah kerja puskesmas
Maesan pada bulan Juni-Agustus 2010 dengan jumlah 260 orang.Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 0-5
tahun yang datang memeriksakan diri di wilayah kerja puskesmas Maesan pada
bulan Juni-Agustus 2010 dengan jumlah 249 orang.Cara pengambilan data
dengan wawancara. Instrument pengumpulan data berupa angket atau kuesioner.
Kesimpulandari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang
7
stimulasi perkembangan anak usia 0-5 tahun di Puskesmas Maesan Bondowoso
lebih dari 50% berpengetahuan cukup yaitu 42 responden (55,56%), dari hasil
perhitungan distribusi didapat mean lebih dari 50% berpengetahuan cukup yaitu
56,11%, median lebih dari50% berpengetahuan cukup yaitu 67,58%dan didapat
modus lebih dari 75% berpengetahuan baik yaitu 86,06%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1.
Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003; h : 121).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung
maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010; h : 10).
2.
Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003;h: 122-123), pengetahuan yang dicakup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
a.
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
8
9
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
b.
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau
materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang
dipelajari.
c.
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik
dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di
dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
10
Kemampuan analisis ini dapat
seperti
dapat menggambarkan
dilihat dari penggunaan kata kerja,
(membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya,
dapat
menyusun,
dapat
merencanakan,
dapat
meringkas,
dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3.
Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010; h: 1019), dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a.
Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah
1) Cara Coba-Salah (Trial and Error )
Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh
manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-
11
coba atau dengan kata lain yang lebih dikenal “ trialanderror”.
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Apabila menghadapi persoalan atau
masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan
kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan
yang ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut
dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode
trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode cobasalah/coba-coba.
2) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
3) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Cara ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai
kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,
ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Pengetahuan
tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
12
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat
yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan pengalaman sendiri.
Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut
menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman
pribadi
dapat
digunakan
sebagai
upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang
kembali
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan
masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain
yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi
bila gagal, maka tidak akan menggunakan cara itu dan berusaha
untuk
mencaricarayanglain,sehinggadapat
berhasil
memecahkannya.
5) Cara Akal Sehat (Common Sence)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini
berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau
menuruti
nasehat
orang tuanya,
atau
agar
anak
disiplin
13
menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,
misalnya
dijewer
telinganya
atau
dicubit.
Ternyata
cara
menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori
atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan metode
(meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.
Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment)
merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk
mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan norma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut yang bersangkutan, terlepas
dari apakah kebenaran tersebut rasioanal atau tidak. Sebab
kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan
bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
7) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif
sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara
yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh
seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan
hati saja.
14
8) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu
menggunakan
penalarannya
dalam
memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik
melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada
dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak
langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan,
kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu
kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pernyataan-pernyataan khusus kepada umum dinamakan induksi.
Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum kepada yang khusus.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataaan yang bersifat
umum.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus.
15
b.
Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahaun
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitiann
(research methodology).
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2010; h: 16-18), pengetahuan yang
dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a.
Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip Nursalam (2003) pekerjaan
adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
16
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
b.
Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip Nursalam (2003)
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
5.
Kriteria Tingkat pengetahuan
Menurut Arikunto (2003) dikutip dalam Wawan dan Dewi (2010; h :
18). Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif,yaitu :
a.
Baik
: Hasil prosentase 76%-100%
b.
Cukup
: Hasil prosentase 56%-75%
c.
Kurang : Hasil prosentase < 56%
B. Perkembangan Janin
1.
Definisi Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan
kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai
17
mati (The progressive and continue in the organism from birth to death).
Pengertian lain dari perkembangan adalah
perubahan–perubahan yang
dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau
kematangannya
(maturation)
yang
berlangsung
secara
sistematis,
progresifdan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah) (Yusuf, 2011; h: 15).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan
(Mansur, 2009; h: 25).
Perkembangan adalah proses perubahan kualitatifyang mengacu pada
kualitas
fungsi
organ-organ
jasmaniah,
sehingga
penekanan
arti
perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis (Yusuf, 2011, h: 25).
a.
Prinsip –prinsip perkembangan
Prinsip – prinsip perkembangan menurut Yusuf (2011; h: 17-20)
yaitu:
1) Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti
(Never Ending Process)
Manusia secara terus-menerus berkembang atau berubah
yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang
hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak
masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
18
2) Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi,
intelegensi,
maupun
sosial,
satu
sama
lainnya
saling
mempengaruhi. Terdapat korelasi yang positif diantara aspekaspek tersebut.
3) Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu
Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan
dari tahap sebelumnya yang merupakan syarat bagi perkembangan
selanjutnya.
4) Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapi kematangannya
terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan
ada yang lambat).
5) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
6) Setiap individu yang normal akan mengalami tahap / fase
perkembangan.
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang
normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase–fase
perkembangan : janin, bayi, kanak – kanak, anak, remaja, dewasa
dan masa tua.
b.
Fase–fase perkembangan
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau
pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-
19
ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah
pembabakan atau periodisasi perkembangan ini, para ahli berbeda
pendapat . Pendapat–pendapat itu secara garis besar dapat digolongkan
menjadi
tiga
yaitu
berdasarkan
analisis
biologis,
didaktisdan
psikologi(Yusuf, 2011; h: 21).
1) Tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis
Menurut Elizabeth Hurlock yang dikutip dari Yusuf (2011; h:
21) mengemukakan penahapan perkembangan individu, yakni
sebagi berikut :
a) Tahap I
: Fase Prenatal (sebelum lahir), mulai masa
konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar
9 bulan atau 280 hari.
b) Tahap II
: Infancy (orok), mulai lahir sampai usia 10 atau
14 hari.
c) Tahap III : Babyhood (bayi), mulai dari 2 minggu sampai
usia 2 tahun.
d) Tahap IV : Childhood (kanak-kanak), mulai 2 tahun sampai
masa remaja (puber).
e) Tahap V
: Adolesence / puberty, mulai usia 11 atau 13
tahun sampai usia 21 tahun.
20
2) Tahap perkembangan berdasarkan didaktis
Yang dapat digolongkan kedalam penahapan berdasarkan
didaktis atau instruksional antara lain pendapat dari Comenius dan
pendapat Rosseau (Yusuf, 2011; h: 22).
a) Comenius :
Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang
lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang
yaitu :
(1) Sekolah ibu (Scola Maternal) untuk anak usia 0-6 tahun.
(2) Sekolah bahasa ibu (Scola Vernaculan) untuk anak usia 612 tahun.
(3) Sekolah latin ( Scola Latina) untuk remaja usia 12-18
tahun.
(4) Akademi (Academica) untuk pemuda-pemudi usia 18-24
tahun.
b) Rosseau :
Perkembangan ini berupa :
(1) Tahap I
: 0-2 tahun, usia asuhan.
(2) Tahap II
: 2-12 tahun, masa pendidikan jasmani dan
latihan panca indera.
(3) Tahap III
: 12-15 tahun, periode pendidikan akal.
(4) Tahap IV
: 15-20 tahun, periode pendidikan watak dan
pendidikan agama.
21
3) Tahap perkembangan berdasarkan psikologis
Menurut Yusuf (2011; h: 22-23) perkembangan individu
dapat digambarkan melewati tiga periode atau masa yaitu :
a) Dari lahir sampai kegoncangan pertama (tahun kedua atau
keempat yang biasa disebut masa kanak-kanak).
b) Dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan
kedua yang disebut dengan keserasian bersekolah.
c) Dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang
biasa disebut masa kematangan.
2.
Tahap Perkembangan janin
Kehamilan normal biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan atau 9
bulan kalender, atau 40 minggu, atau 280 hari. Lama kehamilan dihitung
dari hari pertama menstruasi terakhir (HPMT). Akan tetapi sebenarnya
konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir.
Dengan demikian umur janin pasca konsepsi ada selisih kira-kira dua
minggu, yakni 266 hari atau 38 minggu. Usia pasca konsepsi ini akan
digunakan
untuk
mengetahui
perkembangan
janin
(Kusmiati
dalam
rahim
Y.
Wahyuningsih H.P dan Sujiyatini, 2009; h : 37).
Pertumbuhan
dan
perkembangan
janin
sangat
dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan plasenta
sebagai akar yang akan memberikan nutrisi. Umur janin yang sebenarnya
dihitung
dari
saat
fertilisasi
atau
sekurang-kurangnya
dari
saat
ovulasi.Menurut Kusmiati Y. Wahyuningsih H.P dan Sujiyatini (2009; h:
22
37), pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap penting
yaitu:
a.
Tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum
tampak berbentuk dalam pertumbuhan.
b.
Tingkat embrio (mudiqah) antara umur 3-5 minggu dan sudah terdapat
rancangan bentuk alat-alat tubuh.
c.
Tingkat janin (fetus) sudah berbentuk manusia dan berumur diatas 5
minggu
Masa kehidupan intra uterin manusia secara umum menurut
Yuliakhah (2006; h: 40) dibagi menjadi dua tahap yaitu :
a.
Masa embrional
Masa embrional, meliputi masa pertumbuhan intrauterin sampai
usia kehamilan 8 minggu, ketika ovum yang dibuahi (zigot)
mengadakan pembelahan dan diferensiasi sel-sel menjadi organ-organ
yang hampir lengkap sampai terbentuk struktur yang akan berkembang
menjadi bentuk manusia. Proses pembentukan organ dari tidak ada
menjadi ada (organogenesis) pada beberapa sistem organ, misalnya
sistem sirkulasi, berlanjut terus sampai minggu ke-12 sehingga
beberapa sumber mengklasifikasikan pertumbuhan masa embrional
sampai dengan minggu ke-12 (trimester pertama kehamilan).
b.
Masa fetal
Meliputi masa pertumbuhan intrauterin antara usia kehamilan
minggu ke 8-12 sampai dengan sekitar minggu ke-40 (pada kehamilan
23
normal / aterm), ketika organisme yang telah memiliki struktur lengkap
tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
sampai pada keadaan yang memungkinkan untuk hidup dan berfungsi
di dunia luar (ekstra uterin).
Sedangkan menurut Hani, dkk (2010; h: 39-40), terdapat 3 masa
pertumbuhan janin :
a.
Masa pre-embrionik
Berlangsung selama 2 minggu setelah terjadinya fertilisasi.
Terjadi proses pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian
inner-cell mass akan membentuk 3 lapisan utama yaitu:
1) Ektoderm, melapisi cavitas amniotica, merupakan lapisan sel
tunggal yang bertanggung jawab atas pertumbuhan kulit, rambut,
kuku, jaringan saraf, alat indera, kelenjar ludah, cavitas nasi bagian
bawah canalis analis, traktus genetalisdan glandula mammae.
2) Endoderm, melapisi saccus vitellius dan berkembang membentuk
traktus digestivus, hepar, pankreas, laring, trakhea, paru, vesika
urinaria dan uretra.
3) Mesoderm, lapisan jaringan selain ektoderm dan endoderm yang
berasal dari inner-cell mass, terletak disekitar cakram embrio,
menghasilakan sistem sirkulasi dan limfatik, tulang, otot, ginjal,
ureter, organ genetalia dan jaringan subkutan.
24
b.
Masa embrionik
Berlangsung sejak 2-8 minggu. Sistem utama didalam tubuh telah
ada dalam bentuk radimenter (mengecil, menciut dan akhirnya
menghilang). Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Sering
kali disebut masa organogenesis atau masa pembentukan organ.
Sebagai akibat pembentukan organ, maka ciri-ciri utama bentuk tubuh
mulai jelas.
1) Lapisan mudiqah ektoderm berfungsi membentuk organ dan
struktur tubuh yang memelihara hubungan dengan dunia luar yaiu
susunan saraf pusat, sistem saraf tepi, epitel sensorik telinga,
hidungdan mata, kulit, termasuk rambut dan kuku, kelenjar
hipofisis, kelenjar mammae, kelenjar keringat dan email gigi.
2) Lapisan mesoderm, terutama mesoderm pada aksial yang
membentuk somity dimana somit tersebut membentuk miotom
(jaringan otot), sklerotom (tulang rawan dan hidung) dan
dermatotom (jaringan subkutan kulit). Mesoderm juga membentuk
sistem kemih-kelamin : ginjal, gonad dan saluran-salurannya
(tetapi tidak termasuk kandung kemih), juga membentuk limpa dan
korteks adrenal.
3) Lapisan endoderm menghasilkan lapisan epitel saluran pencernaan,
saluran pernapasan, kandung kemih, membentuk parenkim tiroid,
kelenjar paratiroid, hati dan kelenjar pankreas, serta kavum timpani
dan tuba eustakhius.
25
c.
Masa fetal
Berlangsung setelah minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir.
3.
Perkembangan janin dalam kandungan
Perkembangan janin dalam kandungan akan menjadi salah satu hal
yang sangat menyenangkan dalam proses kehamilan ini, karena hampir
semua apa yang ibu lakukan berefek terhadap janin dalam kandungan
(Maulana, 2010; h : 161).
Berikut ini adalah perkembangan janin menurut Hutahaean (2009; h:
48-75) dalam minggu ke minggu :
a.
Trimester I (1-12 minggu)
1) Minggu ke-1
Minggu ini sebenarnya masih periode menstruasi, bahkan
pembuahan pun belum terjadi. Sebab tanggal perkiraan kelahiran
bayi dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir. Proses
pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan informasi
kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim. Saat ini
janin sudah memiliki segala bekal genetik, sebuah kombinasi unik
berupa 46 jenis kromosom manusia. Selama masa ini, yang
dibutuhkan hanyalah nutrisi (melalui ibu) dan oksigen.
Sel-sel telur berada didalam rahim, berbentuk seperti
lingkaran sinar yang mengelilingi matahari. Sel ini akan bertemu
dengan sel-sel sperma dan melalui proses pembuahan. Lima juta
sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir mereka yaitu sel
26
telur. Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tetapi pada
akhirnya hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur.
2) Minggu ke-2
Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang
telah dibuahi membelah dua, 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus
membelah, sel telur bergerak di dalam lubang fallopi menuju
rahim. Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Selsel mulai berkembang dan terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga
pada hari yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu
blastosit terpaut dalam endometrium.
3) Minggu ke-3
Sampai usia kehamilan 3 minggu, ibu hamil mungkin belum
sadar jika sedang mengandung. Sel telur yang telah membelah
menjadi ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut
blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.
4) Minggu ke-4
Kini, bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon
kehamilan Chorionic Gonadotropin (HCG), sehingga apabila
melakukan
test
kehamilan,
hasilnya
positif.
Janin
mulai
membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan
otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta (urat besar yang
membawa darah ke jantung).
27
5) Minggu ke-5
Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm, endoderm.
Ectoderm adalah lapisan yang paling atasyang akan membentuk
sistem saraf pada janin tersebut dan seterusnya membentuk otak,
tulang belakang, kulit, serta rambut. Lapisan mesoderm berada
pada lapisan tengahyang akan membentuk organ jantung, buah
pinggang, tulang dan organ reproduktif. Lapisan endoderm yaitu
lapisan yang paling dalam yang akan membentuk usus, hati,
pankreas dan pundi kencing.
6) Minggu ke-6
Ukuran embrio rata- rata 2-4 mm yang diukur dari puncak
kepala hingga bokong. Tuba syaraf sepanjang punggung bayi telah
menutup. Walaupun belum bisa mendegar, namun jantung bayi
sudah mulai dibentuk, puncuk-puncuk kecil yang akan berkembang
menjadi lengan kaki pun mulai nampak.
7) Minggu ke-7
Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan
beratnya 0,8 mg, kira-kira sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan
mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil.
Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bili kiri, begitu pula
dengan saluran udara yang terdapat didalam paru-paru.
28
8) Minggu ke-8
Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi
pada bayi. Ujung hidung dan kelopak mata mulai berkembang,
begitu pula telinga. Bronchi, saluran yang menghubungkan paruparu dengan tenggorokan, mulai bercabang. Lengan semakin
membesar dan memiliki satu siku. Semua ini terjadi hanya dalam 6
minggu setelah pembuahan.
Bayi sudah mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang
hidung, bibir, mulut serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan
berada dibawah membran kulit yang tipis. Anggota tangan serta
kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna.
9) Minggu ke-9
Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus
berkembang berikut jari-jari kaki dan tangan mulai terbentuk. Bayi
mulai bergerak walaupun ibu belum merasakannya. Dengan dopler,
bidan bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya
sekitar 22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gram.
10) Minggu ke-10
Semua
organ
penting
yang
telah
terbentuk
mulai
bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat dengan cepat, hampir
250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Bayi sudah mulai
tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dengan
berat 7 gram.
29
11) Minggu ke-11
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut,
kuku jari tangan dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini
janin sudah menguap. Gerakan demi gerakan kaki dan tangan,
termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukkan
kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa
mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, atau malah
jungkir balik yang kerap terasa menyakitkan sekaligus memberi
sensasi kebahagiaan tersendiri.
12) Minggu ke-12
Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jarijari tangan dan kaki yang mungil terpisah penuh. Usus bayi telah
berada di dalam rongga perut. Akibat meningkatnya volume darah
ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya sekitar 63
mm dan beratnya 14 gram. Mulai proses penyempurnaan seluruh
organ tubuh. Bayi membesar beberapa milimeter setiap hari. Jari
kaki dan tangan mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak
mata.
b.
Trimester II (13-28 minggu)
1) Minggu ke-13
Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang untuk
menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi.
Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang
30
berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19
gram.Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang lain.
Badannya juga semakin membesar untuk mengejar pembesaran
kepala.
2) Minggu ke-14
Tiga bulan setelah pembuahan, panjangnya 80-110 mm dan
beratnya 25 gram. Lehernya semakin panjang dan kuat. Lanugo,
rambut halus yang tumbuh diseluruh tubuh pada minggu ini.
Kelenjar prostat pada bayi laki-laki berkembang dan ovarium turun
dari rongga perut menuju panggul. Detak jantung bayi mulai
menguat tetapi kulit bayi belum tebal karena belum ada lapisan
lemak.
3) Minggu ke-15
Tulang dan sumsum tulang di dalam sistem kerangka terus
berkembang. Jika bayi anda perempuan, ovarium
mulai
mengasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit bayi masih
sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan. Akhir minggu
ini, beratnya 49 gram dan panjang 113 mm. Bayi sudah mampu
menggenggam tangannya dan mengisap ibu jarinya. Kelopak
matanya masih tertutup.
4) Minggu ke-16
Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi
melalui plasenta. Bayi telah mempuyai tulang yang kuat dan mulai
31
bisa mendengar suara. Dalam proses pembentukan ini sistem
peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi.
Janin mulai bergerak, ibu kadang belum merasakannya. Semakin
banyak kalsium yang disimpan dalam tulang bayi seiring dengan
perkembangan kerangka. Bayi berukuran 116 cm dan beratnya 80
gram.
5) Minggu ke-17
Dengan panjang 12 cm dan beratnya 100 gram, bayi masih
sangat kecil. Lapisan lemak coklat mulai berkembang, untuk
menjaga suhu tubuh bayi setelah lahir. Saat lahir, berat lemak
mencapai tiga perempat dari total berat badannya. Rambut, kening,
bulu mata mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai
terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk.
6) Minggu ke-18
Mulailah bersenandung sebab janin mulai bisa mendengar
pada minggu ini. Bayi bisa terkejut bila mendengar suara keras.
Mata pun bisa berkembang. Bayi mulai mengetahui adanya cahaya.
Panjangnya sudah 14 cm dan beratnya 140 gram. Bayi sudah bisa
melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu. Hormon
estrogen dan progesteron semakin meningkat.
7) Minggu ke-19
Tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin
yang melindungi kulit dari luka. Otak bayi telah mencapai jutaan
32
saraf motorik karenanya bayi mampu membuat gerakan sadar
seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram dengan panjang
hampir 16 cm.
8) Minggu ke-20
Setengah perjalanan telah diakui. Kini, beratnya mencapai
260 gram dan panjangnya 14-16 cm. Dibawah lapisan vernik, kulit
bayi mulai membuat lapisan dermis, epidermis dan subcutaneous
kuku tumbuh pada minggu ini. Proses penyempurnaan paru-paru
dan sistem pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat.
9) Minggu ke-21
Usus bayi telah cukup berkembang sehingga sudah mampu
menyerap atau menelan gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui
sistem pencernaan menuju usus besar. Gerakan bayi semakin pelan
karena beratnya 340 gram dan panjangnya 20 cm.
10) Minggu ke-22
Indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang
setiap hari. Setiap minggu, wajahnya semakin mirip seperti saat
dilahirkan. Perbandingan kepala dan tubuh semakin proposional.
11) Minggu ke-23
Meskipun lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi,
kulitnya masih kendur sehingga tampak keriput. Ini karena
produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan lemak. Bayi memiliki
kebiasaan “berolahraga”, menggerakkan otot jari-jari tangan dan
33
kaki, lengan dan kaki secara teratur. Beratnya hampir 450 mg.
Tangan dan kakinya telah terbentuk dengan sempurna, jari juga
terbentuk sempurna.
12) Minggu ke-24
Paru-paru mulai mengambil oksigen meskipun bayi masih
menerima oksigen dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar
rahim, paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan yang menjaga
kantung udara tetap mengembang, kulit bayi mulai menebal.
13) Minggu ke-25
Bayi mulai cegukan dan ini berarti bayi sedang latihan
bernafas. Bayi menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika air
ketuban yang tertelan terlalu banyak, bayi akan cegukan. Tulang
bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat.
Saluran darah di paru-paru bayi semakin berkembang. Garis
disekitar mulut bayi sudah mulai membentuk dan fungsi menelan
sudah semakin membaik. Indera penciuman bayi sudah semakin
membaik karena diminggu ini bagian hidung bayi (nostrils) sudah
mulai berfungsi. Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan
tinggi badan 34-37 cm.
14) Minggu ke-26
Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina
matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan
dengan pendengaran dan penglihatannya sudah berfungsi. Berat
34
badan bayi sudah mencapai 750-780 gram, sedangkan tinggi
badannya 35-38 cm.
15) Minggu ke-27
Paru-paru, hati dan sistem kekebalan tubuh masih harus
dimatangkan. Namun jika bayi dilahirkan, memiliki peluang 85%
untuk bertahan. Indera perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah
pandai mengisap ibu jari dan menelan air ketuban yang
mengelilinginya. Berat umum bayi seusianya 870-890 gram dengan
tinggi badan 36-38 cm.
16) Minggu ke-28
Minggu ini beratnya 1100 gram dan panjangnya 27 cm. Otak
bayi semakinberkembang dan meluas. Lapisan lemak semakin
berkembang dan rambutnya terus tumbuh. Lemak dalam badan
mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi sudah mulai terbatas
karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah
mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut
ibunya. Kepalanya sudah mengarah kebawah. Paru-parunya belum
sempurna, namun jika saat ini bayi terlahir kedunia, kemungkinan
besar telah dapat bertahan hidup.
c.
Trimester II (29-40 minggu)
1) Minggu ke-29
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti
androgen dan estrogen. Hormon ini akan menstimulasi hormon
35
prolaktin didalam tubuh ibu sehingga membuet kolostrum (air susu
yang pertama kali keluar saat menyusui). Sensitifitas dari bayi
semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara,
cahaya, rasa dan bau. Selain itu otak bayi bisa mengendalikan nafas
dan mengatur suhu badan dari bayi. Postur dari bayi sudah semakin
sempurna sebagai seorang manusia, berat badannya 1100-1200
gram, dengan tinggi badan 37-39 cm.
2) Minggu ke-30
Lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot
bayi sekarang sekitar 1400 gram dan panjangnya 27 cm. Karena,
bayi semakin besar, gerakannya semakin terasa. Mata indah bayi
sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan sudah
mulai belajar untuk membuka dan menutup matanya. Cairan
ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin berkurang. Kini
bayi pun sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan bayi
1510-1550 gram dengan tinggi 39-40 cm.
3) Minggu ke-31
Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi.
Aliran darah dari plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air
seni. Bayi berkemih hampir sebanyak 500 ml sehari di dalam air
ketuban. Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase
ini, hanya berat badan bayilah yang akan bertambah. Selain itu
lapisan lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya.
36
Tulang pada tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan
mulai memadat dengan zat-zat penting seperti kalsium, zat besi,
fosfor. Berkebalikan dengan perkembangan fisiknya, pada fase ini
perkembangan otaknya berkembang pesat dengan menghasilkan
bermilyaran sel. Apabila didengarkan musik, bayi akan bergerak.
Berat badan bayi 1550-1560 gram dan tinggi 41-43 cm.
4) Minggu ke-32
Jari tangan dan jari kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula
dengan bulu mata, alis dan rambut di kepala bayi yang semakin
jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi
sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan
berat badan 1800 gram dan panjangnya 29 cm, kemampuan untuk
bertahan hidup diluar sudah lebih baik apabila dilahirkan pada
minggu ini. Kulit bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah
terbuka dan sistem pendengaran telah terbentuk dengan sempurna.
Kuku dari jari mungil tangan dan kaki sudah lengkap dan
sempurna. Rambutnya semakin banyak dan semakin panjang. Bayi
sudah mulai bisa bermimpi.
5) Minggu ke-33
Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan
ibunya. Otak bayi semakin pesat berkembang. Pada saat ini juga otak
bayi sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap
jempolnya dan sudah bisa menelan. Walaupun tulang-tulang bayi
37
sudah semakin mengeras tetapi otot-otot bayi belum benar-benar
bersatu. Bayi sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam walaupun
nafasnya masih didalam air. Apabila bayinya laki-laki maka testis bayi
sudah mulai turun dari perut menuju skrotum. Berat badan bayi 18001900 gram, dengan tinggi badan sekitar 43-45 cm.
6) Minggu ke-34
Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan
menutup mata apabila mengantuk dan tidur, bayi juga sudah mulai
mengedipkan matanya. Tubuh ibu sedang mengirimkan antibodi
melalui darah ibu kedalam darah bayi yang berfungsi sebagai
sistem kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap terus
berlangsung bahkan lebih rinci pada saat ibu mulai menyusui. Berat
badan bayi 2000-2100 gram dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm.
7) Minggu ke-35
Pendengaran bayi sudah berfungsi secara sempurna. Lemak
dari tubuh bayi sudah mulai memadat pada bagian kaki dan
tangannya, lapisan lemak ini berfungsi untuk memberikan
kehangatan pada tubuhnya. Bayi sudah semakin membesar dan
sudah mulai memenuhi rahim ibu. Apabila bayi laki-laki maka
dibulan ini testisnya telah sempurna. Berat badan bayi 2300-2350
gram dengan tinggi badan sekitar 45-47 cm.
38
8) Minggu ke-36
Kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi.
Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari
bayi. Ginjal dari bayi sudah bekerja dengan baik dan livernya telah
memproduksi kotoran. Saat ini paru-paru bayi sudah bekerja baik
bahkan sudah siap bertemu dengan mama dan papa. Berat badan
bayi 2400-2450 gram dan tinggi badan 47-48 cm.
9) Minggu ke-37
Kepala bayi turun keruang pelvik. Bentuk bayi semakin
membulat dan kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya tumbuh
dengan lebat dan bertambah 5 cm. Kuku terbentuk dengan
sempurna. Bayi sudah mulai bisa melihat adanya cahaya diluar
rahim. Bayi pada saat ini belajar untuk melakukan pernafasan
walaupun pernafasannya masih dilakukan didalam air. Berat
badannya diminggu ini 2700-2900 gram dengan tinggi 48-49 cm.
10) Minggu ke-38-40
Proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan
kedunia.
39
Tabel 2.1
Pertumbuhan Janin dalam Uterus
Bulan Panjang
Berat Tinggi rahim
Keterangan
1
8-10 mm
Kepala 1/3 mudiqah, saluran jantung
terbentuk dan sudah berdenyut,
permukaan kaki dan tangan berbentuk
tonjolan.
2
250 mm
Muka berbentuk muka manusia,
mempunyai lengan dan tungkai
dengan jari tangan dan kaki, kelamin
tampak.
3
7-9 cm
Atas simfisis Sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal,
(tulang
janin mulai bergerak.
kemaluan
4
10-17
100 gr
½ atas
Kalamin luar sudah dapat ditentukan
cm
simfisis jenisnya, kulit ditumbuhi rambut halus
Prosesus
atau lanugo, gerak mungkin dirasakan
Xifoideus
ibu.
(Px)
5
18-27
300 gr
Setinggi
Bunyi jantung terdengar, kalau lahir
cm
pusat
sudah berusaha bernafas.
6
28-34
600 gr Diatas pusat Kulit keriput, lemak mulai ada
cm
dibawah kulit, dan tertutup verniks
kaseosa.
7
35-38
1000 gr ½ pusat Px Kalau lahir dapat hidup di dunia luar,
cm
kalau menangis mengeluarkan
suaratangis lemah.
8
42,5 cm 1.700 gr 2/3 atas pusat Kulit merah, gerak aktif.
9
46 cm 2500 gr Setinggi Px Kulit penuh lemak, alat sudah
sempurna.
10
50 cm 3000 gr
Dua jari
Kepala janin sudah masuk pintu atas
bawah Px
panggul (PAP), kuku panjang, testis
telah turun, kulit halus hampir tidak
ada lanugo.
(Sumber : Kusmiati Y. Wahyuningsih H.P dan Sujiyatini, 2009; h: 39)
C. Stimulasi Kecerdasan Janin
1.
Pengertian
Stimulasi menurut Kamus Bahasa Indonesia artinya pendorong
(perangsang, pembangkit). Sedangkan menurut Oktaria (2007) stimulasi
40
adalah kegiatan yang dilakukan merangsang kemampuan dasar anak agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Sasongko, 2010).
Menurut dr. Kusnandi Rusmi, Sp.A(k) MM (2010) mengemukakan
bahwa stimulasi ini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir
(bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan dalam kandungan) dilakukan setiap
hari, untuk merangsang sistem indera (pendengaran, penglihatan, paraba,
pencium, pengecap). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan
gerak halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta
merangsang perasaan yang menyenangkan perasaan bayi. Rangsangan yang
dilakukan sejak lahir, terus-menerus, bervariasi, dengan suasana bermain
dan kasih sayang, akan memacu
berbagai aspek kecerdaan anak
(kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik, emosi,
komunikasi bahasa, (linguistik), kecerdasan musikal, gerak (kinestetik),
visual spasial, seni rupa (Sasongko, 2010).
2.
Tujuan Stimulasi
Menurut Suherman (2000), tujuan tindakan memberikan stimulasi
adalah untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal
atau sesuai dengan yang diharapkan.Tindakan ini meliputi berbagai aktifitas
untuk merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak, berbicara,
berfikir, kemandirian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan orangtua dan
keluarga setiap ada kesempatan atau sehari hari. Stimulasi disesuaikan
dengan umur dan prinsip stimulasi (Sasongko, 2010).
41
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan ibu untuk menjadikan
tumbuh kembang anaknya menjadi optimal adalah dengan memiliki anak
cerdas.Hal ini juga merupakan tujuan stimulasi janin sejak masih dalam
kandungan. Kecerdasan (IQ) anak kecil tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh
faktor keturunan, tapi juga faktor stimulasi. Menurut
Dr. Soedjatmiko,
SpA(K), MSiotak sebagai organ yang sangat berperan dalam menentukan
kecerdasan seorang anak sudah dibentuk sejak usia kehamilan 8-14 minggu.
Itu sebabnya ibu hamil sangat dianjurkan menjaga kesehatan kehamilannya.
Misalnya saja dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan
memberikan stimulasi kepada janin (Soedjatmiko, 2012).
3.
Cara stimulasi janin dalam kandungan
Banyak orang beranggapan bahwa mendidik anak baru akan dimulai
saat anak sudah lahir, saat anak tumbuh besar, bayi, balita. Namun,
penelitian semakin berkembang dan semakin menampakkan kenyataan yang
berbeda dengan pemahaman itu. Sejak seorang ibu dinyatakan hamil, saat
itu pula ibu dapat memulai pendidikan anaknya, meskipun masih berupa
janin(Andriana, 2011; h: 127).
Rahim ibu adalah dunia pertama janin, itu adalah pemandangan
sehari-hari dan di rahim itu anak mulai belajar. Pendidikan yang ibu berikan
dapat berupa stimulasi pada pendengarannya, pengecap, sentuhan,
penglihatan dan sebagainya(Andriana, 2011; h: 127).
Menurut Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MS stimulasi janin dalam
kandungan dilakukan dengan mengajak berbicara, bercerita, menyanyikan
42
lagu, membacakan doa, lagu-lagu keagamaan, sambil mengelus-elus perut
ibu. Dapat pula dengan memperdengarkan lagu melalui radio kaset yang
ditempelkan di perut ibu (Putri, 2012).
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menstimulasi
pancaindera maupun otaknya (Andriana, 2011; h: 127-133).
a.
Indera perasa
Indera perasa pada janin terbentuk saat mendekati usia kehamilan
delapan minggu dan yang pertama kali yang berfungsi adalah sensor
terhadap sentuhan. Sesekalipun ketika usia kehamilan delapan minggu
ibu belum dapat merasakan gerakan janin sejak usia kehamilan 20
minggu ke atas, gerakannya sudah mulai terasa. Cara menstimulasi
yaitu mencoba membelai, menekan perlahan atau menyentuh perut saat
ibu merasakan ada bagian tubuh janin yang bersentuhan dengan dinding
rahim. Hal ini akan membantunya bereksplorasi terhadap sensor
perasaannya.
Mayoritas dokter spesialis anak saat ini percaya bahwa sentuhan
ibu pada anaknya ketika masih di dalam rahim adalah sesuatu yang
penting dalam membentuk ikatan batin ibu dan anaknya. Hal ini
dimulai sejak bayi masih berada dalam rahim. Sentuhan pertama antara
ibu dan anak adalah sesuatu yang istimewa, karena itu biarkan janin
mengenali sentuhan ibunya, meskipun masih dalam rahim. Ketika bayi
terlahir, sentuhan ibu akan menjadi nyata karena bayi harus langsung
diletakkan di dada ibu untuk diberikan Air Susu Ibu (ASI). Inilah yang
43
disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD penting agar saat pertama
bayi terlahir kedunia, sentuhan ibu yang sudah dikenal itulah yang
menyambutnya. Segala keajaiban dapat disaksikan ketika proses IMD,
terutama saat bayi yang baru lahir berusaha mencari puting susu ibunya
untuk menyusu. Itulah naluri dan ikatan batin yang sudah terbentuk
secara alamiah.
Kurang lebih diminggu kedelapan, janin sudah dapat merasakan
sentuhan pada kulitnya. Pertama-tama janin akan mulai merasakan
sentuhan dari mulutnya, kemudian keatas kepalanya dan menjalar
kebawah hingga kaki. Sekalipun ukurannya masih sebesar kacang,
sistem sarafnya sudah berkembang, sehingga ketika tubuhnya
menyentuh dinding rahim, bayi akan merespon dengan menggerakkan
tubuhnya, lebih-lebih ketika bergesekan dengan sesuatu.
b.
Indera pengecap
Indera pengecap janin mulai berfungsi saat kehamilan berusia 1315 minggu. Sari-sari makanan yang dikonsumsi ibu akan terbawa ke air
ketuban, sehingga janin bisa mencium atau merasakan aromanya,
bahkan menelan cairan ketuban. Cara menstimulasinya dengan
mengkonsumsi makanan sehat yang rasanya agak tajam seperti bawang
putih, rempah-rempah, atau bahkan rasa manis, asam dan lainnya untuk
melatih janin merasakan beraneka macam aroma di lidahnya. Penelitian
menunjukkan bahwa janin lebih banyak menelan air ketuban saat ibu
44
mengkonsumsi makanan yang manis dan berkurang ketika ibu
mengkonsumsi makanan yang asam atau pahit.
c.
Indera penciuman
Hidung pada janin mulai terbentuk saat usia kehamilan memasuki
usia 11-15 minggu. Sejatinya, hal ini membingungkan karena
bagaimana mungkin janin bisa mencium, sementara semua orang tahu
bahwa proses mencium berhubungan dengan udara dan pernafasan.
Stimulasi untuk indera penciuman ini bisa dilakukan dengan cara yang
sama seperti stimulasi pada indera pengecap. Penelitian juga
menunjukkan bahwa ketika bayi lahir, secara otomatis akan tertarik
untuk merangkak menuju puting susu ibunya (saat melakukan IMD)
yang ternyata disebabkan oleh aroma puting susu ibu sama dengan
aroma air ketuban.
d.
Indera penglihatan
Saat usia kehamilan 26 minggu, mata janin sudah mulai berkedip.
Walaupun didalam rahim sangat gelap, retina matanya sudah dapat
menangkap cahaya dari luar rahim. Cara menstimulasi yaitu dengan
menempelkan senter yang menyala di perut ibu dan rasakan gerakan
janin saat melihat adanya sinar. Permainan menempelkan senter ini
akan membantu stimulasi mata dan keingintahuannya akan sesuatu.
e.
Indera pendengaran
Telinga janin telah terbentuk dan sempurna saat memasuki usia
kehamilan 24 minggu dan saat usia kehamilan 25 minggu, janin dalam
45
kandungan sudah bisa mendengar suara dari luar, meskipun suaranya
agak terpendam dan lebih banyak mendengarkan suara dengan
frekuensi rendah.
Stimulasi untuk pendengaran janin adalah bentuk yang paling
mudah dilakukan karena secara otomatis sudah sering mendengar suara
di dalam tubuh ibunya, seperti suara detak jantung, cairan tubuh dan
pencernaan. Namun, untuk menstimulasi dari luar, bisa dilakukan
dengan mendengarkan musik-musik yang menenangkan, seperti musik
relaksasi atau musik klasik. Jika ibu juga menyukai jenis musik yang
dipilih, ikutlah mendengarkan bersama janin. Tidak perlu terlalu keras,
karena
air
ketuban
dapat
menyalurkan
suara
dengan
baik
sehinggamusik akan terdengar oleh janin. Namun, jika ibu tidak
menyukai jenis musiknya, biarkan janin mendengarkan musik tersebut
melalui earphone atau headphone yang ditempelkan langsung ke bagian
perutnya. Hal ini penting untuk mencegah rasa tidak nyaman pada ibu
hamil jika terpaksa mendengarkan musik yang tidak disukai, karena
akan memicu hormon stres dan rasa tidak nyaman, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi janin.
Sejatinya, selain mendengarkan musik dari radio atau media
elektronik lainnya, ada satu cara sederhana yang cukup efektif dan
dapat didengarkan oleh janin yaitu suara ibunya. Dalam buku L. Ron
Hubbard yang berjudul Dianetics : The Modern Science of Mental
Health, disebutkan bahwa menurut penelitian janin sudah dapat
46
mendengar dan membedakan suara ibunya. Membacakan buku atau
mengajaknya berbicara adalah hal yang sangat penting dalam stimulasi
pendengarannya.
Sejak
dalam
kandungan,
janin
sudah
bisa
membedakan suara ayah dan ibunya. Janin membedakan suara ayah dan
ibunya dengan cara memprogram ritme dan intonasinya. Bahasa cinta
adalah bahasa universal dan begitu pula halnya dengan alunan musik
dan bahasa sentuhan. Jangan pernah meremehkan kemampuan dalam
berkomunikasi, meskipun wujudnya secara fisik belum tampak didepan
mata. Janin sudah dapat merasakan energi yang terkirim oleh ayah dan
ibunya, karena energi tersebut “berbicara” padanya. Sekalipun tidak
dalam suatu wujud bahasa maupun ucapan, janin dapat memahami
keinginan atau perkataan orang tuanya dan dapat memberikan reaksi,
bahkan jawaban, meskipun dengan caranya sendiri (umumnya berupa
tendangan).
Selain dapat mendengarkan musik, rangkaian doa dan suara ibu,
beberapa orang percaya bahwa sesungguhnya janin mulai mengingat
irama atau suara tersebut. Sekalipun penelitian tentang hal ini masih
simpang siur, beberapa pengalaman yang berkaitan dengan musik,
irama, doa dan segala sesuatu yang berkaitan dengan suara seolah-olah
telah membuktikan sesuatu.
47
D. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan
Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan ibu untuk menjadikan tumbuh
kembang anaknya menjadi optimal sebagai generasi penerus bangsa adalah
dengan memiliki anak cerdas. Hal ini juga merupakan tujuan stimulasi janin
sejak masih
dalam kandungan. Kecerdasan (IQ) si kecil tidak sepenuhnya
dipengaruhi oleh faktor keturunan, tapi juga faktor stimulasi (Sudjatmiko, 2012).
Sedangkan salah satu faktor penting yang dimiliki dan dapat distimulasi
sejak dini adalah panca indera janin. Agar ibu mengetahui kapan stimulasi bisa
dilakukan dengan tepat, terlebih dahulu ibu harus mengetahui kapan panca
inderanya berkembang secara spesifik, artinya ibu harus mencari tahu
perkembangan janin dalam kandungan (Andriana, 2011; h : 65).
Menurut Rusmi (2010) pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi
pada anak sangat penting. Banyak ibu yang masih belum mempunyai
pengetahuan yang benar tentang stimulasi perkembangan pada anak sejak dini
terutama selama anak masih dalam kandungan.Stimulasi perkembangan
berkaitan baik dengantujuan pemberian stimulasi (Sasongko,2010).
48
E. Kerangka Teori
Pengetahuan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. faktor
internal ::
Keterangan
pendidikan,
pekerjaan, umur.
2. faktor external :
lingkungan, sosial
budaya.
a. Tahu (know)
b. Memahami
(comprehension)
c. Aplikasi
(Aplication)
d. Analisis
(Analysis)
e. Sintesis
(Synthesis)
f. Evaluasi
(Evaluation)
Pelaksanaan stimulasi
yaitu dengan
menstimulasi 5 panca
indera janin :
1. Indera perasa
2. Indera pengecap
3. Indera penciuman
4. Indera penglihatan
5. Indera pendengaran
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Mempengaruhi
Gambar 2.1 Kerangka Teori
[Sumber : Notoadmodjo (2003), Andriana (2012), Wawan dan Dewi (2010)]
49
F. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel terikat
Tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang perkembangan janin
Stimulasi kecerdasan janin
dalam kandungan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. faktor internal :
pendidikan,
pekerjaan, umur.
2. faktor external :
lingkungan, sosial
budaya.
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
:
Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Mempengaruhi
50
G. Hipotesis
Ha
: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam
kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta.
Ho
: Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam
kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasi
deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang terjadi pada sebuah
fenomena. Penggunaannya untuk mengidentifikasi hubungan yang terjadi sesaat,
tanpa perlu kelompok kontrol atau uji coba (Suyanto, 2011; h : 35).
Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu)
antara faktor resiko atau paparan dengan penyakit (Hidayat, 2007; h : 54-56).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Lokasi tempat penelitian adalahBPM Sri Lumintu Surakarta.
2.
Waktu Penelitiann
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2013.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Menurut Sugiyono (2004), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitatis dan karakteristik
51
52
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Hidayah, 2007; h : 68).
Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah Ibu Hamil
yang melakukan kunjungan antenatal ke BPM Sri Lumintu Surakarta.
2.
Sampel
Sampel
adalah
sebagian
atau
wakil
populasi
yang
diteliti.
Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan teknik sampling.
Menurut Hidayat (2007; h : 82),teknik sampling ini merupakan teknik Non
Probability Sampling yaitu dengan tidak memberikan peluang yang sama
dari setiap anggota populasi.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling quota. Teknik
sampling ini juga dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah,
tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang telah ditentukan. Dalam
mengumpulkan data, peneliti menghubungkan subjek yang memenuhi
persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek
tersebut (asal masih dalam populasi). Biasanya yang dihubungkan adalah
subyek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah. Yang
penting diperhatikan disini adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah
ditetapkan (Arikunto, 2010; h: 184-185).
L.R Gay dalam buku Educational Research yang dikutip dari Riyanto
(2012), menyatakan bahwa untuk riset deskriptif besar sampel 10% dari
populasi riset korelasi 30 subjek riset kausal komparatif 30 subjek per
kelompok dan riset eksperimental 50 subjek per kelompok. Untuk itu
53
peneliti mengambil sampel ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal
ke BPM Sri Lumintu Surakarta mencapai 30 responden(rule of thumb),
karena merupakan sampel ideal dalam penelitian korelatif.
Menurut Hidayat (2007; h : 68) yang dikutip dari Nursalam (2003)
kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi
untuk sampel penelitian yang akan diambil dengan syarat :
a.
Ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal ke BPM Sri Lumintu
Surakarta.
b.
Ibu hamil trimester II & III (usia kehamilan 12-40 minggu).
Hidayat (2007; h : 68) juga mengemukakan tentang kriteria eksklusi
merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat. Kriteria eksklusi untuk sampel penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a.
Ibu hamil yang sakit pada saat dilakukan penelitian.
b.
Ibu yang menolak menjadi responden.
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakanukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain
(Notoatmodjo, 2010; h : 169).
54
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu:
1.
Variabel bebas (independent)
Menurut Hidayat (2007; h: 86), mengemukakan variabel bebas
(independent) adalah merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini variabel
bebas adalah pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin.
2.
Variabel terikat (dependent)
Hidayat (2007; h: 86), juga mengemukakan bahwa variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam
penelitian ini variabel terikat adalah stimulasi kecerdasan janin dalam
kandungan.
E. DefinisiOperasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik
yang diamati, memungkinkan peneliti
untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (Hidayat, 2007; h : 87).
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1.
Variabel bebas : Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perkembangan
Janin.
Menurut Notoatmodjo (2010; h : 10) pengetahuan merupakan hasil
dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan
55
janin meliputi definisi perkembangan, prinsip perkembangan, masa dan
tahap perkembangan janin. Menurut Arikunto (2003) yang dikutip dari
Wawan dan Dewi (2010; h: 18) parameter kategori berupa :
a.
Baik
: hasil
prosentase
76-100%
(responden
menjawab
pernyataan benar 16-22 soal dari 22 soal).
b.
Cukup
: hasil
prosentase
56-75%
(responden
menjawab
pernyataanbenar 12-15 soal dari 22 soal).
c.
Kurang
: hasil prosentase < 56% (responden menjawab pernyataan
benar < 12 soal dari 22 soal).
Alat ukur menggunakan kuesioner dengan skala pengukuran ordinal.
2.
Variabel terikat : Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan.
Menurut Oktaria (2007) yang dikutip dalam(Sasongko, 2010),
stimulasi adalah kegiatan yang dilakukan merangsang kemampuan dasar
anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Cara
menstimulasi kecerdasan janin dalam kandungan meliputi 5 pancaindera
seperti indera perasa, pengecap, penciuman, penglihatan, pendengaran.
Parameter kategori berupa :
a.
Melakukan sepenuhnya: jika ibu melakukan semua stimulai pancaindera
janin (responden menjawab 10 pernyataan Ya).
b.
Melakukan kurang sepenuhnya: jika ibu melakukan sebagian stimulai
pancaindera janin (responden menjawab 3-9 pernyataan Ya).
56
c.
Melakukan tidak sepenuhnya : jika ibu melakukan sedikit atau bahkan
tidak melakukan stimulai pancaindera janin (responden menjawab 0-2
pernyataanYa).
Alat ukur menggunakan kuesioner dengan skala pengukuran ordinal.
F. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
lembar kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan tentang perkembangan
janin dan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan. Kuesioner disini dapat
diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah
matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan
memberikan tanda tertentu. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
berisikan tentang pertanyaan tertutup dan responden hanya memilih satu
diantaranya sehingga responden dapat memilih jawaban sesuai dengan
pendapatnya (Arikunto, 2010; h : 195).
Alternatif jawaban yang dipilih oleh responden yaitu benar dan salah.
Ketentuan untuk kuesioner favourable jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban
salah diberi nilai 0. Untuk pertanyaan unfavourable jawaban salah diberi nilai 1
dan jawaban benar diberi nilai 0. Cara pengisian kuesioner dengan memberi
tanda “” pada kata „‟Benar” jika pertanyaan dianggap benar dan pada kata
“Salah” jika pertanyaan dianggap salah.
57
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Perkembangan Janin Sebelum Uji Validitas
No
1.
Variabel
Indikator
Soal
No
1-4
Tingkat
a. Definisi
pengetahu
perkemba
-an ibu
-ngan
hamil
b. Prinsip
5-8
tentang
perkemba
perkemba
-ngan
ngan janin c. Fase
9-12
perkemba
-ngan
d. Masa dan
13-24
tahap
perkemba
-ngan janin
Total
24
Pernyataan No
C1
C2
C3
1,2,
3,4
Favour Unfavo
-able -urable
1,3
2,4
5,6,
7,8
-
-
6,7
5,8
9,10,
11,12
-
-
9,11
10,12
-
15,16,
19,20,
21,22
13,14,
17,18,
23,24
14,16,
17,19,
22,23
13,15,
18,20,
21,24
12
6
6
12
12
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Perkembangan Janin Setelah Uji Validitas
No
1.
Variabel
Indikator
Tingkat
a. Definisi
pengetahu
perkemba
-an ibu
-ngan
hamil
b. Prinsip
tentang
perkemba
perkemba
-ngan
-ngan
c. Fase
janin
perkemba
-ngan
d. Masa dan
tahap
perkemba
-ngan janin
Total
Soal
No
1-4
Pernyataan No
C1
C2
C3
1,2,
3,4
Favour Unfavo
-able -urable
1,3
2,4
5-8
5,6,
7,8
-
-
6,7
5,8
9-12
9,10,
11,12
-
-
9,11
10,12
13-22
-
15,16,
18,19,
20
13,14,
17,21,
22
14,16,
20,21
13,15,
17,18,
19,22
22
12
5
5
10
12
58
Tabel 3.3
Kisi-kisi Kuesioner Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan
No
1.
Variabel
Indikator
Stimulasi
Stimulasi panca indera janin :
kecerdasan janin a. Indera perasa
dalam kandungan
b. Indera pengecap &
penciuman
c. Indera penglihatan
d. Indera pendengaran
Total
Soal No
1-2
3-5
6
7-10
10
Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner diuji validitas
dan reabilitasnya terlebih dahulu.
1.
Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud (Arikunto, 2010; h : 211-212).
Uji validitas untuk mengukur tingkat pengetahuan dalam penelitian ini
menggunakan rumus Pearson Product Moment karena bisa digunakan pada
variabel apapun dan paling sering digunakan untuk uji validitas (Hidayat,
2007 ; h : 106).
59
∑
[ ∑
∑
∑
∑
][ ∑
∑
]
Keterangan :
r hitung
=
koefisiensi korelasi
∑Xi
=
jumlah skor hitung
∑Yi
=
jumlah skor total (item)
n
=
jumlah responden
Item dinyatakan valid jika rhitung ≥ rtabel pada taraf signifikasi 5%. Uji
validitas dilakukan di BPM Ananda Tohudan Colomadu Karanganyar pada
tanggal 1 April sampai 14 April 2013.Hasil uji validitas terhadap 24
pernyataan didapatkan nilai r hitung tertinggi sebesar 0,906 dan nilai r
hitung terendah 0,038. Penentuan valid tidaknya pernyataan, dengan cara
membandingkan r tabel pada N 30 dan taraf signifikasi 5% adalah 0,361.
Hasil pengujian validitas didapatkan 2 pernyataan no 17 dan 19
dinyatakan tidak valid karena rhitung ≤ rtabel(0,038 dan 0,086 ≤ 0,361),
sedangkan semua item pernyataan yang lain dinyatakan valid karena rhitung ≥
rtabel (0,725-0,906 ≥ 0,361). Untuk pernyataan yang dinyatakan tidak valid
ini dihilangkan dan tidak perlu diganti dengan pernyataan baru karena poin
tentang masa dan tahap perkembangan janin sudah diwakili pernyataan lain
yang sudah dinyatakan valid.
2.
Uji Reliabilitas
Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
60
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban
tertentu. Instrumen yang sudah dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai
dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama
(Arikunto, 2010 ; h : 221).
Rumus yang digunakan untuk mencari relibilitas instrumen dengan
menggunakan
rumus
Spearman-Brown
karena
kuesionernya
dalam
penelitian ini berjumlah genap, sehingga bisa dibagi menjadi dua belahan
atau kelompok (Arikunto, 2010; h : 223).
Keterangan :
r11
: koefisien reliabilitas internal seluruh item
rb
: korelasi product moment antara belahan
Item dikatakan reliabel jika rhitung ≥ rtabel pada taraf signifikasi 5%.
Hasil pengujian reliabilitas instrumen didapatkan nilai r11spearman brown
sebesar 0,975. Penentuan reliabel tidaknya pernyataan, dengan cara
membandingkan rtabel pada n = 30 dan taraf signifikasi 5% adalah 0,361.
Nilai reliabilitas instrumen (0,975) >nilai rtabel 0,361, maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian dapat dipercaya sehingga bisa
digunakan sebagai pengumpulan data.
61
G. Metode Pengumpulan Data & Analisis Data
1.
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hidayat (2007; h : 51), data yang digunakan dalam penelitian
terdiri atas dua jenis yaitu:
a.
Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti
dari yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan
keperluan penelitian. Dari penelitian ini peneliti memperoleh langsung
dari responden melalui kuesioner.
b.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain dan
data sudah ada. Dari penelitian ini peneliti memperoleh data
berdasarkan hasil pengamatan buku kunjung ibu hamil di BPM Sri
Lumintu Surakarta.
2.
Pengolahan dan Analisis Data
Hidayat (2007; h :121-122), mengemukakan bahwa data diolah dan
dikumpulkan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a.
Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
62
b.
Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka),
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan
artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali
melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
Untuk mengolah data, variabel dikategorikan sebagai berikut :
1) Variabel pengetahuan
Tingkat pengetahuan diukur dengan kuesioner dengan skala
Guttmann dengan model jawaban benar dan salah. Dengan sistem
penilaian sebagai berikut :
a) Kalimat positif :
Jika jawaban benar diberi nilai 1
Jika jawaban salah diberi nilai 0
b) Kalimat negatif :
Jika jawaban benar diberi nilai 0
Jika jawaban salah diberi nilai 1
Menurut Arikunto (2003) dikutip dalam Wawan dan Dewi
(2010; h : 18). Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,yaitu :
a) Baik
: Hasil prosentase 76%-100%
b) Cukup : Hasil prosentase 56%-75%
c) Kurang : Hasil prosentase < 56%
63
2) Variabel stimulasi kecerdasan
Stimulasi dilakukan ibu tau tidak selama kehamilan ini.
Kode 1 : jika responden menjawab ya
Kode 0 : jika responden menjawab tidak
c.
Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel
kontigensi.
d.
Melakukan teknik analisis data
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan
tujuan yang dianalisis. Analisis yang digunakan menggunakan Software
Statistical Program Social Science (SPSS) 15.00 dan langkah-langkah
analisis menurut Notoatmodjo (2010; h : 182-183) data yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Analisis univariate (analisis diskriptif)
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Variabel
yang dianalisis secara univariate dalam penelitian ini adalah
karakteristik responden untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
hamil tentang perkembangan janin dan stimulasi kecerdasan janin
dalam kandungan. Rumus untuk memperoleh skor prosentase :
64
(Riwidikdo, 2010; h: 19)
2) Analisis bivariate
Analisis bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi. Variabel yang dianalisis
secara bivariate ini adalah hubungan antara variabel perkembangan
janin
dengan
variabel
stimulasi
kecerdasan
janin
dalam
kandungan.Uji statistik menggunakan chi kuadrat karena data yang
digunakan adalah data kategorik (Sunyoto, 2012; h: 111). Adapun
untuk mempermudah perhitungan dapat dilihat dalam tabel
kontingensi sebagai berikut:
Tabel 3.4
Rumus Tabulasi Silang Pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan
janin denganstimulasi kecerdasan janin dalam kandungan
Stimulasi
Kecerdasan Sepenuhnya
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
A
D
G
a +d+g
Kurang
Tidak
sepenuhnya sepenuhnya
b
e
h
b+e+h
c
f
i
c+f+i
Jumlah
a + b+ c
d + d+f
g+h+I
Total
65
Adapan rumus yang digunakan sebagai berikut
k
 fo  fh2
i 1
fh
X2 
dimana: X2 = chi kuadrat
fo = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang diharapkan
Dengan ketentuan bahwa jika harga chi square hitung lebih
besar atausama dengan dari tabel (X2hitung≥ X2tabel) maka hubungannya
signifikan, yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
H. Alur Penelitian
1.
Tahap persiapan
a.
Menentukan judul, konsultasi ke pembimbing I dan II.
b.
Melakukan studi pendahuluan di BPM Sri Lumintu Surakarta.
c.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, konsultasi pembimbing I dan II.
d.
Mengajukan proposal untuk permohonan ijin ke lokasi penelitian sesuai
dengan aturan yang berlaku.
2.
Tahap pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di BPM Sri Lumintu Surakarta pada bulan
April - Mei 2013 untuk melaksanakan penelitian dengan tahap sebagai
berikut :
a.
Permintaan Surat Uji validitas, reabilitas dan ijin pengambilan
penelitian dari STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
66
b.
Melakukan uji validitas dan reabilitas di BPM Ananda pada bulan April
2013 dengan kuesioner berisi 24 pernyataan pengetahuan tentang
perkembangan janin untuk diujikan ke 30 responden. Hasilnya dari 24
pernyataan pengatahuan tentang perkembangan janin 2 soal diantaranya
dinyatakan tidak valid. Kemudian dilakukan uji reliabilitas pada 30
responden
dan
hasilnya
reliabel
dan
bisa
dijadikan
sebagai
pengumpulan data.
c.
Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid dan reliabel maka
langsung melakukan penelitian pada bulan Mei di BPM Sri Lumintu
Surakarta.
d.
Menentukan populasi penelitian yaitu ibu hamil yang melakukan
kunjungan antenatal (ANC) di BPM Sri Lumintu Surakarta.
e.
Memilih sempel sesuai dengan kriteria inklusi penelitian dengan cara
setiap ada pasien ibu hamil trimester II dan III yang melakukan
kunjungan antenatal (ANC) peneliti melakukan informed concent,
menyebarkan kuesioner untuk diisi responden. Penelitian dilakukan
kurang lebih selama 2 minggu.
f.
Setelah semua kuesioner responden terkumpul semua, kemudian
kuesioner
diperiksa
mengenai
kelengkapan
serta
kebenaran
jawabannya(editing), memberi code numerik(coding), memasukkan
data kedalam tebel atau database komputer (entry), dan yang terakhir
baru melakukan analisis data menggunakan SPSS (15.00).
67
3.
Tahap pelaporan
Pelaporan dilakukan setelah data yang telah terkumpul diolah dan
dianalisa kemudian disajikan, dilaporkan, disimpulkan dan dibuat dalam
bentuk laporan penelitian.
4.
Penyelesaian penelitian
Tahap akhir adalah penyusunan laporan penelitian dan dilanjutkan
seminar hasil penelitian.
68
I.
Jadwal Penelitian
Tabel 3.5
Jadwal Penelitian
Januari
No
Maret
Februari
April
Mei
juni
Juli
Kegiatan
1
1
Pengajuan Judul
2
Pembuatan proposal
3
Uji proposal
4
Revisi proposal penelitian
5
Penyusunan hasil laporan
6
Ujian laporan hasil penelitian
7
Revisi hasil penelitian dan
pengumpulan KTI
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1 2
3
4
69
J.
Etika Penelitian
Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi tempat
penelitian dan peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti
memperoleh
rekomendasi
dari
prodi
DIII
Kebidanan
STIKES
PKU
Muhammadiyah Surakarta dan mendapat izin dari BPM Sri Lumintu Surakarta
selaku tempat penelitian. Menurut Hidayat (2007, hal: 93-95) etika penelitian
sebagai berikut :
1.
Informed Consent (persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan cara memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed
Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak pasien.
2.
Anonimity
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
70
3.
Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Profil Lokasi Penelitian
BPM Sri Lumintu Surakarta terletak di Kelurahan Jajar, Kecamatan
Laweyan, Kota Surakarta. Batas sebelah barat adalah kelurahan Karang
Asem, batas sebelah timur adalah Kelurahan Jajar, batas sebelah utara
adalah perumahan Fajar Indah dan sebelah selatan adalah Kelurahan Pajang.
BPM
Sri Lumintu merupakan salah satu BPM yang cukup dikenal di
wilayah Kelurahan Pajang dan sekitarnya karena memberikan pelayanan
sepertipemeriksaan kehamilan (ANC), persalinan, nifas, bayi baru lahir,
keluarga berencana, terapi pijat bayi dan pelayanan imunisasi serta
pengobatan sederhana anak sakit maupun pasien umum dengan sakit ringan.
Selain itu terkenal dengan pelayanannya yang ramah, komunikatif dan
bersahabat dengan pasien sehingga ramai dan banyak pasien yang datang
untuk periksa. BPM Sri Lumintu saat ini memiliki 3 bidan dan 2 perawat.
BPMSri Lumintu juga memiliki fasilitas 3 kamar inap, 1 kamar periksa, 1
ruang tamu (tunggu) dan 1 ruang administrasi.
2.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dipakai dalam penelitian ini meliputi :
a. Umur
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur ibu
hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
71
72
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Hamil
di BPM Sri Lumintu Surakarta
No
1
2
3
4
Umur
21-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
Total
Jumlah
10
11
6
3
30
Persentase (%)
33,3
36,7
20,0
10,0
100
Sumber: Data Primer (Mei, 2013)
Tabel 4.1 menunjukkan pembagian kelompok umur pada ibu hamil
di BPM Sri Lumintu Surakarta. Pada tabel tersebut menunjukkan ibu
hamil dengan umur 21-25 tahun sebanyak 10 responden (33.3%), ibu
hamil dengan umur 26-30 tahun tahun sebanyak 11 responden (36,7%),
ibu hamil dengan umur 31-35 tahun sebanyak 6 responden (20%), dan
ibu hamil dengan umur 36-40 tahun sebanyak 3 responden (10%). Jadi
sebagian besar umur responden di BPM Sri Lumintu adalah 26-30 tahun
sebanyak 11 responden (36,7%).
b. Pendidikan
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan pendidikan
ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
73
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil
di BPM Sri Lumintu Surakarta
No
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
SD
3
10,0
2
SMP
7
23,3
3
SMA
15
50,0
4
PT
5
16,7
Total
30
100
Sumber: Data Primer (Mei, 2013)
Tabel 4.2 menunjukkan tingkat pendidikan pada ibu hamil di
BPM Sri Lumintu Surakarta. Pada tabel tersebut menunjukkan ibu hamil
dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 3 responden (10%), ibu hamil
tingkat pendidikan SMP sebanyak 7 responden (23,3%), ibu hamil
tingkat pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%) dan ibu hamil
tingkat pendidikan PT (Perguruan Tinggi) sebanyak 5 responden
(16,7%). Jadi sebagian besar tingkat pendidikan responden di BPM Sri
Lumintu adalah pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%).
c. Pekerjaan
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu
hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil
di BPM SriLumintu Surakarta
No
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
Swasta
11
36,7
2
Buruh
8
26,7
3
PNS
5
16,7
4
Wiraswasta
6
20,0
Total
30
100
Sumber: Data Primer (Mei, 2013)
74
Tabel 4.3 menunjukkan jenis pekerjaan pada ibu hamil di BPM Sri
Lumintu Surakarta. Pada tabel tersebut menunjukkan ibu hamil yang
bekerja swasta sebanyak 11 responden (36,7%), ibu hamil yang bekerja
sebagai buruh sebanyak 8 responden (26,7%), ibu hamil yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 5 responden (16,7%) dan ibu hamil yang bekerja
di wiraswasta sebanyak 6 responden (20,0%). Jadi sebagian besar jenis
pekerjaan responden di BPM Sri Lumintu adalah pekerja swasta
sebanyak 11 responden (36,7%).
d. Gravida
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan gravida ibu
hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Gravida Ibu Hamil
di BPM Sri Lumintu Surakarta
No
Gravida
Jumlah
Persentase (%)
1
G1P0A0
10
33,3
2
G2P1A0
14
46,7
3
G3P2A0
5
16,7
4
G4P3A0
1
3,3
Total
30
100
Sumber: Data Primer (Mei, 2013)
Tabel 4.4 menunjukkan jenis gravida pada ibu hamil di BPM Sri
Lumintu Surakarta. Pada tabel tersebut menunjukkan ibu hamil
(G1P0A0)sebanyak 10 responden (33,3%), ibu hamil G2P1A0 sebanyak
14 responden (46,7%), ibu hamil
(G3P2A0)sebanyak 5 responden
(16,7%), dan ibu hamil (G4P3A0)sebanyak 1 responden (3,3%). Jadi
75
sebagian besar gravida responden di BPM Sri Lumintu adalah (G2P1A0)
sebanyak 14 responden (46,7%).
3.
Analisis Univariate
a. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin
Hasil
penelitian
tingkat
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
perkembangan janin di BPM Sri Lumintu Surakarta, dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Perkembangan Janin
di BPM Sri Lumintu Surakarta
No
1
2
3
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
Sumber: Data Primer Mei 2013
Jumlah
11
14
5
30
Persentase (%)
36,7
46,7
16,7
100,0
Tabel 4.5 menunjukkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
perkembangan janin di BPM Sri Lumintu Surakarta, ibu hamil dengan
pengetahuan baik sebanyak 11 responden (36,7%), ibu hamil dengan
pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (46,7%) dan ibu hamil
dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (16,7%). Jadi
sebagian besar tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan
janin di BPM Sri Lumintu adalah cukup, sebanyak 14 responden
(46,7%).
b. Stimulasi Kecerdasan Janin
Hasil penelitianstimulasi kecerdasan janin di BPM Sri Lumintu
Surakarta, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
76
Tabel 4.6
Stimulasi Kecerdasan Janin di BPM Sri Lumintu Surakarta
No
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
Sepenuhnya
8
26,7
2
Kurang sepenuhnya
18
60,0
3
Tidak sepenuhnya
4
13,3
Total
30
100
Sumber: Data Primer Mei 2013
Tabel 4.6 menunjukkan stimulasi kecerdasan janin dalam
kandungan di BPM Sri Lumintu Surakarta, ibu hamil yang melakukan
stimulasi sepenuhnya ada 8 responden (26,7%), ibu hamil yang
melakukan stimulasi kurang sepenuhnya ada 18 responden (60,0%) dan
ibu hamil yang tidak melakukan stimulasi sepenuhnya ada 4 responden
(13,3%). Jadi sebagian besar ibu hamil di BPM Sri Lumintu melakukan
stimulasi kurang sepenuhnya sebanyak 18 responden (60,0%).
4.
Analisis Bivariate
Hasil tabulasi silang hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam
kandungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Tabulasi Silang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Perkembangan Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan
Di BPM Sri Lumintu Surakarta
Stimulasi
Pengetahuan
Sepenuhnya
F
%
Baik
6
20,0
Cukup
2
6,7
Kurang
0
0
Jumlah
8
26,7
Sumber: hasil olah data SPSS 15.00
Kurang
Tidak
sepenuhnya sepenuhnya
F
%
F
%
5
12
1
18
16,7
40,0
3,3
60,0
0
0
4
4
0
0
13,3
13,3
Jumlah
F
%
11
14
5
30
36,7
46,7
16,7
100
77
Pada tabel 4.7 di atas menunjukkan ibu hamil dengan pengetahuan
baik sebanyak 11 responden (36,7%), yaituibu hamil yang dengan
melakukan sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 6 responden (20,0%) dan
ibu hamil yang kurang melakukan sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 5
responden (16,7%). Ibu hamil dengan pengetahuan cukup sebanyak 14
responden (46,7%), yaitu ibu hamil yang melakukan sepenuhnya stimulasi
kecerdasan ada 2 responden (6,7%) dan ibu hamil yang melakukan kurang
sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 12 responden (40,0%). Ibu hamil
dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (16,7%),yaitu ibu hamil
yang melakukan kurang sepenuhnya stimulasi kecerdasan ada 1 responden
(3,3%) dan ibu hamil yang tidak melakukan sepenuhnya stimulasi
kecerdasan ada 4 responden (13,3%)
Hasil uji chi square dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.8
Hasil Uji Chi Square
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association N of Valid
Cases
Nominal by Nominal
Value
28.608a
24.012
14.464
30
Contingency
Coefficience
N of Valid Cases
Sumber: hasil olah data SPSS 15.00
df
4
4
1
Value
.699
30
Asymp. Sig
.000
.000
.000
Approx Sig
.000
78
Hubungan
antara
tingkat
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di
BPM Sri Lumintu Surakarta dianalisis dengan menggunakan chi square test
untuk taraf signifikan 95%.
Hasil uji korelasi dengan menggunakan uji chi square berdasarkan
nilai P-value atau membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel, apabila Pvalue < α (0,05) atau X2 hitung > X2 tabel maka, Ho ditolak dan Ha diterima,
jadi ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil
uji statistik Chi Square dengan n=30 α=5% didapatkan nilai X2 hitung
sebesar 28,608 dan X2 tabel sebesar 9,448 pada tingkat kepercayaan 95 %
dan derajat kebebasan (dk/df) adalah 4, serta P-value = 0,000 karena Pvalue (0,00) < 0,05 dan X2 hitung (28,608) > X2 tabel (9,448). Jadi bisa
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin dengan stimulasi
kecerdasan janin dalam kandungan.
B. Pembahasan
1.
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan Janin
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat pengetahuan ibu
hamil di BPM Sri Lumintu tentang perkembangan janinadalah cukup, yaitu
sebanyak 14 responden (46,7%). Pengetahuan mengenai perkembangan
janin dinilai jika seorang ibu hamil mengetahui dan memahami tentang
79
definisi perkembangan, prinsip perkembangan, fase perkembangan, masa
dan tahap perkembangan janin dalam kandungan.
Sesuai dengan teori Notoadmodjo (2003; h:121) bahwa pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Tingkat pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh: pendidikan, pengalaman, sosial ekonomi, lingkungan dan
intelegensi. Pengetahuan yang baik tentang perkembangan janin akan
mempengaruhi ibu dalam merawat janin selama kehamilan.
Sejalan dengan teori Wawan dan Dewi (2010; h: 16-18) bahwa tingkat
pengetahuan seseorang itu dipengaruhi beberapa faktor diantanya umur,
pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan budaya.
Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perkembangan janin di BPM
Sri Lumintu tingkat pengetahuannya adalah cukup karena mayoritas ibu
hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta
berumur 26-30 tahun yang
dikategorikan dalam usia reproduktif. Menurut Hurlock yang dikutip oleh
Nursalam dalam Sasongko (2010) usia adalah umur individu yang dihitung
mulai dari dilahirkan sampai saat berulang tahun. Tingkat pengetahuan atau
perkembangan kognitif seseorang biasanya dipengaruhi usia. Semakin
matang usia seseorang maka dalam memahami suatu masalah akan lebih
mudah dan dapat menambah pengetahuan. Usia tersebut memungkinkan
lebih mengetahui pengetahuan tentang perkembangan janin seperti mencari
tahu tentang perkembangan janinnya dalam kandungan agar bisa memantau
bayinya sehingga bisa menciptakan generasi penerus yang berkualitas.
80
Selain faktor umur, faktor pendidikan dimungkinkan juga memiliki
peran dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan
ibu hamil tentang
perkembangan janin di BPM Sri Lumintu.Menurut Nursalam yang dikutip
dalam Sasongko (2010), bahwa makin tinggi pendidikan sesorang, maka
makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
semakin
baik
pula
tingkat
pengetahuannya.
Pendidikan
sangat
mempengaruhi seseorang dalam memotivasi untuk siap berperan serta
dalam membangun kesehatan. Dari tingkat pendidikan responden sebagian
besar berpendidikan sedang, yaitu SMA sehingga cukup untuk bisa
menerima informasi tentang perkembangan janin dalam kandungan, seperti
dengan membaca buku tentang perkembangan janin, mencari informasi di
internet tentang perkembangan janin maupun mencari tahu informasi pada
bidan, dokter kandungan atau orang yang lebih paham tentang hal itu.
Jenis pekerjaan
pada ibu hamil di BPM Sri Lumintu Surakarta
sebagian besar pada sektor swasta. Kemungkinan seorang ibu hamil akan
sibuk dengan pekerjaannya sehingga pengetahuan tentang perkembangan
janin hanya terbatas tahu dari teman kerja atau mendapat informasi sedikit
dari lingkungan luar.Hal ini sesuai teori yang dikutip oleh Kuntjoroningrat
yang di kutip Nursalam dalam Sasongko (2010) menyebabkan bahwa,
bekerja umumnya akan menyita waktu untuk mendapatkan informasi dan
pengetahuan yang benar.
81
Menurut
Notoatmodjo
dalam
Sasongko
(2010)
mengatakan
pengalaman merupakan guru yang baik, bermakna dan merupakan sumber
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, dan pengalaman
pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Sebagian besar gravida responden di BPM Sri Lumintu adalah mempunyai
pengalaman hamil yang kedua (G2P1A0). Gravida merupakan pengalaman
ibu dalam kehamilan membesarkan anak. Pada ibu yang mempunyai anak
lebih dari 1, sudah mempunyai pengalaman tentang perkembangan janin
dalam kandungan seperti dimulainya gerakan bayi pertama kali dan
mengetahui perkembangan organ-organ janin saat kehamilan. Untuk itu
pengetahuan responden ibu hamil ini cukup karena sudah
mempunyai
pengalaman kehamilan sebelumnya.
Menurut Notoadmodjo (2007) lingkungan adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Lingkungan disekitar
penelitian mempunyai hubungan timbal balik atau saling berinteraksi baik
sehingga masyarakat sekitar mempunyai pengetahuan yang cukup untuk
bisa saling tukar informasi mengenai perkembangan janin.
2.
Stimulasi Kecerdasan Janin
Hasil penelitian dalam pemberian stimulasi kecerdasan janin dalam
kandungan adalah sebagian besar responden ibu hamil di BPM Sri Lumintu
kurang sepenuhnya dalam melakukan stimulasi kecerdasan janin dalam
82
kandungan sebanyak 18 responden (60,0%). Stimulasi dinilai jika seorang
ibu hamil melakukan stimulasi sepenuhnya meliputi stimulasi indera perasa,
pengecap, penciuman, penglihatan, dan pendengaran.
MenurutAndriana (2011; h: 65-69) stimulasi selama kehamilan dapat
membuat janin setelah lahir lebih perhatian terhadap orang tuanya. Stimulasi
bisa dilakukan berkomunikasi dengan janin seperti memberi sentuhan pada
perut, mendengarkan musik atau menempelkan headphone padaperut ibu,
menempelkan senter pada perut dan masih banyak lagi. Untuk dapat
melakukan stimulasi dengan sepenuhnya maka diperlukan
pengetahuan
dari responden. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rusmi
yang dikutip oleh Sasongko (2010) pengetahuan ibu dalam memberikan
stimulasi pada anak itu sangat penting.
Sesuai dengan teori diatas dalam melakukan stimulasi kemungkinan
dipengaruhiolehtingkat pengetahuan ibu hamil di BPM Sri Lumintu yang
sebagian besar pengetahuannya adalah cukup. Mayoritas responden kurang
begitu mengerti apa saja stimulasi yang harus dilakukan agar dapat
melahirkan generasi penerus yang cerdas dan berkualitas sesuai dengan
harapan. Mereka hanya sekejar tahu dan melakukan stimulasi secara umum
saja seperti mengajak bicara dan
meletakkan headphone diperut itu
merupakan cara menstimulasi indera pendengar. Sebenarnya dalam kegiatan
sehari-hari mereka sudah melakukan stimulasi tapi ibu tidak menyadarinya,
contohnya ibu mengelus perut saat ada gerakan janin itu merupakan
menstimulasi indera parasa, mengkonsumsi makanan sehat yang rasanya
83
agak tajamseperti bawang putih, rempah-rempah, atau bahkan rasa manis,
asam, pahit, untuk menstimulasi indera pengecap dan penciuman. Selain itu
hal yang jarang diketahui dan dilakukan ibu hamil dalam menstimulasi
kecerdasan janinnya adalah menempelkan senter yang menyala pada perut
ibu. Mungkin ibu akan berfikir mengapa hal itu harus dilakukan, padahal
sebenarnya hal itu bisa merangsang indera penglihatan.
Pada umur
kehamilan 6 bulan atau lebih, mata janin sudah mulai berkedip. Walaupun
didalam rahim sangat gelap, retina matanya sudah dapat menangkap cahaya
dari luar rahim.Permainan menempelkan senter ini akan membantu
stimulasi mata dan keingintahuannya akan sesuatu.
Notoadmodjo (2007) juga mengemukakan bahwa perilaku kesehatan
seperti melakukan stimulasi, selain dipengaruhi oleh pengetahuan tapi juga
dipengaruhi faktor pemungkin yaitu sumber daya meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan dan faktor penguat yaitu bisa berasal dari bidan,
perawat dan dokter. Karena belum ada penyuluhan mengenai stimulasi yang
benar maka responden kurang bisa melakukan sepenuhnya stimulasi
kecerdasan janin dalam kandungan. Untuk itu diperlukannya penyuluhan
mengenai stimulasi yang tepat oleh petugas kesehatan dalam melakukan
pelayanan kesehatan agar responden juga bisa melakukan stimulasi dengan
baik dan benar.
84
3.
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Perkembangan
Janin dengan Stimulasi Kecerdasan Janin dalam Kandungan
Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square dengan hasil
X2Hitung (28,608) > X2tabel (9,448) dan p (0,00) < 0,05 artinya ada hubungan
positif dan signifikan
antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
perkembangan janin dengan stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan di
BPM Sri Lumintu Surakarta. Hal ini membuktikan pengetahuan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap stimulasi kecerdasan janin dalam
kandungan.
Hal ini sesuai dengan teori Rusmi yang dikutip dalam Sasongko
(2010) bahwa pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak
sangat penting. Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan
yang benar tentang stimulasi perkembangan pada anak sejak dini terutama
selama anak masih dalam kandungan.Stimulasi perkembangan berkaitan
baik dengantujuan pemberian stimulasi.
Sedangkan menurut Andriana (2011; h : 65) salah satu faktor penting
yang dimiliki dan dapat distimulasi sejak dini adalah panca indera janin.
Agar ibu mengetahui kapan stimulasi bisa dilakukan dengan tepat, terlebih
dahulu ibu harus mengetahui kapan panca inderanya berkembang secara
spesifik, artinya ibu harus mencari tahu perkembangan janin dalam
kandungan.
Adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang perkembangan
janin terhadap stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan berarti tingkat
85
pengetahuan
yang
dimiliki
seseorang
mempengaruhi
prakteknya.
Pengetahuan tertentu tentang kesehatan, misalnya tentang perkembangan
janin merupakan hal yang penting sebelum seseorang melakukan stimulasi
kecerdasan janin dalam kandungan. Hal ini disebabkan tindakan seseorang
cenderung berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, jadi dengan
pengetahuan yang baik tentang perkembangan janin diharapkan seseorang
bisa melakukan sepenuhnya stimulasi kecerdasan janin dalam kandungan
meliputi stimulasi lima pancaindera.
Orang tua memiliki peran penting dalam optimalisasi perkembangan
seorang anak. Orang tua harus selalu memberikan rangsang/stimulasi
kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun
halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin
dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain dan lain-lain.
Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal.
Penelitian ini memiliki kesamaan 1 variabel dengan penelitian yang
dilakukan oleh Budi Sasongko (2010) dengan judul “Pengetahuan ibu
tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Maesan kabupaten Bondowoso”. Hasil penelitian ini diketahui
bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-5 tahun
di Puskesmas Maesan Bondowoso lebih dari 50% berpengetahuan cukup.
Jadi
kesamaan
dari
hasilnya
adalah
sama-sama
berpengetahuan cukup tentang stimulasi perkembangan anak.
mayoritasnya
Download