BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografiis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1Kondisi Geografis Dilihat dari letak geografis Kabupaten Halmahera Timur berada disebelah Timur Pulau Halmahera dan terletak antara 00 40’ – 10 4 Lintang Utara dan 1260 45’ – 1290 30’ Bujur Timu, dengan luas wilayah 14.202.01 Km2 yang terdiri dari luas daratan 6.506.19 km2 dan luas lautan 7.695.82.Km2. Kabupaten Halmahera Timur merupakan daerah pantai karena kurang lebih 80% desa berada di daerah pantai sedangakan 20% lainnya beada di daerah pegunungan. Secara administrafif Kabupaten Halmahera Timur berbatasan dengan: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Utara b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tidore Kepulauan d. Sebelah Timur berbatasan dengan laut Halmaheran dan Samudera Pasifik 2.1.2 Kondisi Fisik Wilayah Hidrologi Kondisi hidrologi khususnya kondisi air tanah dan air permukaan di Kabupaten Halmahera Timur sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan curah hujan serta keberadaan Sungai, Mata Air, Daerah Aliran Sungai dan Embung dengan akuifer berskala kecil sampai yang berskala besar. Yaitu antara akuifer 200 Sampai dengan akuifer 825. Selain itu juga terdapat berbagai mata air dengan debet air yang berfariasi antara 0,1 sampai dengan 500 liter per detik. Kondisi air tanah di Kabupaten Halmahera Timur secara umum dapat dilihat sebagai berikut: a. Air tanah bebas, kondisi ini dapat ditemukan pada sumur-sumur penduduk, muka air tanah berkisar antara 2-3 meter di bawah muka tanah setempat dengan kualitas yang sangat beragam. Hal ini di pengaruhi oleh kondisi tanah. di wilayah yang kondisi tanah berawah, kondisi air tanahnya kurang baik dan tidak dapat dikonsumsi pada umumnya terdapat pada wilayah Kota Maba, Kecamatan Maba, dan Kecamatan Maba selatan sedangkan pada kondisi tanah yang baik, kondisi air tanahnya cukup baik dan dapat di manfaatkan sebagai sumber air terdapat di Kecamatan wasile, wasile Timur, wasile Selatan, Wasile Tengah,Maba Utara dan Maba Tengah. b. Mata air adalah air tanah yang keluar ke permukaan tanah karena akuifer terpotong oleh topografi. Mata air ini ditemukan pada batas antara pelapukan tanah dengan bantuan dasar. Beberapa mata air ini terdapat di Mata air Lolos Manidi Kecamatan Kota Maba dan mata air tujuh bidadari di kecamatan Wasile. c. Kota Maba sebagai Ibu Kota Kabupaten Halmahera Timur termasuk Daerah Aliran Sungai atau DAS karena ditengah wilayah kota Maba terdapat aliran sungai Kimalaha yang berada antar desa Sangaji dan Desa Soagimalaha. 9 Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Halmahera Timur No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Sungai Ake Akelamo Air Onat Air sangaji Ake Waci Ake koke Air Dodaga Ake Noe Kimalaha Luas DAS (KM2) 825 417 824 368 775 284 200 223 Sumber: Bapeda Kab. Halmahera Timur, 2013 Dari tabel DAS diatas menunjukan bahwa sungai Kimalaha yang terletak ditengah Kota Maba dengan luas 223 km2 dan sungai Air Sanggaji di Kecamatan Maba dengan luas 824 km2. merupakan potensi rawan banjir di wilayah kota Mabaan dan Maba berpeluang sangat besar jika tidak dilakukan penataan lingkungan yang baik khususnya didaerah Aliran sungan. 10 PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI KAB. HALMAHERA TIMUR 9 Dari Peta Daerah Aliran Sungai diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa Daerah Aliran Sungai yang bermuarah langsung pada permukiman warga yaitu antara lain DAS Sangaji dan DAS Kimalaha yang melintas di tengah – tengah kota Maba, DAS Waci di Kecamatan Maba Selatan yang melitas ditengah desa Waci dan desa Peteley, DAS Subaim di Kecamatan Wasile melintasi desa Subaim dan beberapa desa sekitarnya, DAS Ake lamo di Kecamatan Maba Utara juga melintasi dibeberapa desa yang ada diwilayah tersebut, dan DAS Onat yang melitasi beberapa desa di Kecamatan maba Tengah. Kondisi Topografi Kondisi topografi Kabupaten Halmahera Timur pada umumnya dan kawasan perkotaan Maba berada pada lahan yang cukup luas dengan kemiringan lereng hanya mencapai 15 % dengan luas 83.000 Ha atau hampir 13% dari luas wilayah keseluruhan Kabupaten Halmahera Timur kurang lebih 650.619 Ha. Kondisi yang ada sangat memungkikan untuk pengembangan pembangunan kawasan kota Maba, serta kawsan pedesaan. Dari luas wilayah tersebut diatas, baru kurang lebih 80,169 Ha yang merupakan kawasan ruang terbangun atau 12,32 persen, yang sisanya merupakan kawasan belum terbangun. Wilayah Dengan Topografi Berada Dibawa Muka Air Laut. Topografi wilayah di Kabupaten Halmahera Timur bervariasi dari berombak, berbukit, bergelombang hingga bergunung dengan kemiringan bervariasi dari 0% hingga lebih dari 40%. Disepanjang pantai Teluk Kao dari Desa Hatetabako Kecamatan Wasile Selatan hingga ujung Desa Nusa Ambu kemiringan lahannya antara 0% hingga 2%. selain itu di Wilayah Buli, Kecamatan Kota Maba dan Maba Selatan kondisi kemiringan lereng di pesisir pantai sebagian besarnya berkisar 0-15%, dengan ketinggian rata-rata 0-5 meter dari permukaan air laut. Dari data diatas, dapat dikategorikan bahwa sebagian besar wilayah yang memiliki ketinggian antara 0-5 dan yang mempunyai elevasi 0-2%, merupakan daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut (rob). Wilayah yang di pengaruhi oleh pasang surut (Rob) di Kabupaten Halmahera Timur adalah Kecamatan Kota Maba, Maba selatan, dan Kecamatan wasile. Klimatologi. Wilayah Kabupaten Halmahera Timur beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, curah hujan rata-rata 2500 mm pertahun dengan kelembaban udara antara 74,0% pada bulan september dan 84,0% terjadi pada bulan Januari sampai dengan bulan Agustus, sedangkan tempratur udara antara 200 – 330 C. curah hujan hampir merata disemua wilayah di Kabupaten Halmahera Timur dengan intensitas curah hujan yang tergolong sangat tinggi terjadi pada bulan Desember, januari, Pebruari, Maret, April dan Bulan Mei. Berikut tabel Kilimatologi dan Curah hujan di Kabupaten Halmahera Timur. 9 Grafik 2.1a Curah Hujan Grafik 2.1b Suhu Udara Administratif Kabupaten Halmahera Timur sebagai daerah otonom baru adalah bagian dari pemekaran Kabupaten induk Halmahera Tengah, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 dengan ibu kota Kabupaten berada Di Kota Maba. Secara Administratif Kabupaten Halmahera Timur terdiri dari sepuluh Kecamatan yaitu Kecamatan Maba Selatan, Kecamatan Kota Maba, Kecamatan Maba, Kecamatan MabaTengah, Kecamatan Maba Utara, Kecamatan Wasile, Kecamatan wasile Selatan, Kecamatan Wasile Tengah, Kecamatan wasile Timur dan Kecamatan Wasile Utara dengan jumlah desa sebanyak102 desa dengan total jumlah penduduk sebanyak 74.872 jiwa. Data tahun 2012. 10 Tabel 2.2 Nama Kecamatan, Jumlah Desa, dan Luas Wilayah Luas Wilayah KECAMATAN Jumlah Desa Administrasi (%) thd Ha total Terbangun (%) thd (Ha) total Kec. Kota Maba 5 83.57 15% 0.1179 9.37% 2 Kec. Maba 7 4.09 1% 0.1448 11.51% 3 Kec. Maba Selatan 6 48.55 9% 0.1885 14.99% 4 Kec. Maba Tengah 8 52.77 10% 0.0967 7.69% 5 Kec. Maba Utara 7 89.95 17% 0.1373 10.92% Kec. Wasile Tengah 8 4.75 1% 0.2123 16.88% 7 Kec. Wasile Utara 6 69.46 13% 0.0172 1.37% 8 Kec. Wasile Timur 6 3.18 1% 0.1674 13.31% 9 Kec. Wasile 6 48.40 9% 0.092 7.31% 10 Kec. Wasile Selatan 14 137.76 25% 0.0837 6.65% 73 542.47 100% 1.2578 100% 1 6 jumlah Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka, 2012 Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 10 Kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur, Kecamatan Wasile Selatan memiliki luas wilayah terbesar yaitu 137.76 Ha. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Wasile Timur dengan luas 3.18 Ha 11 PETA ORIENTASI WILAYAH KAB. HALMAHERA TIMUR 13 PETA ADMINISTRASI DAN ORIENTASI WILAYAH KAJIAN KAB. HALMAHERA TIMUR 14 Dari peta Alministrasi diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Halmahera Timur berada di daratan pulau Halmahera bagian timur secara Administrasi Kabupaten Halmahera Timur berbatasan dengan, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kota Tidore Kepulauan, sebelah timur berbatasan dengan laut Halmaheran dan Samudera Pasifik. Dalam peta Administrasi ini juga sekaligus dicantumkan wilayah kajian Buku Butih yaitu Kecamatan Kota Maba, Kecamatan Maba , Kecamatan Wasile, dan Kecamatan Wasile Timur. 2.2 Demografi Data jumlah penduduk yang diterima dari Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Halmahera Timur tahun 2012, penduduk Kabupaten Halmahera Timur tercatat sebanyak 74.872 jiwa,dengan ke padatan penduduk rata – rata per kilometer sebanyak 11,93 jiwa per Km2. Jika di bandingkan dengan daerah lain di Indonesia maka Halmahera Timur memiliki tingkat penyebaran penduduk yang masih sangat rendah dan tidak merata diseluruh wilayah, hal ini dapat dilihat dari rentang tingkat kepadatan penduduk dari satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Kepadatan penduduk per kecamatan dan tingkat kepadatannya jiwa per km2 antara lain,. Kecamatan wasile Selatan jumlah penduduk sebanyak 11,674 jiwa dengan kepadatan 8,47 jiwa per km2. Kecamatan Maba 10.366 jiwa dengan tingkat kepadatan 25,38 jiwa per km2 Kecamatan Wasile 9,458 Jiwa dengan tingkat kepadata 19,54 jiwa per km2. Kecamatan Wasile Timur 9,208 dengan tingkat kepadatan 28,42 jiwa per km2. Kecamatan Kota Maba jumlah penduduk 7.966 dengan kepadatan penduduk 9,53 jiwa per km2. kecamatan Wasile Utara jumlah penduduk 4.508 kepadatan penduduk 6,48 jiwa per km2 dan Kecamatan WasileTengah jumlah penduduk sebanyak 5.061 jiwa, kepadatan penduduk 10,66 jiwa per km2.. Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3-5 tahun terahir Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka, 2012 Jika dilihat dari kepadatanya, Tabel diatas menunjukan bahwa ada empat kecamatan yang menjadi konsentrasi tempat tinggal penduduk yaitu di kecamatan Wasile Timur, Kecamatan Maba, Kecamatan Wasile Tengah, dan Kecamatan wasilei 15 Berdasarkan perhitungan analisis penduduk dengan menggunakan Rumus : geometrik serta memperhitungkan dinamika perkembangan penduduk setiap kecamatan, maka jumlah penduduk di Kabupaten Halmahera Timur diproyeksikan pada tahun 2014 adalah sebanyak 86.800 jiwa, pada tahun 2016 adalah sebanyak 100.427 jiwa, tahun 2020 sebanyak 100.838 jiwa dan pada tahun 2025 sebanyak 116,899 jiwa Metoda Regresi Linier dalam perhitungan proyeksi jumlah penduduk adalah: Pn =(1 + r)dn Ket: Pn = Jumlah penduduk pada akir tahun priode Po= Jumlah penduduk pada awal proyeksi r= Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun dn = Kurun waktu proyeksi 16 Tabel 2.4. Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Sumber: Hasil Alanalisis Bappeda Kab. Haltim, 2013 17 2.3 Keuangan dan Perekonomian daerah 2.3.1 Kondisi Keuangan Daerah Pendapatan Asli Daerah Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. PAD Kabupaten Halmahera Timur untuk periode tahun 2009-2013 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 42 %.pertahun. Namun demikian kontribusi terbesar untuk PAD masi tergantung pada dana perimbangan yaitu sebesar 79,79 persen per tahun. Dana Perimbangan Dalam kurun waktu 2009-2013 pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan mengalami kenaikan rata-rata 35 persen. Kontribusinya terhadap total pendapatan daerah jauh lebih besar dibandingkan dengan PAD. Kontribusi Dana Perimbangan mencapai angka rata-rata 79,79 persen per tahun selama lima tahun terakhir, sementara PAD hanya penyumbang sebesar 10,91 persen, selebihnya bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri atas Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Realisasi pendapatan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam kurun waktu 2009-2013 menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dengan rata-rata kenaika sebesar 9,30 %. Belanja Tidak Langsung Belanja tidak langsung diarahkan pada upaya pemenuhan belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, belanja bantuan Keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dan belanja tidak terduga. Rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung pada periode 2009-2013, menunjukkan kenaikan sebesar 30 persen pertahun Belanja Langsung Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal yaitu belanja yang diperuntukkan bagi pelaksanaan programprogram pembangunan dan mencerminkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD lingkup pemerintah Kabupaten Halmahera Timur. Realisasi belanja langsung dari 2009 s/d 2013 mengalami pertumbuhan yang positif dengan rincian untuk belanja pegawai rata-rata pertumbuhan sebesar 37persen, belanja barang 18 dan jasa dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 31 persen, sedangkan pada belanja modal turun rata –rata pertumbuhan 36 persen. 2.3.2 Pendapatan Daerah dan Belanja Modal Sanitasi Pengalokasian anggaran APBD untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar sanitasi yaitu dari drainase, pengelolaan limbah rumah tangga dan persampahan di Kabupaten Halmahera Timur selama 5 tahun terakhir memiliki proporsi sebagai berikut. Tahun 2009, proporsi anggaran sanitasi terhadap belanja total APBD Kabupaten Halmahera Timur hanya berkisar di angka 3,57%. Begitu pula di tahun 2010 hanya berkisar pada angka 2,96 %. Pada tahun 2011 proporsinya di angka 2,15 % . Proporsi padaTahun 2012 di angka 2,93 % dan pada tahun 2013 hanya mencapai angka 2,70% dari total belanja Sannitasi yang mendapat pengalokasian terbesar adalah di Dinas PU yaitu rata-rata diatas 90 % dari total penganggaran sanitasi untuk setiap tahunnya. Berikut tabel realisasi APBD Kabupaten Halmahera Timur untuk lima tahun terahir mulai dari tahun 2009-2013. 19 Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Halmahera Timur tahun 2009 – 2013 Sumber: Realisasi APBD Haltim, 2009 - 2013 20 Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2009 – 2012 Sumber: Realisasi APBD Haltim, 2009 - 2013 21 Tabel 2.7 Belanja Sanitasi per Kapita Kabupaten Halmahera Timur tahun 2009-2013 No 1 Deskripsi Total Belanja Sanitasi 2 Jumlah Penduduk Belanja Sanitasi Perkapita Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 21,590,863,924 13,038,461,293 12,939,810,000 16,055,791,800 17,974,797,477 72,647 74,976 76,883 79,603 81,932 297,201 173,902 168,305 201,698 219,388 Sumber: Realisasi Haltim APBD Tahun 2009 – 2013 2.3.3 Perekonomian Daerah Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran mengenai kemajuan pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah sebagai dampak dari kebijakan pembangunan dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut didukung oleh laju pertumbuhan yang berasal dari berbagai sektor ekonomi, pertumbuihan ekonomi yang baik akan memberikan peluang bagi peningkatan pendapatan masyarakat Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai maka yang digunakan adalah data PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan dengan tahun dasar tahun 2008. PDRB Halmahera Timur atas dasar harga konstan terus mengalami kenaikan yaitu dari 219,563 miliar rupiah pada tahun 2008, meningkat menjadi 252,906 milyar rupiah pada tahun 2012 PDRB atas dasar harga konstan dari tahun ketahun mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang positif Yang dialami oleh suatu daerah. Selama lima tahun terakhir sejak tahun 2008 – 2012 Halmahera Timur mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 7,40 persen. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada tahun 2009 Sebesar 7,98 persen. Produktifitas ekonomi Halmahera Timur bertumpu pada beberapa sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan PDRB yakni terdiri darai sektor pertanian sebesar 45 persen, kemudian sector pertambangan dan penggalian sebesar 24 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13 persen dan diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 6 persen. PDRB perkapita Halmahera Timur diperoleh dengan membagi besaran PDRB dengan jumlah penduduk. Angka agregat Pendapatan perkapita Halmahera Timur atas dasar harga konstan pada tahun 2011 mencapai 3,320,000 rupiah dari pendapatan perkapita tahun 2008 yang hanya mencapai 2,960,000 Selanjutnya dapat dilihat pada tampilan table Peta Perekonomian Kabupaten Halmahera Timur pada Tabel 2.11 dibawah ini. 22 Tabel 2.8 Perekonomian Kabupaten Halmahera Timur No 2 PDRB Konstan (struktur perekonomian) (Rp) Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp) 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 1 Tahun Deskripsi 2008 2009 2010 2011 219,563 235,284 252,790 252,906 2,960,000 3,030,000 3,090,000 3,320,000 7.4% 7.8% 8.2% 7.6% Sumber:PBS Kabupaten Halmahera timur 2013 2.4 Tata Ruang Wilayah Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Timur meliputi, Kebijakan perencanaann ruang, pemanfaatan ruang, dan kebijakan pengendalian ruangyang terdiri dari: A. Kebijakan Perencanaan Ruang Kebijakan perencanaan ruang disusun dalam rangka mewujudkan perencanaan ruang yang berkelanjutan dan operasional, serta mengakomodasi paradigma baru dalam perencanaan. Kebijakan perencanaan ruang terdiri dari: 1. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan rencana tata ruang sesuai dengan kaidah penataan ruang. 2. RTRW Kabupaten akan ditinjau kembali dan/atau disempurnakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dalam hal apabila RTRW Kabupaten tidak mampu mengakomodasikan dinamikan dan perkembangan yang disebabkan oleh factor eksternal maupuin internal, perobahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar, serta ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan/atau perobahan batas wilayah provinsi berdasarkan undang-undang. Kebijakan ini bertujuan untuk: 1. Mewujudkan sinkronisasi antara perencanaan ruang dengan perencanaan sektoral dan wilayah. 2. Mewujudkan keselarasan perencanaan ruang antara perencanaan ruang provinsi, dengan rencana ruang kabupaten yang berdekatan lokasinya. 3. RTRW Kabupaten perlu ditindaklanjutikedalam rencana yang lebih terperinci, dalam bentuk produk perencanaan selanjutnya seperti, RDTRK, RTRK,RTBL, dan lain sebagainya. 4. RTRW Kabupaten wajib menyelaraskan dengan subtansi RTRWP, sehingga terwujud keterpaduan dan keterkaitan perencanaan tata ruang antara Provinsi dan Kabupaten serta antar Kabupaten. 23 B. Kebijakan Pemanfaatan Ruang Kebijaka pengembangan wilayah bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar wilayah, dalam hal ini kesenjangan antar wilayah perkotaan dan pedesaaan. Kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Halmahera Timur terdiri dari: Wilayah Pengembangan Maba meliputi Kecamatan Kota Maba, Maba Selatan, dan kecamatan Maba dengan pusat pelayanan di kawasan Perkotaan Kota Maba. Wilayah Pengembangan Cemarajaya meliputi Kecamatan Wasile dan Wasile Timur dengan pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Cemarajaya. Wilayah Pengembangan Nusajaya meliputi Kecamatan Wasile Selatan dengan pusat pelayanan dikawasan perkotaan Nusajaya Wilayah Pengembangan Wayamli meliputi Kecamatan Maba Tengah dan Maba Utara dengan pusat pelayana di Kawasan Perkotaan Wayamli Wilayah Pengembangan Lolobata meliputi Kecamatan wasile Tengah dan wasile Utara dengan pusat pelayanan di kawasan Perkotaan Lolobata. Wilayah Pengembangan Loleba meliputi Kecamatan Wasile selatan dengan pusat pelayanan di kawasan Perkotaan Loleba. Keterkaitan fungsional antar wilayah pengembangan dan antar pusat-pusat pengembangan yang terbentuk dalam sistem Perkotaan Kabupaten Halmahera Timur yaitu meliputi: Kawasan Perkotaan Maba dan Kawasan Perkotaan Cemara Jaya diusulkan oleh Provinsi Maluku Utara sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berdasarkan RTRW Provinsi Maluku Utara yang semula adalah pusat kegiatan lokal. Kawasan Perkotaan Buli, Kawasan perkotaan Bicoli, kawasan Perkotaan wayamli,Kawasan Perkotaan Dorosagu, Kawasan Perkotaan Labi-Labi, Kawasan Perkotaan Lolobata, kawasan Perkotaann Dodaga, Kawasan Perkotaan Nusa Jaya, dan kawasan Perkotaan Loleba sebagai Pusat Pelayanan kawasan (PPK). Maba Pura, Geltoli, Gotowasi, Miaf, Patlean, Waijoi, Wailukum, Tatam, Silalayang, Dakaino, dan Binagara merupakan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). 24 PETA RENCANA PUSAT LAYANAN KAB. HALMAHERA TIMUR 25 Dari Peta diatas menunjukan bahwa Rencana Pusat Layana sebagaimana diatur dalam RTRW khususnya pada Kebijakan pemanfaatan ruang yang bertujuan untuk meminimalisir kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat antara wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan. C. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kebijakan strategi pengembangan pola ruang meliputi kawasan lindung dan budidaya. Secara fisik Kawasan lindung dibedakan menjadi: 1. Kawasan Kehutanan a. Hutan konfensi, yaitu kawasan suska alam, pelestarian alam, taman baru b. Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan lindung atau kawasan hutan lainnya yang mempunyai skor lebih besar dari 175. 2. Kawasan Non Hutan a. Kawasan resapan Air b. Kawasan sekitar Danau/Waduk c. Kawasan sekitar mata air d. Kawasan Terbuha hijau e. Sempadan pantai f. Sempadan sungai g. Kawasan caga budaya h. Kawasan rawan Bencana i. Kawasan perlindungan plasma nutfah j. Kawasan perkebunan yang masuk dalam criteria skor (kurang dari 125) dan/atau. k. Kawasan lain non hutan yang mempunyai skor lebih besar dari 125. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan komponen dalam penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan wilayah administratife, kegiatan kawasan, maupun nilai strategi kawasan yang termasuk dalam kawasan lindung adalah: 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, antara lain kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air 2. Kawasan perlindungan setempat antara lain sepadan pantai, sepadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air 3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya antaralain, kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lain Sasaran pengendalian pemanfaatan ruang kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan 26 4. Kawasan rawan bencana alam antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir 5. Kawasan lindung lainya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan plasma nutfa, kawasan pengungsian satwa dan terumbu karang 27 PETA POLA RUANG KAB. HALMAHERA TIMUR 27 Peta Pola ruang dimaksudkan untuk menjelaskan penataan ruang berdasarkan fungsi utama kegiatan kawasan maupun nilai strategis kawasan yang dilakukan berdasarkan wilayah Administratif. D. Kebijakan Pengendalian Ruang Pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sasaran pengendalian pemanfaatan ruang adalah terminimalisasinya penyimpangan terhadap RTRW Kabupaten yang dilaksanakn melalui pengawasan dan penertiban. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan meliputi: Peraturan Zonasi pada dasarnya berisikan ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang. Ketentuanketentuan tersebut berkaitan dengan koefisen dasar ruang hijau, koefisen dasar bangunan, koefisen lantai bangunan, garis sempadan bangunan, penyediaan sarana dan prasarana, keselamatan penerbangan, pembangunan alat pemancar komunikasi, dean pembangunan listrik tegangan tinggi yang berkelanjutan. Dengan demikian peraturan zonasis merupakan unsrtumen yang berfungsi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. Arah peraturan zonasis dalam RTRW Kabupaten Halmahera TImur diarahkan pada pengaturan pemanfaatan ruang dan pengaturan unsureunsur penghendakliannya yang disusun untuk setiap zona peruntukan ruang. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Halmahera Timur peratutan zona ditetapkan dngan Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Timur. Prosedur Pelaksanaan Peraturan Zona Peraturan zona merupakan ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya, dan disusun i untuk setiap Blok/zona peruntukan dimana penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok pereuntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi. Berdasarkan rencana rinci tata ruang yang telah disusun tersebut, kemudian disusun peraturan zonasi yang ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten. Peraturan daerah tentang aturan zonasi tersebut digunakan untuk pengendalian pemanfaatan ruang. 28 Peraturan zonasi hanya berlaku pada kawasan yang belum terbangun, untuk yang sudah terbangun terdapat beberapa alternative , dikenakan secara langsung, dikenakan pada saat akan melakukan rehabilitasi, atau diberi jangka waktu untuk menyesuaikan dengan rencana. Ketentuan pemanfaatan ruang ditetapkan pada pembangunan baru, peremajaan lingkungan, dan perbaikan lingkungan. E. Pola Ruang Kawasan Bencana Bedasarkan kondisi fisik wilayah dan analisis kerawanan bencana yang telah dilakukan, setidaknya terdapat 4 (empat) jenis bencana yang rawan terjadi di Kabupaten Halmahera Timur, yaitu: a. Gempa Bumi Kawasan rentan bencana gempa bumi berdasarkan peta rawan bencana alam Kabupaten Halmahera Timur relative sama, akan tetapi kawasan rentan bencana gempa bumi terfokus pada wilayah sekitar Kecamatan Wasile Utara, Maba Tengah dan Maba Utara. b. Tsunami Berdasarkan pada PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Kriteria untuk menentukan kawasan rawan bencana tsunami adalah kawasan pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami. Di Kawasa Timur Indonesia termasuk Halmahera pada umumnya ketinggian gelombang tsunami ratarata 10 meteran (Diposaptono S dan Budiman 2008). Kawasan rawan tsunami pada dasarnya berada disepanjang kawasan pantai Halmahera Timur. Akan tetapi untuk luasan yang agak besar terdapat di kawasan sekitar Maba, Wayamli, Akelamo Lolobata, Dodaga, Waijoi, loloba, dan Subaim. c. Tanah Longsor. Kawasan bencana Tanah Longsor berdasarkan data yang ada bahwa wilayah yang rentan terhadap bencana tanah longsor adalah wilayah sekitar Saramaake, Fayaul, Dorosagu, Dorolamo, Puao, dan Lolobata. d. Banjir. Kawasan rentan bencana banjir terdapat di dua kawasan yaitu, wilayah kota Maba dan Wasile Selatan. Sedangkan kawasan yang yang mempunyai potensi untuk mengalami bencana yang lebih dari satu adalah: 1. Kawasan rawan lingsor dan gempa bumi berada diperbukitan disekitar zona patahan lokal yang cukup intensif seperti di perbukitan sebelah barat Wayamli/ Watam, Dorolamo, Dorosagu, serta perbukitan disebelah Timur Iga, lolobata, serta disekitar Wasile. 2. Kawasan banjir dan Tsunami, berada diantara sekitar Maba, Wasile selatan, Wasile Tengah, dan disekitar Dodaga dan Selatan Parapara serta Minamin. 29 2.5 Sosial dan Budaya Peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui Sector pendidikan formal memegang peranan penting dalam pembangunan, pindidikan yang bermutu merupakan jaminan terbentuknya manusia yang handal dan berdaya saing. Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Dimana sumber daya tersebut tercipta melalui tingkat pendidikan yang memadai. Di Kabupaten Halmahera Timur saat ini jumlah sarana pendidikan sebanyak 134 gedung sekolah dengan komposisi Sekolah Dasar (SD/Sederajat) sebanyak 83 buah, Sekolah Menengah Pertama (SMP/Sederajat) sebanyak 35 buah, dan Sekolah Menengah Umum (SMU/Sederajat) sebanyak 16 buah, dengan jumlah murid kurang lebih 18.225 murid. Tabel 2.9 Fasilitas Pendidikan yan Tersedia di Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2013 Jumlah Sarana Pendidikan No Kecamatan Umum Agama SD SMP SMA SMK MI MTs 1 Maba Selatan 8 3 2 (-) 1 1 2 Kota Maba 5 4 1 1 (-) 1 3 Maba 8 3 1 1 1 1 4 Maba Tengah 9 4 2 (-) (-) 1 5 Maba Utara 11 6 2 (-) (-) 1 6 Wasile Utara 7 3 1 (-) (-) (-) 7 Wasile Tengah 8 2 1 (-) (-) (-) 8 Wasile Timur 9 4 2 1 1 1 9 Wasile 8 3 2 (-) 1 1 10 Wasile Selatan 18 10 1 2 4 1 Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka Tahun 2012 MA 1 (-) (-) 1 1 (-) (-) 1 1 (-) Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Standar kebutuhan huidup minimum suatu daerah dengan daerah lainya berbeda karena sangat tergantung pada kebiasaan, adat istiadat, letak geografis, serta kesediaan infra struktur pembangunan daerah yang dapat memberikan akses pelayanan terhadap penduduk di daerah tersebut.Kebutuhan minimum tersebut meliputi kebutuhan untuk makan terutama energy kalori sehingga memungkinkan seseorang dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Secara ekonomis tingkat kemiskian yang ada pada suatu daerah merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan tingkat kesejahteraan masyarat. Semakin berkurangnya tingkat kemiskinan pada masyarkat, maka dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan tingkat kesejahteraan yang ada dalam masyarakat. 30 Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2013 Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) Kec. Kota Maba 1.73 Kec. Maba 2251 Kec. Maba Selatan 1.407 Kec. Maba Tengah 1154 Kec. Maba Utara 1639 Kec. Wasile Tengah 1999 Kec. Wasile Utara 979 Kec. Wasile Timur 1098 Kec. Wasile 2053 Kec. Wasile Selatan 2535 jumlah 13,711 Sumber: Bappeda Kab. Halmahera Timur, 2013 Tabel 2.11 Jumlah Rumah per Kecamatan Nama Kecamatan Kota Maba Maba Maba Selatan Maba Tengah Maba Utara Wasile Tengah Wasile Utara Wasile Timur Wasile Wasile Selatan Jumlah Sumber: Bappeda Halmahera Timur, 2013 Jumlah Rumah 1,448 1,885 1,179 967 1,373 920 837 1,674 172 2,123 `12,578 Wilayah Kumuh Kawasan Perkotaan Kawasan Perkotaan Kota Maba merupakan daerah perkotaan yang baru berkembang, karena Kota Maba sebagai Ibu Kota Kabupaten Halmahera Timur baru berusia 10 tahun yang terbentuk sejak Pemekaran Kabupaten Halmahera Timur dari Kabupaten Induk Halmahera Tengah. Dengan baru berkembangnya kota Maba maka wilayah Kota Maba belum terdapat wilayah kumuh sebagai mana Kota –kota besar lainya di Indonesia. 31 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 25 tahun 2007 tentang perobahan atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Organisasi dan tata Kerja Lembanga Teknis Daerah Kabupaten Halmahera Timur terdiri dari: 1. Sekretaris Daerah 2. Sekretaris DPRD 3. Sekretaris KPU 4. Dinas Perhubungan 5. Dinas Parawisata dan Kebudayaan 6. Dinas Kesehatan 7. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga 8. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 9. Dinas Pekerjaan Umum 10. Dinas Pertambangan dan Energi 11 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 12. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 13. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah 14. Dinas Pertanian dan Petrnakan 15. Dinas Kelautan dan Perikanan 16. DinasKesejahteraan Sosial 17. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 18. Departemen Agama 19. Badan Lingkungan Hidup 20. Badan Koordinasi KB dan Pemberdayaan Perempuan 21. Badan kepegawayan Daerah 22. Badan Pusat Statistic 23. Badan Pertanahan Nasional (Perwakilan) 24. BPKKD 25. BAPPEDA 26. INSPEKTORAT 27. BPMD 28. Badan Kesbanglinmas 29 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 32 Gambar 2.2 Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan Sanitasi Mandat Tupoksi Langsung Sektor Sanitasi BAPPEDA - Bidang Fisik dan Prasarana DINAS PU DAN KIMPRASWIL - Bidangang Cipta Karya B LH Bidang Lingkungan Hidup BUPATI DINAS KESEHATAN - Bidang P2PL Mandat Tupoksi Tidak Langsung Sanitasi DPPKD Kabid Anggaran dan Pembendaharaan Asisten II Yang membidangi 33 Gambar. 2.3 Pola Organisasi Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur 34